Topik: diabetes

  • Indonesia dan 10 Negara Dengan Angka Kematian Ibu Tertinggi di Dunia

    Indonesia dan 10 Negara Dengan Angka Kematian Ibu Tertinggi di Dunia

    Jakarta

    Kematian ibu masih menjadi masalah serius di Indonesia. Menurut data Maternal Perinatal Death Notification (MPDN), angka kematian ibu (AKI) pada tahun 2023 mencapai 4.129 kasus. Jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya di angka 4.005 kasus.

    Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), maternal mortality rate (MMR) AKI Indonesia tahun 2023 berada di angka 140 per 100 ribu kelahiran hidup. Jumlah tersebut lebih rendah bila dibanding tahun-tahun sebelumnya dengan 184 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2020, 226 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2021, dan 148 per 100 ribu kelahiran hidup pada 2022.

    Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) melalui Long Form SP2020, berikut ini 10 provinsi dengan maternal mortality rate (MMR) AKI tertinggi di Indonesia per 100 ribu kelahiran hidup:

    Papua – 565Papua Barat – 343Nusa Tenggara Timur – 316Sulawesi Barat – 274Sulawesi Tengah – 264Gorontalo – 266Sulawesi Tengah – 264Maluku – 261Nusa Tenggara Barat – 257Maluku Utara – 255Penyebab Angka Kematian Ibu RI Tinggi

    Ada banyak faktor yang membuat angka kematian ibu di Indonesia tergolong tinggi. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menuturkan salah satu penyebabnya adalah hipertensi saat kehamilan atau preeklampsia.

    “Penyebab kematian ibu yang terbanyak adalah hipertensi dalam kehamilan, biasa kami sebut dengan preeklamsia dan perdarahan yang sebenarnya ini bisa dicegah,” kata Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes, dr Lovely Daisy, MKM.

    Bahaya Preeklampsia dan Perdarahan saat Melahirkan

    Preeklampsia merupakan tekanan darah tinggi yang terjadi pada ibu hamil. Bila kondisi ini tidak ditangani dengan baik, dapat memicu kerusakan organ hingga fatalitas bagi ibu dan bayi yang dikandung.

    Ada banyak faktor yang memicu masalah preeklampsia. Salah satunya dipicu pembuluh darah baru yang berfungsi untuk memasok oksigen dan nutrisi ke plasenta, tidak dapat berkembang atau berfungsi dengan baik.

    Beberapa gejala yang dapat muncul seperti sakit kepala parah, proteinuria, gangguan penglihatan, sesak napas, nyeri perut bagian atas, hingga mual dan muntah.

    Perdarahan saat bersalin juga menjadi penyebab kematian ibu. Kondisi ini biasanya dialami ibu satu hari sampai satu minggu pasca bersalin.

    Ini dapat terjadi karena kontraksi rahim saat melahirkan tidak cukup kuat untuk menekan pembuluh darah di tempat melekatnya plasenta dan menghentikan perdarahan. Ini menjadi penyebab 80 persen kasus perdarahan saat melahirkan.

    Ada Faktor Lain?

    Menurut Kemenkes, ada sejumlah faktor yang meningkatkan risiko kematian ibu. Beberapa di antaranya adalah 48,9 persen ibu hamil dengan anemia, 12,7 persen persen dengan hipertensi, 17,3 persen kurang energi kronik (KEK), dan 28 persen dengan risiko komplikasi.

    Spesialis kandungan Dr dr Ivan Rizal Sini, SpOG menjelaskan kematian ibu tidak hanya berkaitan dengan persalinan. Ini bisa juga disebabkan oleh faktor medis lainnya seperti penyakit jantung.

    Menurut dr Ivan, masalah medis seperti ini sebenarnya bisa dicegah sebelum dan saat kehamilan.

    “Misalnya karena hipertensi, penyebab karena perdarahan, penyebab karena kondisi penyakit lain penyakit jantung, diabetes, dan itu sebenarnya merupakan suatu assessment yang bisa dilakukan dengan cara dini pada saat kehamilan,” tuturnya dalam sebuah wawancara.

    Negara dengan Angka Kematian Ibu Tertinggi

    Berdasarkan data WHO tahun 2023, berikut ini 10 negara dengan angka kematian ibu tertinggi di dunia per 100 ribu kelahiran hidup:

    Nigeria – 993Chad – 784Republik Afrika Tengah – 692Sudan Selatan – 692Liberia – 628Somalia – 563Afghanistan – 521Benin – 518Guinea-Bissau – 505Guinea – 494

    (avk/tgm)

  • Deretan Virus yang Pernah Mewabah di Indonesia Selama 10 Tahun Terakhir

    Deretan Virus yang Pernah Mewabah di Indonesia Selama 10 Tahun Terakhir

    Jakarta

    Dalam satu dekade terakhir, Indonesia telah menghadapi berbagai wabah virus yang berdampak signifikan terhadap kesehatan masyarakat. Beberapa di antaranya menimbulkan kepanikan global, seperti COVID-19, sementara yang lain silih berganti dalam skala lokal.

