Topik: diabetes

  • 9 Manfaat Minum Air Kelapa secara Rutin untuk Kesehatan

    9 Manfaat Minum Air Kelapa secara Rutin untuk Kesehatan

    Jakarta – Air kelapa dikenal sebagai minuman yang menyegarkan, terutama di tengah cuaca yang panas. Di balik kesegarannya, air kelapa menyimpan banyak manfaat kesehatan.

    Minum air kelapa secara rutin tak hanya membantu menjaga hidrasi, tapi juga mendukung beberapa fungsi organ dalam tubuh. Ketahui berbagai manfaat minum air kepala berikut ini.

    9 Manfaat Minum Air Kelapa secara Rutin

    Manfaat minum air kelapa secara rutin di antaranya adalah mengembalikan elektrolit, mendukung kesehatan tulang, hingga membantu menurunkan berat badan. Berikut informasinya.

    1. Mengembalikan Elektrolit

    Air kelapa mengandung banyak elektrolit seperti kalium, natrium, magnesium, dan kalsium. Mineral ini penting untuk kontraksi otot, transmisi saraf, dan menjaga keseimbangan cairan di seluruh tubuh.

    Dikutip dari Eating Well, hal tersebut membuat air kelapa menjadi pilihan yang baik untuk rehidrasi, terutama setelah kehilangan cairan dan elektrolit akibat penyakit, seperti diare, atau keringat akibat olahraga.

    2. Mendukung Kesehatan Tulang

    Kalsium dan vitamin D dikenal bisa menjaga kesehatan tulang. Meski demikian, beberapa penelitian menemukan bahwa makanan dan minuman kaya kalium, seperti air kelapa baik untuk kekuatan dan kepadatan tulang.

    Selain menjaga keseimbangan elektrolit, kalium juga membantu mengatur keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Saat terlalu asam, tubuh akan mengeluarkan kalsium dari tulang untuk membantu menetralkan kelebihan asam, yang melemahkan tulang seiring waktu. Kalium bisa melakukan intervensi dengan memulihkan keseimbangan asam-basa dan mencegah pelepasan kalsium dari tulang.

    Jadi, pola makan yang kaya akan kalium dikaitkan dengan kepadatan mineral tulang yang tinggi.

    3. Mencegah Batu Ginjal

    Batu ginjal terbentuk dari mineral dan garam yang mengkristal dan terkumpul di ginjal. Jenis batu ginjal yang paling umum di antaranya batu oksalat, asam urat, struvite, dan sistin.

    Penelitian mengenai manfaat air kelapa dan batu ginjal masih tahap awal. Meski demikian, pendiri Plant Forward Nutritionist, Hannah Van Ark, MS, RD, menyoroti bahwa sebuah studi kecil pada manusia yang melibatkan delapan partisipan mengungkap, air kelapa bisa membantu mencegah batu ginjal dengan meningkatkan produks sitrat dalam urine. Meski demikian, studi lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi temuan ini.

    4. Menyehatkan Pencernaan

    Minum air kelapa juga bisa meningkatkan kesehatan usus. Manfaat ini terutama berasal dari sifat menghidrasi dari air kelapa.

    “Hidrasi sangat penting untuk fungsi pencernaan yang tepat, terutama dalam penyerapan nutrisi dan untuk mencegah sembelit,” kata Van Ark.

    Penelitian juga menunjukkan bahwa air kelapa memiliki sifat antiinflamasi dan antimikroba yang bermanfaat bagi mikrobioma usus, yang merupakan mikroba yang menghuni usus.

    Sebuah penelitian kecil menunjukkan bahwa air kelapa menunjukkan kemampuan dalam membantu meredakan peradangan. Sehingga, air kelapa bisa menenangkan lapisan usus yang teriritasi dan menawarkan kelegaan dari rasa sakit gangguan pencernaan.

    5. Membantu Manajemen Gula Darah

    Minum air kelapa secara teratur bisa membantu mengatur kadar gula darah. Penelitian pada hewan menunjukkan bahwa air kelapa bisa membantu mengelola diabetes dengan menurunkan kadar gula darah, meningkatkan sensitivitas insulin, dan mengurangi stres oksidatif.

    Diperkirakan, manfaat ini berasal dari kandungan antioksidan yang tinggi, kadar magnesium, dan keberadaan asam amino yang disebut dengan L-arginin. Meski demikian, penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan untuk memastikan manfaat ini.

    6. Mengurangi Kerusakan Sel

    Setiap hari, sel-sel tubuh berhadapan dengan molekul berbahaya yang disebut dengan radikal bebas. Molekul-molekul ini muncul dari proses metabolisme normal dalam tubuh dan paparan racun, serta polutan eksternal.

    Saat tubuh dibanjiri radikal bebas yang terlalu banyak, hal tersebut bisa menyebabkan stres oksidatif yang merusak sel dan meningkatkan risiko timbulnya penyakit kronis. Untungnya, antioksidan seperti vitamin C, sitokinin, dan senyawa fenolik dalam air kelapa. Kandungan ini dapat melawan kerusakan akibat radikal bebas. Meski demikian, perlu dicatat bahwa efek ini hanya diteliti pada hewan.

    Dikutip dari Healthline, salah satu alasan mengapa air kelapa dikaitkan dengan tekanan darah rendah adalah kandungan kaliumnya. Kalium terbukti menurunkan tekanan darah pada orang dengan tekanan darah tinggi atau normal.

    Sebuah studi di tahun 2005 menunjukkan bahwa air kelapa bermanfaat untuk menurunkan tekanan darah pada individu dengan tekanan darah tinggi. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan.

    8. Menyehatkan Kulit dan Rambut

    Air kelapa tidak hanya memberikan manfaat untuk tubuh, tapi juga kulit. Dikutip dari laman Times of India, air kelapa kaya akan antioksidan dan sifat anti peradangan yang bisa membantu menenangkan kulit yang teriritasi.

    Selain itu, air kelapa juga bisa bermanfaat untuk rambut. Kaya akan zat besi, kalium, dan vitamin C, air kelapa dapat menutrisi rambut.

    Air kelapa dapat menjadi tambahan yang bermanfaat dalam diet bagi orang yang mau menurunkan berat badan. Kandungan kalorinya yang rendah dan kemampuannya untuk membuat kenyang lebih lama menjadikannya pilihan yang baik.

    (elk/tgm)

  • 8 Minuman Alami yang Membantu Turunkan Kadar Gula Darah

    8 Minuman Alami yang Membantu Turunkan Kadar Gula Darah

    Jakarta

    Kadar gula darah yang tinggi bisa menjadi awal dari berbagai masalah kesehatan, seperti diabetes tipe 2 hingga gangguan fungsi ginjal. Sehingga, menjaga kestabilan kadar gula darah tak hanya penting bagi penderita diabetes.

