Topik: diabetes

  • Alarm Kesehatan ASN Jakarta: Ribuan Alami Masalah Kejiwaan dan Obesitas
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        18 Juli 2025

    Alarm Kesehatan ASN Jakarta: Ribuan Alami Masalah Kejiwaan dan Obesitas Megapolitan 18 Juli 2025

    Alarm Kesehatan ASN Jakarta: Ribuan Alami Masalah Kejiwaan dan Obesitas
    Penulis

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Hasil pemeriksaan
    kesehatan
    aparatur sipil negara (
    ASN
    ) di lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI
    Jakarta
    mengungkap fakta memprihatinkan.
    Sebanyak 15 persen ASN diketahui mengalami gangguan kejiwaan, dan lebih dari 60 persen mengalami
    obesitas
    .
    Temuan ini disampaikan langsung oleh Kepala Dinas
    Kesehatan
    (Dinkes) DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, dalam acara peluncuran kampanye kesehatan “Jakarta BERJAGA 2.0” di Balai Kota, Jumat (18/7/2025).
    “Ada yang punya
    masalah kejiwaan
    . Dan ini angkanya tidak kecil, yaitu 15 persen,” kata Ani.
    Masalah kesehatan ini terungkap melalui program skrining kesehatan menyeluruh yang dilakukan Pemprov DKI selama tahun 2024.
    Pemeriksaan menyasar ribuan ASN yang terdiri dari lebih dari 65.000 pegawai, mencakup PNS, CPNS, dan PPPK.
    Selain isu kesehatan mental, Ani menyebut kondisi kesehatan fisik ASN juga menjadi sorotan.
    Sebanyak 62 persen ASN terdeteksi obesitas, sementara 15,4 persen lainnya mengalami kelebihan berat badan (overweight).
    “Hipertensi ditemukan pada 27,6 persen pegawai, dan diabetes mellitus pada 5,7 persen,” jelas Ani.
    Menurutnya, tingginya prevalensi masalah kesehatan ini menjadi alarm serius, mengingat ASN tidak hanya berfungsi sebagai pelayan publik, tetapi juga panutan masyarakat.
    Untuk merespons kondisi tersebut, Pemprov DKI meluncurkan kampanye Jakarta BERJAGA 2.0, singkatan dari Bergerak, Bekerja, Berolahraga, dan Bahagia.
    Kampanye ini ditujukan untuk membangun kesadaran hidup sehat di kalangan birokrasi.
    “Kesehatan beraktivitas adalah bagian dari menciptakan kesehatan jiwa,” ujar Ani.
    Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, dalam acara yang sama menegaskan komitmennya untuk mendorong gaya hidup sehat di lingkungan Pemprov.
    Rano menginstruksikan seluruh ASN agar rutin berolahraga setiap Jumat pagi.
    “Saya wajibkan setiap Jumat pagi kita berolahraga bersama di sini. Agar kita bisa semangat kerja, dan tentu produktivitas meningkat,” kata Rano.
    Ia menekankan bahwa program ini tidak boleh berhenti sebagai kegiatan seremonial belaka, melainkan harus menjadi gerakan kolektif dan berkelanjutan.
    “Kita mulai dari sini. Ini bukan hanya soal program, tapi kesadaran. Tidak ada gunanya kita sejahtera kalau kita tidak sehat,” tegasnya.
    Peluncuran kampanye BERJAGA 2.0 mencerminkan pendekatan preventif Pemprov DKI terhadap kesehatan ASN.
    Dalam konteks pelayanan publik, kesehatan jiwa dan fisik pegawai menjadi pondasi utama untuk menciptakan pemerintahan yang produktif, responsif, dan profesional.
    Imbauan kepada seluruh satuan kerja perangkat daerah (SKPD) agar menjadikan kesehatan pegawai sebagai prioritas pun kembali ditegaskan.
    “ASN harus jadi contoh, baik dalam kinerja maupun gaya hidup,” pungkas Ani.
    (Reporter: Lidia Pratama Febrian | Editor: Faieq Hidayat)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Awas! Diabetes Bisa Diam-diam Mengancam, Kenali Penyebab & Pemicunya

    Awas! Diabetes Bisa Diam-diam Mengancam, Kenali Penyebab & Pemicunya

    Jakarta

    Penyakit gula atau diabetes melitus adalah kondisi ketika kadar gula darah terlalu tinggi karena tubuh kekurangan atau tidak dapat menggunakan insulin (hormon pengatur gula darah). Gejalanya sering tidak disadari, sehingga pencegahan perlu dimulai dengan memahami penyebabnya dan mulai menyadari pentingnya deteksi dini untuk menghentikan perkembangan diabetes lebih awal.

    Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin, Metabolik dan Diabetes di Mayapada Hospital Kuningan dr. Roy Panusunan Sibarani, Sp.PD-KEMD, FES menjelaskan diabetes biasanya diawali dengan fase prediabetes.

    “Pada tahap ini, kadar gula darah sudah di atas normal tetapi belum dikatakan diabetes. Meski belum berbahaya, prediabetes adalah sinyal peringatan karena ada risiko berkembang menjadi diabetes tipe 2 dan harus dicegah,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (18/7/2025).

    Berdasarkan standar medis, seseorang dikatakan prediabetes jika hasil HbA1c (rata-rata gula darah 3 bulan terakhir) berada di antara 5,7% hingga 6,4%, atau gula darah puasa (GDP) berkisar 100-125 mg/dL. Sedangkan, seseorang dikategorikan diabetes bila HbA1c ≥ 6,5% atau gula darah puasa ≥ 126 mg/dL.

    “Gaya hidup sering jadi penyebab yang tak disadari, seperti pola makan tinggi gula, konsumsi nasi putih berlebihan, kurang aktivitas fisik, hingga obesitas yang erat kaitannya dengan risiko diabetes tipe 2. Selain itu, faktor stres kronis dan kurang tidur juga bisa mengganggu keseimbangan gula darah dan hormon yang memperparah risiko metabolik,” jelas dr. Roy.

    Ia juga menambahkan bahwa faktor genetik turut berperan. Jika orang tua atau saudara kandung memiliki riwayat diabetes, risikonya bisa meningkat hingga 2-6 kali lipat. Bahkan, diabetes dapat muncul di usia muda, dan risikonya akan semakin tinggi seiring bertambahnya usia.

    Jika tidak dicegah dan dikendalikan dengan baik, faktor-faktor pemicu ini dapat meningkatkan risiko diabetes yang lebih serius.

