Topik: diabetes

  • Benarkah Nyeri Pinggang Tanda Sakit Ginjal? Ini Penjelasan Dokter

    Benarkah Nyeri Pinggang Tanda Sakit Ginjal? Ini Penjelasan Dokter

    Jakarta

    Nyeri pinggang baik di bagian kiri atau kanan sering membuat beberapa orang panik. Tidak sedikit orang yang percaya kalau sakit pinggang berarti ada masalah dengan ginjalnya.

    Tapi, benarkah sakit pinggang memang jadi pertanda ginjal bermasalah, atau hanya mitos belaka?

    Spesialis penyakit dalam konsultan ginjal hipertensi, dr Lydia Dorothea Simatupang, SpPD, Subsp GH(K), FINASIM, menjelaskan bahwa ginjal terletak di area pinggang dan memiliki bentuk seperti kacang merah dengan ukuran sekitar sebesar kepalan tangan, atau sekitar 10 cm.

    Menurut dr Lydia, ketika ginjal mengalami obstruksi atau penyumbatan yang menyebabkan peradangan, seseorang bisa saja merasakan nyeri di area pinggang.

    “Kalau dia (ginjal) terobstruksi atau dia ada radang, bisa saja kita mengalami nyeri di pinggang. Tapi, sakit ginjal rata-rata bukan sakit di bagian itu,” kata dr Lydia dalam temu media daring, Kamis (17/4/2025).

    “Tapi, sakit ginjal yang ada rata-rata itu bukan sakit di bagian itu, paling sering adalah sakit ginjal yang punya penyakit diabetes lama, hipertensi lama, atau misalnya radang yang non infeksi lama, itu lama-lama ginjal akan turun fungsinya, itu biasanya tanpa gejala. Nggak ada sakit pinggang sama sekali,” sambungnya.

    dr Lydia mengungkapkan sakit pinggang biasanya terjadi ketika ginjal terinfeksi atau ada batu ginjal yang menyumbat. Batu ginjal yang membesar dan terinfeksi dapat menyebabkan rasa sakit di area pinggang.

    Untuk membedakan penyebabnya, dr Lydia menyarankan agar segera memeriksakan diri ke dokter. Ia menambahkan bahwa sebagian besar pasien yang mengeluhkan sakit pinggang tidak mengalaminya akibat masalah pada ginjal.

    “Jadi misalnya dari otot, atau kadang-kadang dari tulang belakang ada kejepit saraf, yang bisa membedakannya itu dokter dengan cara memeriksanya. Kalau orang awam mungkin tahunya ada rasa nyeri di pinggang,” tuturnya.

    (sao/suc)

  • Kenali Gejala Pneumonia Bilateral yang Diderita Paus Fransiskus

    Kenali Gejala Pneumonia Bilateral yang Diderita Paus Fransiskus

    Jakarta, Beritasatu.com – Pemimpin tertinggi Gereja Katolik sedunia, Paus Fransiskus meninggal dunia pada Senin (21/4/2025), di usia 88 tahun. Penyebab meninggalnya adalah komplikasi dari pneumonia bilateral (infeksi paru-paru ganda) yang telah dideritanya sejak awal tahun ini.  

    Kondisi kesehatan Paus Fransiskus mulai memburuk pada awal 2025. Ia sempat dirawat intensif selama lima minggu di Rumah Sakit Poliklinik Gemelli, Roma, akibat infeksi paru-paru yang sangat serius. Dokter menyatakan pneumonia bilateral yang dialaminya sempat dua kali hampir merenggut nyawanya.

    Pada 23 Maret 2025, kondisi Paus menunjukkan perbaikan sehingga dia diizinkan pulang ke Vatikan. Namun, dia tetap membutuhkan pemantauan ketat dan alat bantu oksigen karena paru-parunya telah mengalami kerusakan signifikan. Tim medis menjelaskan infeksi ini tidak hanya menyerang jaringan paru-paru tetapi juga melemahkan otot-otot pernapasannya.  

    Hingga akhir hayatnya, Paus Fransiskus masih bergantung pada oksigen tambahan, meskipun sempat mampu bernapas tanpa bantuan alat dalam beberapa kesempatan terakhir.  

    Apa Itu Pneumonia Bilateral?

    Dikutip dari Healthline, Selasa (22/4/2025), pneumonia bilateral atau dikenal juga sebagai pneumonia ganda adalah infeksi yang menyerang kedua paru-paru sekaligus. Berbeda dengan pneumonia biasa yang hanya menginfeksi satu bagian paru, kondisi ini menyebabkan peradangan di kedua kantung udara (alveoli), sehingga menghambat pertukaran oksigen dan karbon dioksida.  

    Meskipun menyerang kedua paru-paru, pneumonia bilateral tidak selalu berarti dua kali lebih berbahaya. Tingkat keparahannya sangat bergantung pada:  

    Usia dan kondisi kekebalan tubuh penderita.Jenis mikroorganisme penyebab (bakteri, virus, atau jamur).Ada atau tidaknya penyakit penyerta (seperti diabetes, jantung, atau gangguan pernapasan kronis).Gejala Pneumonia Bilateral yang Perlu Diwaspadai

    Gejala pneumonia bilateral mirip dengan pneumonia biasa, tetapi dapat berkembang lebih cepat dan lebih berat, terutama pada lansia atau orang dengan sistem imun lemah. Berikut ini tanda-tandanya:  

    Gejala Umum

    Sesak napas (bahkan saat istirahat).Nyeri dada yang tajam, terutama saat menarik napas.Batuk berdahak (dahak bisa berwarna kuning, hijau, atau bahkan berdarah).Demam tinggi, menggigil, dan berkeringat.Detak jantung cepat (takikardia).Kelelahan ekstrem dan tubuh terasa sangat lemas.Mual, muntah, atau diare (terutama pada kasus pneumonia akibat bakteri atau virus).

