Topik: diabetes

  • Pemerintah Ajak Ahli Gizi Awasi dan Edukasi soal Makanan Layak Konsumsi untuk Anak

    Pemerintah Ajak Ahli Gizi Awasi dan Edukasi soal Makanan Layak Konsumsi untuk Anak

    Pemerintah Ajak Ahli Gizi Awasi dan Edukasi soal Makanan Layak Konsumsi untuk Anak
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan atau Zulhas mengajak para ahli gizi untuk aktif mengawasi sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat terkait makanan yang layak dikonsumsi anak-anak.
    Ajakan tersebut Zulhas sampaikan mengingat tingginya kasus penyakit terkait
    gula
    , termasuk pada anak usia sekolah.
    “Kami tadi mengajak agar para
    ahli gizi
    untuk ikut mengawasi makanan di mana pun. Sekarang Indonesia tinggi sekali masyarakat yang kena
    penyakit gula
    atau gula tinggi. Bahkan ada anak-anak juga yang terkena. Kita minta bareng-bareng nanti melakukan edukasi makanan-makanan yang gula tinggi,” ujar
    Zulkifli Hasan
    atau Zulhas dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (19/11/2025), dilansir dari ANTARA.
    Zulhas menyoroti banyaknya minuman dan makanan manis yang dijual di sekitar sekolah. Ia menilai kondisi tersebut berpotensi meningkatkan risiko
    penyakit gula pada anak
    -anak.
    “Mengajak ahli gizi untuk melakukan edukasi terhadap makanan-makanan yang anak-anak kita layak, bagus untuk dikonsumsi dan mana yang perlu dihindari termasuk yang tadi gulanya tinggi itu,” kata Zulhas.
    Edukasi dari para ahli gizi, kata Zulhas, menjadi penting karena tren
    konsumsi gula
    berlebih di Indonesia sudah masuk kategori mengkhawatirkan.
    Ia menyebut permen dengan kadar gula sangat tinggi hingga minuman manis dijual bebas di depan sekolah.
    Zulhas juga mengungkapkan, kasus penyakit gula pada anak telah ditemukan, sementara Indonesia termasuk negara dengan tingkat diabetes tinggi.
    “Oleh karena itu, kita harus memberikan edukasi. Saya lagi mencoba nanti bagaimana agar makanan yang tinggi gula itu dicantumkan dalam labelnya itu,” kata Zulhas.
    Sebelumnya, Fakta Indonesia bersama Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) telah melakukan survei terhadap 117 pasien gagal ginjal.
    Survei tersebut menunjukkan mayoritas responden mengidap Diabetes Melitus Tipe 2, yang salah satu pemicunya adalah konsumsi gula berlebih dari minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK).
    Data International Diabetes Federation (IDF) 2024 memproyeksikan jumlah penderita diabetes di Indonesia akan mencapai 20,4 juta jiwa, menjadikan Indonesia negara dengan jumlah kasus terbesar kelima di dunia.
    Di sisi lain, konsumsi gula nasional pada periode 2024–2025 diperkirakan mencapai 7,6 juta ton, termasuk salah satu yang tertinggi secara global. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023 juga mencatat bahwa 67,21 persen masyarakat Indonesia masih mengonsumsi MBDK.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Teknik Bypass Tanpa Henti Jantung Kini Banyak Dipilih, Apa Keunggulannya?

    Teknik Bypass Tanpa Henti Jantung Kini Banyak Dipilih, Apa Keunggulannya?

    Jakarta

    Teknik operasi bypass jantung berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir. Salah satu inovasi yang kini makin banyak dipilih adalah bypass tanpa henti jantung atau off-pump coronary artery bypass (OPCAB).

    Metode ini menjadi salah satu topik utama dalam BraveHeart Cardiac Forum 2025 yang digelar di Hotel Four Seasons, Jakarta. Sebagai informasi, BraveHeart merupakan pusat layanan jantung Brawijaya Hospital Group dan memiliki visi ke depan untuk menjadi salah satu layanan jantung terkemuka di Indonesia.

    Konsultan Bedah Kardiotoraks & Vaskular Dewasa, dr. Sugisman, Sp.BTKV(K), memaparkan sederet terobosan terbaru di dunia bedah kardiovaskular melalui materi berjudul ‘Current Breakthrough in Cardiovascular Surgery’.

