Topik: diabetes

  • Dokter Beberkan Makanan yang Sebaiknya Dihindari, Bisa Rusak Jantung

    Dokter Beberkan Makanan yang Sebaiknya Dihindari, Bisa Rusak Jantung

    Jakarta

    Bagi banyak orang, pagi terasa kurang lengkap tanpa sarapan. Menu sarapan sering menjadi sumber energi untuk memulai aktivitas. Namun, tidak semua pilihan sarapan aman bagi tubuh. Menurut dokter spesialis jantung Robert Segel, M.D., sarapan dengan kandungan natrium tinggi dapat perlahan merusak kesehatan jantung.

    Natrium tidak hanya terdapat pada sosis asin, tetapi juga ‘tersembunyi’ dalam menu yang tidak terasa asin, seperti roti dan kue kering. Mengingat penyakit kardiovaskular menjadi salah satu penyebab kematian terbanyak di dunia, penting untuk meninjau kembali menu sarapan sebelum memulai hari yang padat.

    1. Meningkatkan Tekanan Darah

    “Asupan natrium yang tinggi menyebabkan retensi cairan, meningkatkan tekanan darah, dan meningkatkan risiko gagal jantung,” kata Segel, dikutip dari Eating Well, Jumat (15/8/2025).

    Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan pola makan tinggi natrium memiliki risiko 19 persen lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular dibanding mereka yang membatasi asupan natrium. Kelebihan natrium dapat mengganggu sistem pengatur tekanan darah (renin-angiotensin) dan membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah.

    American Heart Association (AHA) merekomendasikan konsumsi natrium tidak lebih dari 1.500 mg per hari, jauh di bawah rata-rata konsumsi masyarakat yang mencapai lebih dari 3.300 mg.

    2. Mengandung Tinggi Lemak Jenuh

    Daging olahan seperti sosis tidak hanya mengandung natrium tinggi, tetapi juga lemak jenuh yang dapat meningkatkan kadar kolesterol. Kombinasi ini tentu bisa berdampak serius bagi jantung. Sebuah studi menemukan, konsumsi lebih dari 5 ons daging olahan per minggu dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 46 persen.

    Sebagai gantinya, pilih sumber protein yang minim proses dan lebih sehat, seperti telur, yogurt tawar, atau tuna.

    3. Terkait dengan Diabetes Tipe 2

    Pengidap diabetes memiliki risiko penyakit jantung dua kali lipat akibat kadar gula darah tinggi yang terus-menerus dapat merusak pembuluh darah. Menjaga kadar gula darah tetap stabil menjadi salah satu cara penting melindungi kesehatan jantung.

    Tak hanya makanan manis seperti donat atau kue kering, pola makan tinggi natrium juga berisiko meningkatkan kemungkinan terkena diabetes. Sebuah penelitian menemukan orang dengan asupan natrium tertinggi memiliki risiko 80 persen lebih besar mengalami diabetes dibanding mereka yang konsumsi natriumnya paling rendah.

    4. Rendah Serat

    Serat yang terdapat dalam buah, sayur, biji-bijian utuh, kacang-kacangan, dan biji-bijian memiliki peran penting dalam menjaga kesehatan pencernaan sekaligus melindungi jantung dan mengurangi risiko diabetes. Sayangnya, sebagian besar orang tidak mencapai kebutuhan serat harian yang disarankan, yaitu sekitar 28 gram.

    Daging olahan tidak mengandung serat sama sekali. Sementara banyak roti, bagel, dan kue panggang juga rendah serat, kecuali dibuat dari biji-bijian utuh dalam jumlah besar.

    Semua jenis serat bermanfaat, tetapi serat larut paling efektif untuk kesehatan jantung karena dapat mengikat kolesterol di usus dan membuangnya melalui tinja. Untuk sarapan, pilih sumber serat larut seperti oatmeal dan buah-buahan, termasuk apel, pir, pisang, dan jeruk.

    Kurangi Risiko Penyakit Jantung dengan Makan Sehat

    Mengonsumsi beragam jenis makanan bermanfaat bagi kesehatan dan dapat membantu menurunkan risiko penyakit, termasuk penyakit jantung. Usahakan untuk mengonsumsi makanan dari lima kelompok pangan dalam jumlah yang disarankan. Cara ini tidak hanya membantu mempertahankan pola makan yang sehat dan bervariasi, tetapi juga memastikan tubuh mendapatkan nutrisi penting.

