Topik: diabetes

  • Makanan Organik dan Peran Influencer, Tren Gaya Hidup Sehat Anak Muda
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        12 September 2025

    Makanan Organik dan Peran Influencer, Tren Gaya Hidup Sehat Anak Muda Regional 12 September 2025

    Makanan Organik dan Peran Influencer, Tren Gaya Hidup Sehat Anak Muda
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS. com – 
    Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, sebuah kesadaran baru tengah bersemi di kalangan anak muda.
    Makanan organik, lari pagi, dan sesi di pusat kebugaran (gym) kini menjadi bagian dari gaya hidup sehat yang digandrungi, meski tak jarang harus merogoh kocek lebih dalam dan menjadwalkan kegiatan dengan disiplin.
    Fenomena ini didorong oleh berbagai alasan: mulai dari kekhawatiran akan penyakit turunan, keinginan menjaga kebugaran, hingga sekadar mencoba resep sehat yang viral di beranda media sosial.
    Malika Ainda (23), seorang desainer grafis lepas di Semarang, adalah salah satu yang telah berjibaku dengan pola hidup sehat sejak ia memulai kuliah pada 2021.
    Baginya, ini bukan sekadar tren, melainkan sebuah investasi kesehatan jangka panjang.
    Ia mengaku khawatir melihat kasus penyakit serius seperti stroke atau kanker yang kini mulai menjangkit usia muda akibat kebiasaan buruk sehari-hari.
    “Aku masih punya kakek yang memiliki diabetes keturunan, karena kemungkinan diturunkan juga besar. Maka sebaiknya pun saya memulai gaya hidup ini sebagai pencegahan,” ucap Malika kepada Kompas.com pada Selasa (26/8/2025).
    Malika juga jujur mengakui, pada awalnya ia sempat merasa tidak percaya diri karena berat badan yang dianggap tidak ideal. Namun, seiring berjalannya waktu, kesadarannya bergeser dari sekadar penampilan fisik menjadi kesehatan holistik.
    “Dulu juga awalnya aku berpikir, olahraga dan melakukan gaya hidup sehat agar mempunyai tubuh ideal, tapi sekarang lebih ke kebugaran tubuh dan massa otot. Selain itu karena saya juga bekerja sebagai desainner grafis yang mengharuskan saya duduk berjam-jam maka menjaga pola hidup sehat juga diperlukan,” imbuhnya.
    Rahasia yang ia bagikan pun terdengar sederhana: mengurangi makanan manis dan memperbanyak jalan kaki.
    “Mulai tahun 2022 aku tuh dulu tuh makan sehari itu tiga kali sekarang makan dua kali sehari dan kadang secara berkala menggunakan nasi putih dan nasi merah. Dan ditambah mengkonsumsi buah-buahan,” jelasnya.
    Secara konsisten, ia menargetkan enam ribu langkah per hari, terutama pada akhir pekan.
    Mereka memotivasi jutaan anak muda untuk berolahraga, memilih makanan sehat, dan menjaga kesehatan mental.
    Peluang ini juga dilihat oleh Setyo Budi (53), pemilik Tanasurga, sebuah resto dan kafe organik di Salatiga. Ia mengakui media sosial, khususnya Instagram, menjadi jembatan utama untuk berinteraksi dengan pelanggan.
    “Kita awal-awal Tanasurga juga menggunakan influencer dan content creator yang khusus untuk masalah makanan, di Salatiga juga ada. Awal-awalnya kita menggunakan itu. Awalnya memang efeknya bagus ya,” ujar Budi.
    Restoran ini ia dirikan pada 2020, sebuah keputusan yang lahir dari perjalanan spiritual dan fisiknya setelah berhasil sembuh dari kanker kelenjar getah bening.
    “Tanasurga ini konsepnya dari kebun ke meja makan. Artinya, pengunjung bisa milih sayuran yang pada saat itu sudah siap panen untuk dimasak sesuai dengan selera mereka,” ujarnya.
    Budi menambahkan bahwa gaya hidup sehat sebenarnya lebih dari tren, bagi dia melakukan gaya hidup sehat adalah keberanian.
    “Pasar kami, adalah orang-orang yang mau mencoba. Tidak membatasi diri karena adanya mitos-mitos yang diciptakan kalau organik nggak enak, kalau organik nggak nendang,” imbuhnya.
    Meski Tanasurga Resto menggunakan konsep organik namun menariknya pengunjung bukan cuma dari Salatiga saja, namun juga dari Solo, Semarang, dan ada beberapa dari Jakarta.
    “Jadi dominan
    customer
    kami adalah keluarga daripada anak muda. Tetapi jika ada anak muda mengajak orang tuanya untuk datang ke sini artinya mengenalkan makanan minuman yang bersifat organik atau orang tua yang sudah aware dengan masalah kesehatan dan mereka ingin memperbaiki pola makan mereka sehingga mereka mengajak anaknya datang ke sini,” ungkapnya.
    Kristri Priyantara (38), seorang akademisi dan dosen Komunikasi di UIN Salatiga, melihat fenomena ini dengan kacamata kritis.
    Menurutnya, tren gaya hidup sehat anak muda merupakan fenomena yang menarik.
    Dia melihat, peran influencer kesehatan atau fitfluencer memang sangat krusial dalam membentuk tren di kalangan generasi muda.
    “Influencer kesehatan dan kebugaran, atau tadi disebut fit-fluencer ini memang akhirnya memegang peranan cukup krusial dalam membentuk tren ini, generasi gen Z memang haus mengkonsumsi informasi yang otentik, jujur, dan transparan,” jelasnya.
    Anak muda lebih antusias terhadap konten-konten kesehatan seperti tantangan, adanya kegagalan dalam perjalanan dalam proses menjaga gaya hidup sehat.
    Namun, Kristri mengingatkan bahwa tren ini adalah pedang bermata dua. Di satu sisi, ia mendorong gaya hidup yang lebih baik. Di sisi lain, ia bisa menciptakan tekanan psikologis baru.
    “Tren gaya hidup sehat anak muda itu bersifat holistik. Tetapi juga pedang bermata dua karena ini juga punya efek negatif. Efek negatifnya, kadang kala mereka juga menjadi menggambarkan tubuh yang ideal itu kayak apa sih, gitu, ya. Kemudian dia menggambarkan oh, sehat itu harus kayak apa sih, gitu sampai enggak makan dan lain sebagainya,” tutupnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Banyak Gen Z Nggak Sadar ‘Diam-diam’ Idap Diabetes, Waspadai Gejala Awalnya