    Dalam paparannya, dr. Sugisman menjelaskan dunia bedah jantung telah mengalami perkembangan yang sangat cepat, baik dari sisi teknologi, teknik operasi, hingga pemilihan prosedur yang lebih aman bagi pasien berisiko tinggi.

    “Di bidang kardiovaskular surgery, kami terus beradaptasi dengan teknologi dan evidence terbaru. Fokusnya adalah bagaimana membuat operasi lebih aman, cepat pulih, dan memberikan hasil lebih baik bagi pasien,” kata dr. Sugisman, di Grand Ballroom Four Seasons, Selasa (18/11/2025).

    Menurutnya, gambaran operasi yang sering dilakukan dalam bedah jantung mayoritas terkait penyakit jantung koroner, kelainan katup jantung, kelainan aorta, hingga tindakan ulang pada pasien yang pernah menjalani operasi sebelumnya.

    Tak hanya itu, dr. Sugisman memaparkan berbagai jenis operasi yang menjadi pilar dalam bedah kardiotoraks modern. Beberapa prosedur utama tersebut antara lain CABG (Coronary Artery Bypass Grafting), yakni teknik bypass tradisional yang dilakukan dengan menghentikan jantung sementara dan menggunakan mesin bypass jantung-paru.
    Ada pula OPCAB merupakan teknik bypass yang dilakukan tanpa menghentikan jantung sehingga tindakan berlangsung saat organ vital itu tetap berdetak.

    Prosedur lain mencakup valve surgery untuk perbaikan atau penggantian katup jantung pada pasien dengan stenosis atau regurgitasi, serta aortic & vascular surgery yang menangani kelainan aorta seperti aneurisma, diseksi, atau gangguan pada pembuluh darah besar lainnya.

    Ia juga menyoroti redo cardiac surgery, yaitu operasi ulang bagi pasien yang sebelumnya pernah menjalani bedah jantung, serta minimally invasive cardiac surgery yang dilakukan dengan sayatan minimal untuk mengurangi nyeri dan mempercepat pemulihan.

    Tak ketinggalan, ia memaparkan perkembangan robotic cardiac surgery, teknik robotik yang memberikan presisi tinggi, meminimalkan perdarahan, dan mengurangi trauma pada jaringan. Dari keseluruhan kategori tersebut, salah satu teknik yang paling menarik perhatian adalah OPCAB, terutama karena manfaatnya bagi pasien dengan risiko komplikasi tinggi.

    Menurut dr. Sugisman, bypass tanpa menghentikan jantung semakin menjadi pilihan pada kasus tertentu. Berbeda dengan teknik CABG konvensional yang menghentikan jantung dan memakai mesin bypass, OPCAB memungkinkan dokter bekerja pada jantung yang tetap berdetak.

    “OPCAB sangat bermanfaat untuk pasien risiko tinggi, misalnya pasien usia lanjut, penderita diabetes berat, atau gangguan ginjal. Teknik ini mengurangi risiko inflamasi dan komplikasi neurologis,” jelasnya.

    Dalam sesi pemaparannya, dr. Sugisman menyoroti sejumlah keunggulan yang membuat teknik ini semakin populer. Pertama, risiko komplikasi lebih rendah karena prosedur dilakukan tanpa menggunakan mesin bypass jantung-paru, sehingga risiko stroke kecil, gangguan ginjal, dan inflamasi sistemik dapat berkurang signifikan.

    “Tanpa menggunakan mesin bypass, tubuh tidak mengalami perubahan fisiologis besar. Ini sebabnya hasilnya lebih baik pada pasien tertentu,” ujarnya.

    Selain itu, teknik ini juga menghasilkan perdarahan yang lebih minim, sehingga kebutuhan transfusi darah menjadi lebih rendah dan risiko infeksi dapat ditekan, sekaligus meningkatkan kenyamanan pasien.

    Dari sisi pemulihan, proses stabilisasi pascaoperasi umumnya lebih cepat, mengingat jantung tidak perlu dihentikan dan sirkulasi buatan tidak diperlukan. Terakhir, OPCAB dinilai lebih ideal bagi pasien berisiko tinggi, terutama mereka dengan komorbid kompleks yang mungkin tidak kuat menjalani teknik bypass konvensional.

    “Tidak semua pasien cocok untuk OPCAB, tapi pada kelompok tertentu teknik ini memberikan perubahan besar,” katanya.

