Topik: diabetes

  • Saran Dokter soal Makanan Manis Saat Berbuka, Hati-hati Kalau Ada Diabetes

    Saran Dokter soal Makanan Manis Saat Berbuka, Hati-hati Kalau Ada Diabetes

    Jakarta – Anjuran untuk berbuka dengan yang manis selalu terdengar setiap bulan Ramadan. Konsumsi makanan manis saat buka puasa memang disarankan untuk menggantikan kadar gula dalam darah yang berkurang selama berpuasa. Karenanya, sajian takjil manis selalu menjadi incaran saat berbuka puasa.

    Dokter spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH mengatakan meskipun disarankan mengonsumsi makanan manis saat berbuka, bukan berarti masyarakat boleh mengonsumsinya secara berlebihan, terutama bagi pengidap penyakit metabolik seperti diabetes.

    “Pada prinsipnya memang disarankan atau di sebagian mewajibkan itu berbukalah dengan yang manis, boleh. Tetapi hati-hati pada kasus-kasus dengan pengidap mungkin diabetes. Jadi usahakan buka puasa itu manis ya, tetapi juga jangan berlebih,” katanya saat dihubungi detikcom, Senin (17/2/2025).

    Tak hanya makanan manis, makanan tinggi kalori juga disebutnya tak boleh berlebihan dikonsumsi. Hal ini dikarenakan makanan tinggi kalori hingga gula tak hanya mengganggu sistem pencernaan, tapi juga dapat meningkatkan risiko gangguan metabolik, seperti diabetes, hipertensi.

    Sebagai pilihan yang lebih sehat, dr Aru menyarankan untuk berbuka dengan kurma dalam jumlah yang wajar, misalnya satu hingga lima butir.

    Mengacu pada sejumlah literatur, dr Aru menjelaskan bahwa kurma bermanfaat untuk membantu menstabilkan gula darah yang turun saat berpuasa.

    (suc/up)

  • 10 Alasan Mengapa Kurma Baik untuk Kesehatan Anda – Halaman all

    10 Alasan Mengapa Kurma Baik untuk Kesehatan Anda – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kurma adalah buah yang kerap dijumpai selama bulan Ramadhan dan Lebaran.

    Selain menjadi tradisi berbuka puasa, kurma juga dikenal memiliki berbagai manfaat kesehatan yang tak terhingga.

    Artikel ini akan menjelaskan sepuluh manfaat utama dari mengonsumsi kurma, yang bisa menjadi pertimbangan Anda saat berbuka puasa.

    Mengapa Kurma Populer Saat Buka Puasa?

    Kurma menjadi pilihan utama untuk berbuka puasa karena kaya akan kandungan gizi.

    Buah ini merupakan sumber serat, gula alami, serta banyak vitamin dan mineral penting.

    Dalam tradisi, mengonsumsi kurma dengan jumlah ganjil saat berbuka puasa dianjurkan, mengikuti sunah Nabi Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam yang berbuka puasa dengan kurma.

    Dalam sebuah hadis, Anas bin Malik menyebutkan, “Nabi Shallallahu alaihi wa sallam biasa berbuka puasa sebelum shalat dengan ruthab kurma basah. Jika tidak ada ruthab, beliau berbuka dengan tamr (kurma kering) dan jika tidak ada tamr, beliau meminum seteguk air.” Ini menunjukkan pentingnya kurma dalam tradisi berbuka puasa.

    Apa Saja Manfaat Mengonsumsi Kurma Setiap Hari?

    Berdasarkan informasi dari Dinas Kesehatan, berikut adalah sepuluh manfaat mengonsumsi kurma setiap hari:

    1. Bagaimana Kurma Membantu Mengganti Elektrolit Tubuh?

    Kurma memiliki kandungan kalium yang tinggi, yang merupakan salah satu unsur elektrolit penting bagi tubuh.

    Saat berpuasa, mengonsumsi kurma dapat membantu mengganti elektrolit yang hilang.

    2. Mengapa Kurma Efektif Melancarkan Sistem Pencernaan?

    Dalam 35 ons (0,99 kg) kurma, terkandung serat sebanyak 7 gram.

    Serat ini berperan penting dalam mencegah konstipasi dan menjaga gerakan usus besar tetap teratur, sehingga baik untuk pencernaan.

