Topik: ekspor

  • Honor Respons Perkembangan Pasar Smartphone 5G di Indonesia

    Honor Respons Perkembangan Pasar Smartphone 5G di Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA— Produsen ponsel pintar (smartphone) Honor menilai pasar smartphone 5G di Indonesia masih menunjukkan dinamika yang menarik, meskipun laporan terbaru mengindikasikan tingkat adopsi yang belum bergerak signifikan.

    President of Honor South Pacific Justin Li mengatakan pihaknya melihat potensi pertumbuhan yang tetap kuat, terutama dari penjualan perangkat 5G Honor sejak awal tahun.

    “Peningkatan ini didorong oleh strategi kami dalam menghadirkan portofolio 5G yang luas dan bernilai tinggi, yang menjadi fokus utama pembelian masyarakat,” kata Justin kepada Bisnis pada Minggu (30/11/2025).

    Dia menjelaskan tren pertumbuhan tersebut menunjukkan konsumen, yang selama ini sensitif terhadap harga dan mengutamakan daya tahan baterai, mulai melihat nilai tambah dari konektivitas 5G yang menawarkan kinerja lebih cepat. Justin juga menegaskan bahwa tantangan utama adopsi 5G di Indonesia masih berada pada kesiapan dan pemerataan infrastruktur jaringan.

    “Meskipun peningkatan pengetahuan pengguna tentang manfaat 5G juga perlu terus didorong,” katanya.

    Sejak kembali ke pasar Indonesia pada awal 2025, Honor langsung meluncurkan beragam produk baru. Deretannya mencakup smartphone lipat Honor Magic V3, seri Honor X9c 5G, Honor 200 Pro, tablet Honor Pad 9 dan Honor Pad X8a, laptop Honor MagicBook Art 14, hingga perangkat wearable seperti Honor Watch 5 dan Honor Earbuds X7 Lite.

    Teranyar, pada 18 September 2025, Honor merilis tiga tablet baru di Indonesia, yakni Honor Pad 10, Honor Pad X9a, dan Honor Pad X7. Ketiganya dihadirkan untuk memperluas jangkauan pasar, mulai dari segmen entry-level hingga premium.

    Honor Pad 10 menempati segmen premium, Honor Pad X9a berada di kelas menengah, sementara Honor Pad X7 menyasar kelas pemula. Seluruh perangkat tersebut dibekali fitur berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk mendukung produktivitas dan hiburan pengguna.

    Laporan Counterpoint Research menunjukkan adopsi smartphone 5G di Indonesia pada kuartal III/2025 stagnan di level 35% dari total pengiriman, tidak berubah dibandingkan kuartal sebelumnya. Secara tahunan, pertumbuhannya hanya naik tipis 4%, mencerminkan penetrasi 5G yang masih bergerak lambat.

    Counterpoint juga mencatat fluktuasi pangsa pasar 5G dalam empat kuartal terakhir. Pada kuartal IV/2024, pangsa perangkat 5G turun menjadi 25% dari 31% pada kuartal sebelumnya. Pemulihan kecil terjadi pada kuartal I/2025, naik satu poin menjadi 26%.

    Tren positif baru terlihat pada kuartal II/2025 ketika pangsa pengiriman perangkat 5G melonjak ke 35% dan kemudian bertahan pada kuartal III/2025. Stabilitas ini ditopang oleh semakin banyaknya perangkat 5G berharga terjangkau serta meluasnya pilihan di segmen menengah.

    Di sisi lain, pasar smartphone Indonesia secara keseluruhan mencatat pemulihan. Counterpoint mencatat pengapalan smartphone tumbuh 12% secara tahunan pada kuartal III/2025, didorong stabilitas ekonomi, ekspor, dan permintaan domestik.

    Segmen entry-level menjadi pendorong utama pertumbuhan. Pengapalan perangkat dengan harga di bawah US$150 melonjak 42% secara tahunan dan kini menguasai 55% pangsa pasar. Strategi agresif produsen dalam menyediakan perangkat terjangkau disebut menjadi faktor penting.

    Sebaliknya, pasar menengah dan premium mengalami koreksi. Pengiriman smartphone pada rentang US$150–349 turun 10%, segmen US$350–699 turun 11%, dan perangkat premium di atas US$700 menyusut 14%.