    Gejala Khusus pada Lansia

    Kebingungan atau disorientasi (sering salah dikira sebagai gejala demensia).Suhu tubuh lebih rendah dari normal (hipotermia, bukannya demam).Penurunan kesadaran.
    Kenapa Pneumonia Bilateral Berbahaya?

    Pada kasus Paus Fransiskus, pneumonia bilateral menyebabkan kegagalan pernapasan progresif. Infeksi ini dapat memicu komplikasi serius, seperti sepsis (infeksi menyebar ke aliran darah), acute respiratory distress syndrome (ARDS) yakni paru-paru kehilangan kemampuannya menyuplai oksigen ke tubuh, dan gagal organ multipel akibat kekurangan oksigen berkepanjangan.

    Paus Fransiskus telah berpulang, tetapi perjuangannya melawan pneumonia bilateral menjadi pengingat untuk lebih peduli terhadap kesehatan paru-paru.

  • Cara Mudah Menjaga Kesehatan Ginjal agar Terhindar dari Cuci Darah di Usia Muda

    Cara Mudah Menjaga Kesehatan Ginjal agar Terhindar dari Cuci Darah di Usia Muda

    Jakarta

    Pencegahan penyakit ginjal bisa dilakukan dengan pengelolaan tekanan darah dan kadar gula darah. Penyakit tekanan darah tinggi dan diabetes merupakan beberapa faktor risiko masalah ginjal yang mungkin tak banyak diketahui.

    Oleh karena itu, penyakit ginjal sebenarnya bisa dicegah dengan penerapan gaya hidup sehat. Berikut daftarnya dirangkum detikcom dari berbagai sumber.

    Pilih-pilih Makanan

    Pilihlah makanan-makanan yang sehat untuk kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dikutip dari National Institutes of Health, mengonsumsi buah, sayur, biji-bijian utuh, dan susu rendah lemak sangat baik untuk menjaga kesehatan ginjal.

    Selain itu, penting untuk membatasi asupan garam dan gula tambahan. Batasi asupan natrium garam kurang dari 2.300 mg per hari.

    Beberapa tips yang bisa dilakukan untuk memilih makanan sehat:

    Utamakan rempah dalam masakan, bukan garam.Pilih topping sehat seperti bayam, brokoli, paprika pada masakan gurih.Olah daging dengan cara dipanggang, bukan digoreng.Sajikan makanan tanpa saus.Pilih makanan yang mengandung sedikit gula tambahan atau tidak sama sekali.Baca label makanan untuk melihat kandungan gula, garam, dan lemak.Jaga Aktivitas Fisik

    Berolahraga lah selama 30 menit atau lebih setiap hari. Tubuh yang kurang bergerak memiliki risiko hipertensi dan diabetes tipe dua lebih besar.

    Ini juga belum ditambah dengan risiko obesitas yang muncul ketika kurang bergerak. Orang yang terkena obesitas lebih rentan terkena hipertensi dan diabetes tipe dua.

    Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menjaga berat badan ideal agar terhindar dari faktor risiko penyakit ginjal.

    NEXT: Perhatikan pola tidur dan asupan alkohol

    Perhatikan Pola Tidur dan Tingkat Stres

    Berusahalah mendapatkan tidur berkualitas selama 7-8 jam tiap malam. Kurang tidur dapat memicu tingkat stres tinggi, yang selanjutnya dapat berpengaruh pada kondisi tubuh keseluruhan, termasuk kesehatan ginjal.

    Untuk meningkatkan kualitas tidur, beberapa hal yang bisa dilakukan seperti meningkatkan paparan sinar alami saat siang, mengurangi paparan cahaya gadget di malam hari, jaga konsistensi waktu tidur dan bangun, serta kondisikan tempat tidur senyaman mungkin.

    Bila perlu, cari berbagai aktivitas yang dapat menurunkan stres, misalnya seperti beribadah, jalan santai, berolahraga, meditasi, yoga, atau menjalani hobi.

    Kurangi Kebiasaan Merokok dan Minum Alkohol

    Merokok dapat merusak ginjal dengan berbagai cara. Pertama, merokok dapat meningkatkan risiko penyakit kanker ginjal.

    Selain itu, merokok juga dapat merusak jantung dan pembuluh darah. Ini menyebabkan aliran darah ke ginjal memburuk dan memicu kerusakan seiring berjalannya waktu. Merokok juga dapat memperburuk penyakit ginjal diabetik, salah satu penyebab umum dari gagal ginjal.

    Alkohol mengganggu fungsi ginjal dalam menyaring darah dan menjaga keseimbangan cairan tubuh karena sifatnya yang menyebabkan dehidrasi.

    Konsumsi alkohol berlebihan meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. Penyakit hati akibat alkohol juga memperberat kerja ginjal dan mengganggu aliran darah, sehingga mempercepat kerusakannya.

  • Para Kardinal akan Rapat di Roma Hari Ini, Bahas Upacara Pemakaman Paus Fransiskus – Halaman all

    Para Kardinal akan Rapat di Roma Hari Ini, Bahas Upacara Pemakaman Paus Fransiskus – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Para kardinal dijadwalkan bertemu di Roma, Italia, pada Selasa (22/4/2025) untuk merencanakan pemakaman Paus Fransiskus.

    Pemakaman tersebut akan dihadiri oleh para pemimpin dari seluruh dunia.

    “Semua kardinal yang saat ini berada di Roma telah diundang untuk berkumpul di Vatikan pada pukul 9 pagi, di mana mereka diharapkan untuk membuat rencana pemakaman,” menurut laporan France24, mengutip pernyataan resmi Vatikan pada hari Selasa.

    Selain itu, pertemuan para kardinal juga akan meninjau jalannya Gereja sehari-hari pada periode sebelum paus baru terpilih.

    Sebelumnya pada hari ini, Vatikan mengungkap penyebab kematian Paus Fransiskus dikonfirmasi dengan ekokardiogram.

