Topik: diabetes

  • Manfaat Kesehatan Rutin Mengonsumsi Matcha, Minuman Viral Favorit Gen Z

    Manfaat Kesehatan Rutin Mengonsumsi Matcha, Minuman Viral Favorit Gen Z

    Jakarta

    Matcha semakin populer di kalangan generasi Z. Bubuk teh khas Jepang ini tersedia dengan beragam jenis, mulai dari matcha latte, matcha shot sampai dijadikan bahan tambahan untuk kue.

    Seperti teh hijau, matcha berasal dari tanaman Camellia sinensis. Namun, tanaman ini tumbuh secara berbeda dan memiliki profil nutrisi yang unik.

    Matcha mengandung kafein dan antioksidan daripada yang biasanya ada dalam teh hijau. Penelitian tentang matcha dan komponen-komponennya beragam, mulai dari membantu melindungi hati, meningkatkan kesehatan jantung, dan bahkan membantu penurunan berat badan.

    Dikutip dari Healthline, berikut manfaat rutin mengonsumsi matcha.

    1. Menjaga kesehatan hati

    Organ hati sangat penting bagi kesehatan dan berperan penting dalam membuang racun, memetabolisme obat, dan memproses nutrisi.

    Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa matcha dapat mencegah kerusakan hati dan menurunkan risiko penyakit hati. Namun, penelitian tambahan diperlukan untuk melihat efeknya pada manusia secara keseluruhan.

    2. Meningkatkan fungsi otak

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa beberapa komponen dalam matcha dapat membantu meningkatkan fungsi otak. Satu penelitian terhadap 23 orang mengamati bagaimana orang melakukan serangkaian tugas yang dirancang untuk mengukur kinerja otak. Mereka yang mengonsumsi matcha menunjukkan peningkatan dalam perhatian, waktu reaksi, dan memori dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi plasebo.

    Matcha telah terbukti meningkatkan perhatian, memori, dan waktu reaksi. Matcha juga mengandung kafein dan L-theanine, yang dapat meningkatkan beberapa aspek fungsi otak.

    3. Mencegah kanker

    Matcha mengandung beberapa senyawa yang telah dikaitkan dengan pencegahan kanker yang dibuktikan pada penelitian dengan hewan. Misalnya, matcha mengandung epigallocatechin-3-gallate (EGCG) yang tinggi, sejenis katekin yang mungkin memiliki sifat antikanker yang kuat.

    Beberapa penelitian laboratorium dan hewan menunjukkan bahwa matcha dapat membantu mencegah beberapa jenis kanker, meskipun penelitian lebih lanjut diperlukan.

    4. Memperkuat jantung

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minum teh hijau, yang memiliki profil nutrisi yang mirip dengan matcha, dapat membantu melindungi terhadap penyakit jantung.

    Konsumsi teh hijau telah dikaitkan dengan risiko penyakit kardiovaskular yang lebih rendah, dibandingkan dengan kopi, dan beberapa penelitian menunjukkan bahwa teh hijau dapat membantu menurunkan risiko tekanan darah tinggi dan komplikasi lain pada orang dengan penyakit jantung.

    5. Melindungi sel-sel tubuh

    Antioksidan dalam teh hijau, seperti matcha, melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas. Hal ini dapat membantu mengurangi peradangan dan mencegah beberapa kondisi kesehatan kronis seperti penyakit jantung dan diabetes.

    (kna/kna)

  • Cara Menghitung Tagihan Listrik Pascabayar, Simak di Sini! – Page 3

    Cara Menghitung Tagihan Listrik Pascabayar, Simak di Sini! – Page 3

    PT PLN (Persero) menegaskan bahwa tidak ada perubahan tarif listrik setelah berakhirnya diskon 50 persen. Kenaikan tagihan listrik pascabayar yang dialami sebagian pelanggan dinilai akibat peningkatan konsumsi listrik.

    Vice President Komunikasi Korporat PLN, Grahita Muhammad, menyampaikan bahwa besaran tagihan listrik mengacu pada pola penggunaan masing-masing pelanggan.

    “Adanya lonjakan tagihan listrik bisa disebabkan oleh pola pemakaian listrik yang meningkat,” kata Grahita saat dikonfirmasi Liputan6.com, Sabtu (5/4/2025).