    3. Bagaimana Kurma Bisa Jadi Menu Tambahan yang Menarik?

    Kurma dapat dimakan langsung atau dipadukan dengan makanan sehat lainnya seperti kacang almond, keju, smoothies, atau oatmeal.

    Ini menjadikannya pilihan yang fleksibel dan kaya rasa.

    4. Apakah Kurma Baik Sebagai Pengganti Gula?

    Dengan rasa manis alami, kurma merupakan alternatif yang lebih sehat dibandingkan gula putih.

    Ini bisa membantu menstabilkan gula darah, terutama bagi penderita diabetes.

    5. Mengapa Kurma Menjadi Sumber Nutrisi yang Baik?

    Kadar kalori dalam kurma termasuk tinggi karena sebagian besar kalori berasal dari karbohidrat, sedangkan sisanya berasal dari protein.

    Ini membuat kurma efektif dalam mencukupi kebutuhan gizi dan kalori harian.

    6. Apa Hubungan Antara Kurma dan Perlindungan Tubuh dari Peradangan?

    Kurma kaya akan polifenol, jenis antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari berbagai radang.

    Mengonsumsi kurma secara rutin dapat meningkatkan asupan antioksidan yang diperlukan.

    7. Bagaimana Kurma Dapat Mencegah Penyakit Kronis?

    Tingginya kadar antioksidan dalam kurma membantu melindungi tubuh dari penyakit kronis seperti jantung, kanker, diabetes, dan Alzheimer.

    Ini menjadikan kurma sebagai tambahan penting dalam diet sehari-hari.

    8. Apakah Kurma Berperan dalam Proses Persalinan?

    Mengonsumsi kurma setiap hari menjelang persalinan dapat membantu melancarkan proses persalinan normal.

    Kurma berfungsi untuk melebarkan leher rahim, sehingga mengurangi kebutuhan akan induksi.

    9. Bagaimana Kurma Meningkatkan Kesuburan?

    Kandungan asam amino dan seng yang ada dalam kurma dapat meningkatkan kesuburan baik pada wanita maupun pria.

    Ini bisa menjadi pilihan bagi pasangan yang merencanakan kehamilan.

    10. Apakah Kurma Bisa Mencegah Anemia?

    Dengan mengonsumsi kurma secara teratur, kandungan zat besi dalam kurma dapat membantu meningkatkan produksi sel darah merah, sehingga efektif untuk mencegah anemia.

    Kesimpulan

    Mengonsumsi kurma tidak hanya menjadi tradisi yang baik saat berbuka puasa, tetapi juga membawa banyak manfaat kesehatan.

    Dari mengganti elektrolit yang hilang hingga mendukung proses persalinan dan meningkatkan kesuburan, kurma adalah buah yang layak dimasukkan ke dalam pola makan sehari-hari.

    Mari kita manfaatkan khasiat kurma untuk kesehatan yang lebih baik!

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Rahasia Panjang Umur Ala Warga Jepang, Ternyata Ini yang Dikonsumsi Setiap Hari

    Rahasia Panjang Umur Ala Warga Jepang, Ternyata Ini yang Dikonsumsi Setiap Hari

    Jakarta

    Jepang merupakan salah satu negara dengan angka harapan hidup tertinggi di dunia. Tidak hanya itu saja, Negara yang dijuluki Negeri Sakura itu juga dikenal dengan jumlah centenarian, orang yang hidup hingga lebih dari 100 tahun, yang sangat tinggi.

    Pada tahun 2024 misalnya, tercatat ada lebih dari 95 ribu centenarian di Jepang. Hal ini tak lepas dari gaya hidup sehat dan pola makan baik yang dilakukan oleh warga Jepang. Dikutip dari Well and Good, berikut ini sederet makanan sehat yang rutin dikonsumsi masyarakat Jepang:

    1. Pare

    Salah satu makanan yang populer di Okinawa adalah pare. Meski rasanya pahit, sayuran ini banyak dikonsumsi masyarakat karena manfaatnya yang luar biasa. Ahli diet Melisa Rifkin, RD menuturkan bahwa pare memiliki khasiat yang besar dalam pencegahan diabetes.

    “Pare memiliki khasiat ‘anti-diabetes’ yang membantu menurunkan kadar glukosa darah,” katanya.

    2. Tahu

    Rifkin menuturkan bahwa tahu merupakan salah satu makanan paling umum yang dikonsumsi masyarakat Jepang. Ia membandingkannya dengan roti bagi orang Prancis dan kentang bagi orang Eropa Timur.