    Heart Foundation merekomendasikan:

    Mengonsumsi banyak sayuran, buah-buahan, dan biji-bijian utuh.Memilih beragam sumber protein sehat, terutama ikan dan makanan laut, kacang-kacangan (seperti buncis dan lentil), kacang, serta biji-bijian. Telur dan unggas rendah lemak dalam jumlah terbatas juga dapat menjadi bagian dari pola makan sehat untuk jantung. Jika memilih daging merah, pastikan rendah lemak, tidak diproses atau diproses seminimal mungkin, dan batasi konsumsinya 1-3 kali per minggu.Mengonsumsi susu, yogurt, dan keju tanpa rasa. Bagi yang memiliki kadar kolesterol tinggi, pilihlah produk susu rendah lemak.Memilih sumber lemak sehat, seperti kacang-kacangan, biji-bijian, alpukat, zaitun, dan minyak zaitun untuk memasak.Menggunakan rempah dan bumbu alami untuk memberi rasa, sebagai pengganti garam tambahan.

    Perhatikan pula jumlah makanan yang dikonsumsi. Porsi makan yang terlalu besar, terutama dari makanan tidak sehat, dapat menyebabkan obesitas dan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular. Idealnya, piring sehat terdiri dari 1/4 protein,1/4 karbohidrat, dan 1/2 sayuran.

    Halaman 2 dari 3

    (suc/suc)

  • Dokter Beberkan Kebiasaan Pagi yang Ternyata Bisa Merusak Jantung

    Dokter Beberkan Kebiasaan Pagi yang Ternyata Bisa Merusak Jantung

    Jakarta

    Salah satu kebiasaan pagi yang tidak boleh terlewatkan adalah sarapan. Ada kebiasaan sarapan yang ternyata dapat membahayakan kesehatan jantung.

    Spesialis jantung Dr Robert Segel, MD, mengungkapkan sarapan dengan menu yang tinggi garam perlahan dapat merusak jantung. Kandungan natrium (sodium) bukan hanya terkandung dalam sosis, tetapi bisa juga pada makanan yang tidak terasa asin, seperti roti, bagel, muffin, dan pastry.

    “Asupan natrium tinggi menyebabkan retensi cairan, meningkatkan tekanan darah, dan memicu risiko gagal jantung,” terang Dr Segel yang dikutip dari Eating Well.

    Sebuah penelitian menunjukkan orang yang mengonsumsi natrium tinggi dapat berisiko 19 persen lebih besar terkena penyakit kardiovaskular. Sebagai rekomendasi, American Heart Association membatasi konsumsi natrium tidak lebih dari 1.500 mg per hari.

    Jumlah itu jauh di bawah rata-rata konsumsi masyarakat yang mencapai lebih dari 3.300 mg. Produk daging olahan seperti sosis bukan hanya tinggi garam, tetapi juga tinggi lemak jenuh yang bisa meningkatkan kolesterol jahat.

    Studi menunjukkan mengonsumsi lebih dari 140 gram daging olahan per minggu dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular hingga 46 persen. Selain itu, pola makan tinggi garam juga dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2.

    Penelitian menemukan bahwa konsumsi natrium tertinggi dapat meningkatkan risiko diabetes hingga 80 persen dibanding orang yang rendah mengonsuminya. Diabetes sendiri dapat melipatgandakan risiko penyakit jantung.

    Banyak menu sarapan yang dikonsumsi rendah serat. Padahal, serat terutama serat larut membantu menurunkan kolesterol tinggi dan melindungi jantung.

    Beberapa contohnya seperti oatmeal dan buah-buahan, misal apel, pir, pisang, dan jeruk. Makanan-makanan tersebut merupakan sumber serat larut yang baik untuk kesehatan kardiovaskular.

    Untuk menjaga kesehatan jantung, ahli gizi merekomendasikan beberapa cara, yakni:

    Minum air putih sebelum kopi untuk membantu sirkulasi dan tekanan darah.Tambahkan serat minimal 5 gram di menu sarapan.Pilihlah protein berkualitas tinggi, seperti telur, plain yogurt, atau keju rendah garam.Batasi konsumsi gula tambahan demi mengurangi risiko stroke dan gagal jantung.Bergerak ringan sekitar 10-15 menit di pagi hari, untuk menurunkan tekanan darah dan kolesterol.Luangkan waktu sejenak untuk menenangkan diri dan mengelola stres.Cobalah untuk berjemur di pagi hari, sebab paparan sinar matahari pagi dapat membantu menurunkan tekanan darah malam hari.

    Dr Segel menekankan mengurangi konsumsi garam pada sarapan dan mengkombinasikannya dengan kebiasaan sehat lain, dapat membantu melindungi jantung dalam jangka yang panjang.

    “Memulai hari dengan nutrisi yang tepat, tubuh rutin bergerak, dan pikiran tenang adalah investasi kesehatan terbaik,” pungkasnya.

    (sao/naf)

  • Sempat Ngeluh Mual, Ini Awal Mula Mahasiswa yang Kena Gagal Ginjal di Usia 21

    Sempat Ngeluh Mual, Ini Awal Mula Mahasiswa yang Kena Gagal Ginjal di Usia 21

    Jakarta

    Seorang mahasiswa laki-laki yang sedang menjalani tahun akhirnya di sebuah universitas di Hanoi, Vietnam, dirawat secara intensif di rumah sakit. Ia didiagnosis mengalami kerusakan ginjal yang parah.