    Minum ini sebelum tidur dan diabetes akan hilang selamanya!Selengkapnya Ia menyarankan para pelanggan untuk mengecek penggunaan listrik mereka secara berkala melalui aplikasi PLN Mobile.

    “Bagi pelanggan pascabayar yang ingin mengetahui riwayat penggunaan listriknya dapat mengaksesnya di aplikasi PLN Mobile,” pintanya.

    Grahita menambahkan bahwa masa diskon tarif listrik telah berakhir pada 1 Maret 2025. Dengan demikian, tarif yang berlaku saat ini kembali ke tarif normal.

    “Per tanggal 1 Maret 2025 atau setelah berakhirnya periode diskon tarif listrik 50 persen, maka tarif listrik kembali normal sesuai penetapan Pemerintah. Untuk triwulan kedua 2025 ini, tarif listrik tetap tidak mengalami perubahan,” jelas Grahita.

    Seperti diketahui, program diskon listrik 50 persen yang telah dinikmati masyarakat Indonesia selama dua bulan telah resmi berakhir per Sabtu 1 Maret 2025. Dengan berakhirnya diskon ini maka tagihan listrik di awal April untuk pemakaian Maret akan kembali normal.  

    Diskon ini diberikan sebelumnya selama 2 bulan yaitu Januari dan Februari. Diskon listrik yang diberikan sebesar 50 persen. 

  • Mayat Purnawirawan TNI Ditemukan Tengkurap di Pantai Garongkong Barru Sulsel – Halaman all

    Mayat Purnawirawan TNI Ditemukan Tengkurap di Pantai Garongkong Barru Sulsel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Mayat seorang purnawirawan TNI ditemukan terdampar di kawasan Pantai Garongkong, tepatnya di sekitar area Pelabuhan Garongkong, Jumat (4/4/2025).

    Belakangan diketahui korban bernama Marsud (55) warga Jalan Pahlawan, Kelurahan Sepee, Kecamatan Barru.

    Saat ditemukan warga, kondisi mayat dalam posisi tengkurap di antara hamparan bebatuan, mengenakan jaket berwarna navy dan celana panjang hijau.

    Kapolsek Barru, Kompol Muhammad Anwar mengatakan, mayat Marsud pertama kali ditemukan anak kandungnya, Aisyanang (29), bersama seorang kerabat bernama Yusuf (65).

    “Korban diketahui pergi melaut untuk mencari ikan menggunakan alat tradisional bernama Bangrong sejak pagi hari, namun hingga malam belum juga pulang,” ujar Kompol Anwar, Sabtu (5/4/2025).

    Karena khawatir, pihak keluarga pun mencarinya.

    Marsud ditemukan sudah tak bernyawa di tepi pantai pada pukul 22.15 Wita dalam posisi tengkurap.

    Setelah dievakuasi, jenazah Marsud dibawa ke RSUD Lapatarai Barru menggunakan ambulans.

    Berdasarkan keterangan keluarga, almarhum diketahui memiliki riwayat penyakit lambung, diabetes, dan jantung yang sudah lama dideritanya.

    “Pihak keluarga telah menyampaikan penolakan untuk dilakukan autopsi dan telah menandatangani surat pernyataan,” kata Kompol Anwar.(*)

     

  • Jalan Kaki Bisa Hempaskan Lemak Perut, Begini Cara Memaksimalkan Manfaatnya

    Jalan Kaki Bisa Hempaskan Lemak Perut, Begini Cara Memaksimalkan Manfaatnya

    Jakarta

    Meskipun kelihatannya sederhana, jalan kaki bisa menjadi salah satu alternatif aktivitas fisik untuk mengurangi lemak dalam tubuh. Menyimpan terlalu banyak lemak perut dikaitkan dengan masalah kesehatan seperti diabetes dan penyakit jantung.

    Pria yang memiliki lingkar pinggang lebih dari 100 cm dan wanita lebih dari 88 cm dianggap mengalami obesitas perut. Salah satu cara paling efektif untuk mengurangi lemak perut adalah dengan rutin mengikuti latihan aerobik, seperti jalan kaki.

    Dikutip dari Healthline, dalam tinjauan sistematis peneliti menemukan aktivitas aerobik tingkat sedang bermanfaat untuk mengurangi jaringan adiposa visceral. Selain itu, berolahraga 3 kali seminggu selama 12-16 minggu dan aktivitas aerobik selama 30-60 menit mengurangi jaringan adiposa visceral.

