Topik: diabetes

  • Sering Bangun Tengah Malam? Ini Sinyal Awal Diabetes

    Sering Bangun Tengah Malam? Ini Sinyal Awal Diabetes

    Jakarta

    Diabetes merupakan kondisi kronis yang terjadi ketika tubuh tidak mampu mengatur kadar gula darah dengan baik. Ini disebabkan karena tubuh tidak memproduksi cukup insulin atau tidak menggunakan insulin secara efektif.

    Jika diabetes tidak dikendalikan, penyakit ini bisa memicu masalah kesehatan lain seperti kerusakan ginjal, mata, saraf, dan jantung.

    Diabetes secara umum dibagi menjadi tipe satu dan dua. Diabetes tipe satu terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel penghasil insulin di pankreas, sehingga tubuh hampir tidak memproduksi insulin. Sedangkan diabetes tipe dua terjadi karena tubuh tidak menggunakan insulin secara efektif atau tidak cukup memproduksinya.

    Kaitan Diabetes dan Tidur

    Tidur cukup dan berkualitas penting dalam menjaga kesehatan, khususnya pengidap diabetes. Masalahnya, sulit bagi pengidap diabetes mendapatkan tidur yang nyenyak.

    Dikutip dari Diabetes UK, perubahan kadar gula darah saat malam mengganggu kualitas tidur. Komplikasi akibat diabetes seperti neuropati (kerusakan saraf) serta nyeri pada kaki juga membuat tidur lebih sulit atau sering terbangun.

    Oleh karena itu, kenali lebih dalam gangguan tidur yang menjadi sinyal awal diabetes. Berikut ini beberapa gejala diabetes yang seringkali muncul di malam hari dan mengganggu tidur:

    1. Bolak-balik Buang Air Kecil

    Ketika kadar gula darah tinggi, ginjal akan bekerja lebih keras untuk mengeluarkannya dari tubuh. Ini membuat frekuensi buang air kecil meningkat, khususnya di malam hari.

    Akibatnya tidur terganggu karena sering terbangun untuk ke kamar mandi. Gula darah tinggi juga bisa menyebabkan sakit kepala, haus berlebihan, dan kelelahan sehingga membuat sulit untuk tidur.

    2. Keringat Malam

    Diabetes mengganggu cara tubuh berkeringat dan mengatur suhu. Ini biasanya mencakup keringat malam, keringat saat makan, dan keringat meski cuaca sedang sejuk. Keringat berlebih akibat diabetes biasanya berkaitan dengan ketidakseimbangan hormon, stres, kerusakan saraf, masalah pada kardiovaskular, serta obat-obatan.

    Keringat malam seringkali disebabkan oleh kadar gula darah rendah atau hipoglikemia. Kondisi ini lebih sering dialami oleh pasien yang menggunakan insulin atau obat diabetes golongan sulfonilurea.

    Ketika kadar gula darah turun terlalu rendah, tubuh memproduksi adrenalin secara berlebihan, yang memicu keringat. Keringat yang keluar bisa begitu banyak hingga membuat pakaian tidur atau sprei basah, sehingga terbangun di malam hari.

    3. Hipoglikemia dan Hiperglikemia

    Gula darah tinggi (hiperglikemia) dan gula darah rendah (hipoglikemia) pada pengidap diabetes, sama-sama mempengaruhi kualitas tidur seseorang. Kondisi ini memicu insomnia dan kelelahan pada keesokan harinya.

    Sama seperti dengan penyakit kronis lain, stres dan depresi karena penyakit itu sendiri juga membuat orang lebih sulit untuk tidur nyenyak di malam hari.

    4. Nyeri atau Sensasi Aneh di Kaki

    Diabetes kronis berpotensi menyebabkan kerusakan saraf atau diabetic neuropathy, khususnya di area kaki. Kadar gula darah yang terlalu tinggi akibat diabetes, seiring waktu dapat merusak saraf di seluruh tubuh.

    Kondisi ini biasanya ditandai dengan sensasi terbakar, kesemutan, atau nyeri saat malam hari. Ketika keluhan ini muncul, tidur menjadi terganggu dan memicu rasa kantuk berlebih ketika siang hari.

    Fenomena Diabetes di Usia Muda

    Dokter spesialis penyakit dalam, dr Ketut Suastika, SpPD-KEMD menuturkan diabetes kini bukanlah ‘penyakit orang tua’. Menurutnya, anak muda usia 20-an juga tidak terlepas dari risiko penyakit diabetes.

    Ini disebabkan oleh perilaku hidup zaman sekarang yang cenderung tidak sehat, seperti makan berlebihan yang memicu obesitas, hingga kebiasaan merokok. Padahal di usia muda, risiko komplikasi akibat penyakit diabetes menjadi lebih cepat dibandingkan orang usia lanjut.

    “Mereka komplikasinya lebih cepat, kematiannya juga lebih cepat. Jadi memang konsentrasi kita pada mereka yang muda ini antara 15 sampai 40 tahun. Banyak sekali diabetes tipe 2 semakin hari semakin banyak dengan perilaku anak muda seperti sekarang,” kata Prof ketut.

    Jangan lupa untuk melakukan pemeriksaan kadar gula darah secara rutin sebagai langkah deteksi dini penyakit diabetes.

    (avk/tgm)

  • Cerita Para Mahasiswa Usia 20-an Kena Gagal Ginjal di Vietnam, Terbiasa Konsumsi Ini

    Cerita Para Mahasiswa Usia 20-an Kena Gagal Ginjal di Vietnam, Terbiasa Konsumsi Ini

    Jakarta

    Meningkatnya kasus gagal ginjal pada usia muda juga terjadi di Vietnam. Data Kementerian Kesehatan setempat menunjukkan terdapat 8,7 juta orang dewasa muda dengan penyakit ginjal kronis atau sekitar 12,8 persen dari populasi.

