Topik: diabetes

  • 4 Jenis Ikan yang Bikin Ginjal Lebih Sehat, Apa Saja?

    4 Jenis Ikan yang Bikin Ginjal Lebih Sehat, Apa Saja?

    Jakarta

    Penyakit ginjal kronis (PGK) menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di dunia. Data dari Global Burden of Disease Study 2020 menunjukkan lebih dari 850 juta orang di seluruh dunia hidup dengan gangguan ginjal. Salah satu faktor penting dalam mencegah dan mengelola PGK adalah pola makan, termasuk jenis protein yang dikonsumsi.

    Ikan merupakan sumber protein hewani yang umumnya lebih ramah bagi ginjal dibanding daging merah. Selain itu, kandungan asam lemak omega-3 dalam ikan berperan dalam mengurangi peradangan dan menjaga tekanan darah tetap stabil, dua faktor penting dalam mendukung fungsi ginjal.

    Berikut empat jenis ikan yang didukung oleh penelitian medis sebagai pilihan sehat untuk kesehatan ginjal:

    1. Salmon

    Salmon mengandung kadar tinggi asam lemak omega-3 EPA dan DHA yang telah terbukti memiliki efek anti-inflamasi. Sebuah penelitian dalam Journal of the American Society of Nephrology (JASN) menemukan omega-3 dari ikan seperti salmon membantu memperlambat penurunan laju filtrasi glomerulus (GFR), yang merupakan indikator utama fungsi ginjal.

    “Asupan omega-3 dari makanan laut berhubungan dengan penurunan risiko penyakit ginjal kronis secara signifikan,” tulis tim peneliti dalam BMJ (2023).

    Selain itu, salmon juga kaya akan vitamin D dan selenium, yang keduanya penting dalam menjaga sistem imun dan metabolisme tulang yang sering terganggu pada pasien PGK.

    2. Tuna

    Tuna, terutama dalam bentuk segar menjadi pilihan menyehatkan bagi ginjal. Menurut studi American Journal of Clinical Nutrition, konsumsi protein dari sumber laut seperti tuna memberikan manfaat protektif terhadap penurunan fungsi ginjal, terutama pada pasien dengan hipertensi atau diabetes, dua penyebab utama PGK.

    Namun, pengidap gangguan ginjal tetap perlu berhati-hati dengan konsumsi tuna kalengan karena kandungan natriumnya bisa tinggi. Pilih tuna dengan label rendah sodium atau tanpa tambahan garam.

    3. Mackerel

    Mackerel adalah ikan laut berlemak yang juga tinggi omega-3, vitamin B12, dan selenium. Dalam jurnal Nephrology Dialysis Transplantation (2022), disebutkan asupan rutin mackerel dikaitkan dengan perbaikan tekanan darah dan profil lipid pasien ginjal kronis stadium awal.

    Yang menarik, ikan ini juga mengandung koenzim Q10 dan vitamin A dalam jumlah moderat yang membantu menjaga kesehatan jantung.

    4. Sarden

    Meskipun berukuran kecil, sarden memiliki manfaat besar. Kandungan omega-3 dan vitamin D-nya sangat tinggi, tulang sarden mengandung kalsium yang bermanfaat bagi pasien dengan gangguan metabolisme tulang akibat PGK.

    Studi dalam Clinical Journal of the American Society of Nephrology mencatat konsumsi sarden 2-3 kali seminggu dapat meningkatkan kadar vitamin D pada pasien PGK tanpa menyebabkan kelebihan protein.

    Namun, perlu diingat, pilih sarden yang tidak diasinkan dan tanpa tambahan saus tomat tinggi gula/natrium.

    Asam lemak omega-3 membantu mengurangi stres oksidatif dan inflamasi dalam tubuh. Ini sangat penting bagi pasien ginjal karena ginjal yang rusak tidak mampu menangani stres metabolik seperti organ normal. Penelitian di BMJ (2023) menunjukkan bahwa mereka yang mengonsumsi omega-3 dari ikan secara rutin memiliki risiko PGK yang 13 persen lebih rendah dibanding yang tidak.

