Topik: diabetes

  • Bagaimana Penyakit Gula Darah Tinggi Bisa Menyebabkan Gagal Ginjal?

    Bagaimana Penyakit Gula Darah Tinggi Bisa Menyebabkan Gagal Ginjal?

    Jakarta

    Diabetes atau penyakit gula darah tinggi adalah kondisi jangka panjang yang menyebabkan kadar glukosa darah seseorang menjadi terlalu tinggi karena masalah pada hormon insulin. Glukosa adalah jenis gula utama yang digunakan tubuh untuk energi. Jika tidak diobati, diabetes dapat menyebabkan komplikasi kesehatan yang serius, termasuk kerusakan ginjal.

    Sekitar 40 persen pengidap diabetes bisa mengalami penyakit ginjal diabetik, yang juga dikenal sebagai nefropati diabetik.

    Bagaimana diabetes dapat merusak ginjal?

    Dikutip dari laman National Kidney Foundation, diabetes dapat membahayakan ginjal dengan menyebabkan kerusakan pada:

    1. Pembuluh darah di dalam ginjal

    Unit penyaringan ginjal diisi dengan pembuluh darah kecil. Seiring waktu, kadar gula yang tinggi dalam darah dapat menyebabkan pembuluh ini menyempit dan tersumbat. Tanpa cukup darah, ginjal menjadi rusak dan albumin (sejenis protein) melewati penyaring ini dan berakhir di urine yang seharusnya tidak ada.

    2. Saraf di tubuh

    Diabetes juga dapat menyebabkan kerusakan pada saraf di tubuh. Saraf membawa pesan antara otak dan semua bagian tubuh lainnya, termasuk kandung kemih.

    Saraf memberi tahu otak saat kandung kemih penuh. Namun, jika saraf kandung kemih rusak, pasien diabetes mungkin tidak dapat merasakannya. Tekanan dari kandung kemih yang penuh dapat merusak ginjal.

    3. Saluran kemih

    Jika urine berada di kandung kemih untuk waktu yang lama, pengidap diabetes akan mengalami infeksi saluran kemih karena penumpukan bakteri. Infeksi ini paling sering menyerang kandung kemih, tetapi kadang-kadang dapat menyebar ke ginjal.

    Penyakit gagal ginjal kronis membutuhkan waktu lama untuk terjadi. Kondisi ini juga sering kali tidak menunjukkan gejala awal.

    Cara terbaik untuk mendeteksi kerusakan ginjal dini adalah dengan melakukan tes urine setahun sekali. Tes ini memeriksa sejumlah kecil protein dalam urine yang disebut albuminuria. Tes ini membantu menunjukkan kerusakan ginjal pada tahap awal pada orang dengan diabetes.

    (kna/kna)

  • Menguap Keseringan Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan, Bukan Cuma Sekadar Ngantuk

    Menguap Keseringan Bisa Jadi Tanda Masalah Kesehatan, Bukan Cuma Sekadar Ngantuk

    Jakarta

    Menguap kerap dikaitkan dengan rasa kantuk. Ternyata, menurut American Academy of Sleep Medicine (AASM), kebiasaan sering mengantuk dapat mengindikasikan masalah kesehatan yang serius.

    “Mengantuk adalah masalah kesehatan serius dengan konsekuensi yang luas,” kata presiden AASM Dr Eric Olson, seorang spesialis pengobatan tidur di Mayo Clinic di Rochester, Minnesota.

    Para ahli mengatakan tidur malam yang tidak berkualitas, setidaknya 7-8 jam, dikaitkan dengan berbagai masalah kesehatan. Misalnya seperti memperburuk kondisi diabetes, depresi, penyakit jantung dan ginjal, tekanan darah tinggi, obesitas, dan stroke.

    Kebanyakan orang menganggap sering menguap hanya sebagai tanda-tanda kantuk. Tetapi, para ahli beranggapan bahwa tanda itu mungkin bisa menjadi gejala dari kondisi yang lebih berbahaya.

    “Kantuk yang berlebihan di siang hari dapat mengganggu kinerja dan menjadi indikator gangguan tidur yang mendasarinya atau masalah lainnya,” terang spesialis tidur Kristen Knutson, dikutip dari CNN.

    “Jika seseorang mengalami rasa kantuk berlebihan di siang hari terlalu sering, disarankan segera berkonsultasi ke dokter,” sambungnya.

    Bahaya Tersembunyi dari Sering Menguap

    Tubuh melakukan hal-hal aneh saat mengantuk terus-menerus. Menguap mengirim sinyal bahwa seseorang sebenarnya sedang mengatasi kekurangan tidur.

    Namun, seorang ahli tidur di Veterans Administration Medical Center di Penn Medicine, Philadelphia, Dr Indira Gurubhagavatula, mengatakan sinyal-sinyal tersebut sama sekali tidak benar.

    “Yang disayangkan adalah data menunjukkan bahwa saat mengalami kekurangan tidur yang kronis, kemampuan kita untuk memahami gangguan yang dialami tubuh sendiri menjadi tidak lagi akurat. Kita pikir baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak,” jelas Dr Gurubhagavatula.

    “Ketika kami melakukan tes untuk mengukur seberapa baik otak berfungsi, seperti kemampuan mengingat, tes memori, dan koordinasi, kami menemukan banyak orang sebenarnya melakukan kesalahan,” lanjut dia.

    Hal yang lebih berbahaya adalah otak dapat mengalami ‘microsleep’ atau tidur singkat selama 2-10 detik tanpa disadari. Tentu ini sangat berisiko jika tengah mengemudi atau melakukan aktivitas berbahaya.

    “Yang lebih mengkhawatirkan, dengan kurang tidur kronis, seseorang jadi tidak mampu menilai tingkat kelelahan dirinya sendiri secara akurat. Mereka akan merasa baik-baik saja, padahal sebenarnya tidak,” kata Dr Gurubhagavatula.

