Topik: diabetes

  • Pakar Harvard Bongkar Efek Rutin Minum Teh, Betulan Baik untuk Kesehatan?

    Pakar Harvard Bongkar Efek Rutin Minum Teh, Betulan Baik untuk Kesehatan?

    Jakarta

    Teh merupakan salah satu minuman paling populer di dunia. Minuman ini tetap enak disajikan hangat maupun dingin, dan memiliki makna budaya yang mendalam di banyak negara.

    Ramuan kuno ini juga dihargai karena khasiatnya yang ampuh untuk kesehatan. Lantas, benarkah teh memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan?

    Teh merupakan minuman yang berasal dari daun tanaman Camellia sinensis, yang membedakannya adalah cara pengolahannya. Kombinasi metode pengolahan yang spesifik menentukan warna, rasa, dan jenis teh.

    Misalnya teh hitam, mengalami penggilingan dan oksidasi, yang memperdalam warna kuning, merah, atau cokelatnya serta mengintensifkan rasanya. Sementara teh hijau, pengolahannya dikukus untuk mencegah oksidasi, sehingga warna hijaunya tetap segar dan rasanya lebih ringan.

    Teh kaya akan fitokimia, yakni senyawa yang memberikan karakteristik pada tanaman (seperti warna dan bau) dan memiliki efek farmakologis saat seseorang mengonsumsinya. Fitokimia utama dalam teh adalah kafein dan polifenol.

    Jumlah dan jenis fitokimia dalam teh bergantung pada bagaimana daun teh diproses. Misalnya, teh yan teroksidasi mengandung polifenol tingkat tinggi yang disebut katekin. Teh yang teroksidasi penuh kaya akan polifenol yang disebut theaflavin dan thearubigin.

    “Teh hijau memiliki lebih banyak polifenol daripada teh hitam. Tetapi, teh hitam mengandung lebih banyak kafein,” jelas ketua Departemen Nutrisi dan profesor nutrisi dan epidemiologi di Harvard T H Chan School of Public Health, Dr Frank Hu.

    “Matcha adalah teh hijau kering yang digiling menjadi partikel-partikel halus. Teh ini lebih pekat, lebih tinggi kafein dan polifenolnya daripada teh hijau biasa,” lanjutnya yang dikutip dari Health Harvard.

    Apakah Teh Baik untuk Kesehatan Tubuh?

    Dari ratusan penelitian yang dipublikasikan tentang manfaat teh bagi kesehatan belum memberikan bukti konklusif. Banyak penelitian berskala kecil atau dilakukan dalam jangka yang pendek.

    Sebagian besar penelitian tentang teh, bahkan yang berskala besar, bersifat observasional, artinya menilai hubungan antara konsumsi teh dan kesehatan. Belum tentu hubungan sebab-akibat.

    “Namun, arah penelitian secara keseluruhan menunjukkan potensi manfaat,” kata Dr Hu.

    “Misalnya, katekin dalam teh hijau memiliki efek antioksidan dan anti-inflamasi yang tinggi pada model hewan dan penelitian tabung reaksi. Polifenol seperti quercetin dalam teh hitam memiliki efek anti-inflamasi yang serupa.”

    Bagaimana Teh dapat Membantu Kesehatan?

    Penelitian menunjukkan bahwa sifat anti-inflamasi dan antioksidan teh dapat membantu menurunkan risiko penyakit kronis. Dr Hu menjelaskan bahwa beberapa analisis terbaru menemukan bahwa konsumsi teh yang lebih tinggi, terutama teh hitam dan teh hijau, berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke, diabetes, dan kematian dini.

    “Dan beberapa studi menunjukkan minum teh dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental,” tambah Dr Hu.

    Sebuah analisis studi tahun 2023 yang melibatkan lebih dari 410.000 orang yang dipublikasikan oleh PeerJ, mengisyaratkan bahwa minum teh dapat mengurangi risiko demensia hingga 29 persen. Konsumsi teh bahkan dapat membantu Anda hidup lebih lama.

    Misalnya, sebuah studi observasional tahun 2020 terhadap 5.000 orang di Jepang yang dipublikasikan oleh BMJ Open Diabetes Research & Care, menemukan bahwa minum empat cangkir teh hijau per hari dikaitkan dengan risiko kematian dini yang 40 persen lebih rendah. Selain itu, teh mengandung kafein, yang memberikan lonjakan energi dan kejernihan mental.

    Lantas, Berapa Banyak Teh yang Sebaiknya Dikonsumsi?

    Dr Hu menjelaskan bahwa manfaat kesehatan teh didapat dengan meminum dua hingga empat cangkir teh hijau, hitam, atau teh oolong setiap hari. Jenis teh lain, seperti teh fermentasi yang dikenal sebagai pu-erh, mungkin juga baik untuk kesehatan meski bukti pendukungnya lebih terbatas.

    Efek teh tidak selalu positif. Jika menambahkan terlalu banyak pemanis dan krim ke dalam teh, dapat meningkatkan asupan kalori, lemak, dan gula. Jika mengalami insomnia atau detak jantung tidak teratur, kafein pada teh dapat memicu gejala yang tidak nyaman.

    Minum teh yang terlalu panas juga dapat merusak kerongkongan dan meningkatkan risiko kanker. Meski begitu, secara umum teh merupakan bagian dari pola makan sehat.

    “Dan teh itu menenangkan. Ada sesuatu tentang kenikmatan teh yang patut dipertimbangkan,” pungkas Dr Hu.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Pakar Harvard Bongkar Efek Rutin Minum Teh, Betulan Baik untuk Kesehatan?

    Pakar Harvard Bongkar Efek Rutin Minum Teh, Betulan Baik untuk Kesehatan?