    Banyak Gen Z Nggak Sadar ‘Diam-diam’ Idap Diabetes, Waspadai Gejala Awalnya

    Jakarta

    Riset baru di jurnal The Lancet Diabetes & Endocrinology menunjukkan banyak gen Z tidak menyadari dirinya terkena diabetes. Dialami sekitar 44 persen orang berusia 15 tahun ke atas.

    Studi yang dirilis Senin (7/9/2025) mengkaji data dari 204 negara dan wilayah periode 2000 hingga 2023, dalam sebuah tinjauan sistematis terhadap literatur dan survei yang dipublikasikan.

    “Mayoritas pengidap diabetes yang kami laporkan dalam studi ini mengalami diabetes tipe 2,” kata Lauryn Stafford, penulis utama studi tersebut, dikutip dari CNN.

    Sekitar 1 dari 9 orang dewasa di seluruh dunia hidup dengan diabetes, menurut International Diabetes Foundation. Di Amerika Serikat, 11,6 persen orang Amerika mengidap diabetes, menurut data 2021 dari American Diabetes Association.

    “Kami menemukan bahwa 56 persen pengidap diabetes menyadari mereka mengidap kondisi tersebut, sementara sisanya tidak sama sekali,” kata Stafford, seorang peneliti di Institute for Health Metrics and Evaluation.

    “Secara global, terdapat banyak variasi geografis, dan juga berdasarkan usia. Jadi, secara umum, negara-negara berpenghasilan tinggi lebih baik dalam mendiagnosis pengidap diabetes dibandingkan negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.”

    Gen Z Paling Banyak

    Lebih banyak orang yang berusia di bawah 35 tahun tidak menyadari kondisi diabetesnya, dibandingkan usia paruh baya atau lansia. Hal ini dikarenakan minimnya skrining pada kelompok usia muda.

    “Hanya 20 persen kelompok dewasa muda yang mengetahui dirinya mengidap diabetes,” kata Stafford.

    Alasan lainnya adalah skrining rutin tidak dipromosikan semaksimal untuk dewasa muda dibandingkan untuk dewasa lebih tua. Banyak organisasi lebih besar, seperti American Diabetes Association, menyarankan skrining rutin tahunan untuk orang dewasa berusia 35 tahun ke atas.

    “Anda dapat bertahan hidup dengan kadar glukosa tinggi selama bertahun-tahun, sampai tiba-tiba mengalami komplikasi,” kata Stafford.

    Dampak kesehatannya dapat bervariasi, tergantung pada berapa lama seseorang mengidap diabetes sebelum terdeteksi.

    “Mendiagnosis diabetes sejak dini penting karena memungkinkan penanganan yang tepat waktu untuk mencegah atau menunda komplikasi jangka panjang seperti penyakit jantung, gagal ginjal, kerusakan saraf, dan kehilangan penglihatan,” kata Dr. Rita Kalyani, kepala ilmiah dan medis di American Diabetes Association.

    Sekitar sepertiga orang dewasa didiagnosis diabetes lebih lambat daripada gejala awal mereka, menurut sebuah studi pada 2018.

    Apa Gejala yang Perlu Diwaspadai?

    “Gejala diabetes meliputi peningkatan rasa haus atau lapar, sering buang air kecil, penglihatan kabur, penurunan berat badan yang tidak terduga, dan kelelahan. Namun, pada tahap awal, kebanyakan pengidap diabetes tidak menunjukkan gejala, yang menyoroti pentingnya skrining dan diagnosis,” kata Kalyani, seorang profesor kedokteran di divisi endokrinologi, diabetes, dan metabolisme di Universitas Johns Hopkins.

    Jika mengalami salah satu gejala ini atau memiliki riwayat diabetes dalam keluarga, para ahli menyarankan untuk menjalani skrining glukosa.

    Secara global, pada 2023, sekitar 40 persen pengidap diabetes yang diobati lebih awal mendapatkan hasil optimal untuk menurunkan gula darah mereka, kata Stafford. Itulah mengapa penting bahwa upaya di masa depan difokuskan untuk memastikan lebih banyak orang menerima dan mengikuti pengobatan yang tepat pascadiagnosis.

    Hanya 4 dari 10 pasien yang mendapatkan hasil optimal merupakan hal yang mengejutkan, mengingat beberapa pengobatan yang sudah mapan, termasuk insulin, Metformin, dan obat-obatan lain seperti GLP-1, sudah tersedia.