    Dari sisi merek, Samsung memimpin pasar dengan pangsa 20%, disusul Xiaomi 17%, OPPO 16%, vivo 14%, serta Infinix 12% yang mencatat pertumbuhan agresif dengan kenaikan 45% secara tahunan.

  • Realisasi Investasi Sektor Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Capai Rp142,15 Triliun

    Realisasi Investasi Sektor Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil Capai Rp142,15 Triliun

    JAKARTA – Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat, realisasi investasi di sektor Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) mencapai lebih dari Rp140 triliun hingga September 2025.

    “Realisasi investasi sektor IKFT pada periode Januari hingga September 2025 mencapai Rp142,15 triliun, naik signifikan dari Rp116,54 triliun pada periode sama tahun sebelumnya,” ujar Direktur Jenderal IKFT Taufiek Bawazier dalam keterangan tertulisnya, Sabtu, 29 November.

    Dari sisi ketenagakerjaan, sektor IKFT juga menyerap 6,7 juta tenaga kerja hingga Februari 2025 atau sekitar 4,6 persen dari total tenaga kerja nasional.

    Secara agregat, utilisasi kapasitas industri IKFT berada di kisaran 60 persen, turut terdorong oleh kebijakan hilirisasi terutama pada industri kimia berbasis migas dan bahan galian bukan logam.

    Dari sisi perdagangan luar negeri, Taufiek menjelaskan, ekspor IKFT pada periode Januari-Agustus 2025 mencapai 35,25 miliar dolar AS. Sedangkan, impor berada pada 32,31 miliar dolar AS.

    “Produk kimia, pakaian jadi serta kulit dan alas kaki menjadi penopang utama ekspor, sementara tingginya impor bahan baku kimia menunjukkan perlunya penguatan struktur industri hulu dalam negeri,” kata dia.

    Adapun sektor IKFT mampu tumbuh sebesar 5,92 persen hingga kuartal III-2025 dan berkontribusi 3,88 perse. terhadap PDB nasional. Angka itu melampaui pertumbuhan industri pengolahan nonmigas yang tumbuh sebesar 5,58 persen.

    Meski begitu, kata Taufiek, sektor IKFT juga dihadapkan pada sejumlah tantangan struktural, seperti tingginya impor bahan baku kimia, ketergantungan terhadap Active Pharmaceutical Ingredients (API), masuknya produk tekstil murah yang menekan industri dalam negeri serta potensi rerouting produk kaca dari negara lain.

    “Pemerintah menilai, tantangan tersebut perlu direspons melalui strategi komprehensif yang mencakup penguatan regulasi, peningkatan kualitas produk, harmonisasi standar dan perluasan akses pasar,” jelas dia.

    Adapun pemerintah menegaskan komitmennya untuk memperkuat struktur industri nasional secara menyeluruh dalam mendukung target transformasi ekonomi sebagaimana tertuang dalam RPJPN 2025-2045. Upaya tersebut mencakup peningkatan kontribusi industri pengolahan terhadap PDB hingga 21,9 persen serta percepatan laju pertumbuhan ekonomi nasional menuju 8 persen pada 2029.

    Dalam konteks ini, sektor IKFT diarahkan menjadi motor penggerak melalui peningkatan konsumsi domestik, optimalisasi investasi, percepatan ekspor dan penguatan substitusi impor.

    “Kunci kami adalah memperkuat struktur industri dari hulu sampai hilir. Mulai dari kemandirian bahan baku, modernisasi mesin hingga percepatan transformasi digital dan ekonomi sirkular,” pungkas Taufiek.

  • DJP Ultimatum 137 Raksasa Sawit, Diduga Lakukan Underinvoicing & Faktur Fiktif

    DJP Ultimatum 137 Raksasa Sawit, Diduga Lakukan Underinvoicing & Faktur Fiktif

    Bisnis.com, JAKARTA — Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan memberikan peringatan keras kepada ratusan pelaku usaha di sektor kelapa sawit menyusul temuan berbagai modus ketidaksesuaian data mulai dari underinvoicing hingga penggunaan faktur fiktif.  

    Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menegaskan bahwa langkah pemerintah, termasuk operasi gabungan Kemenkeu-Polri yang membongkar penyelundupan produk turunan CPO pada awal November 2025, bukan bertujuan untuk menebar ketakutan.

    Upaya itu, sambungnya, dilakukan untuk memastikan kegiatan usaha berjalan sesuai koridor hukum sekaligus mengamankan penerimaan negara.  

    Dalam pertemuan yang dihadiri sekitar 200 pelaku usaha yang mewakili 137 Wajib Pajak strategis sektor sawit di Kantor Pusat DJP pada Jumat (28/11/2025), Purbaya meminta para pengusaha untuk terbuka jika menghadapi kendala di lapangan.  

    “Kalau ada kesulitan atau masalah apa pun, laporkan ke saya. Kita bereskan. Yang jelas, kita ingin industri sawit ini tetap menjadi tulang punggung industri Indonesia,” tegasnya, dikutip dari rilis DJP, Jumat (28/11/2025). 

    Purbaya, yang hadir secara mendadak dalam agenda tersebut, menekankan bahwa kebijakan fiskal ke depan akan diarahkan untuk menciptakan iklim usaha yang sehat dan berkeadilan, namun tetap menuntut kontribusi maksimal bagi kas negara.  

    “Sebenarnya saya tidak dijadwalkan hadir, ini mendadak. Kata Pak Bimo [Dirjen Pajak] tadi, kalau Pak Menteri datang semoga pendapatan pajaknya bisa meningkat banyak,” ujarnya.  

    Dalam kesempatan yang sama, Direktur Jenderal Pajak Bimo Wijayanto memaparkan bahwa otoritas pajak telah mengantongi data modus pelanggaran ekspor terbaru. Selain itu, DJP mengidentifikasi dugaan praktik penghindaran pajak lainnya seperti under-invoicing dan penggunaan faktur pajak Tidak Berdasarkan Transaksi Sebenarnya (TBTS) atau faktur fiktif.  

    Bimo mengimbau para “raja sawit” tersebut untuk memanfaatkan kesempatan ini dengan melakukan pembetulan secara sukarela sebelum otoritas melangkah ke ranah penegakan hukum (gakkum).  

    “Dalam kesempatan sosialisasi ini, kami mengimbau Bapak-Ibu untuk segera melakukan pembenahan secara sukarela sebelum DJP melakukan langkah penegakan hukum terhadap pihak-pihak yang terindikasi tidak patuh,” kata Bimo.  

    Bimo memastikan pengawasan akan dilakukan secara profesional dan proporsional tanpa menghambat aktivitas ekonomi, demi memperkuat tata kelola industri sawit yang lebih transparan dan akuntabel. 

    Adapun, kegiatan sosialisasi ini turut dihadiri oleh jajaran Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Optimalisasi Penerimaan Negara (OPN), termasuk Ketua Satgassus Herry Muryanto dan Wakil Ketua Novel Baswedan, serta perwakilan Kejaksaan RI.

  • Catat! Ini Sektor Usaha yang Tumbuh Tinggi pada 2026 versi Bank Indonesia

    Catat! Ini Sektor Usaha yang Tumbuh Tinggi pada 2026 versi Bank Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA — Bank Indonesia (BI) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi nasional akan menguat pada 2026, ditopang oleh lonjakan kinerja sektor jasa dan infrastruktur.

    Sektor transportasi dan pergudangan diprediksi menjadi penopang utama (top performer) dengan pertumbuhan menembus dua digit.

    Dalam dokumen Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) 2025, bank sentral memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 akan berada pada kisaran 4,9% hingga 5,7%, meningkat dari estimasi tahun 2025 yang berada di rentang 4,7%—5,5%.  

    Berdasarkan sisi lapangan usaha, sektor Transportasi dan Pergudangan diproyeksikan tumbuh paling tinggi, yakni pada kisaran 10,8%—11,6% secara tahunan (year on year/YoY). Angka ini jauh melampaui pertumbuhan ekonomi nasional dan menunjukkan peningkatan dari estimasi 2025 yang berada di level 8,1%—8,9%.  

