Topik: diabetes

  • Idap Penyakit Ini Jadi Motivasi Meghan Trainor Pangkas BB sampai 27 Kg

    Idap Penyakit Ini Jadi Motivasi Meghan Trainor Pangkas BB sampai 27 Kg

    Jakarta

    Penyanyi Meghan Trainor mengaku perjalan menurunkan berat badannya bermula saat didiagnosis diabetes gestasional. Saat itu, ia sedang hamil dan mulai serius memperbaiki gaya hidupnya.

    Wanita 31 tahun itu menanggapi komentar publik soal tubuhnya yang kini terlihat lebih ramping. Ia mengungkapkan penurunan berat badannya ini bukan semata urusan penampilan, tetapi tuntutan kesehatan saat hamil.

    “Saat didiagnosis diabetes gestasional, aku berpikir ‘oke aku harus belajar soal kesehatan dan kebugaran,” terangnya yang dikutip dari laman People.

    Meghan yang berhasil menurunkan berat badannya sampai 27 kg itu menyebut motivasi terbesarnya adalah anak-anak dan keinginannya untuk tetap bugar. Selain itu, ia juga masih ingin tur keliling dunia dengan kondisi yang baik.

    Rutin Latihan Kekuatan

    Kini, Meghan rutin melakukan latihan kekuatan tiga kali seminggu. Ia berfokus pada kesehatan hormon hingga kondisi usus.

    “Aku cuma ingin merasa sehat, karena pekerjaan ini susah dijalani kalau badan nggak enak,” tuturnya.

    Namun, perubahan fisiknya itu justru memicu reaksi negatif di media sosial. Meghan mengaku banyak yang membenci dirinya karena menjadi kurus, yang membuatnya sangat bingung dan terguncang.

    Pada Maret lalu, Meghan sempat mengklarifikasi kritik publik lewat Instagram. Ia mengaku menggunakan Mounjaro atau tirzepatide, yakni obat suntik berbasis GLP-1, setelah kelahiran anak keduanya.

    Selain itu, ia juga berkonsultasi dengan ahli gizi, menerapkan perubahan gaya hidup, dan olahraga dengan pelatih pribadi.

    “Aku sedang berusaha menjadi versi paling sehat dan terkuat untuk anak-anakku dan diriku sendiri,” kata Meghan.

    “Ya, aku memanfaatkan ilmu pengetahuan dan dukungan (termasuk Mounjaro) setelah kehamilan keduaku. Dan aku senang karena rasanya luar biasa,” sambungnya.

    Apa Itu Diabetes Gestasional?

    Dikutip dari Cleveland Clinic, diabetes gestasional adalah jenis diabetes yang terjadi selama kehamilan, saat kadar gula darah menjadi terlalu tinggi (hiperglikemia). Kondisi ini terjadi saat hormon dari plasenta menghalangi kemampuan untuk menggunakan atau memproduksi insulin.

    Diabetes gestasional biasanya muncul di pertengahan kehamilan, antara minggu ke-24 dan ke-28. Dokter kandungan akan meminta tes darah untuk memeriksa diabetes gestasional.

    Mengalami diabetes gestasional bukan berarti orang tersebut sudah mengidap diabetes sebelum hamil. Kondisi ini muncul karena kehamilan. Orang dengan diabetes tipe 1 dan tipe 2 sebelum kehamilan memiliki tantangan saat mereka hamil.

    Biasanya, tidak ada tanda-tanda peringatan yang jelas untuk diabetes gestasional. Gejalanya ringan dna seringkali tidak disadari sampai dokter kandungan mendiagnosis diabetes gestasional.

    Gejala yang mungkin muncul meliputi:

    Sering buang air kecil.Rasa haus yang berlebihan.Kelelahan.Mual.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)

  • Waspadai 7 Makanan yang Berisiko Mengganggu Kesehatan Mata

    Waspadai 7 Makanan yang Berisiko Mengganggu Kesehatan Mata

    JAKARTA – Kesehatan mata ternyata sangat dipengaruhi oleh apa yang kita makan dan minum. Tidak hanya gangguan penglihatan ringan, beberapa pola makan bisa meningkatkan risiko penyakit mata serius seperti degenerasi makula, retinopati diabetik, dan katarak.