    Terdapat beberapa hal yang bisa dilakukan untuk memaksimalkan pembakaran lemak dengan jalan kaki. Pertama adalah dengan menambah kecepatan langkah.

    Sebuah studi yang diterbitkan dalam Medicine & Science in Sports and Exercise menunjukkan orang yang berjalan lebih cepat membakar lebih banyak kalori. Studi ini juga menyebut kelompok pelari memiliki berat badan lebih sedikit secara keseluruhan dibanding pejalan kaki. Ini memperlihatkan adanya pengaruh kecepatan langkah dengan proses pembakaran lemak.

    Meski begitu, tidak selalu harus berlari untuk meningkatkan kecepatan. Jalan kaki dengan pace buru-buru (brisk walk) juga dapat meningkatkan kecepatan langkah dengan lebih mudah.

    Selain dengan menambah kecepatan langkah, intensitas juga bisa ditingkatkan dengan menambahkan beban atau melalui jalan menanjak. Membawa beban saat jalan kaki membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan tanpa beban.

    Sebuah studi mengungkap jalan kaki sambil mengenakan rompi pemberat membakar 12 persen kalori lebih banyak. Rompi yang digunakan memiliki beban 15 persen dari berat badan.

    Terakhir, usahakan memperbanyak jalan kaki di setiap kesempatan. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa cara sederhana misal lebih sering naik tangga daripada lift, posisikan parkir kendaraan jauh dari lokasi tujuan, hingga jalan kaki untuk pergi ke tempat yang dekat.

    Jalan kaki jarak pendek tiga kali sehari juga membantu pembakaran kalori. Ini bisa menjadi alternatif bagi orang-orang yang memiliki keterbatasan waktu untuk jalan kaki jarak jauh dalam sehari.

    (avk/up)

  • 5 Manfaat Daun Pepaya untuk Kesehatan, Salah Satunya Bantu Jaga Gula Darah

    5 Manfaat Daun Pepaya untuk Kesehatan, Salah Satunya Bantu Jaga Gula Darah

    Jakarta

    Daun pepaya adalah salah satu jenis sayuran yang umum dikonsumsi masyarakat Indonesia. Selain rasanya dianggap lezat oleh sebagian orang, ternyata daun pepaya memiliki banyak manfaat untuk kesehatan.

    Dikutip dari Healthline, berikut ini beberapa manfaat daun pepaya untuk kesehatan:

    1. Menjaga Kadar Gula Darah

    Di Meksiko, daun pepaya sering digunakan sebagai pengobatan tradisional untuk diabetes dan menjaga kadar gula darah. Penelitian pada tikus pengidap diabetes menemukan ekstrak daun pepaya memiliki efek antioksidan dan penurun gula darah yang kuat.

    Hal ini disebabkan oleh kemampuan daun pepaya untuk melindungi sel-sel penghasil insulin di pankreas dari kerusakan dan kematian dini.

    2. Mengatasi Gejala Demam Dengue

    Salah satu manfaat paling menonjol dari daun pepaya adalah potensinya untuk mengobati gejala yang berkaitan dengan demam dengue. Beberapa gejalanya meliputi flu, demam, kelelahan, sakit kepala, mual, muntah, dan ruam kulit.

    Tiga penelitian pada pengidap demam dengue menemukan bahwa ekstrak daun pepaya secara signifikan meningkatkan kadar trombosit darah. Kasus demam dengue yang parah dapat memicu penurunan trombosit.

    3. Menyehatkan Sistem Pencernaan

    Ekstrak daun pepaya sering digunakan sebagai terapi alternatif meredakan masalah pencernaan seperti kembung dan mulas. Daun pepaya mengandung serat, nutrisi yang baik untuk pencernaan, serta papain.

    Papain memiliki kemampuan untuk memecah protein besar menjadi protein dan asam amino lebih kecil yang mudah dicerna. Sebuah penelitian menemukan konsumsi suplemen bubuk papain dari pepaya mengurangi gejala seperti sembelit dan mulas pada pengidap sindrom iritasi usus besar.

    4. Mengandung Anti-Inflamasi

    Daun pepaya dapat digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi peradangan, seperti ruam kulit, nyeri otot, dan nyeri sendi. Daun pepaya mengandung berbagai nutrisi anti-inflamasi seperti papain, flavonoid, dan vitamin E.