    Vietnam saat ini memiliki lebih dari 400 unit hemodialisis dan menyediakan layanan dialisis atau yang awamnya dikenal ‘cuci darah’ kepada sekitar 30.000 pasien dengan penyakit ginjal stadium akhir setiap tahun, tetapi itu hanya memenuhi 30 persen dari kebutuhan pasien yang membutuhkan dialisis secara nasional.

    Dalam beberapa tahun terakhir, jumlah kasus gagal ginjal stadium akhir pada usia muda rentang 20-40 tahun telah meningkat secara mengkhawatirkan. Misalnya, Klinik Nefrologi Rumah Sakit Binh Dan (HCMC) di Vietnam, sekitar sepertiga pasien yang datang untuk pemeriksaan dan pengobatan gagal ginjal berusia di bawah 40 tahun.

    Menurut statistik dari Departemen Ginjal Rumah Sakit Cho Ray, sekitar 400-500 pasien menjalani dialisis rutin. Setiap hari, rata-rata ada 60-70 kasus yang memerlukan dialisis darurat. Jumlah kasus gagal ginjal kronis stadium akhir meningkat pesat.

    Duy, mahasiswa di Hanoi (23) dulunya memiliki gaya hidup yang sama dengan banyak anak muda lain, begadang untuk belajar ujian, makan larut malam, minum teh susu dan minuman ringan. Mahasiswa laki-laki itu tidak menyangka gaya hidup yang tampaknya normal berujung pada harga yang harus dibayar mahal, ‘cuci darah’ seumur hidup.

    Ia baru mengetahui mengidap gagal ginjal kronis stadium IV tahun lalu, tetapi karena sibuk dengan ujian kelulusan universitasnya, ia berpuas diri, tidak melakukan pemeriksaan rutin, dan bahkan berhenti minum obat.

    Ketika kemudian merasa lelah dan mual parah, ia kembali ke rumah sakit. Dokter memberinya kabar buruk bahwa fungsi ginjalnya menurun drastis, mencapai gagal ginjal stadium akhir dan harus segera cuci darah.

    Sejak saat itu, untuk bertahan hidup, Duy harus menjalani cuci darah tiga kali seminggu di Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi. Berbaring di ranjang rumah sakit, menyaksikan jarum menembus kulitnya untuk menyaring darahnya.

    “Malam-malam ketika saya begadang hingga pukul 2-3 dini hari untuk belajar ujian, lalu makan larut malam, minum teh susu, saya tidak menganggapnya sesuatu yang serius. Jika saya dapat kembali, saya akan lebih memperhatikan diri sendiri, tetapi sekarang sudah terlambat,” sesalnya.

    Menurut Associate Professor Do Gia Tuyen, Departemen Nefrologi Urologi, Rumah Sakit Universitas Kedokteran Hanoi, setiap minggu ia menerima hingga 6 pasien dengan gagal ginjal kronis stadium 4-5, yang sebagian besar adalah generasi muda atau setengah baya di bawah 45 tahun. Hal yang mengkhawatirkan, sebagian besar pasien baru mengetahui penyakitnya ketika sudah dalam stadium parah, ketika metode pengobatan konservatif hampir tidak lagi efektif.

    Mengapa pasien gagal ginjal sering terlambat terdeteksi? Associate Professor Tuyen menunjukkan tiga kemungkinan utama:

    Tak ada gejala di awal penyakit

    Penyakit ginjal kronis terjadi secara diam-diam, tanpa gejala yang jelas selama bertahun-tahun. Hanya ketika tanda-tanda seperti edema, oliguria, kelelahan, dan tekanan darah tinggi muncul, pasien pergi ke dokter, tetapi penyakitnya sudah dalam tahap akhir. Banyak orang, terutama kaum muda, tidak menyadari tingkat keparahan penyakit ini, yang menyebabkan mereka mengabaikan tanda-tanda awal.

    Nihil pemeriksaan rutin

    Pemeriksaan fungsi ginjal harus dilakukan secara teratur, terutama pada individu berisiko tinggi seperti pengidap diabetes, mereka yang memiliki tekanan darah tinggi, mereka yang berusia di atas 60 tahun, dan mereka yang memiliki riwayat keluarga penyakit ginjal. Dengan hanya melakukan tes urine atau mengukur proteinuria dan kreatinin darah setiap tahun, penyakit ini dapat dideteksi sejak dini. Namun, banyak orang tidak melakukan pemeriksaan ini karena kurangnya informasi atau subjektivitas.

    Penyakit ginjal kronis dikenal sebagai silent killer atau diam-diam mematikan. Hoai, pasien muda lainnya di rumah sakit seperti Duy dirawat, berjuang melawan diagnosis yang sama di usianya 20 tahun.

    NEXT: Gejala Awal yang Dirasakan

    Hoai relatif cukup sibuk di masa mudanya, karena harus menjalani studi sekaligus bekerja paruh waktu. Karenanya, ia sering melewatkan makan, dan lebih memilih makanan cepat saji dan kafein.

    Gejala awalnya dianggap sebagai gejala yang berhubungan dengan stres, sehingga ia tidak berpikir lebih jauh. Saat ia mencari bantuan profesional, fungsi ginjalnya telah menurun drastis.

    Di Rumah Sakit Umum Duc Giang, jumlah pasien muda yang memerlukan dialisis rutin telah meningkat drastis selama lima tahun terakhir.