    Menurut tinjauan medis yang dilakukan oleh Poonam Sachdev pada 29 Agustus 2024 yang ditulis oleh Alyson Powell Key di situs WebMD, berikut 7 makanan yang sebaiknya dibatasi demi menjaga kesehatan mata.

    1. Roti dan Pasta

    Karbohidrat sederhana seperti yang terdapat pada roti putih dan pasta, dikaitkan dengan peningkatan risiko degenerasi makula terkait usia (AMD), salah satu penyebab utama hilangnya penglihatan pada orang dewasa. Tubuh mencerna karbohidrat jenis ini dengan cepat sehingga gula darah melonjak. Tipsnya adalah mengganti roti putih dan pasta dengan versi gandum utuh untuk menjaga kesehatan mata.

    2. Daging Olahan

    Hot dog, bacon, dan daging olahan lainnya mengandung banyak natrium (garam). Konsumsi garam berlebih dapat menyebabkan tekanan darah tinggi (hipertensi). Pada mata, konsumsi garam berlebih bisa menimbulkan beberapa masalah serius. Retinopati hipertensi dapat terjadi yaitu kerusakan pembuluh darah yang menyebabkan penglihatan kabur atau bahkan hilang.

    Selain itu, koroidopati bisa muncul, yaitu penumpukan cairan di bawah retina, serta neuropati yaitu tersumbatnya aliran darah yang merusak saraf dan menurunkan kemampuan penglihatan. Untuk mencegah hal ini, batasi asupan natrium hingga 2.300 mg per hari.

    3. Gorengan

    Makanan yang digoreng dalam minyak trans meningkatkan kadar kolesterol jahat (LDL) dan bisa memicu penyakit jantung, stroke, dan diabetes tipe 2. Selain itu, gorengan menghasilkan radikal bebas yang merusak sel, termasuk sel mata. Sebaiknya konsumsi banyak buah dan sayur yang kaya vitamin C, seperti jeruk, tomat, dan paprika merah, untuk melawan radikal bebas.

    4. Minyak Goreng

    Penelitian menunjukkan konsumsi berlebihan asam linoleat, sejenis lemak tak jenuh, terkait dengan risiko AMD. Minyak yang mengandung asam linoleat tinggi meliputi safflower, bunga matahari, jagung, kedelai, dan wijen. Gunakan minyak dengan kurang dari 4 gram lemak jenuh per sendok makan, dan hindari minyak dengan trans fat atau minyak terhidrogenasi.

    5. Margarin

    Margarin terbuat dari minyak nabati sehingga mengandung lemak baik. Namun beberapa margarin memiliki trans fat yang meningkatkan kolesterol dan risiko penyakit jantung serta masalah mata. Tipsnya adalah menggunakan margarin jenis oles atau cair dan pilih merek dengan label 0 gram trans fat.

    6. Makanan Siap Saji

    Makanan kemasan, seperti sup, saus tomat, atau makanan kaleng, sering mengandung natrium tinggi, hingga 75% dari batas harian. Maka dari itu, pilih versi rendah natrium atau tanpa tambahan garam dan beri bumbu alami sendiri untuk rasa.

    7. Ikan dan Seafood

    Konsumsi ikan dan seafood dalam jumlah yang tak berlebihan umumnya aman. Namun kadar merkuri tinggi bisa berbahaya, termasuk merusak mata. Wanita hamil, menyusui, atau berencana hamil serta anak-anak disarankan mengonsumsi 8–12 ons ikan/seafood per minggu.

  • Karakteristik Diabetes MODY, Diabetes Tipe Langka yang Serang Usia di Bawah 25 Tahun

    Karakteristik Diabetes MODY, Diabetes Tipe Langka yang Serang Usia di Bawah 25 Tahun

    Jakarta

    Satu dari 20 pengidap diabetes terkena Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY), bentuk diabetes monogenik yang diturunkan secara genetik. Menurut Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono, kondisi ini kerap disalahartikan sebagai diabetes tipe 1 dan 2.

    Karenanya, penting untuk melakukan pemeriksaan profil genetik. Untuk pertama kalinya, Indonesia memiliki tes MODY dan bisa diakses di RSCM. Dengan begitu, pasien bisa melihat pengobatan apa yang paling tepat diberikan, hanya dengan satu kali pemeriksaan.

