Topik: diabetes

  • 4 Kelompok Orang Ini Sebaiknya Tunda Dulu Konsumsi Daun Kelor, Siapa Saja?

    4 Kelompok Orang Ini Sebaiknya Tunda Dulu Konsumsi Daun Kelor, Siapa Saja?

    Jakarta

    Daun kelor (Moringa oleifera) merupakan salah satu tanaman yang sering digunakan dalam pengobatan tradisional. Manfaat daun kelor pun beragam, mulai dari mengatasi masalah pencernaan, mencegah infeksi bakteri, mengurangi peradangan, hingga menurunkan kadar gula darah.

    Khasiat daun kelor berasal dari kandungan nutrisi yang ada pada tanaman tersebut. Bahkan, daun kelor sering disebut sebagai “superfood” karena kaya akan beragam nutrisi, seperti vitamin A, C, B6, protein, zat besi, dan magnesium.

    Meski begitu, ada beberapa kelompok orang yang dianjurkan untuk menghindari konsumsi daun kelor. Mereka yang memiliki kondisi medis atau penyakit tertentu mungkin tidak disarankan mengonsumsi herbal ini karena dapat memicu efek samping hingga memperparah gejala yang dialami.

    Dikutip dari berbagai sumber, berikut kelompok orang yang sebaiknya tunda dulu mengonsumsi daun kelor.

    1. Ibu Hamil

    Daun kelor memang dianjurkan untuk ibu hamil pada trimester kedua atau ketiga. Namun, herbal ini ternyata tidak disarankan untuk ibu hamil di masa awal kehamilan.

    Dikutip dari Vinmec, daun kelor mengandung alpha-sitosterol yang dapat menyebabkan kontraksi pada otot rahim dan memicu keguguran.

    2. Pasien Penyakit Tiroid

    Pengidap gangguan tiroid yang sedang mengonsumsi obat-obatan juga sebaiknya menghindari konsumsi daun kelor. Dikutip dari Medical News Today, daun kelor dapat berinteraksi dan memengaruhi efektivitas obat-obatan yang digunakan untuk menangani penyakit tiroid.

    Berkonsultasilah dengan dokter terlebih dahulu sebelum menambahkan daun kelor ke dalam asupan harian.

    3. Pengidap Diabetes

    Daun kelor memang dapat membantu menurunkan kadar gula darah. Kendati demikian, pengidap diabetes perlu berhati-hati dalam mengonsumsi herbal ini.

    Dikutip dari WebMD, kombinasi daun kelor dan obat-obatan tertentu yang digunakan untuk mengatasi gula darah tinggi dapat menyebabkan kadar gula darah turun terlalu drastis. Hal ini dapat memicu hipoglikemia yang membahayakan bagi tubuh.

    4. Pengidap Hipertensi yang Menjalani Pengobatan

    Daun kelor juga sebaiknya tidak dikonsumsi bersamaan dengan obat penurun tekanan darah.

    Dikutip dari Medical News Today, kombinasi daun kelor dan obat hipertensi tertentu dapat membuat tekanan darah turun terlalu rendah hingga memicu hipotensi. Seperti halnya hipertensi, hipotensi juga dapat memicu komplikasi serius pada tubuh.

    (ath/kna)

  • Tips Bijak Memilih Makanan dan Minuman Manis di Bulan Ramadan, Begini Kata Dosen Ilmu Gizi Unsoed

    Tips Bijak Memilih Makanan dan Minuman Manis di Bulan Ramadan, Begini Kata Dosen Ilmu Gizi Unsoed

    TRIBUNJATENG.COM, PURWOKERTO – Selama Ramadan, kita dianjurkan untuk tetap mendapat asupan nutrisi yang cukup dengan mengkonsumsi beragam menu sehat, baik itu saat berbuka puasa maupun saat sahur.

    Hal ini penting untuk menjaga kesehatan tubuh, sehingga bisa menjalankan puasa secara lancar. 

    Tujuan berpuasa di bulan Ramadan adalah selain untuk beribadah, juga mendapatkan manfaat yang sangat baik untuk kesehatan.

    Agar manfaat berpuasa dapat dirasakan baik dari segi kesehatan, diperlukan pengauran pola makan yan baik karena selama menjalankan ibadah puasa pola makan dan kebiasan makan berubah.

    Oleh karena itu, pola makan dan asupan cairan dalam tubuh tetap harus terjaga dan terkontrol.

    Kecukupan nutrisi saat Ramadan tidak semaata-mata tergantung pada banyakya jumlah makanan yang disantap, melainkan seberapa besar nilai gizi yang terkandung dalam makanan tersebut.

    Makanan yang dikonsumsi harus seimbang dengan kandungan karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan serat.

    Selain itu jangan lupa penting juga untuk kecukupan kebutuhan cairan tubuh. 

    Normalnya, kebutuhan cairan manusia dalam tubuh adalah 2 liter per hari.

    Saat berpuasa tetap mendapat asupan cairan dengan cara membagi waktu minum yaitu 2 gelas saat berbuka puasa, 1 gelas sebelum salat tarawih, 1 gelas setelah selesai tarawih, 2 gelas sebelum tidur, 2 gelas saat sahur.

    Dengan demikian, kebutuhan cairan tubuh tetap terkontrol.

    Saat bulan Ramadan selalu terlihat semua makanan manis tersaji di meja makan seperti es buah, sirup, teh manis, kolak, buah-buahan, kurma, dan lain lain.

    MENU RAMADAN – Ilustrasi menu makanan manis yang biasa disajikan saat sahur dan buka puasa selama Ramadan.

    Dalam Islam, seseorang memang dianjurkan untuk membatalkan puasa dengan makanan atau minuman manis. 

