Topik: e-commerce

  • Bukalapak Masih Simpan Dana IPO Triliunan meski Operasional yang Berhenti Bikin Investor Merugi

    Bukalapak Masih Simpan Dana IPO Triliunan meski Operasional yang Berhenti Bikin Investor Merugi

    Jakarta, Beritasatu.com – PT Bukalapak Tbk (BUKA) memutuskan untuk menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace, yang selama ini menjadi salah satu sumber utama pendapatannya. Keputusan ini diambil seiring dengan kinerja keuangan perusahaan yang terus mencatatkan kerugian.

    Dalam sembilan bulan pertama 2024, Bukalapak melaporkan kerugian sebesar Rp 597,35 miliar. Angka ini mengikuti kerugian pada tahun sebelumnya, yaitu Rp 1,36 triliun pada 2023.

    Kondisi saham Bukalapak pun mengalami penurunan signifikan. Saham BUKA, yang saat penawaran umum perdana (IPO) pada Juli 2021 ditawarkan di harga Rp 850 per lembar, kini hanya bernilai Rp 116.

    Sebagai gambaran, jika seorang investor ritel membeli 100 lot saham BUKA pada harga IPO dengan total investasi Rp 8,5 juta, nilai investasi tersebut kini hanya tersisa sekitar Rp 1,36 juta, atau turun sebesar 86,35%.

    Selain penurunan harga saham, investor yang memegang saham BUKA sejak IPO juga belum pernah mendapatkan dividen. Hal ini wajar, mengingat perusahaan e-commerce ini lebih sering mencatatkan kerugian dibanding keuntungan sejak melantai di bursa.

    Pada tahun pertama Bukalapak sebagai perusahaan publik, BUKA melaporkan kerugian tahun berjalan sebesar Rp 1,67 triliun, meningkat dari kerugian Rp 1,35 triliun pada tahun sebelumnya.

    Meski sempat mencatatkan laba sebesar Rp 1,98 triliun pada tahun buku 2022, BUKA kembali mencatat kerugian Rp 1,36 triliun di tahun berikutnya dan Rp 597,35 miliar selama sembilan bulan pertama 2024.

    Dana IPO Masih Tersisa
    Manajemen Bukalapak melaporkan bahwa hingga 30 Juni 2024, perusahaan masih memiliki sisa dana IPO sebesar Rp 9,83 triliun. Jumlah ini setara dengan 44,87% dari total dana IPO sebesar Rp 21,9 triliun.

    Saat IPO pada Juli 2021, Bukalapak menawarkan 25,76 miliar saham atau setara dengan 25% total saham perusahaan dengan harga Rp 850 per saham. Dari IPO ini, Bukalapak berhasil menghimpun dana Rp 21,9 triliun, dengan dana bersih sebesar Rp 21,32 triliun setelah dikurangi biaya penawaran sebesar Rp 574,85 miliar.

    Dana tersebut direncanakan dialokasikan untuk tiga tujuan utama, yakni sekitar Rp 7 triliun untuk modal kerja, Rp 7 triliun untuk suntikan modal anak usaha, dan Rp 7 triliun lainnya untuk pengembangan usaha. 

    Hingga saat ini, saat operasional Bukalapak (BUKA) gulung tikar, perusahaan telah menggunakan Rp 6,4 triliun untuk modal kerja dan Rp 3,89 triliun untuk pengembangan usaha. Namun, alokasi modal kerja untuk anak usaha baru terealisasi sebesar Rp 1,19 triliun dari total rencana Rp 7 triliun.

  • Bukalapak tutup layanan marketplace, persaingan usaha atau..

    Bukalapak tutup layanan marketplace, persaingan usaha atau..

    Logo Bukalapak. Foto: Istimewa

    Bukalapak tutup layanan marketplace, persaingan usaha atau..
    Dalam Negeri   
    Editor: Nandang Karyadi   
    Rabu, 08 Januari 2025 – 18:06 WIB

    Elshinta.com – Salah satu e-commerce di Indonesia, Bukalapak resmi menutup layanan marketplace pada, Selasa (7/1/2025). Penjualan produk fisik seperti barang elektronik, gadget, busana, dan sebagainya diganti dengan hanya menjual produk virtual seperti pulsa prabayar, token listrik, dan sebagainya. Hal ini disampaikan manajamen Bukalapak melalui blog resminya.

    “E-Commerce di Indonesia masih cukup kuat, terlepas dari Bukalapak yang menutup layanannya di bidang marketplace, ” ungkap Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Nailul Huda dalam wawancara di Radio Elshinta, Rabu (8/1/2025).

    “Ini adalah buah dari persaingan yang ketat. Bisa dilihat beberapa tahun terakhir mereka tidak bisa bersaing dengan E-Commerce lainnya dalam hal menyediakan lapak bagi penjual. Statement Bukalapak dalam beberapa tahun terakhir mereka fokus pada offline commerce atau mitra Bukalapak. Hal ini saya lihat menjadi tanda Bukalapak tidak bisa bertahan di tengah persaingan E-Commerce di Indonesia yang ketat, ” tambah Nailul Huda.