    Cara Aman Konsumsi Ikan bagi Pasien Ginjal

    Pilih ikan yang dikukus, direbus, atau dipanggang tanpa garam tambahan.Hindari ikan yang diasinkan, diasap, atau digoreng berulang.Konsumsi 2-3 porsi ikan per minggu dalam ukuran sedang (sekitar 85-100 gram per porsi).Jika dalam tahap lanjut PGK, konsultasikan dengan ahli gizi mengenai jumlah protein harian yang tepat.

    Memasukkan ikan sehat seperti salmon, tuna, mackerel, sarden, dan herring ke dalam pola makan seimbang dapat membantu memperkuat fungsi ginjal dan mengurangi risiko komplikasi. Dengan memilih jenis ikan yang tepat dan cara pengolahan yang sehat, bisa menjaga ginjal tetap optimal tanpa mengorbankan rasa makanan.

    (naf/kna)

  • Tekanan Darah Tinggi Terus? Bisa Jadi Hipertensi Resisten, Waspadai Ciri-cirinya

    Tekanan Darah Tinggi Terus? Bisa Jadi Hipertensi Resisten, Waspadai Ciri-cirinya

    Jakarta

    Masyarakat mungkin sudah familiar dengan hipertensi atau tekanan darah tinggi. Namun, pernahkah mendengar istilah hipertensi resisten?

    Hipertensi resisten bukanlah kondisi tekanan darah tinggi biasa. Lantas, apa itu hipertensi resisten?

    Dikutip dari Cleveland Clinic, hipertensi resisten adalah tekanan darah tinggi yang bisa mencapai 140/90 mmHg atau lebih dari itu, meski sudah mengonsumsi obat.

    Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah masalah kesehatan utama yang membuat seseorang berisiko terkena penyakit kardiovaskular atau jantung dan pembuluh darah. Seseorang dapat didiagnosis dengan hipertensi resisten setelah enam bulan pengobatan tidak kunjung membuahkan hasil.

    Studi klinis saat ini tengah meneliti prosedur yang dapat membantu orang dengan kondisi hipertensi resisten di masa mendatang.

    Penyebab Hipertensi Resisten

    Penyebab hipertensi resisten bisa berupa gaya hidup tidak sehat, faktor obat-obatan, dan kondisi lain. Berikut beberapa hal yang berperan sebagai penyebab hipertensi resisten:

    Indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25.Kurangnya aktivitas fisik.Terlalu banyak mengonsumsi makanan tinggi garam.Konsumsi alkohol berlebihan.Obat-obatan dan pengobatan.

    Berbagai macam obat, termasuk obat resep dan obat bebas, dapat mempersulit pengelolaan tekanan darah. Misalnya seperti:

    Obat pereda nyeri, terutama NSAID (obat antiinflamasi nonsteroid) seperti ibuprofen dan naproxen.Dekongestan hidung.Kontrasepsi oral (pil KB).Ginseng, akar manis, atau produk herbal lainnya.

    Penyebab Sekunder Hipertensi Resisten

    Terkadang, penyebab sekunder yang dapat diobati dapat menjadi sumber hipertensi resisten. Contoh penyebab sekunder yang meningkatkan tekanan darah meliputi:

    Hiperaldosteronisme primer, saat kelenjar adrenal memproduksi terlalu banyak hormon tertentu.Stenosis arteri renalis, penyempitan arteri ke ginjal.Penyakit ginjal kronis (CKD).Sleep apnea.Feokromositoma, tumor di kelenjar adrenal (meski kurang umum terjadi).Penyempitan aorta (meski kurang umum terjadi).Sindrom Cushing, produksi berlebihan beberapa hormon steroid (meski kurang umum terjadi).

    Faktor Risiko Hipertensi Resisten

    Seseorang lebih berisiko mengalami hipertensi resisten jika mengalami:

    Mengidap penyakit ginjal kronis.Mengidap diabetes.Lebih banyak dialami wanita.

    Gejala Hipertensi Resisten

    Beberapa orang dapat bertahun-tahun tidak menyadari bahwa mereka mengidap hipertensi. Tetapi, tekanan darah tinggi yang tidak diobati dapat berbahaya untuk kesehatan.

    Kebanyakan orang mungkin tidak pernah merasakan gejala saat mengalami tekanan darah tinggi. Tetapi, beberapa orang mungkin mengeluhkan sakit kepala, tekanan di dada, atau sesak napas.