    Namun tidak boleh berlebihan, bahkan hanya dianjurkan untuk sebanyak 3 butir kurma. 

    Namun, saat ini banyak orang yang gemar dengan makanan atau minuman manis.

    Misalnya membatalkan puasa dengan minuman serba manis, makan dengan nasi yang berlimpah, serta mengonsumsi hidangan penutup serba manis.

    Dilansir dari Kementerian Kesehatan 2023, konsumsi minuman manis dalam kemasan di Indonesia sebanyak 20,23 liter per orang.

    Bahkan Indonesia menempati peringkat ketiga dengan konsumsi minuman manis terbanyak di Asia Tenggara.

    Tercatat, dalam 20 tahun terakhir, tingkat konsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) meningkat hingga 15 kali lipat. 

    Dari 51 juta liter menjadi 780 juta liter.

    Jika diperhitungkan, 1 dari 10 anak-anak di Indonesia mengonsumsi minuman manis sebanyak 1 sampai 6 kali dalam seminggu.

    Tentu saja, hal ini dapat mengakibatkan seseorang terkena diabetes. 

    Gula sebagai salah satu nutrisi dan gizi yang ada di menu berbuka puasa.

    Namun, saat berpuasa, idealnya banyaknya gula yang kita konsumsi seharusnya tidak jauh berbeda dengan hari-hari biasa.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menganjurkan, orang dewasa agar mengonsumsi gula tidak lebih dari 12 sendok teh gula bebas per hari, dan kurang dari sendok teh gula bebas per hari untuk manfaat kesehatan tambahan. 

    Gula bebas mengacu pada gula yang ada dalam permen, tambahkan ke makanan dan minuman olahan, dan gula alami yang ada dalam madu, sirup, jus buah, dan konsentrat buah.

    Ketika berpuasa, dapat menikmati waktu makan pada waktu berbuka puasa dan juga sahur.

    Nah, sebaiknya kamu lebih banyak mengonsumsi gula pada waktu berbuka puasa daripada waktu sahur. 

    Pasalnya, tubuh kehilangan banyak energi setelah berpuasa selama 12 jam denga mengonsumsi makanan manis bisa mengisi energi kamu kembali dengan cepat.

    Hindari mengonsumsi gula yang berlebihan pada waktu makan sahur.

    Sebaliknya, dianjurkan untuk mengonsumsi makanan yang dapat membuat kamu merasa kenyang lebih lama.

    Contohnya, makanan yang mengandung serat, karbohidrat kompleks, serta protein.

    Dengan begitu tidak akan cepat merasa lapar.

    Cobalah mengatur waktu konsumsi gula saat puasa, misalnya dalam satu hari mengonsumi sebanyak 6 sendok teh gula.

    Usahakan pada saat sahur mengonsumsi 2 sendok teh, kemudian saat waktu berbuka dan setelah berbuka bisa gunakan 4 sendok teh lainnya. 

    Indah Nuraeni S.TP., M.Sc dosen Ilmu Gizi Unsoed, berbagi tips mencegah konsumsi gula berlebih selama bulan puasa:

    1. Mengurangi tambahan gula saat minum teh,kopi, susu.

    2. Memilih air putih atau minuman tanpa pemanis untuk memenuhi kebutuhan asupan cairan saat berpuasa.

    3. Mengganti camilan manis dengan buah segar.

    4. Mengurangi konsumsi biskuit, kue kering dan camilan manis.

    5. Bisa menggantikan tajil dengan 2-3 butir kurma.

    “Jika tidak mengendalikan konsumsi makanan dan minuman manis sata bulan Ramadan, maka akan dapar mnyebabkan obesitas setelah selesai bulan Ramadan, kerusakan gigi, diabetes mellitus, dan beragai penyakit tidak menular yang menikuti sehingga dapat terjadi komplikasi,” kata Indah. 

    Referensi : disadur dari berbagai sumber

    #unsoed1963 #merdekamajumendunia

    (*)

  • Menyelami Hikmah Kesehatan di Balik Ibadah Ramadan hingga Fenomena Diet Intermittent Fasting

    Menyelami Hikmah Kesehatan di Balik Ibadah Ramadan hingga Fenomena Diet Intermittent Fasting

    Puasa, terutama puasa Ramadan, adalah salah satu ibadah utama dalam Islam yang memiliki dimensi spiritual dan fisik. Selain sebagai bentuk ketaatan kepada Allah Swt, puasa juga memiliki manfaat yang signifikan bagi kesehatan tubuh manusia. 

    Ilmu medis modern telah mengungkap banyak hikmah kesehatan yang terkandung  dalam praktik puasa, yang sejalan dengan ajaran Islam. Tulisan ini akan mengulas relevansi puasa dengan ilmu medis, serta bagaimana ibadah ini tidak hanya mendekatkan kita kepada Allah, tetapi juga meningkatkan kualitas kesehatan kita. 

    Puasa dan Detoksifikasi Tubuh 

    Salah satu manfaat puasa yang paling dikenal dalam ilmu medis adalah proses detoksifikasi atau pengeluaran racun dari tubuh. Selama berpuasa, tubuh tidak menerima asupan makanan dan minuman selama kurang lebih 12-14 jam. Hal ini memberikan kesempatan bagi sistem pencernaan untuk beristirahat dan memfokuskan energi pada proses pembersihan tubuh. 

    Dr. Joel Fuhrman, seorang ahli gizi dan penulis buku “Fasting and Eating for Health”,  menjelaskan bahwa puasa memungkinkan tubuh untuk membuang sel-sel yang rusak dan toksin yang menumpuk. Proses ini dikenal sebagai autofagi, di mana sel-sel tubuh membersihkan diri dari komponen yang tidak diperlukan. Autofagi bahkan dikaitkan  dengan pencegahan penyakit degeneratif seperti kanker dan Alzheimer. 

