Topik: diabetes

  • Nasib Pria Jepang dengan Kondisi Langka, Tubuhnya Menua 10 Kali Lebih Cepat

    Nasib Pria Jepang dengan Kondisi Langka, Tubuhnya Menua 10 Kali Lebih Cepat

    Jakarta – Nobuaki Nagashima berusia pertengahan 20-an ketika dia mulai merasa seperti tubuhnya sedang rusak. Dia berbasis di Hokkaido, prefektur paling utara Jepang, tempatnya menjalani pendidikan militer selama 12 tahun.

    Kondisi aneh di tubuhnya terjadi sedikit demi sedikit: katarak pada usia 25 tahun, nyeri di pinggulnya pada usia 28 tahun, masalah kulit di kakinya pada usia 30 tahun.

    Dikutip dari laman World Economic Forum, pada usia 33 tahun, Nagashima didiagnosis dengan sindrom Werner, penyakit yang menyebabkan tubuh menua terlalu cepat. Penyakit itu membuat seseorang terlihat keriput, rambut beruban dan kebotakan di usia muda. Hal ini juga diketahui menyebabkan pengerasan arteri, gagal jantung, diabetes, dan kanker.

    Nagashima telah menjalani lima atau enam operasi, dari jari kaki hingga pinggul hingga mata, untuk mengobati penyakit yang berkaitan dengan penuaan di umur 43 tahun. Dia mulai tak dikenali, beberapa akan mengira umur Nagashima sudah 80-an.

    Di Jepang, sindrom ini mempengaruhi sekitar 1 dari 40.000 hingga 1 dari 20.000 orang. Orang dengan sindrom ini mungkin mulai beruban sebelum usia 20 tahun. Pada usia 25 tahun, mereka mulai kehilangan rambut dari kulit kepala, alis, dan bulu mata, dan mereka mungkin hanya menumbuhkan rambut yang jarang di tempat lain di tubuh, termasuk ketiak dan dada.

    Kurangnya rambut ini kemungkinan terkait dengan hipogonadisme, ketika ovarium atau testis tidak berfungsi dengan baik; hipogonadisme juga merusak perkembangan organ seksual dan siklus menstruasi.

    Penyakit langka ini baru ditemukan pada tahun 1996, dan sejak itu hanya ada beberapa contoh Werner. Pada tahun 2008, hanya ada 1.487 kasus terdokumentasi di seluruh dunia, dengan 1.128 di antaranya di Jepang.

    Di Rumah Sakit Universitas Chiba, mereka menyimpan catatan total 269 pasien yang didiagnosis secara klinis, 116 di antaranya masih hidup. Salah satunya adalah Sachi Suga, yang hanya bisa berkeliling dengan kursi roda. Otot-ototnya sangat lemah sehingga dia tidak bisa lagi naik masuk dan keluar dari bak mandi.

    Dia biasa memasak sarapan secara teratur untuk dirinya sendiri dan suaminya, tetapi sekarang dia tidak bisa berdiri di depan kompor selama lebih dari satu atau dua menit dalam satu waktu. Dia terpaksa menyiapkan sup miso yang lebih cepat dibuat malam sebelumnya, yang dia makan sebelum berangkat kerja pada pukul 5.30 pagi.

    Sayangnya tidak ada obat untuk sindrom Werner; perawatan ditujukan untuk mengatasi gejala spesifik pasien. Misalnya, seseorang dapat minum obat dan menerapkan perubahan pola makan dan gaya hidup untuk mengelola diabetes tipe 2; menjalani operasi dan kemoterapi untuk kanker; dan minum obat untuk melawan pengerasan arteri mereka.

    (kna/kna)

  • Nasib Pria Jepang dengan Kondisi Langka, Tubuhnya Menua 10 Kali Lebih Cepat

    Nasib Pria Jepang dengan Kondisi Langka, Tubuhnya Menua 10 Kali Lebih Cepat

    Jakarta – Nobuaki Nagashima berusia pertengahan 20-an ketika dia mulai merasa seperti tubuhnya sedang rusak. Dia berbasis di Hokkaido, prefektur paling utara Jepang, tempatnya menjalani pendidikan militer selama 12 tahun.

    Kondisi aneh di tubuhnya terjadi sedikit demi sedikit: katarak pada usia 25 tahun, nyeri di pinggulnya pada usia 28 tahun, masalah kulit di kakinya pada usia 30 tahun.

    Dikutip dari laman World Economic Forum, pada usia 33 tahun, Nagashima didiagnosis dengan sindrom Werner, penyakit yang menyebabkan tubuh menua terlalu cepat. Penyakit itu membuat seseorang terlihat keriput, rambut beruban dan kebotakan di usia muda. Hal ini juga diketahui menyebabkan pengerasan arteri, gagal jantung, diabetes, dan kanker.

    Nagashima telah menjalani lima atau enam operasi, dari jari kaki hingga pinggul hingga mata, untuk mengobati penyakit yang berkaitan dengan penuaan di umur 43 tahun. Dia mulai tak dikenali, beberapa akan mengira umur Nagashima sudah 80-an.