    Pengidap diabetes kemungkinan juga memiliki masalah kesehatan lain, seperti hipertensi atau penyakit ginjal kronis, yang dapat membuat pengobatan menjadi rumit, tambah Stafford.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Awas! Ini Gejala Anak Kena Diabetes”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/kna)

  • 1 dari 10 Anak Idap Obesitas, UNICEF: Ultra Processed Food Lebih Murah dari Buah-Sayur

    1 dari 10 Anak Idap Obesitas, UNICEF: Ultra Processed Food Lebih Murah dari Buah-Sayur

    Jakarta

    Obesitas melampaui kekurangan berat badan sebagai bentuk malnutrisi yang paling umum tahun ini, mempengaruhi 1 dari 10 – atau 188 juta anak usia sekolah dan remaja, menempatkan mereka pada risiko penyakit yang mengancam jiwa.

    UNICEF secara gamblang menggambarkan penyebab utamanya bukan keputusan keluarga yang buruk soal gizi, melainkan praktik bisnis tidak etis yang dirancang untuk menghasilkan keuntungan.

    “Anak-anak dibombardir oleh … pemasaran makanan cepat saji yang tidak sehat terutama di sekolah di mana mereka terpapar minuman manis dan camilan asin,” ujar Katherine Shats, pakar hukum UNICEF di bidang gizi, kepada kantor berita AFP.

    Produk-produk tersebut seringkali lebih murah daripada makanan segar seperti buah-buahan, sayur-sayuran, dan protein, yang secara bertahap tergantikan dalam pola makan keluarga.

    UNICEF menekankan bahwa kesalahannya bukan terletak pada anak-anak maupun keluarga mereka, melainkan pada “kegagalan masyarakat dalam melindungi lingkungan tempat anak-anak tumbuh”.

    “Makanan ultra-proses semakin menggantikan buah-buahan, sayur-sayuran, dan protein pada saat nutrisi memainkan peran penting dalam pertumbuhan, perkembangan kognitif, dan kesehatan mental anak-anak,” sebut UNICEF Executive Director Catherine Russell.

    Anak-anak dianggap kelebihan berat badan ketika berat badan mereka jauh melebihi berat badan sehat untuk usia, jenis kelamin, dan tinggi badan mereka. Obesitas adalah bentuk kelebihan berat badan yang parah dan menyebabkan risiko lebih tinggi terkena resistensi insulin dan tekanan darah tinggi, serta penyakit yang mengancam jiwa di kemudian hari, termasuk diabetes tipe-2, penyakit kardiovaskular, dan kanker tertentu.

    Laporan terbaru UNICEF memperingatkan bahwa ultra processed food dan cepat saji, tinggi gula, pati olahan, garam, lemak tidak sehat, dan zat aditif, membentuk pola makan anak-anak melalui lingkungan makanan yang tidak sehat, alih-alih pilihan pribadi. Produk-produk ini mendominasi toko dan sekolah, sementara pemasaran digital memberi industri makanan dan minuman akses yang kuat kepada audiens muda.

    “Makanan bergizi dan terjangkau harus tersedia bagi setiap anak untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka. Kita sangat membutuhkan kebijakan yang mendukung orang tua dan pengasuh untuk mengakses makanan bergizi dan sehat bagi anak-anak mereka,” tandas Russell.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • ​Cara Skrining Kesehatan di Aplikasi Mobile JKN, Yuk Coba Sekarang!

    ​Cara Skrining Kesehatan di Aplikasi Mobile JKN, Yuk Coba Sekarang!

    Jakarta: Skrining riwayat kesehatan menjadi salah satu langkah penting yang bisa dilakukan oleh peserta BPJS Kesehatan melalui aplikasi Mobile JKN tanpa harus datang ke fasilitas kesehatan.

    Dikutip dari Instagram BPJS Kesehatan (@bpjskesehatan_ri), mulai 1 September 2025, peserta BPJS Kesehatan yang memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama berupa klinik, praktik dokter, atau dokter gigi perorangan, wajib melakukan skrining terlebih dahulu sebelum bisa mengakses layanan kesehatan.

    Kemudian, mulai 1 Oktober 2025, peserta yang memilih puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama juga diwajibkan melakukan skrining sebelum mendapatkan layanan.

    Namun, untuk peserta BPJS Kesehatan yang belum atau tidak mengakses layanan kesehatan di faskes, skrining tetap bisa dilakukan kapan saja melalui aplikasi Mobile JKN.

    Kenapa Skrining Kesehatan di Aplikasi JKN Penting?

    Banyak penyakit serius seperti diabetes, hipertensi, atau gangguan jantung bisa dicegah lebih dini jika kondisi tubuh rutin diperiksa. Sayangnya, masih banyak orang baru sadar setelah sakitnya sudah berat.

    Skrining riwayat kesehatan bermanfaat karena:

    Membantu tenaga medis memahami kondisi kita secara menyeluruh.
    Memungkinkan deteksi dini agar penanganan lebih cepat dan tepat.
    Praktis, cukup dilakukan lewat HP melalui Aplikasi Mobile JKN.

    Dengan kata lain, skrining adalah langkah kecil yang bisa memberi dampak besar untuk kesehatan jangka panjang.
     

     

    Cara Melakukan Skrining di Aplikasi JKN
    Tenang, caranya mudah dan bisa dilakukan kapan saja:

    Buka aplikasi Mobile JKN (pastikan sudah versi terbaru).
    Login dengan akun peserta.
    Pilih menu “Skrining Riwayat Kesehatan”.
    Jawab pertanyaan sesuai kondisi tubuh.
    Simpan hasil skrining.