    Menyadari wabah ini penting untuk meningkatkan kewaspadaan diri. Berikut sejumlah virus yang pernah mewabah di Indonesia selama 10 tahun terakhir.

    Deretan Virus Yang Pernah Mewabah di Indonesia Selama 10 Tahun Terakhir

    Ada banyak virus yang pernah mewabah di Indonesia selama 10 tahun terakhir. Berikut tujuh di antaranya:

    1. SARS COV-2

    SARS-COV-2 merupakan virus penyakit COVID-19. Virus ini pertama kali diidentifikasi pada bulan Desember tahun 2019 di Wuhan, Tiongkok.

    Dikutip dari laman Live Science, studi tahun 2021 menunjukkan, SARS-COV-2 kemungkinan berasal dari kelelawar, berpindah melalui hewan perantara dan menginfeksi manusia. Virus ini bisa menimbulkan risiko yang lebih tinggi bagi orang dengan kondisi kesehatan bawaan, seperti tekanan darah tinggi, diabetes, dan obesitas.

    Dikutip dari buku Tanya Jawab Seputar Virus Corona, beberapa gejala dari COVID-19 adalah demam, batuk kering, sesak napas, nyeri tenggorokan, pegal-pegal atau merasa kelelahan. Di Indonesia, tercatat 6.811.780 kasus COVID 19 di Indonesia hingga tahun 2023. Angka kematiannya mencapai 161.865 orang.

    2. Avian Influenza

    Avian influenza menyebabkan penyakit flu burung. Meski penyakit ini umumnya menginfeksi burung, beberapa strain dari virus mampu menginfeksi manusia dan menyebabkan gejala yang serius hingga fatal.

    Flu burung pertama kali dilaporkan di Indonesia pada tahun 2003. Berdasarkan data dari WHO dari tahun 2003-2023, terdapat 458 kematian akibat flu burung pada manusia. Sebanyak 168 di antaranya terjadi di Indonesia.

    3. Dengue

    Dengue merupakan virus utama yang menyebabkan penyakit demam berdarah lewat nyamuk Aedes aegypti. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, tahun 2024 tercatat sebagai puncak kasus DBD di Indonesia dengan lebih dari 1.400 kematian.

    Gejala utama penyakit DBD meliputi demam mendadak yang tinggi, mencapai suhu hingga 39 derajat celcius. Demam berlangsung terus menerus selama 2-7 hari, kemudian turun dengan cepat. Adapun gejala lainnya mencapai nyeri kepala, menggigil, lemas, nyeri di belakang mata, otot, dan tulang, ruam kulit kemerahan, kesulitan menelan makanan, mual, muntah, hingga timbul bintik-bintik merah pada kulit.

    4. Chikungunya

    Seperti namanya, virus chikungunya merupakan penyebab dari penyakit chikungunya yang ditularkan melalui nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.

    Dikutip dari laman Universitas Airlangga, sepanjang tahun 2019, terdapat 5.042 kasus chikungunya yang ditemukan tersebar di 20 provinsi di Indonesia. Sementara itu, diberitakan oleh detikcom, di awal tahun 2025, terdapat 17 warga Kota Kediri dan 37 warga Tasikmalaya yang terkena penyakit ini. Gejala akut penyakit chikungunya meliputi demam dan nyeri sendi.

    5. Virus Hepatitis A

    Virus hepatitis A adalah virus hepatitis paling umum yang bekembang menjadi masalah kesehaan di seluruh duna. Pada tahun 2019, Kementerian Kesehatan melaporkan adanya Kejadian Luar Biasa di Pacitan dengan 1.326 kasus dan Depok 306 kasus.

    Tingkat infeksi hepatitis A berkaitan erat dengan akses makanan atau air minum yang tidak aman, sanitasi yang tidak memadai, hingga faktor sosial ekonomi, seperti kepadatan penduduk. Gejala Hepatitis A biasanya meliputi pusing, mata dan kulit menjadi kuning, mual dan muntah, sakit tenggorokan, diare, dan tidak nafsu makan.

    6. Rabies

    Kasus rabies pada manusia didapatkan melalui gigitan anjing dan hewan liar lainnya yang bertindak sebagai reservoir virus di berbagai dunia. Pada bulan April tahun 2023, Kementerian Kesehatan mengumumkan ada 31.113 kasus rabies dan 11 kematian dengan 95% disebabkan oleh gigitan anjing. Kejadian luar biasa (KLB) rabies terjadi di Kabupaten Sikka dan Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur.

    Dilaporkan bahwa dari tahun 2021-2023, kasus gigitan hewan rabies mencapai lebih dari 80.000 kasus dengan rata-rata kematian mencapai 68 orang. Adapun gejala dari rabies yaitu, demam, badan lemas, sakit kepala hebat, insomnia, kesemutan, hingga sakit tenggorokan.

    7. Morbili

    Virus morbili adalah penyebab dari penyakit campak. Berdasarkan data WHO pada tahun 2015, Indonesia termasuk 10 terbesar di dunia dengan kasus campak. Kasus di Indonesia mengalami peningkatan akibat penurunan cakupan imunisasi pada masa pandemi.