    Di Jepang, sindrom ini mempengaruhi sekitar 1 dari 40.000 hingga 1 dari 20.000 orang. Orang dengan sindrom ini mungkin mulai beruban sebelum usia 20 tahun. Pada usia 25 tahun, mereka mulai kehilangan rambut dari kulit kepala, alis, dan bulu mata, dan mereka mungkin hanya menumbuhkan rambut yang jarang di tempat lain di tubuh, termasuk ketiak dan dada.

    Kurangnya rambut ini kemungkinan terkait dengan hipogonadisme, ketika ovarium atau testis tidak berfungsi dengan baik; hipogonadisme juga merusak perkembangan organ seksual dan siklus menstruasi.

    Penyakit langka ini baru ditemukan pada tahun 1996, dan sejak itu hanya ada beberapa contoh Werner. Pada tahun 2008, hanya ada 1.487 kasus terdokumentasi di seluruh dunia, dengan 1.128 di antaranya di Jepang.

    Di Rumah Sakit Universitas Chiba, mereka menyimpan catatan total 269 pasien yang didiagnosis secara klinis, 116 di antaranya masih hidup. Salah satunya adalah Sachi Suga, yang hanya bisa berkeliling dengan kursi roda. Otot-ototnya sangat lemah sehingga dia tidak bisa lagi naik masuk dan keluar dari bak mandi.

    Dia biasa memasak sarapan secara teratur untuk dirinya sendiri dan suaminya, tetapi sekarang dia tidak bisa berdiri di depan kompor selama lebih dari satu atau dua menit dalam satu waktu. Dia terpaksa menyiapkan sup miso yang lebih cepat dibuat malam sebelumnya, yang dia makan sebelum berangkat kerja pada pukul 5.30 pagi.

    Sayangnya tidak ada obat untuk sindrom Werner; perawatan ditujukan untuk mengatasi gejala spesifik pasien. Misalnya, seseorang dapat minum obat dan menerapkan perubahan pola makan dan gaya hidup untuk mengelola diabetes tipe 2; menjalani operasi dan kemoterapi untuk kanker; dan minum obat untuk melawan pengerasan arteri mereka.

    (kna/kna)

  • Kelompok Orang yang Tak Boleh Jalan Kaki Terlalu Lama Menurut Dokter, Siapa Saja?

    Kelompok Orang yang Tak Boleh Jalan Kaki Terlalu Lama Menurut Dokter, Siapa Saja?

    Jakarta

    Jalan kaki dikenal sebagai olahraga murah dengan segudang manfaat. Aktivitas ini bisa menurunkan risiko tekanan darah tinggi, penyakit jantung, hingga diabetes. Bukan cuma itu, rutin melangkah juga membantu menjaga berat badan ideal dan memperkuat otot serta tulang.

    Namun hati-hati, jalan kaki pun ada batasnya. “Seperti halnya aktivitas fisik lainnya, jalan kaki juga bisa berlebihan,” ujar para ahli.

    Belakangan, tren ‘hot girl walk’ ramai di TikTok. Konsepnya simpel, jalan kaki di luar sambil refleksi diri. Tagar #hotgirlwalk bahkan sudah dibanjiri ribuan unggahan. Ada juga tren urban hiking, yakni jalan kaki sejauh 10-15 mil (sekitar 16 hingga 24 km) per hari di tengah kota.

    “Tak ada batasan maksimal mutlak untuk jalan kaki atau jenis olahraga lain,” ujar dr Randy Cohn, ahli bedah ortopedi dan dokter kedokteran olahraga dari Northwell Health, New York.

    Menurutnya, manfaat jalan kaki jarak jauh bisa sangat besar. Selain menjaga kesehatan jantung dan menurunkan risiko diabetes tipe 2, menambah langkah juga bisa memperpanjang usia.

    Hal itu dibuktikan lewat studi tahun 2020 yang melibatkan lebih dari 4.800 orang dewasa di AS. Hasilnya, semakin banyak langkah yang ditempuh dalam sehari, semakin rendah pula risiko kematian dari berbagai penyebab.

    Meskipun kebanyakan dari kita dianjurkan untuk lebih banyak bergerak dan menambah jumlah langkah harian, ternyata ada kelompok orang yang harus berhati-hati agar tidak berjalan terlalu jauh.

    Siapa Saja?

    Orang dengan masalah jantung dan paru-paru seperti tekanan darah tinggi (hipertensi) dan penyakit jantung perlu ekstra waspada saat berjalan jauh karena aktivitas ini dapat meningkatkan detak jantung, menurut Dr. Cohn. “Jika peningkatan detak jantung bisa membahayakan seseorang, harus sangat berhati-hati dan berkonsultasi dengan tim medis sebelum memulai rencana olahraga,” ujarnya.