    Untuk menilai seberapa parah kantuk yang dialami seseorang, para ahli menggunakan Epworth Sleepiness Scale. Tes ini dapat menilai kemungkinan seseorang tertidur saat melakukan aktivitas pasif, seperti menonton TV atau duduk sebagai penumpang di mobil selama satu jam.

    Jika skor yang didapatkan di atas 10, itu dianggap signifikan dan perlu ditindaklanjuti secara medis.

    “Jika Anda merasa kelopak mata berat, tubuh merosot, merasa pusing, tangan gemetar, atau menjadi impulsif dan tidak peduli dengan sekitar, itu bisa menjadi gejala bahaya akibat kekurangan tidur,” tambahnya.

    NEXT: Penyebab lain dari kantuk berlebihan

    Penyebab Lain dari Kantuk Berlebihan

    Selain kurang tidur, rasa kantuk yang berlebihan juga bisa dipicu oleh gangguan tidur seperti sleep apnea, insomnia, sindrom kaki lelah, hingga gangguan ritme sirkadian. Bisa juga dipicu oleh penyakit kronis, efek samping obat, hingga gaya hidup tertentu.

    Sebagian orang percaya dengan mengonsumsi alkohol dapat membantu tidur lebih cepat. Tetapi, itu malah akan menurunkan kualitas tidur secara keseluruhan.

    Alkohol mungkin membuat lebih cepat tidur, tetapi tubuh akan terbangun saat efeknya sudah habis.

    Maka dari itu, para ahli menekankan perlunya menjaga kebiasaan sehat sebelum tidur. Itu termasuk menghindari konsumsi kafein berlebihan, menciptakan lingkungan tidur yang nyaman, dan memiliki rutinitas tidur yang konsisten untuk menjaga kesehatan serta kewaspadaan sepanjang hari.

  • Banyak Anak Muda Terdeteksi Punya Kolesterol Tinggi Dalam Tubuh – Halaman all

    Banyak Anak Muda Terdeteksi Punya Kolesterol Tinggi Dalam Tubuh – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Banyak anak muda terdeteksi memiliki kadar kolesterol tinggi. 

    Hal ini diketahui dari layanan skrining kesehatan gratis yang digelar PT Dexa Medica.

    Perusahaan farmasi ini kembali menghadirkan Program Cek Segitiga, yang mencakup pemeriksaan tekanan darah, kolesterol, gula darah, serta konsultasi kesehatan secara gratis.

     Kali ini, program tersebut hadir di kawasan Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, pada Minggu (13/4/2025).

    Kegiatan yang berlangsung dari pagi hingga malam hari ini berhasil menarik lebih dari 1.000 peserta, termasuk pengunjung GBK dan masyarakat sekitar. 

    Jakarta sekaligus menjadi kota pertama dari rangkaian Cek Segitiga tahun 2025, yang akan digelar di delapan kota di Indonesia.

    Presiden Direktur PT Dexa Medica, V. Hery Sutanto, menyampaikan bahwa Cek Segitiga merupakan wujud nyata dukungan Dexa Group terhadap program kesehatan nasional. 

    Dexa Group mengadakan program skrining kesehatan gratis, mendukung program Presiden Prabowo yang didukung langsung oleh Kementerian Kesehatan.

    “Kami hadir di ruang publik, bersama mitra rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan gratis kepada masyarakat,” jelas Hery dalam keterangan tertulis, Rabu (16/4/2025).

    Ia juga menekankan bahwa deteksi dini penting dilakukan agar masyarakat sadar akan kondisi kesehatannya. “Ternyata banyak yang tidak menyadari bahwa kolesterol atau tekanan darahnya tinggi,” tambahnya.

    Cek Segitiga tidak hanya menghadirkan layanan kesehatan gratis, tetapi juga aktivitas interaktif seperti poundfit bersama Stimuno, games berhadiah, dan pembagian suvenir menarik.

    Dengan melibatkan 8 tenaga medis termasuk 2 dokter dari RS Husada Jakarta, para peserta menjalani proses skrining mulai dari pendaftaran, pengecekan tekanan darah, gula darah, kolesterol, hingga konsultasi online dengan aplikasi D’Konsul dan konsultasi secara langsung dengan dokter dari rumah sakit.

    Sales Director OGB-Zeta, Jopie Johansyah, menyampaikan bahwa pelaksanaan di GBK ini merupakan titik kedua yang dilakukan di lokasi tersebut. “Kami berkomitmen untuk terus hadir menemani pasien dalam melakukan deteksi dini penyakit kronis. Tahun ini, kami menargetkan lebih dari 5.000 peserta dari 8 kota di Indonesia,” ujar Jopie.

    Dokter Umum RS Husada Jakarta dr Karissa Anita yang turut hadir dalam kegiatan ini menegaskan pentingnya skrining rutin. “Penyakit seperti diabetes dan jantung masih mendominasi, terutama pada mereka yang memiliki riwayat keluarga. Deteksi dini adalah langkah awal untuk mencegah komplikasi,” jelasnya.

    Salah satu peserta, Yudi, menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat membantu. “Saya biasanya nggak pernah periksa kesehatan, tapi hari ini bisa cek kolesterol dan gula darah, ternyata hasilnya normal. Jadi ini sangat menguntungkan, bukan cuma buat saya tapi juga buat banyak orang,” katanya.

  • Sebelum Meninggal Hotma Sitompul Alami Ganguan Ginjal hingga Cuci Darah, Ini Cara Pencegahannya – Halaman all

    Sebelum Meninggal Hotma Sitompul Alami Ganguan Ginjal hingga Cuci Darah, Ini Cara Pencegahannya – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA– Kabar duka saat ini datang dari dunia hukum Indonesia.

    Hotma Sitompul, Pengacara senior yang dikenal dalam menangani berbagai kasus besar ini meninggal dunia Rabu (17/4/2025) kemarin. 

    Sebelum meninggal, kondisi kesehatan Hotma dilaporkan menurun drastis hingga harus menjalani cuci darah secara rutin. 