    Hal ini bermula dari kebiasaannya belajar hingga larut malam. Untuk bisa tetap kuat belajar, ia rutin mengonsumsi minuman berenergi agar bisa mengatasi tekanan akademik.

    Dikutip dari VNExpress, terkadang mahasiswa yang tidak disebutkan namanya itu kerap mengonsumsi obat pereda nyeri agar bisa terjaga selama belajar.

    Selama itu, ia mulai mengalami kelelahan dan berkurangnya frekuensi buang air kecil. Tetapi, kondisi itu tidak dihiraukannya.

    Kondisinya semakin memburuk saat mulai terjadi pembengkakan pada kakinya, kelelahan ekstrem, hingga muntah terus-menerus. Melihat itu, teman sekamarnya langsung membawanya ke Rumah Sakit Bach Mai untuk mendapatkan perawatan medis darurat.

    Sesampainya di rumah sakit, ia diperiksa oleh Dr Duong Minh Tuan dari Departemen Endokrinologi dan Diabetes. Selama pemeriksaan, Dr Tuan memastikan fungsi ginjal pasien sudah menurun hingga di bawah 20 persen.

    Dr Tuan menyebutkan kondisi ini terjadi karena gaya hidup pasien yang tidak sehat. Terlebih lagi, konsumsi minuman berenergi yang berlebihan, sehingga menyebabkan kerusakan ginjal yang parah.

    “Pasien saat ini sedang menjalani perawatan intensif. Tetapi, pemulihan fungsi ginjal secara penuh kemungkinan besar tidak bisa dilakukan,” tutur Dr Tuan.

    Pada kasus ini, gejala awal gagal ginjal tidak muncul pada tahap awal. Tetapi, saat terjadi pembengkakan, frekuensi buang air kecil yang berkurang, mual, hingga kelelahan ekstrem, di situlah terjadi kerusakan ginjal yang parah.

    (sao/naf)

  • Pengakuan Mahasiswa 21 Tahun Kena Gagal Ginjal usai Terbiasa Konsumsi Ini

    Pengakuan Mahasiswa 21 Tahun Kena Gagal Ginjal usai Terbiasa Konsumsi Ini

    Jakarta

    Seorang mahasiswa laki-laki berusia 21 tahun harus menjalani rawat inap darurat karena terlalu banyak mengonsumsi minuman berenergi. Hal itu membuat kakinya bengkak dan kelelahan yang berlebihan.

    Pasien yang tidak disebutkan identitasnya itu mengonsumsi minuman berenergi untuk bisa belajar hingga larut malam. Setelah diperiksa, dokter mendiagnosisnya dengan kerusakan ginjal yang parah.

    Dikutip dari VNExpress, mahasiswa tersebut sedang menjalani tahun terakhirnya di sebuah universitas di Hanoi, Vietnam. Agar bisa tetap belajar hingga larut malam, ia mengonsumsi minuman berenergi untuk mengatasi tekanan akademik.

    Bahkan, tidak jarang ia mengonsumsi obat pereda nyeri agar tetap terjaga selama sesi belajar semalaman. Meski mengalami kelelahan dan berkurangnya frekuensi buang air kecil, ia tidak segera meminta pertolongan medis.

    Kondisinya semakin memburuk saat mengalami gejala-gejala, seperti kaki bengkak, muntah terus-menerus, dan kelelahan ekstrem. Teman sekamarnya langsung membawanya ke Rumah Sakit Bach Mai untuk perawatan darurat.

    Dr Duong Minh Tuan dari Departemen Endokrinologi dan Diabetes memastikan fungsi ginjal pasien telah turun di bawah 20 persen. Ia menjelaskan bahwa gaya hidupnya yang tidak sehat, terutama penyalahgunaan minuman berenergi, menyebabkan kerusakan ginjal parah.

    “Pasien saat ini sedang menjalani perawatan intensif. Tetapi, pemulihan fungsi ginjal secara penuh kemungkinan besar tidak akan terjadi,” tutur Dr Tuan.

    Gagal ginjal sangat berbahaya karena seringkali tidak menunjukkan gejala yang jelas pada tahap awal. Banyak individu muda yang sehat baru mengetahui kondisi ini saat pemeriksaan kesehatan rutin.

    Saat gejala seperti pembengkakan, frekuensi buang air kecil yang berkurang, mual, dan kelelahan muncul, di situlah terjadinya kerusakan pada ginjal. Pada titik ini, pengobatan berfokus pada mempertahankan fungsi ginjal yang tersisa, tetapi pemulihan penuh tidak mungkin dilakukan.