    Data yang dimasukkan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk membantu tenaga medis memberikan layanan yang sesuai.

    Selain melalui aplikasi JKN, skrining kesehatan juga bisa dilakukan melalui Website BPJS Kesehatan atau di fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat kamu berobat.

    (Sheva Asyraful Fali)

    Jakarta: Skrining riwayat kesehatan menjadi salah satu langkah penting yang bisa dilakukan oleh peserta BPJS Kesehatan melalui aplikasi Mobile JKN tanpa harus datang ke fasilitas kesehatan.
     
    Dikutip dari Instagram BPJS Kesehatan (@bpjskesehatan_ri), mulai 1 September 2025, peserta BPJS Kesehatan yang memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama berupa klinik, praktik dokter, atau dokter gigi perorangan, wajib melakukan skrining terlebih dahulu sebelum bisa mengakses layanan kesehatan.
     
    Kemudian, mulai 1 Oktober 2025, peserta yang memilih puskesmas sebagai fasilitas kesehatan tingkat pertama juga diwajibkan melakukan skrining sebelum mendapatkan layanan.

    Namun, untuk peserta BPJS Kesehatan yang belum atau tidak mengakses layanan kesehatan di faskes, skrining tetap bisa dilakukan kapan saja melalui aplikasi Mobile JKN.

    Kenapa Skrining Kesehatan di Aplikasi JKN Penting?

    Banyak penyakit serius seperti diabetes, hipertensi, atau gangguan jantung bisa dicegah lebih dini jika kondisi tubuh rutin diperiksa. Sayangnya, masih banyak orang baru sadar setelah sakitnya sudah berat.
     
    Skrining riwayat kesehatan bermanfaat karena:

    Membantu tenaga medis memahami kondisi kita secara menyeluruh.
    Memungkinkan deteksi dini agar penanganan lebih cepat dan tepat.
    Praktis, cukup dilakukan lewat HP melalui Aplikasi Mobile JKN.

    Dengan kata lain, skrining adalah langkah kecil yang bisa memberi dampak besar untuk kesehatan jangka panjang.
     

     

    Cara Melakukan Skrining di Aplikasi JKN
    Tenang, caranya mudah dan bisa dilakukan kapan saja:

    Buka aplikasi Mobile JKN (pastikan sudah versi terbaru).
    Login dengan akun peserta.
    Pilih menu “Skrining Riwayat Kesehatan”.
    Jawab pertanyaan sesuai kondisi tubuh.
    Simpan hasil skrining.

    Data yang dimasukkan akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk membantu tenaga medis memberikan layanan yang sesuai.
     
    Selain melalui aplikasi JKN, skrining kesehatan juga bisa dilakukan melalui Website BPJS Kesehatan atau di fasilitas kesehatan tingkat pertama tempat kamu berobat.
     
    (Sheva Asyraful Fali)

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News

    (RUL)

  • Benarkah Kumis Kucing Bisa Atasi Diabetes? Ini Penjelasan Pakar Herbal

    Benarkah Kumis Kucing Bisa Atasi Diabetes? Ini Penjelasan Pakar Herbal

    Jakarta

    Tanaman kumis kucing telah lama digunakan sebagai obat herbal untuk membantu mengatasi berbagai masalah kesehatan. Ketua Umum Perkumpulan Dokter Pengembang Obat Tradisional dan Jamu Indonesia (PDPOTJI), dr Inggrid Tania, MSi, menjelaskan tanaman kumis kucing memiliki nama latin Orthosiphon stamineus atau Orthosiphon aristatus.

    Tanaman ini dinamakan kumis kucing karena bentuk morfologinya menyerupai kumis hewan kucing, meski sebenarnya tidak ada kaitannya langsung dengan hewan tersebut.

    Benarkah Kumis Kucing Bisa Mengatasi Diabetes?

    Menurut dr Inggrid, pemanfaatan kumis kucing yang paling populer adalah sebagai diuretik, yakni membantu melancarkan buang air kecil, sekaligus membantu meluruhkan batu ginjal. Selain itu, kumis kucing juga sering digunakan untuk membantu menangani hipertensi atau darah tinggi dan diabetes.

    “Kalau pemakaian untuk diabetes memang pemakaiannya selama ini seringnya secara tradisional. Misalnya 80 gram kumis kucing segar, itu kira-kira satu genggam kumis kucing segar,” katanya saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.

    Untuk penggunaan tradisional pada pengidap diabetes, biasanya digunakan sekitar 80 gram kumis kucing segar (setara satu genggam). Bagian tanaman yang digunakan adalah seluruh herba, yaitu bagian yang tumbuh di atas tanah, bisa berupa daun, bunga, maupun tangkai.

    Cara Pengolahan Kumis Kucing

    Cara pengolahannya adalah dengan merebus lima gelas air hingga mendidih, lalu masukkan kumis kucing segar tadi. Rebus selama 15-20 menit hingga air tersisa sekitar tiga gelas.

    Air rebusan ini kemudian diminum tiga kali sehari sebelum makan, masing-masing satu gelas pagi, siang, dan malam.

    “Bisa juga pakai kumis kucing yang sudah dikeringkan. Namanya Simplicia kumis kucing kering. Dosisnya itu antara 6 sampai 12 gram sehari,” lanjutnya.