    Jakarta

    Teh merupakan salah satu minuman paling populer di dunia. Minuman ini tetap enak disajikan hangat maupun dingin, dan memiliki makna budaya yang mendalam di banyak negara.

    Ramuan kuno ini juga dihargai karena khasiatnya yang ampuh untuk kesehatan. Lantas, benarkah teh memiliki manfaat yang sangat baik untuk kesehatan?

    Teh merupakan minuman yang berasal dari daun tanaman Camellia sinensis, yang membedakannya adalah cara pengolahannya. Kombinasi metode pengolahan yang spesifik menentukan warna, rasa, dan jenis teh.

    Misalnya teh hitam, mengalami penggilingan dan oksidasi, yang memperdalam warna kuning, merah, atau cokelatnya serta mengintensifkan rasanya. Sementara teh hijau, pengolahannya dikukus untuk mencegah oksidasi, sehingga warna hijaunya tetap segar dan rasanya lebih ringan.

    Teh kaya akan fitokimia, yakni senyawa yang memberikan karakteristik pada tanaman (seperti warna dan bau) dan memiliki efek farmakologis saat seseorang mengonsumsinya. Fitokimia utama dalam teh adalah kafein dan polifenol.

    Jumlah dan jenis fitokimia dalam teh bergantung pada bagaimana daun teh diproses. Misalnya, teh yan teroksidasi mengandung polifenol tingkat tinggi yang disebut katekin. Teh yang teroksidasi penuh kaya akan polifenol yang disebut theaflavin dan thearubigin.

    “Teh hijau memiliki lebih banyak polifenol daripada teh hitam. Tetapi, teh hitam mengandung lebih banyak kafein,” jelas ketua Departemen Nutrisi dan profesor nutrisi dan epidemiologi di Harvard T H Chan School of Public Health, Dr Frank Hu.

    “Matcha adalah teh hijau kering yang digiling menjadi partikel-partikel halus. Teh ini lebih pekat, lebih tinggi kafein dan polifenolnya daripada teh hijau biasa,” lanjutnya yang dikutip dari Health Harvard.

    Apakah Teh Baik untuk Kesehatan Tubuh?

    Dari ratusan penelitian yang dipublikasikan tentang manfaat teh bagi kesehatan belum memberikan bukti konklusif. Banyak penelitian berskala kecil atau dilakukan dalam jangka yang pendek.

    Sebagian besar penelitian tentang teh, bahkan yang berskala besar, bersifat observasional, artinya menilai hubungan antara konsumsi teh dan kesehatan. Belum tentu hubungan sebab-akibat.

    “Namun, arah penelitian secara keseluruhan menunjukkan potensi manfaat,” kata Dr Hu.

    “Misalnya, katekin dalam teh hijau memiliki efek antioksidan dan anti-inflamasi yang tinggi pada model hewan dan penelitian tabung reaksi. Polifenol seperti quercetin dalam teh hitam memiliki efek anti-inflamasi yang serupa.”

    Bagaimana Teh dapat Membantu Kesehatan?

    Penelitian menunjukkan bahwa sifat anti-inflamasi dan antioksidan teh dapat membantu menurunkan risiko penyakit kronis. Dr Hu menjelaskan bahwa beberapa analisis terbaru menemukan bahwa konsumsi teh yang lebih tinggi, terutama teh hitam dan teh hijau, berkaitan dengan penurunan risiko penyakit jantung, tekanan darah tinggi, stroke, diabetes, dan kematian dini.

    “Dan beberapa studi menunjukkan minum teh dapat membantu mengurangi stres dan meningkatkan kesehatan mental,” tambah Dr Hu.

    Sebuah analisis studi tahun 2023 yang melibatkan lebih dari 410.000 orang yang dipublikasikan oleh PeerJ, mengisyaratkan bahwa minum teh dapat mengurangi risiko demensia hingga 29 persen. Konsumsi teh bahkan dapat membantu Anda hidup lebih lama.

    Misalnya, sebuah studi observasional tahun 2020 terhadap 5.000 orang di Jepang yang dipublikasikan oleh BMJ Open Diabetes Research & Care, menemukan bahwa minum empat cangkir teh hijau per hari dikaitkan dengan risiko kematian dini yang 40 persen lebih rendah. Selain itu, teh mengandung kafein, yang memberikan lonjakan energi dan kejernihan mental.

    Lantas, Berapa Banyak Teh yang Sebaiknya Dikonsumsi?

    Dr Hu menjelaskan bahwa manfaat kesehatan teh didapat dengan meminum dua hingga empat cangkir teh hijau, hitam, atau teh oolong setiap hari. Jenis teh lain, seperti teh fermentasi yang dikenal sebagai pu-erh, mungkin juga baik untuk kesehatan meski bukti pendukungnya lebih terbatas.

    Efek teh tidak selalu positif. Jika menambahkan terlalu banyak pemanis dan krim ke dalam teh, dapat meningkatkan asupan kalori, lemak, dan gula. Jika mengalami insomnia atau detak jantung tidak teratur, kafein pada teh dapat memicu gejala yang tidak nyaman.

    Minum teh yang terlalu panas juga dapat merusak kerongkongan dan meningkatkan risiko kanker. Meski begitu, secara umum teh merupakan bagian dari pola makan sehat.

    “Dan teh itu menenangkan. Ada sesuatu tentang kenikmatan teh yang patut dipertimbangkan,” pungkas Dr Hu.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Dokter Beberkan Ciri-ciri Kesemutan yang Menandakan Kena Penyakit Gula

    Dokter Beberkan Ciri-ciri Kesemutan yang Menandakan Kena Penyakit Gula

    Jakarta

    Penyakit gula atau diabetes merupakan penyakit yang muncul ketika tubuh tidak mampu menggunakan atau memproduksi insulin secara efektif, sehingga kadar gula darah tetap tinggi. Diabetes paling umum dibagi menjadi dua jenis, yaitu tipe satu dan tipe dua.