    Nailul juga menjelaskan, di dalam persaingan E-Commerce, Bukalapak seperti ‘hidup segan menutup pun tak mau’. Seakan mereka menjadi zombie, mereka ada tapi tidak digunakan. Yang mengakibatkan penjual malas berdagang di Bukalapak. Karena mereka tidak mendapat insentif.

    “Sementara pelanggan membutuhkan harga yang bersaing, butuh promo dan lain sebagainya, hingga menyebabkan Bukalapak semakin sepi dan kalah bersaing dengan E-Commerce lain,” kata Nailul memberikan catatan.

    Sebelum Bukalapak, pada tahun 2023 E-Commerce JD.ID pun menutup layanannya di Indonesia. Menurut Nailul, apa yang terjadi pada Bukalapak mirip dengan apa yang dialami JD.ID.

    “Mereka kekurangan pendanaan juga. Ketika itu JD.ID menyasar luxury consumer dengan tagline “Pasti Original”. Namun di platform lain juga menyediakan fitur untuk memastikan barang original. Sehingga dua E-Commerce itu tidak mampu bersaing dalam inovasi dan tidak bakar duit, ” jelas Nailul.

    Bukalapak yang menutup layanan marketplace, bisa menjadi peringatan untuk E-Commerce lainnya.

    “Namun bagi E-Commerce yang sekarang berada paling atas seperti Shopee dan Tokopedia kondisi ini justru menguntungkan bagi mereka karena kompetitor berkurang. Dan mereka bisa lebih menonjolkan diri sebagai E-Commerce yang sedang diminati. Tetapi ini perlu diwaspadai E-Commerce lain dan harus memicu mereka untuk terus berinovasi,” papar Nailul Huda.

    Bukalapak merupakan salah satu E-Commerce atau perusahaan perdagangan elektronik di Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada 2010 oleh Achmad Zaky, Nugroho Herucahyono, dan Muhamad Fajrin Rasyid sebagai lokapasar untuk memfasilitasi para pelaku Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

    Bukalapak pernah menjadi salah satu E-Commerce  terbesar di Indonesia dan masuk ke dalam jajaran startup unicorn. Penawaran umum perdana (IPO) pertamanya di Bursa Efek Indonesia pada 2021 menjadi yang terbesar sepanjang sejarah pasar modal Indonesia, yakni sebesar USD 1,5 miliar.

     

    Penulis: Dwi Iswanto/Ter

    Sumber : Radio Elshinta

  • Bukalapak (BUKA) Tutup Bisnis Fisik, Menko Airlangga: Saya Dengar Dulu

    Bukalapak (BUKA) Tutup Bisnis Fisik, Menko Airlangga: Saya Dengar Dulu

    Bisnis.com, JAKARTA — Petinggi PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA) direncanakan menemui Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk menjelaskan rencana penghentian penjualan produk fisik dalam situs perusahaan mulai Februari 2025.

    Airlangga mengaku pihak Bukalapak sudah melaporkan rencana restrukturisasi bisnisnya tersebut. Kendati demikian, sambungnya, akan ada pembicaraan lebih lanjut pada pekan depan.

    “Dia [Bukalapak] mau laporan, saya mau dengar dulu,” ujar Airlangga di Kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta Pusat, Rabu (8/1/2025).

    Sebelumnya, perusahaan teknologi itu menyatakan akan berfokus pada penjualan produk virtual saja seperti pulsa, paket data, hingga token listrik.

    “Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis perusahaan dalam websitenya dikutip Selasa (7/1/2025). 

    Head of Research Sucor Sekuritas Paulus Jimmy menuturkan langkah yang diambil BUKA merupakan langkah strategis. Hal ini melihat perkembangan industri e-commerce yang memang sangat kompetitif dan belum semua perusahaan mampu mencetak profit.

    Akan tetapi, lanjutnya, investor dan pelaku pasar sebaiknya mengamati arah perubahan BUKA ke depannya akan seperti apa.

    Jimmy juga menjelaskan berdasarkan diskusi dengan manajemen sebelumnya, BUKA memang sedang merencanakan restrukturisasi bisnis. BUKA melakukan restrukturisasi ini dengan target membangun bisnis yang lebih berkelanjutan ke depannya. 

    “Sehingga kami juga memperkirakan muted growth dari kinerja keuangan BUKA untuk beberapa kuartal ke depannya,” ujar Jimmy, Rabu (8/1/2025)

    Adapun Jimmy melihat penutupan lini bisnis tersebut tidak akan berpengaruh terhadap persepsi pasar terhadap sektor e-commerce. Hal ini karena posisi e-commerce BUKA yang memang memiliki pangsa pasar relatif kecil dibandingkan dengan kompetitornya.