    Proses perebusannya sama, yakni menggunakan lima gelas air yang direbus hingga mendidih, lalu dimasukkan kumis kucing kering dan direbus kembali 15-20 menit hingga tersisa tiga gelas, yang juga diminum tiga kali sehari sebelum makan.

    Kumis Kucing Bukan Berarti Menyembuhkan

    dr Inggrid menekankan, konsumsi kumis kucing bukan berarti menyembuhkan diabetes sepenuhnya, karena pada dasarnya diabetes tidak bisa sembuh total. Namun, ramuan ini bisa membantu mengontrol kadar gula darah, mencegah lonjakan tinggi, dan memperlambat munculnya komplikasi.

    “Dalam arti mengatasi itu bukan menyembuhkan diabetes secara total,” tuturnya.

    Kumis kucing, lanjutnya, juga dapat dikonsumsi oleh pengidap prediabetes. Meski demikian, dr Inggrid mewanti-wanti bagi pengidap diabetes yang sudah berat atau kadar gula darahnya sangat tinggi, tak bisa mengonsumsi kumis kucing saja, harus perlu obat konvensional.

    “Yang utama kumis kucing ini hanya sebagai tambahan saja. Tambahan dalam arti komplementer. Untuk menguatkan lagi efek pengontrolan terhadap diabetesnya,” lanjutnya.

    “Jadi seringkali harus dipantau sekali. Karena misalnya ketika dikombinasi dengan insulin atau dikombinasi dengan obat anti diabetes yang lain. Itu betul-betul harus dipantau,” ucapnya.

    Pasien diabetes yang sudah mengalami komplikasi ginjal juga harus berhati-hati, terutama mereka yang sudah memasuki stadium penyakit ginjal kronis atau bahkan menjalani cuci darah. dr Inggrid mengatakan tidak semua pengidap ginjal dapat mentoleransi kumis kucing, karena beban metabolisme dan ekskresi zat dari ramuan ini akan diproses oleh ginjal, yang bisa memperparah kerusakan.

    “Apalagi kalau yang sudah cuci darah itu juga harus hati-hati banget,” lanjutnya.

    Selain diminum tunggal, kumis kucing juga bisa dikombinasikan dengan tanaman obat lain yang bermanfaat untuk diabetes, seperti sambiloto, daun salam, kayu manis, brotowali, daun bungur, maupun daun insulin. Namun, menurut dr. Inggrid, sebaiknya dicoba dulu kumis kucing sebagai ramuan utama. Jika hasilnya dirasa kurang memadai, barulah bisa dipadukan dengan herbal lain yang sesuai.

    (suc/suc)

  • Alarm Bahaya UNICEF, Makin Banyak Anak-Remaja Obesitas! Ini Dampaknya

    Alarm Bahaya UNICEF, Makin Banyak Anak-Remaja Obesitas! Ini Dampaknya

    Jakarta

    Data terbaru UNICEF melaporkan kasus obesitas telah melampaui kekurangan gizi dan menjadi bentuk malnutrisi utama di kalangan anak dan remaja. Setidaknya 1 dari 10 anak berusia 10-15 tahun hidup dengan obesitas pada saat ini.

    “Makanan ultra-olahan semakin menggantikan buah-buahan, sayur-sayuran, dan protein pada saat nutrisi memainkan peran penting dalam pertumbuhan, perkembangan kognitif, dan kesehatan mental anak-anak.” Kata Direktur UNICEF, Catherine Russell.

    Laporan berjudul Feeding Profit: How Food Environments are Failing Children oleh UNICEF menggunakan data dari lebih dari 190 negara dan menemukan bahwa prevalensi kekurangan berat badan di kalangan anak-anak berusia 5-19 tahun telah menurun sejak tahun 2000, dari hampir 13 persen menjadi 9,2 persen, sementara tingkat obesitas telah meningkat dari 3 persen menjadi 9,4 persen.

    Obesitas kini melampaui kekurangan berat badan di seluruh wilayah dunia, kecuali Afrika sub-Sahara dan Asia Selatan.

    Angka ini, yang semuanya telah berlipat ganda sejak tahun 2000, sebagian besar didorong oleh peralihan dari pola makan tradisional ke makanan impor yang murah, padat energi, dan berkalori tinggi.

    Sementara itu, banyak negara berpenghasilan tinggi masih memiliki tingkat obesitas yang tinggi, misalnya 27 persen anak usia 5 hingga 19 tahun di Chili mengalami obesitas, 21 persen di Amerika Serikat, dan 21 persen di Uni Emirat Arab.

    Bahaya obesitas pada anak

    Meskipun kekurangan gizi seperti wasting dan stunting masih menjadi masalah yang signifikan di kalangan anak balita di sebagian besar negara berpenghasilan rendah dan menengah, prevalensi kelebihan berat badan dan obesitas meningkat di kalangan anak usia sekolah dan remaja.

    Menurut data terbaru yang tersedia, 1 dari 5 anak dan remaja berusia 5-19 tahun di seluruh dunia atau 391 juta mengalami kelebihan berat badan, dengan sebagian besar dari mereka kini diklasifikasikan sebagai pengidap obesitas.

    Anak-anak dianggap kelebihan berat badan ketika berat badan mereka secara signifikan melebihi berat badan sehat untuk usia, jenis kelamin, dan tinggi badan mereka.