    Dikutip dari jurnal Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Risiko Penyakit Campak pada Balita di Puskesmas Singkil, Kabupaten Aceh Singkil, terdapat 8.819 kasus probable campak pada tahun 2019, naik dari tahun 2018. Jawa Tengah memiliki kasus probable campak tertinggi dengan 1.562 kasus, diikuti oleh Jakarta dengan 1.374 kasus, dan Aceh 972 kasus.

    Sementara, menurut data dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), di tahun 2022 angka kasus campak meningkat hingga 3.342. Beberapa gejala dari campak di antaranya demam mencapai 40 derajat celcius, batuk kering, mata merah, pilek, ruam, dan bintik koplik.

    (elk/tgm)

  • Terungkap! Makan Sayuran Ini Bisa Bantu Turunkan Kadar Gula Darah Secara Alami

    Terungkap! Makan Sayuran Ini Bisa Bantu Turunkan Kadar Gula Darah Secara Alami

    Jakarta

    Menjaga kadar gula darah tetap terkontrol sangat penting untuk mencegah dan mengelola diabetes. Selain obat-obatan dan perubahan gaya hidup, menambahkan satu jenis sayuran ke dalam pola makan secara alami dapat membantu meningkatkan kontrol gula darah, bahkan bagi pengidap diabetes.

    Sebuah studi baru dari University of Gothenburg di Swedia yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Microbiology mengungkap bahwa sulforaphane, senyawa kimia yang ditemukan dalam kecambah brokoli, berkaitan dengan perbaikan kadar gula darah pada individu dengan prediabetes.

    Prediabetes terjadi ketika kadar gula darah seseorang berada di atas batas normal, namun belum mencapai ambang diagnosis diabetes tipe 2. Penelitian tersebut menemukan senyawa ini memiliki efek yang lebih kuat dalam mengatur gula darah pada individu tertentu.

    Sebelumnya, para peneliti juga menemukan sulforaphane dapat membantu pengidap diabetes tipe 2. Dalam sebuah studi pada tahun 2017, pasien yang mengonsumsi sulforaphane dalam dosis tinggi mengalami penurunan kadar gula darah yang signifikan.

    Penelitian terbaru ini melibatkan 89 orang dengan kadar gula darah puasa yang tinggi, yang merupakan salah satu penanda utama prediabetes. Para peserta juga memiliki kondisi kelebihan berat badan atau obesitas, dan berusia antara 35 hingga 75 tahun.

    Selama 12 minggu, para peserta secara acak diberi suplemen sulforaphane atau plasebo. Baik peneliti maupun peserta tidak mengetahui siapa yang menerima perawatan tersebut (uji coba double-blind). Sebanyak 74 peserta berhasil menyelesaikan seluruh tahapan studi ini.

    Hasil penelitian menunjukkan, peserta yang mengonsumsi senyawa sulforaphane mengalami penurunan rata-rata kadar gula darah puasa yang lebih besar dibandingkan mereka yang menerima plasebo.

    Perbedaan antara kedua kelompok ini terbukti signifikan secara statistik. Efek yang lebih kuat bahkan terlihat pada subkelompok klinis tertentu.

    Perbaikan terbesar tercatat pada individu dengan:

    Tanda awal diabetes ringan terkait usiaIndeks massa tubuh (BMI) yang relatif lebih rendah dibanding peserta lain dalam studi iniResistensi insulin yang rendahPrevalensi penyakit hati berlemak (fatty liver) yang rendahSekresi insulin yang rendah

    “Kami telah menemukan bahwa sulforaphane, senyawa yang banyak terkandung dalam sayuran seperti brokoli, mengurangi glukosa darah pada individu dengan pradiabetes, yaitu tahap awal diabetes tipe 2,” kata peneliti senior Anders Rosengren, PhD, dari University of Gothenburg, dikutip dari Medical News Today, Senin (7/7/2025).

    “Pada tahap awal diabetes, produksi glukosa dari hati meningkat. Sulforaphane secara khusus mengganggu peningkatan produksi glukosa dan menguranginya. Dengan melakukan itu, glukosa darah puasa tetap pada tingkat yang lebih rendah, yang bermanfaat,” lanjutnya lagi.

    Peneliti juga menemukan sekelompok orang dengan obesitas ringan dan fungsi sekresi insulin yang masih baik menunjukkan efek yang lebih besar terhadap temuan ini.

    “Selain itu, kami menemukan bahwa individu dengan jumlah tinggi jenis mikroba usus tertentu, yang mampu mengubah prekursor sulforaphane yang tidak aktif menjadi bentuk aktifnya, mengalami efek yang lebih kuat.”

    “Temuan ini membuka peluang untuk pengobatan prediabetes yang lebih tepat sasaran, khususnya bagi mereka yang paling mungkin mendapatkan manfaat,” jelasnya.

    Bakteri Usus Dapat Meningkatkan Efek Sulforaphane terhadap Gula Darah

    Pada bagian ketiga studi ini, para peneliti juga meneliti bakteri usus. Mereka menemukan jenis bakteri tertentu yang berinteraksi dengan sulforaphane dan tampaknya membuat senyawa ini lebih efektif dalam menurunkan kadar gula darah.