    Masalah otot dan sendi pada kaki juga bisa menjadi alasan untuk membatasi jarak berjalan. “Orang dengan gangguan pada kaki dan tungkai bawah seperti radang sendi lutut perlu berhati-hati agar tidak berjalan terlalu banyak dalam sehari agar tidak memperburuk kondisi tersebut,” kata Cohn, dikutip dari Everyday Health.

    Penggunaan sepatu jalan yang berkualitas dan pas juga bisa membantu mengurangi risiko nyeri, terutama bagi pengidap radang sendi.

    Selain itu, orang dengan penyakit pernapasan seperti asma atau penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), serta lansia, juga sebaiknya tidak terlalu memaksakan diri berjalan jauh. “Risiko jatuh adalah kekhawatiran besar pada kelompok lansia, jadi mereka harus menghindari kelelahan berlebih agar tidak terjadi kecelakaan,” jelasnya.

    NEXT: Tanda sudah terlalu banyak berjalan

    Berjalan jauh bisa membuat tubuh terasa segar, meski mungkin akan terasa pegal setelahnya. Namun, aktivitas ini seharusnya tidak menyebabkan cedera akibat penggunaan berlebihan.

    “Cedera akibat penggunaan berlebihan terjadi ketika suatu gerakan dilakukan secara berulang-ulang hingga melukai ligamen, tendon, atau otot,” jelas April Gatlin, praktisi olahraga bersertifikasi yang berbasis di Chicago.

    Bagaimana mengenalinya? Perhatikan tanda-tanda fisik. “Jika ada rasa sakit di persendian, tubuh terasa kaku, atau muncul sensasi yang tidak biasa di sendi, kurangi jarak tempuh atau istirahatlah sehari,” kata Gatlin. Konsultasikan ke dokter jika rasa sakit tidak kunjung membaik atau kembali muncul setelah istirahat.

    Gejala lain bahwa tubuh terlalu lelah antara lain gangguan tidur, perubahan suasana hati seperti mudah marah atau cemas, serta peningkatan detak jantung saat istirahat. Ini bisa menjadi sinyal bahwa tubuh mengalami stres berlebih dan perlu waktu untuk pulih.

  • Cukup Bawa KTP Pengemudi Ojol di Pemalang Dapat Layanan Kesehatan Gratis: Cek Jadwal, Tempat dan Cara Mendaftar di Sini

    Cukup Bawa KTP Pengemudi Ojol di Pemalang Dapat Layanan Kesehatan Gratis: Cek Jadwal, Tempat dan Cara Mendaftar di Sini

    Pemeriksaan kesehatan gratis tersebut menghadirkan tenaga medis dari Seksi Kedokteran dan Kesehatan (Sidokkes) Polres Pemalang.

    “Selain memberi layanan pemeriksaan tekanan darah, juga terdapat layanan cek gula darah gratis,” kata Kapolres Pemalang.

    Kata dia, bagi pengemudi Ojol yang memiliki keluhan kesehatan, akan menerima obat dan vitamin gratis.

    “Sampai hari ini, terdapat 39 pengemudi Ojol yang sudah mengikuti layanan kesehatan gratis,” kata Kapolres Pemalang.

    Dari hasil pemeriksaan kesehatan, beberapa pengemudi Ojol mengalami gangguan kesehatan, seperti batuk, flu, sakit tenggorokan, hipertensi, diabetes dan luka lebam.

    “Harapan kami, pemeriksaan kesehatan gratis ini bisa dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya oleh rekan-rekan pengemudi Ojol, untuk mendeteksi, mencegah dan memberikan pengobatan sejak dini,” ungkap Eko.

  • Ini Daftar Penyakit yang Paling Banyak Ditemukan saat Cek Kesehatan Gratis

    Ini Daftar Penyakit yang Paling Banyak Ditemukan saat Cek Kesehatan Gratis

    Jakarta – Saat ini, sebanyak 8 juta warga Indonesia telah memanfaatkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang tersebar di 38 provinsi. Program ini melibatkan 9.552 puskesmas, atau sekitar 93 persen dari total puskesmas yang ada di Indonesia.

    Berdasarkan data CKG, ditemukan sejumlah masalah kesehatan yang cukup banyak dialami peserta. Temuan ini menjadi peringatan penting bagi masyarakat untuk lebih memperhatikan kondisi kesehatannya sejak dini.

    1. Masalah Gigi

    Menteri Kesehatan RI (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, menyebut, masalah kesehatan yang paling banyak ditemukan pada program CKG adalah masalah kesehatan gigi dan mulut.

    “Masalah yang kita temui dari cek kesehatan gratis ini, yang paling tinggi adalah gigi. Saya baru sadar begitu periksa gigi saya ada bolongnya, beberapa juga diganti. Nah masalah kesehatan gigi ini tinggi sekali, terjadi di masyarakat Indonesia,” ucapnya dalam konferensi pers, Kamis (12/6/2025).

    Senada, peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Iwan Ariawan juga menyebutkan lebih dari separuh dari peserta CKG memiliki masalah pada kesehatan gigi dan mulut, mulai dari gigi berlubang, gigi hilang gigi goyang, hingga gusi turun.