    “Pemeriksaan ini betul-betul baru untuk mendeteksi adanya diabetes pada usia muda bahkan sebelum muncul gejalanya,” kata Dante, dalam konferensi pers Jumat (21/11/2025).

    Ia menambahkan, deteksi dini memungkinkan langkah antisipasi lebih cepat dan mencegah diabetes berkembang dengan gejala lebih berat di kemudian hari.

    Panel MODY yang dikembangkan RSCM memiliki karakteristik khas karena disusun berdasarkan gen yang banyak ditemukan pada populasi Indonesia.

    “Karakter MODY itu macam-macam. Salah satu karakternya adalah gen yang khas Indonesia. Gen ini dikumpulkan dari penelitian yang dilakukan tim di RSCM. Panelnya juga disusun berdasarkan gen yang paling penting pada populasi kita,” ujarnya.

    Karena itu, pemeriksaan ini dinilai lebih relevan untuk pasien usia muda di Indonesia dibanding panel standar luar negeri.

    Target pemeriksaan khusus menyasar pasien diabetes usia muda, khususnya di bawah 25 tahun, termasuk mereka yang secara klinis tidak menunjukkan gejala khas diabetes.

    “Untuk pasien diabetes tidak bergejala, secara fisik tidak tampak ada keluhan, tapi secara genetik ada kelainan,” lanjut Dante.

    Dengan mengetahui jalur genetik masing-masing pasien, pengobatan dapat diberikan secara lebih presisi. Penggunaan obat juga bisa dihindarkan dari pendekatan coba-coba, sehingga terapi lebih terstruktur dan efektif.

    Wamenkes menyebut layanan ini akan diperluas agar bisa diakses oleh seluruh masyarakat Indonesia melalui jejaring rumah sakit pendidikan dan layanan spesialis.

    Bisa Dicover BPJS?

    “Soal pembiayaan, untuk BPJS Kesehatan memang belum masuk. Tapi nanti akan dipelajari, tergantung jumlah kasusnya,” kata Dante.

    Meski begitu, biaya pemeriksaan kini jauh lebih terjangkau dibanding jika sampel harus dikirim ke luar negeri.

    “Harganya sekitar Rp 4 juta. Ini tidak mahal dibandingkan bila harus periksa ke luar negeri. Di sana biaya pemeriksaan, pengiriman sampel, perjalanan, dan lainnya jauh lebih tinggi,” tutur Dante.

    Fenomena meningkatnya diabetes pada usia muda membuat layanan diagnosis genetik diperlukan untuk mengidentifikasi jenis diabetes langka, termasuk MODY. Diperkirakan satu dari 20 pengidap diabetes berpotensi memiliki MODY, yang kerap salah didiagnosis sebagai diabetes tipe 1 atau tipe 2.

    “Dulu banyak pasien yang diberikan insulin karena diduga diabetes melitus tipe 1, tetapi belakangan teridentifikasi bukan tipe tersebut. Artinya, pengobatannya bisa kurang tepat,” ujar Dante.

    Ciri-ciri kemungkinan terkena Diabetes MODY:

    Diabetes muncul sejak muda kurang dari usia 25 tahun

    Banyak anggota keluarga mengidap diabetesBerat badan ideal atau tidak memiliki ciri khas diabetes tipe 2Gula darah cenderung stabil dari waktu ke waktuAda tanda khas, seperti masalah ginjal, lahir besaar, atau riwayat gula rendah saat bayi.Bagi mereka yang memiliki kondisi tersebut, disarankan untuk mengikuti tes MODY.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/kna)

  • Alert! Wamenkes Soroti Makin Banyak Anak Muda di Bawah Umur 20-an Kena Diabetes

    Alert! Wamenkes Soroti Makin Banyak Anak Muda di Bawah Umur 20-an Kena Diabetes

    Jakarta

    Wakil Menteri Kesehatan Prof Dante Saksono Harbuwono menyebut tren usia muda dengan diabetes terus meningkat. Mengutip hasil survei kesehatan indonesia (SKI) 2023, satu dari 9 orang dinyatakan mengidap diabetes. Hampir sepertiganya juga memiliki kondisi obesitas, faktor risiko diabetes pada usia muda.