  • Mengenal E-Commerce dan Fungsinya dalam Bisnis Modern

    Mengenal E-Commerce dan Fungsinya dalam Bisnis Modern

    Jakarta, Beritasatu.com – Perdagangan elektronik atau lebih dikenal E-commerce, merupakan konsep yang semakin berkembang di era digital saat ini. Secara umum, e-commerce merujuk pada semua transaksi jual beli yang dilakukan melalui media elektronik, khususnya internet. Konsep ini mencakup berbagai jenis kegiatan, termasuk pembelian, penjualan barang, penyediaan jasa, serta transfer data dan uang.

    Mengutip dari bpptik kominfo, Laudon & Laudon menjelaskan bahwa, e-commerce adalah proses transaksi yang terjadi antara konsumen dan perusahaan dengan menggunakan jaringan komputer sebagai perantara. Dengan perkembangan teknologi dan internet, e-commerce kini telah menjadi bagian integral dari kehidupan sehari-hari dan mengubah cara orang berbelanja hingga berbisnis.

    E-commerce juga memiliki beberapa model yang berbeda, sehingga bukan hanya perdagangan online antara penjual dan pembeli saja. Jenis-jenis e-commerce terbagi menjadi beberapa model termasuk business to consumer (B2C), business to business (B2B), consumer to consumer (C2C), dan consumer to business (C2B). Pada tipe ini, model (B2C) adalah yang paling umum digunakan, dimana perusahaan menjual langsung kepada konsumen.

    Fungsi E-commerce

    E-commerce memiliki berbagai fungsi yang signifikan dalam dunia bisnis modern, dengan memanfaatkan platform digital saat ini, pelaku usaha dapat menjangkau lebih banyak konsumen dan menawarkan produk serta layanan dengan lebih efisien, sehingga memberikan banyak manfaat, baik bagi perusahaan maupun konsumen. Berikut adalah beberapa fungsi utama e-commerce.

    1. Mempercepat proses transaksi

    Dengan platform digital saat ini, pelanggan dapat dengan mudah mencari dan membeli produk tanpa harus mengunjungi toko offline. Hal ini tidak hanya menghemat waktu, tetapi juga memungkinkan konsumen untuk menemukan barang yang mungkin tidak tersedia di lokasi mereka, proses yang lebih cepat ini meningkatkan kepuasan pelanggan dan mendorong pembelian berulang.

    2. Ekspansi pasar yang lebih luas

    Dengan melalui e-commerce, bisnis dapat menjangkau pelanggan di berbagai wilayah, bahkan secara internasional tanpa batasan. Ini memberikan kesempatan bagi usaha kecil dan menengah untuk bersaing di pasar global dengan biaya yang lebih rendah dibandingkan dengan membuka toko offline. Dengan memanfaatkan teknologi pengiriman dan pemasaran digital, perusahaan dapat meningkatkan visibilitas dan aksesibilitas produk mereka kepada konsumen.

    3. Pengumpulan data dan analisis perilaku konsumen

    Melalui transaksi online, bisnis dapat mengumpulkan data mengenai preferensi dan pola pembelian pelanggan. Informasi ini dapat dianalisis untuk mengembangkan strategi pemasaran yang lebih efektif dan penawaran produk yang sesuai dengan kebutuhan pasar. Dengan demikian, e-commerce tidak hanya memfasilitasi transaksi, tetapi juga berkontribusi pada pengembangan strategi bisnis yang lebih baik.

    Dengan demikian, e-commerce bukan hanya memfasilitasi transaksi tapi juga meningkatkan efisiensi operasional, meningkatkan kepuasaan pelanggan, dan mempromosikan inovasi bisnis.

  • Bukalapak Tutup Lapak, Manajemen Bakal Temui Airlangga

    Bukalapak Tutup Lapak, Manajemen Bakal Temui Airlangga

    Jakarta, CNBC Indonesia – Emiten teknologi e-commerce PT Bukalapak.com Tbk telah mengumumkan penghentian operasional penjualan produk fisik di marketplace. Pihak manajemen akan mengungkapkan alasan aksi korporasi tersebut ke pemerintah pekan depan di Kantor Kemenko Perekonomian.

    “Dia (manajemen) mau laporan, saya mau dengar dulu. Mungkin minggu depan (pertemuan),” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di kantornya, Jakarta, Rabu (8/1/2025).

    Sebagaimana diketahui, sejumlah produk fisik yang ditutup e-commerce itu di antaranya aksesori rumah, elektronik, evoucher, fashion, food, games, handphone, perawatan dan kecantikan, hingga perlengkapan bayi serta rumah tangga.

    Pembeli bisa memesan semua barang tersebut hingga 9 Februari 2025 pukul 23:59 WIB mendatang.

    Bukalapak menjelaskan fokusnya beralih untuk transaksi produk virtual, seperti pembelian pulsa prabayar dan pascabayar, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, paket data, token listrik, dan TV kabel serta internet.

    “Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis Bukalapak dalam blog resminya, dikutip Rabu (8/1/2025).

    Dalam unggahan itu, Bukalapak mengatakan perubahan akan berdampak pada usaha para penjual. Jadi perusahaan telah menyiapkan panduan untuk saldo dan pengembalian dana serta pengunduhan data, transaksi dan riwayat penjualan bagi pelapak di blog tersebut.