    Surat kematian Paus Fransiskus menyebutkan kematiannya pada usia ke-88 tahun disebabkan karena stroke otak yang menyebabkan koma dan gagal jantung ireversibel.

    Dokumen itu juga menyebutkan masalah kesehatan Paus Fransiskus, termasuk kegagalan pernapasan akut akibat pneumonia polimikroba bilateral, bronkiektasis multipel, hipertensi, dan diabetes tipe 2.

    Sementara itu menurut surat wasiatnya, Paus Fransiskus mengatakan ia ingin dimakamkan secara sederhana di dalam tanah, tanpa hiasan khusus tetapi dengan tulisan “Fransiskus.”

    Berbeda dengan tradisi, Paus Fransiskus juga berpesan dalam surat wasiatnya bahwa ia ingin dimakamkan di Basilika Santa Maria Maggiore di Roma dan bukan di Basilika Santo Petrus.

    Vatikan mengatakan pihaknya memperkirakan upacara pemakaman Paus Fransiskus akan berlangsung antara Jumat, 25 April 2025 dan Minggu, 27 April 2025.

    Sejumlah pemimpin negara, termasuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Brasil Lula da Silva, mengonfirmasi akan menghadiri pemakaman Paus Fransiskus.

    “Melania dan saya akan menghadiri pemakaman Paus Fransiskus di Roma. Kami tak sabar untuk hadir di sana!” tulis Trump di akun media sosial Truth Social.

    Sementara itu pemerintah Brasil mengatakan Presiden Lula da Silva dan ibu negara Janja Lula da Silva akan melakukan perjalanan ke Roma untuk menghadiri pemakaman Paus Fransiskus, seperti diberitakan Reuters.

    Pada hari Senin, Vatikan mengumumkan wafatnya Paus Fransiskus pada pukul 7.35 waktu setempat.

    “Saya menyatakan bahwa Yang Mulia Paus Fransiskus (Jorge Mario Bergoglio), lahir di Buenos Aires (Argentina) pada tanggal 17 Desember 1936, penduduk Negara Kota Vatikan, warga negara Vatikan, meninggal pada pukul 7:35 pagi pada tanggal 21 April 2025, di apartemennya di kediaman Santa Marta,” bunyi pernyataan Vatikan pada hari Senin.

    Paus Fransiskus menghabiskan waktu lima minggu di rumah sakit awal tahun ini karena menderita radang paru ganda. 

    Namun, ia telah kembali ke rumahnya di Vatikan hampir sebulan yang lalu dan terlihat sudah mulai pulih.

    Paus Fransiskus muncul di Lapangan Santo Petrus pada hari Minggu (20/4/2025) saat Hari Paskah.

    Jorge Mario Bergoglio, yang menjadi Paus Fransiskus, lahir pada 17 Desember 1936, di Buenos Aires, Argentina, dari orang tua imigran Italia.

    Ia adalah paus pertama dari Amerika Latin dan seorang Jesuit.

    Jorge Mario Bergoglio terpilih menjadi Paus pada tanggal 13 Maret 2013.

    Ia menjalankan tugasnya sebagai Paus hingga kematiannya pada 21 April 2025. 

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Vatikan Umumkan Paus Fransiskus Wafat karena Stroke dan Gagal Jantung, Dikonfirmasi Prosedur EKG

    Vatikan Umumkan Paus Fransiskus Wafat karena Stroke dan Gagal Jantung, Dikonfirmasi Prosedur EKG

    GELORA.CO – Paus Fransiskus meninggal dunia karena stroke dan gagal jantung yang tidak dapat disembuhkan, kata dokter Vatikan Andrea Arcangeli dalam surat kematian yang dirilis pada Hari Senin untuk Paus berusia 88 tahun itu.

    Surat keterangan yang diterbitkan oleh Vatikan itu mengatakan, Paus telah mengalami koma sebelum meninggal pada hari Senin dini hari, dikutip dari Reuters 22 April.

    Direktur Direktorat Kesehatan dan Kebersihan Vatikan Dr. Andrea Arcangeli mengeluarkan sertifikat resmi kematian Paus Fransiskus.

    Kantor Pers Tahta Suci merilis laporan tersebut pada Senin malam.

    Penyebab kematian diidentifikasi sebagai stroke, diikuti oleh koma dan kolaps kardiosirkulasi ireversibel.

    Paus Fransiskus diketahui memiliki riwayat gagal napas akut yang disebabkan oleh pneumonia bilateral multimikroba, bronkiektasis multipel, tekanan darah tinggi, dan diabetes tipe II, kata laporan tersebut.

    Wafatnya Paus Fransiskus dikonfirmasi oleh “tanatografi elektrokardiografi,” kata laporan tersebut, prosedur pemantauan jantung yang lebih dikenal sebagai EKG.

    “Dengan ini saya nyatakan,” tulis Dr. Arcangeli, “bahwa penyebab kematiannya, sejauh pengetahuan dan penilaian saya, adalah seperti yang dinyatakan di atas,” dikutip dari Vatican News.

    Diberitakan sebelumnya, Vatikan mengumumkan Paus Fransiskus wafat pada Hari Senin pagi waktu setempat.

    “Saudara-saudari terkasih, dengan kesedihan yang mendalam saya harus mengumumkan kematian Bapa Suci kita Fransiskus,” Kardinal Kevin Farrell mengumumkan di saluran TV Vatikan.

    “Pukul 7:35 pagi ini Uskup Roma, Fransiskus, kembali ke rumah Bapa,” lanjut pengumuman itu. (*)

  • Vatikan: Paus Fransiskus Wafat karena Stroke, Koma, Gagal Jantung, dan Masalah Kesehatan Lainnya – Halaman all

    Vatikan: Paus Fransiskus Wafat karena Stroke, Koma, Gagal Jantung, dan Masalah Kesehatan Lainnya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Vatikan mengungkapkan Paus Fransiskus meninggal dunia karena stroke otak yang menyebabkan koma dan gagal jantung ireversibel.