    Dokter mengidentifikasi penyebab utama gagal ginjal sebagai penyakit glomerulus, batu saluran kemih, dan infeksi, tetapi gaya hidup yang tidak sehat merupakan faktor penyebab yang signifikan. Faktor risiko meliputi kurangnya aktivitas fisik, kurang tidur, kebersihan yang buruk, asupan air yang tidak mencukupi, seringnya retensi urine, konsumsi alkohol dan tembakau yang berlebihan, konsumsi garam yang tinggi, serta konsumsi daging, gula, gorengan, dan makanan olahan yang berlebihan.

    Penggunaan obat-obatan terlarang juga berkontribusi. Pasien gagal ginjal kronis harus menjalani hemodialisis tiga kali seminggu, dengan durasi setiap sesi 4-5 jam.

    (sao/naf)

  • Perubahan yang Dirasakan Tubuh saat Setop Konsumsi Gula 2 Minggu

    Perubahan yang Dirasakan Tubuh saat Setop Konsumsi Gula 2 Minggu

    Jakarta

    Sebuah simulasi menunjukkan tubuh manusia mengalami perubahan luar biasa saat berhenti mengonsumsi gula selama dua minggu. Gula dianggap sebagai penyebab utama krisis obesitas di Amerika Serikat.

    Mengonsumsi gula dengan jumlah berlebihan juga dapat mengganggu kesehatan terutama bagi gigi. Para dokter juga sudah memperingatkan untuk mengurangi konsumsi gula yang berasal dari minuman manis atau camilan yang sarat gula.

    Terlalu banyak mengonsumsinya bisa menyebabkan diabetes tipe 2 serta berbagai penyakit kronis lainnya. Maka dari itu, konsumsi gula perlu dibatasi.

    Dikutip dari Unilad, gula bersifat seperti obat-obatan adiktif yang menggelitik bagian yang membuat seseorang senang di otak. Itu juga melepaskan hormon dopamin, yang membuat seseorang merasa bahagia bahkan menginginkannya lagi dan lagi.

    Namun, tidak semua gula itu ‘buruk’. Gula alami yang terkandung di dalam susu, buah, dan sayur berbeda dengan gula tambahan buatan yang dimasukkan ke dalam makanan olahan.

    Gula alami memenuhi kriteria dalam hal serat, vitamin, dan mineral yang dibutuhkan untuk mendukung kesehatan manusia secara keseluruhan. Hal ini mendorong @GrowfitHealth menciptakan simulasi untuk mengamati bagaimana jika tubuh tanpa asupan gula tambahan.

    Berikut hal-hal yang terjadi pada tubuh dari hari ke hari tanpa asupan gula selama dua minggu:

    1. Dua Hari Pertama Tanpa Gula

    Video tersebut menunjukkan bahwa hanya dalam 48 jam setelah berhenti mengonsumsi gula, gula darah tubuh sudah mulai stabil. Akan terlihat ‘penurunan energi yang lebih sedikit atau lonjakan yang tiba-tiba’.

    “Anda bahkan mungkin melihat angka pada timbangan turun, karena penelitian mengungkapkan bahwa tubuh melepaskan cadangan air saat asupan gula dihentikan,” terang para ahli dalam simulasi tersebut.

    Simulasi tersebut juga menambahkan dalam dua hari, tubuh akan mulai memanfaatkan lemak yang tersimpan untuk energi.

    2. Hari Ketiga hingga Keenam Tanpa Gula

    Di awal, mungkin seseorang tidak melihat adanya perubahan pada berat badan setelah berhenti mengonsumsi gula. Perubahan biasanya akan muncul pada hari ketiga hingga keenam.

    “Anda mungkin mengalami sakit kepala, perubahan suasana hati, dan kelelahan meski belum seminggu,” ungkap video tersebut.

    “Ini terjadi karena tubuh Anda sedang mendetoksifikasi dan menyesuaikan diri.”

    Namun, video tersebut menambahkan bahwa gejala-gejala yang muncul itu perlahan akan mereda. Hal ini didukung oleh para ahli di Addiction Help.

    “Gejala umum pada tahap awal putus gula meliputi gejala fisik, seperti sakit kepala, kelelahan, dan mual. Gejala mental meliputi mudah tersinggung, cemas, perubahan suasana hati, dan kesehatan mental yang umumnya memburuk,” jelas mereka.

    3. Seminggu Tanpa Gula

    Sekitar hari ketujuh hingga kesembilan, studi menunjukkan bahwa rasa kantuk akan mulai mereda. Seseorang yang mengurangi asupan gula akan merasakan kesegaran baru, karena makanan utuh tiba-tiba terasa lebih enak.

    “Langit-langit lidah Anda menjadi sensitif terhadap rasa halus dan Anda akan merasakan buah-buahan terasa seperti terlalu manis,” terang dalam video tersebut.

    4. Minggu Kedua Tanpa Gula

    Akhirnya, di tahap terakhir antara 10 hari hingga dua minggu, ada kemungkinan besar seseorang merasa lebih berenergi. Tidur akan terasa lebih nyenyak dan berat badan menurun.