    “Dan sepertiga di sudut populasi ini itu akan berisiko jadi diabetes terutama pada usia-usia muda. Kalau semakin tinggi usia muda dengan obesitas dan sedentary lifestyle yang jelek, maka semakin tinggi chance-nya untuk jadi diabetes,” sebutnya dalam konferensi pers Jumat (21/11/2025).

    Dante mengimbau perubahan pola gaya hidup, dengan menurunkan berat badan dan rutin pemeriksaan kesehatan gratis untuk lebih awal mendapatkan pengobatan, bila teridentifikasi diabetes.

    “Kita evaluasi dengan CKG, nanti CKG kan bisa dipercaya semuanya. Kalau di data SKI itu sekitar 5 persen diabetes terjadi pada kelompok usia 18 tahun ke bawah,” ujarnya.

    Ketua PERKENI, Prof Dr dr Em Yunir, SpPD-KEMD, menambahkan lonjakan kasus diabetes pada usia muda bukan lagi fenomena baru. Namun, trennya meningkat jauh lebih cepat dalam satu dekade terakhir.

    “Sekarang prevalensinya sudah menembus 11 persen lebih. Dulu, sebelum banyak faktor lifestyle tidak sehat, kasus diabetes lebih dominan usia 50 hingga 70 tahun. Sekarang banyak muncul di usia 20, 30, bahkan di bawah 20 tahun,” jelasnya.

    Prof Yunir mengatakan perubahan gaya hidup masyarakat, mulai dari pola makan tinggi kalori, kurang aktivitas fisik, hingga stres, menjadi pemicu utama. Namun, faktor genetik tetap memegang peran penting.

    “Kalau ada riwayat dari orangtua atau nenek, risikonya terbawa terus. Jika kita bisa mengidentifikasi lebih awal, perubahan gaya hidup dapat dilakukan lebih cepat sehingga potensi munculnya diabetes bisa dicegah di kemudian hari,” ujarnya.

    Pemicu diabetes usia muda

    Kenaikan angka diabetes juga terlihat pada kelompok anak dan remaja. Dokter spesialis anak konsultan endokrinologi, menyebut peningkatan ini cukup signifikan.

    “Kasus diabetes pada anak memang banyak. Kami bahkan sedang merawat dua pasien diabetes tipe 1 baru, termasuk neonatal diabetes mellitus, artinya diabetes yang muncul di usia di bawah 6 bulan,” ujarnya.

    Frida menjelaskan bahwa 80 persen kasus diabetes pada anak adalah diabetes tipe 1, dipicu kerusakan sel penghasil insulin. Pasien anak kerap datang dalam kondisi berat, seperti sesak, penurunan kesadaran, hingga harus diintubasi.

    Namun, kasus diabetes tipe 2 pada remaja juga terus meningkat, akibat pola hidup tidak sehat dan obesitas.

    “Jangan senang kalau anaknya gemuk. Kalau obesitas, risiko anak terkena diabetes tipe 2 meningkat, yang seharusnya munculnya di usia 50 hingga 60 tahun, sekarang terjadi pada usia 11 hingga 12 tahun,” katanya.

    Frida juga menyinggung adanya jenis diabetes lain yang mulai banyak ditemukan, yaitu Maturity Onset Diabetes of the Young (MODY), diabetes yang tidak sesuai karakteristik tipe 1 atau tipe 2

    Ciri-cirinya, ada riwayat kuat diabetes dalam keluarga, anak tidak gemuk, tidak kurus, tidak ada tanda resistensi insulin seperti acanthosis nigricans, porsi kasus sekitar 2-6 persen dari total diabetes anak.

    “Awareness semakin baik, makanya kasusnya terlihat meningkat. Bukan hanya karena jumlahnya bertambah, tetapi karena deteksi makin aktif, termasuk melalui program skrining pemerintah,” jelasnya.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kenali Tanda-tanda Gejala Diabetes di Pagi Hari”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • Skrining Digital AI Ditargetkan Bantu Deteksi Retinopati Diabetik

    Skrining Digital AI Ditargetkan Bantu Deteksi Retinopati Diabetik

    Jakarta, Beritasatu.com– Pendekatan skrining digital dan tele-oftalmologi yang kini tengah dikembangkan oleh Universitas Gadjah Mada (UGM) diharapkan akhirnya bisa menjadi bukti ilmiah yang dijadikan dasar kebijakan negara seputar penanganan penyakit tak menular, contohnya diabetes.

    Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan dr Siti Nadia Tarmizi mengatakan, metode skrining retinopati diabetic (RD) berbasis digital tele-oftalmologi dengan pemanfaatan artificial intelligence (AI) diharapkan bisa menjadi dasar kebijakan nasional.

    “Kami berharap metode skrining RD berbasis digital tele-oftalmologi dengan pemanfaatan AI ini dapat menjadi bukti ilmiah yang ke depannya dapat kita terjemahkan menjadi kebijakan nasional,” kata Nadia dalam sambutan penandatanganan perjanjian kerja sama antara FK-KMK UGM dan Roche Indonesia untuk percontohan penanganan komprehensif RD,” dikutip dari Antara, Kamis (20/11/2025).

    RD merupakan salah satu penyebab utama gangguan penglihatan pada penyandang diabetes. Data menunjukkan dua dari lima atau 43,1% orang dewasa dengan diabetes melitus tipe 2 mengalami RD, dan seperempat di antaranya berisiko kehilangan penglihatan. Deteksi dan tata laksana dini dapat mencegah hingga 95% risiko kebutaan, namun cakupan skrining populasi baru sekitar 5%.

    Dokter Nadia menekankan, beban diabetes nasional terus meningkat dan menjadi faktor risiko utama bagi RD.

    “Masalah diabetes ini cukup besar. Prevalensinya menurut survei kesehatan mencapai hampir 30%. Artinya sekitar 65 juta masyarakat Indonesia terindikasi mengidap diabetes melitus dan baru 10 juta yang terdeteksi,” ujarnya.

    Sebagai informasi, program skrining kesehatan sejak 2024 telah menemukan 5-7,5 juta kasus baru diabetes, tetapi upaya pengendalian masih terkendala keterbatasan alat dan tenaga kesehatan.

  • Studi Ungkap Jenis Makanan yang Bisa Cegah Lansia Demensia, Otak Auto Awet Muda

    Studi Ungkap Jenis Makanan yang Bisa Cegah Lansia Demensia, Otak Auto Awet Muda

    Jakarta

    Seiring bertambahnya usia, risiko penurunan kognitif, seperti kesulitan fokus dan kehilangan ingatan semakin meningkat. Demensia yang amat memengaruhi kehidupan sehari-hari juga menjadi perhatian besar.

    Dikutip dari laman Eating Well, apa yang dimakan seseorang berperan besar dalam kesehatan otak. Pola makan, seperti diet Mediterania yang kaya akan biji-bijian utuh, ikan, buah-buahan, dan sayur-sayuran terbukti melindungi dari penyakit seperti demensia dengan mengurangi peradangan dan mendukung fungsi otak.

    Kendati demikian, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui bagaimana makanan tertentu bisa memengaruhi fungsi kognitif pada lansia dengan berbagai kondisi kesehatan. Untuk itu, para peneliti mengeksplorasi bagaimana berbagai jenis makanan memengaruhi gejala kognitif pada lansia dengan berbagai kondisi kesehatan.

    Studi ini menggunakan data dari China Longitudinal Health Longetivity Survey (CLHLS) tahun 2017-2018, sebuah proyek berskala besar yang dipimpin oleh Peking University untuk mempelajari lansia di Tiongkok. Survei dilakukan tujuh kali antara ahun 1998-2018 untuk mengumpulkan informasi detail tentang kesehatan, gaya hidup, dan pola makan dari partisipan berusia 65 tahun ke atas.

    Untuk analisis, para peneliti berfokus pada 3.443 lansia dengan berbagai kondisi kronis dan data yang tersedia mengenai fungsi kognitif dan konsumsi makanan. Asupan makanan diukur menggunakan kuesioner sederhana dengan menanyakan, seberapa sering peserta mengonsumsi 13 jenis makanan tertentu, termasuk buah-buahan, sayur-sayuran, daging, dan susu. Mereka akan merespons dengan pilihan hampir setiap hari, jarang, atau tidak pernah.

    Studi juga mengamati multimorbiditas, yang didefinisikan memiliki dua atau lebih kondisi kronis, seperti diabetes, penyakit jantung, atau artritis. Para peneliti menganalisis, bagaimana konsumsi makanan dan fungsi kognitif saling terhubung menggunakan alat statistik canggih.