    Ada beberapa minuman yang dapat membantu menurunkan kadar gula darah. Minuman-minuman ini bisa menjadi bagian dari gaya hidup sehat.

    Minuman Penurun Kadar Gula Darah

    Air putih, kopi, teh hitam bisa membantu menurunkan kadar gula darah. Begini informasi lengkapnya.

    1. Air Putih

    Air bebas kalori dan penting untuk menghidrasi tubuh. Dikutip dari laman Eating Well, minum air putih dikaitkan dengan risiko diabetes 2 yang lebih rendah.

    Beralih dari minuman manis ke air putih dapat mengurangi asupan gula dan kalori dan membantu mempertahankan berat badan yang sehat dan pada akhirnya membantu mengendalikan gula darah.

    2. Kopi

    Penelitian menunjukkan bahwa minum kopi secara teratur memiliki dampak pada risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah. Sebab, senyawa fitokimia dalam kopi mendukung kesehatan sel-sel di hati dan pankreas, yang kemudian melindungi dari perkembangan perlemakan hati dan menjaga fungsi insulin.

    3. Teh Hitam

    Teh juga menjadi minuman yang dikaitkan dengan risiko diabetes dan komplikasi diabetes yang lebih rendah. Senyawa yang ada dalam teh bisa meningkatkan resistensi insulin dan mengurangi stres oksidatif dan peradangan.

    Bahkan, para peneliti mengatakan bahwa komponen teh ini bisa dikembangkan menjadi produk yang suatu hari bisa membantu mengelola diabetes. Sebagian besar penelitian menggunakan teh hitam dan teh oolong.

    4. Susu

    Protein dalam susu bisa membantu menurunkan respon glukosa darah setelah makan. Kandungan protein, termasuk kasein dan whey memperlambat pencernaan dan meningkatkan respon insulin, sehingga memiliki efek positif pada kadar gula darah.

    5. Jus Tomat

    Sebuah penelitian kecil melibatkan 25 wanita sehat. Mereka yang minum sekitar 7 ons jus tomat 30 menit sebelum sarapan kaya karbohidrat mengalami kadar gula darah yang lebih rendah setelah makan dibandingkan dengan mereka yang minum air sebelum makan.

    Serat dalam tomat bisa membantu memperlambat pencernaan, sehingga memperlambat kenaikan gula darah yang terjadi setelah makan.

    6. Teh Hijau

    Teh hijau mengandung katekin, senyawa tanaman yang bisa membantu meningkatkan sensitivitas insulin. Dikutip dari laman Health, insulin adalah hormon yang diproduksi oleh pankreas untuk mengendalikan jumlah glukosa dalam darah.

    Katekin bisa menjadi metode pelengkap yang efektif untuk mengelola gula darah. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa teh hijau membantu mengendalikan gula darah, namun penelitian lebih lanjut diperlukan.

    7. Teh Kayu Manis

    Dikutip dari laman Times of India, teh kayu manis adalah rempah populer yang dikenal dengan rasa manis dan hangat. Menurut penelitian dalam Journal of Medicinal Food menemukan bahwa kayu manis bisa meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan kadar gula darah.

    8. Teh Fenugreek

    Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Journal of Diabetes and Metabolic Disorders, biji fenugreek mengandung serat larut yang bisa membantu mengatur kadar gula darah, dengan memperlambat pencernaan dan penyerapan karbohidrat.

    Itulah sejumlah minuman yang membantu menurunkan kadar gula darah. Minuman terbaik untuk mengendalikan kadar gula darah adalah air putih, tapi aneka kopi, jus tomat, dan aneka teh yang disebutkan juga bisa dikonsumsi.

    (elk/tgm)

  • 12 Virus Paling Mematikan Sepanjang Sejarah, Salah Satunya Penyebab COVID-19

    12 Virus Paling Mematikan Sepanjang Sejarah, Salah Satunya Penyebab COVID-19

    Jakarta

    Sepanjang sejarah umat manusia, virus telah menjadi ancaman tak terlihat yang merenggut banyak nyawa. Pada beberapa penyakit, vaksin dan obat virus mencegah penyebaran infeksi atau membantu orang yang terinfeksi untuk pulih.

    Terdapat beberapa virus yang menimbulkan ancaman yang lebih besar dengan tingkat kematian yang tinggi. Ketahui 12 virus yang paling mematikan, berdasarkan kemungkinan seseorang akan meninggal jika terinfeksi salah satunya hingga jumlah orang yang meninggal karena virus tersebut berikut ini.

    12 Virus Paling Mematikan Sepanjang Sejarah

    Ada begitu banyak virus mematikan sepanjang sejarah. Dikutip dari Live Science, dari virus Marburg, Ebola, hingga SARS-COV-2 berikut 12 virus paling mematikan sepanjang sejarah:

    1. Virus Marburg

    Menurut WHO virus Marburg pertama kali diidentifikasi oleh para ilmuwan pada tahun 1967, saat ada wabah kecil di antara pekerja laboratorium Jerman. Gejalanya mirip dengan Ebola karena kedua virus tersebut menyebabkan demam hemoragik, yaitu demam tinggi dan pendarahan di seluruh tubuh yang menyebabkan syok, kegagalan organ, dan kematian.

    Angka kematian kasus pada wabah pertama di tahun 1967 tersebut adalah 24 prrsen. Kemudian, meningkat menjadi 83 persen pada wabah tahun 1998-2000 di Republik Kongo, dan 100 persen pada wabah di tahun 2017 di Uganda.

    2. Virus Ebola

    Wabah ebola pertama kali diketahui bersamaan di Republik Sudan dan Republik Demokratik Kongo di tahun 1976. Ebola menyebar melalui kontak dengan darah atau cairan tubuh lainatai jaringan dari orang atau hewan yang terinfeksi.

    Jenis virusnya bervariasi dalam tingkat kematiannya. Wabah Ebola terbesar yang pernah tercatat muncul di Afrika Barat di awal tahun 2014. Butuh waktu dua tahun untuk mengatasi virus tersebut. Menurut CDC, kala itu, wabah Ebola menginfeksi 28.652 orang dengan 11.325 korban jiwa.

    3. Rabies

    Infeksi dari virus rabies berkembang setelah gigitan atau cakaran dari mamalia yang terinfeksi. Setelah seseorang tergigit, mala mereka harus segera mendapat vaksin rabies atau perawatan antibodi demi mencegah penyakit berkembang.

    Jika tidak, maka virus akan merusak otak dan saraf. Setelah gejala muncul, kematian bisa terjadi. Menurut CDC, virus ini memiliki tingkat kematian hingga 99%. Dalam studi tahun 2019, sekitar 59.000 orang meninggal setiap tahun akibat virus ini.