    Penyebabnya, menurut Dr Thanh, salah satu dokter di RS tersebut, meliputi faktor gaya hidup seperti kurang olahraga, dehidrasi, dan pilihan makanan yang buruk yang kaya akan garam dan gula.

    Simak Video “Video: Setengah Juta Warga di Singapura Kena Penyakit Ginjal “
    [Gambas:Video 20detik]

  • Tangan Sering Dingin? Ini Penjelasan Medisnya

    Tangan Sering Dingin? Ini Penjelasan Medisnya

    Jakarta

    Tangan sering dingin kerap diartikan sebagai gejala penyakit jantung. Ada benarnya sedikit, tapi lebih banyak tidak tepatnya. Begini penjelasannya secara medis.

    Terkait gejala penyakit jantung, dr Vireza Pratama, SpJP, Subsp.IKKv(K), FIHA, FAsCC, FSCAI, menegaskan tangan sering terasa dingin bukan gejala yang spesifik. Artinya, ada banyak kemungkinan penyebab di luar penyakit jantung.

    “Tidak ada keterkaitan ilmiah bahwa telapak tangan sering basah atau sering dingin itu pasti ada hubungannya dengan penyakit jantung. Tidak ada bukti ilmiah,” tegasnya dalam sebuah wawancara dengan detikcom.

    Memang, tidak menutup kemungkinan tangan dingin tersebut memang dialami oleh pasien penyakit jantung. Namun untuk memastikan kondisi tersebut merupakan indikasi jantung bermasalah, tidak ada bukti kuat untuk mendukungnya.

    “Hal itu bisa saja terjadi. Tangannya basah, tangannya dingin, dan sebagainya, sebagai dampak dari penyakit jantungnya,” jelasnya, menegaskan bahwa keterkaitan antara keduanya tidak bisa dipastikan.

    Menurut dr Vireza, ada banyak kemungkinan penyebab tangan dingin selain penyakit jantung. Di antaranya gangguan tiroid dan riwayat diabetes mellitus.

    Penyebab Tangan Terasa Dingin

    Dikutip dari Mayo Clinic, ada banyak penyebab tangan terasa dingin, terlebih jika hanya sesekali dirasakan. Sesimpel habis berada di ruangan yang dingin atau sejuk bisa menjadi penyebabnya, yang menandakan tubuh berusaha mengontrol temperaturnya.

    Namun demikian, tangan yang selalu dingin bisa jadi menandakan ada masalah pada aliran darah di tangan. Dikutip dari Cleveland Clinic, darah mengalir dari jantung ke tangan melalui ulnar artery dan radial artery di lengan bawah. Saat terpapar dingin, otot di sekitar pembuluh darah berkontraksi sehingga aliran darah dikonsentrasikan ke organ dalam seperti jantung.

    Terkadang, pembuluh darah menyempit atau konstriksi secara tiba-tiba meski tidak sedang kedinginan. Dalam dunia medis, kondisi ini disebut vasospasm. Mekanisme ini membuat tangan terasa dingin meski temperatur di sekitarnya normal. Pada kasus langka, vasospasm yang terlalu sering bisa memicu kerusakan jaringan dan melukai kulit.

    Gejala penyerta yang perlu diwaspadai

    Umumnya, tangan terasa dingin tidak menjadi persoalan serius. Namun sebaiknya periksa jika disertai gejala lain yakni:

    luka (ulcers)nyerikesemutanmengalami perubahan pada kulit, terutama jika terasa kencang atau mengeras, atau berubah warnasering terasa dingin juga di kaki dan jari-jari.Bisa Juga Dipicu Penyakit

    Beberapa penyakit atau kondisi kesehatan juga dapat disertai gejala tangan sering terasa dingin. Di antaranya:

    1. Raynoud’s syndrome

    Sindrom ini menyebabkan pembuluh darah di jari dan jempol mengalami konstriksi mendadak. Kulit tangan dan jari juga akan berubah warna menjadi biru, putih, atau ungu.

    2. Hipotiroidisme

    Terjadi ketika kelenjar tiroid tidak melepas hormon tiroid dalam jumlah yang cukup. Dampaknya, metabolisme melambat sehingga tubuh gampang merasa dingin meski temperatur di sekitarnya normal.

    3. Lupus

    Merupakan gangguan autoimun yang dapat memicu radang di berbagai bagian tubuh. Dapat pula terjadi di kulit dan pembuluh darah sehingga menjadi sensitif terhadap temperatur.

    4. Scleroderma

    Scleroderma juga termasuk gangguan autoimun yang menyebabkan kulit di jemari dan tangan lebih tebal dari seharusnya. Pengidapnya umumnya juga memiliki riwayat Raynoud’s syndrom.

    Mengatasi Tangan Selalu Dingin

    Berdasarkan pemeriksaan, dokter mungkin bisa meresepkan obat atau terapi untuk mengatasi penyebab. Sedangkan untuk mengatasi gejala tangan terasa dingin, beberapa tips berikut bisa diikuti.

    mengurangi paparan suhu dinginmemakai sarung tangan atau semacamnyamengelola stres dan anxiety atau kegelisahanmembatasi asupan alkohol, atau menghindari sama sekali akan lebih baikmelakukan perawatan kulit.

    (up/up)

  • Video: Begini Pola-Makanan yang Baik Untuk Pekerja Kantoran

    Video: Begini Pola-Makanan yang Baik Untuk Pekerja Kantoran

    Jakarta – Spesialis Gizi dr. Johanes Casay Chandrawinata, MND, Sp.GK menjelaskan bagaimana pola makan yang baik untuk pekerja kantoran. Agar terhindar dari berbagai penyakit seperti obesitas, hipertensi, dan juga diabetes.