    “Sektor-sektor yang berkaitan dengan pembangunan infrastruktur dan peningkatan konektivitas, seperti Konstruksi serta Transportasi dan Pergudangan, turut mendukung kinerja pertumbuhan ekonomi nasional,” tulis Bank Indonesia dalam laporannya, dikutip Sabtu (29/11/2025).

    Mengekor di posisi kedua, sektor Informasi dan Komunikasi diproyeksikan tumbuh dalam kisaran 8,0%—8,8% pada 2026. Pertumbuhan ini sejalan dengan akselerasi digitalisasi ekonomi dan keuangan yang terus didorong oleh otoritas moneter dan pemerintah.  

    Selanjutnya, sektor Jasa Keuangan dan Konstruksi juga diprediksi tumbuh di atas proyeksi ekonomi nasional. BI memproyeksikan Jasa Keuangan dan Asuransi tumbuh 7,6%—8,4%, melesat dari estimasi pertumbuhan 4,9%—5,7% pada tahun ini.

    Sementara sektor Konstruksi diperkirakan melesat di kisaran 7,5%—8,3% pada 2026, jauh lebih tinggi dibandingkan estimasi 2025 yang sebesar 4,7%—5,5%.  

    Pergeseran Pola Pertumbuhan

    Bank Indonesia mencatat bahwa pemulihan ekonomi pascapandemi Covid-19 menunjukkan pergeseran pola yang semakin kuat menuju sektor-sektor penopang permintaan domestik.  

    Pemulihan awal terjadi pada sektor-sektor yang terdampak langsung oleh efek memar (scarring effect) selama periode 2021—2022, kemudian berlanjut pada sektor-sektor berorientasi ekspor pada periode 2022—2024, dan kini semakin bergeser menuju sektor-sektor yang mendorong penguatan permintaan domestik.  

    Kendati demikian, bank sentral memberikan catatan penting terkait kualitas pertumbuhan. BI menilai pertumbuhan ekonomi saat ini masih ditopang oleh sektor-sektor padat modal (capital intensive).  

    Sektor Industri Pengolahan, yang menjadi tulang punggung hilirisasi sumber daya alam, diproyeksikan tumbuh moderat pada kisaran 5,0%—5,8% pada 2026. Sementara itu, sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan yang menyerap banyak tenaga kerja diproyeksikan tumbuh di kisaran 5,2%—6,0%.  

    Oleh karena itu, BI menekankan perlunya dorongan lebih lanjut pada sektor padat karya seperti Pertanian, Perdagangan (khususnya ritel), serta Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum untuk memastikan pertumbuhan yang inklusif dan penciptaan lapangan kerja yang lebih luas.  

    “Keseimbangan pola pertumbuhan antara sektor padat modal dan padat karya sangat penting untuk memperkuat ketangguhan dan kemandirian ekonomi Indonesia dengan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dan berdaya tahan,” tegas BI.  

    Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sektoral 2026 versi BI

    1. Transportasi dan Pergudangan: 10,8% — 11,6%

    2. Informasi dan Komunikasi: 8,0% — 8,8%

    3. Jasa Keuangan dan Asuransi: 7,6% — 8,4%

    4. Konstruksi: 7,5% — 8,3%

    5. Jasa Lainnya: 7,0% — 7,8%

    6. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum: 6,4% — 7,2%

    7. Jasa Pendidikan: 6,4% — 7,2%

    8. Jasa Perusahaan: 6,1% — 6,9%

    9. Perdagangan Besar dan Eceran: 5,3% — 6,1%

    10. Administrasi Pemerintahan: 5,2% — 6,0%

    11. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan: 5,2% — 6,0%

    12. Industri Pengolahan: 5,0% — 5,8%

    13. Pengadaan Listrik dan Gas: 4,5% — 5,3%

    14. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah: 4,3% — 5,1%

    15. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial: 4,0% — 4,8%

    16. Real Estat: 3,0% — 3,8%

    17. Pertambangan dan Penggalian: 2,8% — 3,6%

  • Harga Minyak Dunia Stabil Jelang Rapat OPEC+, Pasar Waspadai Risiko Geopolitik

    Harga Minyak Dunia Stabil Jelang Rapat OPEC+, Pasar Waspadai Risiko Geopolitik

    Ekspektasi meningkatnya pasokan global terus menekan harga minyak dunia, meski margin keuntungan kilang yang kuat masih menopang permintaan di beberapa wilayah. Analis Rystad, Janiv Shah, menyebut bahwa potensi surplus minyak menjadi sentimen bearish yang membebani harga.