    Allah Swt berfirman dalam Al-Qur’an: 

    وَاَنْ تَصُوْمُوْا خَيْرٌ لَّكُمْ اِنْ كُنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

    “Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 184)

    Ayat ini mengisyaratkan bahwa puasa memiliki manfaat yang besar, termasuk bagi kesehatan, yang mungkin belum sepenuhnya kita pahami. 

    Puasa dan Keseimbangan Metabolisme 

    Puasa juga membantu menyeimbangkan metabolisme tubuh. Saat berpuasa, tubuh beralih dari menggunakan glukosa sebagai sumber energi utama menjadi menggunakan lemak yang tersimpan. Proses ini disebut ketosis, yang membantu menurunkan berat badan dan mengurangi risiko obesitas, diabetes tipe 2, serta penyakit kardiovaskular. 

    Penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Nutrition and Metabolism menunjukkan bahwa puasa intermiten (seperti puasa Ramadan) dapat meningkatkan sensitivitas insulin, mengurangi peradangan, dan menurunkan kadar kolesterol jahat (LDL) dalam  darah. Hal ini sejalan dengan sabda Rasulullah SAW: 

    وَصُومُوا تَصِحُّوا

    “Berpuasalah, niscaya kamu akan sehat.” (HR. Ath-Thabrani) 

    Puasa dan Kesehatan Mental 

    Tidak hanya bermanfaat bagi fisik, puasa juga memiliki dampak positif bagi kesehatan mental. Puasa melatih kita untuk mengendalikan emosi, meningkatkan kesabaran, dan mengurangi stres. Saat berpuasa, tubuh melepaskan hormon endorfin yang dapat meningkatkan perasaan bahagia dan ketenangan. 

    Selain itu, puasa juga merangsang produksi Brain-Derived Neurotrophic Factor (BDNF), protein yang berperan dalam pertumbuhan dan perlindungan sel-sel saraf. Peningkatan BDNF dikaitkan dengan peningkatan fungsi kognitif, memori, dan penurunan risiko depresi. 

    Allah SWT berfirman:

    يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

    “Wahai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 183) 

    Takwa tidak hanya mencakup ketakwaan spiritual, tetapi juga pengendalian diri secara mental dan emosional, yang dilatih melalui puasa. 

    Melihat begitu besar manfaat puasa apabila dilihat dari segi medis, kini banyak orang  baik di kalangan selebritis, influencer, maupun masyarakat umum yang menerapkan diet dengan konsep yang hampir menyerupai puasa yang dilakukan oleh umat Islam, yakni diet intermittent fasting (IF) menjadi tren di kalangan masyarakat global, termasuk di Indonesia. 

    Pola makan ini mengatur waktu makan dan puasa secara bergantian, dengan jendela makan tertentu, misalnya 8 jam makan dan 16 jam puasa (16:8). Menariknya, prinsip dasar dari intermittent fasting ini memiliki banyak kesamaan dengan puasa dalam Islam, terutama dalam hal manfaat kesehatan fisik dan mental. 

    Kesamaan Prinsip dan Manfaat Kesehatan 

    Meskipun puasa Ramadan dilandasi oleh perintah agama, sementara intermittent fasting lebih bersifat gaya hidup atau pola diet, keduanya menunjukkan manfaat kesehatan yang serupa. Keduanya membatasi waktu makan, memaksa tubuh untuk beradaptasi dengan pola konsumsi yang teratur dan terkontrol. 

    Studi medis modern menunjukkan bahwa intermittent fasting dapat menurunkan berat badan,  meningkatkan sensitivitas insulin, menstabilkan kadar gula darah, dan mengurangi  risiko penyakit kronis seperti diabetes tipe 2 serta penyakit jantung. 

    Manfaat ini sejajar dengan yang ditemukan dalam praktik puasa Ramadan. Saat tubuh berada  dalam keadaan berpuasa, proses autofagi—seperti yang dijelaskan sebelumnya— dipercepat, membantu menghilangkan sel-sel rusak dan memperbaiki fungsi organ  vital.

    Intermittent Fasting: Ilmu Pengetahuan Menguatkan Ajaran Agama 

    Fenomena intermittent fasting menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan modern semakin menguatkan kebijaksanaan yang sudah diajarkan oleh agama Islam sejak ribuan tahun yang lalu. Puasa tidak hanya bertujuan untuk mencapai takwa, tetapi juga mengoptimalkan kesehatan tubuh. 

    Rasulullah SAW sendiri dikenal menjalani pola makan teratur, dengan tidak berlebihan dalam konsumsi makanan dan mengatur waktu makan secara bijak—sebuah praktik yang kini didukung oleh sains modern. 

    Baik puasa Ramadan maupun intermittent fasting mengajarkan pentingnya keseimbangan—bukan hanya dalam pola makan, tetapi juga dalam kehidupan secara  keseluruhan. Disiplin dalam mengatur waktu makan, menjaga kualitas makanan yang  dikonsumsi, hingga melatih kesabaran dalam menghadapi rasa lapar, semuanya merupakan latihan pengendalian diri yang dapat membawa dampak positif dalam  kehidupan sehari-hari. 

    Sebagai penutup, fenomena intermittent fasting seharusnya tidak hanya dianggap sebagai tren kesehatan semata, melainkan juga sebagai pengingat akan hikmah luar biasa yang terkandung dalam ibadah puasa. Puasa, dalam berbagai bentuknya, membawa manfaat menyeluruh yang mencakup fisik, mental, dan spiritual, yang seharusnya menjadi bagian dari gaya hidup kita sehari-hari. 