    Rifkin mengatakan tahu bermanfaat untuk membantu menurunkan kolesterol. Selain itu, Rifkin menuturkan bahwa tahu juga bisa menjadi salah satu sumber protein nabati yang sangat baik untuk tubuh.

    3. Ubi Jalar

    Ubi jalar juga menjadi makanan favorit warga Jepang. Makanan sumber karbohidrat ini memiliki kandungan serat dan antioksidan yang baik untuk menjaga kesehatan tubuh secara umum.

    “Ubi jalar disebut ‘imo’ dan merupakan sumber nutrisi yang sangat baik. Ubi-ubian ini tidak meningkatkan kadar glukosa darah, seperti kentang biasa, dan daunnya yang mengandung serat dapat dikonsumsi. Ubi jalar juga mengandung antioksidan yang disebut sporamin, yang telah terbukti memiliki khasiat anti-penuaan,” kata Rifkin.

    NEXT: Kunyit hingga rumput laut

    4. Kunyit

    Kunyit merupakan salah satu jenis rempah yang memiliki banyak manfaat, salah satunya bersifat anti-radang. Rifkin menuturkan kunyit biasanya ditambahkan ke dalam masakan atau dibuat menjadi teh.

    “Kunyit adalah antioksidan kuat yang terbukti dapat mengurangi peradangan dan menunda demensia,” sambungnya.

    5. Brown Rice

    Brown Rice disukai oleh banyak warga Okinawa karena mengandung serat. Ketika direndam air, brown rice akan berkecambah dan menghasilkan enzim uat yang dapat memecah gula dan protein, sehingga menghasilkan rasa yang lebih lezat.

    6. Jamur Shiitake

    Ada banyak jenis jamur yang dikonsumsi warga Jepang, tapi jenis Shiitake dianggap menjadi salah satu yang paling lezat. Rifkin menuturkan jamur shiitake dapat umbuh di kulit kayu di hutan Jepang.

    “Jamur ini mengandung lebih dari 100 senyawa yang terbukti memiliki sifat melindungi kekebalan tubuh. Jamur ini dinikmati dalam sup dan tumisan,” jelasnya.

    7. Rumput Laut

    Menurut Rifkin, ada banyak nutrisi yang terkandung dalam rumput laut. Rumput laut kaya akan karotenoid, folat, magnesium, zat besi, kalsium, hingga yodium yang baik untuk tubuh.

  • Jangan Dibuang, Inilah 4 Manfaat Kulit Ari Salak untuk Kesehatan

    Jangan Dibuang, Inilah 4 Manfaat Kulit Ari Salak untuk Kesehatan

    Liputan6.com, Yogyakarta – Makan salak sebaiknya jangan dibuang kulit arinya. Kandungan nutrisi dalam kulit ari salak menjadikannya bermanfaat untuk kesehatan, sehingga mengonsumsi salak beserta kulit arinya dapat memberikan manfaat nutrisi yang lebih dibandingkan jika hanya mengonsumsi daging buahnya saja.

    Selain serat dan vitamin C, kulit ari salak juga mengandung kalsium, tanin, saponin, dan flavonoid. Tanin dan flavonoid yang terkandung dalam kulit ari salak dikenal memiliki sifat antioksidan yang dapat membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas.

    Sementara saponin memiliki berbagai efek biologis termasuk anti-inflamasi dan antimikroba. Mengutip dari berbagai sumber, berikut empat manfaat kuliat ari pada buah salak:

    1. Menurunkan Kadar Gula Darah

    Kulit salak mengandung banyak senyawa yang baik untuk kesehatan, terutama bagi penderita diabetes. Kandungan flavonoid dalam kulit salak dapat membantu menurunkan kadar gula darah.

    Selain itu, kulit salak juga mengandung asam ferulat yang memiliki sifat antioksidan dan mampu menetralkan radikal bebas di pankreas. Kandungan lainnya seperti asam galat, asam linoelaidat, asam palmitat, α-tokoferol, dan asam sterik juga berperan penting karena dapat menghambat kerja enzim α-glukosidase.

    Enzim ini mengubah karbohidrat menjadi glukosa, sehingga penghambatannya akan membantu mengontrol kadar gula darah. Semua senyawa ini bekerja sama dalam kulit salak untuk membantu orang yang memiliki masalah dengan gula darah tinggi.