    Yaitu mulai dari menjaga asupan kalori, garam dan lemak. Dengan harus selalu mengusahakan makan makanan yang sehat.

    Tonton juga berita video lainnya terkait kesehatan di sini ya!

    (/)

    makanan pola makan pekerja kantoran makanan pekerja kantoran kalori garam lemak

  • Umur 20-an Tapi Gampang Pegal? Bisa Jadi Gangguan Metabolik

    Umur 20-an Tapi Gampang Pegal? Bisa Jadi Gangguan Metabolik

    Jakarta

    Umur masih 20-an tahun, tapi gampang pegal dan kelelahan? Hati-hati, gangguan metabolik mulai banyak menyerang usia muda muda, tak terkecuali Gen-Z.

    Seorang wanita 26 tahun dengan inisial YY mengaku sering kram di bagian kaki, tepatnya di bagian betis. Melalui rubrik konsultasi detikHealth, ia menanyakan penyebab dan cara mengatasinya.

    Untuk mengurangi keluhan tersebut, praktisi kesehatan dr Aru Ariadno, SpPD menyarankan untuk mencoba olahraga berenang. Jika masih ada keluhan, maka ia menyarankan untuk kontrol agar dapat dievaluasi.

    “Kondisi ini bisa terjadi karena masalah otot atau adanya gangguan metabolik,” katanya dalam jawaban singkat yang diberikan.

    Dikutip dari Medical News Today, gangguan metabolik atau metabolic disorder adalah semua kondisi yang mempengaruhi segala aspek metabolisme. Termasuk di antaranya adalah penyakit-penyakit berikut:

    Diabetes mellitusGaucher’s diseaseHemochromatosis.Apa Saja Gejalanya?

    Beberapa gejala yang dapat menyertai gangguan metabolik adalah:

    Rasa letihPerubahan berat badan, naik maupun turunMual dan muntah.

    Karena gangguan metabolik merupakan konsep yang luas dan mencakup berbagai jenis penyakit, gejala bisa sangat bervariasi dan bisa mempengaruhi banyak aspek dari fungsi tubuh. Di antaranya:

    Melemahnya ototPerubahan warna kulitNyeri perutNafsu makan berkurangMasalah perkembangan pada bayi dan balita

    Dikutip dari Cleveland Clinic, sindrom metabolik atau metabolic syndrome merupakan sekelompok kondisi yang meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular, diabetes mellitus tipe 2, maupun stroke. Nama lain untuk sindrom ini adalah:

    Syndrome XInsulin resistance syndromeDysmetabolic syndrome

    John Hopkins Medicine menyebut, National Heart, Lung and Blood Institute (NHLBI) dan American Heart Association (AHA) mendefinisikan sindrom metabolik ketika 3 dari 5 faktor risiko berikut terpenuhi:

    Obesitas abdominal atau obesitas sentral. Artinya, lingkar perut di atas 90 cm untuk wanita dan di atas 100 cm untuk pria.Tekanan darah tinggi. Didefinisikan sebagai tekanan di atas 130/80 mmHgKadar gula darah puasa tinggi. Didefinisikan sebagai kadar 100 mg/dL atau lebihKadar trigliserida tinggi. Yakni di atas 150 mg/dLLDL (Low Density Cholesterol) rendah. Disebut juga kolesterol baik. Termasuk faktor risiko jika kadarnya di bawah 40 mg/dL untuk pria dan di bawah 50 mg/dL untuk wanita

    Dengan kata lain, gangguan metabolik lebih luas cakupannya dibanding sindrom metabolik yang lebih spesifik terkait penyakit tertentu saja.

    Apakah Usia 20-an Bisa Mengalaminya?

    Jika sindrom metabolik dilihat sebagai bagian dari gangguan metabolik yang lebih luas, maka kondisi ini tidak lagi didominasi usia lanjut. Sebuah riset di jurnal medis JAMA menunjukkan, prevalensi sindrom metabolik meningkat dari 32,5 persen di 2011 menjadi 36,9 persen di 2016.

    Peningkatan yang signifikan antara lain terjadi pada kelompok usia dewasa muda, yakni 20-39 tahun. Peningkatannya tercatat dari 16,2 persen menjadi 21,3 persen.

    (up/up)

  • Makan Pisang Setiap Hari? Ini Sederet Manfaatnya untuk Tubuh

    Makan Pisang Setiap Hari? Ini Sederet Manfaatnya untuk Tubuh

    Jakarta

    Tak hanya disukai banyak orang, pisang menyimpan segudang manfaat kesehatan. Kaya akan antioksidan, serat, hingga kalium, pisang bisa menjadi camilan sehat.

    Pisang dapat menjadi asupan praktis yang bisa dikonsumsi sehari-hari. Ketahui sejumlah alasan mengapa pisang baik untuk dikonsumsi secara rutin.

    Manfaat Makan Pisang Setiap Hari

    Rutin mengonsumsi pisang dapat memberikan energi hingga menyehatkan jantung. Dikutip dari laman Eating Well, berikut berbagai manfaat pisang yang dikonsumsi setiap hari.

    1. Meningkatkan Energi

    Pisang merupakan sumber karbohidrat yang baik. Menurut penelitian tahun 2022 dalam International Journal of Food Properties, pisang dapat digunakan sebagai bahan bakar utama tubuh untuk produksi energi.

    Pisang juga mengandung vitamin B, seperti B1, B3, dan B6 yang penting bagi sistem produksi energi tubuh agar berfungsi. Buah ini bisa menjadi bagian dari makanan atau camilan sehat.