    Diabetes tipe satu terjadi ketika sistem imun menyerang sel penghasil insulin, sedangkan pada diabetes tipe dua, tubuh resisten terhadap insulin atau produksinya yang berkurang.

    Ada banyak gejala yang mungkin dialami oleh pasien diabetes, salah satunya adalah munculnya kesemutan. Tapi bagaimana gejala ini bisa muncul?

    Munculnya kesemutan akibat diabetes disebabkan oleh neuropati, kondisi ketika saraf mengalami kerusakan. Pada kasus diabetes, neuropati dapat muncul akibat gula darah tinggi yang berlangsung lama.

    “Kebas menjadi gejala neuropati diabetes yang kemunculannya terjadi terus menerus, sedangkan kesemutan dan rasa tersetrum umumnya hanya datang-hilang,” kata spesialis saraf dr Wisnu Nalendra Tama, SpS(K), dikutip dari laman Universitas Gadjah Mada, Minggu (7/9/2025).

    Dikutip dari Cleveland Clinic, kadar gula tinggi yang berlangsung lama dapat merusak pembuluh kecil yang membawa oksigen dan nutrisi ke saraf. Tanpa suplai cukup, sel saraf bisa mati sehingga fungsinya terganggu, sehingga timbul neuropati.

    Ada tiga jenis neuropati yang berkaitan dengan diabetes, yaitu perifer (kaki, tungkai, dan tangan), otonom (fungsi organ dalam), dan proksimal (pinggul, paha, dan bokong).

    Salah satu gejala yang paling umum adalah kesemutan. Ini termasuk dari gejala neuropati perifer. Ciri-ciri kesemutan akibat diabetes yang muncul biasanya disertai rasa mati rasa, sensasi tertusuk jarum, kelemahan otot, sensasi sentuhan otot yang tidak biasa, luka di kaki susah sembuh, hingga kehilangan total sensasi di kaki.

    Kesemutan biasanya juga disertai dengan gejala umum diabetes seperti sering buang air kecil, gampang haus, penglihatan kabur, penurunan berat badan, hingga perubahan bau napas seperti aroma buah.

    “Pemeriksaan rutin dengan kontrol ke dokter juga wajib dilakukan untuk mengetahui risiko komplikasi neuropati diabetes sejak dini,” kata dr Wisnu mengingatkan pentingnya pemeriksaan rutin.

  • 7 Manfaat Ajaib Rebusan Daun Kelor, Dapat Mencegah Penyakit

    7 Manfaat Ajaib Rebusan Daun Kelor, Dapat Mencegah Penyakit

    Jakarta

    Daun kelor dikenal sebagai tanaman herbal dengan banyak manfaat untuk kesehatan, termasuk mencegah penyakit dengan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Tak hanya dikonsumsi sebagai sayur, daun ini juga bisa diolah menjadi air rebusan.

    Mengandung vitamin hingga antioksidan, daun kelor bisa didapat dengan mudah dan murah. Lantas apa saja manfaat air rebusan daun kelor untuk kesehatan?

    Manfaat Air Rebusan Daun Kelor

    Beberapa manfaat air rebusan daun kelor di antaranya melancarkan sistem pencernaan membantu menurunkan berat badan, hingga melancarkan ASI.

    1. Melancarkan Sistem Pencernaan

    Air daun kelor bisa melancarkan pencernaan. Dikutip dari laman Healthshots, sifat anti-inflamasi dan kandungan seratnya bisa membantu pencernaan, mencegah kembung, dan mengurangi sembelit. Serat dalam daun kelor berfungsi sebagai prebiotik yang mendukung bakteri baik di usus.

    2. Meningkatkan Sistem Kekebalan Tubuh

    Manfaat air rebusan kelor lebih dari sekedar hidrasi. Air rebusan kelor kaya akan antioksidan, seperti flavonoid dan vitamin C yang membantu meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan melawan infeksi. Hal ni ditemukan dalam sebuah studi dalam jurnal Aquaculture Reports.

    Zat-zat tersebut ampuh dalam meningkatkan pertahanan alami tubuh dan membuatnya lebih tahan terhadap berbagai kondisi. Air rebusan kelor, baik panas ataupun dingin menjadi metode yang praktis untuk meningkatkan kekebalan tubuh.

    Air rebusan kelor dapat membantu menurunkan berat badan. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan metabolisme dan mempercepat pemecahan lemak. Daun kelor mengandung serat yang membantu meningkatkan rasa kenyang, mengurangi keinginan makan, dan mencegah makan berlebihan.

    4. Mendukung Kesehatan Jantung

    Manfaat lainnya dari air rebusan daun kelor adalah mendukung sistem kardiovaskular yang lebih sehat. Kandungan antioksidan dan anti-inflamasi dari daun kelor bisa membantu mengurangi penumpukan plak di arteri, sekaligus melindungi jantung dari stres oksidatif.

    “Air kelor mengurangi risiko penyakit kardiovaskular dengan menurunkan kadar kolesterol dan meningkatkan regulasi tekanan darah,” ujar ahli Gizi Garma Chaudhry.

    5. Meningkatkan Kesehatan Kulit dan Rambut

    Air daun kelor juga bisa meningkatkan kesehatan kulit dan rambut. Menurut Garma, antioksidan dan vitamin dalam air kelor bisa meminimalkan stres oksidatif, memperlambat proses penuaan, hingga meningkatkan kekenyalan kulit.

    Kedua nutrisi tersebut menutrisi kulit dan rambut dari dalam dan menghasilkan kulit yang tampak bercahaya dan rambut yang berkilau.