    “Ini 50 sampai 60 persen mengalami masalah ini,” ucapnya dalam acara yang sama.

    “Hampir dari separuh peserta CKG ini punya masalah dengan giginya. Masalah ini maksudnya giginya goyang, giginya hilang, giginya berlubang, giginya turun,” kata Iwan.

    Proporsinya semakin tinggi sejalan dengan usia. Orang dengan usia 60+ tahun menjadi yang terbanyak mengalami masalah gigi, yaitu mencapai 85,4 persen. Iwan menambahkan, ini harus menjadi perhatian, karena dari gigi mulut bisa menyebabkan penyakit yang lain.

    2. Tekanan Darah Tinggi

    Selanjutnya adalah hipertensi atau tekanan darah tinggi. Penyakit ini cukup banyak ditemukan pada peserta dewasa atau 18 tahun ke atas. Pada usia 40 tahun ke atas, 1 dari 3 orang mengalami tekanan darah tinggi.

    “Pada peserta cek kesehatan gratis 20,9 persen ada hipertensi,” tambahnya.

    3. Diabetes

    Sebanyak 5,9 persen peserta cek kesehatan gratis juga mengidap diabetes. Penyakit ini juga sudah ditemukan di usia muda, mulai dari 18-29 tahun.

    Pada usia 40 tahun ke atas, 1 dari 10 orang mengalami diabetes. Sekitar 8,3 persen dialami oleh orang dengan usia 40-59 tahun dan 12 persen dialami oleh orang dengan usia 60+ tahun.

    4. Obesitas

    Obesitas atau kelebihan berat badan juga banyak ditemukan pada peserta program Cek Kesehatan Gratis (CKG). Salah satu jenis yang paling umum adalah obesitas sentral, yaitu penumpukan lemak di area perut. Obesitas sentral didefinisikan sebagai lingkar pinggang lebih dari 90 cm pada laki-laki dan lebih dari 80 cm pada perempuan.

    “1 dari 2 perempuan yang melakukan cek kesehatan gratis itu ada obesitas sentral, dan laki laki seperempatnya 1 dari 4, tinggi ini,” kata peneliti FKM UI, Iwan Ariawan, dalam konferensi pers, Kamis (12/6/2025).

    Peserta Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang mengalami obesitas sentral memiliki risiko 1,5 hingga 2 kali lebih tinggi untuk menderita hipertensi dan diabetes. Padahal, kedua penyakit tersebut dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit serius lainnya, seperti jantung dan stroke.

    (elk/suc)

  • Temuan Menkes: Perempuan Lebih Antusias Ikut CKG, Singgung Umur Panjang

    Temuan Menkes: Perempuan Lebih Antusias Ikut CKG, Singgung Umur Panjang

    Jakarta

    Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) telah berjalan selama empat bulan, sejak pertama kali diresmikan pada 10 Februari 2025. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan beberapa data menarik, salah satunya lebih banyak perempuan daripada laki-laki yang sudah melakukan CKG.

    “Saya bisa sampaikan bahwa lebih banyak perempuan yang melakukan CKG daripada laki-laki. Jadi ini adalah panggilan buat saya sendiri sebagai laki-laki untuk memberikan contoh agar kita juga mau hidup lebih sehat,” terang Menkes dalam konferensi pers daring, Kamis (12/6/2025).

    “Data menunjukkan bahwa usia hidup rata-rata perempuan itu sudah di atas laki-laki. Saya rasa inilah penyebab salah satu karena kita laki-laki tidak serajin istri kita, anak kita yang perempuan yang melakukan CKG. Jadi, para laki-laki mengikuti rekan-rekan kita yang perempuan untuk melakukan cek kesehatan gratis,” sambungnya.

    Peneliti dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) dr Iwan Ariawan juga mengungkapkan hal yang serupa. Berdasarkan data, jumlah masyarakat Indonesia yang sudah melakukan CKG sebanyak 8.623.665 orang.

    Dari total tersebut, jumlah perempuan yang sudah melakukan program CKG sebanyak 5.366.372 (62,24 persen). Sementara laki-laki hanya 3.257.293 (37,76 persen).

    “Kalau kita lihat, yang datang ini masih kebanyakan perempuan. Jadi 2 per 3-nya adalah perempuan. Padahal kita tahu, penduduk kita itu 50-50, 50 persen laki-laki dan 50 persen perempuan,” jelas dr Iwan.

    “Jadi yang laki-laki kesadarannya masih kurang untuk datang untuk melakukan cek kesehatan gratis,” lanjutnya.

    NEXT: Masalah kesehatan yang sering ditemukan

    Masalah Kesehatan yang Sering Ditemukan

    dr Iwan mengungkapkan salah satu masalah kesehatan yang sering ditemukan adalah kegemukan atau obesitas sentral. Kondisi ini dapat diperiksa melalui lingkar pinggang.

    Pada pria, lingkar pinggang yang lebih dari 90 cm sudah termasuk obesitas. Sementara pada perempuan dapat dinyatakan obesitas jika lingkar pinggangnya lebih dari 80 cm.