    Survei kantor berita internasional terhadap 35 ekonom memperkirakan harga Brent rata-rata berada di USD 62,23 per barel pada 2026, turun dari proyeksi sebelumnya USD 63,15. Hingga sejauh ini, harga Brent telah mencatat rata-rata USD 68,80 per barel sepanjang 2025.

    Harapan tercapainya kesepakatan damai Rusia–Ukraina sempat menekan harga minyak di awal pekan, namun pasar kembali pulih dalam tiga sesi terakhir seiring pembicaraan yang berlangsung alot.

    “Kontrak berjangka sebelumnya mengantisipasi adanya semacam kesepakatan damai sehingga menekan harga. Namun saat ini masih sangat sedikit informasi, dan jika tidak tercapai kesepakatan, kemungkinan akan ada sanksi yang lebih ketat terhadap ekspor minyak Rusia,” ujar Senior Vice President BOK Financial Dennis Kissler.

     

  • Di Depan Prabowo, Bos BI Ramal Ekonomi RI Belum Akan Tembus 6% pada 2026-2027

    Di Depan Prabowo, Bos BI Ramal Ekonomi RI Belum Akan Tembus 6% pada 2026-2027

    Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo memaparkan bahwa perekonomian Indonesia belum akan menembus angka 6% pada tahun 2026 dan 2027.

    Meski demikian, dia menekankan bahwa otoritas moneter bakal memperkuat sinergi dengan pemerintah dan seluruh pemangku kebijakan sebagai arah kebijakan ke depan.

    Perry menyampaikan bahwa ekonomi nasional berdaya tahan dari rentetan gejolak global, yang diperkirakan olehnya tetap bergejolak salah satunya karena penerapan tarif impor Amerika Serikat (AS).

    Dalam paparannya, Perry memperkirakan pertumbuhan ekonomi bisa mencapai kisaran 4,9% sampai dengan 5,7% pada 2026, dan 5,1% sampai dengan 5,9% pada 2027.

    “Dengan sinergi itu insyaallah kinerja ekonomi Indonesia tahun 2026 dan 2027 akan lebih baik, pertumbuhan lebih tinggi, konsumsi dan investasi meningkat,ekspor cukup baik di tengah perlambatan ekonomi dunia,inflasi terkendali dalam sasaran, konsistensi kebijakan moneter, fiskal dan sinergi ketahanan pangan nasional,” terangnya di Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI), Jakarta, Jumat (28/11/2025).

    Perry juga menyampaikan komitmenya di hadapan Presiden Prabowo Subianto dalam menjaga stabilitas nilai tukar.

    Selain itu, komitmennya juga meliputi stabilitas nasional terjaga, neraca pembayaran sehat, cadangan devisa yang cukup, serta pertumbuhan kredit yang meningkat.

    “Ke depan mari kita semakin perkuat sinergi, transformasi struktur ekonomi nasional untuk mendorong pertumbuhan lebih tinggi dan berdaya tahan,berbasis pada sumber daya alam dan ekonomi kerakyatan,” terangnya.

    Secara terperinci, sinergi dilakukan di dalam lima area penting. Pertama, memperkuat stabilitas dan mendorong permintaan.

    Kedua, hilirisasi, industrialisasi, dan ekonomi kerakyatan. Ketiga, meningkatkan pembiayaan dan pasar keuangan. Keempat, akselerasi ekonomi keuangan digital nasional. Kelima, kerja sama investasi dan perdagangan internasional.

  • Ironi Industri Kelapa RI: Banjir Ekspor ke China, Pasar Domestik Merana

    Ironi Industri Kelapa RI: Banjir Ekspor ke China, Pasar Domestik Merana

    Bisnis.com, JAKARTA — Center of Reform on Economics (Core) Indonesia menyebut ekspor kelapa bulat dan kopra Indonesia meningkat tajam ke China, yang membuat industri dalam negeri kesulitan mendapatkan bahan baku.