    Memadukan pisang dengan lemak atau protein sehat, seperti segenggam kacang almond atau secangkir yoghurt Yunani bisa membantu memperpanjang energi dan menjaga kadar gula darah lebih stabil.

    2. Menjaga Berat Badan yang Sehat

    Pisang bisa membantu tubuh merasa kenyang lebih lama, jika dikonsumsi sebagai bagian dari makanan seimbang. Merasa kenyang di antara waktu makan akan mengurangi keinginan untuk mengonsumsi makanan lain yang pada akhirnya melebihi kebutuhan kalori harian

    Walau belum ada bukti yang menunjukkan bahwa pisang secara langsung membantu menurunkan berat badan, buah ini adalah pilihan makanan yang praktis dan mudah ditemukan, sehingga cocok untuk dimasukkan ke dalam pola makan sehat guna mendukung program penurunan berat badan.

    Penelitian tahun 2023 menunjukkan bahwa meningkatkan asupan serat dengan mengonsumsi lebih banyak buah dan sayuran dikaitkan dengan keberhasilan penurunan berat badan yang lebih besar.

    3. Meningkatkan Kesehatan Jantung

    Pisang mengandung kalium yang penting untuk kesehatan jantung. Memperoleh kalium yang cukup dalam makanan juga bisa membantu menurunkan tekanan darah.

    Tekanan darah tinggi merupakan salah satu penyebab utama dari penyakit kardiovaskular. Sehingga, mengonsumsi makanan yang mengandung kalium setiap hari merupakan bagian penting dari gaya hidup sehat.

    4. Mengurangi Risiko Penyakit Kronis

    Menurut penelitian tahun 2022 dalam Food Science & Nutrition, pisang mengandung banyak antioksidan yang mungkin memiliki potensi antikanker, khususnya untuk kanker pankreas dan payudara.

    Stres oksidatif bisa menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan tubuh. Jika terus berlanjut seiring bertambahnya usia, hal ini bisa menyebabkan peradangan kronis dan memicu berbagai penyakit, seperti jantung, diabetes, kanker, dan lainnya. Mengonsumsi buah dan sayuran yang kaya akan antioksidan seperti pisang bisa memberikan perlindungan alami pada tubuh yang membantu melawan peradangan.

    5. Meningkatkan Asupan Serat

    Pisang berukuran sedang memiliki sekitar 3g serat yang memiliki banyak manfaat kesehatan. Tak hanya membuat rasa kenyang yang lebih lama, pektin, jenis serat tertentu dalam pisang bisa membantu tubuh membuang kotoran dengan lebih efektif.

    Namun, saat pisang matang, kandungan pektinnya cenderung berkurang. Jadi, pisang yang lebih hijau atau agak matang merupakan sumber serat yang lebih baik dibandingkan pisang yang terlalu matang. Hal ini dikatakan dalam sebuah studi di tahun 2021.

    Pisang juga mengandung pati resisten yang berfungsi sebagai prebiotik yang menjadi sumber makanan bagi bakteri baik di usus. Usus yang sehat berkontribusi pada penurunan peradangan, menurunkan risiko penyakit, dan mendukung kesehatan tubuh secara menyeluruh.

    Kandungan Nutrisi Pisang

    Menurut USDA (US Department of Agriculture) satu buah pisang berukuran sedang mengandung:

    Kalori: 105Karbohidrat: 27 gSerat: 3 gGula: 14 gProtein: 1 gTotal Lemak: 0 gNatrium: 1,18 mg-Kalium: 422 mgAdakah Aturan Berapa Pisang yang Harus Dimakan Setiap Hari?

    Sebenarnya tidak ada aturan yang berlaku berapa banyak pisang yang harus dimakan setiap hari. Tapi, mengonsumsi 1-2 pisang per hari seharusnya tidak menimbulkan masalah bagi banyak orang.

    Meski demikian, pisang mengandung tinggi karbohidrat. Jadi, disarankan untuk memakannya bersama protein atau lemak untuk mendukung tingkat energi yang stabil.

    Menurut National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Diseases (NIDDK), pengidap penyakit ginjal kronis disarankan untuk membatasi konsumsi pisang serta makanan lain yang tinggi kalium guna melindungi fungsi ginjal dan jantung dari kerusakan.

    Konsumsi pisang atau makanan tinggi kalium yang berlebihan bisa menyebabkan penumpukan kalium dalam tubuh atau hiperkalemia. Kondisi ini dapat memicu masalah kesehatan serius, termasuk gangguan pada jantung. Meskipun kebanyakan orang tidak mungkin mengonsumsi pisang dalam jumlah ekstrem hingga menyebabkan kondisi ini, tetap penting untuk mewaspadainya.

    (elk/tgm)

  • Diabetes Ringan yang Tak Disadari di Usia 30-an, Ini 5 Tandanya

    Diabetes Ringan yang Tak Disadari di Usia 30-an, Ini 5 Tandanya

    Jakarta

    Diabetes bukanlah penyakit orang tua. Salah satunya dialami oleh Reyna Paulina di Jakarta Barat, didiagnosis diabetes pada usia 32 tahun.

    Melalui akun TikTok-nya, ia membagikan kisah awal mula bisa mengidap diabetes. Reyna mengaku dirinya seringkali minum minuman manis, seperti es kopi di depan kantornya setiap pagi.

    Ia juga sering makan larut malam ditambah dengan minuman-minuman manis untuk pendamping. Tak jarang ia makan dalam porsi yang berlebihan.