    2. Meningkatkan Daya Tahan Tubuh

    Buah salak memiliki banyak manfaat untuk kesehatan tubuh kita. Kandungan vitamin C dalam salak dan kulitnya dapat membantu meningkatkan daya tahan tubuh.

    Vitamin C ini juga berperan penting dalam memproduksi kolagen, yaitu protein yang menjaga agar kulit tetap kenyal dan elastis. Selain vitamin C, salak juga mengandung vitamin A yang bermanfaat untuk menguatkan sistem kekebalan tubuh.

    3. Mencegah Sariawan

    Kulit salak dapat digunakan sebagai obat penawar dan pencegah sariawan karena mengandung vitamin C dan serat yang tinggi. Kandungan nutrisi ini sangat bermanfaat untuk kesehatan mulut dan gusi.

    Tidak hanya itu, ekstrak kulit ari pada salak juga terbukti dapat menghambat pertumbuhan candida albicans, yaitu jamur yang sering menjadi penyebab terjadinya sariawan. Kemampuan kulit salak dalam mengatasi masalah sariawan ini menjadikannya bahan alami yang potensial untuk menjaga kesehatan mulut dan mencegah infeksi jamur di rongga mulut.

    4. Melancarkan Pencernaan

    Kulit salak mengandung serat yang baik untuk pencernaan. Serat dalam salak dapat membantu melancarkan pencernaan, mencegah sembelit, dan menjaga kesehatan usus.

    Manfaat serat dalam salak tidak hanya terbatas pada itu saja, serat juga berperan penting dalam menjaga keseimbangan bakteri baik dalam usus yang mendukung kesehatan pencernaan secara keseluruhan. Selain itu, serat dalam salak membantu pergerakan usus menjadi lebih baik, melunakkan feses sehingga lebih mudah dikeluarkan, dan memperkuat otot saluran pencernaan.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Seberapa Efektif Diet Tanpa Nasi? – Halaman all

    Seberapa Efektif Diet Tanpa Nasi? – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Terkadang bagi sebagian orang bulan puasa menjadi momen untuk menurunkan berat badan.

    Banyak orang kemudian menerapkan pola diet mengurangi bahkan tidak makan nasi putih sama sekali.

    Lalu, seberapa efektif kah diet tanpa nasi?

    Ahli gizi Dr. Mulianah Daya, M.Gizi, Sp.GK, menuturkan banyak orang sering salah kaprah bahwa diet dengan tidak makan nasi bisa menurunkan berat badan.

    Sementara, tetap makan jenis karbohidrat lain seperti tepung, konsumsi makanan dan minuman manis, maka berat badan tetap naik.

    Gula dan tepung memiliki kalori lebih besar daripada kalori dari nasi.

    “Kadang-kadang seringkali keluhan, tidak makan nasi tapi kok berat badan lebih naik. Itu mungkin tidak memahami jenis karbohidrat jenis lainnya sebenernya kalau lebih tinggi kalorinya,” kata dia ditemui awak media di Jakarta, Kamis (27/2/2025).

    Pada orang dewasa kebutuhan karbohidrat rata-rata 130 gram per hari.

    Kebutuhan itu bisa dipenuhi dengan jenis karbohidrat lainnya seperti ubi, singkong maupun jagung.

    “Karbohidrat itu adalah 130 gram per hari. Bahkan porsi kebutuhan karbohidrat itu adalah paling besar, 45-60 persen untuk badan. Karena hampir semua sel itu butuh glukosa,” tutur ahli gizi lulus Universitas Indonesia.

    Ia mengingatkan, saat orang kekurangan karbohidrat maka akan berdampak pada kehilangan konsentrasi dalam kegiatan sehari-hari.

    “Kalau kurang, ini tidak ada energinya, sel-selnya, tidak bisa bekerja, otaknya tidak bisa bekerja. Tidak bisa konsentrasi, terutama otak dan lain-lain. Jadi hati-hati, pengaruhnya sedemikian. Apalagi hati-hati untuk pasien-pasien diabetes yang on terapi,” urai Mulianah.

    Mulianah menegaskan, agar diet bisa menjadi lifestyle dan jangka panjang, kuncinya adalah harus enak dan nyaman.

    Jika diet tidak nyaman akan berisiko stres eating hingga gangguan psikologis.