    “Diabetes adalah mother of all diseases yang dapat memicu berbagai komplikasi berat seperti serangan jantung, stroke, gagal ginjal kronis, gangguan penglihatan hingga kebutaan, serta luka yang sulit sembuh yang bisa berujung pada amputasi,” ungkap dr. Roy.

    Langkah pencegahan diabetes bisa dimulai dengan menjaga kadar gula darah melalui pemeriksaan gula darah yang bisa dilakukan secara GRATIS di Sugar Clinic Mayapada Hospital termasuk skrining risiko prediabetes atau diabetes dengan Artificial Intelligence (AI), konsultasi dokter, manajemen diabetes menyeluruh, hingga pendampingan gaya hidup sehat.

    Sugar Clinic ini tersedia di unit Mayapada Hospital yang ada di Jakarta Selatan (Lebak Bulus), Kuningan, Tangerang, Surabaya, dan Bandung.

    Untuk informasi layanan Sugar Clinic, Anda dapat menghubungi call center 150770 atau mengakses aplikasi MyCare untuk booking layanan skrining dengan mudah.

    Penerapan gaya hidup sehat juga dapat dipantau lewat MyCare melalui fitur Personal Health yang terhubung ke Google Fit atau Health Access untuk menghitung detak jantung, footsteps, jumlah kalori terbakar, dan BMI.

    Informasi kesehatan dan berbagai promo layanan dapat ditemui dalam fitur Health Articles & Tips di MyCare. Unduh MyCare sekarang, dan kumpulkan reward point untuk mendapatkan potongan harga layanan di seluruh unit Mayapada Hospital.

    (mayapada/sls)

  • Kebiasaan Makan yang Bisa Memicu Hipertensi di Usia 30-an

    Kebiasaan Makan yang Bisa Memicu Hipertensi di Usia 30-an

    Jakarta

    Memasuki usia 30-an, seseorang umumnya berada dalam fase produktif. Sayangnya, di balik gaya hidup yang aktif dan padat, banyak orang yang tidak menyadari bahwa pola makan yang keliru bisa memicu munculnya hipertensi atau tekanan darah tinggi.

    Hipertensi tak hanya menyerang usia lanjut, namun juga mereka yang masih tergolong muda. Menurut WHO, diperkirakan 1,28 miliar orang dewasa berusia 30-79 tahun di seluruh dunia menderita hipertensi.

    Sementara data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 mencatat prevalensi hipertensi pada kelompok umur 25-34 tahun sebesar 1,8% Ketahui kebiasaan sehari-hari tertentu yang bisa meningkatkan tekanan darah.

    Kebiasaan Makan yang Bisa Memicu Hipertensi

    Hipertensi terjadi saat pembuluh darah terlalu tinggi yaitu 140/90 mmHg atau lebih tinggi. Orang dengan hipertensi mungkin tidak merasakan gejala apa-apa, sehingga satu-satunya cara untuk mengetahuinya adalah dengan memeriksa tekanan darah.

    Beberapa kebiasaan makan yang bisa memicu hipertensi di antaranya mengonsumsi makanan ultra-olahan, tidak mengonsumsi kalium secara cukup, hingga terlalu banyak mengonsumsi gula. Dikutip dari laman Health dan Web MD, begini penjelasannya.

    1. Mengonsumsi Makanan Ultra-Olahan

    Menurut profesor kedokteran kardiovaskular di McGovern Medical School, UT Health Houston John P. Higgins, MD, MBA, pola makan yang tinggi lemak jenuh dan makanan olahan berkontribusi terhadap disfungsi endotel dan penambahan berat badan. Keduanya meningkatkan risiko hipertensi.
    Dikutip dari jurnal “Pengaruh Latihan Fisik Terhadap Fungsi Endotel,” endotel adalah jaringan di dalam pembuluh darah yang memiliki peran sangat penting dalam homeostasis vaskular melalui sekresi dan modifikasi sejumlah substansi vasoaktif. Disfungsi endotel merupakan peristiwa paling yang terjadi dalam patogenesis penyakit-penyakit kardiovaskuler, seperti penyakit jantung koroner hingga gagal jantung.

    Sehingga, penting untuk menghindari makanan ultra olahan seperti kue, sereal, daging olahan, minuman soda, minuman berenergi, dan minuman manis. Utamakan makanan yang padat nutrisi seperti buah-buahan, sayur-sayuran, biji-bijian utuh, lemak bermanfaat, dan protein rendah lemak.

    2. Tidak Mengonsumsi Cukup Kalium

    Kalium membantu tubuh dalam mengeluarkan natrium dan merelaksasikan pembuluh darah, sehingga menurunkan tekanan darah. Menurut wakil ketua kardiologi di VCU Health, Hem Bhadwaj, MD, kadar kalium yang rendah bisa menyebabkan retensi cairan, yang pada gilirannya bisa menyebabkan tekanan darah tinggi.

    “Kalium yang rendah juga dapat meningkatkan efek hormon stres dalam tubuh, yang dapat memengaruhi pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah tinggi,” ungkapnya.

    Usahakan untuk mengonsumsi 3.500-5.000 miligram (mg) kalium per hari. Adapun beberapa makanan tinggi kalium di antaranya sayuran berdaun hijau, ubi jalar, pisang, dan kacang-kacangan.

    3. Melewatkan Sarapan

    Tidak sarapan terbukti bisa meningkatkan kortisol, hormon stres utama. Menurut penelitian yang dilakukan kepada wanita dan remaja, mereka yang rutin melewatkan sarapan mengalami peningkatan tekanan darah.

    Masih diperlukan penelitian lebih lanjut dengan populasi yang lebih besar dalam hal ini. Namun para peneliti menemukan bahwa lonjakan kortisol secara teratur bisa menyebabkan peningkatan sindrom metabolik, yaitu sekelompok kondisi yang meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes, stroke, dan kondisi kesehatan berbahaya lainnya.

    4. Makan Terlalu Banyak Gula

    Mengonsumsi gula tambahan dalam jumlah tinggi bisa meningkatkan risiko obesitas, yang pada akhirnya meningkatkan tekanan darah. Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi gula per hari adalah 10 persen dari total energi (220 kkal). Konsumsi tersebut setara dengan 4 sendok makan atau 50 g per hari.

    Penelitian juga membuktikan bahwa gula tambahan dalam minuman ringan bisa memberi dampak negatif pada tekanan darah.