    Paus Fransiskus mengalami koma sebelum meninggal dunia di Vatikan pada Senin (21/4/2025) pagi pukul 07.35 waktu setempat.

    Vatikan mengatakan kematian Paus Fransiskus pada usia 88 tahun itu dikonfirmasi dengan ekokardiogram.

    “Surat keterangan kematian yang dikeluarkan oleh Vatikan dan ditandatangani oleh direktur kesehatan dan kebersihan Vatikan, Profesor Andrea Arcangeli, menyatakan bahwa kematian dikonfirmasi melalui rekaman elektrokardiogram,” menurut laporan DW, mengutip pernyataan resmi Vatikan, Selasa (22/4/2025).

    Surat pernyataan itu mengatakan penyebab kematian Paus Fransiskus adalah stroke, koma, dan gagal kardiovaskular.

    Dokumen itu juga menyebutkan masalah kesehatan Paus Fransiskus, termasuk kegagalan pernapasan akut akibat pneumonia polimikroba bilateral, bronkiektasis multipel, hipertensi, dan diabetes tipe 2.

    Sebelumnya, Vatikan mengumumkan kematian Paus Fransiskus.

    “Saya menyatakan bahwa Yang Mulia Paus Fransiskus (Jorge Mario Bergoglio), lahir di Buenos Aires (Argentina) pada tanggal 17 Desember 1936, penduduk Negara Kota Vatikan, warga negara Vatikan, meninggal pada pukul 7:35 pagi pada tanggal 21 April 2025, di apartemennya di kediaman Santa Marta,” bunyi pernyataan Vatikan pada hari Senin.

    Kematiannya terjadi hampir sebulan setelah ia keluar dari rumah sakit karena pneumonia ganda.

    Wasiat Paus Fransiskus

    Dalam pernyataannya kepada publik, Vatikan juga mengungkap surat wasiat Paus Fransiskus.

    Menurut surat wasiat tersebut, Paus Fransiskus ingin dimakamkan di Basilika Kepausan Santa Maria Maggiore di Roma.

    Paus Fransiskus juga meminta agar dimakamkan di dalam tanah, tanpa hiasan khusus tetapi dengan tulisan “Fransiskus.” 

    Menurut hukum Gereja Katolik, pemakaman Paus Fransiskus harus dilakukan antara hari keempat dan keenam setelah kematiannya, seperti diberitakan Sky News.

    Sehingga, pemakaman diperkirakan akan dilaksanakan antara Jumat, 25 April, dan Minggu, 27 April.

    Peraturan gereja juga menetapkan Dewan Kardinal mengadakan sidang pertamanya untuk memilih paus baru antara hari ke-15 dan ke-20 setelah kematian paus.

    Sidang tersebut diperkirakan akan berlangsung antara tanggal 6 dan 10 Mei.

    Paus Fransiskus adalah paus pertama dari Amerika Latin dan seorang Jesuit, dan digambarkan memiliki pandangan reformis dan moderat.

    Jorge Mario Bergoglio, yang menjadi Paus Fransiskus, lahir pada 17 Desember 1936, di Buenos Aires, Argentina, dari orang tua imigran Italia.

    Ia terpilih menjadi Paus pada tanggal 13 Maret 2013 dan menjalankan tugasnya sebagai Paus hingga kematiannya pada 21 April 2025. 

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Mengenal Pneumonia Ganda Penyakit yang Diidap Paus Fransiskus Sebelum Wafat – Halaman all

    Mengenal Pneumonia Ganda Penyakit yang Diidap Paus Fransiskus Sebelum Wafat – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kabar duka datang dari Vatikan. Paus Fransiskus pemimpin pertama Gereja Katolik Roma yang berasal dari Amerika Latin yang wafat dalam usia 88 tahun. Kabar ini disampaikan oleh Vatikan melalui pernyataan video pada Senin (21/4/2025).

    Paus Fransiskus yang memiliki nama asli Jorge Mario Bergoglio, baru-baru ini sempat berjuang melawan pneumonia ganda yang serius sebelum akhirnya berpulang. Dilansir dari Very Well Health, pneumonia ganda secara teknis bukanlah istilah medis resmi.

    Pneumonia ganda, atau pneumonia bilateral adalah cara untuk menggambarkan infeksi pada kedua paru-paru.  Infeksi ini dapat disebabkan oleh bakteri, virus, atau jamur yang menyebabkan kantung udara di dalam paru-paru terisi cairan atau nanah.

    Kebanyakan orang yang terserang pneumonia kemungkinan besar telah terpapar bakteri pneumokokus atau virus flu . “Ketika seseorang terserang pneumonia, penyakit ini dapat menyerang mulai dari sebagian kecil dari satu paru-paru hingga sebagian besar dari kedua paru-paru,” tulis Very Well Health.

    Ketika pneumonia menyerang kedua paru-paru, penyakit ini jauh lebih parah daripada pneumonia yang hanya menyerang satu paru-paru. Saat terkena pneumonia di satu paru-paru, paru-paru yang sehat dapat mengatasinya sementara paru-paru yang terkena pneumonia pulih.

    Namun, ketika terkena pneumonia bilateral, maka pasien tidak memiliki kemewahan untuk memiliki satu paru-paru yang baik untuk menggantikannya.  

    Hal ini membuat pasien berada dalam kondisi yang lebih rapuh. Gejala pneumonia ganda tidak jauh berbeda dengan pneumonia biasa. Diantaranya, batuk produktif, demam, bibir atau kuku berwarna biru atau ungu, kebingungan (lebih sering terjadi pada mereka yang berusia di atas 65 tahun), pernapasan cepat, atau kesulitan bernapas.

    Gejala lain yang dirasakan adalah kelelahan ekstrem, peningkatan denyut nadi, nyeri dada yang tajam dan menusuk saat bernapas atau batuk.