    6. Melancarkan ASI

    Dikutip dari jurnal Pemanfaatan Daun Kelor untuk Meningkatkan Produksi ASI pada Ibu Menyusui dari Universitas Pahlawan Tuanku Tambusai, teh daun kelor dinilai sangat efektif untuk memperlancar ASI.

    Penelitian dilakukan pada ibu menyusui berjumlah 15 orang. Presentasi kelancaran ASI pada ibu menyusui sebelum mengonsumsi teh daun kelor adalah 73,3 persen, sementara setelah mengkonsumsi teh daun kelor menjadi 100 persen.

    Dikutip dari laman Fakultas Keperawatan UNAIR, obat alami yang dipercaya mampu menurunkan kadar gula darah adalah daun kelor. Menurut sebuah penelitian, terdapat pengaruh antara pemberian air rebusan daun kelor terhadap penurunan kadar glukosa darah pada pasien pengidap diabetes melitus.

    Hasil penelitiannya diketahui bahwa rata-rata kadar gula darah sebelum diberikan air rebusan daun kelor pada pengidap diabetes melitus adalah 230,88 mg/dl, sedangkan setelah diberikan rebusan daun kelor menjadi 159, 47 mg/dl. Artinya, ada perbedaan kadar gula darah sebelum dan sesudah diberikan air rebusan daun kelor.

    Kandungan Daun Kelor

    Dikutip dari Healthline, secangkir daun kelor (21 gr) mengandung berbagai nutrisi, seperti:

    Kalori: 13 kkalProtein: 2 grVitamin B6: 19 persen dari kebutuhan harianVitamin C: 12 persen dari kebutuhan harianZat besi: 11 persen dari kebutuhan harianRiboflavin (B2): 9 persen dari kebutuhan harianMagnesium: 8 persen dari kebutuhan harian

    (elk/kna)

  • Bahaya Tersembunyi di Balik Pemanis Buatan, Bikin Kualitas Otak Menurun

    Bahaya Tersembunyi di Balik Pemanis Buatan, Bikin Kualitas Otak Menurun

    Jakarta

    Sebuah studi dari Brazil yang diterbitkan dalam jurnal Neurology menemukan bahwa peserta yang mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah tertinggi mengalami “penurunan yang jauh lebih cepat” pada kemampuan berpikir dan memori.

    Para peneliti menyimpulkan bahwa kelompok dengan konsumsi tertinggi kehilangan sekitar 1,6 tahun ekstra dalam penuaan otak, dengan penurunan yang 62 persen lebih cepat.

    Kelompok yang paling berisiko adalah orang dewasa di bawah usia 60 tahun dan pengidap diabetes.

    Diberitakan NYPost, dalam penelitian ini, para ilmuwan mengamati 12.772 orang dewasa dengan usia rata-rata 52 tahun selama periode delapan tahun. Mereka memfokuskan studi pada tujuh jenis pemanis buatan yang umum ditemukan di soda, minuman energi, air beraroma, yogurt, dan makanan penutup rendah kalori.

    Pemanis buatan yang diteliti adalah aspartam, sakarin, acesulfame-K, eritritol, xylitol, sorbitol, dan tagatose. Dari semua jenis tersebut, hanya tagatose yang tidak menunjukkan kaitan dengan penurunan kognitif yang lebih cepat.

    Peneliti menemukan bahwa kelompok dengan konsumsi tertinggi mengonsumsi rata-rata 191 miligram per hari, sementara kelompok terendah hanya mengonsumsi rata-rata 20 miligram.

    “Orang sering percaya pemanis buatan adalah alternatif yang lebih aman daripada gula, tetapi hasil kami menunjukkan bahwa mereka mungkin tidak sepenuhnya tidak berbahaya, terutama ketika dikonsumsi sering dan dimulai pada usia paruh baya,” kata Claudia Kimie Suemoto, penulis studi dari University of São Paulo, Brazil.

    Meskipun penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan, temuan ini menyoroti pentingnya kehati-hatian dalam mengganti gula dalam pangan yang dikonsumsi. Pesan terbaik untuk publik adalah mengurangi gula tambahan dan pemanis buatan.

    Kapan pun memungkinkan, pilihlah opsi alami dan fokuslah pada diet seimbang yang kaya akan makanan utuh.

    Berdasarkan temuan ini, para peneliti merekomendasikan bahwa pendekatan paling aman adalah mengurangi konsumsi pemanis buatan sebanyak mungkin, bahkan jika bisa, menghindarinya sama sekali.

    (kna/kna)

  • Ternyata Segini Durasi Jalan Kaki Cepat yang Bisa Perpanjang Umur

    Ternyata Segini Durasi Jalan Kaki Cepat yang Bisa Perpanjang Umur

    Jakarta

    Padatnya rutinitas seringkali membuat orang sulit menyempatkan diri berolahraga di gym. Sebuah penelitian terbaru menunjukkan menjaga kesehatan tidak harus selalu dengan latihan berat. Cukup berjalan cepat selama 15 menit sehari, manfaat kesehatannya sudah sangat signifikan, bahkan meningkatkan potensi panjang umur.

    Sejalan dengan riset yang dipublikasikan di American Journal of Preventive Medicine. Total hampir 85.000 peserta sejak 2002 hingga 2009 dipantau kesehatannya terkait dengan kebiasaan jalan kaki sehari-hari.

    Mereka mengisi kuesioner terkait kebiasaan olahraga, durasi aktivitas, kecepatan berjalan, serta kondisi kesehatan. Sekitar 16 tahun kemudian, para peserta kembali diikuti untuk melihat perkembangan kesehatan mereka. Analisis dimulai pada 2023.

    Hasilnya mengejutkan, peserta yang rutin berjalan cepat minimal 15 menit setiap hari tercatat mengalami penurunan risiko kematian dini hingga 20 persen. Sementara itu, peserta yang hanya berjalan lambat lebih dari tiga jam sehari justru hanya memperoleh penurunan risiko sebesar 4 persen.