    4. HIV

    Menurut dokter penyakit menular Amerika Dr. Amesh Adalja, infeksi HIV ( Human Immunodeficiency Virus) masih menjadi pembunuh terbesar. Diperkirakan, sebanyak 32 juta orang meninggal karena HIV sejak virus ini ditemukan pada awal tahun 1980-an.

    “Penyakit menular yang paling banyak memakan korban manusia saat ini adalah HIV,” kata Adalja.

    Meski demikian, obat antivirus memungkinkan orang hidup bertahun-tahun dengan HIV. Dalam kasus yang jarang terjadi, transplantasi sel punca menyembuhkan penyakit tersebut.

    5. Cacar

    Pada tahun 1980, Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) mendeklarasikan dunia bebas dari cacar. Namun, sebelum itu, manusia telah berjuang melawan cacar selama ribuan tahun degan versi cacar yang parah, yaitu Variola Mayor.

    Menurut WHO, penyakit yang menewaskan sekitar 30% persen orang yang terinfeksi ini meninggalkan bekas luka permanen dan seringkali kebutaan. Para sejarawan memperkirakan bahwa cacar yang dibawa penjelajah Eropa telah membunuh 90 persen penduduk asli Amerika. Menurut National Geographic, pada abad ke-20, cacar telah membunuh sebanyak 300 juta orang.

    6. Virus Hanta

    HPS (Hantavirus Pulmonary Syndrome) atau sindrom paru hantavirus pertama kali mendapat perhatian luas di AS pada tahun 1993. Ketika itu, ada seorang pria yang muda dan sehat bersama tunangannya tinggal di daerah Four Corners, AS. Mereka meninggal dalam beberapa hari karena mengalami sesak napas.

    Beberapa bulan kemudian, otoritas kesehatan mengisolasi hantavirus dari tikus rusa yang tinggal di salah satu orang yang terinfeksi. Lebih dari 833 orang di AS telah tertular HPS pada akhir tahun 2020, tahun terakhir data dilaporkan.

    Virus ini tidak menular dari satu orang ke orang lain. Namun, orang tertular virus ini melalui paparan kotoran tikus yang terinfeksi.

    7. Influenza

    Menurut CDC, influenza membunuh sebagian kecil orang yang terinfeksi, sekitar 1,8 dari 100.000 orang setiap tahun. Namun, sebab menginfeksi begitu banyak orang, penyakit ini menjadi salah satu pembunuh utama di seluruh dunia.

    Pandemi flu paling mematikan, yang kadang disebut flu Spanyol pertama kali ditemukan pada tahun 1918. Flu ini membuat 40 persen populasi dunia mengalaminya dan menewaskan sekitar 50 juta orang.

    8. Demam Berdarah Dengue

    Demam berdarah dengue disebabkan oleh virus dengue. Penyakit yang ditularkan oleh nyamuk ini pertama kali muncul pada tahun 1950-an di Filipina dan Thailand.

    Sejak itu, penyakit ini menyebar ke seluruh wilayah tropis dan subtropis di seluruh dunia. Demam berdarah menginfeksi 100 hingga 400 juta orang per tahun. Meski demam berdarah memiliki tingkat kematian yang lebih rendah dari beberapa virus lainnya, yaitu sekitar 1 persen, virus ini bisa menyebabkan penyakit mirip Ebola yang memiliki tingkat kematian 20 persen jika tidak diobati.

    9. Rotavirus

    Rotavirus adalah penyakit diare yang membunuh sekitar 200.000 anak setiap tahunnya, sebagian besar terjadi di Nigeria dan India. Virus ini bisa menyebar dengan cepat, melalui jalur fekal-oral (partikel kecil feses yang tertelan).

    WHO memperkirakan, di seluruh dunia terdapat lebih dari 25 juta kunjungan rawat jalan dan dua juta rawat inap setiap tahun akibat virus ini. Penyakit ini mematikan di daerah berkembang, di mana perawatan rehidrasi tidak tersedia secara luas.

    10. SARS-COV

    SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) merupakan virus yang menyebabkan sindrom pernapasan akut berat. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada tahun 2003 di Tiongkok.

    Kemungkinan, virus ini aawalnya muncul pada kelelawar dan kemudian berpindah ke mamalia nokturnal yang disebut musang, sebelum akhirnya menginfeksi manusia. Setelah memicu wabah di Tiongkok, SARS menyebar ke 26 negara di seluruh dunia dan menewaskan 774 orang selama beberapa bulan.

    Gejalanya berupa demam, menggigil, dan nyeri tubuh, dan sering berkembang menjadi pneumonia, yaitu kondisi parah di mana paru-paru menjadi meradang dan terisi nanas. SARS diperkirakan memiliki tingkat kematian sebesar 9,6 persen.

    11. SARS-COV-2

    COVID-19 merupakan penyakit yang disebabkan oleh SARS-COV-2. Hingga bulan Oktober 2022, lebih dari 6,57 juta kematian orang di seluruh dunia dan terus bertambah karenanya.

    SARS-COV-2 termasuk dalam keluarga besar virus yang sama dengan SARS-COV. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada bulan Desember tahun 2019 di Wuhan, Tiongkok. Dalam sebuah studi tahun 2021 dikatakan, kemungkinan, virus ini berasal dari kelelawar, berpindah melalui hewan perantara dan menginfeksi manusia.

    Virus ini menimbulkan risiko lebih tinggi bagi orang yang memiliki kondisi kesehatan bawaan seperti, tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas. Gejala umumnya mulai dari demam, batuk, kehilangan indra perasa atau penciuman, dan sesak napas.

    12. MERS-COV

    MERS (Middle East Respiratory Syndrome) memicu wabah di Arab Saudi pada tahun 2012 dan di Korea Selatan pada tahun 2015. Tingkat kematiannya tinggi, yaitu menewaskan sekitar 35 persen dari orang yang terdiagnosis. Hingga tahun 2021, MERS-COV menewaskan 858 orang.

    Penyakit ini menginfeksi unta sebelum menular ke manusia. Gejala yang dirasakan yaitu batuk, demam, dan sesak napas.

  • Wanita Ini Konsumsi Minuman Energi 15 Tahun, Perubahan di Tubuhnya Mengerikan

    Wanita Ini Konsumsi Minuman Energi 15 Tahun, Perubahan di Tubuhnya Mengerikan

    Jakarta

    Seorang wanita berusia 35 tahun di Perth, Australia, Lucy Parker mengalami efek samping yang sangat buruk akibat kebiasaan mengonsumsi minuman berenergi selama 15 tahun.

    Meskipun menyadari bahwa menenggak minuman berenergi sepanjang waktu jelas tidak baik, ibu dua anak ini tidak melihat ada yang salah dengan kebiasaannya sampai dia menemukan bagaimana kebiasaannya itu itu berdampak pada kesehatannya.