    Imbasnya, banyak pabrik hanya beroperasi di kapasitas minim dan sebagian harus melakukan pemutusan hubungan karyawan (PHK).

    Pengamat Pertanian dari Core Indonesia Eliza Mardian menyebut tren ekspor kelapa bulat dan kopra selama 2–3 tahun terakhir meningkat signifikan.

    “Tren ekspor kelapa khususnya kelapa bulat dan kopra menunjukkan kenaikan yang cukup signifikan, baik dari sisi nilai maupun kuantitasnya karena ada kenaikan permintaan global di tengah supply terbatas,” kata Eliza, Jumat (28/11/2025).

    Eliza mengungkap, lonjakan ekspor kelapa ini lebih banyak dipicu kenaikan harga internasional daripada peningkatan produksi domestik.

    “Karena harga ekspor lebih menarik, banyak yang memilih ekspor ketimbang pemenuhan dalam negeri. Makanya harga di dalam negeri melonjak,” ungkapnya.

    Core mencatat, pada 2024, volume ekspor kelapa bulat meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan 2023. Permintaan terbesar berasal dari China, terutama untuk kelapa butiran (whole coconut) dan kelapa muda, yang dibutuhkan untuk industri makanan dan minuman seperti coconut water dan olahan kelapa lainnya.

    Kondisi ini, sambung dia, mendorong produsen China mengalihkan sebagian kebutuhan bahan baku dari Thailand dan Vietnam ke Indonesia.

    Alhasil, Indonesia menjadi eksportir kelapa bulat terbesar ketiga dengan tujuan ekspor ke Malaysia, Thailand, dan Vietnam. “Ini sebuah ironi, di saat ingin hilirisasi kelapa di dalam negeri, industri eksisting saja kesusahan cari bahan baku kelapanya,” ujarnya.

    Hal yang sama juga terjadi di Vietnam yang mengalami kenaikan harga kelapa domestik imbas peningkatan permintaan global. Di sisi lain, pasokan menurun akibat perubahan cuaca.

    Lebih lanjut, Eliza menuturkan sulitnya mendapatkan bahan baku kelapa ini membuat kapasitas produksi industri domestik tidak berjalan secara optimal.

    Dia menyebut beberapa perusahaan harus melakukan PHK, sementara sebagian industri hanya beroperasi di sekitar 33% dari kapasitas totalnya.

    “Industri kesulitan bahan baku, kapasitas idle-nya masih besar. Beberapa pabrik bahkan harus PHK pekerjanya,” ujarnya.

    Eliza mengungkap keterbatasan pasokan juga disebabkan oleh produksi di tingkat petani skala kecil. Sebab, mayoritas kebun kelapa dikelola secara tradisional dengan teknik konvensional, minim pupuk, dan terbatas teknologi.

    Dia menuturkan, sebagian besar petani belum menerapkan Good Agricultural Practice (GAP), sehingga produktivitas tetap stagnan. Di samping itu, lanjutnya, cuaca ekstrim seperti El Nino juga berpotensi menurunkan hasil panen.

    Untuk itu, Eliza menilai perlu adanya disinsentif bagi eksportir kelapa bulat dengan meningkatkan bea keluar agar mendorong penjualan ke industri dalam negeri, menjaga kontinuitas bahan baku, dan menambah pendapatan negara.

    “Jika tidak segera diterapkan kebijakan yang seperti itu, maka sampai kapanpun hilirisasi di dalam negeri akan menjadi angan-angan,” imbuhnya.

    Terlebih, kata dia, hilirisasi kelapa di Indonesia juga masih terbatas. Hal ini terbukti dari Indonesia yang masih mengekspor dalam bentuk kelapa bulat. “Atau jika diolah pun baru diparut atau dikeringkan, belum banyak mengekspor produk turunan lain,” lanjutnya.

    Pada 2024, Core mencatat Filipina mengekspor 986.000 ton minyak kelapa mentah, sementara Indonesia hanya 333.000 ton.

    Di sisi lain, Untuk produk turunan seperti kopra, Malaysia menempati posisi teratas, sedangkan Indonesia berada di urutan ke-7, meski banyak mengimpor kelapa dari Indonesia.