    “Kita sudah lama mengetahui bahwa kecepatan berjalan berhubungan dengan hasil kesehatan. Semakin cepat seseorang berjalan, semakin besar pula manfaatnya,” ujar dr Wei Zheng, Direktur Pusat Epidemiologi Vanderbilt dan penulis korespondensi studi tersebut, dikutip dari CNN.

    Menurut Zheng, temuan ini memperkuat pesan penting bahwa tidak hanya durasi, tetapi juga intensitas aktivitas fisik sangat memengaruhi hasil kesehatan.

    Dr Andrew Freeman, Direktur Pencegahan dan Kesehatan Kardiovaskular di National Jewish Health, Denver, yang tidak terlibat dalam penelitian ini juga menilai seseorang dengan kondisi fisik buruk biasanya tidak mampu berjalan cepat. “Itu sebabnya, kecepatan bisa mencerminkan kondisi kesehatan tubuh,” sorot dia.

    Berjalan kaki bukan sekadar aktivitas sederhana. Penelitian menunjukkan jalan cepat secara konsisten memberikan dampak positif, mulai dari kesehatan jantung, metabolisme, hingga fungsi otak.

    Beberapa manfaat dari jalan kaki cepat:

    Mengontrol berat badan dan gula darahMenurunkan kolesterol jahat (LDL)Mengurangi peradangan tubuhMenurunkan risiko kanker tertentuMemperbaiki fungsi pembuluh darahMengurangi risiko gagal jantung, aritmia, dan diabetes tipe 2Menurunkan risiko demensia dan penurunan kognitif

    Menurut Freeman, olahraga, termasuk jalan cepat, juga terbukti mampu menurunkan tekanan darah. “Setiap kenaikan 20 poin tekanan darah di atas 120 mmHg dapat menggandakan risiko serangan jantung. Dengan aktivitas fisik rutin, risiko tersebut bisa ditekan,” jelasnya.

    Jalan cepat berbeda dengan sekadar berjalan santai. Menurut Layanan Kesehatan Nasional Inggris, seseorang bisa mengetahui sedang berjalan cepat ketika masih bisa berbicara, tetapi tidak sanggup bernyanyi.

    Pilih waktu dan tempat yang nyaman, misalnya pagi hari sebelum bekerja atau sore hari di lingkungan terbuka yang aman.

    “Berjalan adalah gerakan seluruh tubuh. Ayunan lengan yang terkoordinasi sangat penting untuk mendukung mekanisme berjalan,” kata Dana Santas, pelatih kebugaran dan atlet profesional.

    Rekomendasi umum aktivitas fisik adalah 150 menit per minggu dalam intensitas sedang. Namun, bagi banyak orang, target ini sulit dicapai. Penelitian Zheng memberi harapan baru, cukup dengan komitmen 15 menit jalan cepat sehari, kesehatan tubuh bisa tetap terjaga.

    “Latihan lambat sekalipun tetap bermanfaat, tetapi yang kami temukan adalah bahwa jalan cepat, meski hanya 15 menit sehari, memberi keuntungan yang jelas dan signifikan,” tegas Zheng.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Menkes Budi Ajak Masyarakat Olahraga Minimal 30 Menit Per Hari”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/naf)

  • 10 Tanda Awal Diabetes, Termasuk Kesemutan di Bagian Tubuh Ini

    10 Tanda Awal Diabetes, Termasuk Kesemutan di Bagian Tubuh Ini

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan kasus diabetes global meningkat empat kali lipat selama beberapa dekade terakhir. Mereka menyoroti bagaimana gaya hidup yang kurang gerak dan pilihan makanan yang buruk memicu epidemi diabetes.

    “Kita telah melihat peningkatan kasus diabetes yang mengkhawatirkan selama tiga dekade terakhir, yang mencerminkan peningkatan obesitas, diperparah oleh dampak pemasaran makanan tidak sehat, kurangnya aktivitas fisik, dan kesulitan ekonomi,” terang Direktur WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, dikutip dari Times of India.

    Sebelum didiagnosis diabetes, beberapa orang mungkin menunjukkan beberapa tanda awal yang begitu samar hingga luput dari perhatian. Berbicara soal ini, seorang dokter metabolik dan fisioterapis olahraga, Dr Sudhanshu Rai, mengungkapkan 10 tanda awal gula darah tinggi dan resistensi insulin yang harus diwaspadai sebelum terlambat.

    “Kesadaran adalah langkah pertama, dengarkan tubuh Anda dan ambil tindakan sejak dini,” tuturnya.

    10 Tanda Awal Gula Darah Tinggi

    1. Sering Buang Air Kecil

    Ketika kadar gula darah tinggi, ginjal akan bekerja ekstra keras untuk membuang kelebihan gula darah. Sering buang air kecil merupakan gejala hiperglikemia atau gula darah tinggi.

    Diabetes juga dapat menyebabkan seseorang buang air kecil. Tetapi, gejala ini juga dapat disebabkan hal lain, seperti infeksi saluran kemih.

    2. Kerap Merasa Haus

    Tanda utama dari diabetes adalah selalu merasa haus, meski sudah minum banyak air. Sebab, tubuh mencoba mengganti cairan yang hilang akibat sering buang air kecil.

    Seseorang dengan diabetes tipe 1 tidak dapat memproduksi insulin. Pasien dengan diabetes tipe 2 mampu memproduksi insulin, tetapi tubuhnya tidak dapat menggunakannya secara efektif untuk membantu glukosa memasuki sel.

    Pada kedua kasus tersebut, glukosa dari makanan yang dicerna tetap berada dalam aliran darah. Ginjal mengeluarkan sebagian kelebihan glukosa melalui urine.