    “Diet itu pengaturan pola makan, patokannya bukan hanya untuk menurunkan berat badan. Diet itu perlu menjadi lifestyle harus nyaman. Agar diet menjadi nyaman kuncinya itu 4,” ungkap dia.

    Pertama makanan harus Enak, kedua harus realistis, ketiga jadwal flexibel serta diet dapat menunjang kesehatan.

    “Mau diet apapun, diet itu harus balance, tahu mana kebutuhan yang dimaksimalkan dan diminimalkan. Diet si A belum tentu cocok dengan diet si B. Diet itu harus nyaman bagi yang menjalankannya dengan harapan bisa berlangsung jangka panjang,” kata Mulianah.

  • Ini 6 Manfaat yang Didapat Jika Rutin Konsumsi Apel Setiap Hari

    Ini 6 Manfaat yang Didapat Jika Rutin Konsumsi Apel Setiap Hari

    Jakarta

    Apel merupakan salah satu jenis buah yang umum dikonsumsi masyarakat Indonesia. Selain rasanya yang enak dan segar, nyatanya buah apel juga menyimpan banyak nutrisi yang baik untuk kesehatan tubuh.

    Dikutip dari Healthline, berikut ini sederet manfaat makan apel setiap hari untuk tubuh:

    Apel mengandung banyak serat dan air yang dapat membantu menjaga rasa kenyang. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa mengonsumsi apel utuh lebih meningkatkan rasa kenyang dibandingkan jus apel dalam jumlah yang sama.

    Penelitian lain juga menunjukkan bahwa mengonsumsi apel dapat secara signifikan mengurangi indeks massa tubuh (IMT), faktor risiko penyakit jantung yang berkaitan dengan berat badan. Menariknya, kandungan polifenol dalam apel juga memiliki efek anti-obesitas.

    2. Meningkatkan Kesehatan Jantung

    Penelitian telah mengungkapkan bahwa makan 100-150 gram per hari apel utuh dikaitkan dengan risiko penyakit jantung dan faktor risiko seperti tekanan darah tinggi yang lebih rendah. Salah satu alasannya mungkin karena kandungan serat larut dalam apel.

    Alasan lain mungkin karena kandungan polifenol dan flavonoid yang ada di dalamnya. Polifenol dipercaya dapat membantu menurunkan tekanan darah, sedangkan flavonoid membantu menurunkan risiko stroke.

    Mengonsumsi apel secara rutin juga dapat membantu mengurangi risiko diabetes tipe dua. Itu dikarenakan kandungan polifenol quercetin yang ada di dalam apel.

    Sebuah kompilasi penelitian menemukan bahwa makan apel dan pir dikaitkan dengan penurunan risiko diabetes tipe dua sebesar 18 persen. Bahkan orang yang hanya mengonsumsi satu porsi per minggu sudah dapat mengurangi risiko hingga 3 persen.

    4. Meningkatkan Kesehatan Pencernaan

    Apel mengandung pektin, sejenis serat yang bertindak sebagai prebiotik dalam mikrobioma usus. Pektin yang masuk ke dalam tubuh mendorong pertumbuhan bakteri dalam usus.

    Ketika sampai ke usus, pektin menjadi sumber makanan bagi bakteri baik, terutama meningkatkan rasio Bacteroidetes terhadap Firmicutes. Keduanya merupakan jenis bakteri utama yang ada di dalam usus.

    Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa mengubah rasio mikrobiota usus secara tepat dapat melindungi tubuh dari berbagai penyakit kronis seperti diabetes tipe dua, penyakit jantung, hingga kanker.

    5. Mencegah Kanker

    Antioksidan yang ada di dalam apel dapat memberikan perlawanan pada jenis kanker tertentu, seperti paru-paru, payudara, dan saluran pencernaan. Penelitian menunjukkan bahwa efek ini mungkin disebabkan oleh polifenol apel yang mencegah sel kanker berkembang biak.

    Selain itu, satu penelitian pada wanita melaporkan bahwa asupan apel yang lebih tinggi dikaitkan dengan risiko kematian akibat kanker yang lebih rendah.

    6. Melindungi Otak

    Kandungan quercetin di dalam apel dapat melindungi otak dari kerusakan akibat stres oksidatif. Sebuah meta-analisis dari 14 penelitian pada hewan menunjukkan bahwa quercetin mungkin memiliki beberapa sifat pencegahan terhadap penyakit Alzheimer.

    Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk melihat efek kandungan dalam apel pada kesehatan otak.