    Selain bypass tanpa henti jantung, dr. Sugisman juga menekankan teknik operasi jantung minimal invasif dan robotik adalah masa depan bedah kardiovaskular.

    “Minimally invasive dan robotic surgery memungkinkan tindakan yang jauh lebih presisi dengan trauma minimal. Pasien bisa sembuh lebih cepat dan kembali beraktivitas,” tuturnya.

    Teknik tersebut kini berkembang untuk operasi katup jantung, perbaikan defek jantung, dan beberapa operasi aorta tertentu.

    Dalam sesi yang sama, dr. Sugisman juga membahas redo cardiac surgery-operasi ulang pada pasien yang pernah dioperasi. Prosedur ini memiliki risiko lebih tinggi karena jaringan parut dan perubahan anatomi.

    “Redo surgery adalah tantangan tersendiri. Tapi dengan imaging yang baik, perencanaan tepat, dan teknologi modern, angka keberhasilannya terus meningkat,” jelasnya.

    Melalui forum BraveHeart 2025 ini, dr. Sugisman menegaskan tujuan dari seluruh inovasi tersebut tetap sama, yakni memberikan hasil terbaik bagi pasien.

    “Kita terus bergerak menuju era bedah jantung yang lebih aman, lebih presisi, dan lebih manusiawi. Semua perkembangan ini pada akhirnya untuk meningkatkan kualitas hidup pasien,” katanya.

    Dengan semakin berkembangnya teknik seperti OPCAB, minim invasive, hingga robotic surgery, dunia bedah jantung kini menawarkan pilihan yang lebih luas dan aman untuk berbagai kondisi pasien. BraveHeart sebagai pusat layanan jantung Brawijaya Hospital Group dan memiliki visi ke depan untuk menjadi salah satu layanan jantung terkemuka di Indonesia.

    (akn/ega)

  • Zulhas Tekankan Ahli Gizi Mutlak Harus Ada di Dapur MBG

    Zulhas Tekankan Ahli Gizi Mutlak Harus Ada di Dapur MBG

    Jakarta

    Keberadaan ahli gizi di Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) dinilai penting untuk dapat memantau kualitas bahan makanan yang tersaji di ompreng makan bergizi gratis (MBG). Ahli gizi diperlukan supaya MBG tidak hanya bikin perut kenyang, tapi juga memastikan kandungan gizi di dalamnya seimbang dan sesuai yang dibutuhkan penerimanya.

    Hal ini disampaikan olh Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan, Zulkifli Hasan (Zulhas). Dia menegaskan di setiap dapur MBG perlu ada eksistensi ahli gizi. Dengan demikian, pemerintah bisa memastikan asupan gizi di dalam MBG dapat terukur.

    “MBG tetap dan harus, wajib, perlu profesi ahli gizi dalam penyelenggaraannya. Karena harus diukur nanti (kandungan gizinya). Kami mengajak agar ahli gizi untuk ikut mengawasi makanan di mana pun,” ujar Zulhas setelah melakukan rapat koordinasi dengan Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), di Kantor Kemenko Bidang Pangan, Jakarta, Rabu (19/11/2025).

    Lebih lanjut, Zulhas juga bakal menyoroti soal kandungan gula yang terdapat dalam menu MBG. Hal ini karena tingginya angka penyakit diabetes, yang salah satunya juga menyerang anak-anak.

    “Tadi kami diskusi, sekarang Indonesia tinggi sekali masyarakat yang kena penyakit gula atau gula tinggi, bahkan ada anak-anak. Kita minta bareng-bareng nanti melakukan edukasi makanan yang gula tinggi. Kadang-kadang depan sekolah, minuman yang begitu manis, gula-gula dan sebagainya,” beber Zulhas.

    Selain itu, pemerintah juga bakal melakukan edukasi ke pihak SPPG dan sekolah agar tidak keracunan makanan. Zulhas meminta ada keterlibatan Persagi di dalam edukasi ini. Sejalan dengan itu, Zulhas bilang, pemerintah juga bakal melakukan perbaikan pada program MBG.

    “Kita juga mengajak untuk terus melakukan edukasi di tempat MBG, sekolah-sekolah, bagaimana makanan yang sehat, agar tidak keracunan. Termasuk juga bagaimana terus menyempurnakan SPPG. Selain itu, MBG juga terus menerus melakukan perbaikan. Jadi dua arah, kita menyempurnakan, tapi publik juga diberikan edukasi,” Zulhas menutup.