    Kondisi kesehatan yang mengharuskan seseorang menjalani cuci darah umumnya berkaitan dengan gangguan pada fungsi ginjal.

    Prosedur ini biasanya dilakukan ketika ginjal tidak lagi mampu menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah secara optimal.

    Dilansir dari website Kementerian Kesehatan, ginjal berfungsi untuk membuang sisa metabolisme dalam tubuh.

    Semua proses dalam tubuh akan dibuang melalui hati dan ginjal, pembuangan dari ginjal disalurkan melalui urin sedangkan pembuangan dari hati itu melalui anus.

    Fungsi ginjal selain memproduksi urin adalah sebagai keseimbangan cairan.

    Misal saat suhu udara dingin maka tubuh akan lebih sering buang air kecil, tapi kalau suhu udara panas tubuh akan merasa kekurangan cairan.

    Ketua Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dr. Zulkhair Ali mengatakan kalau ginjal tidak berfungsi maka akan terjadi gagal ginjal. 

    Ia menyebut penyakit ginjal yang umum dialami adalah batu ginjal, infeksi ginjal, radang ginjal, ginjal karena diabetes, ginjal karena hipertensi, ginjal karena lupus, dan ginjal karena polikistik.

    Penyakit-penyakit tersebut dapat menurunkan fungsi ginjal. 

    Fungsi ginjal dapat dibagi dua, umumnya yaitu gangguan ginjal akut dan penyakit ginjal kronik. Kemudian pada penyakit ginjal kronik ada fase yang dinamakan akut on kronik

    “Yang menarik adalah pada penyakit ginjal akut, gejala pada pasien terlihat berat sekali tapi bisa sembuh sempurna. Sedangkan penyakit ginjal kronik itu pasien tidak merasakan apapun, tidak ada gejala, tapi ketika sudah berat akhirnya harus cuci darah dan tidak bisa disembuhkan kembali,”kata dr Zulkhairi, dilansir dari website resmi, Rabu (16/5/2025). 

    Penyakit ginjal kronik, lanjutnya, merupakan masalah kesehatan global karena prevalensi gagal ginjal itu semakin hari semakin meningkat. 

    Tidak hanya itu penyakit tersebut bersifat progresif dan tidak bisa sembuh kembali, tingkat mortalitas yang tinggi, dan memakan biaya mahal.

    Ilustrasi dokter ginjal (freepik)

    Karenanya perlu dilakukan pencegahan dengan deteksi sedini mungkin terhadap penderita penyakit ginjal. 

    Pencegahan idealnya dilakukan dari fase normal, yakni menskrining orang-orang yang tidak sakit untuk mengetahui apakah ada faktor risiko terjadinya penyakit ginjal atau tidak.

    Kalau sudah ditemukan adanya faktor risiko, maka langkah selanjutnya harus menurunkan faktor risiko tersebut. 

    Skrining juga dilakukan terhadap pasien-pasien yang sedang mengalami penyakit ginjal.

    “Kemudian kalau sudah terjadi kerusakan kita harus melakukan pengobatan, baik melakukan pengobatan terhadap ginjalnya untuk menunda atau memperlambat progresivitas penyakit ginjalnya nya maupun mengobati komorbid yang ada,” ucap dr. Zulkhair.

    Namun apabila sudah terjadi gagal ginjal maka harus dilakukan terapi pengganti ginjal atau transplantasi ginjal.

    Sebagai langkah pencegahan diperlukan deteksi dini penyakit ginjal dengan mengenali penyebab – penyebab gagal ginjal. 

    Penyebab penyakit ginjal yang paling sering terjadi adalah hipertensi, diabetes, dan radang ginjal.

    Sementara untuk gejala penyakit ginjal kronis antara lain mual, gatal-gatal, sesak napas, anemia, dan hipertensi. 

    Sayangnya gejala ini baru muncul setelah tahap lanjut atau pada stadium lanjut. Pada stadium awal gejala sama sekali tidak terlihat atau tidak terasa.

    Oleh karena itu solusinya adalah harus melakukan pemeriksaan secara berkala, secara rutin.

    Terutama bagi faktor risiko menderita penyakit ginjal antara lain usia di atas 50 tahun, penderita diabetes, penderita hipertensi, perokok, obesitas, dan ada riwayat keluarga yang menderita penyakit ginjal.

    “Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan setiap 1 tahun,” ucapnya.

    Penyebab Hotma Sitompul Sempat Cuci Darah 

    Diketahui beberapa kali Hotma Sitompoel melakukan cuci darah sebelum meninggal dunia.

    Cuci darah atau dialisis adalah perawatan bagi orang dengan kondisi ginjal yang sudah tidak lagi berfungsi. 

    Bila mengalami gagal ginjal, ginjal tidak lagi bisa menyaring darah sebagaimana mestinya.

    Kebutuhan untuk cuci darah meningkat secara signifikan dari tahun 2007 hingga 2020, dengan cuci darah menjadi prosedur yang paling banyak dilakukan pada tahun 2021. (HANDOUT)

    Penyakit ginjal dibagi menjadi 2 bagian, yaitu akut dan kronis.

    Penyakit ginjal akut terjadi secara tiba-tiba dan berpotensi kembali normal bila penyebabnya telah diatasi.

    Sedangkan penyakit ginjal kronis berlangsung perlahan-lahan selama tidaknya tiga bulan dan dapat menyebabkan gagal ginjal permanen.

    Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi: riwayat keluarga, penyakit ginjal, kelahiran prematur, usia, trauma atau kecelakaan, jenis penyakit tertentu (Lupus, Anemia, Kanker, AIDS, Hepatitis C dan Gagal Jantung Berat).

    Faktor risiko yang dapat dimodifikasi Diabetes (tipe2), Hipertensi, Konsumsi Obat, Pereda Nyeri, Napza Radang Ginjal.

    Penyakit ginjal menjadi salah satu yang paling diperhatikan di negara ini. 

    Selain angka pasien yang cukup tinggi, penyakit ginjal juga menelan angka pengobatan yang tidak sedikit. 