    Diberitakan LADBible, Lucy pergi ke dokter setelah mengalami sakit perut yang parah dan kemudian menjalani pemindaian CT untuk mengetahui penyebabnya. Hasilnya mengungkapkan bahwa ia memiliki benjolan di salah satu ovariumnya, tetapi dokter umumnya memberi tahu bahwa itu bukanlah yang mereka khawatirkan.

    Sebaliknya, mereka memberi tahu bahwa hatinya ‘tidak tampak begitu sehat’. Hal itu membuatnya berpikir bahwa minuman berenergi adalah sumber masalah di tubuhnya.

    Lucy menjelaskan bahwa ia diberi tahu bahwa ia mungkin mengalami penyakit perlemakan hati yang tidak terkait alkohol atau Non-alcoholic Fatty Liver Disease (NAFLD), yang disebabkan oleh penumpukan lemak di hati.

    Jika tidak terdeteksi pada tahap awal, hal ini dapat menyebabkan organ mengalami kerusakan serius, seperti sirosis, sementara itu juga berpotensi memicu berbagai masalah kesehatan serius lainnya, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit ginjal.

    “Kami memeriksa semuanya, dan mereka melakukan banyak tes darah untuk penyakit autoimun lainnya dan berbagai hal lainnya.”

    Dia kemudian membicarakan tentang gaya hidupnya kepada dokter dan mengaku minum minuman berenergi setidaknya dua kali sehari.

    Karena tubuhnya dipenuhi gula di pagi hari, hatinya berjuang keras untuk memproses semuanya dan kelebihan gula diubah menjadi lemak, yang akhirnya menyebabkan NAFLD.

    Setelah konsultasi dokter, Lucy memutuskan bahwa dua kaleng yang tersisa di lemari esnya akan menjadi yang terakhir dan dia bersumpah untuk menghentikan kecanduan minuman berenerginya secara total.

    “Saya menyukai rasanya, saya senang meminumnya, tetapi saya katakan pada diri sendiri bahwa saya tidak perlu meminumnya lagi,” kata dia.

    (elk/kna)

  • Baru Umur 25 Sudah Kena Gagal Ginjal, Ini 5 Kebiasaan Pemicu Diam-diam

    Baru Umur 25 Sudah Kena Gagal Ginjal, Ini 5 Kebiasaan Pemicu Diam-diam

    Jakarta

    Kasus gagal ginjal kronis yang dialami seorang perempuan usia 25 tahun di Bandung beberapa waktu silam menjadi pengingat bahwa penyakit ini tidak lagi hanya mengancam usia lanjut, melainkan juga generasi tua. Perubahan perilaku yang tidak sehat menjadi pemicunya.

    Di Indonesia, gagal ginjal kronis di usia muda memang menjadi sorotan sejak beberapa waktu belakangan. Praktisi kesehatan dr Dina Nilasari, SpPD-KGH dalam suatu kesempatan menyoroti kebiasaan begadang sambil mengonsumsi minuman berenergi sebagai salah satu faktor pemicu.

    “Fenomena ini banyak sekali ya, jadi masih muda sudah kena gagal ginjal dan cuci darah. Ada beberapa faktor ya, bisa karena lifestyle misal begadang,” kata dr Dina.

    Peningkatan kasus gagal ginjal kronis di usia muda juga berdampak pada pembiayaan negara. BPJS Kesehatan menyebut pembiayaan gagal ginjal kronis pada 2024 meningkat signifikan menjadi Rp 11 triliun.

    5 Kebiasaan Pemicu Gagal Ginjal Usia Muda

    Beberapa kebiasaan sepele yang tanpa sadar meningkatkan risiko gagal ginjal terangkum sebagai berikut:

    1. Begadang tiap hari

    Begadang bisa merusak tubuh bukan saja karena tidak memberi kesempatan sel-sel tubuh untuk recovery. Pada beberapa orang, kebiasaan begadang juga disertai kecenderungan untuk mengonsumsi suplemen pendongkrak stamina.

    “Selain kandungan kafeinnya, ada bahan lain di energy drink yang in the long term sangat mengganggu ginjal, dan sudah ada data bahwa energy drink dalam jumlah besar bisa menyebabkan gagal ginjal,” kata dr Dina.

    2. Berlebihan ngopi cantik

    Tren kopi kekinian juga perlu diwaspadai sebagai faktor risiko gagal ginjal kronis. Menurut dr Elizabeth Yasmine Wardoyo, SpPD-KGH, tren WFH (Work From Home) mendorong generasi muda makin banyak minum kopi hingga takaran berlebih.

    “Sebenarnya kopi itself tidak berpengaruh terhadap gagal ginjal. Tapi karena dia menggunakan gula, susu kental manis jadi konsumsi gulanya berlebih,” kata Elizabeth.

    3. Sembarangan minum pereda nyeri

    Konsumsi obat-obatan yang bersifat toksik bagi ginjal juga mendapat sorotan. Pereda nyeri yang banyak dijual bebas jika digunakan secara berlebihan, dalam jangka panjang dapat merusak ginjal.

    “Jadi perlu diedukasi ke masyarakat penggunaan obat penghilang rasa nyeri ini harus berdasarkan pengawasan dokter,” sambungnya.

    4. Keseringan makan junk food

    Junk food identik dengan kandungan garam natrium yang tinggi. Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi garam bisa memicu hipertensi atau tekanan darah tinggi, yang juga bisa merusak ginjal.

    5. Kebanyakan mengonsumsi minuman manis

    Asupan gula yang berlebih meningkatkan risiko obesitas dan diabetes mellitus. Keduanya merupakan faktor risiko kerusakan ginjal yang bisa berakhir menjadi gagal ginjal kronis.

    Cara Mencegahnya

    Beberapa cara menghindari risiko gagal ginjal kronis adalah sebagai berikut:

    menurunkan berat badanmeningkatkan aktivitas fisikmengonsumsi obat hanya yang benar-benar diperlukanmengurangi asupan gula, garam, lemakmakan lebih banyak sayur dan buah, serta minum air putih yang banyak.

    (up/tgm)

  • Label Pangan dan Ancaman Bom Waktu Kasus Diabetes-Obesitas di Indonesia

    Label Pangan dan Ancaman Bom Waktu Kasus Diabetes-Obesitas di Indonesia

    Jakarta

    Siasat pemerintah dalam menekan kasus penyakit tidak menular melalui label pangan tampaknya belum efektif. Terlebih, literasi masyarakat soal membaca informasi nilai gizi sebelum membeli produk, relatif rendah.