    Sebuah penelitian menemukan ekstrak daun pepaya secara signifikan mengurangi peradangan dan pembengkakan pada telapak kaki tikus yang mengalami peradangan sendi. Penelitian lanjutan pada manusia masih perlu dilakukan.

    5. Meningkatkan Pertumbuhan Rambut

    Beberapa penelitian menunjukkan tingkat stres oksidatif yang tinggi dalam tubuh memicu kerontokan rambut. Mengonsumsi makanan kaya antioksidan, seperti daun pepaya membantu meredakan stres oksidatif dan meningkatkan pertumbuhan rambut.

    Meski begitu, penelitian lebih lanjut masih perlu dilakukan terkait manfaat ini.

    (avk/up)

  • Kata Siapa Olahraga Seminggu Sekali Nggak Ngaruh? Efeknya Sebesar Ini untuk Mental

    Kata Siapa Olahraga Seminggu Sekali Nggak Ngaruh? Efeknya Sebesar Ini untuk Mental

    Jakarta

    Peneliti Yangzhou University China dan Waseda University Jepang meneliti data kesehatan dari 13.740 orang dewasa di AS. Mereka membagi peserta dalam empat kategori yaitu kelompok tidak aktif, kurang aktif, aktif teratur (minimal 3 kali seminggu), dan satu atau dua sesi per minggu.

    Dibanding dengan kelompok yang tidak aktif, semua kelompok lain menunjukkan tingkat kecemasan yang lebih rendah. Uniknya, kelompok ‘weekend warrior’ (sebutan untuk orang-orang yang hanya berolahraga di akhir pekan) menunjukkan perbedaan paling besar, yaitu 35 persen.

    “Intervensi aktivitas fisik telah muncul sebagai strategi terapi yang layak dan berbasis bukti untuk mengurangi gejala gangguan kecemasan,” tulis peneliti dikutip dari Science Alert, Sabtu (5/4/2025).

    “Pola ‘weekend warrior’ dapat menjadi alternatif yang hemat waktu dan meningkatkan kesehatan bagi individu yang mencari manfaat dari aktivitas fisik di tengah keterbatasan gaya hidup yang sibuk,” sambungnya.

    Penemuan ini melengkapi apa yang sudah diketahui soal manfaat olahraga untuk kesehatan fisik dan mental. Ini menambahkan detail penting bahwa berolahraga hanya di akhir pekan pun juga memberikan manfaat yang besar untuk tubuh.

    Hal unik lainnya adalah penurunan kecemasan paling banyak terjadi pada pengidap diabetes dan orang berpenghasilan rendah. Tidak jelas mengapa demikian, tapi ini bisa menjadi bahan penelitian lanjutan.

    “Bagi individu yang tidak dapat berolahraga secara konsisten sepanjang minggu, pola weekend warrior menawarkan alternatif praktis untuk mengurangi risiko kecemasan, terutama di antara mereka yang berpenghasilan rendah atau diabetes,” tulis para peneliti.

    Tetap Memberikan Manfaat untuk Kesehatan Jantung

    Sebuah studi yang dilakukan oleh Harvard pada 2023 menunjukkan olahraga yang dilakukan ‘weekend warrior’ memiliki efek yang sama besar seperti olahraga harian.

    Peneliti menganalisis data kesehatan dan aktivitas fisik dari hampir 90 ribu orang dengan usia rata-rata 62 tahun. Mereka dibagi menjadi tiga kategori yaitu olahraga sepanjang pekan olahraga satu atau dua kali seminggu, dan tidak olahraga sama sekali.

    Setelah dipantau selama 6 tahun, ‘weekend warrior’ memiliki risiko serangan jantung 27 persen lebih rendah, gagal jantung 38 persen lebih rendah, hingga stroke 21 persen lebih rendah.

    (avk/up)

  • Mitos-Fakta Jalan Kaki, Perlu Tahu Biar Lebih Efektif Bakar Lemak Tubuh

    Mitos-Fakta Jalan Kaki, Perlu Tahu Biar Lebih Efektif Bakar Lemak Tubuh

    Jakarta

    Jalan kaki banyak diklaim sebagai aktivitas fisik yang menyehatkan. Namun mengingat banyaknya variabel saat berjalan kaki, maka tidak semua klaim tersebut bisa ditelan mentah-mentah.