    “Ini 50 persen atau 1 dari 2 perempuan yang melakukan CKG itu ada obesitas sentral. Pada laki-laki, 1 dari 4, ini tinggi ya. Dan ini merupakan faktor risiko untuk penyakit berikutnya, yaitu hipertensi dan diabetes melitus,” beber dr Iwan.

    “Pada peserta CKG yang memiliki obesitas sentral itu kemungkinan dia memiliki tekanan darah tinggi atau diabetes itu satu setengah sampai dua kali lipat, jadi risikonya itu meningkat tinggi. Dan seperti yang kita tahu, bahwa kedua penyakit ini adalah risiko penyakit berikutnya yang lebih fatal yaitu jantung dan stroke,” tambahnya.

    Dari hasil temuan peserta CKG, sebanyak 20,9 persen mengalami hipertensi dan 5,9 persen didiagnosis diabetes. Orang-orang dengan kondisi ini, baik laki-laki maupun perempuan, sangat berisiko mengalami stroke, penyakit jantung, hingga gagal ginjal.

    dr Iwan juga membeberkan data berdasarkan usianya. Orang-orang usia muda seperti 18 tahun sudah mengidap tekanan darah tinggi atau hipertensi. Di usia 40 tahun ke atas, itu ada 1 dari 3 orang mengidap hipertensi.

    “Sedangkan untuk diabetes juga sudah dimulai dari pada usia muda. Dan pada usia 40 tahun ke atas, itu sudah 1 dari 10 orang mengalami penyakit gula darah tinggi atau diabetes,” pungkasnya.

  • Pilu Terserang Stroke di Umur 21, Ini 6 Kebiasaan yang Bisa Jadi Pemicu

    Pilu Terserang Stroke di Umur 21, Ini 6 Kebiasaan yang Bisa Jadi Pemicu

    Jakarta

    Banyak yang mengira stroke hanya menyerang usia tua. Tapi siapa sangka, seorang wanita di Inggris mengalami stroke di usianya yang masih 21 tahun.

    Phoebe O’Shaughnessy, awalnya mengeluhkan sakit kepala selama empat hari. Sakitnya tak kunjung reda meski dia meminum obat apapun sehingga dirinya memutuskan ke rumah sakit.

    “Saat bangun, saya tidak bisa berbicara atau berjalan, dan sisi kanan wajah saya mulai melemah,” ucap Phoebe.

    Kejadian yang sama juga dirasakan oleh Elsa, seorang wanita di Tangerang. Dia terkena stroke di usia 29 tahun, usia yang masih sangat muda.

    Tiga hari sebelum stroke, Elsa mengeluh pusing tak tertahankan. Kala itu, dokter tidak mengira Elsa kena stroke dan langsung diperbolehkan pulang. Mengira gejalanya mereda, tiga hari kemudian seluruh badan di area kirinya tidak bisa digerakkan dan dia sulit berbicara.

    “Pola makan saya nggak sehat, sukanya yang fast food, nggak pernah olahraga apalagi tidur selalu jam 2 subuh, sekarang hanya bisa terapi,” beber Elsa kepada detikcom Jumat (7/2/2025).

    Penyebab Stroke Usia Muda

    Terkait meningkatnya angka stroke di usia muda, Dr dr Jacub Pandelaki, SpRad(K), mengatakan ada beberapa faktor yang melatarbelakanginya. Pertama, catatan pelaporan kasus yang relatif baik daripada tahun-tahun sebelumnya.

    Kedua, teknologi deteksi dini sehingga pasien muda yang terserang stroke lebih mudah diketahui. Ketiga, faktor gaya hidup yang juga berperan memicu stroke usia muda.

    Gejala Stroke

    Gejala stroke yang harus dikenali yakni:

    Kesulitan berbicaraMati rasa, kelemahan atau kelumpuhan pada wajah, lengan atau kakuMasalah penglihatan pada satu atau kedua mataSakit kepalaKesulitan berjalan6 Kebiasaan yang Bisa Picu Stroke

    Stroke yang terjadi di usia muda bisa dipicu faktor gaya hidup yang tidak sehat. Pola makan saat ini yang cenderung instan juga bisa menjadi pemicu terjadinya stroke.

    “Jadi pola hidup mempunyai pengaruh yang besar, itulah kenapa pada usia muda sekarang ini bisa dimungkinkan terkena stroke,” terang dr Jacob.

    1. Terlalu banyak makan garam

    Orang yang mengonsumsi makanan tinggi garam atau makanan yang kaya lemak jenuh, lemak trans, dan kolesterol berisiko tinggi terkena stroke dan penyakit jantung.

    “Makanan tinggi garam meningkatkan tekanan darah dan merupakan faktor risiko stroke,” kata Dr Praveen Gupta, Direktur Utama & Kepala, Departemen Neurologi, Fortis Memorial Research Institute, Gurugram.