    Bagaimana Hasilnya?

    Dalam kelompok kemampuan kognitif, perhatian dan kemampuan berhitung memiliki hubungan erat dengan keterampilan bahasa, sementara memori dan kemampuan mengingat juga menunjukkan keterkaitan yang kuat.

    Dari sisi makanan, dua makanan yang memiliiki kaitan paling signifikan adalah produk kacang-kacangan, seperti almond dan kenari serta jamur atau alga, seperti rumput laut.

    Jamur atau alga memiliki dampak tertinggi, diikuti oleh produk susu dan kacang-kacangan, menandakan peran pentingnya dalam mendukung kesehatan kognitif.

    Saat mengamati bagaimana makanan dan kemampuan kognitif saling berhubungan, buah segar memiliki kaitan paling kuat dengan kemampuan orientasi (mengetahui waktu, tempat, dan sebagainya), diikuti dengan sayuran segar.

    Meski penelitian ini memberikan sudut pandang baru tentang hubungan berbagai jenis makanan dengan kemampuan kognitif tertentu, ada beberapa keterbatasan. Para peneliti tidak bisa memastikan apakah mengonsumsi makanan tertentu secara langsung bisa meningkatkan fungsi kognitif, atau ada faktor lain yang berperan.

    Halaman 2 dari 3

    (elk/naf)

  • Efek Keseringan Main HP Ternyata Kompleks, Nggak Cuma Bikin Brain Rot

    Efek Keseringan Main HP Ternyata Kompleks, Nggak Cuma Bikin Brain Rot

    Jakarta

    Waktu yang lama di depan layar seperti laptop dan handphone ternyata bisa memengaruhi kesehatan fisik. Hal ini dibuktikan dalam penelitian.

    Sebuah penelitian mengindentifikasi, waktu screen time yang berlebihan dan kecanduan media sosial menjadi faktor risiko dari brain rot. Dikutip dari laman Today, Brain rot mengacu pada penurunan kemampuan kognitif atau intelektual akibat terlalu sering menerus menyerap konten yang bersifat dangkal, tidak menantang, atau berlebihan.

    Dikutip dari laman New York Post, penelitian lainnya menunjukkan bahwa cahaya biru dari layar bisa membantu fokus dan rentang perhatian di siang hari, namun mengganggu tidur. Cahaya tersebut bisa berpengaruh pada ritme sirkandian, siklus alami tubuh selama 24 jam yang mengontrol kapan seseorang merasa terjaga dan mengantuk, produksi hormon seperti melatonin dan kortisol, serta beberapa fungsi tubuh lainnya.

    Namun, ternyata gangguan ini juga bisa menyebabkan sejumlah masalah kesehatan yang lebih dari sekedar ketegangan mata. Kurang tidur karena cahaya layar di malam hari bisa dikaitkan dengan meningkatnya risiko diabetes tipe 2, sebab ritme sirkandian mengatur bagaimana tubuh merespons insulin dan memproduksi glukosa.

    Sebuah penelitian menemukan, mereka yang lebih banyak terpapar cahaya tersebut berisiko 50 persen lebih besar terkena diabetes. Tak hanya itu, paparan cahaya biru di malam hari juga terbukti meningkatkan kemungkinan penambahan berat badan dan obesitas, faktor risiko lain dari diabetes.

    Ritme alami tubuh juga mengatur perubahan tekanan darah dan detak jantung sepanjang hari. Saat ‘jam biologis’ terganggu, hal tersebut bisa memicu berbagai masalah kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi, detak jantung meningkat, gagal jantung, hingga risiko penyakit jantung yang lebih besar. Sebaliknya, mengurangi waktu menatap layar, terutama menjelang tidur bisa membantu menurunkan risiko kanker.

    Sebuah studi yang mengamati efek panjang gelombang cahaya biru menemukan, orang-orang yang tidur dengan layar menyala memiliki risiko 1,5 kali lebih tinggi terkena kanker payudara dan risiko dua kali lipat lebih tinggi terkena kanker prostat. Meningkatnya risiko kanker payudara, khususunya disbabkan oleh kurangnya melatonin.