    Kebiasaan Lain yang Memicu Hipertensi

    Selain terkait dengan makanan, ada beberapa kebiasaan lain yang juga bisa memicu hipertensi, seperti:

    1. Kurang Tidur

    Tidur begitu penting untuk mengatur tekanan darah. Kurang tidur, baik dari segi kualitas ataupun durasinya bisa meningkatkan tekanan darah.

    Pastikan untuk mendapat tidur yang berkualitas dengan menghindari makan berat beberapa jam sebelum tidur, melakukan aktivitas fisik yang cukup, serta menjaga kamar tidur tetap tenang dan gelap demi kenyamanan. Orang dewasa di atas usia 18 tahun disarankan untuk tidur selama 7-9 jam per malam.

    2. Kurang Minum Air

    Penting untuk menjaga asupan cairan ke tubuh untuk menjaga tekanan darah tetap normal. Dehidrasi bisa mempersempit pembuluh darah, yang bisa menyebabkan tekanan darah tinggi. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyarankan untuk minum setidaknya 1,5-2 liter air setiap hari atau sekitar delapan gelas sehari.

    3. Kurangnya Aktivitas Fisik

    Untuk mencegah dan menurunkan tekanan darah tinggi, pastikan melakukan aktivitas yang cukup. Aktivitas fisik yang rendah dan duduk terlalu lama bisa menyebabkan tekanan darah tinggi dengan mengurangi aliran darah, meningkatkan kekakuan pembuluh darah, dan meningkatkan tekanan pada sistem kardiovaskular seiring waktu.

    American Heart Association (AHA) merekomendasikan, orang dewasa melakukan setidaknya 150 menit per minggu aktivitas aerobik intensitas sedang, seperti jalan cepat atau tenis. Pilihan lainnya adalah melakukan aktivitas aerobik intensitas tinggi selama 75 menit per minggu, seperti berlari atau berenang.

    4. Merokok

    Merokok bisa meningkatkan risiko tekanan darah tinggi karena meningkatkan risiko penumpukan plak di arteri. Seiring waktu, penumpukan plak bisa menyebabkan aterosklerosis yang meningkatkan risiko penyakit jantung. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, Aterosklerosis adalah pengerasan arteri akibat penumpukan plak secara bertahap di dalamnya. Plak tersebut terdiri dari lemak, kolesterol, dan zat lainnya. Dalam jangka pendek, tekanan darah akan meningkat setiap kali seseorang merokok.

    (elk/tgm)

  • Paradoks pajak hiburan atas olahraga

    Paradoks pajak hiburan atas olahraga

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta telah menetapkan kebijakan yang kontroversial: pengenaan pajak hiburan sebesar 10 persen atas berbagai aktivitas olahraga komersial.

    Kebijakan ini dirinci secara eksplisit dalam Keputusan Kepala Bapenda DKI Jakarta Nomor 257 Tahun 2025, yang mencantumkan 21 jenis olahraga, termasuk padel, yoga, hingga sewa lapangan futsal, sebagai objek pajak hiburan.

    Di tengah semangat warga kota dalam mengadopsi gaya hidup sehat, langkah ini justru menimbulkan paradoks kebijakan: olahraga, yang sejatinya vital bagi kesehatan masyarakat, diposisikan sejajar dengan aktivitas hiburan seperti tontonan bioskop dan pergelaran musik.

    Aktivitas fisik teratur terbukti menjadi salah satu elemen paling efektif dalam mencegah penyakit tidak menular seperti diabetes dan obesitas. Namun, mendorong aktivitas fisik bukan sekadar soal imbauan atau kampanye.

    Riset Nola M. Ries (2012) berjudul Legal and Policy Measures to Promote Healthy Behaviour: Using Incentives and Disincentives to Control Obesity menunjukkan bahwa ruang fisik yang memadai dan lingkungan yang mendukung berperan penting dalam meningkatkan partisipasi warga dalam kegiatan fisik. Keberadaan taman kota, jalur pejalan kaki, serta fasilitas olahraga merupakan penunjang utama gaya hidup sehat.

    Di kota-kota besar seperti Jakarta, di mana keterbatasan ruang terbuka masih cukup menantang, fasilitas olahraga komersial sering kali menjadi satu-satunya pilihan bagi masyarakat untuk tetap aktif. Namun kini, dengan adanya pajak hiburan atas fasilitas olahraga tersebut, biaya akses meningkat.

    Seseorang yang hendak mengikuti kelas yoga atau menyewa lapangan bulu tangkis harus membayar lebih mahal karena beban pajak tersebut. Dalam jangka panjang, kebijakan semacam ini berpotensi menghambat akses untuk mempertahankan gaya hidup sehat terutama bagi kelompok menengah ke bawah.

    Disinsentif bagi gaya hidup sehat

    Pajak memiliki daya pengaruh yang luar biasa terhadap perilaku. Ketika pemerintah mengenakan pajak atas konsumsi, secara tidak langsung itu menjadi sinyal terkait preferensi kebijakan pemerintah, yakni apa yang hendak dibatasi, dan apa yang ingin didorong.

    Combs dan Elledge (1979) ketika membahas pajak akomodasi (yang bahkan bukan hiburan) mengingatkan pentingnya prinsip ability-to-pay dalam kebijakan pajak konsumsi. Dalam hal ini, pajak semestinya tidak membebani secara tidak proporsional kelompok berpenghasilan rendah.

    Pajak atas olahraga justru bisa menjadi regresif, yakni mereka yang paling membutuhkan fasilitas olahraga akan paling terdampak oleh kenaikan biaya. Padahal, boleh jadi mereka adalah kelompok berpenghasilan rendah.

    Karenanya, 21 jenis olahraga yang dikenai pajak hiburan oleh Pemprov DKI layak untuk dievaluasi. Tidak semua jenis aktivitas tersebut bersifat hiburan murni atau mewah.

    Kegiatan seperti yoga, bulu tangkis, futsal, atau atletik jelas merupakan aktivitas partisipatif yang mendukung kebugaran dan sering kali dijalankan secara rutin oleh masyarakat sebagai bagian dari gaya hidup sehat.

    Sebaliknya, beberapa aktivitas memang layak masuk kategori hiburan atau eksklusif. Misalnya, jetski, bowling, biliar, ice skating, serta tenis atau lapangan tembak yang umumnya hanya diakses kelompok tertentu dengan daya beli lebih tinggi.