    Kasus ginjal di Indonesia

    Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI tahun 2018 menunjukkan prevalensi penyakit ginjal di Indonesia sebesar 0,38 persen atau 3,8 orang per 1000 penduduk. 

    Diketahui, umumnya masyarakat Indonesia baru memeriksakan diri jika penyakit sudah berada di stadium lanjut. 

    Menurut Dokter spesialis penyakit dalam Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso I Wayan Nariata sebagian besar penyakit ginjal tidak bergejala sama sekali. 

    Namun, pada tahap agak lanjut, ada beberapa gejala yang bisa dicurigai sebagai penyakit ginjal. 

    “Di awal biasanya sama sekali tidak ada gejala. Tapi begitu lebih lanjut, biasanya ada beberapa yang bisa kita kenali,” ungkapnya pada talk show kesehatan di Kementerian Kesehatan, Senin (14/5/2024). 

    Pertama, muncul keluhan kaki bengkak. Sebagian orang berpikir jika kaki bengkak karena berdiri terlalu lama. 

    Padahal, kondisi ini bisa jadi pertanda jika cairan di dalam tubuh sulit dikeluarkan karena ginjal yang bermasalah. 

    Kedua, tubuh mudah lemas dan pusing. Biasanya, dokter dalam hal ini akan melakukan pemeriksaan adanya dugaan dari penyakit lain. 

    Tanda yang ketiga adalah jarang buang air kecil. 

    “Biasanya (volume urine) normal 1.500-2000 cc perhari. Tiba-tiba berkurang, misalnya kurang dari 400 cc per hari,” ungkapnya pada talk show kesehatan, Kementerian Kesehatan, Senin (14/5/2025). 

    Keempat, muncul rasa gatal-gatal di seluruh tubuh dan tidak kunjung membaik jika diberi obat kulit biasa. 

    Terakhir, pada stadium lanjut muncul rasa mual dan muntah-muntah. 

    Untuk mencegah penyakit ginjal sampai ke stadium lanjut, dr Nariata menyarankan untuk melakukan pemeriksaan dini atau skrining. 

     

    Skrining bisa menggunakan pemeriksaan darah dan urine.

    “Sebenarnya sangat sederhana dari pemeriksaan urine. Nanti kita bisa lihat apakah ada protein di urine. Secara awam bilangnya ada kebocoran protein,” jelasnya. 

    Selain protein, perlu dicurigai adanya kerusakan ginjal jika ditemukan adanya darah pada urine. Kondisi ini disebut sebagai hematuria. 

    Dengan melakukan pemeriksaan, kita menjadi tahu apakah sudah ada gangguan atau belum pada ginjal. 

  • Hati-hati, Kebiasaan Makan yang Jarang Disadari Tingkatkan Risiko Kena Stroke

    Hati-hati, Kebiasaan Makan yang Jarang Disadari Tingkatkan Risiko Kena Stroke

    Jakarta

    Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam BMC Medicine menemukan pola makan yang mengandung banyak gula meningkatkan risiko penyakit terkait sistem kardiovaskular. Penyakit jantung dan stroke bisa meningkat sebesar 6 dan 10 persen lebih tinggi.

    Dikutip dari Times of India, studi tersebut menganalisis data dari 110.000 penduduk Inggris berusia 37 hingga 73 tahun selama 9 tahun. Data-data tersebut didapat dari UK Biobank, memeriksa berbagai penilaian pola makan untuk memperkirakan asupan karbohidrat, terutama yang berfokus pada gula.

    Penelitian ini menemukan bahwa mereka yang mengonsumsi gula berlebih, termasuk yang ditambahkan ke makanan olahan, soda, jus buah, dan sirup, meningkatkan risiko penyakit jantung sebesar 6 persen lebih tinggi dan risiko stroke sebesar 10 persen.

    Studi tersebut mengecualikan gula alami yang bisa ditemukan pada gula dan sayuran utuh.

    “Bentuk gula yang paling umum dikonsumsi peserta studi adalah camilan dan manisan buah,” kata penulis studi, Cody Watling.

    Kelompok dengan risiko tertinggi mengonsumsi sekitar 95 gram gula setiap hari, yang mewakili 18 persen dari asupan energi harian mereka,” lanjutnya.

    Gula yang berlebihan memang dapat meningkatkan risiko serangan jantung. Ini karena gula dapat membebani kerja hati. Organ ini berperan mengubah karbohidrat makanan menjadi lemak dan memetabolisme gula.

    Gula berlebih dalam tubuh, pada akhirnya dapat mengakibatkan peningkatan penyimpanan lemak, yang dapat berakibat pada penyakit perlemakan hati dan berisiko pada diabetes dan penyakit jantung.

    Gula tersebut jika dikonsumsi berlebihan dapat menyebabkan peradangan kronis dan tekanan darah tinggi, dua jalur yang mengarah ke penyakit jantung. Peningkatan tekanan darah, peradangan, penambahan berat badan, diabetes, dan penyakit hati merupakan konsekuensi dari konsumsi gula berlebih.

    (dpy/suc)

  • 10 Air Rebusan Daun Penurun Kadar Gula Darah Tinggi, Binahong-Brotowali

    10 Air Rebusan Daun Penurun Kadar Gula Darah Tinggi, Binahong-Brotowali

    Jakarta

    Kadar gula darah dalam tubuh haruslah dijaga agar selalu dalam level normal. Glukosa darah yang terus tinggi dalam waktu lama dapat menyebabkan masalah kesehatan serius antara lain serangan jantung, stroke, kerusakan mata dan ginjal.

    Selain konsumsi obat resep dokter, air rebusan daun dari sejumlah tanaman bisa diminum sebagai upaya menurunkan gula darah tinggi. Daun perlu direbus selama beberapa menit dan sisa airnya dapat dikonsumsi secukupnya secara rutin.