    Secara rata-rata, orang yang mengonsumsi sulforaphane memiliki kadar gula darah puasa 0,2 mmol/L lebih rendah dibandingkan mereka yang mengonsumsi plasebo.

    Pada kelompok peserta tertentu, yakni individu dengan obesitas ringan, resistensi insulin rendah, dan sekresi insulin yang menurun, perbedaan kadar gula darah mencapai 0,4 mmol/L.

    Penurunan terbesar, yaitu 0,7 mmol/L, ditemukan pada peserta dalam kelompok tersebut yang juga memiliki jenis bakteri usus tertentu.

    “Perubahan gaya hidup adalah fondasi utama dalam penanganan prediabetes, tetapi kita juga memerlukan pelengkap lain. Sulforaphane bisa diberikan dalam bentuk makanan fungsional, sehingga membuka peluang jenis pengobatan baru untuk prediabetes,” lanjut Rosengren.

    Sementara itu, ahli gizi berbasis nabati sekaligus pemilik Rūtsu Nutrition di Las Vegas, Haley Bishoff yang tak terlibat dalam penelitian ini mengatakan sulforaphane adalah senyawa nabati yang kuat dalam sayuran cruciferous seperti brokoli. Senyawa ini dikenal memiliki sifat antiinflamasi, antioksidan, dan antikanker.

    “Penelitian terbaru menunjukkan potensi ekstrak kecambah brokoli dalam membantu menurunkan kadar gula darah. Namun, manfaat paling besar terlihat pada individu yang sudah memiliki resistensi insulin rendah dan mikrobiota usus yang sehat,” jelas Bishoff.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Indonesia Jadi Negara Kelima di Dunia dengan Pasien Diabetes Terbanyak”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/suc)

  • Daun Belimbing Jadi Incaran Negara Asing, Ini Khasiat Medisnya

    Daun Belimbing Jadi Incaran Negara Asing, Ini Khasiat Medisnya

    Jakarta

    Belimbing merupakan salah satu jenis buah yang populer di Indonesia. Selain buahnya, rupanya daun belimbing juga banyak yang mengincar, salah satunya oleh negara asing.

    Pada tahun 2024, Republik Dominika mengimpor daun belimbing dari Indonesia senilai 52.900 dollar AS (Rp 839,3 juta) dengan volume mencapai 6 ribu kilogram. Padahal selama periode 2019-2023, ekspor daun belimbing ke negara di kepulauan karibia tersebut nihil.

    Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), Indonesia mencatat total ekspor daun belimbing ke berbagai negara sejumlah 62.576 dollar AS (Rp 992,8 juta) dengan berat total 8.769 kg pada 2024. Ini menunjukkan ada kenaikan 1.058 persen dibanding tahun sebelumnya berjumlah 5.400 dollar AS (Rp 85,6 juta) dengan volume 2.125 kg.

    Manfaat Daun Belimbing

    Sebenarnya ada banyak jenis belimbing yang tumbuh di Indonesia. Tapi, beberapa jenis belimbing yang populer di Indonesia adalah belimbing manis (Averrhoa carambola) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi). Ternyata begini manfaatnya:

    Daun Belimbing Manis

    Ada banyak manfaat kesehatan yang bisa didapatkan dari daun belimbing. Salah satunya menurunkan kadar gula darah.

    Dalam penelitian tahun 2021 yang diterbitkan dalam ‘Food Science and Nutrition’ disebutkan ekstrak daun belimbing manis dapat menurunkan kadar gula darah. Hal itu ditemukan dalam sebuah uji hewan pada tikus jantan.

    Penelitian itu juga menyebut daun belimbing manis juga memiliki efek penurun lemak darah. Ini disebabkan oleh adanya kandungan methanolic extract of Averrhoa carambola leaf (MEACL) yang terbukti menurunkan kolesterol total, trigliserida, indeks aterogenik, dan indeks massa tubuh pada hewan uji.

    Daun belimbing manis juga memiliki senyawa fenolik dan flavonoid, sebagai antioksidan kuat yang baik untuk tubuh. Antioksidan berfungsi melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan akibat radikal bebas, yang biasanya berkaitan erat dengan pencegahan berbagai penyakit kronis seperti kanker, diabetes, dan penyakit jantung.

    Daun Belimbing Wuluh

    Tanaman belimbing wuluh. Foto: iStock

    Salah satu manfaat dari daun belimbing wuluh adalah menjaga tekanan darah. Masalah tekanan darah tinggi berkaitan erat dengan berbagai penyakit kardiovaskular seperti penyakit jantung dan stroke.

    Sebuah penelitian kecil dilakukan di Magetan pada tahun 2023 untuk melihat efek teh daun belimbing wuluh terhadap pengidap hipertensi. Dalam riset tersebut, peneliti dari STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun memberikan 2 gram teh daun wuluh seduh selama 7 hari berturut-turut pada 16 partisipan.