    Umumnya, orang dengan kondisi hipertensi harus selalu dipantau tekanan darahnya oleh dokter, terutama pada kelompok lansia. Bisa juga dengan rutin melakukan pemeriksaan tekanan darah dengan alat tensi darah yang bisa dibeli di toko.

    Senada dengan itu, spesialis jantung dan pembuluh darah dr Faris Basalamah, SpJK(K), mengatakan bahwa kondisi hipertensi resisten dapat terjadi pada siapa saja. Terutama pada orang dengan tekanan darah yang sulit dikendalikan, meski sudah minum obat.

    “Itu adalah kondisi kegagalan untuk mengontrol tekanan darah, meskipun telah mengkonsumsi dosis maksimum dari obat yang diberikan dokter,” lanjut dia beberapa waktu lalu.

    Menurut dr Faris, pada orang dengan kondisi hipertensi resisten bisa saja tidak menunjukkan gejala sama sekali, dalam waktu berbulan-bulan hingga bertahun-tahun. Tetapi, kondisi tersebut nantinya dapat memicu serangan jantung, stroke, hingga gangguan ginjal.

    (sao/naf)

  • Diduga Jadi Alasan Kuat Mukbang, Lambung Tzuyang Kok Lebih Besar? Ini Kata Dokter

    Diduga Jadi Alasan Kuat Mukbang, Lambung Tzuyang Kok Lebih Besar? Ini Kata Dokter

    Jakarta

    Tzuyang atau Park Jung-won diketahui memiliki ukuran lambung 40 persen lebih besar daripada rata-rata manusia. Inilah yang menjadi ‘rahasia’ mengapa dirinya bisa menelan banyak makanan dalam konten mukbangnya.

    Sebagai informasi, Tzuyang belum lama ini melakukan pemeriksaan medis menyeluruh, meliputi endoskopi, gastroskopi, hingga kolonoskopi. Beberapa tes ini membuat dokter terkejut akan hasilnya.

    Dikutip dari Korea Times, diketahui bahwa Tzuyang memiliki volume lambung lebih besar, indeks massa tubuh (BMI) 17,5. Padahal dengan berat badan dan tinggi badannya, BMI Tzuyang normalnya di angka 20-22. Selain itu, Hemoglobin terglikosilasi (HbA1c) Tzuyang ada di level 5,2 persen.

    Lalu, bagaimana bisa Tzuyang memiliki ukuran lambung 40 persen lebih besar?

    Menjawab hal ini, spesialis penyakit dalam dr Aru Ariadno, SpPD-KGEH mengatakan ukuran lambung seseorang umumnya dipengaruhi oleh genetik atau berat badan.

    “Di luar itu, lambung itu bersifat elastis. Bisa mengembang tergantung kebiasaan makan orangnya. Pada orang-orang obesitas biasanya memiliki ukuran lambung yang lebih besar dari orang biasa,” kata dr Aru saat dihubungi detikcom, Jumat (2/5/2025).

    “Orang yang biasa makan banyak dan sering juga biasanya memiliki lambung yang besar. Jadi tergantung kesehariannya dan faktor genetik,” sambungnya.

    Kebiasaan mukbang atau makan dalam porsi jumbo ini, menurut dr Aru yang mungkin menjadi penyebab mengapa Tzuyang memiliki ukuran lambung lebih besar daripada orang lain.

    Di sisi lain, ukuran lambung yang besar, selain dapat menyimpan lebih banyak makanan juga berarti kerja organ tersebut menjadi lebih berat. Mereka dalam kondisi ini, menurut dr Aru lebih berisiko mengalami beberapa penyakit kronis jika tidak menjaga kesehatannya.

    “Justru kerja lambung lebih berat dalam mencerna makanan. Akibatnya mudah timbul gangguan pencernaan sampai gangguan metabolik seperti diabetes melitus, hipertensi, sampai gangguan kolesterol,” tutupnya.

    (dpy/naf)

  • Konsumsi Minuman Berenergi Tiap Hari, Aman Nggak Sih?

    Konsumsi Minuman Berenergi Tiap Hari, Aman Nggak Sih?