    “Jika mengalami kesulitan bernapas, nyeri dada, batuk terus-menerus, atau demam di atas 102°F yang tidak mudah dikendalikan, sebaiknya hubungi dokter perawatan primer untuk membuat janji temu,” tegasnya.

    Selain itu ada beberapa gejala yang menunjukkan infeksi lebih parah dengan potensi menyebabkan kondisi kronis yang lebih serius seperti gagal ginjal, keracunan darah hingga mungkin kematian.

    Pneumonia biasanya disebabkan oleh salah satu dari tiga hal yaitu bakteri, virus dan jamur.  

    Pneumonia juga dapat terjadi jika makanan, cairan, atau benda lain selain udara masuk ke paru-paru. Kondisi ini dikenal sebagai pneumonia aspirasi.

    Beberapa orang memiliki risiko lebih tinggi terkena pneumonia karena usia atau kondisi kesehatan yang mendasarinya.

    Beberapa faktor risiko untuk pneumonia ganda meliputi:

    1. Berusia kurang dari 2 tahun.
    2. Berusia lebih dari 65 tahun.
    3. Kekurangan gizi.
    4. Merokok dan mereka yang terpapar asap rokok secara berlebihan.
    5. Mengidap penyakit kronis seperti diabetes , anemia sel sabit dan penyakit jantung.
    6. Mengidap penyakit paru-paru seperti PPOK , fibrosis kistik , atau asma.
    7. Mereka yang mengalami kesulitan menelan karena stroke atau kondisi neurologis lainnya.
    8. Orang yang baru saja terserang flu atau pilek
    9. Mereka yang berjuang melawan. penyalahgunaan narkoba atau alkohol.

  • Ada miliaran bakteri di kaki, bagaimana cara mencuci kaki yang baik dan benar? – Halaman all

    Ada miliaran bakteri di kaki, bagaimana cara mencuci kaki yang baik dan benar? – Halaman all

    Beberapa orang menggosok kaki setiap hari, sementara yang lain hanya membasuhnya dengan air ketika mandi. Apakah Anda sudah cukup membersihkan salah satu bagian penting anggota tubuh Anda itu?

    Ketika Anda memulai mandi dan meraih sabun, sebagian anggota tubuh menjadi ‘anak emas’, sementara yang lain tidak.

    Bagian ketiak misalnya, seseorang tidak akan ragu untuk membasuh dan menggosoknya berulang-ulang.

    Berbeda dengan ketiak, kaki menjadi bagian terjauh dari kepala Anda.

    Dengan begitu, Anda dapat melihatnya dengan mudah.

    Menurut para ahli, menyangkut kebersihan, kaki juga sama pentingnya untuk diperhatikan, sama dengan anggota tubuh lainnya.

    Pelayanan Kesehatan Britania Raya (NHS) dan Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) AS, menyarankan untuk mencuci kaki setiap hari dengan sabun. Salah satu alasannya untuk menghindari aroma tidak sedap.

    Telapak kaki mengandung 600 kelenjar keringat per sentimeter persegi kulit, lebih banyak dari bagian tubuh mana pun.

    Meskipun keringat itu sendiri tidak berbau, keringat mengandung campuran nutrisi garam, glukosa, vitamin, dan asam amino, yang menjadi ‘makanan prasamanan’ bagi bakteri yang hidup di sana.

    Tentu jumlah bakterinya tak terbayangkan banyaknya jika makanannya juga tersedia.

    “Kaki—terutama di antara jari-jari kaki—adalah area yang cukup lembap, hangat, dan basah, sehingga bisa menjadi tempat berkembang biak mikroba,” kata Holly Wilkinson, dosen penyembuhan luka di University of Hull di Inggris.

    Hal ini diperburuk dengan fakta bahwa kebanyakan orang membungkus kaki mereka dengan kaus kaki dan sepatu, memerangkap kelembapan di dalamnya.

    Jika Anda melihat satu sentimeter persegi bagian kulit manusia dengan lensa mikroskop, Anda akan menemukan sekitar 10.000 sampai 1.000.000 bakteri yang hidup di sana.

    Area kulit yang hangat dan lembap seperti kaki, dianggap sebagai tempat yang sangat ideal dan menjadi rumah bagi jumlah spesies terbanyak.

    Kaki adalah surga yang indah bagi bakteri Corynebacterium dan Staphylococcus, misalnya.

    Dalam hal jamur, kaki Anda yang berkeringat dianggap sebagai “tempat nyaman” bagi genus termasuk Aspergillus (patogen yang sering ditemukan di tanah), Cryptococcus, Epicoccum, Rhodotorula, Candida (sejenis ragi yang secara alami hidup di tubuh tetapi dapat menjadi patogen oportunistik), Trichosporon, dan lainnya.

    Faktanya, kaki manusia mengandung keanekaragaman hayati spesies jamur yang lebih besar daripada wilayah tubuh lainnya.

    Ini bisa jadi alasan Anda untuk rajin cuci kaki. Dalam sebuah penelitian, peneliti mengusap telapak kaki 40 sukarelawan. Mereka menemukan bahwa mencuci kaki memiliki dampak signifikan pada jumlah bakteri.

    Orang yang mencuci kaki dua kali sehari memiliki sekitar 8.800 bakteri yang hidup di setiap sentimeter persegi kulit.

    Mereka yang melaporkan mencuci setiap dua hari sekali memiliki lebih dari satu juta bakteri per sentimeter persegi.

    Namun, hanya karena telapak kaki kamu penuh dengan kehidupan mikroba, bukan berarti kaki Anda punya aroma yang tak menyenangkan atau ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

    Bukan tentang jumlahnya, melainkan jenis bakterinya yang harus menjadi perhatian.

    Staphylococcus adalah pemain kunci dalam menghasilkan asam lemak volatil (VFAs) yang bertanggung jawab atas bau kaki.

    Kelenjar keringat pada kulit kaki melepaskan campuran elektrolit, asam amino, urea, dan asam laktat yang kuat.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    Bakteri Staphylococcus menganggap ini sebagai hidangan yang sangat lezat dan dalam prosesnya, mengubah asam amino menjadi VFAs.