    Dari seluruh partisipan, rata-rata tekanan darah sistolik (saat memompa darah) berada di angka 163,13 mmHg dan diastolik (saat jantung rileks) di angka 92,5 mmHg. Setelah diberi teh daun belimbing wuluh, terjadi penurunan hipertensi secara signifikan menjadi 134,06 mmHg pada sistolik dan 75 mmHg pada diastolik.

    “Selanjutnya dilakukan uji Wilcoxon intervensi teh daun belimbing wuluh diperoleh p-value 0,000. Berarti terdapat efektivitas antara tekanan darah sebelum dan sesudah teh daun belimbing wuluh diberikan,” tulis peneliti.

    Penelitian lain juga dilakukan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada Mojokerto pada 2023 pada pengidap diabetes. Mereka menemukan konsumsi daun belimbing wuluh memberikan efek penurunan gula darah. Ini diduga karena adanya kandungan antioksidan flavonoid di dalamnya.

    Cara Mengonsumsi Daun Belimbing

    Saat ini ada banyak produk daun belimbing kering yang bisa tinggal diseduh seperti teh untuk konsumsi. Jika hanya memiliki daun belimbing manis atau daun belimbing wuluh segar, berikut cara mengolahnya:

    Siapkan 8-10 lembar daun belimbing segar.Rebus di dalam 1 liter air hingga air mendidih.Tutup panci selama proses perebusan.Setelah selesai, matikan api dan biarkan air daun belimbing lebih dingin.Saring air daun belimbing, lalu minum.

    (avk/tgm)

  • Video Cukai Dinilai Buat Konsumen MBDK Berkurang, CISDI: Kurangi Beban BPJS

    Video Cukai Dinilai Buat Konsumen MBDK Berkurang, CISDI: Kurangi Beban BPJS

    Jakarta – CISDI (Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives) minta pemerintah segera terapkan cukai untuk Minuman Berpemanis dalam Kemasan (MBDK). Penerapan cukai dinilai efektif dalam menekan angka penderita diabetes.

    CISDI berkurangnya beban klaim penyakit yang ditanggung BPJS tersebut bisa berdampak baik bagi keuangan BPJS itu sendiri maupun ekonomi ke depannya.

    Klik di sini untuk melihat video 20detik lainnya!

    (/)

  • Video CISDI: Cukai Minuman Berpemanis Bisa Cegah 3 Juta Kasus Diabetes Baru

    Video CISDI: Cukai Minuman Berpemanis Bisa Cegah 3 Juta Kasus Diabetes Baru

    Video CISDI: Cukai Minuman Berpemanis Bisa Cegah 3 Juta Kasus Diabetes Baru

  • Dokter Ungkap Beda Busa di Urine yang Normal Vs Tanda Ginjal Bermasalah

    Dokter Ungkap Beda Busa di Urine yang Normal Vs Tanda Ginjal Bermasalah

    Jakarta

    Saat buang air kecil atau pipis, biasanya akan muncul busa di permukaan urine. Lalu, apakah ini bisa dikatakan sebagai kondisi normal atau justru ada masalah di ginjal?

    Menjawab hal ini, spesialis penyakit dalam dr Tunggul Situmorang, SpPD-KGH mengatakan ada perbedaan yang jelas antara busa dari urine normal dan tanda penyakit ginjal. Urine berbusa yang tidak berbahaya akan hilang dengan sendirinya dan tidak disertai gejala mengkhawatirkan.

    “Kalau karena ada protein (proteinuria) di dalamnya itu nggak hilang-hilang busanya. Warnanya juga keruh,” kata dr Tunggul saat dihubungi detikcom, Sabtu (4/7/2025).

    Proteinuria adalah kondisi ketika kadar protein dalam urine lebih tinggi dari normal. Kondisi ini bukan merupakan penyakit, melainkan gejala dari gangguan yang memengaruhi fungsi ginjal.

    Biasanya, kelebihan protein dalam urine menandakan bahwa filter ginjal (glomeruli) tidak bekerja dengan baik, sehingga dapat membiarkan protein keluar bersama urine.

    Cara sederhana untuk menjaga kesehatan ginjal, lanjut dr Tunggul adalah dengan menjaga tubuh tetap terhidrasi dengan baik. Menjaga pola makan dan gaya hidup juga penting dilakukan demi kesehatan ginjal.

    “Pola hidup dari orang muda sekarang sudah berubah, tadinya (makan) alami normal, sekarang fastfood, sekarang obesitas, garamnya banyak, hipertensi meningkat,” katanya.

    Selain itu, sedentary lifestyle atau gaya hidup bermalas-malasan juga berperan dalam timbulnya masalah kesehatan seperti obesitas dan hipertensi.

    Bagaimana cara terbaik menjaga kesehatan ginjal secara keseluruhan?

    1. Tetap Aktif dan Bugar

    Olahraga yang teratur dapat menurunkan risiko penyakit ginjal kronis. Olahraga teratur juga dapat menurunkan tekanan darah dan meningkatkan kesehatan jantung yang keduanya penting untuk mencegah kerusakan ginjal.