    Obesitas adalah bentuk kelebihan berat badan yang parah dan menyebabkan risiko lebih tinggi terkena resistensi insulin dan tekanan darah tinggi, serta penyakit yang mengancam jiwa di kemudian hari, termasuk diabetes tipe-2, penyakit kardiovaskular, dan kanker tertentu.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Pahit Tapi Sehat,  Ini 5 Manfaat Daun Pepaya Tak Terduga

    Pahit Tapi Sehat, Ini 5 Manfaat Daun Pepaya Tak Terduga

    Jakarta

    Pepaya menjadi salah satu tanaman yang paling banyak dibudidayakan di dunia. Buah, biji, dan daunnya kerap dimanfaatkan baik dalam kuliner maupun pengobatan tradisional.

    Daun pepaya mengandung senyawa nabati unik yang dalam penelitian tabung dan hewan menunjukkan potensi farmakologis yang luas.

    Meski penelitian pada manusia masih terbatas, berbagai olahan daun pepaya, seperti teh, ekstrak, tablet, dan jus, sering digunakan untuk membantu mengatasi penyakit sekaligus mendukung kesehatan dengan beragam cara.

    Manfaat Daun Pepaya

    Dikutip dari Healthline, berikut lima manfaat dan kegunaan daun pepaya yang mulai banyak mendapat perhatian.

    1. Dapat Mendukung Pertumbuhan Rambut

    Masker atau jus daun pepaya sering digunakan secara topikal untuk membantu pertumbuhan rambut dan menjaga kesehatan kulit kepala. Namun, bukti ilmiah yang mendukung manfaat ini masih sangat terbatas.

    Beberapa penelitian menunjukkan tingginya tingkat stres oksidatif dalam tubuh dapat berkontribusi pada kerontokan rambut. Mengonsumsi makanan kaya antioksidan diyakini dapat membantu mengurangi stres oksidatif dan secara tidak langsung mendukung pertumbuhan rambut.

    Daun pepaya mengandung berbagai senyawa dengan sifat antioksidan, seperti flavonoid dan vitamin E. Karena itu, banyak yang percaya bahwa daun pepaya bermanfaat bagi pertumbuhan rambut. Namun, hingga kini belum ada bukti signifikan bahwa penggunaan daun pepaya secara topikal benar-benar dapat merangsang pertumbuhan rambut.

    Jenis ketombe tertentu disebabkan oleh pertumbuhan berlebih jamur Malassezia, yang dapat menghambat pertumbuhan rambut. Daun pepaya terbukti memiliki sifat antijamur dalam uji laboratorium, sehingga diduga dapat membantu kesehatan rambut dan kulit kepala dengan menghambat pertumbuhan jamur penyebab ketombe.

    Meski demikian, daun pepaya belum pernah diuji secara khusus terhadap jamur Malassezia, sehingga manfaatnya untuk masalah tersebut belum dapat dipastikan.

    2. Berpotensi Membantu Menyeimbangkan Gula Darah

    Dalam pengobatan tradisional Meksiko, daun pepaya kerap digunakan sebagai terapi alami untuk membantu mengatasi diabetes dan menjaga kadar gula darah tetap stabil.

    Penelitian pada tikus pengidap diabetes menunjukkan ekstrak daun pepaya memiliki efek antioksidan kuat sekaligus mampu menurunkan kadar gula darah. Manfaat ini diduga berasal dari kemampuannya melindungi sel penghasil insulin di pankreas dari kerusakan dan kematian dini.

    Namun, hingga kini belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa efek serupa terjadi pada manusia. Diperlukan lebih banyak penelitian untuk memastikan apakah daun pepaya benar-benar dapat membantu mengendalikan kadar gula darah tinggi pada manusia.

    3. Berpotensi Mendukung Fungsi Pencernaan

    Teh dan ekstrak daun pepaya kerap digunakan sebagai terapi alternatif untuk meredakan berbagai keluhan pencernaan, seperti perut kembung, sering buang gas, dan sensasi panas di dada (heartburn).

    Daun pepaya mengandung serat yang penting bagi kesehatan pencernaan, serta senyawa unik bernama papain. Papain dikenal karena kemampuannya memecah protein berukuran besar menjadi potongan lebih kecil berupa protein sederhana dan asam amino yang lebih mudah dicerna. Dalam praktik kuliner, papain bahkan digunakan sebagai bahan pelunak daging.

    Sebuah penelitian menemukan bahwa suplemen bubuk papain yang berasal dari buah pepaya dapat mengurangi gejala pencernaan yang mengganggu, termasuk konstipasi dan heartburn, pada pengidap irritable bowel syndrome (IBS).

    Namun, hingga kini belum ada penelitian ilmiah yang secara khusus menilai efektivitas daun pepaya dalam mengatasi gangguan pencernaan serupa. Bukti yang ada lebih banyak berasal dari pengalaman anekdot, sehingga tidak dapat dijamin bahwa daun pepaya pasti memperbaiki fungsi pencernaan.

    4. Berpotensi Memiliki Efek Anti-Peradangan

    Berbagai olahan daun pepaya sering digunakan untuk membantu mengatasi berbagai kondisi peradangan, baik internal maupun eksternal, seperti ruam kulit, nyeri otot, dan sakit sendi.

    Daun pepaya mengandung sejumlah nutrisi dan senyawa nabati dengan potensi anti-inflamasi, di antaranya papain, flavonoid, dan vitamin E.

    Sebuah penelitian menemukan, ekstrak daun pepaya mampu secara signifikan mengurangi peradangan dan pembengkakan pada kaki tikus yang menderita artritis.

    Namun, hingga kini belum ada penelitian pada manusia yang mengonfirmasi hasil tersebut. Karena itu, bukti ilmiah yang ada masih belum cukup untuk memastikan apakah daun pepaya benar-benar efektif dalam mengatasi peradangan akut maupun kronis pada manusia.