    Peninjauan selektif ini penting. Bukan berarti olahraga tidak mengandung aspek hiburan, tetapi ketika aspek partisipatif dan fungsi kesehatannya lebih dominan, perlakuan fiskalnya seharusnya berbeda.

    Lagipula, jika pemerintah sungguh ingin mengoptimalkan penerimaan daerah dari sektor ini, ada ruang untuk mendesain kebijakan yang lebih progresif, misalnya dengan mengenakan tarif lebih tinggi pada olahraga eksklusif dan membebaskan atau menurunkan tarif untuk olahraga publik atau komunitas.

    Gubernur Jakarta Pramono Anung pada Jumat (4/7), ketika menanggapi ramainya pemberitaan terkait pajak atas 21 objek olahraga menyebut bahwa daerah lain juga mengenakan pajak atas aktivitas olahraga. Pernyataan ini memang tidak sepenuhnya keliru, namun perlu dicermati konteks dan skalanya.

    Kota Yogyakarta, misalnya, hanya menetapkan delapan jenis aktivitas dalam Perda Nomor 10 Tahun 2023 dan Peraturan Wali Kota Nomor 54 Tahun 2023, termasuk biliar, bowling, dan pusat kebugaran, tanpa merinci secara agresif seperti DKI Jakarta.

    Target penerimaan dari pajak hiburan olahraga di Yogyakarta pada APBD 2023 pun tergolong sangat kecil dibanding jenis pajak lain, yakni hanya sebesar Rp10.000.000 untuk Pajak Pertandingan Olahraga dan Rp34.000.000 untuk Pajak Biliar dan Bowling.

    Pendekatan serupa juga dilakukan oleh Kota Bandung melalui Perda Nomor 1 Tahun 2024, yang tidak merinci objek olahraga secara terperinci seperti Jakarta. Dengan demikian, tidak fair jika kebijakan DKI yang sangat rinci dan luas pembebanannya disamakan begitu saja dengan daerah lain.

    Keseimbangan fiskal dan kesehatan

    Bila kita terjebak pada logika bahwa setiap layanan komersial layak dikenai pajak tanpa melihat fungsi sosialnya, maka akan ada banyak kebijakan yang secara tidak langsung justru merusak tujuan pembangunan itu sendiri. Seharusnya, untuk jenis olahraga yang fungsinya jelas dalam menjaga kesehatan dan bisa diakses masyarakat luas, pemerintah bisa menerapkan pendekatan insentif fiskal.

    Dalam risetnya, Ries (2012) bahkan menyebutkan bahwa beberapa yurisdiksi di Kanada dan AS telah mencoba skema kredit pajak atau subsidi bagi aktivitas fisik, dengan tujuan mendorong partisipasi lebih luas.

    Memang, skema semacam itu memiliki tantangan tersendiri, seperti efektivitas dan kompleksitas administratif. Namun, semangatnya penting untuk dipahami, bahwa negara hadir bukan hanya untuk menarik pajak, tetapi juga untuk menciptakan ekosistem yang sehat bagi warganya.

    Salah satu opsi yang bisa dikembangkan adalah penyediaan fasilitas olahraga publik dengan skema retribusi yang akses atau tiketnya akan cukup terjangkau. Bahkan, pendapatan dari retribusi ini bisa menjadi alternatif sumber penerimaan daerah, yang mana itu lebih berkeadilan dan tetap mendukung tujuan kesehatan publik.

    Di sisi lain, kebijakan fiskal daerah juga tidak sepenuhnya dapat dilepaskan dari ketentuan pusat. Pasal 55 UU Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah (UU HKPD) memang mencantumkan secara eksplisit bahwa jasa olahraga permainan adalah objek PBJT hiburan.

    Namun, semestinya kebijakan pelaksanaan di daerah tidak dilakukan secara over-generalisasi. Pemerintah daerah tetap memiliki ruang diskresi dalam merumuskan peraturan turunannya agar tidak kontraproduktif terhadap agenda kesehatan.

    Pajak pada akhirnya bukan sekadar instrumen penerimaan, melainkan juga signalling terkait nilai. Di tengah krisis kesehatan masyarakat akibat rendahnya tingkat aktivitas fisik penduduk kota, kebijakan fiskal harus menjadi bagian dari solusi, bukan justru sumber masalah. Jika pemerintah ingin menggenjot penerimaan, masih banyak sektor hiburan murni yang lebih layak untuk digarap.

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta maupun daerah lainnya perlu meninjau ulang kebijakan terkait pajak olahraga secara proporsional, dengan memetakan secara cermat mana saja jenis olahraga yang benar-benar layak dikenai pajak hiburan. Tanpa itu, semangat hidup sehat akan kandas di hadapan beban fiskal yang tidak proporsional. Pajak boleh bersandar pada asas konsumsi, tapi ia juga harus tunduk pada logika keadilan sosial.

    *) Ismail Khozen adalah Dosen Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia dan Manajer Riset Pratama Institute

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 62 Persen ASN Jakarta Obesitas
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        18 Juli 2025