    *Penulis adalah mahasiswi Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)

  • 10 Pola Hidup Sehat untuk Mencegah Stroke

    10 Pola Hidup Sehat untuk Mencegah Stroke

    Jakarta, Beritasatu.com – Strok atau stroke merupakan kondisi medis serius yang dapat menyebabkan kecacatan permanen atau bahkan kematian. Menurut World Health Organization (WHO), stroke menjadi penyebab kematian kedua di dunia.

    Gaya hidup yang tidak sehat, seperti pola makan buruk, kurangnya aktivitas fisik, serta meningkatnya kasus hipertensi, diabetes, dan obesitas, semakin meningkatkan risiko stroke.

    Oleh karena itu, penting untuk menerapkan pola hidup sehat guna mengurangi faktor risiko tersebut. Berikut ini 10 kebiasaan sehat yang dapat membantu mencegah stroke, yang dikutip dari Health Harvard, Selasa (18/3/2025).

    Pola Hidup Sehat Cegah Stroke

    1. Mengontrol tekanan darah

    Hipertensi menjadi faktor utama yang meningkatkan risiko stroke. American Heart Association merekomendasikan agar tekanan darah dijaga di bawah 120/80 mmHg untuk mengurangi risiko stroke hingga 50%.

    Beberapa langkah yang dapat membantu mengontrol tekanan darah, antara lain mengurangi konsumsi garam, menjalani pola makan sehat, dan berolahraga secara rutin.

    2. Menerapkan pola makan sehat

    Nutrisi yang seimbang sangat berperan dalam kesehatan jantung dan pembuluh darah. Konsumsi makanan bergizi, seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan lemak sehat (misalnya minyak zaitun dan ikan) dapat membantu mengurangi risiko stroke.

    Diet Mediterania, yang kaya akan serat dan rendah lemak jenuh, telah terbukti efektif dalam menurunkan risiko penyakit kardiovaskular.

    3. Menjaga berat badan ideal

    Kelebihan berat badan meningkatkan kemungkinan terkena hipertensi dan diabetes, yang merupakan faktor utama penyebab stroke. Menjaga indeks massa tubuh (IMT) dalam kisaran normal (18,5–24,9) dengan mengatur pola makan dan meningkatkan aktivitas fisik sangat dianjurkan.

    4. Berolahraga secara teratur

    Aktivitas fisik bermanfaat bagi kesehatan jantung dan dapat membantu menjaga berat badan. WHO merekomendasikan minimal 150 menit olahraga intensitas sedang atau 75 menit olahraga berat setiap minggu. Jenis olahraga yang disarankan meliputi berjalan, bersepeda, atau berenang.

    5. Menghindari rokok dan konsumsi alkohol berlebihan

    Merokok dapat meningkatkan risiko stroke hingga 2–3 kali lipat karena kandungan zat kimia dalam rokok dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan tekanan darah.

    Konsumsi alkohol yang berlebihan juga berkontribusi pada hipertensi. Batas konsumsi alkohol yang disarankan, pada wanita maksimal 1 gelas per hari, dan pria maksimal 2 gelas per hari

    6. Mengelola stres dengan baik

    Stres yang berlebihan dapat memicu peningkatan tekanan darah dan berdampak buruk pada kesehatan jantung. Berbagai teknik, seperti meditasi, yoga, atau melakukan aktivitas yang menyenangkan dapat membantu mengelola stres dan menjaga tekanan darah tetap stabil.

    7. Menjaga kualitas tidur

    Tidur yang cukup dan berkualitas sangat penting bagi kesehatan jantung. Kurang tidur dapat memicu hipertensi, yang berisiko menyebabkan stroke. Pastikan untuk mendapatkan 7–9 jam tidur berkualitas setiap malam guna menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan.

    8. Mengontrol kadar gula darah

    Diabetes merupakan faktor risiko utama stroke. Menjaga kadar gula darah dalam batas normal melalui pola makan sehat, olahraga teratur, serta kepatuhan dalam mengonsumsi obat dapat membantu menurunkan risiko stroke akibat diabetes.

    9. Mengatasi fibrilasi atrium

    Fibrilasi atrium adalah kondisi ketika irama jantung menjadi tidak teratur, sehingga meningkatkan risiko pembekuan darah yang dapat menyebabkan stroke. Penggunaan obat antikoagulan dan pemeriksaan kesehatan secara berkala diperlukan bagi mereka yang mengalami kondisi ini.

    10. Melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin

    Pemeriksaan kesehatan berkala membantu mendeteksi faktor risiko, seperti hipertensi, diabetes, dan kadar kolesterol tinggi lebih dini. Dengan demikian, tindakan pencegahan yang tepat dapat dilakukan sebelum risiko stroke meningkat.

    Menjalani pola hidup sehat adalah kunci utama dalam mencegah stroke. Dengan menerapkan 10 kebiasaan di atas, seseorang dapat secara proaktif mengurangi risiko terkena stroke dan menjaga kesehatan jantung dalam jangka panjang.

  • Kebiasaan Sehat yang Bisa Cegah Gagal Ginjal, Termasuk Rutin Minum Air Putih

    Kebiasaan Sehat yang Bisa Cegah Gagal Ginjal, Termasuk Rutin Minum Air Putih

    Jakarta

    Gagal ginjal merupakan penyakit kronis yang bisa menyerang siapa saja, termasuk anak muda. Banyak faktor yang menjadi penyebab gagal ginjal, sehingga tindakan preventif sejak dini perlu dilakukan.

    Dikutip dari Healthline dan Medical News Today, ginjal sendiri memiliki peran yang vital dalam tubuh. Organ tersebut menyaring produk limbah, kelebihan air, dan kotoran lain dari darah. Produk limbah ini disimpan di kandung kemih dan kemudian dikeluarkan melalui urine.