    Bukalapak juga memberikan catatan penambahan produk baru tidak bisa dilakukan lagi mulai awal Februari mendatang. Setelah tanggal 1 Februari 2025, penjual tidak bisa lagi menambah produk baru.

    Pihak Bukalapak menyarankan pelapak bisa menyelesaikan pengelolaan pesanan sebelum tanggal akhir operasional marketplace. Jadi menghindari pembatalan otomatis pesanan.

    Pesanan yang tidak diproses hingga 2 Maret 2025 pukul 23:59 WIB akan dibatalkan secara otomatis. Uang akan dikembalikan melalui Buka Dompet.

    Seusai aksi korporasi itu, Saham emiten teknologi e-commerce PT Bukalapak.com Tbk (BUKA) terpantau ambruk nyaris 5% di perdagangan sesi II Rabu (8/1/2025), setelah perseroan berencana menutup bisnis marketplace dan berupaya untuk beralih ke produk virtual.

    Per pukul 14:28 WIB, saham BUKA ambruk 4,92% ke posisi Rp 116/saham. Dalam sepekan terakhir, saham BUKA sudah ambruk hingga 7,2%. Sedangkan sebulan terakhir ambles 5,69%. Adapun sejak IPO, saham BUKA anjlok hingga 86,35%.

    Saham BUKA pada sesi II hari ini sudah ditransaksikan sebanyak 118 kali dengan volume sebesar 4,23 juta lembar saham dan nilai transaksinya sudah mencapai Rp 49,73 miliar. Adapun kapitalisasi pasarnya saat ini mencapai Rp 11,96 triliun.

    Dari orderbook-nya, di kolom bid atau beli, pada harga Rp 115/saham menjadi yang paling banyak antrean belinya pada sesi II hari ini yakni mencapai 223.954 lot atau sekitar Rp 2,6 miliar.

    Sedangkan di kolom offer atau jual, pada harga Rp 125/saham, menjadi yang paling banyak antrean jual pada sesi II hari ini yakni mencapai 297.942 lot atau sekitar Rp 3,7 miliar.

    (dce)

  • BAZNAS RI latih santri jadi pelaku digital marketing sektor travel haji dan umrah

    BAZNAS RI latih santri jadi pelaku digital marketing sektor travel haji dan umrah

    Sumber foto: Istimewa/elshinta.com

    BAZNAS RI latih santri jadi pelaku digital marketing sektor travel haji dan umrah
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Selasa, 07 Januari 2025 – 16:07 WIB

    Elshinta.com – Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) RI menggelar pelatihan Bootchamp Santripreneur di bidang digital marketing travel haji dan umrah, yang diselenggarakan di Jakarta,  pada Senin (6/1/2025). 

    Pelatihan ini merupakan upaya BAZNAS dalam memberdayakan ekonomi mustahik pada lingkup santri dan alumni pondok pesantren di sektor wisata halal, khususnya haji dan umrah. Pelatihan sekaligus kompetisi ini melibatkan 50 peserta terpilih yang terdiri atas santri tingkat akhir dan alumni pondok pesantren dari seluruh Indonesia yang telah lolos seleksi ketat. 

    Turut hadir dalam pembukaan pelatihan, Pimpinan BAZNAS RI Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Saidah Sakwan, M.A., Deputi 2 BAZNAS RI Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Dr. H.M. Imdadun Rahmat, M.Si., serta Ketua Pembina Yayasan Pesantren Bina Cendekia Drs. KH Nur Syamsudin MA. 

    Pimpinan BAZNAS RI Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Saidah Sakwan, M.A., dalam sambutannya menyampaikan, pentingnya peran santri dalam mendukung pertumbuhan sektor wisata halal.

    “Santri memiliki keunggulan spiritual dan dedikasi tinggi yang menjadi nilai tambah dalam pengelolaan travel haji dan umrah,” ujar Saidah. 

    Lanjut Saidah, dalam pelatihan yang berlangsung selama lima hari pada 6-10 Januari 2025, para peserta akan dibekali keterampilan digital marketing seperti Search Engine Optimization (SEO), Search Engine Marketing (SEM), Content Marketing, Social Media Marketing, Influencer Marketing, Email Marketing, hingga E-commerce Integration. 

    “Pelatihan ini dirancang untuk meningkatkan keterampilan santri dalam pemasaran digital, sehingga mereka dapat memanfaatkan peluang besar di sektor perjalanan haji dan umrah,” ucap Saidah.

    Menurutnya, program ini menjadi bukti nyata komitmen BAZNAS dalam memajukan kesejahteraan umat melalui pemberdayaan ekonomi pesantren.

    Saidah mengungkapkan, dengan populasi Muslim Indonesia yang mencapai 87 persen, animo masyarakat terhadap ibadah haji dan umrah akan terus meningkat setiap tahun. 

    “Kami ingin memastikan santri dapat mengambil peran strategis di sektor ini, dengan memanfaatkan keterampilan digital marketing untuk memperkuat layanan mereka,” kata Saidah.