    2. Rebahan terus

    Rebahan terus tanpa dibarengi dengan aktivitas fisik yang teratur bisa memicu stroke. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan berbagai kondisi kesehatan lain seperti obesitas yang terkait dengan stroke.

    3. Terlalu stres

    Stres mungkin sulit untuk dihindari sepenuhnya. Tapi paparan stres tidak terkontrol yang terus menerus bisa menyebabkan masalah kronis. Tekanan yang diberikan pikiran ke tubuh saat menghadapi situasi yang membuat stres bisa meningkatkan tekanan darah. Kemudian selanjutnya meningkatkan kemungkinan terkena stroke.

    4. Kebiasaan begadang

    Spesialis neurologi dr Sigit Dewanto H, SpN, FINS, FINA mengatakan secara tidak langsung, kebiasaan begadang dan kurang tidur bisa memicu stroke.

    “Kalau kita kurang tidur, metabolisme kita terganggu. Jadinya korelasinya gampang terkena faktor-faktor risikonya. Jadi nggak direct, tapi indirect. Jadi faktor risikonya dulu yang muncul. Seperti darah tinggi, gula, itu semua bisa muncul. Itu korelasinya kecapekan tadi kurang istirahat,” terangnya saat ditemui detikcom di Jakarta Pusat, Rabu (25/10/2023).

    5. Berlebihan minum energy drink

    Spesialis saraf dari Perhimpunan Dokter Neurologi Seluruh Indonesia (Perdosni), dr Henry Riyanto, SpN, menyebut energy drink memiliki kandungan neurostimulan. Konsumsi berlebihan tak cuma mempengaruhi saraf, tapi juga bisa meningkatkan tekanan darah serta denyut jantung.

    “Pada orang-orang yang sudah memiliki faktor risiko sebelumnya, ada gangguan dinding pembuluh darah misalnya, akhirnya itu bisa terjadi kalau misalnya ada plak di pembuluh darahnya. Nantinya plaknya bisa menimbulkan stroke iskemik atau sumbatan,” kata dr Henry dalam perbincangan dengan detikcom.

    6. Kebanyakan minum soda

    Menurut penelitian yang dilakukan INTERSTROKE, minuman berkarbonasi, baik yang mengandung gula maupun pemanis buatan, seperti soda, dikaitkan dengan peningkatan kemungkinan terkena stroke pertama atau pendarahan intraserebral sebesar 22 persen.

    “Kandungan gula yang tinggi dalam minuman berkarbonasi biasa dapat menyebabkan obesitas, diabetes, dan hipertensi, yang semuanya merupakan faktor risiko utama stroke iskemik dan pendarahan intraserebral,” kata Christopher Yi, dokter bedah vaskular di Memorial Orange Coast Medical Center, California.

    Tips mencegah stroke

    Stroke adalah penyakit yang bisa dicegah. Mengganti kebiasaan sehari-hari menjadi lebih sehat bisa mencegah penyakit mematikan ini. Beberapa yang bisa dilakukan yakni:

    Olahraga teraturPerbanyak minum air putih, kurangi asupan gulaTidur setidaknya 7-9 jam sehariKurangi stres dengan rutin melakukan meditasi atau yogaMengonsumsi makanan sehat seperti buah, sayur, juga memilih protein yang rendah kadar lemak.Melakukan pemeriksaan kesehatan rutin tekanan darah.

    (up/tgm)

  • Rutin Minum Kopi Tanpa Gula Punya Efek Ini

    Rutin Minum Kopi Tanpa Gula Punya Efek Ini

    Jakarta – Bagi sebagian orang, kopi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari rutinitas harian. Kopi memiliki citarasa yang pahit, tapi menyimpan sejumlah manfaat untuk kesehatan.

    Meski demikian, menambahkan gula ke secangkir kopi bisa mengurangi manfaat yang ditawarkan. Ketahui sejumlah manfaat kesehatan saat rutin mengkonsumsi kopi pahit atau tanpa gula berikut ini.

    Manfaat Rutin Minum Kopi Tanpa Gula

    Dikutip dari Healthline, minum kopi tanpa gula dapat menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2, menyehatkan otak, serta meningkatkan suasana hati. Berikut penjelasannya.

    Menurut penelitian, minum kopi hitam pahit secara teratur bisa menurunkan risiko terkena diabetes tipe 2. Salah satu studi menunjukkan bahwa setiap secangkir kopi bisa menurunkan risiko diabetes hingga 11 persen.

    2. Menyehatkan Otak

    Kopi bisa membantu melindungi dari gangguan neurodegeneratif tertentu, seperti penyakit alzheimer dan parkinson. Salah satu penelitian menemukan, orang yang rutin mengonsumsi kafein memiliki risiko terkena penyakit parkinson lebih rendah. Tak hanya itu, konsumsi kafein juga bisa memperlambat perkembangan penyakit parkinson.

    3. Membantu Mengelola Berat Badan

    Peneliti menemukan bahwa kopi hitam bisa membantu mengelola berat badan. Sebuah studi menunjukkan bahwa minuman berkafein, seperti kopi cenderung tidak menyebabkan berat badan naik.