    Catatan Badan Perlindungan Konsumen Nasional (BPKN) menunjukkan hanya 6,7 persen konsumen di Indonesia yang memperhatikan label pada produk pangan kemasan. Walhasil, pemerintah belakangan mengupayakan penerapan label baru pangan olahan maupun siap saji, salah satunya berkiblat pada regulasi Singapura, yakni NutriGrade.

    Wacana penerapan label pangan sehat seperti sistem Nutri-Grade dan warning label semakin relevan di tengah meningkatnya konsumsi pangan tinggi gula, garam, dan lemak (GGL) di Indonesia. Mengacu survei kesehatan indonesia (SKI) 2023, prevalensi diabetes di Indonesia mencapai 11,7 persen pada usia lebih dari 15 tahun berdasarkan pemeriksaan gula darah, sementara yang terdiagnosis dokter hanya 1,7 persen. Artinya, banyak kasus tidak terdeteksi.

    Dengan 19,5 juta kasus, Indonesia kini menempati peringkat kelima dunia, setelah China, India, Pakistan, dan Amerika Serikat. Jika tidak ada intervensi, angka ini diprediksi mencapai 28,6 juta pada 2045.

    SKI 2023 juga mencatat kasus obesitas meningkat dua kali lipat dalam 1,5 dekade terakhir, dan rata-rata konsumsi natrium masyarakat Indonesia melebihi rekomendasi WHO. Ini memperkuat argumen bahwa sistem pelabelan pangan harus lebih tegas dan edukatif.

    Menurut pakar kebijakan kesehatan global Dicky Budiman, pelabelan semacam ini terbukti efektif di sejumlah negara, tetapi keberhasilannya di Indonesia akan sangat bergantung pada berbagai faktor pendukung.

    “Nutri-Grade di Singapura, yang juga telah mulai diterapkan di Taiwan dan sebagian besar wilayah di Tiongkok, memberikan dasar ilmiah yang kuat untuk membantu konsumen memilih pangan yang lebih sehat,” ujar Dicky saat dihubungi detikcom, Minggu (8/6/2025).

    Label ini mengklasifikasikan minuman, juga makanan berdasarkan kadar GGL, dengan sistem penilaian huruf A hingga D. Namun, Dicky menekankan bahwa efektivitasnya sangat bergantung pada tingkat literasi kesehatan masyarakat.

    “Tanpa pemahaman yang baik, label A-D bisa disalahartikan atau diabaikan. Makanya, edukasi publik itu krusial,” jelasnya. Ia juga menyoroti pentingnya posisi label yang jelas di bagian depan kemasan (front-of-pack) agar tidak disembunyikan dengan tulisan kecil di belakang.

    Dicky menekankan pentingnya standar penilaian nasional yang objektif dan independen, serta pengawasan ketat agar produsen tidak melakukan label washing atau manipulasi informasi nutrisi.

    Sebagai alternatif yang dianggap lebih efektif, ia mendorong penerapan ‘warning label’ atau label peringatan yang secara eksplisit menandai produk tinggi GGL.

    “Bukti dari Chili, Meksiko, dan sebagian Australia menunjukkan bahwa warning label lebih intuitif dan langsung dipahami, terutama oleh masyarakat dengan literasi rendah. Ini berdampak nyata dalam mengurangi konsumsi makanan tidak sehat,” kata Dicky, sembari menekankan tantangan terbesarnya adalah industri makanan.

    Kekhawatiran Resistensi Industri

    “Pasti ada resistensi. Mereka khawatir diberi stigma, dan penjualan bisa turun. Tapi kita bicara soal kesehatan publik, bukan sekadar kepentingan bisnis,” lanjut dia.

    Kekhawatiran resistensi industri semacam itu disebutnya bisa disiasati dalam bentuk insentif dari pemerintah. Khususnya, bagi mereka yang melakukan reformulasi produk.

    Dicky juga menekankan pentingnya harmonisasi regulasi pangan di tingkat regional, khususnya di ASEAN. “Kita tidak bisa jalan sendiri. Perlu kerja sama antarnegara agar tidak terjadi konflik dalam perdagangan lintas batas,” jelasnya.

    Dalam konteks wilayah perbatasan, Dicky yang pernah terlibat dalam program kesehatan lintas negara di Kaltim dan Papua menyebut banyak produk kemasan dari luar negeri masuk tanpa mengikuti standar label Indonesia. “Ini ancaman bagi perlindungan konsumen dan kedaulatan pangan. Pemerintah harus memperkuat pengawasan, khususnya di perbatasan.”

    Sebagai solusi, Dicky mendorong penerapan bertahap, dimulai dari produk dengan kandungan gula ekstrem, disertai kampanye edukasi dan insentif bagi produsen yang melakukan reformulasi produk. Ia juga mengingatkan bahwa pelabelan harus diiringi dengan intervensi struktural, seperti subsidi pangan sehat, distribusi makanan bergizi, dan pengendalian impor pangan ultra-proses.

    “Labelisasi pangan, baik itu Nutri-Grade maupun warning label, harus menjadi bagian dari kebijakan pangan nasional yang berorientasi pada kesehatan masyarakat,” pungkasnya.

    Logo Pilihan Lebih Sehat: Membingungkan Konsumen

    Pandangan senada juga disuarakan Nida Adzilah Auliani, Project Lead untuk Food Policy di Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI). Ia menyoroti strategi yang sudah diupayakan seperti logo ‘Pilihan Lebih Sehat’ yang saat ini digunakan di Indonesia justru kerap menyesatkan konsumen.

    “Label itu seolah memberi kesan bahwa produk aman dikonsumsi, padahal kenyataannya masih mengandung kadar gula yang cukup tinggi,” jelas Nida dalam konferensi pers belum lama ini. Ia mencontohkan susu cokelat kemasan ukuran 180 ml yang mengandung 11 gram gula.

    Padahal, batas aman gula dalam minuman menurut aturan hanya 6 gram per 100 ml. Artinya, satu botol kecil saja sudah menyumbang lebih dari 20 persen kebutuhan gula harian, menurut standar WHO.

    Nida menilai ambang batas yang digunakan dalam label tersebut terlalu longgar, tidak seketat profil gizi internasional, sehingga gagal memberikan informasi yang akurat dan mudah dicerna. “Masyarakat bisa saja mengira suatu produk itu sehat, padahal sebenarnya mengandung gula tambahan yang tinggi,” katanya.

    Pantauan detikcom pada sejumlah produk pangan berlogo ‘Pilihan Lebih Sehat’ memang demikian.

    Produk susu posisi kiri memiliki label ‘Pilihan Lebih Sehat’, sementara produk susu kedua di posisi kiri, tanpa label tersebut. Foto: Nafilah Sri Sagita/detikHealth

    Produk susu strawberry berlogo ‘Pilihan Lebih Sehat’ dengan yang tidak, nyaris identik dari segi kandungan kalori juga makronutrien. Terkecuali, kandungan gula yang satu gram sedikit lebih rendah ketimbang produk berlogo ‘Pilihan Lebih Sehat’.