    Manfaat Berhenti Mengonsumsi Gula

    Selain penurunan berat badan, manfaat lain mengurangi konsumsi gula tambahan dapat menurunkan risiko depresi, kecemasan, atau penyakit mental lainnya. Studi lain juga menunjukkan bahwa pola makan manis berkaitan erat dengan penyakit kardiovaskular, karena kecenderungannya meningkatkan tekanan darah dan peradangan.

    Untuk terbebas dari ‘kecanduan gula’, disarankan untuk tidak pernah melewatkan makan, minum banyak air, tidur yang cukup, dan mengonsumsi setidaknya lima porsi buah serta sayur dalam sehari.

    Selain itu, penting juga meluangkan waktu untuk berolahraga demi melawan hormon stres yang memicu perubahan suasana hati.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Pemprov DKI sebut MBG perkuat program kesehatan di sekolah

    Pemprov DKI sebut MBG perkuat program kesehatan di sekolah

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengatakan Makan Bergizi Gratis (MBG) turut memperkuat program peningkatan kesehatan peserta didik di sekolah, salah satunya kantin sehat.

    “MBG ini akan memberikan penguatan yang luar biasa terhadap keseluruhan program. Kita tidak bicara bagaimana makanan yang diberikan, tetapi juga bagaimana kantinnya, bagaimana program-program aktivitas fisiknya,” ujar Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Ani Ruspitawati di Jakarta, Rabu.

    Program kantin sehat di sekolah sudah dimulai sejak 2013 melalui Peraturan Gubernur Jakarta Nomor 140 tentang Penyelenggaraan Kantin Sehat dan masih berlangsung sampai dengan saat ini. Program tersebut merupakan upaya pemerintah mencegah terjadinya penyakit tidak menular pada usia muda, seperti diabetes, hipertensi, gagal ginjal, dan lainnya.

    Dalam program itu, Ani mengatakan pengelola kantin memperoleh pendampingan agar pangan yang dijual kepada peserta didik terjaga keamanannya. Di sisi lain, peserta didik mendapatkan edukasi terkait makanan sehat, termasuk batas maksimal kadar gula, garam, dan lemak harian.

    “Anak-anak ini kami edukasi makanan sehat seperti apa, kandungan kadar gula, garamnya. Kemudian, di kantin kami beri labelisasi terhadap makanan yang dijual, supaya mereka terbiasa melihat informasi gizi yang ada di setiap makanan yang dimakan,” jelas Ani.

    Selain makanan sehat, Pemprov DKI juga mengedukasi peserta didik agar beraktivitas fisik secara rutin melalui program JakStar. Dalam program itu, siswa diajak menjalani pola hidup sehat, seperti rutin berolahraga dan menjaga pola makan, kemudian mereka mendapatkan poin dari setiap aktivitas sehat yang dilakukan.

    “Nanti kami adakan satu acara untuk memberikan penghargaan kepada mereka yang sudah menerapkan gaya hidup sehat,” tutur Ani.

    Lebih lanjut, dia menambahkan melalui program MBG, masalah kesehatan yang menjadi perhatian serius di kalangan remaja, salah satunya anemia, diharapkan dapat diantisipasi sejak dini.

    “Jadi sampai hari ini, anemia pada remaja putri masih menjadi masalah yang cukup serius di kesehatan. Mungkin dikombinasikan antara tablet tambah darah dengan makanan yang sehat akan memberikan kontribusi yang positif terhadap penurunan angka anemia pada remaja putri,” kata Ani.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • 11 Manfaat Kopi Hitam Tanpa Gula bagi Kesehatan yang Perlu Diketahui

    11 Manfaat Kopi Hitam Tanpa Gula bagi Kesehatan yang Perlu Diketahui

    Jakarta

    Kopi adalah minuman populer yang dikonsumsi oleh banyak orang. Beberapa orang menikmati kopi dengan tambahan gula untuk menyeimbangkan rasa pahitnya.

    Padahal menurut ahli gizi Riya Desai, minum kopi dengan banyak gula, pemanis, krim kocok, dan susu secara teratur bisa menyebabkan masalah kesehatan.

    Gula bisa meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, kardiovaskular, masalah kulit, kurang tidur, Nonalcoholic fatty liver disease (NAFLD) atau penyakit perlemakan hati yang tidak berhubungan dengan alkohol, hingga ginjal.

    Oleh karena itu, sebaiknya mengonsumsi kopi hitam atau tanpa tambahan gula untuk menghindari risiko penyakit.

    Manfaat Minum Kopi Hitam Tanpa Gula

    Kopi hitam dikenal dengan rasanya yang kuat dan berani. Minuman ini memungknkan rasa murni dari biji kopi untuk meresap, memberi pengalaman kopi yang kaya tanpa tambahan rasa manis atau krim. Berikut sejumlah manfaat minum kopi hitam tanpa gula.