    (avk/suc)

  • Hikmah Puasa dalam Perspektif Medis

    Hikmah Puasa dalam Perspektif Medis

    Jakarta, Beritasatu.com – Banyak orang beranggapan bahwa puasa menyebabkan penyakit. Rutinitas makan tiga kali dalam sehari menurut anjuran dokter agar tubuh sehat ditinggalkan selama seseorang menjalankan ibadah puasa. Ternyata anggapan tersebut terbantahkan dengan beberapa penelitian ilmiah. Peneliti justru mengungkap banyak hikmah dan manfaat puasa terhadap kesehatan tubuh manusia.

    Hikmah dan Manfaat Puasa

    Hikmah puasa yang pertama bagi tubuh ialah mengistirahatkan organ pencernaan. Kebiasaan makan tiga kali dalam sehari secara tidak langsung memaksa organ pencernaan kita bekerja terus menerus tanpa memberikan kesempatan istirahat.

    Setiap makanan dalam perut akan ditampung dan dicerna kurang lebih selama 4 jam. Selama itu pula makanan dipersiapkan pada kondisi keasaman tertentu dan mengamankan dari infeksi-infeksi serta diteruskan sedikit demi sedikit menuju ke usus halus sampai lambung.

    Memang kuantitas makanan yang masuk dalam lambung berkurang, namun hal ini tidak berdampak pada gizi yang diserap oleh tubuh. Justru sebaliknya, gizi yang diserap oleh tubuh kualitasnya menjadi lebih baik disebabkan karena tugas organ pencernaan tidak kerja keras (Ahmad Syafifuddin: 2003).

    Penelitian di Osaka Jepang pada tahun 1930 menyatakan bahwa orang yang berpuasa hari ketujuh, jumlah sel darah putihnya meningkat sangat pesat. Penambahan jumlah sel darah putih ini dapat meningkatkan kekebalan tubuh dan dapat melawan peradangan dalam tubuh.

    Di sisi lain, tanpa kita rasakan tubuh manusia terdapat parasit-parasit yang menumpang hidup dan makan serta minum. Dengan menghentikan suplai makanan, kuman-kuman penyakit, bakteri-bakteri, dan sel kanker tidak bisa bertahan hidup.

    Mereka akan keluar melalui cairan tubuh bersama sel-sel mati dan toksin. Sehingga organ seperti hati dan ginjal bekerja lebih efisien dalam proses detoksifikasi ketika tubuh tidak dibebani oleh makanan secara terus-menerus.

    Puasa juga dapat menjadi bahan terapi bagi pasien yang sakit. Dr Otto Buchinger di klinik Pyrmont Jerman merawat pasien yang sakit selama 24 minggu dan disiplin puasa, ternyata pasien mengalami perkembangan yang jauh lebih baik secara fisik maupun mental.

    Hal yang sama juga diungkapkan Dr Yuli Nekolar di Moskow Institut of Psychiatry. Menurut dia, puasa dapat menurunkan kadar gula dalam darah hingga mencapai keseimbangan di tubuh.

    Pada saat seseorang menjalankan ibadah puasa kelenjar pankreas memiliki kesempatan istirahat. Begitu juga bagi penyandang diabetes apabila selama lebih dari 10 hari menjalankan puasa sebagai metode pengobatan membuktikan hasil yang menakjubkan tanpa menggunakan obat-obatan kimiawi satu pun. Atau dengan kata lain, puasa dapat membantu meningkatkan sensitivitas insulin, yang sangat penting dalam mencegah diabetes tipe 2.

    Kitab Ta’lim Muta’allim karya Az-Zarnuji dianggap tidak relevan karena menjelaskan bahwa dengan berpuasa atau perut dalam keadaan kosong akan menambah konsentrasi dalam belajar. Pendapat yang menentang berargumen bahwa bagaimana mungkin bisa meraih hasil maksimal dalam belajar ketika kondisi tubuh lemah dan tidak bergairah sebab menahan lapar.

    Namun, penelitian mengaitkan puasa dengan peningkatan produksi protein bernama Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF) yang berperan dalam pertumbuhan sel saraf dan meningkatkan daya ingat. Selain itu, puasa juga dapat membantu mengurangi risiko penyakit neurodegeneratif seperti alzheimer dan parkinson.