    Saidah turut menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta yang telah terpilih dalam program ini.  “Selamat kepada 50 peserta terbaik. Ini adalah langkah awal untuk masa depan yang lebih cerah. Dengan mengikuti pelatihan ini, kalian tidak hanya akan mendapatkan ilmu, tetapi juga kesempatan untuk membawa keberkahan bagi umat,” ucap Saidah.

    Sementara itu, Deputi 2 BAZNAS RI Bidang Pendistribusian dan Pendayagunaan, Dr. H.M. Imdadun Rahmat, M.Si. menyampaikan, program ini merupakan bagian dari upaya strategis BAZNAS untuk mencetak generasi santri yang tangguh dan mandiri. 

    “Entrepreneurship sangat penting bagi santri. Dengan akses, bimbingan, serta keterampilan yang memadai, mereka mampu menjadi penggerak perekonomian umat,” ujar Imdadun. 

    Ia juga menambahkan, potensi besar sektor travel haji dan umrah, seiring meningkatnya minat masyarakat Muslim Indonesia, menjadi peluang yang harus dimanfaatkan oleh para santri.

    Sejak diluncurkan tahun 2022, lanjut Imdadun, hingga kini program BAZNAS Santripreneur  telah memberikan manfaat kepada lebih dari 1.000 santri di 26 provinsi.

    Menurutnya, pelatihan program BAZNAS Santripreneur ini berpotensi besar meningkatkan pendapatan bagi peserta yang merupakan para pelaku usaha dari kalangan santri dan lulusan pondok pesantren, khususnya di bidang travel wisata halal yang mengikutinya.

    Imdadun menyampaikan, program ini tidak hanya berfokus pada keterampilan ekonomi, tetapi juga membawa misi besar dalam memperkuat syiar zakat di masyarakat. Dengan mencetak santri yang mandiri secara ekonomi, BAZNAS berharap dapat mengubah para santri dari penerima zakat (mustahik) menjadi pemberi zakat (muzaki). 

    “Inilah esensi dari pemberdayaan ekonomi berbasis zakat, yaitu menciptakan individu yang mandiri, berdaya, dan membawa manfaat bagi umat,” jelas Imdadun.

    “Kami yakin pelatihan ini akan memberikan hasil yang lebih baik lagi, sekaligus menciptakan peluang usaha baru di sektor wisata halal,” tambahnya.

    Sumber : Elshinta.Com

  • Perbedaan E-commerce dan Marketplace

    Perbedaan E-commerce dan Marketplace

    Jakarta, Beritasatu.com – Setelah bertahun-tahun menjadi salah satu platform e-commerce terbesar di Indonesia, Bukalapak membuat keputusan besar yang mengejutkan banyak pihak. Pada 9 Januari 2025, perusahaan ini akan menghentikan layanan marketplace yang selama ini menjadi tempat utama bagi jutaan pengguna untuk melakukan transaksi jual beli berbagai produk fisik.

    Langkah yang diambil Bukalapak tersebut terkait dengan perubahan strategi bisnis yang kini berfokus pada pengembangan layanan lainnya. Penutupan layanan marketplace Bukalapak ini tentu akan berdampak signifikan bagi para pelapak yang bergantung pada platform tersebut untuk menjual produk fisik.

    Keputusan ini menimbulkan pertanyaan mengenai perbedaan e-commerce dan marketplace, dua istilah yang sering digunakan dalam perdagangan online. Selain itu, penting untuk memahami perbedaan antar keduanya agar para pelaku bisnis dapat mengambil keputusan yang tepat.

    Berikut ini perbedaan e-commerce dan marketplace, simak informasinya.

    Pengertian E-commerce dan Marketplace

    E-commerce dan marketplace adalah dua jenis platform yang digunakan untuk bertransaksi secara online, tetapi memiliki karakteristik dan fungsi yang berbeda.

    E-commerce adalah platform yang dikelola oleh satu perusahaan atau individu yang menjual produk atau layanan mereka sendiri. Dalam model ini, penjual bertanggung jawab penuh atas pengelolaan inventaris, pengiriman, dan layanan pelanggan.

    Sedangkan, marketplace adalah platform yang menyediakan ruang bagi berbagai penjual untuk menawarkan produk mereka kepada pembeli. Marketplace berfungsi sebagai perantara yang menghubungkan penjual dan pembeli, di mana setiap penjual dapat mengelola toko mereka sendiri di dalam platform tersebut.

    Perbedaan Utama antara E-commerce dan Marketplace

    Berikut adalah beberapa perbedaan utama antara e-commerce dan marketplace:

    Model bisnis: E-commerce berfokus pada penjualan produk dari satu perusahaan atau merek tertentu, sementara marketplace menghubungkan banyak penjual dengan pembeli.Pengelolaan: Dalam ecommerce, penjual memiliki kendali penuh atas semua aspek operasional, termasuk harga dan promosi. Di marketplace, kontrol lebih terbatas karena setiap penjual harus mengikuti aturan yang ditetapkan oleh platform.Pembayaran: E-commerce memungkinkan penjual untuk menerima pembayaran melalui berbagai metode sesuai keinginan mereka. Sebaliknya, marketplace biasanya menetapkan metode pembayaran tertentu yang harus diikuti oleh semua penjual.Layanan pelanggan: Dalam e-commerce, layanan pelanggan dikelola oleh perusahaan itu sendiri. Di marketplace, setiap penjual bertanggung jawab atas layanan pelanggan untuk produk yang mereka jual.