    (eds/eds)

  • 2
                    
                        Curhat Panjang Lebar, Seorang Bapak Baru Sadar Ngobrol dengan Gibran
                        Nasional

    2 Curhat Panjang Lebar, Seorang Bapak Baru Sadar Ngobrol dengan Gibran Nasional

    Curhat Panjang Lebar, Seorang Bapak Baru Sadar Ngobrol dengan Gibran
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Seorang bapak yang sedang berobat di RSUD Kepulauan Seribu baru menyadari dirinya berbincang dengan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
    Momen menggelitik itu terjadi ketika Gibran melakukan kunjungan kerja di
    Pulau Pramuka
    untuk meninjau RSUD Kabupaten Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, Selasa (18/11/2025).
    Mulanya, bapak tersebut curhat bahwa matanya yang kanan terasa tidak nyaman setelah ia mengonsumsi buah melon dan pepaya.
    “Makan buah, melon sama pepaya. Malamnya makan itu langsung terasa mata kanan saya,” kata bapak tersebut, berdasarkan video yang diperoleh
    Kompas.com.
    Tiba-tiba, ia berucap kembali dan baru menyadari dengan siapa dia berbincang sedari tadi.
    “Ini Pak Gibran ya? Aduh..,” kata dia lalu menjabat tangan Gibran.
    “Saya dengar dari suaranya,” imbuh dia.
    Gibran lalu mengecek keadaan bapak tersebut.
    Ia melihat kedua kaki bapak itu tampak bengkak karena ada riwayat
    diabetes
    .
    Wapres menyarankan bapak tersebut untuk menghindari makanan manis.
    “Oh riwayat (diabetes) kakinya bengkak? Kiri dan kanan? Oh habis makan ini ya manis, harus dihindari, Pak. Sudah tes darah?” tanya Gibran.
    “Sudah, kalau gula darah enggak terlalu tinggi, 200, atau 170, pernah 300an dulu,” jawab bapak itu.
    Bapak tersebut lalu curhat kembali dan mengaku sudah mual minum obat setiap hari.
    “Saya sebenarnya sudah enek minum obat,” ujar dia.
    “Oh jangan, Pak. Harus diminum setiap hari. Ini berarti lagi kumat? Yang mata kiri atau kanan? Ini Bapak pakai KIS?” tanya Gibran.
    Bapak tersebut mengaku mendapatkan undangan dari puskesmas setempat untuk berobat di
    RSUD Kepulauan Seribu
    .
    Menutup pembicaraan, Gibran lalu berpesan agar bapak tersebut kembali dicek gula darahnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Hati-hati! Dokter Bilang Kebiasaan Tidur Seperti Ini Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes

    Hati-hati! Dokter Bilang Kebiasaan Tidur Seperti Ini Bisa Tingkatkan Risiko Diabetes

    Jakarta

    Spesialis penyakit dalam dr Dicky Lavenus Tahapary, SpPD-KEMD, PhD, FINASIM, mengungkapkan kualitas dan durasi tidur merupakan salah satu faktor penting dalam pencegahan penyakit diabetes. Oleh karena itu, ia kurang menyarankan untuk tidur setelah pukul 9 malam.

    Menurutnya, hal ini berkaitan dengan ritme sirkadian atau tidur-bangun. Ia menyebut ada banyak penelitian yang mengaitkan risiko diabetes dengan waktu kapan tidur.

    “Jadi memang, misalkan sekresi hormon melatonin itu paling tinggi jam 10-11 malam, dia merangsang gampang kita tidur dan terkait reparasi tubuh, misalkan,” ucap dr Dicky ketika ditemui di acara #Hands4Diabetes, Minggu (16/11/2025).

    “Banyak penelitian membandingkan orang yang tidur jam 9 (malam) sampai jam 5 atau jam 4 (pagi) dengan orang yang tidur jam 12 (malam) sampai jam 9 (pagi). Itu ternyata ekspresi genetik terkait peradangan, terkait diabetes, terkait risiko kanker lebih tinggi pada orang yang suka begadang dibandingkan orang yang tidur lebih awal,” sambungnya.