    Air Rebusan Daun Untuk Turunkan Gula Darah

    Mulai dari daun binahong, brotowali, hingga daun sirih merah bisa dimanfaatkan untuk menstabilkan glukosa darah yang tinggi. Berikut penjelasannya:

    1. Daun Binahong

    Ilustrasi daun binahong Foto: Getty Images/iStockphoto/Dian Saputra

    Mengutip buku The Miracle of Herbs oleh drPraptiUtami danDestyErviraPuspaningtyas, S.Gz, daunbinahong dapat mengatasi berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes. Kandungantriterpenoidsaponin dalam daunnya bantu menurunkan glukosa darah

    Studi preklinis oleh Dr Farida Hayati MS, Apt. dan Mir A Kemila, peneliti di Jurusan Farmasi Universitas Islam Indonesia (UII), Yogyakarta, mengungkap konsumsi air rebusan daun binahong sama efektifnya dengan meminum obat penurun gula darah.

    Menurutnya, flavonoid menjadi senyawa penurun glukosa darah. Flavonoid mempunyai cincin benzena dan gugus gula yang reaktif terhadap radikal bebas. Gugus gula ini yang dapat menangkap radikal bebas penyebab diabetes.

    2. Brotowali

    Brotowali memiliki rasa pahit sehingga diyakini bisa menstabilkan kadar glukosa darah. Mengutip buku Bunga Rampai Herbal Indonesia oleh Kintoko dan Hardi Astuti Witasari, kolumbin dan pikroretin merupakan senyawa golongan alkaloid yang bertanggung jawab atas rasa pahit brotowali.

    Khasiat penurunan gula darah berkat brotowali dibuktikan oleh penelitian Sriyapai (2012) kepada 36 pengidap diabetes tipe 2. Pemberian serbuk brotowali rutin setiap hari selama 2 bulan bisa menurunkan glukosa darah secara signifikan.

    3. Daun Sirih Merah

    Ilustrasi Daun Sirih Merah Foto: Getty Images/SandyHappy

    Daun sirih merah mengandung senyawa fitokimia meliputi alkaloid, flavonoid, karvakol, eugenol, saponin, dan tanin, dikutip dari buku Daun Ajaib Tumpas Penyakit oleh Lina Mardiana. Senyawa aktif alkaloid dan flavonoid disebutkan punya efek penurun kadar glukosa darah.

    Uji praklinis pada hewan yang dilakukan Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) Bogor mengungkap pemberian ekstrak sirih merah 20 gram per kilogram bobot tikus dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus hingga 34,3%.

    Efektivitasnya lebih tinggi daripada obat antidiabetes komersial yang hanya menurunkan 27% gula darah. Meski penelitian dilakukan pada hewan, hasil uji ekstrak daun sirih dapat dijadikan acuan untuk penggunaan pada pengidap diabetes.

    4. Daun Kersen

    Daun kersen berkhasiat menurunkan kadar gula darah di atas normal, merujuk buku Buah Bligo (Benincasa hispida) dan Daun Kersen (Muntingia calabura) Sebagai Antidiabetik oleh Retno Dwi N dan Dewi Pertiwi.

    Daun ini mengandung zat flavonoids yang dikenal bisa menurunkan glukosa darah. Senyawa kuersetin yang berperan menjaga performa sel pankreas tetap normal sehingga mempengaruhi penurunan gula darah juga ditemukan di dalam daun kersen.

    5. Daun Salam

    Daun salam mengandung sejumlah senyawa aktif, mencakup flavonoid, minyak atsiri, dan tanin, mengacu buku Diabetes Kandas Berkat Herbal oleh Ersi Herliana. Flavonoid yang bersifat antioksidan bantu mengendalikan diabetes dengan memungkinkan tubuh memproses insulin secara efisien.

    Di dalam daun ini juga tersimpan vitamin A dan C, zat besi, mangan, kalsium, hingga magnesium. Berkat sejumlah kandungan senyawa baiknya, daun salam juga memiliki kemampuan antiinflamasi, antibakteri, dan antijamur.

    6. Daun Kelor

    Ilustrasi daun kelor Foto: Getty Images/Jaka Suryanta

    Vitamin C, beta karoten, kuersetin, dan asam klorogenat adalah antioksidan yang terkandung di dalam daun kelor. Mengutip buku Tanaman Kelor (Moringa oleifera): Nilai Gizi, Manfaat, dan Potensi Usaha oleg F.G. Winarno, asam klorogenat terbukti bisa mencegah absorpsi gula.

    Berdasarkan penelitian terhadap hewan yang dipublikasikan The Asian Pacific Journal of Cancer Prevention, daun kelor juga mampu menurunkan kadar glukosa darah.

    Tingginya kandungan polifenol di dalam daun ini juga memiliki aktivitas antioksidan yang bantu menstabilkan gula darah.

    7. Daun Tin

    Bukan hanya buah, daun tin berkhasiat menurunkan glukosa darah. Di tersimpan kandungan flavonoid dan triterpenoid yang bantu mengendalikan kadar gula darah. Flavonoid diketahui merupakan senyawa antioksidan yang bisa mencegah peningkatan glukosa.

    8. Daun Kaca Piring

    Merujuk buku Kumpulan Tanaman Obat di Kecamatan Tirtajaya oleh Neni Sri Gunarti, dkk, daun dari tanaman kaca piring dapat diolah menjadi minuman penurun gula darah dengan cara direbus. Daun ini juga berkhasiat dalam meredakan demam, sariawan, hingga sembelit.

    9. Daun Kumis Kucing

    Ilustrasi daun kumis kucing Foto: iStock

    Dalam buku Mengenal 10 Tanaman Obat Keluarga oleh Maslan Harahap dijelaskan senyawa a-Glukosidase yang terkandung dalam kumis kucing dapat mengganggu kerja enzim dan memecah karbohidrat menjadi glukosa di saluran pencernaan. Sehingga mencegah peningkatan kadar gula darah.

    Senyawa antioksidan di tanaman ini juga berpotensi menurunkan risiko komplikasi diabetes akibat stres oksidatif. Berdasarkan sejumlah studi, 116 senyawa aktif teridentifikasi pada kumis kucing antara lain kelompok flavonoid, saponin, hingga minyak atsiri.