    Dengan memahami perbedaan antara e-commerce dan marketplace serta dampak dari perubahan strategi bisnis seperti yang dilakukan oleh Bukalapak, para pelaku usaha dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana dalam menghadapi tantangan pasar yang terus berubah.

  • Bukalapak Tutup Marketplace, Pengamat Singgung Manajemen Baru Kurang Agresif Saingi Kompetitor  – Halaman all

    Bukalapak Tutup Marketplace, Pengamat Singgung Manajemen Baru Kurang Agresif Saingi Kompetitor  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat Teknologi dan Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi berpendapat, penutupan layanan marketplace di e-commerce Bukalapak imbas kurang agresifnya inovasi dari manajemen.

    Hal tersebut merespons perubahan layanan Bukalapak dari sebelumnya menjual produk marketplace menjadi layanan penjualan produk-produk virtual.

    “Tapi memang Bukalapak sejak terjadi perubahan pimpinan, ini kan nampaknya kehilangan pamor juga Bukalapak,” ujar Heru saat dihubungi Tribunnews, Rabu (8/1/2025).

    “Karena betapapun manajemen yang baru ini kemudian tidak seagresif mungkin ya, seagresif sebelumnya. Sehingga memang posisi dari Bukalapak juga terpinggir,” imbuhnya menegaskan.

    Heru menyebut, pamor Bukalapak ini memang masih dibawah dua platform e-commerce lain yang sudah besar yakni Shopee dan Tokopedia. Sehingga dia menilai, langkah perubahan layanan ini sebagai strategi Bukalapak dalam mempertahankan eksistensi di industri start-up.

    “Dan ya dengan perubahan strategi ini ya mungkin bisa kita lihat nanti apakah ini berhasil atau tidak,” jelasnya.

    Ditutupnya bisnis marketplace di platform perdagangan online-nya mulai Selasa, 7 Januari 2025 membuat skala bisnis Bukalapak menjadi mengecil.

    Ini karena perusahaan yang didirikan oleh Achmad Zaky tersebut tidak lagi memfasilitasi para pelapak atau pemilik toko online menjual produk fisik mereka di Bukalapak.

    Selanjutnya, perusahaan akan fokus memperdagangkan produk-produk virtual/digital seperti token listrik, pulsa prabayar serta memfasilitasi pembayaran online para penggunanya.

    Persaingan di bisnis marketplace yang ketat serta lesunya perekonomian dan daya beli masyarakat diduga menjadi pemilik keputusan manajemen Bukalapak menutup layanan marketplace di platformnya.

    Dalam pemberitahuan resmi yang diunggah di blog Bukalapak, mereka menyatakan menghentikan operasional penjualan produk fisik seperti barang elektronik, gadget, busana, dan sebagainya di marketplace Bukalapak.

    Strategi ini mereka ambil sebagai transformasi untuk fokus pada produk virtual (seperti pulsa prabayar, token listrik, dan sebagainya).

    “Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada produk virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis Bukalapak di blognya.

    Pendiri Bukalapak 

    Adapun Bukalapak didirikan oleh entrepreneur muda Achmad Zaky pada 10 Januari 2010 bersama rekannya Fajrin Rasyid dan Nugroho Herucahyono. 

    Ia memulai bisnis e-commerce ini setelah istrinya kesulitan menemukan barang yang ingin dibelinya. Di perusahaan ini Achmad Zaky duduk sebagai Chief Executive Officer (CEO).

    Achmad Zaky mundur dari jabatan CEO Bukalapak pada 6 Januari 2020. Posisinya saat itu digantikan oleh Muhammad Rachmat Kaimuddin, sahabatnya yang lulusan MIT dan Stanford. 

    Achmad Zaky tetap menjadi pendiri, penasihat, dan mentor tech startup di Bukalapak. Posisi CEO Bukalapak kemudian digantikan oleh Willix Halim sejak 2022.

    Willix Halim resmi ditunjuk menjadi Direktur Utama/CEO PT Bukalapak.com, Tbk (BUKA) menggantikan posisi Rachmat Kaimuddin yang mengundurkan diri karena melanjutkan karirnya untuk mengabdi kepada negara. 

    Penunjukan Willix Halim disetujui oleh Jajaran Direksi, Komisaris dan Pemegang Saham Perseroan yang diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB), Rabu (16/2/2022).

    Pria kelahiran Medan 15 November 1987 ini mulai bergabung dengan Bukalapak sejak tahun 2016. Posisinya sebelumnya di Bukalapak adalah mengemban tugas sebagai Chief Operating Officer (COO).

    Pria berusia 34 tahun tersebut, juga menjadi salah satu tokoh penting dalam pertumbuhan bisnis Bukalapak. Adapun kontribusi Willix Halim yakni memajukan bisnis Bukalapak hingga menjadi perusahaan Unicorn.