    Glukosa menarik air ke dalam urine, sehingga tubuh kehilang lebih banyak cairan daripada yang seharusnya. Hal ini yang menyebabkan seseorang menjadi mudah haus.

    3. Penglihatan Kabur

    Dr Sudhanshu Rai menyebutkan penglihatan kabur juga bisa menjadi tanda diabetes dan resistensi insulin. Sebab, gula darah tinggi dapat merusak pembuluh darah kecil di mata.

    Jika tidak diobati, diabetes bisa menyebabkan gangguan bahkan dapat menyebabkan gangguan penglihatan parah seiring berjalannya waktu.

    4. Luka yang Lambat Sembuh

    “Sirkulasi darah yang buruk dan gula darah tinggi menghambat penyembuhan,” tutur Dr Rai.

    Sistem kekebalan tubuh yang lemah memudahkan infeksi menjadi lebih parah, terkadang menyebabkan kondisi yang mengancam jiwa seperti sepsis. Pasien diabetes juga menghadapi risiko lebih tinggi untuk memerlukan pengangkatan jaringan, atau bahkan amputasi jika luka terinfeksi parah hingga kehilangan suplai darah.

    5. Kesemutan di Kaki

    Kadar gula darah yang tidak terkendali menyebabkan kerusakan saraf dalam jangka panjang, hingga menyebabkan kesemutan di kaki. Beberapa tanda serupa lainnya dari gula darah tinggi adalah rasa terbakar dan mati rasa di kaki.

    6. Penurunan Berat Badan

    Ketika kadar gula darah tinggi atau resistensi insulin, tubuh memecah otot dan lemak untuk energi. Hal ini yang dapat menyebabkan penurunan berat badan yang tidak terduga.

    7. Bau Napas seperti Buah

    “Tanda awal diabetes yang samar lainnya adalah bau napas seperti buah,” ujar Dr Rai.

    Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa keton muncul saat tubuh membakar lemak untuk energi.

    8. Infeksi Berulang

    “Gula darah tinggi melemahkan pertahanan kekebalan tubuh,” terang Dr Rai.

    Kondisi itu menyebabkan infeksi yang terus-menerus atau berulang. Sebuah artikel berjudul ‘Diabetes dan infeksi: tinjauan epidemiologi, mekanisme, dan prinsip pengobatan’ yang diterbitkan dalam ‘Diabetologia’ pada tahun 2024, menyoroti bagaimana penderita diabetes berisiko lebih tinggi terkena berbagai infeksi.

    Itu termasuk infeksi ginjal, pneumonia, infeksi kulit akibat respons imun yang terganggu.

    9. Muncul Bercak-bercak gelap di Kulit

    Tanda awal diabetes lainnya adalah akantosis nigrikans, yakni kondisi kulit yang ditandai dengan bercak-bercak gelap dan tebal yang biasanya muncul di lipatan tubuh seperti leher, ketiak, atau selangkangan.

    Menurut laporan yang dipublikasikan di International Journal of Research in Dermatology, kondisi ini sering dikaitkan dengan resistensi insulin dan diabetes.

    10. Rasa Lapar yang Ekstrem

    Muncul rasa sangat lapar yang ekstrem dapat menjadi tanda awal diabetes. Hal ini karena sel-sel tubuh kekurangan nutrisi, meski kadar gula darah tinggi.

    Menurut Asosiasi Diabetes Amerika, gula darah tinggi dan resistensi insulin menyebabkan rasa lapar dan keinginan makan berlebihan. Sebab, kebutuhan otak akan glukosa yang akhirnya menciptakan siklus yang mempersulit pengelolaan gula darah.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kenali Tanda-tanda Gejala Diabetes di Pagi Hari”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Dokter Harvard Ungkap 5 Pertanda Masalah Jantung yang Kerap Diabaikan

    Dokter Harvard Ungkap 5 Pertanda Masalah Jantung yang Kerap Diabaikan

    Jakarta

    Penyakit jantung sering kali ditandai dengan nyeri di dada. Padahal, itu belum tentu menjadi tanda adanya masalah pada jantung.

    “Gejala apapun yang tampaknya dipicu oleh aktivitas fisik dan berkurang dengan istirahat bisa jadi terkait dengan jantung. Terutama pada orang dengan faktor risiko yang mendasari, seperti kolesterol tinggi, tekanan darah tinggi, diabetes, gaya hidup yang kurang gerak, obesitas, dan riwayat penyakit jantung yang kuat dalam keluarga,” terang seorang ahli jantung di Rumah Sakit Umum Massachusetts yang berafiliasi dengan Harvard, Dr Randall Zusman.

    “Gejala lain selain nyeri dada bisa menjadi petunjuk adanya masalah jantung,” lanjutnya yang dikutip dari Health Harvard.

    Berikut beberapa gejala yang bisa muncul tanpa alasan yang jelas dan bisa menjadi tanda penyakit jantung:

    1. Kelelahan

    Kelelahan dapat disebabkan oleh banyak sebab, termasuk penyakit dan obat-obatan. Tetapi, kelelahan yang terus-menerus dan baru terjadi terkadang juga dapat menandakan gagal jantung, yakni kondisi saat jantung gagal memompa dengan baik.

    Bisa juga menjadi tanda dari penyakit arteri koroner. Meski kurang umum, Dr Zusman menyebutkan adanya kemungkinan itu.

    2. Nyeri atau Sakit yang Tidak Dapat Dijelaskan

    Penyumbatan suplai darah ke otot jantung yang terjadi akibat penyakit arteri koroner menyebabkan jantung seperti kesakitan saat diminta bekerja lebih keras. Tetapi, rasa sakit itu tidak terlalu terasa di dada, terkadang muncul di bahu, lengan, punggung, rahang, atau perut.