    2. Mengontrol Kadar Gula Darah

    Orang dengan diabetes atau kondisi yang menyebabkan gula darah tinggi, dapat mengalami kerusakan ginjal. Ketika sel-sel tubuh tidak dapat menggunakan glukosa (gula) dalam darah, ginjal dipaksa bekerja ekstra keras untuk menyaring darah. Jika terus-menerus bekerja keras selama bertahun-tahun, hal ini dapat menyebabkan kerusakan yang mengancam jiwa.

    3. Mengontrol Tekanan Darah

    Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan ginjal. Jika tekanan darah tinggi terjadi bersamaan dengan masalah kesehatan lain seperti diabetes, penyakit jantung, atau kolesterol tinggi, dampaknya pada tubuh bisa signifikan.

    4. Mengontrol Berat Badan

    Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas berisiko mengalami sejumlah kondisi kesehatan yang dapat merusak ginjal. Kondisi tersebut meliputi diabetes, penyakit jantung, dan penyakit ginjal.

    5. Minum Cukup Air

    Tetap terhidrasi dengan baik merupakan cara sederhana untuk menjaga kesehatan ginjal. Air membantu membersihkan natrium dan racun dari ginjal. Air juga menurunkan risiko penyakit ginjal kronis.

    (dpy/naf)

  • ‘Biang Kerok’ Kasus Gagal Ginjal Naik di Usia Muda, Makin Banyak yang Cuci Darah

    ‘Biang Kerok’ Kasus Gagal Ginjal Naik di Usia Muda, Makin Banyak yang Cuci Darah

    Jakarta

    BPJS Kesehatan mencatat biaya perawatan penyakit ginjal kronis mencapai Rp 11 triliun pada 2024, naik tajam dari Rp 6,5 triliun pada 2019. Lonjakan ini disebabkan oleh peningkatan jumlah pasien, terutama yang menjalani hemodialisis atau awamnya dikenal cuci darah.

    Hal yang mengkhawatirkan adalah semakin banyak anak muda yang menjalani cuci darah karena gagal ginjal. Kondisi yang dulu identik dengan lansia kini justru mulai dialami di usia produktif.

    Menurut dokter spesialis urologi dr Nur Rasyid, SpU, penyebab gagal ginjal umumnya bersifat multifaktorial, tetapi lebih dari 50 persen pasien hemodialisis memiliki kondisi penyerta penyakit tertentu.

    “Kalau kita lihat sekarang, 50 persen dari pasien cuci darah itu mengalami gangguan gula darah,” jelas dr Rasyid.

    Artinya, diabetes menjadi penyebab nomor satu gagal ginjal kronis. Kebiasaan mengonsumsi makanan dan minuman manis, terutama yang mengandung gula buatan (artificial sweetener), sejak usia muda, sangat memengaruhi metabolisme tubuh.

    Anak-anak dan remaja disebutnya lebih sering duduk bermain gadget, jarang bergerak, dan mengonsumsi makanan cepat saji serta minuman manis dalam jumlah berlebihan. Kombinasi ini membuat risiko obesitas meningkat, yang kemudian memicu resistensi insulin dan akhirnya diabetes.

    Selain diabetes, hipertensi tekanan darah tinggi juga menjadi penyebab umum gagal ginjal. Tekanan darah tinggi merusak pembuluh darah kecil di ginjal, membuat fungsinya menurun secara perlahan.

    Ditambah lagi, kebiasaan minum air yang tidak cukup (dehidrasi kronis) juga memperparah kondisi. Gaya hidup modern yang minim aktivitas fisik, tetapi tinggi konsumsi kopi, teh manis, dan soda menyebabkan tubuh kekurangan cairan, yang pada akhirnya membebani fungsi ginjal.

    dr Rasyid menegaskan konsumsi minuman manis berlebihan, terutama yang menggunakan pemanis buatan adalah akar dari masalah metabolisme. Ketika metabolisme tubuh terganggu, penyakit seperti diabetes dan hipertensi lebih mudah berkembang, yang pada akhirnya bisa merusak ginjal.

    “Hidup yang tidak sehat menyebabkan metabolisme tidak normal. Ini yang membuat orang bermasalah dengan gula dan tekanan darah,” jelasnya.

    Salah satu masalah utama adalah gagal ginjal sering tidak bergejala pada awalnya. Orang baru menyadari ketika kondisinya sudah memasuki stadium akhir yakni stadium 4 atau 5, saat ginjal sudah hampir tidak berfungsi dan membutuhkan cuci darah hemodialisis.

    “Orang baru bergejala saat kondisinya sudah berat. Mulai dari mudah lelah, lemas, mual karena ureum tinggi, hingga pucat. Awalnya mereka pikir masalah lambung, lalu minum obat sendiri tanpa cek ke dokter,” tambah dr Rasyid.

    Padahal, stadium 1 sampai 3 bisa diketahui lebih awal lewat check-up rutin, dan ditangani sebelum berujung pada kerusakan permanen.