     

  • Bukalapak Hanya Jual Produk Virtual, Pengamat: Upaya Bertahan di Industri Start-up – Halaman all

    Bukalapak Hanya Jual Produk Virtual, Pengamat: Upaya Bertahan di Industri Start-up – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengamat Teknologi dan Direktur Eksekutif ICT Institute Heru Sutadi berpendapat, penutupan layanan marketplace di e-commerce Bukalapak hingga beralih ke penjualan produk-produk virtual, merupakan cara perusahaan untuk bertahan di industri start-up.

    “Sehingga ya mungkin nampaknya dan mungkin ini alternatif yang dapat mungkin dipertahankan oleh Bukalapak. Sambil mungkin nama Bukalapak itu tetap ada,” kata Heru saat dihubungi Tribunnews, Rabu (8/1/2025). 

    Sebab menurut Heru, penjualan produk-produk virtual di platform e-commerce ini sudah marak terjadi. Artinya bukan hanya Bukalapak satu-satunya yang menjual produk virtual.  

    Bahkan, Heru memprediksi peralihan layanan penjualan dari marketplace ke produk-produk virtual ini justru akan menurunkan pasar Bukalapak yang sudah ada sebelumnya.

    “Tapi dengan pasar yang ada juga kan sekarang juga hampir semua e-commerce juga jual hal yang serupa. Jadi ya pasarnya juga tidak sebesar yang mungkin juga kalau hanya satu dua pemainnya,” ungkapnya.

    Di satu sisi, Heru menilai perubahan layanan di Bukalapak ini mengindikasikan bahwa menjadi perusahaan ‘unicorn’ atau memiliki nilai valuasi mencapai Rp 14 triliun lebih tidak akan selamanya menjadi ‘decacorn’ dengan nilai valuasi 10 kali lipat daripada perusahaan unicorn.

    “Karena bisa jadi di tengah jalan terjadi perubahan model bisnis, perubahan kompetisi gitu ya, yang membuat posisi dari yang tadinya unicorn bisa jadi tidak lagi menjadi unicorn, yang decacorn mungkin bisa turun atau apa itu bisa saja terjadi. Jadi tidak level yang selamanya itu bisa disandang,” papar dia.

    Adapun Bukalapak mengumumkan penutupan layanan produk fisik di marketplace dan mengubah penjualan hanya produk-produk virtual mulai Selasa (7/1/2025).

    Mengutip keterangan dalam blog resminya, Bukalapak menyebut bahwa perubahan layanan ini merupakan bagian transformasi dari layanan yang sudah berjalan.

    “Kami ingin menginformasikan bahwa Bukalapak akan menjalani transformasi dalam upaya untuk meningkatkan fokus pada Produk Virtual. Sebagai bagian dari langkah strategis ini, kami akan menghentikan operasional penjualan Produk Fisik di Marketplace Bukalapak,” tulis keterangan resmi dikutip Tribunnews, Rabu (8/1/2025).

    Adapun produk-produk virtual yang dimaksud meliputi Pulsa Prabayar, Paket Data, Token Listrik, Listrik Pascabayar, Prakerja, Bukasend, Angsuran Kredit, BPJS Kesehatan, Air PDAM, Telkom, Pulsa Pascabayar, TV Kabel & Internet, Pajak PBB, Penerimaan Negara.

    Kemudian Voucher Streaming, Bayar Denda Tilang, Bayar PPh Final, Bayar PPN, Bayar PPh 21, Bayar SBN, Bayar Bea, BPJS Ketenagakerjaan, BMoney, Voucher Digital Emas.

  • Tak Bisa Saingi Shopee-Tokopedia Cs, Bukalapak (BUKA) Kurang Bakar Uang?

    Tak Bisa Saingi Shopee-Tokopedia Cs, Bukalapak (BUKA) Kurang Bakar Uang?

    Bisnis.com, JAKARTA — Strategi ‘bakar uang’ dinilai masih menjadi andalan yang dilakukan platform perdagangan elektronik (e-commerce) untuk menarik minat pasar. Lantas, bagaimana dengan PT Bukalapak.com Tbk. (BUKA)?

    Perlu diketahui, Bukalapak resmi mengumumkan bakal menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace. Hal ini dilakukan karena perusahaan ingin fokus pada produk virtual seperti pulsa prabayar, paket data, token listrik, hingga voucher digital emas.

    Direktur Ekonomi Digital dan Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda mengatakan bahwa aksi bakar uang dinilai masih menjadi “bensin” pemain e-commerce seperti Shopee—Tokopedia Cs untuk bersaing dan mempertahankan posisi, serta merebut pasar.

    “Apa yang terjadi di Bukalapak, semakin mengindikasikan inovasi dan bakar uang yang dilakukan oleh e-commerce, hampir di semua industri digital, itu bisa menjadi alat bertahan,” kata Huda kepada Bisnis, Rabu (8/1/2025).