    10. Daun Johar

    Flavonoid ditemukan dalam daun johar. Menurut buku Bioaktivitas dan Konstituen Kimia Tanaman Obat Indonesia karya Sri Fatmawati, alkaloid dan antrakuinon yang terkandung di dalamnya juga bermanfaat dalam menstabilkan glukosa darah.

    Sejumlah daun tanaman di atas dapat direbus dan diminum sisa airnya untuk menurunkan kadar glukosa tubuh yang di atas normal. Jika tertarik mengonsumsinya, terutama pasien diabetes, dapat berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu.

    (azn/row)

  • Sering Lapar, Haus, dan Pipis? Waspada Gejala Diabetes! – Halaman all

    Sering Lapar, Haus, dan Pipis? Waspada Gejala Diabetes! – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sering merasa lapar, haus dan pipis? Jangan sepelekan. Ini bisa jadi tanda kamu alami diabetes. 

    Hal ini diungkapkan oleh Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin Metabolik Diabetes dr. Adeputri Tanesha Idhayu Sp.P.D., Subsp,E.M.D. (K) 

    “Jadi kalau gula darah tinggi, menyebabkan darah lebih pekat. Itulah yang menyebabkan seorang diabetes sering berkemih. Kalau dia sering berkemih, dia akan kurang cairan juga. Dia akan dehidrasi dan haus,” ungkapnya pada talk show kesehatan yang diselenggarakan Kementerian Kesehatan, Rabu (16/5/2025). 

    Selain itu, kadar gula yang tinggi menyebabkan gula tidak masuk ke dalam sel atau jaringan tubuh. 

    Padahal tubuh butuh glukosa untuk kegiatannya sehari-hari.

    “Karena gula darah dia tidak masuk ke sel atau jaringan tubuh.  Sel dari jaringannya juga tetap lapar ya. Tetap ingin, supaya dia bisa bekerja, butuh kalori, butuh gula. Akhirnya merasa lapar, walau pun gula darah di dalam pembuluh darah tetap tinggi,” papar dr Adeputri. 

    Kondisi inilah yang menyebabkan orang tersebut sering merasa lapar walau sudah makan. Akibatnya, pasien diabetes selalu ingin makan atau ngemil. 

    Lebih lanjut dr Adeputri menjelaskan kapan perlu curiga jika sering pipis, mudah lapar dan haus sebagai tanda diabetes. 

    “Kalau sering lapar, salah satu parameternya adalah sudah makan tapi kok masih ingin makan, mengunyah,” imbuhnya. 

    “Atau baru 1-2 jam kita makan itu. Pengosongan lampung belum seluruhnya, belum sempurna gitu loh. Jadi seharusnya masih kenyang pasiennya. Tapi kok ini sudah mulai lapar,” sambungnya. 

    Pada bagian sering berkemih, normalnya seseorang buang air kecil itu sekitar 4-8 kali sehari. 

    Boleh pula dicurigai jika di malam hari tetap buang air kecil lebih dari satu kali. Padahal sebelum tidur tidak makan atau pun minum. 

    “Karena malam kan kita jarang juga konsumsi makanan, minuman. Ini kok di kamar mandi. Kemudian tadi kalau lapar, ini udah baru makan kok masih lapar lagi,” tutupnya.

     

  • Hotma Sitompul Sempat Cuci Darah sebelum Meninggal, Kenali Penyebabnya

    Hotma Sitompul Sempat Cuci Darah sebelum Meninggal, Kenali Penyebabnya

    Jakarta, Beritasatu.com – Kabar Hotma Sitompul meninggal membawa duka mendalam bagi dunia hukum Indonesia. Pengacara senior yang dikenal luas karena kiprahnya dalam berbagai kasus besar ini meninggal dunia hari ini, setelah menjalani perawatan intensif di ruang ICU RSCM Kencana, Jakarta.

    Kabar duka ini pertama kali disampaikan oleh Pendeta Gilbert Lumoindong melalui unggahan singkat di Instagram Stories yang berbunyi, “Selamat jalan Abang Hotma Sitompul”.

    Sebelum meninggal, kondisi kesehatan Hotma dilaporkan menurun drastis hingga harus menjalani cuci darah secara rutin. Kondisi kesehatan yang mengharuskan seseorang menjalani cuci darah umumnya berkaitan dengan gangguan pada fungsi ginjal.

    Prosedur ini biasanya dilakukan ketika ginjal tidak lagi mampu menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah secara optimal. Berikut ini beberapa penyakit yang sering kali memerlukan cuci darah, yang dikutip dari Cleveland Clinic, Rabu (16/4/2025).

    Penyakit Apa Saja yang Memerlukan Cuci Darah?

    Meski belum diketahui pasti penyebab Hotma Sitompul meninggal, mengetahui cuci darah sebagai salah satu prosedur medis sangat penting bagi pasien dengan gangguan ginjal berat.

    Umumnya, prosedur ini dilakukan ketika fungsi ginjal menurun drastis dan tidak lagi mampu menyaring zat sisa metabolisme tubuh. Kondisi ini biasa dikenal sebagai gagal ginjal stadium akhir atau end-stage kidney disease (ESKD).

    Pada tahap ini, tubuh tidak dapat membuang racun dan kelebihan cairan secara alami, sehingga mesin dialisis diperlukan untuk menggantikan fungsi ginjal. Kerusakan ginjal yang memicu kondisi tersebut bisa disebabkan oleh berbagai penyakit, seperti tekanan darah tinggi (hipertensi), diabetes, lupus, maupun faktor penyebab yang tidak diketahui.

    Selain itu, gagal ginjal bisa berkembang secara perlahan sebagai kondisi kronis, atau muncul secara tiba-tiba (akut) akibat sakit berat atau cedera serius. Pada kasus akut, fungsi ginjal masih mungkin pulih dengan penanganan yang tepat.