    Bila dirinci lebih lanjut, dua produk susu cair 200 ml yang beredar di pasaran tersebut memiliki jumlah energi yang sama yaitu 150 kkal. Kandungan lemak total (4,5 g), lemak jenuh (2,5 g), dan protein (3 g) juga serupa. Namun, terdapat beberapa perbedaan penting.

    Produk pertama, mengandung 18 g gula, sedangkan produk pembanding mengandung 19 g. Produk 1 mengandung lebih banyak natrium (60 mg) dibandingkan produk 2 (50 mg). Dari sisi mikronutrien, Produk 1 lebih unggul karena mencantumkan kandungan vitamin D3, E, C, dan K, serta magnesium dan zinc yang lebih tinggi. Produk pembanding hanya menonjol pada kandungan vitamin B6 dan fosfor, serta mencantumkan tambahan kolin dan klorida.

    Logo ‘Pilihan Lebih Sehat’ sendiri diberikan oleh BPOM berdasarkan Peraturan No. 26 Tahun 2021, yang menyatakan minuman siap konsumsi setidaknya harus:

    Tidak mengandung pemanis buatanMemiliki gula tambahan tidak lebih dari 6 g per 100 ml.

    Berdasarkan label kemasan, produk 1 tidak mencantumkan pemanis buatan, dan meskipun tercantum 18 g gula per 200 ml (setara 9 g per 100 ml), angka tersebut kemungkinan mencakup gula alami (laktosa), bukan hanya gula tambahan. Hal ini berarti produk tersebut masih dapat memenuhi kriteria BPOM untuk mendapatkan logo ‘Pilihan Lebih Sehat’.

    NEXT: Siasat Pemerintah Label Pangan Baru

  • Pria Lebih Berisiko Meninggal saat Kena ‘Sindrom Patah Hati’, Ini Temuannya

    Pria Lebih Berisiko Meninggal saat Kena ‘Sindrom Patah Hati’, Ini Temuannya

    Jakarta

    Seorang pria berusia 59 tahun datang ke Rumah Sakit Pertama Universitas Peking di Beijing untuk menjalani sebuah prosedur medis ketika ia mulai merasakan nyeri dada hebat dan sesak napas.

    Empat bulan sebelumnya, ia telah menjalani operasi pengangkatan tumor ganas dari kandung kemihnya. Di hadapan keluarganya, ia berusaha tampak kuat dan menghindari pembicaraan tentang kesehatannya. Namun secara pribadi, kecemasan berat akan kemungkinan kambuhnya kanker membuatnya sulit tidur di malam hari.

    Menurut dokter, pria tersebut mengalami takotsubo cardiomyopathy, yang juga dikenal sebagai sindrom patah hati, seperti yang didokumentasikan dalam sebuah studi kasus tahun 2021. Kondisi langka pada jantung yang dipicu oleh stres ini umumnya ditemukan pada wanita, tetapi sebuah studi yang diterbitkan di Journal of the American Heart Association pada bulan Mei menemukan penyakit ini bisa lebih mematikan bagi pria yang mengalaminya.

    Apa Itu Broken Heart Syndrome?

    Dikutip dari CNN, takotsubo cardiomyopathy (TC) diyakini disebabkan oleh peristiwa emosional atau fisik yang sangat ekstrem, seperti menerima kabar kematian orang tercinta, memenangkan lotre, atau mengangkat sofa berat. TC terjadi ketika otot jantung dibanjiri hormon stres, menyebabkan sebagian otot tersebut ‘membeku’ dan tidak dapat berfungsi dengan baik. Saat jantung kesulitan memompa darah, gejalanya menyerupai serangan jantung, nyeri dada, detak jantung tidak teratur, dan jantung berdebar-debar.

    Studi terbaru menganalisis data hampir 200.000 pasien yang dirawat karena TC di Amerika Serikat antara 2016 hingga 2020. Meskipun 83 persen kasus terjadi pada wanita, pria memiliki kemungkinan lebih dari dua kali lipat untuk meninggal akibat kondisi ini, dengan tingkat kematian mencapai 11,2 persen.

    Perbedaan Dampak TC antara Pria dan Wanita

    “Perbedaan antara pria dan wanita adalah temuan yang sangat mencolok,” kata Dr. Mohammad Reza Movahed, salah satu penulis studi dan profesor klinis bidang kedokteran di University of Arizona di Tucson. “Ini menimbulkan pertanyaan baru yang menarik dan perlu diteliti lebih lanjut.”

    Sama seperti perbedaan umum antara kesehatan jantung pria dan wanita, perbedaan tingkat kematian akibat TC belum sepenuhnya dipahami, kata Movahed. Hal ini justru bertentangan dengan tren penyakit jantung lainnya. Namun, diduga bahwa perbedaan kadar hormon memiliki peran penting.

    Situasi penuh tekanan memicu kelenjar adrenal melepaskan hormon fight-or-flight yang disebut katekolamin. Hormon ini dirancang untuk meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung, tetapi jika dilepaskan secara ekstrem, dapat “membuat sel-sel di jaringan jantung lumpuh sementara,” jelas Movahed.

    Diperkirakan, pria menghasilkan lebih banyak katekolamin saat menghadapi stres dibandingkan wanita, sehingga mereka cenderung mengalami kasus TC yang lebih parah.

    Sementara itu, hormon estrogen yang diproduksi dalam jumlah lebih tinggi pada wanita, diyakini memberikan perlindungan terhadap sistem kardiovaskular, membantu tubuh mengelola lonjakan katekolamin dan mengurangi risiko komplikasi parah dari TC, menurut dr Louis Vincent, peneliti bidang kardiologi noninvasif di University of Miami. Ia ikut menulis studi lain terkait perbedaan TC pada pria dan wanita, tetapi tidak terlibat dalam studi baru ini.

    Selain faktor biologis, faktor sosial juga mungkin berperan.

    “Sebagian besar dokter mengetahui tentang takotsubo, tetapi mereka mungkin menganggap ini sebagai penyakit yang hanya menyerang wanita, sehingga diagnosis pada pria bisa terlewatkan,” ujar Dr. Deepak Bhatt, ahli jantung dan direktur Mount Sinai Fuster Heart Hospital, yang juga tidak terlibat dalam studi ini. “Jika salah diagnosis, penanganan menjadi terlambat, dan ini bisa menyebabkan hasil yang lebih buruk.”

    Pria juga cenderung mencari pertolongan medis di tahap yang lebih lambat, mengira gejala yang mereka alami masih bisa ditahan atau akan hilang sendiri, ujar Dr. Alejandro Lemor, profesor kardiologi intervensi di University of Mississippi Medical Center, yang juga tidak terlibat dalam penelitian tersebut.