    62 Persen ASN Jakarta Obesitas Megapolitan 18 Juli 2025

    62 Persen ASN Jakarta Obesitas
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI
    Jakarta
    , Ani Ruspitawati, mengatakan, sebanyak 62 persen aparatur sipil negara (ASN) Pemprov DKI mengalami obesitas.
    “Obesitas 62 persen, overweight 15,4 persen, hipertensi 27,6 persen, diabetes mellitus 5,7 persen, dan yang memiliki masalah kejiwaan mencapai 15 persen,” ujar Ani saat acara peluncuran kampanye di Balai Kota DKI Jakarta, Jumat (18/7/2025).
    Menurut Ani, angka-angka tersebut mencerminkan pentingnya intervensi gaya hidup sehat di lingkungan birokrasi.
    Ani menekankan bahwa ASN bukan hanya pekerja publik, tetapi juga panutan masyarakat.
    “Kita semua sebagai ASN adalah role model. Role model untuk menyatukan dan mengajak masyarakat memiliki gaya hidup yang aktif,” kata Ani.
    Ani menyampaikan, aktivitas fisik tidak hanya berdampak pada kesehatan tubuh, tetapi juga berperan dalam menjaga kesehatan mental.
    Terlebih, dia menyoroti temuan 15 persen ASN yang mengalami gangguan kejiwaan.
    “Kesehatan beraktivitas adalah bagian dari menciptakan kesehatan jiwa. Karena itu, hari Jumat kita tetapkan sebagai hari berolahraga bersama. Ini awal dari membentuk gaya hidup sehat,” ucap dia.
    Untuk itu,
    ASN Jakarta
    diwajibkan berolahraga setiap hari Jumat. Hal ini menjadi bagian dari Jakarta BERJAGA 2.0.
    Dalam pelaksanaannya, Dinkes berharap seluruh ASN benar-benar terlibat dan menjadikan aktivitas fisik sebagai bagian dari rutinitas.
    Dalam laporannya, Ani menyebut bahwa kegiatan “senang bersama” pada peluncuran kampanye ini menjadi momentum penting untuk menyebarkan semangat hidup sehat.
    “Kampanye Jakarta BERJAGA adalah sesuatu yang kami inisiasi untuk mengajak masyarakat menjalani gaya hidup sehat dan aktif dalam kegiatan sehari-hari,” kata Ani.
    Ia berharap dukungan dari jajaran pimpinan, termasuk Wakil Gubernur DKI Jakarta Rano Karno, mampu menyuntikkan semangat agar ASN benar-benar menjadi pelopor perubahan gaya hidup masyarakat.
    “Berkenan kami mohon Bapak Wakil Gubernur untuk memberikan semangat dan ajakan kepada semua ASN agar benar-benar menjadi role model,” ujar Ani.
    Sementara Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, dalam sambutannya mendukung penuh pelaksanaan Jakarta BERJAGA 2.0 dan memastikan instruksi gubernur terkait telah diterbitkan.
    “Saya sangat mendukung, dan mungkin Ingub-nya sudah ada,” kata Rano.
    Salah satu kebijakan utamanya adalah mewajibkan olahraga bersama setiap Jumat pagi bagi seluruh ASN Pemprov DKI.
    “Saya wajibkan setiap Jumat pagi kita berolahraga bersama di sini. Agar kita bisa berolahraga dan semangat kerja pasti akan meningkat,” ucap Rano.
    Tak hanya soal olahraga di hari Jumat, kampanye Jakarta BERJAGA juga memperkuat kebijakan Rabu Naik Transportasi Umum yang telah diterapkan sebelumnya.
    “Kalau hari Rabu kita tidak jalan kaki menuju ke terminal untuk naik kendaraan umum, kapan kita akan bergerak?” ujar Rano.
    Rano juga berbagi kisah pribadinya yang baru aktif berolahraga di usia 64 tahun.
    “Jangan seperti saya. Usia 64 baru berolahraga, terlambat, perutnya sudah semakin buncit,” kata dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Minuman Harian yang Bikin Gula Darah Naik Diam-diam di Usia 20-an

    Minuman Harian yang Bikin Gula Darah Naik Diam-diam di Usia 20-an

    Jakarta

    Banyak orang yang mengira bahwa masalah gula darah hanya mengintai mereka yang berusia lanjut. Padahal lonjakan gula darah bisa dialami oleh orang dengan usia 20-an dan sering kali tanpa disadari.

    Salah satu penyebabnya adalah kebiasaan mengonsumsi minuman yang tampak aman, tapi ternyata diam-diam mengandung tinggi gula. Jika dibiarkan, tentunya minuman ini akan berdampak buruk pada kesehatan.

    Diabetes melitus sendiri yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah menjadi salah satu penyakit serius yang banyak menyerang usia 20-an di Indonesia.
    Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, berdasarkan diagnosis diabetes dari dokter, kelompok usia 15-24 tahun prevalensinya di angka 0,05 persen dan untuk kelompok 25-34 tahun di angka 0,2 persen.

    Minuman Harian yang Bikin Gula Darah Naik

    Beberapa minuman harian yang bisa membuat gula darah naik di antaranya minuman boba, kopi dengan gula, hingga jus buah kemasan. Berikut penjelasannya.

    1. Minuman Boba

    Boba menjadi minuman yang digemari oleh banyak kalangan, termasuk orang-orang berusia 20-an. Minuman ini identik dengan bola berbentuk hitam dari tepung tapioka dengan rasa manis, gurih, dan kenyal.

    Dikutip dari laman Universitas Airlangga, data dari Singapore Nutrient Databases menunjukkan bahwa 1 gelas minuman chocolate milk boba mengandung 34,36 gram gula. Data lainnya menunjukkan bahwa 1 gelas milk tea dengan tapioka pearl bisa mengandung 299 kalori dan 38 gram gula.

    Artinya, minuman boba memiliki kandungan gula yang cukup tinggi. Banyak yang mengonsumsi minuman boba sekitar 2-3 gelas dalam sehari dan ini sangat berpengaruh pada gula darah dalam tubuh. Jika dikonsumsi berkepanjangan dan terus menerus, tidak menutup kemungkinan akan mengidap penyakit diabetes melitus, jika tubuh sudah tidak bisa lagi menghasilkan insulin.

    2. Minuman Berkarbonasi

    Minuman berkarbonasi manis yang sering mengandung gula tambahan bisa menyebabkan lonjakan kadar gula darah. Satu porsi minuman berkarbonasi seperti kola 350 ml bisa mengandung 39 gram gula atau sekitar 10 sendok teh.

    Seiring waktu, lonjakan ini bisa membebani pankreas, organ yang bertanggung jawab untuk mengatur produksi insulin.

    Dikutip dari laman Medbury Medical, insulin adalah hormon yang membantu mengangkut glukosa dari aliran darah untuk energi. Saat pankreas bekerja terlalu keras, organ ini bisa memproduksi lebih sedikit insulin atau menjadi kurang efektif dalam menggunakan insulin. Hal tersebut bisa menyebabkan resistensi insulin, yaitu kondisi di mana sel-sel tidak merespon insulin dengan baik, yang menyebabkan glukosa menumpuk di aliran darah.

    3. Minuman Berenergi

    Dikutip dari laman Kementerian Kesehatan, minuman energi seringkali dikaitkan dengan gaya hidup sehat, terutama bagi orang-orang yang suka berolahraga. Tapi, minuman ini sering ditambahkan pemanis buatan, sehingga kandungan gulanya cukup tinggi.

    Minuman berenergi 12 ons atau sekitar 350 ml bisa mengandung hingga 10 sendok teh atau 38 g gula. Kandungan kafeinnya bisa mencapai 160 mg.