    Hal ini membuat menjaga kesehatan ginjal sangat penting dilakukan. Berikut adalah kebiasaan-kebiasaan yang bisa dilakukan secara rutin agar ginjal tetap sehat.

    1. Hidup Aktif dan Bugar

    Menjaga kesehatan ginjal bisa dimulai dengan menghindari sedentary lifestyle atau gaya hidup bermalas-malasan. Mulailah untuk berolahraga secara teratur untuk menurunkan risiko penyakit ginjal kronis.

    Olahraga teratur juga dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kesehatan jantung yang keduanya penting untuk mencegah kerusakan ginjal.

    2. Batasi Asupan Gula

    Sudah saatnya mulai membatasi asupan gula dalam tubuh. Mereka yang memiliki kadar gula tinggi dapat mengalami kerusakan ginjal.

    Ketika sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa (gula) dalam darah, ginjal dipaksa bekerja ekstra keras untuk menyaring darah. Jika terus-menerus bekerja keras selama bertahun-tahun, hal ini dapat menyebabkan kerusakan yang dapat mengancam jiwa.

    3. Mengontrol Tekanan Darah

    Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Terlebih jika tekanan darah tinggi terjadi bersamaan dengan masalah kesehatan lain seperti diabetes, penyakit jantung, atau kolesterol tinggi.

    4. Menjaga Berat Badan Ideal

    Mereka yang kelebihan berat badan atau obesitas lebih berisiko untuk merusak ginjal. Hal ini karena seseorang dengan berat badan tidak ideal lebih rentan mengalami diabetes, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.

    5. Rutin Minum Air Putih

    Menjaga tubuh tetap terhidrasi juga tak kalah pentingnya. Pasalnya, asupan air yang cukup dapat membantu menyehatkan ginjal. Air membantu membersihkan natrium dan racun dari ginjal, serta menurunkan risiko penyakit ginjal kronis.

    (dpy/kna)

  • Video Catatan Sakit Mat Solar ‘Bajaj Bajuri’: Stroke hingga Diabetes

    Video Catatan Sakit Mat Solar ‘Bajaj Bajuri’: Stroke hingga Diabetes

    Video Catatan Sakit Mat Solar ‘Bajaj Bajuri’: Stroke hingga Diabetes

  • Tak Hanya Strok, Ternyata Mat Solar Juga Punya Riwayat Penyakit Ini

    Tak Hanya Strok, Ternyata Mat Solar Juga Punya Riwayat Penyakit Ini

    Jakarta, Beritasatu.com – Mat Solar, aktor legendaris yang dikenal lewat perannya sebagai Bajuri dalam sinetron “Bajaj Bajuri”, meninggal dunia di usia 62 tahun pada Senin (17/3/2025). Sosoknya begitu melekat di hati para penggemar sebagai karakter suami sederhana dan jenaka yang mengendarai bajaj biru dalam kehidupan sehari-harinya.

    Namun, di balik senyum dan candaannya di layar kaca, ternyata dia harus menghadapi perjuangan panjang melawan berbagai penyakit serius.

    Sebelum berpulang, Mat Solar diketahui menderita strok sejak 2017. Kondisi ini membuatnya harus menjalani perawatan intensif dan mengubah gaya hidupnya secara drastis.

    Strok yang dialaminya berdampak pada mobilitas dan kemampuannya beraktivitas, memaksanya untuk lebih banyak beristirahat. Namun, ternyata bukan hanya strok yang mengganggu kesehatannya.

    Mat Solar juga memiliki riwayat penyakit diabetes dan tekanan darah tinggi atau hipertensi. Kedua kondisi ini merupakan faktor risiko utama yang dapat memicu terjadinya strok, serangan jantung, dan berbagai komplikasi kesehatan lainnya jika tidak dikelola dengan baik.

    Kisah Mat Solar menjadi pengingat bagi banyak orang akan pentingnya menjaga kesehatan, terutama dalam mengelola penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi. Penyakit-penyakit ini sering kali berkembang tanpa disadari dan baru terdeteksi ketika sudah menimbulkan komplikasi yang serius.

    Oleh karena itu, kesadaran akan pola hidup sehat, pemeriksaan kesehatan rutin, serta penanganan medis yang tepat sangatlah penting untuk mencegah dampak yang lebih parah di kemudian hari.

    Diabetes dan Gejalanya

    Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi akibat gangguan metabolisme gula dalam tubuh. Penyakit ini menyebabkan kadar gula darah menjadi terlalu tinggi, yang jika tidak dikontrol dapat menimbulkan berbagai komplikasi serius, termasuk gangguan saraf, gangguan ginjal, hingga meningkatkan risiko stroke dan penyakit jantung. Beberapa gejala umum diabetes seperti berikut ini, dikutip dari Healthline, Selasa (18/3/2025).

    1. Sering merasa haus dan lapar

    Kadar gula darah tinggi menyebabkan tubuh kehilangan banyak cairan sehingga penderita mudah merasa haus. Selain itu, meskipun gula dalam darah tinggi, sel-sel tubuh tidak dapat menggunakannya dengan baik sebagai sumber energi, sehingga muncul rasa lapar yang berlebihan.

    2. Sering buang air kecil

    Tubuh berusaha mengeluarkan kelebihan gula melalui urine, sehingga frekuensi buang air kecil meningkat, terutama di malam hari.

    3. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas

    Ketika sel tubuh tidak mendapatkan cukup energi dari glukosa, tubuh mulai memecah lemak dan otot untuk dijadikan sumber energi alternatif, menyebabkan berat badan menurun drastis.

    4. Mudah lelah dan lemas

    Kurangnya glukosa di dalam sel menyebabkan tubuh kekurangan energi, membuat penderita sering merasa lelah.

    5. Luka yang sulit sembuh

    Kadar gula darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah dan sistem kekebalan tubuh, sehingga proses penyembuhan luka menjadi lebih lambat.