    1. Meningkatkan Suasana Hati dan Produktivitas

    Kafein dalam kopi hitam bisa menstimulasi otak. Sehingga bisa membantu meningkatkan fokus, konsentrasi dan waktu reaksi.

    Dalam meningkatkan suasana hati, kopi meningkatkan neurotransmitter, seperti dopamin dan serotonin. Dikutip dari laman Manipal Hospitals, keduanya berkaitan dengan perasaan bahagia dan sejahtera.

    2. Mendukung Kesehatan Kardiovaskular

    Penelitian telah menunjukkan bahwa kopi bisa membantu menurunkan tekanan darah, mengurangi risiko penyakit jantung dan stroke. Antioksidan dalam kopi hitam juga bisa membantu melawan peradangan, faktor utama dalam penyakit jantung.

    3. Meningkatkan Kesehatan Hati

    Salah satu manfaat penting dari mengonsumsi kopi hitam adalah melindungi hati. Senyawa tertentu dalam kopi, seperti cafestol dan kahweol bisa membantu melindungi hati dari kerusakan akibat racun.

    Sebuah studi bahkan menunjukkan, dua cangkir kopi sehari bisa menurunkan risiko kondisi seperti fibrosis hati atau sirosis. Penelitian juga mengungkapkan, orang yang minum lebih dari tiga cangkir sehari cenderung memiliki jaringan hati yang lebih fleksibel dan sehat.

    Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa minum kopi hitam bisa membantu tubuh melawan risiko diabetes secara efektif. Kopi bisa membantu meningkatkan produksi insulin tubuh yang dapat mengatur kadar glukosa darah. Tapi, jangan berlebihan dalam mengkonsumsi kopi. Konsultasikan dengan dokter untuk dosis yang tepat.

    5. Mendukung Upaya Penurunan Berat Badan

    Kopi hitam adalah minuman bebas kalori yang bisa menjaga berat badan yang sehat. Kopi ini kaya akan kafein yang bisa merangsang metabolisme dan meningkatkan energi, sehingga menekan rasa lapar.

    Kandungan asam klorogenat dalam kopi hitam membantu memperlambat produksi glukosa. Sehingga, minum kopi hitam setelah makan membantu memperlambat pembentukan glukosa. Kandungan antioksidan kopi hitam juga bisa membantu mengelola berat badan.

    Kendati demikian, penurunan berat badan memerlukan kombinasi olahraga teratur dan makan sehat, di samping bahan alami seperti kopi agar mendukung upaya tersebut mendapat hasil yang lebih baik.

    6. Mencegah Kerusakan Gigi

    Dikutip dari laman Healthshots, minum kopi tanpa tambahan gula atau krimer bisa mengurangi bakteri di mulut dan mengurangi risiko kerusakan gigi. Sebuah studi dalam Journal of Conservative Dentistry menemukan, minum kopi tanpa tambahan apapun bisa mengurangi risiko karies gigi.

    7. Mencegah Risiko Kanker

    Kopi hitam mengandung antioksidan kuat yang bisa membantu mengurangi risiko beberapa jenis kanker. Antioksidan ini melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas dengan melawannya.

    Beberapa penelitian juga menunjukkan orang yang minum kopi mungkin memiliki risiko lebih rendah terkena kanker usus besar dan risiko perkembangan kanker, terutama kanker hati dan kanker endometrium.

    8. Meningkatkan Daya Ingat

    Minum kopi hitam bisa membantu menjaga otak tetap tajam. Studi menunjukkan konsumsi secara teratur dikaitkan dengan peningkatan daya ingat dan penurunan risiko penyakit neurodegeneratif, seperti Alzheimer dan Parkinson.

    9. Melindungi Kesehatan Otak

    Kafein dan antioksidan dalam kopi bisa melindungi sel-sel otak dari kerusakan, menurunkan risiko penurunan kognitif dan demensia di kemudian hari. Hal ini bisa membantu menstimulasi sistem saraf pusat dan meningkatkan waktu reaksi serta kinerja mental. Kopi juga bisa membantu memperlambat penurunan kognitif terkait usia dan mendukung kesehatan otak jangka panjang.

    10. Melawan Stres Oksidatif

    Kopi hitam kaya antioksidan yang penting untuk melawan stres oksidatif dan peradangan pada tubuh. Antioksidan tersebut membantu melindungi sel-sel tubuh dari kerusakan dan mendukung kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.

    11. Melancarkan Pencernaan

    Kopi hitam merangsang pencernaan dengan lembut dan melancarkan buang air besar. Sifat diuretik juga mendorong detoksifikasi dan membantu meredakan kembung. Penting untuk mengonsumsi kopi secukupnya, sebab minuman ini bisa mengiritasi lambung pada beberapa orang.