    Cahaya biru dari layar bisa menghambat produksi melatonin, yang diyakini memiliki sifar antikanker. Saat kadar melatonin menurun, risiko terjadinya kanker payudara dan pertumbuhan tumor bisa meningkat.

    Dibandingkan dengan jenis cahaya lainnya, cahaya biru bisa menjadi yang paling berpotensi merusak kesehatan. Para peneliti dari Universitas Harvard menemukan, paparan cahaya selama 6,5 jam bisa menggeser ritme sirkadian hingga dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan paparan cahaya hijau.

    (elk/kna)

  • Peneliti China Temukan Tiruan Alami dari Obat Kurus Ajaib Ozempic

    Peneliti China Temukan Tiruan Alami dari Obat Kurus Ajaib Ozempic

    Jakarta, CNBC Indonesia – Peneliti China menemukan alternatif alami dari Ozempic, obat diabetes yang efektif digunakan untuk menurunkan berat badan.

    Dalam laporan penelitian berjudul “Free fatty acid receptor 4 modulates dietary sugar preference via the gut microbiota” yang diterbitkan di Nature Biology, sekelompok peneliti dari Jiangnan University menemukan bahwa mikroba bernama memiliki fungsi serupa dengan GLP-1.

    GLP-1 adalah singkatan dari peptida-1 yang menyerupai glucagon, yaitu hormon yang diproduksi oleh tubuh untuk mengendalikan gula darah dan rasa kenyang. Produksi GLP-1 berdasarkan reaksi atas makanan dan mikrobioma perut. Obat seperti Ozempic mereplika fungsi GLP-1 menggunakan bahan sintetis bernama semaglutide.

    Eksperimen menggunakan tikus laboratorium menunjukkan bahwa tikus yang tidak bisa memproduksi protein perut bernama Ffar4 menyebabkan koloni B. vulgatus menyusut. Penyusutan ini kemudian mengurangi produksi hormon FGF21 yang terkait dengan keinginan konsumsi gula.

    Peneliti juga menemukan bahwa manusia dengan varian genetik FGF21 lebih banyak ditemukan suka makanan manis dibanding manusia lainnya.

    Analisis darah terhadap 60 partisipan yang mengidap diabetes tipe 2, peneliti menemukan bahwa mutasi Ffar4 yang menekan produksi FGF21, mendorong selera atas gula.

    Lewat berbagai temuan tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa mikrobioma di perut bisa memengaruhi proses hormon yang berpengaruh pada konsumsi gula. Tikus yang diberikan B. vulgatus mengalami kenaikan produksi GLP-1, yang kemudian memicu produksi FGF21.

    Tikus yang menerima B. vulgatus memiliki gula darah yang lebih terkendali sekaligus mengurangi “nafsu” konsumsi gula.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

    Next Article

    Swiss Cari 10.000 Kotoran Manusia Buat Disimpan di Kulkas

  • Zulhas Bakal Wajibkan Makanan Tinggi Gula Punya Label Khusus

    Zulhas Bakal Wajibkan Makanan Tinggi Gula Punya Label Khusus

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Koordinator (Menko) Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengajak para ahli gizi untuk terlibat aktif dalam pengawasan serta memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai makanan yang layak dikonsumsi anak-anak.

    “Para ahli gizi perlu ikut memantau makanan di mana pun berada. Saat ini kasus penyakit gula di Indonesia sangat tinggi, bahkan sudah dialami sebagian anak-anak. Karena itu, kami berharap edukasi mengenai makanan dan minuman tinggi gula dapat dilakukan bersama,” ujar Zulhas seperti dilansir dari Antara, Rabu (19/11/2025).

    Ia menjelaskan berbagai minuman manis dan makanan berkadar gula tinggi masih banyak dijual di sekitar sekolah, sehingga berpotensi meningkatkan risiko penyakit gula pada anak.

    “Kami mendorong ahli gizi untuk memberikan edukasi mengenai makanan yang layak dikonsumsi anak, termasuk mana yang perlu dihindari, terutama yang kadar gulanya tinggi,” tutur Zulhas.

    Menurutnya, edukasi mengenai komposisi makanan menjadi semakin penting mengingat tingginya konsumsi gula di Indonesia sudah berada pada level mengkhawatirkan.