    Meningkatnya kasus gagal ginjal di usia muda bukanlah fenomena yang terjadi secara tiba-tiba, melainkan hasil dari pola hidup tidak sehat yang dijalani bertahun-tahun. Karenanya, dr Rasyid menyarankan untuk rutin memeriksakan diri demi mencegah keterlambatan penanganan saat fungsi ginjal sudah jauh tersisa di bawah 50 persen.

    (naf/naf)

  • Apa Yang Terjadi Dengan Tubuh Saat Sedang Berpuasa?

    Apa Yang Terjadi Dengan Tubuh Saat Sedang Berpuasa?

    Jakarta

    Puasa adalah tidak hanya sekedar menahan lapar dan haus. Di balik pola makan ini, tubuh mengalami serangkaian perubahan biologis yang kompleks.

    Ada banyak manfaat kesehatan yang bisa didapatkan dari berpuasa. Tak heran, puasa juga menjadi salah satu ritual khusus dalam berbagai kepercayaan. Sebenarnya apa sih yang terjadi pada tubuh ketika sedang berpuasa?

    Efek Puasa ke Tubuh

    Puasa didefinisikan sebagai kondisi fisiologis ketika seseorang menahan diri dari mengonsumsi kalori untuk jangka waktu tertentu. Puasa dapat memicu perubahan metabolisme dan fungsi tubuh.

    Peneliti klinis King Fahad Specialist Hospital Research Center, Mohammed Mahroos mengungkapkan beberapa efek yang dapat ditimbulkan dari berpuasa, berikut adalah beberapa di antaranya:

    1. Sistem Pencernaan Istirahat

    Mahroos menjelaskan puasa memberikan kesempatan sistem pencernaan untuk beristirahat. Ketika berpuasa, tubuh akan berfokus pada hal lain seperti perbaikan sel.

    “Puasa memberikan waktu istirahat bagi sistem pencernaan, memungkinkan tubuh fokus pada perbaikan sel dan detoksifikasi,” kata Maroosh dikutip dari Arab News.

    Puasa juga membuat kadar insulin dan glukosa menurun, yang mendorong pembakaran lemak. Ketika cadangan glikogen (bentuk simpanan glukosa) habis karena puasa, tubuh mulai menggunakan lemak sebagai sumber energi pertama. Proses tersebut juga disebut sebagai ketosis.

    2. Meningkatkan Metabolisme

    Secara medis, puasa juga sangat baik untuk meningkatkan metabolisme. Puasa dinilai sangat efektif untuk mengobati obesitas, resistensi insulin, dan gangguan metabolisme.

    Sebuah studi yang diterbitkan oleh New England Journal of Medicine pada tahun 2019 mengungkapkan puasa intermittent meningkatkan metabolisme dan mengurangi resistensi insulin. Ini membuatnya efektif dalam mencegah diabetes tipe dua.

    “Jika disertai pola makan seimbang, puasa dapat meningkatkan efisiensi metabolik,” jelas Maroosh.

    Meski begitu, ia mengingatkan untuk tidak ‘balas dendam’ ketika waktu berbuka. Menurutnya, efek maksimal puasa baru benar-benar bisa dirasakan jika pola makan terus dikendalikan, bahkan setelah berbuka.

    Mengonsumsi makanan tidak sehat saat berbuka, seperti gula olahan, lemak trans, dan makanan cepat saji, dapat mengurangi manfaat puasa atau bahkan memicu masalah kesehatan lain.

    3. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

    Berpuasa juga mengaktifkan autofagi, sebuah proses di tingkat sel yang mendukung regenerasi sel dan perkembangan sistem tubuh yang lebih sehat. Hal tersebut juga sudah terbukti oleh ahli riset biologi Jepang Yoshinori Ohsumi, peraih nobel fisiologi atau kedokteran di tahun 2016.

    Proses autofagi sangat penting untuk menjaga kesehatan, mencegah penuaan dini, dan melindungi tubuh dari berbagai penyakit seperti kanker, infeksi, serta gangguan neurodegeneratif.

    Ketika berpuasa, sel ‘dipaksa’ bekerja lebih efisien dan mengaktifkan autofagi sebagai adaptasi.

    4. Meningkatkan Kekuatan Mental

    Tak hanya kesehatan fisik, puasa juga meningkatkan kesehatan mental. Secara spiritual, puasa mendorong refleksi diri dan kejernihan pikiran yang penting untuk kondisi psikologis.

    “Praktik ini mendorong disiplin diri dan memperkuat kemauan. Ini juga berkontribusi pada kejernihan mental, selain manfaat kesehatannya,” katanya.

    Mahroos menambahkan pola makan harus tetap terjaga selama berpuasa. Pastikan tubuh terhidrasi dengan baik sehingga fungsi organ tetap berjalan normal.

    Beda Puasa Sebulan Vs Puasa Sehari

    Ketika puasa selama sehari, tubuh mulai menggunakan simpanan glikogen untuk energi. Kadar insulin menurun, proses pembakaran lemak meningkat, dan produksi hormon pertumbuhan naik. Ini bermanfaat untuk perbaikan jaringan dan peningkatan metabolisme.