    Lebih lanjut, dia memaparkan permasalahan lain adalah ketiadaan data valid terkait produksi dan kebutuhan kelapa domestik.

    Menurutnya, lebih dari 90% kelapa ditanam petani skala kecil, sehingga sulit mengetahui potensi produksi per wilayah, kebutuhan industri, dan sisa untuk ekspor.

    Imbasnya, ketika harga ekspor tinggi, produsen lebih terdorong mengekspor ketimbang memasok industri domestik.

    Selain itu, sambung dia, produktivitas kelapa juga relatif stagnan dan belum mencapai titik optimal lantaran komoditas ini mayoritas dikelola petani skala kecil.

    “Belum banyak perusahaan perkebunan kelapa, sehingga kelapa ini ditanam dan dikelola secara tradisional sebagai tanaman liar numbuh dengan sendirinya. Tidak seperti perkebunan kelapa sawit yang memang lahannya disediakan khusus untuk kelapa,” pungkasnya.

  • Suzuki Indonesia Setop Ekspor Wagon R ke Pakistan, Ini Model Penggantinya

    Suzuki Indonesia Setop Ekspor Wagon R ke Pakistan, Ini Model Penggantinya

    Jakarta

    PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) dan Suzuki Indomobil Motor (SIM) mengumumkan telah menghentikan ekspor Wagon R ke Pakistan. Nah, sebagai gantinya, mereka disebut-sebut akan mengirim Fronx ke negara tersebut.

    Kepastian Suzuki Wagon R tak diekspor lagi ke Pakistan disampaikan Donny Ismi selaku Deputy Sales and Marketing Managing Director PT SIS. Namun, dia belum mengungkap, apa gerangan model penggantinya.

    “Iya, sudah (berhenti ekspor ke Pakistan). Sudah nggak produksi lagi untuk ekspor. Nanti rencananya kita akan gantikan dengan model baru yang sudah kita kenalkan di Indonesia. Tapi kita belum mau umumkan apa,” ujar Donny Ismi saat dikonfirmasi di ICE BSD, Tangerang.

    Sayonara! Suzuki Resmi Setop Produksi Karimun Wagon R Foto: Dok. Suzuki

    Sebelumnya, ketika berkunjung ke pabrik Suzuki di Cikarang, Jawa Barat, Manager of Export PT SIM, Domu Arisanto, telah memberikan sinyal penghentian ekspor kendaraan tersebut. Bahkan, dia secara terang-terangan bilang, Fronx didaulat sebagai model pengganti.

    “Jadi kita akan mengirimkan dalam bentuk CKD untuk model Fronx ke Pakistan. Menambah model,” kata Domu, beberapa pekan lalu.

    Suzuki Wagon R terakhir kali diekspor ke Pakistan pada Februari lalu. Ketika itu, pabrikan mengirim 96 unit kendaraan ke Negeri Permata Timur. Namun, hingga saat ini, pengirimannya kosong.

    Dengan berhentinya ekspor ke Pakistan, maka Suzuki Wagon R benar-benar telah disuntik mati di Indonesia. Sebab, Pakistan merupakan satu-satunya negara yang mengimpor kendaraan buatan lokal tersebut.

    Di Indonesia, Suzuki Wagon R telah dihentikan penjualannya sejak 2021 atau empat tahun silam. Sebab, penjualannya terus menurun dari tahun ke tahun. Kendaraan tersebut saat ini digantikan S-Presso sebagai model termurah pabrikan Hamamatsu di dalam negeri.

    (sfn/dry)

  • KEK Industropolis Batang Bidik Tambahan Investasi Rp 75,8 Triliun Dalam 5 Tahun

    KEK Industropolis Batang Bidik Tambahan Investasi Rp 75,8 Triliun Dalam 5 Tahun

    Kemudian, industri manufaktur padat karya, PT WKI berinvestasi senilai Rp120 miliar di atas lahan seluas 16.440 m² dengan rencana pembangunan yang akan dimulai pada bulan April 2026, dan ditargetkan beroperasi secara komersial pada Juni 2027. Masuknya perusahaan ini dinilai sangat strategis karena bergerak di sektor industri pengganti impor dan diperkirakan menyerap hingga 1.000 tenaga kerja.