    “Kepala aku udah nggak ketolong sakitnya kayak udah migren banget dan akhirnya lagi ada alat tes gula darah, mamanya pacarku dan aku iseng ngecek ternyata sudah 200 lebih,” kenangnya saat berbincang dengan detikcom beberapa waktu lalu.

    Menyoal Diabetes Ringan

    Sebenarnya, tidak ada istilah ‘diabetes ringan’ dalam dunia medis. Istilah diabetes ringan seringkali dikaitkan dengan kondisi pradiabetes, ketika kadar gula darah lebih tinggi dari normal, tapi belum dianggap sebagai diabetes. Tanpa perubahan gaya hidup yang tepat, maka risiko munculnya diabetes tipe dua sangat besar.

    Berdasarkan pemeriksaan laboratorium, pengidap pradiabetes dan diabetes bisa dibagi menjadi seperti ini:

    Pradiabetes

    – Kadar gula darah sewaktu di bawah 200 mg/dL.
    – Kadar gula darah puasa di bawah 100-125 mg/dL.
    – Kadar A1C di antara 5,7-6,4 persen.

    Diabetes

    – Kadar gula darah sewaktu di atas 200 mg/dL.
    – Kadar gula darah puasa 126 mg/dL ke atas dalam 2 kali pemeriksaan.
    – Kadar A1C 6,5 persen ke atas.

    Gejala Diabetes Ringan

    Dikutip dari Cleveland Clinic, umumnya kondisi pradiabetes tidak menunjukkan gejala apapun. Pemeriksaan secara langsung ke dokter diperlukan untuk mengetahui kadar gula darah sesungguhnya.

    Dalam sebagian kecil kasus, orang yang mengalami pradiabetes mungkin akan mengalami:

    1. Penggelapan Kulit

    Penggelapan kulit atau acanthosis nigricans dapat menjadi salah satu gejala pradiabetes. Penggelapan ini biasanya terjadi di area-area lipatan kulit seperti ketiak, belakang leher, selangkangan, siku, dan lain-lain.

    Kondisi ini terjadi ketika sel-sel kulit epidermis mulai berkembang dengan cepat. Pertumbuhan sel kulit atipikal ini seringkali dipicu oleh tingkat insulin yang terlalu tinggi dalam darah. Peningkatan melanin yang terlalu banyak menghasilkan bercak kulit yang lebih gelap dibanding area sekitarnya.

    2. Tumbuhnya Daging atau Kutil

    Sebuah studi di tahun 2007 menunjukkan adanya peningkatan risiko diabetes pada orang yang memiliki banyak kutil. Studi selanjutnya pada tahun 2015 mencapai kesimpulan yang sama, sehingga memperkuat hubungan tersebut.

    Penyebab munculnya kutil pada pengidap pradiabetes atau diabetes masih belum jelas. Namun, ini diduga disebabkan oleh resistensi tubuh terhadap insulin. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hal ini.

    Orang dengan berat badan berlebih juga cenderung memiliki kutil, yang juga dikaitkan dengan faktor risiko diabetes.

    3. Gangguan Penglihatan

    Kondisi retinopati, kerusakan retina mata, sebenarnya lebih umum terjadi pada pengidap diabetes tipe dua. Tapi, studi menunjukkan 7 persen orang yang mengalami pradiabetes tipe dua sudah menunjukkan perubahan mikrovaskular di retina seperti pembuluh darah abnormal dan penipisan jaringan retina.

    Retinopati terjadi ketika kadar gula darah memicu penyumbatan pembuluh darah kecil yang memberi nutrisi pada retina. Akibatnya mata berusaha menumbuhkan pembuluh darah baru, tapi tidak berkembang dan mudah bocor, hingga memicu gangguan penglihatan.

    4. Sering Haus dan Buang Air Kecil

    Jika gejala pradiabetes sudah berkembang jadi diabetes, maka gejala yang muncul selanjutnya adalah sering harus (polidipsia) dan sering kebelet buang air (poliuria). Lonjakan kadar gula darah yang tinggi memicu ginjal untuk mengeluarkan lebih banyak urine melalui buang air kecil.

    Lalu, ketika tubuh kehilangan banyak cairan, otak akan merespons dengan memberi sinyal rasa haus.

    5. Mudah Lapar

    Gejala lanjutan pradiabetes yang sudah berkembang menjadi diabetes adalah mudah lapar (polifagia). Gejala ini muncul karena glukosa tidak bisa masuk ke dalam sel untuk dijadikan energi akibat gangguan insulin.

    Tubuh akhirnya kekurangan energi dan mengirimkan sinyal lapar. Meski sudah makan, biasanya rasa lapar akan tetap muncul.

    Spesialis penyakit dalam dr Em Yunir, SpPD-KEMD menuturkan beberapa gejala diabetes lain yang nantinya bisa muncul seperti lemas, kaki kesemutan atau kebas, hingga hubungan seksual yang terganggu.

    “Nah itu bisa menjadi salah satu bagian tambahan (gejala) penyakit (diabetes), apa gejala-gejala yang biasanya dikaitkan dengan karena gula darah udah kelamaan, udah kelamaan tinggi (kadarnya) tidak terkelola sama pasien yang diabetes, yang udah ketahuan, tapi nggak minum obat, nggak ngatur makan, dan sebagainya,” kata dr Yunir.

    (avk/tgm)

  • Menunda Sarapan Bisa Turunkan Lonjakan Gula Darah, Ini Penjelasan Riset

    Menunda Sarapan Bisa Turunkan Lonjakan Gula Darah, Ini Penjelasan Riset

    Jakarta

    Waktu sarapan ternyata bisa berdampak besar pada kadar gula darah, terutama bagi pengidap diabetes tipe 2. Dalam studi terbaru yang dipublikasikan di Diabetes & Metabolic Syndrome: Clinical Research & Reviews, para peneliti menemukan sarapan lebih siang, yakni pukul 09.30 atau 12.00 siang, dapat membantu menurunkan lonjakan gula darah setelah makan dibandingkan sarapan pagi pukul 07.00.