    Jakarta

    Minuman berenergi kini marak ditemukan dengan berbagai merek. Minuman ini populer karena dianggap mampu memberikan stamina tambahan saat seseorang melakukan aktivitas yang berat. Tapi apakah aman jika diminum setiap hari?

    Dikutip dari Cleveland Clinic, umumnya minuman berenergi mengandung bahan-bahan yang bersifat sebagai stimulan seperti kafein, taurin, gula, vitamin, serta ekstrak herbal seperti ginseng dan guarana. Demi memberikan rasa-rasa, beberapa produk terkadang juga ditambahkan soda.

    Minuman berenergi ini menimbulkan pro dan kontra. Di satu sisi, minuman ini memiliki kandungan yang baik untuk tubuh, tetapi di sisi lain, kandungan tambahannya juga bisa mengundang masalah kesehatan.

    “Bahan-bahan ini sendiri mungkin memiliki beberapa manfaat kesehatan, seperti mendukung kesehatan otak dan jantung, meningkatkan energi dan fokus, serta manfaat antioksidan dan anti-inflamasi. Namun, bila Anda menggabungkannya dengan kafein tambahan dan gula tambahan dalam minuman berenergi, hal itu bisa menjadi resep bencana,” kata ahli diet Amber Sommer, RD, LD.

    [Gambas:Instagram]

    Sommer menambahkan bahwa mengonsumsi minuman energi sesekali bagi orang yang sehat kemungkinan besar tidak berbahaya. Namun, mengonsumsinya setiap hari, bisa menimbulkan masalah kesehatan.

    “Kombinasi kafein dan gula tambahan dalam minuman berenergi dikaitkan dengan penurunan sensitivitas insulin dan peningkatan gula darah, sehingga mungkin bukan pilihan yang cerdas bagi mereka yang menderita diabetes,” kata Sommer.

    Selain itu, ada beberapa masalah lain yang mungkin muncul, seperti kecemasan, depresi, diare, halusinasi, sakit kepala, mual, takikardia, kerusakan gigi, hingga stroke.

    “Jika Anda mengonsumsinya dalam jumlah berlebihan dan menggabungkannya dengan efek stimulan dari bahan tambahan, seperti guarana, efek psikologis dan neurologisnya dapat meningkat,” kata Sommer.

    “Efek ini juga dapat menimbulkan efek kardiovaskular, seperti peningkatan denyut jantung dan tekanan darah, dan bahkan dapat menyebabkan stroke,” tutupnya.

    (dpy/up)

  • Selain Genetik, Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak Bisa Dipengaruhi Lingkungan – Halaman all

    Selain Genetik, Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak Bisa Dipengaruhi Lingkungan – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi IDAI, DR Dr. Nur Rochmah sampaikan diabetes melitus (DM) tipe 1 yang dialami anak dipengaruhi risiko genetik hingga faktor lingkungan. 

    “Patogenesisnya jadi ada proses kerentanan genetik ada gen yang berperan ini, kalau terpicu faktor lingkungan itu baru manifest, jadi proses autoimun,” ungkapnya dalam media talk yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) secara daring, Jumat (2/5/2025). 

    Ia menjelaskan meskipun Diabetes Melitus tipe 1 pada anak dikaitkan dengan faktor genetik, ternyata itu hanya sekitar 20 persen menyumbangkan faktor risiko.

    Namun, pada beberapa kondisi DM tipe 1 dipicu karena proses autoimun, di mana itu sudah terjadi beberapa tahun sebelumnya

    “Ada faktor genetik ber disposisi ketemu faktor lingkungan dan ini bisa kekurangan vitamin D, bisa infeksi sebelumnya. Kemudian selama bertahun-tahun terjadi destruksi dan ketika pasien datang ke kita dengan gejala itu sudah tinggal 10 persen insulin secara teorinya,” paparnya lagi. 

    Faktor risiko genetik, kata dr Nur bisa dilakukan upaya pencegahan dengan pemberian vitamin D.

    “Faktor risiko dari genetik menjadi manifest itu hanya sekitar 20 persen, jadi bagaimana supaya tetap silent? Bisa memberikan pola hidup yang baik, terus ada peran vitamin D juga di situ untuk primary prevention ya, lifestyle yang sehat,” imbuhnya. 