    Sebagai informasi, PT WKI merupakan produsen global terkemuka di bidang Sol Luar (Outsole) dan Sol Tengah (Midsole) Sepatu. Perusahaan ini dikenal sebagai mitra manufaktur bagi merek-merek alas kaki ternama dunia, termasuk NIKE, adidas, PUMA, crocs, new balance, dan asics. Saat ini, PT WKI berkantor pusat di Tiongkok dan aktif melakukan ekspansi di Myanmar, Thailand, dan Tangerang, Indonesia.

    PT Novatex Industry Indonesia, perusahaan tekstil dengan fokus pada benang ramah lingkungan (eco-yarn), menanamkan investasi sebesar Rp102 miliar di lahan seluas 2,4 hektar. Pabrik ini ditargetkan beroperasi pada 2025-2026 dengan kapasitas produksi 4.000 ton per tahun dan orientasi ekspor hingga 95% dari total hasil produksi.

    Sementara PT Woodpark Mebel Perkasa, anak perusahaan Mitragreen Industry Pte Ltd (Singapura), akan membangun pabrik furnitur berinvestasi Rp225 miliar dengan target operasi April 2027. Produk furnitur perusahaan ini telah menembus pasar Amerika Serikat, Eropa, dan Asia Tenggara serta melayani brand global seperti B&B Italia, ARHAUS, dan Restoration Hardware.

    “Pemilihan KEK Industropolis Batang sebagai lokasi ekspansi kami didasarkan pada pertimbangan strategis seperti kedekatan dengan bandara dan pelabuhan, adanya akses tol langsung, dukungan infrastruktur yang kuat, serta insentif fiskal dan tax holiday, yang menjadikannya pilihan berkelanjutan untuk investasi jangka panjang” ujar President Director PT Woodpark Mebel Indonesia.

     

  • Pengusaha Wait and See, Indeks Kepercayaan Industri November 2025 Melambat

    Pengusaha Wait and See, Indeks Kepercayaan Industri November 2025 Melambat

    Liputan6.com, Jakarta Sektor industri manufaktur kembali menunjukkan performa yang solid di tengah dinamika geopolitik dan geoekonomi global. Indeks Kepercayaan Industri (IKI) bulan November 2025 tercatat sebesar 53,45 poin, sedikit melambat dibandingkan bulan Oktober 2025 yang sebesar 53,50 atau turun 0,05 poin. Namun demikian, IKI November 2025 tetap berada dalam zona ekspansi.

    Berdasarkan laporan SIINas, terdapat informasi Mesin Baru Pertumbuhan Industri Manufaktur dari pelaku industri yang telah memulai produksi dan membangun fasilitas baru yang diproyeksikan menjadi pondasi peningkatan PDB Industri Pengolahan Nonmigas serta penyerapan tenaga kerja. 

    Sementara itu, perlambatan kinerja IKI dipengaruhi oleh variabel produksi yang turun 1,08 poin menjadi 47,49 dan menandakan kontraksi yang telah berlangsung selama enam bulan. Sementara pada variabel persediaan tetap berada pada laju ekspansif di 56,19 meski turun 0,33 poin. 

    “Kontraksi pada variabel produksi ini dipengaruhi oleh pelaku industri yang mengambil sikap wait and see dalam meningkatkan ouput, seiring permintaan yang belum sepenuhnya pulih, serta tekanan eksternal lain seperti fluktuasi nilai tukar dan dinamika geopolitik yang berdampak pada rantai pasok global,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arief dalam rilis IKI November 2025, dikutip Jumat (28/11/2025).

    Febri menambahkan nilai IKI November 2025 ditopang oleh variabel pesanan yang naik sebesar 0,68 poin menjadi 55,93, mencerminkan adanya peningkatan pada permintaan domestik. Selain itu, IKI berorientasi ekspor berada di level 54,18 pada November 2025, turun 0,17 poin dari Oktober, sementara IKI berorientasi domestik naik 0,37 poin ke level 52,71.

    “Peningkatan pada pasar domestik ini menunjukkan rebound dari kebijakan pemerintah yang mendorong belanja dalam negeri, meskipun kita harus waspada terhadap risiko limpahan produk dari negara-negara yang terdampak perang tarif global,” ungkapnya.