    (elk/suc)

  • Sering Makan Kentang? Hati-Hati, Cara Mengolahnya Bisa Picu Penyakit Gula

    Sering Makan Kentang? Hati-Hati, Cara Mengolahnya Bisa Picu Penyakit Gula

    Jakarta

    Keseringan makan kentang dengan cara digoreng dikaitkan dengan risiko penyakit gula atau diabetes tipe dua lebih tinggi. Penelitian ini melibatkan 205.107 tenaga kesehatan di Amerika Serikat dengan 40 tahun masa tindak lanjut, dengan sebanyak 22.299 orang dari keseluruhan peserta didiagnosis diabetes tipe dua.

    Diabetes tipe dua merupakan kondisi ketika tubuh berhenti merespons hormon insulin secara normal atau ketika pankreas menjadi kurang efisien dalam memproduksi insulin. Insulin merupakan hormon yang diproduksi untuk membantu tubuh menyerap dan menggunakan glukosa dari darah.

    Diabetes tipe dua biasanya berkaitan dengan gaya hidup tidak sehat. Ini berbeda dengan diabetes tipe satu, yang disebabkan kondisi autoimun saat pankreas tidak berfungsi dengan baik.

    Dalam penelitian ini, setelah penyesuaian terhadap faktor gaya hidup dan pola makan, konsumsi kentang muncul sebagai faktor yang berhubungan positif dengan diabetes. Artinya, semakin banyak kentang dikonsumsi, maka semakin tinggi risiko terkena diabetes tipe dua.

    Meski begitu, peneliti mengingatkan cara mengolah kentang sangat berperan besar.

    “Hubungan ini terutama dipicu oleh kentang goreng, sedangkan konsumsi kentang panggang, rebus, atau tumbuk tidak berhubungan dengan risiko diabetes tipe dua,” tulis peneliti dikutip dari IFL Science, Selasa (12/8/2025).

    Disebutkan makan tiga porsi kentang goreng dalam seminggu dapat meningkatkan risiko diabetes tipe dua sebesar 20 persen. Namun, jika tiga porsi kentang goreng diganti dengan biji-bijian utuh, diperkirakan dapat menurunkan risiko 19 persen.

    Perhitungan ini diperoleh melalui dua meta-analisis terhadap data yang sudah dipublikasikan sebelumnya, masing-masing melibatkan lebih dari 500 ribu peserta di empat benua. Disebutkan juga mengganti kentang panggang, rebus, dan tumbuk dengan nasi putih justru dikaitkan dengan peningkatan risiko diabetes tipe dua.

    “Pesan kesehatan masyarakat di sini sederhana namun kuat: Perubahan kecil dalam pola makan sehari-hari dapat berdampak besar pada risiko diabetes tipe dua,” ujar anggota tim peneliti, Walter Willett.

    “Tidak semua karbohidrat, bahkan tidak semua kentang, diciptakan sama, dan perbedaan itu sangat penting ketika kita menyusun panduan diet yang efektif,” sambungnya.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • China-Singapura Dihantui Chikungunya, RI Aman? Kemenkes Bilang Gini

    China-Singapura Dihantui Chikungunya, RI Aman? Kemenkes Bilang Gini

    Jakarta

    Kasus chikungunya di Singapura meningkat dua kali lipat dalam setahun terakhir, kewaspadaan ditingkatkan pasca negara lain juga mencatat tren yang sama. China, lebih dulu melaporkan peningkatan dengan total lebih dari 7 ribu kasus memerlukan perawatan.

    Amerika Serikat juga belakangan menaikkan level ‘alarm’ pelaku perjalanan ke negara terdampak, termasuk China. Para pelancong diminta mewaspadai kemungkinan penularan virus dan membawanya saat kembali ke negara.

    Bagaimana dengan RI?

    Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Aji Muhawarman menyebut saat ini Indonesia tidak melaporkan tren kenaikan. Kasus chikungunya diklaim terus menurun dalam dua bulan terakhir.

    Namun, bila dipantau sejak awal 2025, suspek kasus chikungunya di tahun ini, khususnya pekan pertama hingga pekan ke-9, memang jauh lebih tinggi dibandingkan 2023 dan 2024 di periode yang sama.

    “Hal ini sejalan dengan pola musim penghujan di Indonesia sehingga perlu diwaspadai adanya kenaikan kasus pada minggu mendatang. Meskipun begitu, saat ini tren menunjukkan penurunan dalam dua bulan terakhir,” jelasnya kepada wartawan, Senin (11/8/2025).

    Salah satu faktor risiko kenaikan suspek chikungunya disebut terjadi karena pola musim penghujan. Menyikapi tren tersebut, Kemenkes RI menilai perlunya intervensi dari petugas seperti pengendalian vektor penyebab chikungunya.

    Gejala Chikungunya

    Dikutip dari laman US Centers For Disease Control and Prevention (CDC), kebanyakan orang yang terinfeksi chikungunya akan mengalami beberapa gejala. Gejala biasanya mulai muncul 3 hingga 7 hari setelah nyamuk yang terinfeksi menggigit.