    Sebagai aktivitas fisik, yang memang menjadi bagian dari pola hidup sehat, jalan kaki tentu memberikan manfaat bagi kesehatan. Di media sosial, tak sulit menemukan berbagai cerita sukses tentang menurunkan berat badan dengan rutin berjalan kaki.

    Akibatnya, banyak yang berharap terlalu tinggi dari aktivitas yang memang murah meriah ini. Padahal, ada banyak faktor yang turut mempengaruhi seberapa besar manfaat yang bisa diharapkan saat berjalan kaki.

    Supaya benar-benar mendapat manfaat sesuai yang diharapkan, yuk mari kenali fakta-fakta di balik mitos jalan kaki yang kerap disalahpahami.

    1. Harus 10 Ribu Langkah Sehari?

    MITOS. Faktanya, sebuah riset di Universidad de Granada (UGR) menyebut, hanya perlu 8 ribu langkah berjalan kaki dalam sehari untuk mendapatkan manfaat kesehatan. Studi yang dipublikasikan di Journal of American College of Cardiology ini mematahkan anggapan bahwa jalan kaki idealnya harus 10 ribu langkah setiap hari.

    “Secara tradisional, banyak orang berpikir bahwa Anda harus mencapai sekitar 10.000 langkah sehari untuk memperoleh manfaat kesehatan, sebuah gagasan yang muncul di Jepang pada tahun 1960an tetapi tidak memiliki dasar sains,” kata penulis utama studi tersebut, Profesor Francisco B. Ortega dari Departemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga UGR, dikutip dari Daily Records, Selasa (31/10/2023).

    2. Jalan Kaki Tak Sesehat Lari?

    MITOS. Dikutip dari Everydayhealth, praktisi sport medicine Michael Fredericson, MD, menyebut jalan kaki sebagai olahraga low impact. Secara umum, ini berarti lebih mudah dilakukan oleh kebanyakan orang dibanding lari yang butuh skill yang lebih spesifik.

    Soal mana yang lebih menyehatkan antara lari dan jalan kaki, Fredericson menjawab tergantung goal atau tujuannya. Untuk goal yang spesifik seperti meningkatkan kapasitas paru-paru misalnya, lari memang lebih efektif. Namun untuk mengurangi risiko hipertensi, hiperkolesterolemia, dan diabetes mellitus, sebuah studi di jurnal Arteriosclerosis, Thrombosis, and Vascular Biology menyimpulkan lari dan jalan kaki punya manfaat yang sama.

    3. Harus 30 Menit dan Harus Non Stop?

    MITOS. Personal trainer dari American Council on Exercise (ACE), Anthony Wall, menyarankan jalan kaki minimal selama 30 menit setiap hari selama 5 hari dalam sepekan. Namun demikian, tidak ada panduan yang secara spesifik mengharuskan seseorang untuk melakukannya secara nonstop.

    Faktanya, US Centers for Disease Control and Prevention (US CDC) dalam panduannya menganjurkan aktivitas fisik selama 150 menit dalam sepekan. Anjuran ini setara dengan 30 menit sehari selama 5 hari dalam sepekan, dan bisa dibagi lagi menjadi durasi yang lebih kecil.

    “Anda tidak harus melakukan semuanya dalam satu waktu,” tulis CDC dalam laman resminya.

    NEXT: Jalan cepat lebih sehat?

    4. Jalan Cepat Lebih Sehat?

    FAKTA. Bukan cuma jalan kaki, aktivitas fisik apapun akan membakar lebih banyak kalori ketika dilakukan dengan intensitas yang lebih tinggi. Jalan kaki dengan kecepatan lebih tinggi berarti dilakukan dengan intensitas lebih tinggi, sehingga lebih efektif untuk menurunkan berat badan.

    Terkait manfaatnya bagi jantung, sebuah studi di University of Porto membuktikan kaitan antara kecepatan jalan kaki dengan risiko penyakit kardiovaskular. Seseorang dengan kecepatan jalan kaki rata-rata 5 km/jam teramati punya risiko 50 persen lebih rendah dibanding mereka yang jalan kaki dengan kecepatan rata-rata di bawah 3 km/jam.