    6. Penglihatan kabur

    Diabetes dapat menyebabkan retinopati diabetik, yaitu gangguan pada pembuluh darah mata yang bisa menyebabkan kebutaan jika tidak ditangani dengan baik.

    Hipertensi dan Gejalanya

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah dalam arteri meningkat secara terus-menerus. Penyakit ini sering disebut sebagai “silent killer” karena gejalanya sering tidak terdeteksi hingga terjadi komplikasi serius seperti serangan jantung atau strok. Berikut ini beberapa gejala hipertensi yang perlu diwaspadai.

    1. Sakit kepala

    Biasanya terjadi di bagian belakang kepala, terutama pada pagi hari.

    2. Pusing dan vertigo

    Rasa pusing yang bisa mengganggu keseimbangan.

    3. Penglihatan kabur

    Tekanan darah yang tinggi dapat merusak pembuluh darah mata, menyebabkan gangguan penglihatan.

    4. Nyeri dada

    Jika hipertensi sudah mempengaruhi jantung, penderita bisa mengalami nyeri dada.

    5. Detak jantung tidak teratur

    Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan perubahan pada ritme jantung.

    6. Sesak napas

    Bisa terjadi akibat jantung yang bekerja terlalu keras atau karena adanya cairan di paru-paru.

    Kaitan Antara Diabetes, Hipertensi, dan Strok

    Diabetes dan hipertensi sering kali terjadi bersamaan dan saling memperburuk kondisi satu sama lain. Penderita diabetes lebih rentan mengalami hipertensi karena kadar gula darah tinggi dapat merusak dinding pembuluh darah, membuatnya lebih kaku dan sempit. Tekanan darah yang meningkat semakin memperburuk kondisi tersebut, meningkatkan risiko serangan jantung dan strok.

    Pada kasus Mat Solar, strok yang dialaminya bisa jadi merupakan komplikasi dari kombinasi diabetes dan hipertensi yang dia derita. Kerusakan pembuluh darah akibat kedua penyakit ini membuat aliran darah ke otak menjadi tidak lancar, sehingga meningkatkan risiko terjadinya penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak.

    Langkah Pencegahan yang Bisa Dilakukan

    Karena diabetes dan hipertensi bisa menyebabkan komplikasi serius, penting bagi siapa saja yang memiliki risiko atau sudah didiagnosis dengan salah satu atau kedua penyakit ini untuk menjalani gaya hidup sehat.

    Gaya hidup sehat bisa dimulai dengan menjaga pola makan, rutin berolahraga, mengontrol berat badan, mengelola stres, dan memeriksakan kesehatan secara rutin.

    Kisah Mat Solar menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih memperhatikan kesehatan, terutama bagi mereka yang memiliki risiko tinggi mengalami diabetes dan hipertensi. Penyakit-penyakit ini dapat dicegah dan dikelola dengan baik jika menjalani gaya hidup sehat dan rutin memeriksakan diri ke dokter.

  • Terungkap Sayuran yang Bisa Pangkas Kadar Gula Darah Tinggi hingga 50 Persen

    Terungkap Sayuran yang Bisa Pangkas Kadar Gula Darah Tinggi hingga 50 Persen

    Jakarta – Sebuah riset menemukan sayuran yang bisa memangkas kadar gula darah tinggi hingga 50 persen. Hal ini dinilai berdampak signifikan pada pengidap diabetes, saat tubuh pasien gagal memproduksi insulin yang cukup untuk mengatur kadar gula darah.

    Penelitian yang dirilis dalam pertemuan tahunan ke-97 The Endocrine Society di San Diego menunjukkan ekstrak dari umbi bawang bombay, Allium cepa, secara signifikan menurunkan kadar gula darah tinggi pada riset tikus dengan kondisi diabetes, saat diberikan bersamaan dengan obat anti-diabetes metformin.

    “Bawang bombay murah dan mudah didapat serta telah digunakan sebagai suplemen gizi,” ungkap peneliti utama Anthony Ojieh, MBBS (MD), MSc, dari Delta State University di Abraka, Nigeria.

    “Bawang bombay berpotensi digunakan untuk mengobati pasien diabetes,” lanjutnya, dikutip dari Surrey Live, Selasa (18/2/2025).

    Ojieh dan timnya memberikan metformin dan berbagai dosis ekstrak bawang bombay, berkisar 200mg, 400mg, dan 600mg per kilogram berat badan setiap hari, kepada tiga kelompok tikus dengan diabetes yang diinduksi secara medis untuk melihat apakah hal itu akan meningkatkan efek obat.

    Penelitian ini juga melibatkan pemberian metformin dan ekstrak bawang bombay kepada tiga kelompok tikus non-diabetes dengan kadar gula darah normal sebagai perbandingan. Dua kelompok kontrol, satu non-diabetes dan satu diabetes, tidak diberi metformin atau ekstrak bawang.

    Dua kelompok lainnya, satu dengan diabetes dan satu tanpa diabetes, hanya menerima metformin dan tidak ada ekstrak bawang. Setiap kelompok terdiri dari lima tikus.

    Ekstrak bawang, dalam dosis 400mg dan 600mg, secara signifikan mengurangi kadar gula darah puasa pada tikus diabetes masing-masing sebesar 50 persen dan 35 persen, dibandingkan dengan kadar dasar pada awal penelitian sebelum tikus menerima ekstrak bawang.

    Namun, ekstrak bawang menyebabkan peningkatan berat badan rata-rata di antara tikus non-diabetes, tetapi tidak pada tikus diabetes.