    Ia menambahkan bahwa permen dengan kadar gula tinggi dan minuman manis banyak ditemukan di sekitar sekolah. Bahkan sejumlah anak telah mengalami penyakit gula, sementara Indonesia termasuk negara dengan tingkat diabetes yang tinggi. 

    “Karena itu, edukasi harus dilakukan. Saya sedang menyiapkan langkah agar produk tinggi gula dapat dicantumkan label peringatannya,” ujar Zulhas.

    Ketua Forum Warga Kota (Fakta) Indonesia Ari Subagyo Wibowo menilai kebijakan pencantuman label tinggi gula pada Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) penting diterapkan agar dapat menekan angka diabetes.

    Fakta Indonesia mendukung rencana Kementerian Koordinator Bidang Pangan yang akan mengkaji penerapan label peringatan “tinggi gula” pada MBDK.

  • Pemerintah Ajak Ahli Gizi Awasi dan Edukasi soal Makanan Layak Konsumsi untuk Anak

    Pemerintah Ajak Ahli Gizi Awasi dan Edukasi soal Makanan Layak Konsumsi untuk Anak

    Pemerintah Ajak Ahli Gizi Awasi dan Edukasi soal Makanan Layak Konsumsi untuk Anak
    Penulis
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Menteri Koordinator Bidang Pangan (Menko Pangan) Zulkifli Hasan atau Zulhas mengajak para ahli gizi untuk aktif mengawasi sekaligus memberikan edukasi kepada masyarakat terkait makanan yang layak dikonsumsi anak-anak.
    Ajakan tersebut Zulhas sampaikan mengingat tingginya kasus penyakit terkait
    gula
    , termasuk pada anak usia sekolah.
    “Kami tadi mengajak agar para
    ahli gizi
    untuk ikut mengawasi makanan di mana pun. Sekarang Indonesia tinggi sekali masyarakat yang kena
    penyakit gula
    atau gula tinggi. Bahkan ada anak-anak juga yang terkena. Kita minta bareng-bareng nanti melakukan edukasi makanan-makanan yang gula tinggi,” ujar
    Zulkifli Hasan
    atau Zulhas dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (19/11/2025), dilansir dari ANTARA.
    Zulhas menyoroti banyaknya minuman dan makanan manis yang dijual di sekitar sekolah. Ia menilai kondisi tersebut berpotensi meningkatkan risiko
    penyakit gula pada anak
    -anak.
    “Mengajak ahli gizi untuk melakukan edukasi terhadap makanan-makanan yang anak-anak kita layak, bagus untuk dikonsumsi dan mana yang perlu dihindari termasuk yang tadi gulanya tinggi itu,” kata Zulhas.
    Edukasi dari para ahli gizi, kata Zulhas, menjadi penting karena tren
    konsumsi gula
    berlebih di Indonesia sudah masuk kategori mengkhawatirkan.
    Ia menyebut permen dengan kadar gula sangat tinggi hingga minuman manis dijual bebas di depan sekolah.
    Zulhas juga mengungkapkan, kasus penyakit gula pada anak telah ditemukan, sementara Indonesia termasuk negara dengan tingkat diabetes tinggi.
    “Oleh karena itu, kita harus memberikan edukasi. Saya lagi mencoba nanti bagaimana agar makanan yang tinggi gula itu dicantumkan dalam labelnya itu,” kata Zulhas.
    Sebelumnya, Fakta Indonesia bersama Komunitas Pasien Cuci Darah Indonesia (KPCDI) telah melakukan survei terhadap 117 pasien gagal ginjal.
    Survei tersebut menunjukkan mayoritas responden mengidap Diabetes Melitus Tipe 2, yang salah satu pemicunya adalah konsumsi gula berlebih dari minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK).
    Data International Diabetes Federation (IDF) 2024 memproyeksikan jumlah penderita diabetes di Indonesia akan mencapai 20,4 juta jiwa, menjadikan Indonesia negara dengan jumlah kasus terbesar kelima di dunia.
    Di sisi lain, konsumsi gula nasional pada periode 2024–2025 diperkirakan mencapai 7,6 juta ton, termasuk salah satu yang tertinggi secara global. Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) 2023 juga mencatat bahwa 67,21 persen masyarakat Indonesia masih mengonsumsi MBDK.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.