    Simak Video “Mitos atau Fakta: Lari Lebih Efektif Bakar Lemak Dibanding Jalan Kaki”
    [Gambas:Video 20detik]

  • 7 Minuman yang Bisa Atasi Kecanduan Gula, Ini Daftarnya

    7 Minuman yang Bisa Atasi Kecanduan Gula, Ini Daftarnya

    Jakarta

    Sebagian orang mungkin suka sekali mengonsumsi makanan atau minuman manis. Namun, terlalu banyak mengonsumsi gula dapat memicu berbagai penyakit berbahaya, seperti obesitas, sakit gigi, diabetes, stroke, hingga penyakit jantung.

    Maka dari itu, asupan gula perlu dikendalikan agar terhindar dari ketergantungan gula atau sering dikenal sebagai sugar craving.

    Ada berbagai macam faktor yang mempengaruhi keinginan untuk mengonsumsi makanan manis, seperti faktor psikologis, fluktuasi hormon, dan pilihan makanan. Meski begitu, masih ada minuman yang dapat membantu mengatasi kecanduan gula atau makanan manis.

    Dikutip dari Eat This, Not That, berikut beberapa minuman yang dapat membantu mengendalikan kecanduan gula:

    1. Air putih

    Minuman yang paling disarankan untuk mengendalikan kecanduan gula adalah air putih. Sebagian orang mengira mereka lapar, padahal sebenarnya haus.

    Jadi, minum air putih saat menginginkan makanan manis muncul dapat membantu menahan rasa haus, yang pada akhirnya dapat mengelola keinginan makan gula.

    2. Jus semangka

    Satu gelas jus semangka mengandung 8 ons atau sekitar 28,6 ml, yang dibuat hanya dari buah semangka, mengandung sekitar 70 kalori dan nol gram gula tambahan.

    Jus semangka mengandung magnesium alami. Kekurangan magnesium dapat berperan penting mendorong keinginan untuk makan gula, karena mineral ini penting untuk metabolisme glukosa.

    Tanpa magnesium yang cukup, tubuh dapat kesulitan mengatur kadar gula darah, yang menyebabkan peningkatan keinginan untuk makan makanan manis sebagai sumber energi cepat.

    3. Matcha

    Matcha, bubuk halus yang terbuat dari daun teh hijau ternyata memiliki manfaat untuk kesehatan. Kemampuannya untuk membantu mengelola keinginan makan gula berasal dari kandungan L-theanine yang tinggi, asam amino yang meningkatkan relaksasi, mengurangi stres, dan kecemasan yang biasanya menjadi pemicu keinginan untuk makan makanan manis.

    Jika tidak terlalu suka matcha, bisa diganti dengan teh hijau tradisional yang dikonsumsi dengan cara yang sama.

    4. Infused water

    Infused water merupakan minuman yang terbuat dari air dingin dengan campuran buah dan rempah. Proses ini tidak hanya meningkatkan rasa dari air, itu juga dapat mengelola keinginan untuk mengonsumsi gula.

    Rasa manis alami dari buah-buahan, seperti beri, semangka, atau jeruk tanpa perlu tambahan gula dapat membantu mengendalikan keinginan untuk makan makanan manis.

    5. Kombucha

    Kombucha merupakan teh fermentasi yang rasanya asam dan banyak manfaat untuk kesehatan, terutama untuk membantu mengelola kadar gula darah. Ini dapat dikaitkan dengan adanya asam asetat, yang diproduksi selama proses fermentasi.

    Asam asetat yang diyakini dapat meningkatkan sensitivitas insulin, memungkinkan tubuh untuk memanfaatkan glukosa secara lebih efektif dan berpotensi menurunkan kadar gula darah.

    Selain itu, kombucha juga mengandung probiotik, yang berkontribusi pada mikrobioma usus yang lebih sehat. Faktor ini yang terkait dengan peningkatan metabolisme glukosa dan keinginan, serta hasrat terhadap makanan tertentu.

    Data dari Universitas Georgetown menunjukkan bahwa meminum kombucha tertentu dengan beragam bakteri probiotik dapat mengurangi gula darah pada penderita diabetes tipe 2. Saat memilih kombucha, pastikan untuk memilih kombucha yang mengandung bakteri hidup yang berasal dari berbagai jenis, dan mengandung asam asetat.

    6. Teh herbal

    Dikutip dari Times of India, teh herbal seperti peppermint, chamomile, atau rooibos dapat menjadi alternatif pilihan minuman manis yang beraroma alami.

    Minuman ini dapat diseduh dengan air panas dan bebas kafein. Selain itu, teh herbal juga dapat menenangkan serta menghidrasi yang memuaskan keinginan terhadap makanan manis tanpa perlu menambahkan gula.