    Oleh karena itu, diperlukan pengaturan kebijakan untuk kerja shift malam di tiap perusahaan. Seperti yang diketahui, ada banyak juga orang yang terpaksa begadang karena harus bekerja.

    Selain dari sisi sistem sirkadian, kebiasaan begadang juga dapat memicu kebiasaan makan berlebih. Ini berkaitan dengan hormon stres yang tetap tinggi meski sudah waktunya untuk tidur.

    “Kalau kita terjaga, hormon stresnya tinggi. Hormon stres pengaruh juga ke gula darah, segala macam. Ditambah nanti kan terus lapar. Pesannya sekarang gampang, martabak, nasi goreng, bikin mi instan, jadi banyak faktor lain,” ungkapnya.

    “Kalau memang nggak bisa dihindari begadangnya, ya mungkin durasi tidurnya dicukupkan, kualitas tidur diupayakan bagus, diatur pola diet sama olahraga yang lainnya dibuat lebih sehat lagi untuk menjaga,” tandas dr Dicky.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/suc)

  • Tanda di Kaki yang Tak Boleh Diabaikan, Bisa Jadi Gejala Penyakit Serius

    Tanda di Kaki yang Tak Boleh Diabaikan, Bisa Jadi Gejala Penyakit Serius

    Jakarta

    Tak hanya membantu berjalan, kaki juga mencerminkan apa yang terjadi di dalam tubuh. Terkadang, perubahan kecil pada kaki bisa menjadi tanda peringatan diri akan sebuah penyakit atau kekurangan vitamin tertentu.

    Tanda-tanda ini sering terlewatkan, padahal penting untuk diperhatikan. Dikutip dari laman Times of India, berikut di antaranya:

    1. Kesemutan atau Mati Rasa

    Saat kaki terasa kesemutan, bisa jadi hal tersebut bukan sekedar kelelahan atau tekanan akibat sepatu. Kesemutan bisa menjadi tanda neuropati perifer yang seringkali dikaitkan dengan kekurangan vitamin B12.

    Studi klinis mengaitkan kadar vitamin B12 yang rendah dengan gangguan fungsi saraf. Pada tahap awal, sensasi ini mungkin datang dan pergi, namun jika diabaikan, kerusakan saraf bisa memburuk.

    2. Sensasi Kaki Terbakar

    Rasa terbakar atau panas di kaki juga bisa menjadi tanda bahaya yang tidak boleh diabaikan. Ketidaknyamanan ini bisa mengindikasikan kerusakan saraf akibat kekurangan vitamin, terutama B12 dan terkadang B6.

    Seiring waktu, rasa terbakar di kaki yang terus menerus bisa mengganggu tidur dan membuat berjalan tidak nyaman.

    3. Tumit Pecah-Pecah dan Kering

    Kulit yang sangat kering pada tumit atau pecah-pecah bisa menandakan kekurangan vitamin E, niasin (B3), atau vitamin C. Nutrisi ini membantu menjaga kelembapan dan keutuhan kulit. Jadi, jika kekeringan tidak membaik dengan pelembab, maka mungkin perlu dilakukan pemeriksaan nutrisi.

    4. Kaki Dingin atau Pucat

    Kaki yang terus menerus dingin atau pucat bisa mengindikasikan sirkulasi darah yang buruk atau anemia. Diketahui bahwa anemia disebabkan oleh rendahnya zat besi atau vitamin B12.

    5. Luka yang Lambat Sembuh

    Jika luka kecil atau lepuh di kaki memebutuhkan waktu penyembuhan yang sangat lama, bisa jadi ini disebabkan oleh kekurangan vitamin C atau zinc. Studi ilmiah juga mendukung hal ini.

    Kekurangan zinc akan menghambat peyembuha luka. Suplementasi terbukti mempercepat penyembuhan ulkus pada kaki pengidap diabetes. Penting untuk mendeteksi gejala ini sejak dini agar bisa membantu mencegah masalah yang lebih besar.

    6. Spider Veins

    Pembuluh darah tipis seperti jaring laba-laba (spider veins) di pergelangan kaki mungkin bisa mengganggu penampilan. Tap tak hanya itu, kondisi ini kemungkinan menunjukkan dinding pembuluh darah yang melemah akibat kekurangan vitamin C, yang mendukung kolagen dalam pembuluh darah

    7. Kuku Kaki Rapuh atau Berubah Warna

    Kuku kaki yang mudah pecah, patah, atau memiliki tonjolan aneh seringkali menandakan kurangnya nutrisi. Kekurangan seng, biotin, atau zat besi bisa membuat kuku tipis, lunak, atau rapuh.