    Senyawa kimia utama yang menjadi penyebab adalah asam isovalerat, yang memiliki bau tidak sedap dan digambarkan memiliki ‘aroma keju/asam yang khas’.

    Perbandingan ini tepat, karena banyak keju mengandung campuran senyawa volatil yang serupa.

    Dalam sebuah penelitian tahun 2014, para peneliti mengusap kaki 16 subjek dan menemukan bahwa 98,6?kteri yang ada di telapak kaki adalah Staphylococci.

    Kadar VFAs, termasuk senyawa utama penyebab bau kaki yaitu asam isovalerat, juga meningkat secara signifikan di telapak kaki dibandingkan dengan bagian atas kaki.

    Secara keseluruhan, penelitian menyimpulkan bahwa intensitas bau kaki berkorelasi dengan jumlah total Staphylococcus yang ada—alasan lain untuk menggunakan sabun ketika cuci kaki.

    Namun, mencuci kaki bukan hanya tentang mencegah bau kaki seperti keju. Banyak penyakit dan masalah kaki dapat dicegah melalui kebersihan kaki yang baik.

    “Karena ruang kecil di antara jari-jari kaki, area ini sangat berisiko terkena infeksi mikroba,” kata Joshua Zeichner, profesor dermatologi di Mount Sinai Hospital di New York.

    “Ini dapat menyebabkan gatal, bengkak, dan bau tidak sedap. Ketika lapisan kulit terganggu, ini juga dapat meningkatkan risiko mikroorganisme menyerang kulit dan menyebabkan infeksi jaringan lunak yang lebih signifikan yang dikenal sebagai selulitis,” katanya.

    Menurut Zeichner, masalah yang paling umum adalah timbulnya kutu air, yang merupakan infeksi jamur superfisial pada kulit kaki.

    Jamur penyebab kutu air tumbuh subur di lingkungan yang hangat, gelap, dan lembap—oleh karena itu kondisi ini paling sering menyerang area di antara jari-jari kaki.

    Jaga area ini tetap bersih dan kering, dan Anda menghilangkan lingkungan yang sempurna bagi jamur.

    Ini adalah hal yang baik, karena kutu air dapat menyebabkan serangkaian gejala yang tidak menyenangkan seperti gatal, ruam bersisik, kulit mengelupas, dan pecah-pecah pada telapak kaki dan di antara jari-jari kaki Anda.

    Menjaga kebersihan kaki juga dapat mencegah infeksi kulit, seperti yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus atau Pseudomonas.

    Meskipun bakteri ini secara alami ada di kulit Anda, jika masuk ke aliran darah melalui luka, hal ini dapat menyebabkan infeksi serius.

    Bahkan infeksi staph ringan dapat menyebabkan bisul—benjolan berisi nanah yang terbentuk di bawah kulit di sekitar folikel rambut atau kelenjar minyak.

    “Kaki lebih rentan terhadap infeksi karena terdapat biomassa bakteri yang cukup banyak di sana, dan juga jika Anda memiliki retakan atau luka pada kaki Anda, cenderung sembuh lebih lambat daripada area tubuh lainnya,” kata Wilkinson.

    “Dalam situasi seperti itu, ada kemungkinan lebih besar bahwa jika Anda mengalami cedera, patogen dapat masuk ke luka tersebut, berkembang biak, dan tumbuh berlebihan.”

    Meski infeksi kulit masih dapat terjadi ketika Anda menjaga kebersihan kaki dengan baik, mencuci kaki secara teratur mengurangi jumlah bakteri yang ada.

    Jadi, jika Anda mengalami luka, akan ada lebih sedikit mikroba di sekitar yang dapat masuk ke aliran darah.

    Mencuci kaki secara teratur sangat penting terutama bagi orang dengan diabetes, suatu kondisi yang membuat orang rentan terhadap ulkus dan infeksi kulit.

    Penelitian telah menunjukkan bahwa kaki pasien diabetes mengandung proporsi bakteri patogen yang lebih tinggi yang berada di kulit.

    “Mereka [mikroba] ada di sana menunggu kesempatan untuk menyebabkan infeksi. Jadi, sangat penting bagi orang dengan diabetes untuk menjaga kebersihan kaki mereka, karena mereka lebih berisiko terkena infeksi karena hal itu,” kata Wilkinson.

    Lebih buruk lagi, orang dengan diabetes juga memiliki respons kekebalan tubuh yang terganggu, jadi jika mereka terkena infeksi, tubuh mereka tidak dapat melawannya.

    Pasien diabetes juga rentan terhadap luka, goresan, dan borok di kaki yang tidak sembuh.

    Jika ini tidak terdeteksi sejak dini, maka jari kaki, kaki, atau bahkan anggota tubuh mungkin perlu diamputasi.

    “Jika Anda orang dengan diabetes yang tidak terkontrol, Anda mungkin mengalami kerusakan saraf di kaki Anda, sehingga Anda tidak dapat merasakan kaki Anda dengan baik,” kata Wilkinson.

    “Tindakan mencuci saja memungkinkan Anda untuk memeriksa kaki Anda dengan benar untuk setiap abrasi kecil atau kekeringan yang dapat menyebabkan infeksi.”

    Karena alasan itu, Wilkinson—dan badan amal seperti Diabetes UK— merekomendasikan agar pasien diabetes mencuci kaki mereka setiap hari.

    Namun, bagaimana dengan orang lain? Beberapa ahli berpendapat bahwa bagi kebanyakan orang, mencuci kaki setiap hari hanya memberikan sedikit manfaat kesehatan, dan bahkan dapat meningkatkan risiko masalah kulit.

    Bagaimanapun, kulit bergantung pada komunitas mikroba bermanfaatnya untuk menjalankan fungsi-fungsi penting.