    5. Mendukung Kesehatan Kulit

    Daun pepaya sering dikonsumsi secara oral maupun digunakan secara topikal untuk membantu menjaga kulit tetap lembut, bersih, dan tampak awet muda.

    Enzim pemecah protein dalam daun pepaya yang disebut papain dapat digunakan sebagai eksfolian alami untuk mengangkat sel-sel kulit mati. Dengan begitu, papain berpotensi mengurangi penyumbatan pori-pori, rambut tumbuh ke dalam, serta jerawat.

    Selain itu, enzim dalam daun pepaya juga telah digunakan untuk mendukung penyembuhan luka. Bahkan, sebuah penelitian menemukan bahwa enzim tersebut dapat meminimalkan tampilan jaringan parut pada kelinci.

    (suc/suc)

  • Ini Tips Jaga Kadar Gula Darah agar Tetap Stabil Saat Nge-Gym

    Ini Tips Jaga Kadar Gula Darah agar Tetap Stabil Saat Nge-Gym

    Jakarta

    Olahraga gym saat ini digemari oleh banyak orang. Meskipun baik bagi kesehatan, olahraga gym juga menghadirkan ancaman tersendiri khususnya bagi mereka yang penderita diabetes.

    Olahraga gym diketahui mampu menyebabkan kadar gula darah naik atau turun secara drastis. Kondisi tersebut disebabkan oleh sejumlah faktor.

    Salah satu contohnya saat melakukan latihan High-Intensity Interval Training (HIIT), lari jarak jauh, atau angkat beban membuat otot menyerap lebih banyak glukosa sebagai ‘bahan bakar’ sehingga tubuh lebih responsif terhadap insulin. Namun jika intensitasnya berlebihan, tubuh justru menafsirkannya sebagai stres dan melepaskan hormon yang memicu lonjakan gula darah.

    “Latihan fisik sering disebut sebagai salah satu ‘obat alami’ untuk membantu mengontrol kadar glukosa darah. Meski begitu, latihan yang dilakukan secara berlebihan tanpa perencanaan yang tepat bisa melepaskan kortisol dan adrenalin, hormon stres yang bisa mengganggu efektivitas insulin, terutama pada individu dengan kontrol gula darah yang belum stabil,” kata Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin, Metabolik, dan Diabetes Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr. Herry Nursetiyanto, Sp.PD-KEMD, FINASIM dalam keterangan tertulis, Rabu (10/9/2025).

    Sementara itu, Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga (Sport Medicine) Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Surya Santosa, Sp.KO mengatakan bahwa olahraga tetap penting, namun perlu disesuaikan khususnya bagi mereka yang memiliki risiko metabolik.

    “Tujuan utama olahraga bukan hanya membakar kalori, tetapi menjaga kestabilan metabolik melalui pengaturan intensitas, durasi, dan jenis aktivitas yang tepat agar tidak memicu hipoglikemia atau kelelahan. Olahraga yang dilakukan secara rutin dengan intensitas yang sesuai justru memberikan manfaat jangka panjang bagi kestabilan metabolik,” ujar dr. Surya.

    Ada sejumlah sejumlah hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga gula darah tetap stabil selama berolahraga. Pertama, cek gula darah sebelum latihan, terutama jika memiliki riwayat prediabetes atau diabetes.

    Kedua, konsumsi snack ringan yang mengandung karbohidrat 1-2 jam sebelum olahraga dan pastikan tubuh terhidrasi. Ketiga, siapkan glukosa cepat serap seperti jus buah, madu sachet, atau minuman isotonik untuk berjaga-jaga jika merasa lemas, pusing, atau gemetar.

    Bagi yang ingin tetap aktif meski memiliki risiko metabolik, Mayapada Hospital menghadirkan Sugar Clinic pusat layanan kesehatan bagi semua kalangan.

    Layanan yang tersedia di beberapa unit Mayapada Hospital di Jakarta Selatan (Lebak Bulus dan Kuningan), Tangerang, Bandung, dan Surabaya ini membantu mendeteksi risiko prediabetes dan diabetes, memberikan manajemen menyeluruh, serta panduan gaya hidup guna menjaga metabolisme tetap sehat. Layanannya mencakup skrining berbasis AI, pemeriksaan gula darah, konsultasi medis, serta pendampingan gaya hidup sehat yang terintegrasi.

    Mayapada Hospital juga menyediakan layanan Sport Injury Treatment & Performance Center (SITPEC). Layanan ini mampu menangani pencegahan cedera, skrining pra-latihan, hingga peningkatan performa fisik. Layan itu juga didukung tim dokter dan fisioterapis profesional serta fasilitas modern seperti gym, VO2 max, dan Body Composition Analysis.

    Untuk booking skrining bisa dilakukan melalui MyCare, termasuk jadwal konsultasi dengan dokter dan akses kegawatdaruratan melalui fitur Emergency Call.

    MyCare menyediakan fitur Health Articles & Tips, berisi informasi dan tips seputar kesehatan tubuh. Adapun pula fitur Personal Health yang terhubung dengan Health Access dan Google Fit sehingga mampu memantau langkah, kalori, detak jantung, dan BMI.

    Unduh MyCare sekarang dan dapatkan poin reward berupa potongan harga untuk berbagai jenis pemeriksaan di seluruh unit Mayapada Hospital.