    Penelitian di bidang dermatologi mengaitkan kekurangan vitamin A, D, dan B kompleks dengan berbagai kelainan kuku. Sebab kuku tumbuh lambat, mungkin perubahan ini muncul sebelum gejala lain yang lebih jelas.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/kna)

  • Kandungan Suplemen Ini Bikin Cepat Kurus Seperti Ozempic

    Kandungan Suplemen Ini Bikin Cepat Kurus Seperti Ozempic

    Jakarta, CNBC Indonesia – Para peneliti mengidentifikasi jenis serat “beta-glucan” yang disebut memiliki efektivitas serupa dengan Ozempic, obat diabetes yang diakui karena kemampuan “ajaib” nya dalam membantu menurunkan berat badan.

    Peneliti dari University of Arizona (UA) dan University of Vienna mengidentifikasi serat beta-glucan bisa mengatur gula darah dan membantu menurunkan berat badan. Dalam laporan penelitian yang diterbitkan pada 2024, peneliti menyebut beta-glucan adalah serat yang dengan mudah ditemukan dalam oat (haver) dan barley (barli).

    Penelitian dilakukan menggunakan tikus percobaan yang diberikan pakan berkandungan lemak tinggi. Hasilnya, beta-glucan ditemukan menurunkan kandungan lemak dan berat badan tikus dalam 18 pekan.

    Serat lainnya seperti wheat dextrin (serat larut yang diperoleh dari pengolahan pati gandum), pektin, pati resistan, dan selulosa, tidak memiliki dampak seperti beta-glucan.

    s

    “Kami tahu bahwa serat sangat penting dan memberikan manfaat, permasalahannya ada banyak sekali tipe,” kata Frank Duca dari UA, pada Juli.

    “Kami ingin tahu serat apa yang paling bermanfaat untuk menurunkan berat badan dan memperbaiki homeostatis glukosa. Tujuannya agar bisa menberikan informasi ke publik, konsumen, dan pelaku industri pertanian.”

    Serat adalah sumber energi utama bagi bakteria yang hidup di sistem pencernaan, yang merupakan bagian dari mikrobioma. Namun, tingkat konsumsinya sangat rendah. Di Amerika Serikat, hanya 5 persen dari populasi yang mengonsumsi serat sesuai rekomendasi tenaga kesehatan yaitu 25-30 gram per hari.

    Kondisi ini menciptakan permintaan atas serat tambahan lewat suplemen atau makanan olahan.

    Seperti yang Duca sampaikan, serat sangat bervariasi dalam bentuk atau sifatnya. Serat beta-glucan dan wheat dextrin bisa larut dalam air yang berarti mudah difermentasi oleh bakteri di perut manusia. Selulosa dan pati resistan sulit larut dalam air sehingga cenderung untuk ikut “keluar” bersama kotoran manusia.

    Dari hasil penelitian, beta-glucan adalah satu-satunya serat yang berhasil meningkatkan ileibakterium di perut tikus percobaan. Bakteri ini terkait erat dengan penurunan berat badan.

    Dalam waktu 10 pekan, tikus yang mengonsumsi beta-glucan menunjukkan penurunan berat badan yang signifikan dengan lemak yang terpangkas signifikan dibanding tikus yang diberi makan serat jenis lain.

    Beta-glucan meingkatkan konsentrasi butyrate di perut para tikus, yaitu zat yang dihasilkan oleh mikrobioma untuk mencerna serat. Butyrate kemudian memicu produksi glucagon-like peptide-1 (GLP-1), yaitu protein alami yang ditiru oleh Ozempic dalam menstimulasi insulin.

    “Salah satu manfaat dari serat adalah produksi GLP-1 dan peptida yang mengatur selera dan berat badan,” kata Duca.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kapan Waktu Ideal untuk Minum Air Kelapa? Ini Jawabannya

    Kapan Waktu Ideal untuk Minum Air Kelapa? Ini Jawabannya

    Jakarta

    Air kelapa dikenal sebagai minuman alami yang kaya elektrolit, seperti natrium, kalium, gula alami, dan sejumlah vitamin. Meski populer sebagai ‘minuman sehat’, banyak yang bertanya-tanya, kapan sebenarnya waktu yang tepat untuk mengonsumsinya?