    Dikutip dari laman Cleveland Clinic, ahli diet Amber Sommer, RD, LD, menyampaikan bahwa bagi individu yang sehat, mengonsumsi minuman berenergi sesekali mungkin tidak menimbulkan masalah serius. Tapi, jika dikonsumsi rutin setiap hari bisa berisiko terhadap kesehatan.

    “Kombinasi kafein dan gula tambahan dalam minuman berenergi dikaitkan dengan penurunan sensitivitas insulin dan peningkatan gula darah, sehingga mungkin bukan pilihan yang cerdas bagi mereka yang menderita diabetes,” kata Sommer.

    4. Jus Buah Kemasan

    Jus buah kemasan seringkali dipersepsikan sebagai minuman sehat yang mengandung berbagai vitamin dan antioksidan. Namun, minuman ini seringkali juga ditambahkan pemanis buatan yang memperkaya rasa, sehingga kadar gulanya tinggi. Dikutip dari laman Universitas Atma Jaya, jus kemasan “100% buah” sekalipun mengandung gula alami (fruktosa) dalam kadar yang tinggi, yaitu sekitar 20-30 gram per 200 ml.

    Minuman kemasan yang tinggi gula memang wajib diwaspadai. Tak hanya bisa berpengaruh pada orang dengan usia 20-an, minuman kemasan juga bisa berdampak buruk pada usia di bawah 20 tahun.

    Komisi IX DPR-RI Rahmad Handoyo dari Fraksi PDI Perjuangan bercerita kepada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat rapat kerja mengenai tetangganya yang harus suntik insulin karena minum minuman kemasan setiap hari.

    Tapi faktanya tetangga rumah saya, belakang rumah saya persis, ada anak umur 18 tahun wajib suntik insulin karena gaya hidup. Karena berlebihan makan minuman kemasan setiap hari, bisa dua tiga kali, dampaknya ke kesehatan,” kata Rahmad dalam Raker DPR-RI Komisi IX, Senin (8/7/2024)

    Ciri-ciri Kadar Gula Darah Tinggi

    Kebanyakan orang tidak mengalami gejala apapun, kecuali hiperglikemia (kondisi kadar gula darah meningkat secara berlebihan) parah dan persisten. Kendati demikian beberapa orang mungkin merasa cemas karena detak jantung yang cepat, kesulitan berkonsentrasi atau merasa bingung.

    Tergantung tingkat keparahannya, berikut kemungkinan gejala kadar gula darah tinggi:

    Sakit kepalaMeningkatnya rasa haus atau laparBuang air kecil lebih sering dari biasanyaKelelahan parahPenglihatan kaburDetak jantung cepatKulit gatalSuasana hati yang mudah berubahRasa kesemutan, terbakar, atau mati rasa di tangan atau kaki AndaInfeksi yang sering terjadi atau luka yang lambat sembuhPenurunan berat badan yang tidak diinginkan

    Cara menurunkan kadar gula darah dengan cepat bergantung pada penyebab gula darah tinggi. Jika hiperglikemia disebabkan oleh penyakit atau obat-obatan, menghentikan konsumsi obat atau mengobati penyakit bisa menurunkan gula darah.

    Jika hiperglikemia disebabkan oleh makanan, tidak ada makanan dan minuman yang terbukti bisa langsung menurunkan gula darah. Tapi peningkatan stabilitas darah seiring waktu bisa dilakukan dengan:

    Batasi makanan manisseperti minuman manis, permen, kue kering, biskuit, dan kue keringBatasi makanan bertepung,seperti roti putih, tortilla, nasi putih, dan pastaHindari makanan olahan,seperti keripik dan pizzaKonsumsi lebih banyak protein,terutama protein rendah lemak dari daging, ayam, ikan, tahu, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, dan telur.Konsumsi lebih banyak serat,seperti roti gandum, beras merah, dan quinoaTambahkan sayuran berdaun hijau,seperti kangkung, bayam, dan arugula-Tambahkan sayuran non-tepung,seperti brokoli, kembang kol, kacang hijau, tomat, paprika, dan labu musim panasKonsumsi kacang-kacangan dan biji-bijian,termasuk almond, kenari, chia, rami, labu, dan biji bunga matahariPilih buah beri,karena buah beri memiliki banyak serat dan jumlah gula paling rendah di antara buah-buahan.Berapa Asupan Gula Harian yang Disarankan?

    Dikutip dari laman FKM Universitas Arlangga, Dosen Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Stefania Widya Setyaningtyas, S.Gz, MPH, asupan gula bagi setiap orang berbeda. Untuk orang normal tanpa diabetes, disarankan untuk mengonsumsi gula tidak lebih dari 10 persen kebutuhan energi.

    “Ini setara dengan 4 sendok makan atau 50 gram per hari,” katanya.

    Sementara, untuk penderita diabetes disarankan untuk membatasi asupan gula tidak lebih dari 5 persen per hari.

    (elk/tgm)

  • Usai "Rabu Naik Transportasi Umum", ASN DKI Kini Wajib Olahraga Tiap Jumat
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        18 Juli 2025

    Usai "Rabu Naik Transportasi Umum", ASN DKI Kini Wajib Olahraga Tiap Jumat Megapolitan 18 Juli 2025