    Penyakit ginjal dibagi menjadi lima tahap, dan pada tahap kelima, kemampuan ginjal tinggal kurang dari 15% dari kapasitas normalnya. Hal ini menjadi indikasi ginjal sudah mengalami kegagalan total dan membutuhkan terapi pengganti seperti cuci darah.

    Bagaimana Proses Cuci Darah Berlangsung?

    1. Pemeriksaan kondisi tubuh sebelum dialisis

    Sebelum memulai sesi cuci darah, tenaga medis akan memeriksa kondisi pasien, termasuk tekanan darah, suhu tubuh, dan berat badan. Dua jarum kemudian akan dipasang di lengan pasien, satu untuk mengalirkan darah ke mesin, dan satu lagi untuk mengembalikan darah bersih ke dalam tubuh. Mesin hemodialisis akan menyaring darah selama 4 jam–5 jam dalam satu sesi, biasanya dilakukan 2 hingga 3 kali seminggu sesuai kondisi pasien.

    2. Pembuatan akses pembuluh darah

    Untuk mempermudah proses cuci darah secara rutin, dokter akan membuat akses khusus ke pembuluh darah yang disebut fistula atau shunt, dengan menghubungkan pembuluh arteri dan vena. Akses ini penting agar proses dialisis lebih lancar dan mencegah kerusakan pembuluh darah akibat tusukan berulang.

    3. Pembatasan asupan cairan

    Pasien yang menjalani cuci darah juga harus membatasi asupan cairan secara ketat. Hal ini penting untuk mencegah penumpukan cairan dalam tubuh, yang dapat menyebabkan komplikasi serius seperti sesak napas akibat cairan berlebih di paru-paru.

    4. Biaya dan komitmen waktu

    Cuci darah membutuhkan komitmen tinggi, baik dari segi waktu maupun biaya. Dalam seminggu, pasien bisa menjalani 2–3 sesi, yang berarti harus rutin datang ke rumah sakit atau klinik. Oleh karena itu, penting bagi pasien untuk merencanakan pengeluaran atau menggunakan asuransi kesehatan untuk meringankan beban finansial.

    5. Alternatif cuci darah di rumah

    Selain hemodialisis di rumah sakit, terdapat metode continuous ambulatory peritoneal dialysis (CAPD) yang bisa dilakukan secara mandiri di rumah. Metode ini menggunakan rongga perut sebagai media penyaringan darah dan menawarkan fleksibilitas lebih bagi pasien yang ingin menjalani terapi dengan lebih praktis.

    Dengan pemahaman yang lebih baik tentang pentingnya menjaga kesehatan ginjal serta risiko yang ditimbulkan oleh berbagai penyakit kronis, masyarakat diharapkan lebih waspada dan proaktif dalam menjaga gaya hidup sehat. Hotma Sitompul meninggal tidak hanya menjadi duka, tetapi juga pengingat bagi kita semua untuk lebih peduli terhadap kesehatan tubuh, khususnya fungsi vital ginjal.

  • PDGI Tegaskan Tukang Gigi Tidak Bisa Praktik Medis Seperti Dokter Gigi – Halaman all

    PDGI Tegaskan Tukang Gigi Tidak Bisa Praktik Medis Seperti Dokter Gigi – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PB PDGI) menegaskan, tukang gigi tidak boleh menyentuh praktik medis yang biasa yang dilakukan oleh dokter gigi.

    Hal ini merespons pernyataan Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin, yang menyinggung tentang peningkatan kompetensi tukang gigi di tengah meningkatnya permasalahan gigi di masyarakat.

    Ketua PB PDGI drg. Usman Sumantri menuturkan, tukang gigi merupakan praktik tradisional yang berkembang di masyarakat.

    Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 39 Tahun 2014, mereka hanya diperbolehkan membuat dan memasang gigi tiruan lepasan sederhana tanpa tindakan medis, dan dengan izin praktik tertentu.

    “Tukang gigi bukan bagian dari tenaga kesehatan resmi, tidak menempuh pendidikan kedokteran gigi, dan tidak dibekali pemahaman tentang anatomi, patologi, serta pengendalian infeksi. Kami menilai bahwa memperluas kewenangan tukang gigi hingga menyentuh ranah tindakan medis bukan solusi tepat, melainkan langkah mundur dalam sistem pelayanan kesehatan,” tutur dia saat ditemui di Jakarta, Selasa (15/4/2025).

    Namun di satu sisi, kekurangan tenaga dokter gigi memang menjadi persoalan serius, terutama di daerah terpencil kepulauan dan perbatasan.

    Saat ini, Indonesia kekurangan lebih dari 10.000 dokter gigi. Dari 32 fakultas kedokteran gigi yang aktif, hanya sekitar 2.650 lulusan dihasilkan per tahun. Bahkan, enam fakultas kedokteran gigi baru belum meluluskan satu pun dokter.

    Namun, tantangan terbesarnya bukan hanya jumlah, melainkan distribusi.

    Rasio satu dokter gigi umum melayani lebih dari 5.000 penduduk, sementara dokter gigi spesialis bahkan melayani hingga 55.000 penduduk.

    Dokter Usman mengatakan, kesehatan gigi dan mulut adalah masalah sistemik.

    Kesehatan gigi bukan hanya urusan mulut. Bukti ilmiah semakin kuat menunjukkan keterkaitan erat antara penyakit gigi dan berbagai penyakit sistemik seperti diabetes, penyakit jantung, bahkan kehamilan berisiko.

    “Tingginya angka kejadian masalah gigi yang menempati urutan teratas dalam hasil skrining kesehatan nasional menjadi sinyal bahwa sistem pelayanan kesehatan belum sepenuhnya mengintegrasikan dimensi oral dalam pendekatan promotif dan preventif,” ungkap drg Usman.

    Data menunjukkan dari 57,6 persen penduduk Indonesia mengalami masalah gigi dan mulut, tetapi hanya 10,2 persen yang mendapatkan perawatan dari tenaga medis gigi.