    “Bawang tidak tinggi kalori. Namun, tampaknya bawang meningkatkan laju metabolisme dan, dengan itu, meningkatkan nafsu makan, yang menyebabkan peningkatan makan. Kita perlu menyelidiki mekanisme yang menyebabkan bawang menurunkan glukosa darah. Kami belum punya penjelasannya.”

    Ekstrak bawang yang digunakan untuk percobaan ini dibuat dari umbi bawang, yang tersedia di supermarket lokal. Jika ini diberikan kepada manusia, biasanya akan dimurnikan sehingga hanya bahan aktifnya yang akan diukur untuk dosis yang memadai.

    Masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan keterkaitan keduanya. Saran utama yang paling ideal untuk memastikan gula darah tidak melonjak adalah tetap dengan pola makan sehat, tinggi serat dan buah, mengurangi gula, lemak, dan garam atau mengonsumsinya seminimal mungkin.

    Gejala diabetes yang kerap tidak disadari adalah kelelahan ekstrem, merasa haus sepanjang waktu, hingga kehilangan bobot tubuh tanpa alasan yang jelas.

    Gejala tersebut juga terkadang diliputi:

    penglihatan kaburluka yang butuh waktu lama untuk sembuhgatal di sekitar alat kelaminkerap terkena sariawan

    (naf/kna)

  • 10 Kondisi Kesehatan yang Sebaiknya Hindari Makan Kurma

    10 Kondisi Kesehatan yang Sebaiknya Hindari Makan Kurma

    Jakarta, Beritasatu.com – Kurma dikenal sebagai buah yang kaya nutrisi dan memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Buah ini mengandung berbagai vitamin, mineral, serta serat yang baik untuk pencernaan dan sumber energi alami. Namun, tidak semua orang bisa menikmati kurma tanpa risiko.

    Beberapa kondisi kesehatan tertentu justru mengharuskan seseorang untuk membatasi atau bahkan menghindari konsumsi kurma. Kandungan alami dalam buah ini dapat memperburuk gejala atau menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.

    Berikut ini delapan kondisi kesehatan yang sebaiknya lebih berhati-hati atau menghindari konsumsi kurma, dikutip dari laman Healthline, Senin (17/3/2025).

    Kondisi Kesehatan yang Harus Hindari Kurma

    1. Penyakit ginjal

    Penderita penyakit ginjal, terutama mereka yang mengalami gagal ginjal kronis, sebaiknya membatasi konsumsi kurma. Hal ini disebabkan oleh kandungan potasiumnya yang cukup tinggi. Ginjal yang tidak berfungsi dengan baik akan kesulitan mengeluarkan kelebihan kalium dari dalam tubuh, sehingga dapat menyebabkan kondisi hiperkalemia.

    Hiperkalemia bisa memicu komplikasi serius seperti gangguan irama jantung, kelemahan otot, hingga risiko gagal jantung. Oleh karena itu, pasien dengan masalah ginjal perlu berkonsultasi dengan dokter sebelum mengonsumsi kurma.

    2. Diabetes

    Meskipun kurma merupakan alternatif pemanis alami, penderita diabetes tetap harus berhati-hati dalam mengonsumsinya. Kurma memiliki indeks glikemik yang cukup tinggi, yang berarti dapat meningkatkan kadar gula darah dengan cepat jika dikonsumsi dalam jumlah banyak.

    Walaupun kurma juga mengandung serat yang dapat membantu mengatur kadar gula darah, konsumsi yang berlebihan tetap dapat meningkatkan risiko lonjakan gula darah. Oleh karena itu, penderita diabetes disarankan untuk membatasi konsumsi kurma dan memperhatikan porsi agar tetap dalam batas yang aman.

    3. Alergi sulfit

    Beberapa jenis kurma kering mengandung sulfit sebagai bahan pengawet untuk memperpanjang masa simpannya. Sulfit dapat memicu reaksi alergi pada orang yang sensitif terhadap zat ini. Gejala yang mungkin muncul termasuk sakit perut, kembung, diare, mual, serta ruam kulit.

    Jika Anda memiliki riwayat alergi terhadap sulfit, sebaiknya pilih kurma segar tanpa pengawet atau hindari konsumsi kurma sama sekali untuk menghindari reaksi yang tidak diinginkan.

    4. Asma

    Orang dengan asma juga perlu lebih berhati-hati dalam mengonsumsi kurma, terutama yang dikeringkan dan diawetkan menggunakan sulfit. Kandungan sulfit dalam buah kering ini dapat memperburuk gejala asma, seperti sesak napas dan peradangan saluran pernapasan.

    Selain itu, sekitar 70%–80% penderita asma memiliki sensitivitas terhadap jamur, yang sering kali tumbuh pada buah kering seperti kurma jika tidak disimpan dengan benar. Oleh karena itu, penderita asma yang sensitif terhadap zat ini sebaiknya menghindari kurma atau memilih yang benar-benar segar.

    5. Irritable bowel syndrome (IBS) dan sensitivitas fruktosa

    Kurma mengandung fruktosa dan sorbitol, dua jenis gula alami yang dapat memicu gangguan pencernaan pada orang dengan IBS atau sensitivitas fruktosa.

    Konsumsi kurma dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kembung, diare, serta nyeri perut akibat fermentasi fruktosa dalam usus. Jika Anda memiliki kondisi ini, sebaiknya konsumsi kurma dalam jumlah terbatas atau hindari sama sekali agar tidak memicu gejala yang mengganggu.

    6. Intoleransi fruktosa

    Bagi orang dengan hereditary fructose intolerance (HFI), konsumsi kurma bisa menjadi berbahaya. Kondisi ini adalah gangguan metabolisme bawaan yang membuat tubuh tidak bisa mencerna fruktosa dengan baik.