    Penelitian ini dilakukan pada 14 orang dewasa pengidap diabetes tipe 2 di Australia. Selama enam minggu, mereka diminta sarapan pada waktu yang berbeda yakni:

    Pukul 07.00 (pagi)09.30 (pagi menjelang siang)12.00 (tengah hari).

    Hasilnya, peserta yang sarapan di waktu lebih siang mengalami lonjakan gula darah lebih rendah.

    “Penurunan kadar gula darah paling tinggi tercatat pada mereka yang sarapan pukul 09.30 dan 12.00, dibandingkan dengan yang makan lebih pagi,” tulis tim peneliti, dikutip dari News Medical, Kamis (26/6/2025).

    Menariknya, aktivitas jalan kaki 20 menit setelah sarapan hanya memberi sedikit tambahan manfaat bagi yang sarapan pukul 07.00 dan 12.00. Sementara pada mereka yang makan pukul 09.30, olahraga ringan itu tidak berdampak berarti terhadap gula darah.

    Kenapa Sarapan Siang Bisa Lebih Baik?

    Peneliti menjelaskan lonjakan gula darah di pagi hari kemungkinan dipicu oleh dua hal, tingginya kadar hormon kortisol sekitar pukul 08.00 dan fenomena ‘dawn phenomenon’ atau lonjakan gula darah alami saat bangun tidur, yang umum terjadi pada pengidap diabetes tipe 2.

    Dengan menggeser waktu sarapan ke pukul 09.30 atau bahkan 12.00 siang, tubuh kemungkinan sudah melewati fase lonjakan tersebut, sehingga kadar gula darah setelah makan tidak naik drastis.

    “Temuan ini bisa jadi strategi praktis dan non-invasif untuk bantu pasien diabetes mengelola gula darah tanpa obat tambahan,” tambah peneliti.

    Meski tampak menjanjikan, para ahli mengingatkan pola makan tetap harus disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing pasien. Terpenting, jangan asal menunda makan tanpa bimbingan tenaga medis. Apalagi kalau sambil minum obat antidiabetes yang harus dikonsumsi bersamaan dengan makanan.

    “Kalau mau coba geser waktu sarapan, pastikan konsisten dan tetap menjaga pola makan sehat,” kata peneliti.

    (naf/naf)

  • 5 Manfaat Minum Air Kunyit Sebelum Tidur, Banyak yang Belum Tahu!

    5 Manfaat Minum Air Kunyit Sebelum Tidur, Banyak yang Belum Tahu!

    Jakarta

    Kunyit atau curcuma longa merupakan salah satu jenis rempah yang terkenal akan rasa dan aromanya yang khas. Selain menjadi salah satu bahan masakan, kunyit dipercaya memiliki banyak sekali manfaat kesehatan.

    Kunyit sebenarnya tumbuh secara alami di Asia Tenggara. Tapi di negara lain seperti India, kunyit sudah dimanfaatkan selama berabad-abad sebagai bahan masakan dan pengobatan tradisional.

    Manfaat Minum Air Kunyit Sebelum Tidur

    Salah satu cara mengonsumsi kunyit adalah dengan cara diambil sarinya. Air kunyit yang dikonsumsi sebelum tidur rupanya memberikan efek yang luar biasa untuk tubuh. Dikutip dari Health, berikut ini beberapa manfaat yang bisa didapatkan:

    1. Mencegah Penyakit Metabolik

    Konsumsi air kunyit dikaitkan dengan pencegahan penyakit metabolik seperti diabetes tipe dua, stroke, dan penyakit jantung. Sebuah studi meneliti efek suplementasi kandungan kurkumin dalam kunyit pada pengidap sindrom metabolik.

    Peneliti mengamati kadar protein proinflamasi yang disebut sitokin. Hasilnya, kurkumin terbukti secara signifikan menurunkan kadar sitokin dalam sampel darah peserta dalam delapan pekan.

    2. Mengatasi Gejala Depresi dan Kecemasan

    Depresi merupakan gangguan kesehatan mental serius yang menyebabkan perasaan sedih, kehilangan energi, penurunan nafsu makan, dan hilangnya minat pada sesuatu.

    Sebuah tinjauan terhadap sembilan studi menemukan peserta yang mengonsumsi suplemen kunyit mengalami perbaikan signifikan pada gejala mereka. Penelitian lanjutan masih diperlukan untuk menemukan korelasinya secara langsung.

    3. Mengurangi Peradangan

    Ketika tubuh terinfeksi atau mengalami cedera, sistem imun akan mengirimkan sel-sel peradangan dan zat kimia seperti sitokin untuk melakukan perlindungan dan penyembuhan. Tapi, jika respons ini terjadi berulang meski tak dibutuhkan (peradangan kronis), ini dapat memicu nyeri, kelelahan, depresi, kenaikan berat badan, dan masalah kesehatan lainnya.

    Tinjauan terhadap tujuh uji klinis menemukan bahwa konsumsi kunyit selama lebih dari enam pekan dapat menurunkan penanda stres oksidatif dan meningkatkan kadar antioksidan.

    4. Mencegah Penyakit Jantung.

    Masalah jantung merupakan salah satu penyakit penyebab kematian terbanyak di dunia. Hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi faktor risiko yang paling signifikan dalam penyakit jantung.