    Lebih lanjut pada kesempatan yang sama Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dokter spesialis anak konsultan kardiologi Piprim Basarah Yanuarso ungkap kasus diabetes melitus tipe 1 masih banyak yang tidak terdiagnosis. 

    Umumnya, pasien baru datang jika kondisi sudah parah atau stadium lanjut.

    “Masalahnya adalah masih banyak kasus diabetes melitus tipe 1 yang tidak terdiagnosis atau salah diagnosis.”

    “Jadi, anak-anak yang terdeteksi diabetes ini (sudah) dalam kondisi yang sudah berat, baru ketahuan,” ungkapnya pada media briefing virtual, Jumat (2/5/2025). 

    Diabetes melitus tipe 1 adalah kondisi penyakit autoimun di mana pankreas tidak bisa memproduksi atau sedikit sekali produksi insulin.

    Berbeda dengan diabetes tipe 2 yang memang disebabkan oleh gaya hidup, sehingga bisa menyerang siapa saja. 

    Menurut dr Piprim, salah satu penyebab terlambatnya deteksi dini adalah karena kurangnya kesadaran akan gaya hidup sehat. 

    Selain itu, masih banyak masyarakat yang belum begitu mengenal gejala atau tanda dari penyakit ini. 

     

  • Selain Genetik, Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak Bisa Dipengaruhi Lingkungan – Halaman all

    5 Langkah Tata Laksana Agar Kadar Gula Anak dengan Diabetes Melitus Tipe 1 Tetap Stabil – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menjaga kadar gula anak dengan diabetes melitus tipe 1 agar tetap stabil adalah salah satu upaya mencegah terjadinya komplikasi. 

    Lantas, bagaimana menjaga kadar gula darah anak dengan diabetes tetap stabil?

    Terkait hal ini, Dokter Spesialis Anak, DR Dr. Nur Rochmah, Sp.A, Subsp.Endo(K), dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Endokrinologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) beri penjelasan. 

    Setidaknya ada lima langkah tata laksana agar gula anak dengan diabetes melitus tipe 1 stabil. 

    “Untuk cara menjaga kadar gula darah anak dengan diabetes tetap stabil, itu ada lima langkah tata laksana,” ungkapnya dalam media talk yang digelar Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) secara daring, Jumat (2/5/2025). 

    Berikut lima langkah tata laksana tersebut:

    Penberian insulin

    Anak dengan diabetes melitus tipe 1 tidak memiliki insulin. 

    Hal ini disebabkan pankreas tidak dapat memproduksi insulin secara memadai. 

    Insulin sendiri merupakan hormon penting yang berfungsi mengatur kadar gula darah dalam tubuh.

    “Karena tidak memiliki insulin jadi kita berikan insulin,” imbuhnya.

    2. Pola makan seimbang

    Anak dengan diabetes melitus tipe 1 butuh makanan yang sehat.

    Namun orang tua tetap harus dihitung kalorinya. Kalori makanan untuk anak dengan diabetes tipe 1 ini harus diperhatikan.

    “Nanti akan dihitung sehari berapa, nanti dihitung pagi, siang, malam dan zat di antara makan besarnya berapa. Jadi anak dengan diabetes tipe satu tetap makan 3 kali dan snack 3 kali,” kata dr Nur lagi. 

    3. Aktivitas fisik

    Bukan hanya mengatur pola makan saja agar kadar gula darah seimbang. 

    Aktivitas fisik atau olahraga juga jadi hal penting yang perlu dilakukan. 

    Ini dikarenakan olahraga membantu tubuh memanfaatkan glukosa dengan baik dan membuat kerja insulin jadi lebih optimal.

    Aktivitas fisik menjadi salah satu cara efektif jaga keseimbangan gula darah dan mencegah lonjakan yang berbahaya.

    4. Pemberian edukasi

    Dr Nur Rochmah mengungkapkan edukasi menjadi kunci utama agar anak serta keluarga dapat memahami kondisi diabetes dan cara mengelolanya dengan baik. 

    Keluarga yang teredukasi dengan baik akan lebih mudah dalam mengambil langkah-langkah yang tepat dalam perawatan anak dengan diabetes.

    5. Monitoring gula secara mandiri

    Diketahui jika orang dengan diabetes melitus tipe 1 diharuskan melakukan pengecekan gula sebelum maka. 