    Sebuah studi yang diterbitkan di Journal of Neuroscience tahun 2021 menunjukkan puasa jangka pendek meningkatkan produksi protein yang disebut BDNF (brain-derived neurotrophic factor), yang dapat meningkatkan kekuatan kognitif dan mengurangi risiko penyakit seperti Alzheimer.

    “Puasa intermiten juga menurunkan kadar kolesterol jahat dan memperbaiki tekanan darah, sehingga mengurangi risiko penyakit jantung,” tambah Mahroos.

    Sedangkan, ketika seseorang berpuasa panjang, misalnya 30 hari seperti saat Ramadhan, tubuh memasuki fase adaptasi jangka panjang yang meningkatkan efisiensi metabolisme.

    Efeknya sensitivitas terhadap insulin meningkat yang berpengaruh pada penurunan risiko diabetes, lalu tingkat peradangan kronis menurun yang berkaitan pada kesehatan jantung dan daya tahan tubuh. Autofagi yang lebih aktif juga membantu membersihkan sel-sel rusak dan memperbaiki jaringan tubuh.

    Puasa Ramadan biasanya berlangsung selama 13-15 jam tergantung dari wilayah. Sedangkan, durasi paling umum dari intermittent fasting adalah 16 jam. Salah satu pembeda dari kedua jenis puasa ini, puasa Ramadan dilakukan tanpa minum sama sekali, sementara intermittent fasting masih diperbolehkan minum minuman nol kalori.

    Hal ini membuat puasa tanpa minum seperti saat Ramadan sebenarnya memiliki risiko dehidrasi yang lebih besar. Hal ini terjadi karena muncul ketidakseimbangan elektrolit dan tekanan darah rendah. Oleh karena itu, penting sekali memperhatikan asupan minum setelah berbuka, agar manfaat puasa bisa didapatkan maksimal tanpa efek samping.

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menyarankan minum air putih setidaknya delapan gelas setiap hari atau sebanyak 2 liter.

    (avk/tgm)

  • Dokter Harvard Ungkap Efek 30 Hari Berhenti Konsumsi Gula Terhadap Tubuh

    Dokter Harvard Ungkap Efek 30 Hari Berhenti Konsumsi Gula Terhadap Tubuh

    Jakarta

    Pernah terpikir untuk berhenti mengonsumsi gula, namun langsung terbayang harus menjalani hidup tanpa kue, biskuit, atau teh manis favorit? Hal tersebut merupakan respons yang wajar. Gula sendiri terdapat dalam hampir semua makanan yang dikonsumsi sehari-hari.

    Menurut dr Saurabh Sethi, seorang dokter lulusan Universitas Harvard sekaligus pakar di bidang kesehatan, berhenti mengonsumsi gula selama 30 hari dapat menjadi salah satu keputusan terbaik bagi kesehatan tubuh, dan hal ini bukan semata-mata soal penurunan berat badan. Dikutip dari Times of India, berikut penjelasannya.

    1. Lemak Hati (Fatty Liver) Berkurang

    dr Sethi menjelaskan ketika seseorang berhenti mengonsumsi gula, terutama gula olahan yang mengandung fruktosa tinggi, kadar lemak di hati akan mulai menurun. Hal ini merupakan perubahan yang signifikan, mengingat fatty liver disease atau penyakit hati berlemak kini semakin sering ditemukan, bahkan pada individu yang tidak mengonsumsi alkohol.

    Dengan menghentikan asupan gula tambahan selama satu bulan, peradangan pada hati dapat berkurang, dan tanda-tanda awal kerusakan hati mulai membaik.

    2. Fungsi Ginjal Membaik

    Jika seseorang mengalami resistensi insulin, pra-diabetes, atau kadar gula darah yang tidak stabil, menghentikan konsumsi gula dapat membantu meningkatkan fungsi ginjal.

    Hal ini disebabkan oleh kadar gula dan insulin yang berlebihan, yang dalam jangka panjang dapat membebani kerja ginjal. Dengan mengurangi beban tersebut, ginjal memiliki kesempatan untuk beristirahat dan memulihkan fungsinya secara optimal.

    3. Peradangan di Arteri Berkurang

    Salah satu manfaat yang jarang dibahas dari menghindari konsumsi gula adalah dampaknya yang besar terhadap kesehatan arteri. Asupan gula yang berlebihan secara terus-menerus dapat menyebabkan peradangan pada dinding arteri, yang merupakan salah satu faktor tersembunyi pemicu penyakit jantung.

    Dengan mengurangi konsumsi gula, peradangan tersebut akan mereda, sehingga dapat menurunkan risiko serangan jantung dan stroke.

    4. Berpikir Jernih dan Lebih Fokus

    dr Sethi menjelaskan, kejernihan dan fokus mental dapat meningkat secara signifikan ketika tubuh terbebas dari asupan gula. Otak bekerja lebih optimal dengan pasokan energi yang stabil, sedangkan lonjakan gula yang diikuti penurunan drastis justru mengganggu fungsi kognitif.

    Setelah beberapa minggu tanpa konsumsi gula, banyak orang melaporkan peningkatan konsentrasi dan produktivitas yang nyata.