    Terutama rasa nyeri di lokasi-lokasi tersebut muncul saat berolahraga dan hilang saat istirahat. Rasa nyeri tersebut bisa menjadi tanda penyakit jantung.

    3. Sesak Napas

    Sesak napas bukan hanya menjadi tanda seseorang terlalu gemuk atau kurang bugar. Jika kondisi ini muncul tanpa bisa dijelaskan penyebabnya saat beraktivitas ringan, bisa jadi indikasi adanya masalah jantung.

    “Jika Anda naik lima anak tangga, saya perkirakan Anda akan sesak napas. Tetapi, jika Anda naik 10 anak tangga dan tetap sesak napas, itu mungkin mengindikasikan adanya masalah jantung,” jelas Dr Zusman.

    4. Kaki atau Pergelangan Kaki Bengkak

    Pembengkakan pada kaki, pergelangan kaki, atau telapak kaki bisa menjadi tanda gagal jantung. Terutama pada pembengkakan yang meninggalkan lekukan jika ditekan dengan jari.

    Pembengkakan ini juga bisa disebabkan oleh penyakit ginjal atau hati, insufisiensi vena (pembuluh darah vena kaki yang lemah), atau efek samping obat-obatan tertentu seperti nifedipin dan amlodipin.

    5. Palpitasi Jantung

    Istilah ‘palpitasi’ berarti detak jantung yang terasa tidak teratur atau cepat. Kebanyakan palpitasi tidak berbahaya, biasanya disebabkan oleh kecemasan, asupan kafein, atau dehidrasi.

    Namun, terkadang palpitasi mengindikasikan masalah jantung. Penting untuk memperhatikan bagaimana palpitasi jantung itu terasa, seberapa sering terjadi, dan kapan kondisi itu muncul.

    Misalnya, saat beristirahat seperti menonton televisi, dan jantung tiba-tiba berdetak tidak teratur. Segera periksakan ke dokter.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video KuTips: Sinyal Tubuh Kelelahan Pas Lari, Segera Lakukan Ini detikers!”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Alasan Kebiasaan Konsumsi Ini Bisa Percepat Penuaan Otak hingga 1,6 Tahun

    Alasan Kebiasaan Konsumsi Ini Bisa Percepat Penuaan Otak hingga 1,6 Tahun

    Jakarta

    Pemanis buatan yang terdapat dalam yoghurt dan minuman bersoda dapat merusak kemampuan berpikir dan mengingat, serta tampaknya menyebabkan kerusakan jangka panjang bagi kesehatan, demikian temuan riset baru.

    Orang yang mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah terbesar seperti aspartam dan sakarin mengalami penurunan daya kognitif 62 persen lebih cepat, setara dengan bertambahnya usia 1,6 tahun, kata para peneliti.

    “Temuan kami menunjukkan kemungkinan kerusakan jangka panjang akibat konsumsi pemanis rendah dan tanpa kalori, buatan dan gula alkohol, terhadap fungsi kognitif,” demikian laporan riset, dikutip dari The Guardian.

    Ini merupakan laporan terbaru yang memperingatkan bahaya ditimbulkan pemanis buatan. Studi sebelumnya menunjukkan risiko lain yang juga bisa terjadi adalah diabetes tipe 2, kanker, masalah jantung, depresi dan demensia, serta merusak dinding usus.

    “Kaitan pemanis dengan penurunan kognitif sangat mengkhawatirkan sehingga konsumen sebaiknya menggunakan tagatose, pemanis alami, atau alternatif seperti madu atau sirup maple,” saran para peneliti.

    Inikah Pemicunya?

    Mereka mengamati dampak tujuh pemanis terhadap kesehatan partisipan studi, 12.772 pegawai negeri sipil di Brasil, dengan usia rata-rata 52 tahun yang dipantau selama delapan tahun. Partisipan mengisi kuesioner yang merinci asupan makanan dan minuman mereka selama setahun terakhir, dan kemudian menjalani tes keterampilan kognitif seperti kelancaran verbal dan ingatan kata.

    Namun, tren ini hanya diamati pada peserta di bawah usia 60 tahun. Hal ini menunjukkan orang dewasa paruh baya perlu didorong untuk mengurangi penggunaan pemanis, tambah mereka.

    Pemanis yang diteliti juga ditemukan dalam air beraroma, makanan penutup rendah kalori, dan minuman energi.

    “Pemanis rendah dan tanpa kalori sering dianggap sebagai alternatif gula yang sehat. Namun, temuan kami menunjukkan pemanis tertentu dapat memiliki efek negatif pada kesehatan otak seiring waktu,” kata Claudia Kimie Suemoto, dari Universitas São Paulo di Brasil, penulis utama studi tersebut.

    Studi di jurnal Neurology menemukan pemanis buatan dipakai sebagai pengganti gula yang sehat bisa berakhir keliru karena penggunaannya sangat luas.

    Kaitan dengan penurunan fungsi kognitif, terutama memori kerja kemampuan mengingat informasi untuk berpikir, menyelesaikan masalah, dan kelancaran verbal.

    Meski begitu, badan-badan industri makanan dan minuman meragukan temuan tersebut.

    “Berdasarkan pengakuan penulis sendiri, studi ini tidak dapat membuktikan penyebabnya,” kata Gavin Partington, Direktur Jenderal Asosiasi Minuman Ringan Inggris.

    Asosiasi Pemanis Internasional atau International Sweetener Association (ISA) menyatakan bahwa terdapat konsensus ilmiah yang telah mapan menyatakan pemanis buatan aman.

    “Penelitian ini merupakan studi observasional, yang hanya dapat menunjukkan hubungan statistik, bukan hubungan sebab-akibat langsung,” kata ISA dalam sebuah pernyataan.