    Pengecekan dilakukan untuk mengetahui berapa kadar gula darah, dan kemudian akan diberikan suntik insulin mandiri oleh pasien atau keluarga di rumah

    “Kemudian setelah disuntik 2 jam, dilakukan pemeriksaan gula darah untuk memastikan insulin yang diberikan sudah sesuai. Dan setiap 3 bulan, pasien perlu melakukan pemeriksaan HbA1c,” pungkasnya. 

  • Kasus Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak Masih Jarang Terdiagnosis – Halaman all

    Kasus Diabetes Melitus Tipe 1 pada Anak Masih Jarang Terdiagnosis – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dokter spesialis anak konsultan kardiologi Piprim Basarah Yanuarso ungkap kasus diabetes melitus tipe 1 masih banyak yang tidak terdiagnosis. 

    Menurut Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) ini, umumnya pasien baru datang jika kondisi sudah parah atau stadium lanjut.

    “Masalahnya adalah masih banyak kasus diabetes melitus tipe 1 yang tidak terdiagnosis atau salah diagnosis. 

    Jadi, anak-anak yang terdeteksi diabetes ini (sudah) dalam kondisi yang sudah berat, baru ketahuan,” ungkapnya pada media briefing virtual, Jumat (2/5/2025). 

    Diabetes melitus tipe 1 adalah kondisi penyakit autoimun di mana pankreas tidak bisa memproduksi atau sedikit sekali produksi insulin.

    Berbeda dengan diabetes tipe 2 yang memang disebabkan oleh gaya hidup, sehingga bisa menyerang siapa saja. 

    Menurut dr Piprim, salah satu penyebab terlambatnya deteksi dini adalah karena kurangnya kesadaran akan gaya hidup sehat. 

    Selain itu, masih banyak masyarakat yang belum begitu mengenal gejala atau tanda dari penyakit ini. 

    Padahal, kata dr Piprim, salah satu ciri yang mudah dikenali pada anak dengan diabetes melitus tipe 1 ini adalah berat badan yang berkurang atau kurus.  

    Selain itu anak yang alami penyakit ini juga menunjukkan tanda seperti haus berlebihan, kelaparan, kelelahan atau berkeringat. 

    Penanganan anak dengan diabetes melitus tipe 1 ini adalah diberikan insulin sepanjang usianya.

    Jika tidak tertangani dengan segera, anak berisiko mengalami berbagai komplikasi serius. Dan ini tentu saja bisa menganggu tumbuh kembang anak. 

    “Sebetulnya ini bisa dilakukan skrining untuk diabetes melitus tipe 1. Sehingga bisa terdeteksi lebih awal,” kata dr Piprim lagi. 

    Oleh karena itu, dr Piprim pun mengimbau kepada orang tua untuk lebih waspada dengan gejala diabetes tipe 1 ini. 

    Kalau muncul gejala yang mengarah pada diabetes melitus tipe 1, segera bawa anak ke fasilitas layanan kesehatan. 

    Sehingga anak bisa mendapatkan perawatan yang optimal. 

    Anak pun bisa tumbuh kembang dengan dengan baik dan mampu meraih cita-citanya.

    Selain itu pihaknya juga mendorong pemerintah untuk memastikan akses dan fasilitas di layanan kesehatan tersedia dengan baik. 

    Terlebih saat ini masih ditemukan anak-anak yang sulit mengakses insulin. 

    “Di daerah juga masih banyak anak-anak yang akses ke insulinnya terbatas, padahal diabetes tipe 1 ini dia independent insulin. Seumur hidupnya dia butuh sedikit insulin,”tegasnya. 

    Terakhir dr Piprim mengingatkan pada orang tua jika anak-anak perlu juga diajarkan bagaimana memantau gula darah dan cara menggunakan insulin.

  • Diolah dengan Cara Ini, Makanan Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Lebih Cepat

    Diolah dengan Cara Ini, Makanan Bisa Tingkatkan Risiko Kematian Lebih Cepat

    Jakarta

    Studi terbaru mengungkapkan konsumsi makanan dengan pemrosesan ultra (ultra processed food) dapat meningkatkan risiko kematian dini. Hal ini diketahui dari sebuah meta analisis yang melibatkan 240 ribu orang.