    Argumen lain menjelaskan pada saat perut kenyang, banyak darah yang tersalur untuk melakukan proses pencernaan. Sewaktu seseorang berpuasa dan perut kosong, maka volume darah di bagian pencernaan dapat dikurangi dan dipakai untuk keperluan melayani otak. 
    Pepatah arab mengatakan bahwa al-bithnah tadzhabu al-fithnah (kekenyangan dapat menghilangkan kecerdasan) (Kearifan Syari’at: 2010).

    Manfaat Puasa untuk Kesehatan Jantung

    Adapun manfaat puasa bagi kesehatan jantung ada dua. Pertama, puasa meringankan kerja jantung. Kedua, puasa membersihkan darah. Keduanya membuat jantung dengan mudah mendapatkan pasokan darah bersih. Ketika yang masuk ke dalam jantung hanya darah-darah yang bersih, maka kerja jantung pada hari-hari biasa setelah Ramadan kan menjadi lancar.

    Setiap menit jantung berdenyut sebanyak 80 kali atau 115.200 kali dalam sehari atau 24 jam. Dengan berpuasa dalam satu menit jantung hanya berdenyut 60 kali. Sehingga setelah bulan Ramadan jantung dapat bekerja secara maksimal dengan denyut yang lebih kuat pada hari-hari biasa.

  • Puasa Ramadan: Bukan Sekadar Ibadah, tapi Jaga Kesehatan Tubuh – Page 3

    Puasa Ramadan: Bukan Sekadar Ibadah, tapi Jaga Kesehatan Tubuh – Page 3

    Berbagai penelitian telah menunjukkan manfaat puasa bagi kesehatan. Salah satu manfaat yang paling signifikan adalah penurunan berat badan. Selama berpuasa, tubuh akan membakar lemak sebagai sumber energi, sehingga berat badan dapat berkurang secara alami. Tentu saja, penurunan berat badan ini harus diimbangi dengan pola makan sehat dan olahraga teratur setelah bulan Ramadan.

    Selain itu, puasa juga dapat membantu mengontrol kadar gula darah. Proses puasa dapat meningkatkan sensitivitas insulin, sehingga tubuh lebih efektif dalam menggunakan gula sebagai sumber energi. Hal ini sangat bermanfaat bagi penderita diabetes atau mereka yang berisiko terkena diabetes. Puasa juga dikaitkan dengan penurunan tekanan darah, yang dapat mengurangi risiko penyakit jantung.

    Studi juga menunjukkan bahwa puasa dapat membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Selama berpuasa, tubuh akan melakukan proses detoksifikasi atau pembersihan racun, sehingga sistem kekebalan tubuh menjadi lebih kuat. Proses ini juga dapat membantu mencegah berbagai penyakit infeksi.

  • Tenaga Medis Hadapi Peningkatan Kasus Penyakit Kronis berupa Jantung, Diabetes hingga Hipertensi – Halaman all

    Tenaga Medis Hadapi Peningkatan Kasus Penyakit Kronis berupa Jantung, Diabetes hingga Hipertensi – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tenaga medis global masih dihadapkan dengan tantangan kesehatan berupa penyakit kronis.

    Penyakit kronis merupakan penyakit yang berlangsung lama dan memerlukan perawatan jangka panjang.

    Setidaknya ada lima penyakit kronis yang menyumbang kasus kematian besar di seluruh dunia.

    Kelimanya berupa obesitas, gangguan ginjal, gangguan jantung, hipertensi serta diabetes melitus.

    Data menunjukkan, prevalensi hipertensi diperkirakan meningkat hingga 29 persen dari populasi dewasa global pada tahun 2025.

    Hipertensi merupakan faktor risiko utama yang berkontribusi pada kerusakan organ vital, seperti otak, jantung, ginjal, retina, pembuluh darah besar (aorta), dan pembuluh darah perifer.

    Sementara itu, Diabetes Mellitus juga menunjukkan tren peningkatan yang kian mengkhawatirkan.

    Prevalensi Diabetes di tahun 2024 diperkirakan Indonesia memiliki lebih dari 20 juta penderita Diabetes Mellitus yang menjadikan Indonesia termasuk dalam lima besar dunia dengan jumlah kasus diabetes tertinggi di dunia.

    Penyakit ini sering kali dikaitkan dengan Hipertensi, yang meningkatkan risiko stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung, dan kerusakan ginjal.