    Usai “Rabu Naik Transportasi Umum”, ASN DKI Kini Wajib Olahraga Tiap Jumat
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pemerintah Provinsi Jakarta mewajibkan aparatur sipil negara (ASN) Pemprov DKI berolahraga setiap Jumat pagi.
    Kegiatan ini bagian dari kampanye Jakarta Berjaga (Bergerak, Bekerja, Berolahraga, dan Bahagia) 2.0 yang mulai digelar Jumat (18/7/2025) pagi.
    “Saya wajibkan setiap Jumat pagi kita berolahraga bersama di sini. Agar kita bisa berolahraga, dan semangat kerja pasti akan meningkat,” kata Wakil Gubernur Jakarta,
    Rano Karno
    di halaman Balai Kota Jakarta, Jumat.
    Rano mengatakan, kampanye ini merupakan tindak lanjut dari arahan Gubernur Jakarta, Pramono Anung, yang telah dituangkan dalam Instruksi Gubernur (Ingub).
    “Saya sangat mendukung, dan mungkin Ingub-nya (Intruksi Gubernur) sudah ada,” kata Rano.
    Rano berharap, kebiasaan hidup sehat dapat dimulai dari lingkungan kerja Pemprov Jakarta.
    Ia juga ingin olahraga rutin ini tidak hanya menjadi kegiatan seremonial, tetapi benar-benar dijalankan secara konsisten.
    “Kita mulai dari sini. Saya dukung penuh, dan ini harus jadi gerakan kolektif,” ujarnya.
    Rano juga menekankan pentingnya kesadaran menjaga kesehatan di kalangan ASN. Menurutnya, kesehatan adalah fondasi utama produktivitas.
    “Ibu bapak sekalian, tidak ada gunanya kita sejahtera kalau kita tidak sehat. Inti utamanya adalah kesehatan,” ucapnya.
    Selain olahraga Jumat, kampanye Jakarta Berjaga juga memperkuat program yang telah lebih dulu berjalan, yakni kewajiban
    ASN Jakarta
    naik transportasi umum setiap Rabu. 
    “Kalau hari Rabu kita tidak jalan kaki menuju ke terminal untuk naik kendaraan umum, kapan kita akan bergerak?” ujar Rano.
    Rano lantas membagikan pengalamannya yang baru rutin berolahraga di usia 64 tahun.
    “Sekali lagi, mari kita bina dari usia muda. Jangan mulai seperti saya, usia 64 baru berolahraga, terlambat, perutnya sudah semakin buncit,” katanya, disambut tawa hadirin.
    Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Ani Ruspitawati, menyampaikan hasil pemeriksaan kesehatan ASN tahun 2024.
    Ia menyampaikan sejumlah temuan yang menurutnya perlu mendapat perhatian serius.
    “Obesitas 62 persen,
    overweight
    15,4 persen, hipertensi 27,6 persen, diabetes mellitus 5,7 persen, dan yang memiliki masalah kejiwaan mencapai 15 persen,” papar Ani.
    Ani menjelaskan, kampanye Jakarta Berjaga bertujuan membentuk kebiasaan hidup sehat yang tidak hanya mencakup kesehatan fisik, tetapi juga mental.
    “Kita ingin ASN betul-betul mampu menjadi
    role model
    dan mengajak semua masyarakat untuk ikut serta dalam kampanye Jakarta Berjaga,” ujarnya.
    Adapun program Jakarta Berjaga pertama kali diperkenalkan pada 2023 dengan fokus utama meningkatkan aktivitas fisik ASN.
    “Kami ingin terus mengampanyekan bahwa hari Jumat adalah hari berolahraga untuk kita semua, sebagai langkah awal membentuk gaya hidup sehat,” kata Ani.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ini Durasi dan Cara Jalan Kaki yang Cepat Bakar Lemak di Perut

    Ini Durasi dan Cara Jalan Kaki yang Cepat Bakar Lemak di Perut

    Jakarta

    Punya perut buncit bukan cuma soal penampilan yang kurang oke. Lebih dari itu, kondisi ini juga bisa jadi alarm bahaya bagi kesehatan tubuh.

    Menurut sejumlah studi, perut buncit berkaitan dengan risiko penyakit serius, mulai dari jantung, stroke, diabetes tipe 2, tekanan darah tinggi, hingga beberapa jenis kanker.

    Salah satu cara paling sederhana dan efektif untuk mengatasinya adalah dengan jalan kaki. Pertanyaannya, berapa lama durasi jalan kaki yang efektif untuk membakar lemak perut?

    30-60 Menit per Hari, 5-6 Kali Seminggu

    Ahli kebugaran menyarankan durasi jalan kaki ideal untuk membakar lemak adalah 30 hingga 60 menit per hari, dilakukan lima hingga enam hari dalam seminggu.

    Durasi ini sesuai dengan panduan latihan aerobik intensitas sedang, yaitu 150-300 menit per minggu, yang terbukti efektif untuk menurunkan lemak tubuh, termasuk di area perut.

    “Konsistensi adalah kunci. Tapi durasi dan intensitas juga sangat berpengaruh dalam pembakaran lemak,” kata pakar kebugaran di AS, dikutip dari CNBC.

    Bagi pemula, bisa mulai dari 20-30 menit per hari, lalu ditingkatkan secara bertahap seiring meningkatnya daya tahan tubuh.

    Berjalan santai mungkin belum cukup. Agar efektif, detak jantung perlu naik ke level 65-80 persen dari detak jantung maksimal, ini disebut zona pembakaran lemak.

    Dengan ritme ini, tubuh mulai menggunakan lemak sebagai sumber energi utama, bukan sekadar membakar kalori biasa.

    “Semakin cepat dan lama berjalan, semakin tinggi kalori yang dibakar. Ini penting untuk menciptakan defisit kalori,” lanjutnya.

    Nggak semua jenis jalan kaki punya efek yang sama. Kalau mau hasil maksimal, variasi latihan penting banget. Berikut beberapa metode yang bisa dicoba:

    Interval Jalan Cepat

    Ganti-ganti ritme: 2 menit jalan cepat, lalu 1 menit jalan santai. Ulangi selama 20-30 menit. Efektif buat yang sibuk tapi mau hasil cepat.

    Jalan Tanjakan

    Cari rute yang berbukit atau gunakan treadmill dengan kemiringan. Ini bantu aktifkan otot bokong dan perut lebih maksimal.

    Jalan Pakai Rompi Beban

    Tambahkan rompi berbobot ringan. Ini akan menambah tantangan, mempercepat pembakaran kalori, dan menguatkan otot inti.

    Jalan Jauh dengan Kecepatan Stabil

    Sisihkan satu hari khusus untuk jalan kaki selama 60 menit atau lebih. Ini bagus untuk membangun daya tahan dan jaga pembakaran lemak tetap jalan.

    (naf/kna)

  • 5 Tanda Gula Darah Tinggi yang Bisa Muncul Saat Bangun Tidur

    5 Tanda Gula Darah Tinggi yang Bisa Muncul Saat Bangun Tidur

    Jakarta

    Kadar gula darah yang tinggi secara kronis bisa merusak banyak jaringan dalam tubuh dan menyebabkan berbagai komplikasi diabetes. Pada kebanyakan orang, kadar gula darah mencapai titik terendah di pagi hari setelah bangun dan mencapai puncaknya beberapa kali sepanjang hari, tak lama setelah makan.

    Namun, beberapa orang merasakan kadar gula mereka lebih tinggi dari yang diperkirakan saat bangun tidur. Apa saja tanda gula darah tinggi yang dapat muncul setelah bangun tidur di pagi hari?