    Sebuah penelitian kecil menemukan konsentrat kunyit membantu menurunkan tekanan darah, meningkatkan antioksidan, dan mengurang stres oksidatif 30 menit setelah berolahraga. Peneliti menulis temuan ini menunjukkan konsumsi kunyit bisa menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan jantung.

    5. Mencegah Kanker

    Kanker merupakan jenis penyakit yang terjadi ketika sel organ tumbuh secara tidak normal, menyebar, dan merusak jaringan tubuh di sekitarnya. Beberapa bukti penelitian menunjukkan nanopartikel kurkumin dapat mengecilkan ukuran dan berat tumor.

    Cara Membuat Air Kunyit

    Cara membuat air kunyit sangatlah muda. Ambil beberapa ruas kunyit, cuci bersih, dan kupas kulitnya. Lalu kunyit bisa langsung direbus dalam air mendidih selama beberapa menit sebelum menyaringnya.

    Untuk meningkatkan rasanya, air kunyit bisa dikombinasikan dengan madu, gula jawa, jahe, susu, atau lemon.

    “Kunyit dikenal memiliki manfaat pengobatan dan dapat membantu Anda melawan banyak penyakit. Ia bekerja sebagai detoksifikasi alami dan membantu tubuh Anda membuang racun dan meremajakan tubuh,” kata ahli gizi Vidhi Chawla dikutip dari Healthshots.

    (avk/tgm)

  • 5 Minuman yang Lebih Segar dari Es Teh Manis tapi Aman untuk Penderita Diabetes

    5 Minuman yang Lebih Segar dari Es Teh Manis tapi Aman untuk Penderita Diabetes

    Jakarta

    Mengonsumsi minuman dengan gula tambahan seperti es teh manis tidak disarankan untuk pengidap diabetes. American Diabetes Association (ADA) merekomendasikan minuman rendah atau tanpa kalori, salah satunya untuk menghindari lonjakan gula darah.

    Memilih minuman yang tepat juga penting untuk mengelola gejala diabetes yang sudah ada, serta mempertahankan berat badan yang sehat.

    Minuman Pengganti Es Teh Manis

    Tidak perlu bingung, masih ada banyak minuman enak yang bisa menjadi alternatif untuk pengidap diabetes. Minuman yang enak dan segar tentu tidak harus yang manis. Dikutip dari Healthline, berikut beberapa di antaranya:

    1. Teh Herbal

    Sebenarnya, teh merupakan minuman yang sehat untuk pengidap diabetes selama dikonsumsi tanpa gula tambahan. Teh hijau misalnya, memiliki manfaat yang besar untuk menurunkan risiko diabetes tipe dua.

    Selain teh hijau, beberapa jenis lain seperti teh hitam dan oolong juga bisa dikonsumsi. Untuk meningkatkan kesegarannya, coba tambahkan irisan lemon ke dalam segelas teh dingin.

    Teh kamomil, jahe, dan peppermint juga bisa menjadi alternatif. Teh herbal seperti ini kaya antioksidan seperti karotenoid, flavonoid, dan asam fenolik yang baik untuk tubuh.

    2. Es Kopi

    Es kopi tanpa gula juga cocok dikonsumsi untuk pengidap diabetes. Selama tidak menambahkan gula atau sirup ke dalam kopi, minuman ini sangat sehat untuk tubuh.

    Dalam sebuah tinjauan studi di tahun 2018, konsumsi kopi dikaitkan dengan peningkatan metabolisme serta menurunkan risiko diabetes tipe dua.

    “Kopi tanpa pemanis tambahan bagus untuk kadar gula darah. Minum kopi hitam sudah lama dikaitkan dengan risiko diabetes tipe dua yang lebih rendah serta memperlambat perkembangan penyakit tersebut,” kata ahli gizi Erin Palinski-Wade, RD dikutip dari EatWell.

    3. Jus Sayur

    Karena jus buah utuh memiliki kandungan gula yang cenderung tinggi, jus tomat atau sayur bisa menjadi alternatif. Coba campurkan sayuran berwarna hijau dengan seledri, timun, atau segenggam buah beri, untuk mendapat tambahan sumber vitamin dan mineral yang lezat.

    Jangan lupa untuk tetap menghitung asupan buah total agar tidak berlebihan dalam satu hari.

    4. Kombucha

    Kombucha, minuman fermentasi dari teh hitam atau teh hijau, juga sangat cocok untuk pengidap diabetes. Minuman menyegarkan ini merupakan sumber probiotik yang baik untuk usus.

    Probiotik dapat membantu menjaga kadar gula darah pada pengidap diabetes tipe dua.

    Meski kandungan nutrisinya dapat bervariasi, satu cangkir kombucha umumnya mengandung 7 gram karbohidrat, sehingga cocok untuk diet rendah karbo. Cek label nutrisi kemasan untuk memastikan kombucha tidak mengandung gula tambahan.

    5. Air Lemon

    Segelas air lemon dingin tanpa gula juga sangat cocok untuk pengidap diabetes. Minuman ini bisa dikonsumsi siang hari, ketika cuaca panas, untuk mendapatkan sensasi yang menyegarkan.

    Lemon memiliki indeks glikemik yang rendah sehingga tidak menyebabkan lonjakan darah. Kandungan vitamin C dan antioksidannya juga membantu meningkatkan sensitivitas insulin.

    “Keasaman air lemon telah dikaitkan dengan efek positif pada respons glikemik tubuh, atau bagaimana kadar glukosa darah berfluktuasi setelah mengonsumsi karbohidrat,” kata ahli gizi Lauren Manaker dikutip dari Health.

    (avk/tgm)