    Studi lainnya membuktikan bahwa minum minuman berkafein 30 menit hingga 4 jam sebelum makan bisa mengurangi nafsu makan. Meski demikian, perlu diketahui bahwa manfaat ini bisa berkurang jika kopi ditambah krimer dan zat pemanis lainnya.

    4. Meningkatkan Energi

    Kafein dalam kopi dapat membantu meningkatkan energi dan melawan rasa lelah. Sebab, kafein bisa memblokir neurotransmitter yang dikenal dengan adenosin. Sehingga, kadar neurotransmitter lain di otak yang mengatur tingkat energi meningkat.

    5. Mengurangi Risiko Kanker

    Asupan kopi bisa membantu menurunkan risiko terkena beberapa jenis kanker, seperti kanker payudara, kolorektal, dan hati. Hal tersebut dibuktikan dalam penelitian. Menurut para ilmuwan, manfaat ini disebabkan oleh antioksidan dalam kopi yang membantu melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas.

    6. Meningkatkan Suasana Hati

    Kandungan kafein juga bisa membantu meningkatkan suasana hati. Menurut penelitian, konsumsi empat cangkir kopi atau lebih dalam sehari bisa membantu mengurangi depresi.

    Asupan kopi tanpa gula disarankan tidak lebih dari empat cangkir dalam sehari. Perlu diketahui bahwa beberapa orang perlu membatasi asupan kopi, seperti orang hamil atau menyusui, anak-anak dan remaja, sera orang dengan kondisi kesehatan tertentu

    (elk/tgm)

  • Manfaat Konsumsi Belimbing Wuluh, Buah Asam yang Baik untuk Kesehatan

    Manfaat Konsumsi Belimbing Wuluh, Buah Asam yang Baik untuk Kesehatan

    Jakarta

    Belimbing wuluh adalah buah kecil berwarna hijau dengan rasa asam yang menyengat. Seringkali, buah ini digunakan sebagai bahan pelengkap dalam masakan.

    Namun, tak hanya itu, belimbing wuluh ternyata juga mengandung banyak manfaat kesehatan. Ada kandungan vitamin C, vitamin B, kalsium, zat besi, flavonoid, hingga tanin dalam buah asam ini.

    Manfaat Belimbing Wuluh

    Selain aromanya yang menyegarkan, belimbing wuluh memberikan banyak manfaat untuk kesehatan. Berikut di antaranya:

    1. Mengatur Kadar Gula Darah

    Belimbing wuluh bermanfaat dalam mengendalikan kadar gula darah, dengan memantau aktivitas insulin di dalam tubuh. Dikutip dari laman NetMeds, flavonoid dan serat yang tinggi dalam belimbing wuluh dapat mencegah lonjakan kadar glukosa darah secara tiba-tiba setelah makan, sehingga membantu mengendalikan gejala diabetes.

    2. Membantu Mengelola Hipertensi

    Belimbing wuluh dapat menjadi obat alami untuk menurunkan tekanan darah berkat kandungan antioksidan dan proteinnya. Mengonsumsi belimbing wuluh yang direbus dalam air panas membantu menurunkan tekanan darah tinggi dalam pembuluh darah, dengan memperlebar arteri, vena, dan kapiler, serta merelaksasikan otot.

    3. Mengobati Batuk

    Belimbing wuluh dapat mengatasi batuk. Khasiat ini karena kandungan saponin triterpen dalam belimbing wuluh bisa memberi efek antitusif dan ekspektoran yang membantu menyembuhkan batuk. Vitamin C nya juga bisa berperan dalam meningkatkan kekebalan tubuh.

    4. Memperkuat Tulang

    Belimbing wuluh mengandung banyak kalsium yang meningkatkan kepadatan tulang dan menjaga struktural kerangka dalam tubuh. Makan ekstrak belimbing dalam bentuk kering yang ditambahkan ke kari atau sebagai acar dapat memperkuat tulang.

    5. Meredakan Kram Otot

    Mengandung fitonutrien yang memiliki khasiat analgesik dan antiradang yang kuat, belimbing wuluh menjadi obat untuk mengurangi nyeri otot dan meredakan kram. Minum jus belimbing wuluh dapat menyembuhkan nyeri, ketidaknyamanan, dan kekakuan pada otot dan sendi.

    Sebuah jurnal di tahun 2015 menunjukkan bahwa kandungan saponin dalam belimbing wuluh memiliki aktivitas inflamasi, karena telah terbukti menghambat pelepasan zat proinflamasi yang distimulasi lipoposakarida. Dikutip dari laman Kemenkes, serat dalam belimbing wuluh juga membantu mengikat kolesterol dan membuangnya dari tubuh, sehingga bisa membantu mengurangi kadar kolesterol dalam darah.