    Mereka menolak bakteri berbahaya, menghasilkan lipid yang menjaga kulit tetap terhidrasi dan lentur, dan bahkan membantu memperbaiki luka.

    Mencuci dan menggosok secara intensif dapat menghilangkan spesies bermanfaat ini, terutama jika airnya panas. Akibatnya, kulit bisa menjadi kering, iritasi, atau gatal.

    Kulit yang pecah-pecah dapat memungkinkan bakteri menembus lapisan pelindung kulit yang biasanya tidak dapat ditembus, meningkatkan kemungkinan infeksi.

    “Mencuci kulit secara berlebihan dapat mengganggu lapisan pelindung kulit, menghilangkan minyak alami kulit, yang berkontribusi pada kekeringan dan peradangan,” kata Zeichner. Ini menyebabkan kulit gatal dan kering serta dapat memperburuk kondisi seperti eksim.

    “Penting juga untuk tidak menggosok atau mengeksfoliasi kulit kaki secara berlebihan,” kata Zeichner.

    “Kapalan berkembang karena trauma sehari-hari. Namun sebenarnya kapalan melindungi kaki dari lingkungan. Menghilangkan kapalan menghilangkan perlindungan itu.”

    Ada juga kekhawatiran bahwa sabun antibakteri dapat mengganggu keseimbangan mikroorganisme yang rapuh di kulit, membunuh spesies bermanfaat dan memungkinkan munculnya strain patogen yang lebih kuat dan resisten terhadap antibiotik.

    Terakhir, sistem kekebalan tubuh kita perlu ditantang sampai batas tertentu oleh mikroba agar dapat menjalankan tugasnya.

    Jika kita tidak melakukan kontak dengan aliran bakteri dan virus yang stabil di masa kanak-kanak, maka tubuh kita tidak belajar bagaimana merespons serangan dengan benar.

    Beberapa ahli percaya bahwa mandi terlalu sering justru dapat kontraproduktif bagi Anda karena alasan ini.

    Jadi, kita kembali ke pertanyaan abadi, seberapa sering kita harus mencuci kaki? Jawabannya sebagian bergantung pada individu.

    “Bagi pasien diabetes, 100% disarankan untuk mencuci kaki setiap hari,” kata Wilkinson.

    “Tetapi jika Anda tidak memiliki kondisi kesehatan mendasar, ahli dermatologi cenderung menyarankan bahwa setiap beberapa hari lebih dari cukup untuk menjaga kebersihan yang baik, tanpa menghilangkan terlalu banyak minyak alami pada kulit Anda.”

    Namun, Wilkinson menunjukkan bahwa jika Anda adalah seseorang yang suka berlari atau berolahraga di pusat kebugaran, maka Anda jelas perlu mencuci kaki lebih sering daripada seseorang yang kurang aktif.

    Bukan hanya frekuensi mencuci yang penting. Cara Anda mencuci dan mengeringkan kaki juga memiliki implikasi kesehatan.

    “Banyak orang berpikir bahwa jika Anda mandi dan membiarkan air mengalir begitu saja, itu sama dengan mencuci kaki, tetapi bukan—Anda perlu benar-benar mencuci kaki Anda dengan air sabun,” kata Wilkinson.

    Namun, menurut Dan Baumgardt, seorang dokter umum dan dosen neurosains dan fisiologi di University of Bristol di Inggris, hal terpenting yang ia tekankan kepada pasien adalah memastikan Anda mengeringkan kaki dengan benar.

  • Benarkah Nyeri Pinggang Tanda Sakit Ginjal? Ini Penjelasan Dokter

    Tanda-tanda Ginjal Rusak yang Tak Boleh Diabaikan, Perlu Segera ke Dokter

    Jakarta

    Merawat ginjal sangat penting untuk kesehatan secara keseluruhan, karena organ vital ini berperan penting dalam menjaga kesehatan. Mengabaikan kesehatan ginjal dapat menyebabkan berbagai masalah termasuk disfungsi ginjal, darah dalam urine yang bisa berujung cuci darah.

    Penyakit ginjal dapat menyerang individu dari segala usia. Oleh karena itu penting untuk mengenali tanda-tanda ginjal rusak dan segera mencari pertologan medis agar mencegah perburukan kondisi.

    Dikutip dari Medical Daily, berikut tanda-tanda kerusakan ginjal yang tak boleh diabaikan.

    Tanda-tanda ginjal rusak

    Kulit kering dan gatal

    Kulit kering dan gatal dapat menjadi indikasi penyakit mineral dan tulang, yang sering dikaitkan dengan disfungsi ginjal. Hal ini terjadi ketika ginjal tidak lagi mampu menjaga keseimbangan mineral dan nutrisi yang tepat dalam aliran darah.

    Sleep apnea

    Tidak cukup tidur di malam hari? Periksakan segera kesehatan ginjal. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa sleep apnea atau gangguan tidur merupakan penanda penyakit ginjal stadium lanjut.

    Kram otot

    Pasien dengan penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) tingkat lanjut umumnya mengalami nyeri muskuloskeletal kronis yang secara signifikan memengaruhi kesejahteraan dan kualitas hidup mereka secara keseluruhan.

    Nafsu makan berkurang

    Penurunan nafsu makan secara tiba-tiba dapat mengindikasikan penyakit ginjal. Kadar ghrelin terasilasi yang rendah dan kadar sitokin proinflamasi yang tinggi (TNF-α dan IL-6) diamati pada pasien dengan penyakit ginjal kronis, yang dapat menjadi alasan utama di balik keengganan terhadap makanan.

    Sering ingin buang air kecil

    Penyakit ginjal mungkin tidak secara langsung menyebabkan peningkatan frekuensi buang air kecil. Namun, jika terjadi penyakit ginjal, seseorang dapat mengalami peningkatan produksi urine di malam hari bersamaan dengan masalah lain seperti tekanan darah tinggi dan diabetes. Meningkatnya frekuensi buang air kecil juga dapat mengindikasikan masalah prostat pada pria.