    “Penyakit kronis merupakan salah satu tantangan terbesar dalam dunia kesehatan saat ini. Oleh karena itu, kami berkomitmen untuk memberikan kontribusi dalam meningkatkan pemahaman dokter dan para tenaga medis mengenai pentingnya skrining, deteksi dini, pengelolaan, dan pemantauan penyakit kronis secara holistik,” ujar Routine Product Manager Prodia, Matthew Justyn ditulis Sabtu (1/3/2025).

    Berdasarkan data WHO, lebih dari 17 juta orang meninggal setiap tahunnya akibat penyakit jantung.

    Faktor gaya hidup tidak sehat, seperti merokok, pola makan yang tidak seimbang, dan kurangnya aktivitas fisik, menjadi pemicu utama meningkatnya prevalensi penyakit jantung di Indonesia. Oleh sebab itu, edukasi kepada tenaga medis dan masyarakat menjadi aspek krusial dalam pencegahan dan penanganan penyakit ini.

    Dalam upaya mendukung pengelolaan penyakit kronis Prodia menggelar Roadshow Seminar Dokter Nasional 2025 di 11 kota besar di Indonesia.

    Mengusung tema “Breaking Barriers, Building Health: The Science of Chronic Disease”, seminar ini menjadi wadah diskusi bagi para dokter dalam menghadapi tantangan di lapangan serta memberikan wawasan baru mengenai inovasi dalam pemeriksaan laboratorium untuk deteksi dini, penanganan, serta pemantauan penyakit kronis secara personal dan holistik.

    Kota Jakarta menjadi tuan rumah pertama dari seminar nasional dengan menghadirkan dr. Johanes Purwoto, SpPD-KEMD, FINASIM sebagai moderator, serta Prof. Sidartawan Soegondo,MD, PhD, DTM&H, FINASIM, FACE dan dr. Ida Gunawan, Ms, Sp. G.K, Subsp. K. M., FINEM sebagai pemateri.

  • Hipertensi hingga Penyakit Jantung Meningkat karena Pola Makan

    Hipertensi hingga Penyakit Jantung Meningkat karena Pola Makan

    Jakarta

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI, dr Siti Nadia Tarmizi, M Epid, mengatakan, penyakit tidak menular (PTM), seperti penyakit jantung, hipertensi, diabetes, hingga kanker, masih menjadi masalah kesehatan utama di Indonesia. Salah faktor risikonya disebabkan oleh perilaku masyarakat mengonsumsi gula garam lemak (GGL) yang tinggi.

    Menurut data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, 47 persen warga Indonesia mengonsumsi gula melampaui batas harian. Begitu juga dengan asupan garam. Sebanyak 45 persen masyarakat mengonsumsi garam berlebih, dan 30 persen warga lainnya memiliki asupan lemak tinggi.

    dr Nadia mengatakan konsumsi gula, garam, dan lemak yang tidak terkendali berkontribusi besar terhadap peningkatan angka PTM dalam beberapa tahun terakhir.

    “Kalau kita lihat dari peta penyakit dari tahun 2019 sampai sekarang, itu penyakit tidak menular baik hipertensi, diabetes, jantung, kanker, itu tren terus meningkat. Karena pola makan tadi,” ujar dr Siti Nadia dalam detikcom Leaders Forum ‘Bijak Membaca Label Nutrisi’, Jumat (28/2/2025).

    detikcom Leaders Forum Foto: Grandyos Zafna/detikHealth

    Gula yang dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan diabetes melitus atau dikenal sebagai penyakit gula. Sementara itu, garam yang dikonsumsi dalam jumlah berlebih berisiko memicu hipertensi. Konsumsi lemak yang tinggi juga dapat meningkatkan kadar kolesterol dalam darah, yang pada akhirnya berujung pada penyakit jantung dan stroke.

    Pemerintah saat ini sedang menyelesaikan regulasi baru terkait pemberian label, tidak hanya untuk pangan olahan tetapi juga pada pangan siap saji. Nantinya, setiap produk makanan dan minuman siap saji akan dilengkapi dengan informasi terbaru mengenai kandungan gula, garam, lemak, serta jumlah kalorinya.

    dr Nadia mengatakan kesadaran akan pentingnya membaca label pada kemasan makanan menjadi salah satu cara untuk mengontrol konsumsi GGL. Ia juga menegaskan bahwa label pada makanan seharusnya dapat membantu masyarakat memahami kandungan nutrisi dalam produk yang mereka konsumsi.

    (suc/up)