    Komplikasi mematikan dari TC termasuk penggumpalan darah, stroke, henti jantung, dan gagal jantung, kata Lemor. Namun jika terdeteksi sejak dini, pengobatan dengan obat-obatan bisa mengurangi risiko komplikasi, mengembalikan fungsi jantung, dan memungkinkan pemulihan total dalam beberapa minggu.

    Tim Movahed telah memasukkan berbagai variabel penting seperti usia, ras, pendapatan, penyakit paru-paru kronis, hipertensi, dan diabetes dalam analisisnya.

    Namun, menurut Vincent, studi ini tidak mencakup data pasien tentang penyakit penyerta lain seperti riwayat stroke atau infeksi Covid-19.

    Selain itu, studi ini hanya menganalisis data diagnostik pasien rawat inap dengan TC, sehingga pasien rawat jalan atau yang meninggal karena komplikasi di luar rumah sakit mungkin tidak terhitung dalam analisis tersebut, kata Movahed.

    Untuk dapat menjelaskan lebih pasti penyebab perbedaan tingkat kematian antara pria dan wanita serta menguji metode pengobatan lebih lanjut, menurut Vincent, dibutuhkan kumpulan data yang lebih rinci.

    “Perlu disadari bahwa dalam studi seperti ini, kami menyajikan temuan berdasarkan kode diagnosis, bukan berdasarkan prosedur atau hasil laboratorium pasien,” ujar Vincent. “Namun studi ini tetap kuat karena memungkinkan kita meninjau populasi besar dan melihat tren. Dan saya pikir tren tingkat kematian lebih tinggi pada pria ini layak diteliti lebih dalam.”

    NEXT: Waspadai Gejalanya

    Nyeri dada mendadak atau sesak napas yang parah harus selalu dianggap sebagai keadaan darurat medis, tegas Bhatt, yang juga profesor bidang kardiologi di Icahn School of Medicine di Mount Sinai, New York.

    “Ini bukan saatnya untuk menahannya di rumah atau mencari solusi di internet. … Jangan coba-coba menghubungi dokter umum Anda. Hubungi layanan darurat,” kata Bhatt. “Waktu sangat penting. Dengan menyelamatkan beberapa jam, Anda bisa menghindari kerusakan jantung yang tidak dapat diperbaiki.”

    Gejala yang muncul setelah stres fisik, penyebab umum TC pada pria, juga tidak boleh diabaikan, kata Movahed, terutama setelah kejadian medis seperti serangan asma, kejang, atau komplikasi akibat penggunaan obat-obatan.

    Meski TC disebabkan oleh stres mendadak, Bhatt menyarankan untuk mengelola stres kronis melalui meditasi atau olahraga harian agar kesehatan jantung secara keseluruhan lebih baik, dan memiliki rutinitas yang bisa diandalkan saat menghadapi situasi tak terduga.

  • Kata Dokter soal Ciri-ciri Kolesterol Tinggi, Obesitas Lebih Berisiko

    Kata Dokter soal Ciri-ciri Kolesterol Tinggi, Obesitas Lebih Berisiko

    Jakarta

    Kolesterol tinggi adalah kondisi saat kadar kolesterol dalam darah lebih tinggi dibandingkan nilai normal. Kolesterol yang dibiarkan tak terkendali, lama kelamaan dapat menyumbat pembuluh darah, yang pada akhirnya bisa menyebabkan penyakit serius, seperti stroke dan penyakit jantung.

    Kolesterol tinggi tidak memiliki gejala khas, sehingga banyak orang yang tidak menyadarinya. Biasanya, gejala kolesterol tinggi baru dirasakan saat sumbatan (plak) sudah terbentuk di pembuluh darah, yang akhirnya menyebabkan berbagai komplikasi serius.

    Namun, tak sedikit juga orang yang bertanya-tanya, apakah seseorang yang mengidap kolesterol tinggi bisa dikenali dari penampilan fisiknya?

    Dokter spesialis penyakit dalam dari Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr Ray Rattu, SpPD, mengatakan, fisik seseorang bisa saja mencerminkan adanya risiko kolesterol tinggi. Namun, hal ini tak bisa dijadikan satu-satunya patokan.

    Adapun salah satu tanda fisik yang kemungkinan bisa menandakan seseorang terkena kolesterol tinggi adalah obesitas atau kegemukan.

    “Obesitas itu suatu kondisi kegemukan terjadinya penumpukan lemak di dalam tubuh yang berlebihan atau peningkatan berat badan yang tidak sesuai proporsional pasien atau individu tersebut,” ucapnya saat berbincang dengan detikcom, Selasa (28/5/2025).

    Menurut dr Ray, obesitas termasuk dalam kelompok sindrom metabolik, yaitu kumpulan kondisi medis yang saling berkaitan, termasuk obesitas, hipertensi, hiperkolesterolemia, diabetes mellitus, dan hiperurisemia.

    Apabila seseorang mengalami obesitas, terlebih sudah berusia di atas 40 tahun, dr Ray menyebut kemungkinan besar ia juga memiliki masalah metabolik lainnya, termasuk kolesterol tinggi dan dislipidemia.

    Namun, ia menekankan tidak semua orang gemuk pasti memiliki kolesterol tinggi. Tapi, peluangnya memang lebih besar dibandingkan individu dengan berat badan ideal.

    “Obesitas, saya tidak melakukan generalisasi tapi, biasanya dan di usia di atas 40 tahun itu juga akan diikuti dengan problem-problem metabolik yang lain. Salah satunya di sini adalah hiperkolesterolemia atau dislipidemia,” imbuh dr Ray.

    “Jadi, tidak serta merta memang orang gemuk pasti kolesterol tinggi. Tidak. tetapi akan besar kemungkinan dia juga sudah membawa penyakit metabolik yang lain menjadi teman-temannya,” tuturnya lagi.

    (suc/up)

  • Gagal Ginjal di Usia 25? 5 Kebiasaan Harian yang Harus Dihindari

    Gagal Ginjal di Usia 25? 5 Kebiasaan Harian yang Harus Dihindari

    Jakarta

    Seorang wanita di Bandung mengalami gagal ginjal stadium akhir di usia 20-an tahun. Wanita tersebut pertama kali didiagnosis di usia 22 tahun, lalu kisahnya viral saat ia menginjak usia 25 tahun sekitar akhir 2023.

    Awalnya, wanita ini mengalami beberapa keluhan yang umum dirasakan sehari-hari seperti mual hingga susah makan. Namun keluhan tersebut disertai juga dengan memar di beberapa bagian tubuh, dan juga mimisan.