    Penulis studi dari School of Public Health di University of Sao Paulo Brazil, Carlos Augusto Monteiro menuturkan pihaknya mengamati konsumsi makanan ultra proses pada orang berusia 30-69 tahun.

    “Kami menemukan bahwa untuk setiap peningkatan 10 persen total kalori dari makanan ultra proses, risiko kematian dini meningkat hampir 3 persen,” kata Monteiro dikutip dari CNN, Jumat (2/5/2025).

    Monteiro adalah orang yang menciptakan istilah makanan ‘ultra proses’ pada tahun 2009. Istilah itu muncul saat ia mengembangkan NOVA, sebuah sistem klasifikasi makanan menjadi empat kelompok berdasarkan tingkat pemrosesan.

    Menurut definisi Monteiro, makanan ultra proses adalah makanan yang mengandung sedikit atau tidak mengandung makanan utuh sama sekali. Makanan ini diproduksi dari bahan-bahan murah yang dimanipulasi secara kimiawi.

    Makanan jenis ini seringkali ditambahkan bahan sintetis agar dapat dimakan, enak, dan menimbulkan ketagihan.

    “Tubuh dapat bereaksi terhadapnya sebagai tidak berguna dan berbahaya, sehingga sistemnya dapat terganggu atau rusak, tergantung kerentanannya dan jumlah makanan ultra proses yang dikonsumsi,” tambahnya.

    Ini bukan pertama kalinya makanan ultra proses dikaitkan dengan masalah kesehatan. Pada tahun 2024, penelitian menemukan konsumsi lebih banyak makanan ultra proses dikaitkan risiko kematian terkait penyakit kardiovaskular dan gangguan mental umum sebesar 50 persen lebih tinggi.

    Asupan makanan dengan ultra proses yang lebih tinggi juga meningkatkan risiko kecemasan hingga 53 persen, obesitas 55 persen, gangguan tidur 41 persen, diabetes tipe dua 40 persen, dan risiko depresi atau kematian dini karena sebab apapun hingga 20 persen.

    Peneliti mendefinisikan ‘asupan lebih tinggi’ sebagai satu porsi atau sekitar 10 persen lebih banyak makanan ultra proses per hari.

    (avk/up)

  • Mudah Ditemukan di Dapur, Kunyit Bisa Bantu Atasi 7 Penyakit Ini

    Mudah Ditemukan di Dapur, Kunyit Bisa Bantu Atasi 7 Penyakit Ini

    Jakarta

    Kunyit menjadi salah satu bahan dapur yang selain berguna untuk menyedapkan masakan, tetapi juga menyehatkan tubuh. Senyawa aktif bernama kurkumin dalam kunyit diketahui dapat menyembuhkan atau mencegah penyakit tertentu.

    Dikutip dari Health dan Healthline, kunyit sendiri sudah dijadikan obat tradisional selama ribuan tahun. Ini karena kurkumin bersifat anti peradangan dan antioksidan kuat yang mampu meredakan nyeri hingga meningkatkan pencernaan dan kekebalan tubuh.

    Berikut beberapa penyakit yang bisa disembuhkan saat seseorang rutin mengonsumsi kunyit.

    1. Nyeri Sendi

    Arthritis merupakan kondisi yang menyebabkan adanya peradangan sendi, nyeri, kekakuan, dan berkurangnya mobilitas seseorang. Kondisi ini bisa diobati atau dicegah dengan kunyit, karena kurkumin merupakan senyawa aktif yang mampu mengurangi peradangan sendi.

    2. Penyakit Jantung

    Beberapa penyakit jantung berkembang karena aterosklerosis atau kolesterol tinggi. Kunyit memiliki senyawa yang mampu mencegah beberapa penyakit jantung seperti aritmia dan gagal jantung.

    Kunyit dapat mendukung kesehatan jantung dengan cara mengurangi peradangan dan meningkatkan fungsi pembuluh darah.

    3. Radang Usus

    Inflammatory bowel disease (IBD) atau penyakit radang usus merupakan kondisi saat saluran pencernaan mengalami peradangan. Penelitian menemukan bahwa kurkumin dapat secara signifikan mengurangi dan mencegah kambuhnya gejala kolitis ulseratif.