    5 Tanda Gula Darah Tinggi yang Bisa Muncul Saat Bangun Tidur

    Ada beberapa tanda gula darah tinggi yang bisa muncul saat bangun tidur di pagi hari. Berikut di antaranya:

    1. Ingin Buang Air Kecil

    Sering buang air kecil merupakan tanda umum bahwa gula darah terlalu tinggi. Dikutip dari laman London Diabetes, salah satu tanda yang menandakan gula darah tinggi saat bangun tidur adalah kandung kemih yang penuh. Saat tubuh tidak bisa mengimbangi dan menyesuaikan gula darah agar kembali ke tingkat normal, kelebihan gula akan dibuang melalui urine.

    2. Merasa Sangat Haus

    Kemungkinan dampak dari seringnya buang air kecil adalah mengalami dehidrasi atau merasa sangat haus. Pada penderita diabetes, rasa haus dan sering buang air kecil sudah umum diketahui dan terjadi saat glukosa darah sangat tinggi.

    3. Kelelahan

    Dikutip dari Healthline, rasa lelah di pagi hari juga bisa menjadi tanda gula darah yang tinggi. Kelelahan memang merupakan gejala kadar gula darah yang tidak terkontrol.

    “Singkatnya, ketika tubuh tidak memiliki cukup insulin, gula akan tetap berada dalam darah, alih-alih masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi,” kata ahli gizi Lori Zanini, RD, CDE, dikutip dari laman Health Grades.

    4. Mual

    Kadar gula darah tinggi ataupun rendah bisa menyebabkan mual. Gejala mual juga bisa disebabkan oleh pemanis buatan yang dikonsumsi untuk meminimalkan asupan gula.

    5. Sakit Kepala

    Gula darah tinggi juga bisa menyebabkan seringnya sakit kepala. Hal ini terjadi karena otak kekurangan glukosa yang dibutuhkannya untuk berfungsi dengan baik, atau karena dehidrasi yang disebabkan oleh kadar gula darah tinggi.

    Penyebab Gula Darah Tinggi di Pagi Hari

    Ada beberapa penyebab gula darah tinggi di pagi hari. Dikutip dari laman Healthline dan Medical News Today, berikut di antaranya:

    1. Dawn Phenomenon

    Dawn phenomenon atau fenomena fajar adalah peningkatan alami kadar gula darah pada diabetes di pagi hari, biasanya pukul 4-8 pagi. Biasanya, tubuh akan memproduksi lonjakan insulin ekstra di pagi hari untuk melawan efek hormon lain dengan efek anti-insulin.

    2. Kadar Insulin yang Rendah

    Pada umumnya, tubuh akan memproduksi insulin untuk mengimbangi kadar gula darah yang tinggi. Namun, bagi pengidap diabetes tipe 2, tubuh tidak bereaksi dengan insulin sebagaimana seharusnya. Hal itu yang menyebabkan pengidap diabetes perlu melakukan suntik insulin secara rutin.

    Kadar insulin akan berkurang semalaman. Apabila insulin yang diinjeksikan terlalu sedikit atau terlalu awal, ketika bangun pagi, insulin tidak mampu mengimbangi kadar gula darah yang tinggi.

    3. Efek Somogyi

    Penyebab selanjutnya dari gula darah tinggi di pagi hari adalah efek somogyi. Kondisi ini terjadi saat tubuh memproduksi gula darah berlebihan, sebagai reaksi atas hipoglikemia (kondisi gula darah rendah) di malam hari.

    Hal tersebut terjadi jika tubuh mendapat injeksi insulin yang terlalu banyak pada malam sebelumnya atau tidak mengonsumsi cukup makanan. Sehingga tubuh memproduksi gula darah lebih banyak untuk mengimbanginya.

    (elk/tgm)

  • Ngeri! Dokter Ungkap yang Terjadi pada Paru-paru saat Terkena Pneumonia

    Ngeri! Dokter Ungkap yang Terjadi pada Paru-paru saat Terkena Pneumonia

    Jakarta

    Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia (PAPDI), Dr dr Eka Ginanjar, Sp.PD-KKV, FINASIM, FACP, FICA, MARS, SH, mengungkapkan pneumonia dapat menyebabkan kerusakan serius pada paru-paru dan berisiko menimbulkan kematian apabila tidak ditangani secara tepat.

    Ia menjelaskan, pneumonia terjadi ketika paru-paru terinfeksi mikroorganisme seperti bakteri atau virus, yang kemudian memicu penumpukan cairan atau nanah di dalam jaringan paru. Kondisi ini diibaratkan seperti luka bernanah yang terjadi di dalam organ vital paru-paru.

    Infeksi tersebut dapat mengganggu fungsi paru-paru sebagai organ pernapasan. Jika tidak ditangani dengan sistem imun yang kuat dan pengobatan yang tepat, fungsi paru-paru bisa terus menurun hingga menyebabkan gagal napas.

    “Simpelnya ada kemasukan bakteri virus, ada juga yang bukan bakteri virus. Kemasukan sehingga ada infeksi bisa tertimbun air, air itu bersekret dari paru-paru atau jadi kayak koreng nanah, tapi di dalam paru-paru,” ucapnya dalam diskusi publik bertajuk Perlindungan Populasi Dewasa dari Pneumonia Melalui Vaksinasi di Jakarta, Rabu (16/7/2025).

    dr Eka mengatakan, salah satu penyebab pneumonia yang paling sering ditemukan adalah bakteri Streptococcus pneumoniae. Infeksi ini dapat berkembang menjadi pneumonia invasif, yaitu infeksi berat yang tidak hanya menyerang paru-paru, tetapi juga dapat menyebar ke aliran darah (bakteremia) dan organ-organ lain dalam tubuh.

    Ketika infeksi menyebar secara sistemik dan memengaruhi berbagai organ vital seperti ginjal atau jantung, kondisi ini dikenal sebagai sepsis. Pada tahap ini, pasien berisiko mengalami kerusakan organ multipel yang dapat berujung fatal.

    Adapun kelompok yang paling rentan mengalami pneumonia berat adalah lansia, individu dengan penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, atau autoimun, serta pengidap HIV.

    “Jadi, bahaya kalau kita tidak atasi dengan baik,” ucapnya lagi.

    “banyak yang memang menyebabkan bakteremia. Apa itu bakteremia? Si kumannya itu lari ke mana-mana. Maksudnya dari paru-paru, infeksi ke paru-paru, paru-parunya digerogoti dia menyebar ke seluruh tubuh,’ sambungnya lagi.

    (suc/suc)