    Menurut Huda, pascaemiten bersandi saham BUKA itu melantai di Bursa alias Initial Public Offering (IPO), perusahaan tidak mendapatkan pendanaan segar. Kondisi ini berbeda dengan pesaingnya, Tokopedia yang setelah IPO dengan Gojek mendapatkan suntikan dana dari Bytedance.

    Bukalapak, kata Huda, lebih fokus terhadap pengembangan mitra bukalapak dalam beberapa tahun terakhir. “Mereka akhirnya memilih menutup layanan e-commerce-nya,” tuturnya.

    Untuk itu, Huda mengaku tidak heran jika aksi bakar uang di industri ini masih tetap melaju dan menjadi andalan. “Saya melihat era bakar uang masih ada dan memang masih menjadi andalan untuk bersaing,” tuturnya.

    Huda menuturkan bahwa peta persaingan e-commerce di Indonesia sejatinya sudah terbagi menjadi tiga layer besar dengan jarak yang cukup jauh.

    Di mana, layer pertama diisi oleh pemain top 2, seperti Shopee dan Tokopedia-TikTok. Menurut Huda, aksi merger Tokopedia dengan TikTok membuat persaingan di industri e-commerce cukup sengit dengan Shopee. Keduanya pun dinilai masih cukup kuat untuk membakar uang.

    Kemudian, layer kedua merupakan platform tengah (middle platform) seperti Blibli, Lazada, dan Bukalapak. Namun, dengan tutupnya Bukalapak maka middle platform hanya terdiri dari Blibli dan Lazada. Sementara itu, untuk layer ketiga merupakan platform e-commerce kecil dan lokal.

    Lebih lanjut, Huda mengatakan bahwa Shopee dan Tokopedia-TikTok saat ini bersaing dalam dua hal, yakni inovasi dan bakar uang. Keduanya pun kompak melakukan inovasi dengan mengembangkan Live Shopping.

    “Tidak bisa dipungkiri, konsumen kita masih price oriented consumer. Harga menjadi daya tarik utama dalam berbelanja via digital,” ungkapnya.

    Dihubungi terpisah, Head of Media and Communications Bukalapak Dimas Bayu memastikan bahwa layanan marketplace Bukalapak masih tetap beroperasi meski perusahaan menutup layanan produk fisik.

    “Layanan marketplace Bukalapak masih tetap beroperasi,” kata Dimas dalam keterangan yang diterima Bisnis, Rabu (8/1/2025).

    Dimas mengatakan bahwa Bukalapak akan menghentikan layanan produk fisik secara bertahap hingga Februari 2025. Dengan demikian, BUKA akan berfokus pada layanan produk virtual seperti pulsa prabayar, paket data, token listrik, BPJS Kesehatan, BPJS Ketenagakerjaan, hingga voucher digital emas.

    “Ke depannya, kami hanya berfokus pada layanan produk virtual di platform marketplace kami, guna memperkuat posisi di ekosistem produk virtual dan memberikan layanan terbaik kepada pengguna di industri digital,” jelasnya.

    Dimas menyampaikan bahwa Bukalapak akan berfokus untuk terus tumbuh dan memberikan manfaat bagi pemegang saham.

    “Kami juga sedang berfokus pada pertumbuhan perseroan dan entitas anak perusahaan untuk terus tumbuh lebih baik ke depannya sehingga bisa memberikan manfaat bagi pemangku kepentingan, terutama pemegang saham,” terangnya.

    Asal tahu saja, pada Selasa (7/1/2025), Bukalapak mengumumkan akan menghentikan operasional penjualan produk fisik di marketplace Bukalapak dan beralih untuk meningkatkan produk virtual.

    “Kami sepenuhnya memahami bahwa perubahan ini akan berdampak pada usaha Pelapak, dan kami berkomitmen untuk membuat proses transisi ini berjalan sebaik mungkin,” demikian yang dikutip, Rabu (8/1/2025).

    Bukalapak mengingatkan bahwa pada 9 Februari 2025 pukul 23.59 WIB akan menjadi tanggal terakhir pembeli dapat membuat pesanan untuk produk kategori aksesoris rumah, elektronik, evoucher, fesyen, makanan, games, handphone, hobi dan koleksi, tiket dan voucher, hingga perawatan dan kecantikan.

    Selanjutnya, penonaktifan pengunggahan produk baru akan dilakukan mulai 1 Februari 2025. Dalam hal ini, fitur untuk menambahkan produk baru akan dinonaktifkan. Artinya, pelapak tidak dapat menambah produk baru setelah periode ini.

    Bukalapak juga menyarankan kepada pelapak untuk menyelesaikan pengelolaan pesanan yang masuk sebelum tanggal akhir operasional marketplace untuk menghindari pembatalan otomatis pesanan yang belum terpenuhi.

    BUKA juga memastikan semua pesanan yang belum diproses hingga 2 Maret 2025 pukul 23.59 WIB akan dibatalkan secara otomatis oleh sistem. “Dana dari pesanan yang dibatalkan akan dikembalikan kepada pembeli melalui BukaDompet,” jelasnya.