    Penyakit ginjal tidak selalu berakibat fatal, tetapi dokter menyarankan untuk mencari perhatian medis saat penyakit tersebut dalam tahap ringan.

    Tingkat kerusakan ginjal apa pun dapat didiagnosis melalui tes darah dan urine yang ditargetkan. Mengelola kadar gula darah dan tekanan darah juga penting untuk menjaga ginjal berfungsi dengan baik.

    (kna/kna)

  • 8 Minuman untuk Membersihkan Ginjal Secara Alami

    8 Minuman untuk Membersihkan Ginjal Secara Alami

    Jakarta

    Ginjal memiliki tugas yang sangat penting dalam tubuh manusia. Organ yang terletak pada kedua sisi tulang belakang ini berfungsi menyaring racun dan zat limbah dari dalam darah untuk dikeluarkan melalui urine.

    Tak hanya itu, ginjal juga berperan penting dalam mendukung produksi sel darah merah, menjaga keseimbangan cairan tubuh, memproduksi hormon tertentu, dan lain sebagainya.

    Karena ginjal memiliki fungsi-fungsi yang penting, kesehatannya tentu harus selalu dijaga. Nah, salah satu cara alami untuk menjaga kesehatan ginjal adalah dengan mengonsumsi minuman untuk ‘membersihkan’ ginjal.

    Sebagai catatan, minuman-minuman ini tidak benar-benar membersihkan ginjal, melainkan membantu ginjal agar dapat menjalankan fungsinya dengan optimal. Dikutip dari berbagai sumber, berikut beberapa minuman ‘pembersih’ ginjal yang dapat dicoba.

    1. Air Putih

    Sekitar 60 persen bobot tubuh manusia berasal dari air. Setiap organ dalam tubuh, seperti otak, hati, dan ginjal, membutuhkan air agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik.

    Dikutip dari Healthline, ginjal membutuhkan air untuk bisa mengeluarkan urine. Jika kadar air dalam tubuh rendah, jumlah urine yang dikeluarkan pun sedikit. Hal ini dapat berujung pada sejumlah gangguan ginjal, seperti batu ginjal dan infeksi saluran kemih.

    Oleh karena itu, penting untuk memastikan tubuh tetap terhidrasi dan mengonsumsi air putih yang cukup setiap hari. Orang dewasa dianjurkan untuk sedikitnya minum 2 liter atau delapan gelas air per hari. Namun, jumlah ini dapat berubah tergantung tingkat aktivitas, kondisi kesehatan, dan faktor-faktor lainnya.

    2. Jus Cranberry

    Jus cranberry kaya akan antioksidan. Dikutip dari GoodRx, antioksidan dapat membantu mengurangi peradangan dalam tubuh.

    Antioksidan dalam jus cranberry juga dapat membantu mengurangi risiko terkena infeksi saluran kemih (ISK). Para peneliti percaya hal ini terjadi karena jus cranberry mencegah bakteri menempel pada saluran kemih.

    Terkadang, ISK dapat memengaruhi ginjal ketika infeksi menjalar ke saluran kemih dan masuk ke ginjal. Kondisi ini disebut pielonefritis. Para ilmuwan berpendapat jus cranberry dapat membantu mencegah pielonefritis dengan mengganggu bakteri yang menempel di dinding ginjal.

    3. Jus Wortel

    Meskipun penelitian belum melihat efek jus wortel pada ginjal manusia, beberapa penelitian pada hewan menunjukkan hasil yang menarik.

    Dalam sebuah penelitian terhadap tikus, akar wortel terbukti dapat membantu melindungi ginjal tikus yang diberi obat perusak ginjal. Penelitian lain juga menunjukkan akar wortel dapat mencegah kerusakan ginjal.

    4. Jus Bit

    Jus bit juga memiliki efek antioksidan yang baik untuk kesehatan ginjal. Dikutip dari Good Rx, sebuah penelitian menemukan jus bit dapat membantu mencegah dan memulihkan kerusakan pada ginjal tikus yang mengalami diabetes.

    Beberapa bukti juga menunjukkan jus bit dapat membantu mengatasi tekanan darah tinggi, salah satu kondisi yang dapat memperburuk kesehatan ginjal.

    5. Sari Cuka Apel

    Dikutip dari Advanced Urology Institute, sari cuka apel efektif mencegah terjadinya stres oksidatif pada ginjal. Stres oksidatif adalah kondisi ketika jumlah radikal bebas dalam tubuh melebihi kapasitas tubuh untuk menetralkannya.

    Selain itu, sari cuka apel juga dapat meningkatkan jumlah antioksidan di dalam tubuh, menyeimbangkan kadar gula darah dan mengurangi tekanan darah, yang mana menunjang kesehatan ginjal. Sari cuka apel juga mengandung asam nitrat yang dapat meluruhkan batu ginjal.

    6. Jus Lemon

    Dikutip dari Advanced Urology Institute, jus lemon memiliki sifat asam dan dapat meningkatkan kadar sitrat dalam urine, sehingga dapat menghambat pembentukan batu ginjal.

    Tak hanya itu, jus lemon juga membantu ginjal menyaring serta membuang racun dari dalam darah.

    7. Jus Semangka

    Semangka adalah salah satu buah yang memiliki sifat diuretik sehingga dapat membantu membuang kelebihan garam dan air dari dalam tubuh melalui urine.

    Semangka juga mengandung likopen yang dapat meningkatkan kesehatan kardiovaskular dan menjaga fungsi kerja ginjal. Selain itu, semangka juga kaya akan kalium yang dapat mencegah terjadinya pembentukan batu ginjal.

    8. Jus Delima

    Jus delima juga mengandung kalium yang dapat membantu menurunkan tingkat keasaman pada urine. Selain itu, jus delima juga dapat membatasi kristalisasi mineral, mencegah pembentukan batu ginjal, dan membantu ginjal membuang racun serta limbah dari dalam tubuh.

    (ath/naf)