    Dikutip dari Very Well Health, tidak ada waktu yang benar-benar paling ideal untuk minum air kelapa. Namun, ada beberapa momen ketika tubuh lebih membutuhkan asupan elektrolit dari air kelapa, seperti:

    Setelah kehilangan banyak cairan, misalnya karena muntah-muntah, diare, atau demam.Setelah olahraga intens, terutama yang menyebabkan banyak keringat.Saat cuaca yang panas dan risiko dehidrasi meningkat.

    Air kelapa bekerja mirip seperti minuman elektrolit lain, tetapi kandungan natriumnya lebih rendah. Hal ini membuat pemulihan setelah olahraga berat bisa lebih lambat dibanding dengan minuman elektrolit lain.

    Maka dari itu, para ahli merekomendasikan untuk mengonsumsi elektrolit satu jam pertama setelah olahraga. Air kelapa boleh menjadi pilihan, tetapi jika membutuhkan pemulihan yang cepat, minuman elektrolit lebih lengkap mungkin lebih efektif.

    Berapa Banyak Air Kelapa yang Harus Diminum?

    Sejauh ini, belum ada batasan resmi. Studi kecil menunjukkan konsumsi 150 ml air kepala per hari dapat membantu menurunkan tekanan darah.

    Air kelapa juga relatif rendah gula, sehingga menjadi alternatif aman untuk orang dengan diabetes, asalkan tidak diminum secara berlebihan. Sebab, satu cangkir air kelapa mengandung sekitar 11 gram gula.

    Tetapi, perlu diingat kunci hidrasi adalah memenuhi kebutuhan cairan harian. Sekitar 15 gelas untuk pria dan 11 gelas untuk wanita, dari semua makanan dan minuman.

    Apa yang Terjadi Jika Terlalu Banyak Mengonsumsi Air Kelapa?

    Air kelapa mengandung kalium tinggi. Orang dengan penyakit ginjal sebaiknya berhati-hati, karena tubuh mereka sulit membuang kalium berlebih.

    Kasus ekstrem pernah dilaporkan, yakni seorang pria yang pingsan akibat hiperkalemia setelah mengonsumsi delapan porsi air kelapa dalam sehari. Meski kejadian seperti ini sangat jarang, tetap penting untuk membatasi jumlah konsumsi.

    Pada dasarnya, air kelapa aman dan bermanfaat untuk hidrasi tubuh, terutama saat sedang sakit, berolahraga, atau mengalami kondisi panas berlebihan. Namun sejauh ini tidak ada ‘jam khusus’ atau waktu yang benar-benar ideal untuk meminumnya. Yang terpenting adalah menyesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan tidak mengonsumsinya secara berlebihan.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/suc)

  • Kadar GGL harus dicantumkan pada makanan siap saji

    Kadar GGL harus dicantumkan pada makanan siap saji

    Jakarta (ANTARA) – Kadar garam, gula dan lemak (GGL) bukan hanya harus dicantumkan pada makanan kemasan, tetapi juga makanan siap saji untuk menanggulangi penyakit diabetes.

    “Seperti di luar negeri, ke depan pada makanan siap saji, pemerintah mewajibkan untuk mencantumkan nilai kadar gula garam lemaknya,” ujar Kepala Unit Pengelola Laboratorium Kesehatan Daerah, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Budi Wibowo.

    Hal itu dia dalam diskusi Tanggap Bencana Kentongan bertema “Keamanan Pangan: Peranan Laboratorium terkait Keamanan Pangan” di Jakarta, Senin.

    Pemerintah sudah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 28 Tahun 2024 pada Juli 2024 sebagai bagian dari upaya menangani masalah diabetes yang salah satunya menjadi penyebab seseorang harus menjalani cuci darah.

    Penyakit diabetes, menurut dia, beserta penyakit yang berkaitan dengannya seperti penyakit jantung dan stroke menghabiskan pembiayaan kesehatan di Indonesia.

    Sedangkan diabetes terkait dengan pola makan tak sehat khususnya terlalu banyak hidangan manis.

    “Penyebabnya adalah pola makan yang tidak baik. Biasanya terlalu banyak manis. Kemudian tidak diet. Sumber penyakit kita adalah melalui makanan. Oleh sebab itu mungkin diet kita ini perlu diatur,” kata Budi.