    Dalam penelitian Pengaruh Pemberian Infus Buah Belimbing Wuluh terhadap Kadar Kolesterol Darah Tikus, sebanyak 3,6 g dan 5,4 g belimbing wuluh menurunkan kolesterol darah tikus seberat 200 g. Dosis 5,4 g memberi efek yang setara dengan gemfibrozil 10,8 mg.

    (elk/tgm)

  • 6 Manfaat Daun Pepaya untuk Kesehatan yang Jarang Diketahui

    6 Manfaat Daun Pepaya untuk Kesehatan yang Jarang Diketahui

    Jakarta – Pepaya dikenal karena buahnya yang manis dan kaya serat. Mungkin, tak banyak yang mengetahui bahwa daun pepaya menyimpan banyak khasiat yang baik untuk kesehatan.

    Meski rasanya pahit, daun pepaya mengandung senyawa yang dapat mendukung fungsi tubuh. Apa saja manfaat daun pepaya untuk kesehatan?

    Manfaat Daun Pepaya untuk Kesehatan yang Jarang Diketahui

    Daun pepaya dapat mengobati gejala demam berdarah, menyehatkan pencernaan, hingga baik untuk kulit. Dikutip dari Healthline, begini penjelasannya.

    1. Mengobati Gejala yang Berhubungan dengan Demam Berdarah Dengue

    Daun pepaya berpotensi untuk mengobati gejala-gejala yang berkaitan dengan demam berdarah dengue (DBD). Dengue adalah virus yang ditularkan oleh nyamuk yang bisa menular ke manusia dan menyebabkan gejala seperti flu, demam, kelelahan, sakit kepala, mual, muntah, dan ruam kulit.

    Tiga penelitian yang melibatkan ratusan orang pengidap demam berdarah menemukan bahwa ekstrak daun pepaya secara signifikan meningkatkan kadar trombosit darah. Daun pepaya juga memiliki sangat sedikit efek samping.

    2. Meningkatkan Keseimbangan Gula Darah

    Daun pepaya sering digunakan sebagai terapi alami untuk mengobati diabetes dan meningkatkan kontrol gula darah dalam pengobatan tradisional di Meksiko.

    Penelitian pada tikus diabetes menemukan bahwa ekstrak daun pepaya memiliki efek antioksidan dan penurun gula darah yang kuat. Hal ini karena kemampuan daun pepaya untuk melindungi sel penghasil insulin di pankreas dari kerusakan dan kematian dini. Meski demikian, penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan.

    3. Menyehatkan Pencernaan

    Ekstrak daun pepaya juga sering digunakan sebagai terapi alternatif untuk meringankan gejala pencernaan yang tidak nyaman, seperti gas, kembung, dan mulas. Daun pepaya mengandung serat, nutrisi yang mendukung fungsi pencernaan yang sehat serta senyawa unik bernama papain.

    Papain dikenal dengan kemampuannya dalam memecah protein besar menjadi protein dan asam amino yang lebih kecil dan mudah dicerna. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa penggunaan suplemen bubuk papain dari buah pepaya mengurangi gejala pencernaan seperti sembelit dan mulas pada orang dengan sindrom iritasi usus besar.

    4. Meredakan Peradangan

    Olahan daun pepaya sering digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi peradangan, baik internal maupun eksternal. Beberapa di antaranya yaitu ruam kulit, nyeri sendi, dan nyeri otot.

    Daun pepaya mengandung berbagai nutrisi dan senyawa tanaman dengan potensi manfaat anti-inflamasi, seperti papain, flavonoid, dan vitamin E. Penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pepaya secara signifikan mengurangi peradangan dan pembengkakan pada kaki tikus yang menderita radang sendi.

    5. Menyehatkan Kulit

    Tak hanya dikonsumsi secara oral, daun pepaya juga digunakan secara topikal untuk menjaga kulit tetap lembut, bersih, dan awet muda. Enzim pelarut protein dalam daun pepaya, papain digunakan secara topikal sebagai bahan pengelupas untuk menghilangkan sel-sel kulit mati dan berpotensi mengurangi terjadinya pori-pori tersumbat dan jerawat.

    Enzim daun pepaya juga digunakan untuk meningkatkan penyembuhan luka. Dalam sebuah penelitian, dikatakan bahwa enzim tersebut bisa meminimalkan munculnya jaringan parut pada kelinci.

    6. Menyehatkan Kulit Kepala dan Rambut

    Masker dan jus pepaya sering digunakan untuk meningkatkan pertumbuhan rambut dan kesehatan kulit kepala. Meski demikian, bukti tentang khasiat ini masih sangat terbatas.

    Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kadar stres oksidatif yang tinggi dalam tubuh bisa menyebabkan rambut rontok. Asupan yang kaya antioksidan bisa membantu meredakan stres oksidatif yang selanjutnya meningkatkan pertumbuhan rambut.

    Daun pepaya mengandung beberapa senyawa dengan sifat antioksidan, seperti flavonoid dan vitamin E. Meski demikian, belum ditemukan bukti yang signifikan terkait manfaat penggunaan daun pepaya secara topikal bagi proses pertumbuhan rambut.

    (elk/tgm)