    Gejala yang paling umum adalah demam dan nyeri sendi.

    Gejala lain dapat berupa sakit kepala, nyeri otot, pembengkakan sendi, atau ruam.

    Orang yang berisiko terkena penyakit yang lebih parah termasuk bayi baru lahir yang terinfeksi sekitar waktu kelahiran, lansia, dan orang dengan kondisi medis seperti tekanan darah tinggi, diabetes, atau penyakit jantung.

    Kebanyakan pasien merasa lebih baik dalam seminggu. Namun, nyeri sendi bisa parah dan melumpuhkan, serta dapat berlangsung selama berbulan-bulan.

    (naf/kna)

  • Orang yang Hidup Sampai Usia 100 Ternyata Punya ‘Kekuatan Super’, Ini Studinya

    Orang yang Hidup Sampai Usia 100 Ternyata Punya ‘Kekuatan Super’, Ini Studinya

    Jakarta

    Manusia yang bisa hidup 100 tahun atau lebih hanyalah menjadi bagian kecil populasi dunia. Penelitian terbaru menemukan satu faktor yang mungkin menjadi kunci panjang umur para centenarian (orang yang hidup lebih dari 100 tahun). Salah satunya adalah ‘kekuatan super’ tubuh mereka yang mampu menghindari penyakit.

    “Tim riset kami menemukan bahwa orang yang hidup hingga 100 tahun tampaknya memiliki kemampuan luar biasa untuk menghindari penyakit,” kata associate professor epidemiologi dari Karolinska Institute Swedia, Karin Modig, dikutip dari Science Alert, Senin (11/8/2025).

    Dalam dua studi terbaru, mereka menganalisis dan membandingkan orang-orang berumur panjang dan berumur pendek yang lahir di tahun sama. Dua studi itu menunjukkan centenarian mengidap penyakit lebih sedikit dan mengembangkan penyakit lebih lambat.

    Studi pertama melibatkan 170.787 orang yang lahir di Stockholm County, Swedia antara 1912 dan 1922. Menggunakan data historis, peneliti mengikuti riwayat hidup mereka selama 40, mulai dari usia 60 hingga kematian atau sampai usia 100 tahun.

    “Misalnya, pada usia 85, hanya 4 persen dari mereka yang menjadi centenarian yang pernah mengalami stroke. Sebagai perbandingan, sekitar 10 persen dari mereka yang hampir menjadi centenarian (hidup sampai usia 90-99), pernah mengalami stroke sampai usia 85,” jelas Modig.

    “Pada usia 100 tahun, 12,5 persen centenarian pernah mengalami serangan jantung, dibandingkan dengan lebih dari 24 persen di antara orang yang hidup antara usia 80 dan 89,” sambungnya.

    Pada studi kedua, ahli melakukan eksplorasi penelitian untuk melihat kemampuan centenarian menghindari proses berkembangnya penyakit serius. Peneliti mengamati 40 kondisi medis berbeda yang lebih bervariasi dari ringan sampai berat, seperti hipertensi, gagal jantung, diabetes, dan serangan jantung.

    Pada studi kedua, Modig dan timnya mengamati 274.108 orang yang lahir antara 1920-1922 di Swedia. Mereka mengikuti data historisnya hingga 30 tahun, mulai dari usia 70 tahun hingga meninggal atau sampai berusia 100 tahun. Dari keseluruhannya, ‘hanya’ 1,5 persen atau 4.330 orang yang akhirnya menjadi centenarian.

    Menurut peneliti hasilnya serupa dengan studi pertama, centenarian mengembangkan penyakit lebih lebih sedikit dan kecepatan akumulasi penyakit juga lebih lambat sepanjang hidup.

    “Kami juga menemukan bahwa centenarian lebih mungkin memiliki kondisi yang terbatas pada satu sistem organ saja. Ini merupakan tanda kesehatan dan ketahanan kelompok ini, karena penyakit yang memengaruhi satu sistem organ lebih mudah diobati dan dikelola dalam jangka panjang,” ujar Modig.

    Sebagai contoh, meskipun penyakit kardiovaskular merupakan diagnosis paling umum di semua kelompok usia, centenarian secara keseluruhan lebih jarang didiagnosis dibandingkan orang yang berumur lebih pendek.

    Centenarian juga menunjukkan ketahanan yang lebih besar terhadap kondisi neuropsikiatri, seperti depresi dan demensia. Meski sebagian besar centenarian akhirnya mengalami masalah kesehatan, biasanya ini terjadi jauh lebih lambat dibandingkan non-centenarian.

    “Hal ini disebabkan oleh jumlah penyakit yang lebih sedikit dan laju akumulasi penyakit yang lebih lambat,” tandasnya.

    Halaman 2 dari 3

    (avk/kna)