    Untuk mencegah terkena diabetes, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyarankan batas konsumsi GGL per orang per hari, yakni 50 gram atau 4 sendok makan gula, 2.000 miligram natrium atau 5 gram atau 1 sendok teh garam (natrium/sodium) dan lemak hanya 67 gram atau 5 sendok makan minyak goreng.

    Konsumsi GGL berlebihan dapat menyebabkan sejumlah masalah kesehatan. Di antaranya obesitas yang meningkatkan risiko penyakit tidak menular (PTM) termasuk diabetes.

    Di Jakarta, obesitas menjadi salah satu masalah kesehatan yang masih ditemui. Dinas Kesehatan DKI Jakarta mencatat sebanyak 579.812 orang dari 1.720.658 orang yang telah dilakukan pengukuran lingkar perut melalui program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Jakarta, mengalami obesitas sental.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Gaya Hidup vs Genetik, Dokter Jelaskan Mana yang Lebih Berperan Picu Diabetes

    Gaya Hidup vs Genetik, Dokter Jelaskan Mana yang Lebih Berperan Picu Diabetes

    Jakarta

    Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang berkaitan erat dengan pola hidup seseorang. Khususnya pada diabetes tipe 2, penyakit ini umumnya disebabkan oleh pola makan rendah nutrisi, konsumsi gula secara berlebih, hingga minimnya berolahraga.

    Namun, di sisi lain faktor keturunan atau genetik juga sering ‘disalahkan’ jadi penyebab diabetes melitus. Sebenarnya seberapa besar faktor genetik memengaruhi risiko diabetes?

    Spesialis penyakit dalam dr Dicky Lavenus Tahapary, SpPD-KEMD, PhD, FINASIM menjelaskan risiko penyakit diabetes dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu pola hidup, faktor lingkungan, dan genetik. Jadi, memang mungkin saja seseorang mengidap diabetes akibat faktor keturunan.

    dr Dicky menjelaskan penyakit diabetes akibat genetik terbagi menjadi dua sifat, yaitu monogenetik dan poligenik. Pada sifat monogenetik yang sangat jarang, seseorang yang membawa kelainan genetik berkaitan dengan diabetes, kemungkinan besar akan mengalami diabetes.

    “Artinya kalau dia ada kelainan genetik itu pasti sakit, most likely. Itu ada yang namanya maturity diabetes of the young (MODY), itu karena kelainan genetik,” jelas dr Dicky ketika ditemui awak media di acara #Hands4Diabetes di Jakarta Selatan, Minggu (16/11/2025).

    Apabila ada kelainan genetik pada fungsi produksi insulin, maka gula darah pasien akan tinggi. dr Dicky menyebut ada sekitar 15-20 gen yang berkaitan dengan kondisi tersebut.

    “Biasanya pasiennya kadang-kadang nggak gemuk, tapi di keluarganya kuat riwayatnya, bapak ibunya atau neneknya, semua diabetes,” sambungnya.

    Sedangkan, sifat poligenik menunjukkan varian gen yang banyak, tapi peluangnya untuk mengidap diabetes tidak sebesar monogenetik. Apabila seseorang dengan kelainan genetik bersifat poligenik memiliki gaya hidup yang tidak sehat, maka risikonya akan semakin besar.

    Meski begitu, dr Dicky mengingatkan untuk tidak selalu menyalahkan faktor genetik ketika mengidap diabetes. Pada kasus poligenik, kemungkinan untuk mengidap diabetes sangat mungkin dikurangi dengan penerapan gaya hidup sehat.

    “Poligenik itu ada varian gennya banyak, tapi nggak pasti harus diabetes. Tapi kalau pasien dengan varian genetik tadi, terus pola makannya nggak diatur, mungkin dia lebih cepat jadi diabetes dibandingkan orang yang nggak punya varian genetik. Kan kadang ada yang agak gemuk, tapi nggak kena diabetes. Tapi, ada yang gemuk sedikit sudah diabetes,” kata dr Dicky.

    “Jangan menyalahkan genetiknya (poligenetik), kalau dia obesitas kan, sebagian besar dari pola hidupnya. Tapi, kalau memang dia monogenik tadi, kalau kan ada, kemungkinan besar dia diabetes,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/suc)