    Sempat dikira cuma kecapekan karena memang mobilitasnya tinggi, namun seiring berjalannya waktu kondisinya memburuk. Wanita ini memeriksakan diri ke dokter, dan hasil pemeriksaan menunjukkan, kedua ginjalnya sudah tidak berfungsi alias rusak.

    Ia sendiri meyakini, gaya hidup yang buruk berkontribusi pada kondisinya saat ini. Begitu juga dengan riwayat minum pil diet herbal, yang ia sendiri tidak yakin apakah punya izin edar dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan).

    “Aku tuh salahnya nggak ngecek BPOM, nggak ngecek kandungannya, bukan dari dokter. Itu sih, itu fatalnya,” katanya kepada detikcom, Senin (25/9/2023).

    5 Kebiasaan Harian yang Harus Dihindari

    Menurut spesialis penyakit dalam dr Tunggul Situmorang, SpPD-KGH, gagal ginjal yang menyerang usia muda umumnya memang berkaitan dengan gaya hidup yang tidak sehat. Namun demikian, ada banyak faktor lain yang bisa menjadi penyebab.

    “Umumnya tidak ada penyebab tunggal. Penyakit ini proses berjalannya lama tapi progresif,” kata dr Tunggul.

    1. Konsumsi garam berlebih

    Praktisi kesehatan dari Perhimpunan Nefrologi Indonesia (PERNEFRI), dr Pringgodigdo Nugroho, menyebut konsumsi garam berlebih dapat meningkatkan risiko hipertensi. Jika tidak tertangani, hipertensi bisa menjadi penyebab gagal ginjal.

    2. Kurang minum

    Kekurangan cairan tubuh bisa mengganggu fungsi ginjal secara bertahap. Awalnya bisa memicu infeksi, lalu berkembang menjadi peradangan dan terbentuk batu ginjal.

    “Kemudian ada batu ginjal karena kekurangan cairan jadi zat-zat pembentuk batu tinggi sehingga terjadi batu ginjal itu melalui hal tersebut,” jelas dr Pringgodigdo.

    3. Kurang olahraga

    Sebuah penelitian di University of Leicester menyebut, duduk dalam waktu lama meningkatkan risiko kerusakan ginjal. Secara tidak langsung, kurang bergerak juga meningkatkan risiko obesitas serta diabetes mellitus, yang keduanya berkaitan erat dengan kerusakan ginjal.

    4. Keseringan minum obat pereda nyeri

    Obat-obat pereda nyeri bersifat toksik pada hati dan ginjal, karenanya hanya dianjurkan dalam kondisi memang benar-benar dibutuhkan. Kebiasaan sedikit-sedikit minum pereda nyeri akan membuat ginjal cepat rusak.

    “Jadi perlu diedukasi ke masyarakat penggunaan obat penghilang rasa nyeri ini harus berdasarkan pengawasan dokter,” kata konsultan ginjal dan hipertensi dr Elizabeth Yasmine Wardoyo, SpPD-KGH.

    5. Keseringan ngopi

    Menurut dr Elizabeth Subsp GH(K), sebenarnya kopi tidak memiliki risiko buruk bagi ginjal. Namun tren yang berkembang, generasi muda cenderung minum kopi dengan berbagai tambahan seperti gula dan susu kental manis. Gula berlebih ini yang akhirnya merusak ginjal.

    “Biasanya generasi muda yang WFH tuh konsumsi kopi nggak hanya sekali ya (dalam sehari),” jelasnya.

    (up/tgm)

  • Rebusan Daun Salam Bisa Turunkan Tekanan Darah? Ini Kata Penelitian

    Rebusan Daun Salam Bisa Turunkan Tekanan Darah? Ini Kata Penelitian

    Jakarta

    Tekanan darah tinggi menjadi salah satu kondisi yang perlu diantisipasi sehabis perayaan kurban. Olahan daging yang tinggi garap bisa bikin tensi melonjak. Bisakah diatasi dengan rebusan daun salam?

    Daun salam atau bay leaf merupakan herba yang berasal dari pohon salam atau Laurus nobilis. Sesuai namanya, sering juga disebut sebagai bay-laurel. Di dunia kuliner, daun salam banyak digunakan untuk memberi citarasa khas dalam masakan.

    Di pasar, daun salam dijual dalam bentuk masih segar maupun kering. Penggunaannya cukup dimasukkan ke dalam masakan selama proses memasak, dan bisa diambil untuk disingkirkan saat makanan hendak disajikan. Memang, daun ini teksturnya keras sehingga susah dikunyah ataupun dicerna.

    Kandungan Nutrisi Daun Salam

    Dalam satu sendok makan remukan daun salam, terkandung nutrisi sebagai berikut:

    Energi: 5,5 kaloriProtein: 0,1 gramLemak: 0,1 gramKarbohidrat: 1,3 gram

    Dikutip dari WebMD, daun salam juga mengandung vitamin A, vitamin C, vitamin B6, kalsium, zat besi, dan mangaan.

    Manfaat Daun Salam untuk Tekanan Darah

    Rebusan daun salam hanya menambahkan sangat sedikit kalori ke dalam masakan. Sebaliknya, herba ini menambahkan banyak serat serta vitamin yang berfungsi sebagai antioksidan. Selain memperbaiki sistem imun, antioksidan juga menjaga fungsi kardiovaskular.

    Sebuah riset di Research Journal of Pharmacy and Technology menyebut, daun salam mengandung minyak sitrat esensial dan euganol, tamin, dan flavonoid. Berbagai kandungan tersebut dikatakan punya kemampuan untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

    Riset ini menyimpulkan adanya efek pemberian rebusan daun salam dalam menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi di Puskesmas Lasalimu Selatan, Buton, Sulawesi Tenggara. Meski demikian, ditegaskan bahwa penurunan tekanan darah tidak berarti menyembuhkan.

    Senyawa aktif dalam daun salam utamanya adalah flavonoid. Dalam penelitian lainnya, disebutkan daun salam bisa menurunkan dan menjaga tekanan darah pada kelompok pra-lansia dengan hipertensi.

    Kemungkinan Efek Samping

    Pada umumnya, daun salam aman digunakan dalam masakan. Hanya saja disebutkan, daun ini memang susah dicerna sehingga tidak dikonsumsi dalam bentuk sayuran, hanya untuk memasak atau diambil air rebusannya.

    Dikutip dari Healthline, informasi tentang keamanan tidak banyak tersedia. Karenanya, disarankan untuk tidak mengonsumsi daun ini saat kehamilan dan menyusui.

    Pada pengidap diabetes, daun salam mungkin mempengaruhi kadar gula darah. Beberapa bukti juga menunjukkan adanya dampak pada sistem saraf, sehingga bisa mempengaruhi efek anestesi saat operasi. Disarankan untuk tidak mengonsumsi daun salam kurang lebih 2 pekan sebelum menjalani operasi.

    (up/tgm)