    Akibatnya, konsumsi kurma dapat menyebabkan masalah pencernaan serius, mual, muntah, hingga hipoglikemia (penurunan kadar gula darah secara drastis). Jika Anda memiliki kondisi ini, sebaiknya hindari makanan tinggi fruktosa seperti kurma untuk mencegah komplikasi kesehatan.

    7. Asam urat (gout)

    Penderita asam urat perlu berhati-hati dalam mengonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi, termasuk beberapa jenis kurma. Purin dalam makanan dipecah menjadi asam urat di dalam tubuh, dan jika kadar asam urat meningkat terlalu tinggi, dapat menyebabkan nyeri sendi serta peradangan pada penderita gout.

    Meskipun kandungan purin dalam kurma tidak setinggi dalam daging merah atau makanan laut, konsumsi berlebihan tetap bisa memperburuk gejala asam urat. Oleh karena itu, penting bagi penderita gout untuk mengontrol asupan kurma dan memilih jenis makanan yang lebih aman bagi kesehatan sendi.

    8. Obesitas

    Kurma merupakan buah yang kaya akan kalori. Dalam 100 gram kurma, terdapat sekitar 277 kalori, yang cukup tinggi dibandingkan dengan buah lainnya. Konsumsi kurma secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan berat badan, terutama bagi orang yang sedang menjalani program diet atau memiliki masalah obesitas.

    Selain itu, kurma juga mengandung gula alami yang dapat meningkatkan asupan kalori harian tanpa disadari. Jika Anda sedang mengontrol berat badan, sebaiknya batasi konsumsi kurma dan perhatikan porsi yang dikonsumsi agar tetap sesuai dengan kebutuhan energi harian.

    Kurma memang memiliki banyak manfaat kesehatan, tetapi tidak semua orang bisa mengonsumsinya tanpa risiko. Bagi mereka yang memiliki kondisi medis tertentu konsumsi kurma perlu dibatasi atau bahkan dihindari agar tidak memperburuk kondisi kesehatan.

  • Penting! Ini Kebiasaan Tak Sehat yang Harus Dihindari saat Berbuka Puasa

    Penting! Ini Kebiasaan Tak Sehat yang Harus Dihindari saat Berbuka Puasa

    Jakarta

    Berbuka puasa menjadi waktu yang ditunggu-tunggu setelah menahan haus dan lapar selama kurang lebih 13 jam. Momen berbuka puasa tak jarang dijadikan ajang ‘balas dendam’ untuk menyantap banyak hidangan dalam satu waktu.

    Berpuasa jika dilakukan dengan tepat bisa bermanfaat untuk kesehatan. Sejumlah pakar menyebut berpuasa berkaitan dengan penurunan kolesterol dan tekanan darah tinggi hingga berat badan.

    Hanya saja kesalahan saat berbuka puasa ini bisa mengurangi manfaatnya. Jika sering dilakukan, efek jangka panjang seperti kenaikan kadar kolesterol malah bisa terjadi selama puasa.

    Kebiasaan tak sehat yang harus dihindari saat berbuka puasa

    1. Langsung makan berat saat berbuka puasa

    Setelah seharian berpuasa, tak disarankan langsung makan berat dengan porsi yang besar. Ketika kalap makan saat berbuka puasa, perut akan menjadi tidak nyaman dan begah.

    “Karena perut juga kaget. Ya segalanya, jadi yang seharian kosong tiba-tiba dihantam atau diberikan makanan yang sedemikian banyaknya,” kata dokter spesialis penyakit dalam, dr Aru Ariadno SpPD-KGEH, saat dihubungi detikcom, Senin (17/2/2025).

    Setelah perut sedikit terisi, dr Aru menyarankan agar seseorang terlebih dahulu melakukan ibadah salat Magrib. Setelah itu, baru bisa makan dengan porsi besar, namun tetap tidak berlebihan.

    Makan berlebihan bisa membebani sistem pencernaan, menyebabkan kembung, gangguan pencernaan, hingga penambahan berat badan. Kebiasaan ini juga bisa mengurangi manfaat kesehatan dari puasa.

    2. Kebanyakan makan manis

    Makanan manis memang dianjurkan dikonsumsi saat berbuka puasa untuk mengganti energi yang hilang. Namun ketika seseorang terlalu banyak makan yang manis, risiko kenaikan berat badan dan diabetes bisa terjadi.

    jangan melakukan kebiasaan ini terlalu sering, karena dapat menyebabkan lonjakan gula pada tubuh yang bisa meningkatkan risiko diabetes,” ungkap nutrisionis RSUP M Djamil, Vegya Refindah Shoumi, STrGz, RD dikutip dari laman Kemenkes RS M Djamil.

    Mengonsumsi terlalu banyak makanan manis saat berbuka puasa juga bisa menimbulkan sejumlah efek pada tubuh. Kata dr Christopher Andrian, M Gizi, SpGK, efeknya mulai dari seperti rasa kantuk berlebihan dan mudah lapar.

    “Efeknya ngantuk nanti karena semua aliran darah langsung ke situ. Terus risiko lapar lagi. Kenapa? Karena ketika kita minum manis, insulin tubuh akan menanjak naik buat mengimbangi gula yang masuk ke tubuh. Melonjak naik, gula darah akan cepat turun. Memberikan respons lapar sehingga akan makan lebih banyak lagi,” jelas dr Christopher.

    3. Langsung minum kopi

    Minum kopi tetap tidak boleh dilakukan saat perut kosong. Jika ingin berbuka dengan kopi, pastikan perut sudah terisi terlebih dahulu. Pasalnya, jika perut kosong langsung diisi dengan kopi maka dapat berisiko muncul gangguan lambung.

    “Kalau mau setelah berpuasa bisa, tapi sesudah makan,” kata spesialis urologi dr Nur Rasyid, SpU.

    (kna/kna)