    7. Air kelapa

    Air kelapa adalah minuman manis yang dapat menghidrasi alami dengan menawarkan elektrolit, seperti kalium dan magnesium. Minuman ini rendah kalori, bebas gula tambahan, dan dapat memuaskan keinginan terhadap gula.

    (sao/naf)

  • Tidak Pulang ke Rumah, Sopir di Tangsel Ditemukan Anaknya Meninggal di Dalam Angkot – Halaman all

    Tidak Pulang ke Rumah, Sopir di Tangsel Ditemukan Anaknya Meninggal di Dalam Angkot – Halaman all

    Saat dilakukan pemeriksaan oleh polisi, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh sopir angkot tersebut.

    Tayang: Sabtu, 5 April 2025 05:24 WIB

    NST

    DITEMUKAN MENINGGAL – Tidak pulang dua hari ke rumah, seorang sopir angkot berinisial TS (49) ditemukan meninggal dunia, Jumat (4/4/2025). 

    TRIBUNNEWS.COM, CIPUTAT- Tidak pulang dua hari ke rumah, seorang sopir angkot berinisial TS (49) ditemukan meninggal dunia.

    TS ditemukan di kursi depan angkot oleh anaknya. Peristiwa itu terjadi di SPBU Jalan Ir. H. Juanda, Pisangan, Ciputat Timur, Tangerang Selatan, Banten, Jumat (4/4/2025) siang.

    TS diketahui sopir angkot jurusan Ciputat-Pondok Aren. Korban sejak Kamis (3/4/2025) tidak pulang ke rumah.

    Sang anak mencari hingga bertanya ke rekan sesama sopir angkot di bilangan Ciputat.

    “Saat tiba di lokasi sekitar pukul 14.00 WIB, sang anak mendapati ayahnya dalam posisi terlentang di jok depan kendaraan dan sudah tidak bergerak,” ujar Kapolsek Ciputat Timur, Kompol Bambang Askar.

    Saat dilakukan pemeriksaan oleh polisi, tidak ditemukan tanda-tanda bekas kekerasan di tubuh TS.

    Keluarga TS pun memberi tahu bahwa korban menderita penyakit diabetes dan gangguan paru-paru.

    “Keluarga korban mengonfirmasi bahwa korban sudah lama menderita penyakit diabetes atau gula dan paru-paru,” kata Bambang.

    Adapun pihak keluarga menolak dilakukan otopsi maupun visum terhadap jenazah TS. Mereka menyatakan telah mengikhlaskan kepergian almarhum.

    “Pihak keluarga menolak dilakukan autopsi maupun visum dan menyatakan bahwa kejadian ini merupakan musibah,” ucap dia.

     

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’2′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Ini Kelompok yang Berisiko Terkena Pneumonia Akibat Virus Influenza – Halaman all

    Ini Kelompok yang Berisiko Terkena Pneumonia Akibat Virus Influenza – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Pneumonia infeksi paru-paru yang berbahaya dan patut diwaspadai.
    Kondisi ini dialami juga oleh sosok kenamaan dunia seperti, Paus Fransiskus, aktris Meteor Garden, Barbie Hsu yang diberitakan meninggal dunia.

    Teranyar adalah Val Kilmer pemeran Batman yang juga tutup usia karena Pneumonia.

    Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang menimbulkan komplikasi pneumonia bahkan kematian.

    Karena itu, Dokter Spesialis Paru, Prof. Dr. dr. Erlina Burhan, M.Sc., Sp.P. (K) menekankan, influenza bukanlah penyakit sesaat atau musiman, tapi terjadi sepanjang waktu.

    “Memang peningkatan kasusnya terjadi di akhir tahun, karena virus influenza sangat stabil di udara yang dingin dengan kelembapan yang rendah,” ujar dia Live Instagram kalbefarma belum lama ini.

    Prof. Erlina menjelaskan, meskipun kelembapan udara di Indonesia termasuk tinggi, namun peningkatan influenza juga terjadi di Indonesia.

    Sebab, banyak wilayah yang memiliki sirkulasi udara kurang baik dan ventilasi ruangan tidak baik.

    Selain itu, mobilisasi manusia sangat tinggi, terutama di kota besar dan libur Lebaran.

    Pasalnya jika terdapat satu orang terserang influenza di dalam ruangan, proses penularan terhadap orang di sekitarnya akan mudah.