    Kurkumin juga dapat meningkatkan efektivitas pengobatan dan membantu mengendalikan gejala dari IBD.

    4. Penyakit Neurodegeneratif

    Penyakit neurodegeneratif seperti alzheimer dan parkinson berkembang ketika sel-sel saraf di sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang) secara bertahap memburuk dan mati.

    Gejala penyakit neurodegeneratif dapat diredakan dengan mengonsumsi kunyit. Kunyit mampu mengurangi peradangan otak dan mencegah penyakit tersebut secara efektif.

    NEXT: Gangguan mental

    5. Gangguan Mental

    Kunyit dapat membantu seseorang mengelola depresi mereka. Mengusir gejala-gejala perasaan seperti sedih, putus asa, mudah tersinggung, lelah, hingga hilangnya minat dalam beraktivitas.

    Kurkumin dapat meningkatkan kadar brain derived neurotrophic factor (BDNF), yakni protein yang mendukung pertumbuhan dan kelangsungan hidup sel otak.

    6. Alergi

    Senyawa anti peradangan pada kunyit mampu mengendalikan respons sistem imun terhadap alergen. Kurkumin menekan pelepasan histamin dan menurunkan peradangan pada saluran pernapasan yang mampu membantu mengurangi gejala, seperti hidung tersumbat dan bersin.

    7. Diabetes Tipe 2

    Diabetes tipe 2 berkembang ketika tubuh menjadi resisten terhadap insulin atau tidak cukup memproduksinya untuk mengatur kadar glukosa (gula darah). Ini menyebabkan gejala diabetes tipe 2 seperti sering kencing, rasa haus dan lapar yang meningkat, hingga penglihatan kabur.

    Kurkumin dapat meningkatkan respons sel terhadap insulin, sehingga membantu dalam menyerap gula lebih efisien. Ini dapat membantu seseorang dalam mencegah penyakit diabetes tipe 2.

  • Mengenal Pisang Goreng Madu Bu Nanik, Kuliner Legendaris Pencinta Pisang Goreng

    Mengenal Pisang Goreng Madu Bu Nanik, Kuliner Legendaris Pencinta Pisang Goreng

    ​Pisang Goreng Madu Bu Nanik adalah salah satu camilan legendaris yang dikenal dengan tampilan khasnya berwarna hitam keemasan akibat karamelisasi madu. Pisang ini dimulai dari kisah inspiratif dari sang pendiri, Nanik Soelistiowat.

    Melansir dari beberapa sumber, pada awalnya Bu Nanik menjalankan usaha katering sejak tahun 1994 dan melayani berbagai hotel di Jakarta dengan menyediakan makan siang untuk ribuan karyawan setiap harinya.

    Kemudian dalam proses tersebut, seringkali terdapat pisang yang tidak terpakai karena terlalu matang sehingga ia berinisiatif mengolahnya menjadi camilan baru. Adapun ide untuk menggunakan madu sebagai pengganti gula dalam adonan muncul karena ibunda Bu Nanik.

    Sang Ibunda diketahui menderita diabetes dan tidak dapat mengonsumsi gula sehingga dengan mengganti gula dengan madu ia menciptakan pisang goreng yang tetap manis namun lebih sehat.

    Selain itu, pada awalnya pisang goreng madu ini tidak langsung diterima oleh konsumen. Warna hitam pada pisang goreng sering disalahartikan sebagai gosong sehingga banyak yang menolak mencicipinya.

    Namun, setelah mencoba banyak yang menyukai rasa uniknya dan mulai memesan secara khusus. Pada tahun 2007, Bu Nanik memutuskan untuk fokus menjual pisang goreng madunya secara lebih serius.

    Ia memulai dengan berjualan menggunakan gerobak di pinggir jalan dan aktif mempromosikan produknya melalui berbagai cara seperti menyebarkan brosur di masjid dan gereja.

    Meskipun awalnya sulit dengan ketekunan dan strategi pemasaran yang kreatif pisang goreng madu Bu Nanik mulai dikenal luas. Seiring waktu, bisnis pisang goreng madu Bu Nanik mengalami pertumbuhan yang pesat dan jadi salah satu cemilan yang banyak dicari.