    “Hubungan yang dilaporkan antara konsumsi pemanis dan penurunan kognitif tidak membuktikan bahwa yang satu menyebabkan yang lain.”

    (naf/kna)

  • Riset Baru Temukan Kebiasaan yang Bikin Otak Cepat ‘Menua’

    Riset Baru Temukan Kebiasaan yang Bikin Otak Cepat ‘Menua’

    Jakarta

    Orang yang mengonsumsi pemanis buatan tertentu dalam jumlah tinggi, setara dengan satu soda diet sehari, berisiko mengalami gangguan kognitif. Terganggunya kemampuan mengingat kata-kata dibandingkan orang yang mengonsumsi dengan jumlah terendah, menurut sebuah studi baru.

    “Orang yang mengonsumsi pemanis rendah atau tanpa kalori terbanyak menunjukkan penurunan kognitif global 62 persen lebih cepat dibandingkan mereka yang mengonsumsi dalam jumlah terendah, setara dengan 1,6 tahun penuaan otak,” kata penulis utama studi, Dr Claudia Kimie Suemoto, seorang profesor madya geriatri dan direktur Biobank untuk Studi Penuaan di Fakultas Kedokteran Universitas São Paulo di Brasil.

    Orang-orang di tingkat tertinggi mengonsumsi rata-rata 191 miligram, atau sekitar 1 sendok teh, pemanis buatan setiap hari. Sebagai perbandingan, satu kaleng soda diet yang dimaniskan dengan aspartam mengandung sekitar 200 hingga 300 miligram, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    Kelompok menengah mengonsumsi rata-rata 66 miligram pemanis buatan per hari, dengan konsumsi terendah hanya 20 miligram per hari, menurut Suemoto.

    “Peserta di kelompok menengah mengalami tingkat penurunan kognitif global 35 persen lebih cepat yaitu sekitar 1,3 tahun penuaan dibandingkan orang yang mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah paling sedikit,” ujarnya.

    “Saat ini, penelitian ini hanya bersifat observasional, saya tidak bisa mengatakan bahwa pemanis buatan menyebabkan penurunan kognitif. Namun, kita tahu bahwa pemanis ini berkaitan dengan perkembangan kognitif lebih buruk.”

    Pemanis non-nutrisi sering digunakan dalam makanan ultraproses rendah gula dan produk khusus yang dibuat untuk pengidap diabetes, menurut penelitian yang diterbitkan Rabu di Neurology, jurnal medis dari American Academy of Neurology.

    “Asumsi luas bahwa LNCS (pemanis rendah dan tanpa kalori) merupakan pengganti gula yang aman mungkin keliru, terutama mengingat keberadaannya yang luas dalam produk-produk yang dipasarkan sebagai alternatif lebih sehat,” kata dr Thomas Holland, dalam editorial yang diterbitkan bersamaan dengan studi tersebut.

    “Mekanisme biologis yang mendasari temuan ini memiliki relevansi khusus bagi ahli saraf dan tenaga kesehatan profesional yang menangani pasien dengan penyakit serebrovaskular dan gangguan kognitif,” kata Holland, seorang instruktur di departemen penyakit dalam, divisi penyakit pencernaan dan nutrisi di Institut Penuaan Sehat Universitas Rush di Chicago.

    Asosiasi Pemanis Internasional atau International Sweetener Association (ISA) yang mewakili industri tersebut, mengatakan bahwa pemanis menyediakan cara aman dan efektif untuk mengurangi asupan gula dan kalori, sebuah tujuan kesehatan masyarakat utama untuk mengelola kondisi seperti obesitas dan diabetes tipe 2.

    “Meskipun studi ini telah menarik perhatian media, penting untuk menempatkan hasilnya dalam konsensus ilmiah yang lebih luas dan mapan tentang keamanan pemanis,” kata ISA.

    “Keamanan pemanis rendah/tanpa kalori telah dikonfirmasi secara konsisten oleh otoritas kesehatan global terkemuka.”

    Para peneliti menganalisis pola makan dan kemampuan kognitif hampir 13.000 warga Brasil berusia antara 35 dan 75 tahun yang berpartisipasi dalam Studi Longitudinal Kesehatan Dewasa Brasil.

    Informasi pola makan dikumpulkan pada awal penelitian, atau baseline, dan serangkaian tes kognitif dilakukan tiga kali selama rata-rata delapan tahun. Tes tersebut mengukur kelancaran verbal, memori kerja, ingatan kata, dan kecepatan pemrosesan.

    Memori kerja adalah kemampuan untuk menyimpan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas mental yang kompleks seperti belajar, bernalar, dan memecahkan masalah.

    Kemampuan ini sering diukur dengan meminta orang untuk mengingat kata atau angka tertentu dalam suatu rangkaian. Kefasihan verbal adalah kemampuan untuk secara cepat dan spontan menghasilkan kata-kata yang tepat saat berbicara. Kemampuan ini sering diukur dengan meminta orang untuk menyebutkan sebanyak mungkin kata yang dimulai dengan huruf tertentu.

    Jika seseorang mengidap diabetes, penurunan daya ingat dan kognisi global bahkan lebih terasa, kata Suemoto, kemungkinan karena paparan mereka secara keseluruhan mungkin lebih tinggi daripada orang tanpa kondisi tersebut.

    “Selain itu, diabetes sendiri sudah merupakan faktor risiko yang kuat untuk penurunan kognitif yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer dan demensia vaskular, yang mungkin membuat otak lebih rentan terhadap paparan berbahaya,” tambahnya.

    “Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi temuan kami dan untuk menyelidiki apakah alternatif gula rafinasi lainnya, seperti saus apel, madu, sirup maple, atau gula kelapa, dapat menjadi alternatif yang efektif.”

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “WHO Ingatkan Efek Konsumsi Pemanis Buatan”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)