    Penularan influenza dengan droplet atau percikan pernapasan melalui cairan dari hidung atau mulut, yaitu batuk, bersin, atau pilek.

    Influenza kerap kali disalah artikan dengan common cold atau flu biasa ini.

    Padahal, gejala flu yaitu hidung berair, tersumbat, bersin, pilek, batuk, yang tidak terlalu berat; kadang-kadang disertai dengan demam ringan.

    Flu dapat sembuh dengan sendirinya atau self limiting disease.

    Sedangkan influenza, biasanya pasien mengalami demam yang lebih tinggi dan batuk yang lebih berat dibandingkan dengan common cold.

    Juga ada nyeri tenggorokan, pilek, nyeri otot, dan lain sebagainya.

    Selain itu, influenza memiliki komplikasi yang cukup menjadi perhatian karena menjadi berat, yaitu pneumonia.

    Secara umum, semua orang bisa tertular influenza, tetapi ada kelompok tertentu yang mudah tertular dan biasanya menjadi berat gejalanya.

    Satu adalah lansia, usia di atas 60 atau 65 tahun, karena lansia ini sistem imunnya sudah mulai turun. Jadi kemampuan sistem imunitas tidak cukup optimal untuk menangkal penyakit.

    Kemudian anak-anak yang usia di bawah 5 tahun, terutama anak di bawah 2 tahun, mudah sekali terserang influenza.

    “Kalau orang tua tadi sistem imunnya sudah mulai menurun, pada anak-anak sistem imunnya belum terbentuk dengan sempurna atau masih dalam proses improvement. Kelompok lain, ibu hamil, orang-orang dengan komorbid (asma, PPOK, hipertensi, diabetes, atau berbagai komorbid lainnya). Lebih hati-hati lagi kalau sudah tua dan punya lebih dari dua komorbid,” jelasnya.

    Influenza ringan dapat sembuh sendiri dengan cukup istirahat, makan makanan yang bergizi seimbang, dan konsumsi obat-obatan yang mengurangi gejala.

    Namun, apabila mengalami influenza berat dan tidak segera ditangani, dapat menimbulkan komplikasi, yaitu bronchitis, pneumonia, bahkan terjadi penurunan kesadaran.

    Kondisi ini membutuhkan perawatan di rumah sakit. Prof. Erlina menekankan pentingnya menjaga diri dengan melakukan berbagai upaya pencegahan atau preventif, karena virus ada di mana-mana dan kondisi lingkungan tidak dapat dikendalikan.

    Dalam hal ini, manusia dapat mengendalikan atau mengontrol diri sendiri agar sistem imun lebih kuat melawan virus.

    Menjaga sistem imun dengan healthy lifestyle, dengan perilaku hidup yang sehat.

    Pertama, menjaga nutrisi harus seimbang, bahwa karbohidrat dibandingkan dengan protein, vitamin, dan mineral itu cukup porsinya. 

    Selain nutrisi yang seimbang, manusia perlu istirahat untuk regenerasi atau memperbaiki sel-sel yang rusak. Istirahat pada waktu tidur, jangan bergadang.

    ” Kemudian, berolahraga yang bisa ditoleransi, bukan high impact yang membuat kelelahan, selama 2—3 kali seminggu secara teratur. Kemudian, mengelola stres agar stres tidak berkepanjangan, dan berhenti merokok,” tutur Prof. Erlina.

    Ia menambahkan, vitamin dan mineral berfungsi sebagai antioksidan untuk menangani inflamasi atau peradangan yang disebabkan oleh virus. Antioksidan ada dalam vitamin C, vitamin E, vitamin B.

    Begitu juga dengan mineral, mulai dari magnesium, kalsium, kalium, zinc, selenium, dan lainnya. Baik vitamin maupun mineral, dapat melindungi sel-sel tubuh yang diserang oleh virus atau toxic yang berasal dari virus. 

    Vitamin dan mineral bisa diperoleh dari konsumsi buah dan sayur dalam jumlah yang cukup. Namun, jika tidak cukup, sebaiknya dilengkapi dengan konsumsi multivitamin.

    “Ada baiknya kita mengonsumsi suplemen vitamin atau mineral. Suplemen ini merupakan tambahan dalam kondisi kita tidak tahu kurang vitamin atau nutrisi atau asupan kurang bagus,” tutur Prof. Erlina.