    Rekomendasi PB PDGI untuk Tangani Kasus Gigi yang Tinggi

    PB PDGI mengajak Kementerian Kesehatan mewujudkan Revolusi Kesehatan Gigi Nasional untuk bersama-sama mengakselerasi integrasi dimensi oral health dalam kebijakan kesehatan nasional.

    1. Peningkatan literasi kesehatan gigi dan mulut dengan pendekatan berbasis komunitas, bekerja sama dengan kader, perawat gigi, dan bidan.

     

    2. Penugasan strategis dokter gigi pasca-internship di daerah prioritas dengan insentif dan jaminan karier.

    3. Pemanfaatan teledentistry dan teknologi digital untuk menjangkau masyarakat terpencil secara efisien.

     

    4. Menambah kuota dan fasilitas pendidikan dokter gigi spesialis dan Meningkatkan kapasitas pendidikan kedokteran gigi dan mempercepat moratorium pembukaan FKG baru (sudah dilakukan moratorium oleh pemerintah)

     

    5. Pendidikan berkelanjutan dan redistribusi tenaga spesialis secara adil dan berbasis kebutuhan. Pelaksanaan SIP yang berbasis data kebutuhan tenaga kesehatan, seperti diatur dalam Pasal 263 UU No. 17/2023.

     

    6. Pelatihan dasar promotif-preventif bagi kader dan tenaga pendukung, dengan pengawasan dokter gigi untuk memperluas jangkauan tanpa mengorbankan mutu.

     

    7.  Program pendidikan berkelanjutan, menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan untuk meningkatkan kompetensi dokter gigi yang sudah ada dengan kewenangan tambahan hanya pada daerah-daerah yang belum ada dokter gigi spesialis

     

    “Dengan solusi yang berbasis regulasi, bukannya kompromi terhadap mutu, PB PDGI yakin pelayanan kesehatan gigi yang berkualitas dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat, tanpa harus mengorbankan keselamatan pasien. Tukang gigi adalah bagian dari sejarah sosial kita, namun bukan jawaban atas kebutuhan pelayanan kesehatan yang profesional. Jangan biarkan masyarakat menerima layanan setengah matang hanya karena alasan pragmatisme,” kata dia.

  • Daftar Manusia Penerima Donor Organ Babi, Ada yang Cuma Bertahan 2 Bulan

    Daftar Manusia Penerima Donor Organ Babi, Ada yang Cuma Bertahan 2 Bulan

    Jakarta

    Kemungkinan menggunakan organ hewan untuk xenotransplantasi untuk memenuhi permintaan kelangkaan donor organ manusia telah lama dipertimbangkan oleh para peneliti.

    Kendala terbesar dalam penggunaan organ dari spesies lain adalah ‘penolakan hiperakut’. Tubuh melihat jaringan tersebut sebagai sesuatu yang sangat asing sehingga mulai membunuh organ yang disumbangkan dalam hitungan menit.

    Harapannya adalah modifikasi genetik yang dilakukan pada babi berarti organnya dapat diterima oleh tubuh manusia.

    Berikut beberapa orang yang menerima transplantasi organ babi dikutip detikcom dari berbagai sumber.

    Pasien penerima organ babi

    1. David Bennett, Sr: Jantung babi

    David Bennett, Sr menjadi orang pertama di dunia yang menerima donor jantung babi yang telah dimodifikasi secara genetik di University of Maryland Medical Center. Operasi itu dia lakukan pada 7 Januari 2022.

    Bennett dianggap tidak memenuhi syarat untuk transplantasi manusia, keputusan yang sering diambil oleh dokter ketika pasien dalam kondisi kesehatan yang sangat buruk.

    Dia bertahan hidup selama dua bulan pascaoperasi sebelum meninggal pada 8 Maret 2022.

    2. Lawrence Faucette: Jantung babi

    Lawrence Faucette, seorang veteran Angkatan Laut berusia 58 tahun, menerima transplantasi jantung babi di University of Maryland Medical Center pada 20 September 2023. Dia pertama kali dirawat setelah mengalami gejala gagal jantung dan menjalani transplantasi eksperimental enam hari kemudian.

    Penyakit jantung dan kondisi yang sudah ada sebelumnya membuatnya tidak memenuhi syarat untuk transplantasi jantung manusia.

    Dia bertahan hidup selama 6 minggu dengan jantung babi sebelum meninggal dunia pada 30 Oktober 2023 karena penolakan organ.

    3. Richard Slayman: Ginjal babi

    Richard Slayman, seorang pria berusia 62 tahun dari Massachusetts, menerima transplantasi ginjal babi di Rumah Sakit Umum Massachusetts pada 16 Maret 2024.

    Slayman, yang telah hidup dengan diabetes tipe 2 dan hipertensi selama bertahun-tahun, sebelumnya menerima transplantasi ginjal dari pendonor manusia yang telah meninggal pada bulan Desember 2018. Ginjal yang ditransplantasikan menunjukkan tanda-tanda kegagalan sehingga dia harus menjalani cuci darah pada Mei 2023.

    Setelah itu dia menerima donor ginjal babi dan bertahan hidup selama kurang lebih kurang lebih 56 hari dengan organ itu sebelum meninggal

    4. Towana Looney: Ginjal Babi

    Towana Looney, seorang wanita berusia 53 tahun dari Alabama, menerima transplantasi ginjal babi di NYU Langone Health. Dia menjalani operasi donor ginjal babi pada 25 November 2024.

    Looney menjadi orang terlama yang hidup dengan ginjal babi setelah berhasil bertahan selama kurang lebih 130 hari sebelum organ itu mengalami gagal fungsi.

    “Meskipun hasilnya tidak seperti yang diinginkan siapa pun, saya tahu banyak yang dipelajari dari 130 hari saya dengan ginjal babi dan bahwa ini dapat membantu dan menginspirasi banyak orang lain dalam perjalanan mereka untuk mengatasi penyakit ginjal,” ucap Looney.

    (kna/kna)