    (prf/ega)

  • Menkes Bantah ‘NutriGrade’ di RI Ditunda 2 Tahun usai Dilobi AS, Ini Penjelasannya

    Menkes Bantah ‘NutriGrade’ di RI Ditunda 2 Tahun usai Dilobi AS, Ini Penjelasannya

    Jakarta

    Ramai kabar penundaan label sehat ‘Nutri-level’ pada pangan olahan maupun siap saji pasca adanya lobi dari Amerika Serikat (AS). Disebut-sebut, Presiden Prabowo Subianto diminta AS untuk kembali mengkaji regulasi ini.

    Seperti diberitakan sebelumnya, ‘Nutri-level’ adalah wacana pemerintah untuk meningkatkan pola makan sehat di Indonesia, berkaca dari apa yang dilakukan Singapura dengan NutriGrade.

    Label ini bisa menunjukkan pangan apa yang paling sehat dengan tidak sehat, berdasarkan abjad A, B, C, dan D. Mengingat, tren kasus penyakit tidak menular (PTM) terus meningkat signifikan.

    Misalnya, obesitas sentral, saat lingkar perut sudah melampaui 80 sentimeter bagi pria dan 90 sentimeter bagi wanita. Obesitas sentral di Indonesia meningkat lebih pesat dari semula 18,8 persen pada 2007, menjadi 36,8 persen pada 2023 dengan 56 persen lebih banyak terjadi pada perempuan dan pria 48 persen.

    Kondisi ini menjadi salah satu faktor risiko terbesar seseorang mengalami masalah jantung hingga diabetes.

    Menkes Angkat Bicara

    Menyoal kabar tersebut, Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin menjamin tidak ada lobi-lobi dari negara lain mengenai kebijakan pemerintah.

    “Tidak ada intervensi dari negara apapun termasuk Nutri-Grade, Nutri-Grade ini memang sedang kita proses bersama dengan BPOM RI untuk bisa kita kerjakan, biar masyarakat sehat,” tandasnya.

    Adapun penundaan penetapan mengacu pada penyesuaian beberapa produsen untuk melakukan reformulasi produk sebelum akhirnya dicantumkan NutriGrade.

    Penundaan penetapan tersebut juga sempat disinggung Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI) Prof Taruna Ikrar.

    “Kan stakeholder yang berhubungan dengan asosiasi industri kan, mereka (industri) juga harus paraf (aturan Nutri-Grade). Kedua masih ada kontradiktif yang labeling dan yang kemasan siap saji, jadi masih complicated,” kata Taruna di Jakarta Pusat, Kamis (20/3/2025).

    Taruna Ikrar menambahkan aturan ini juga akan berdampak pada pengubahan sedikit banyak sistem bisnis industri pangan, sehingga pihaknya masih terus mengupayakan titik tengah.

    “Pastilah berpengaruh (pada bisnis mereka), karena berpengaruh makannya mereka keberatan kan,” tambahnya.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

  • Wali Kota Mojokerto Dorong Warga Manfaatkan Pekarangan

    Wali Kota Mojokerto Dorong Warga Manfaatkan Pekarangan

    Mojokerto (beritajatim.com) – Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari mendorong Kelompok Wanita Tani (KWT) dan kader PKK di Kelurahan Surodinawan untuk aktif mengkampanyekan gerakan menanam di pekarangan rumah. Pesan itu disampaikan dalam kegiatan sosialisasi manfaat menanam yang berlangsung di Aula KWT Srikandi Jaya, Lingkungan Ketidur, Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon.

    Dalam kesempatan tersebut, Ning Ita (sapaan akrab, red) menegaskan bahwa pola hidup sehat tidak harus mahal. “Selama ini masyarakat sering berpikir makanan sehat itu identik dengan makanan mahal. Padahal jika kita mau memanfaatkan pekarangan rumah untuk menanam sayur, lombok, atau terong, justru lebih hemat dan lebih sehat,” ungkapnya, Senin (8/9/2025).

    Ning Ita juga menyinggung persoalan kesehatan di Kota Mojokerto, salah satunya meningkatnya kasus diabetes pada usia muda. Menurutnya, pola makan praktis dan kurang sehat menjadi salah satu faktor utama. Ning Ita mendorong KWT dan PKK agar masif menggerakkan warga memanfaatkan lahan sekitar rumah. Pemkot Mojokerto melalui Dinas Ketahanan Pangan.

    Wali Kota Mojokerto Ika Puspitasari saat menghadiri sosialisasi manfaat menanam di Aula KWT Srikandi Jaya, Lingkungan Ketidur, Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon. [Foto : ist]“Sehat itu pilihan. Kalau orang tua membiasakan anak-anak makan makanan sehat sejak kecil, itu akan menjadi investasi kesehatan di masa depan. Dinas Ketahanan Pangan telah menyiapkan bibit gratis, mulai dari cabai, terong, hingga berbagai jenis sayuran lain. Kuncinya adalah kemauan. Media tanam bisa dari polybag, kaleng bekas, galon, atau wadah lain yang ada di rumah,” katanya.

    Menurutnya, media tanam tidak harus mahal. Pemerintah menyiapkan bibitnya dan KWT serta kader PKK yang menggerakkan masyarakat untuk mau menanam. Lebih jauh, Ning Ita menyebut gerakan menanam di pekarangan tak hanya bermanfaat bagi kesehatan dan penghematan biaya, tetapi juga berdampak pada penghijauan kota.

    “Saya menilai kualitas udara, air, dan tanah di Mojokerto semakin tertekan akibat padatnya pemukiman. Dengan menanam, kita membantu menghasilkan oksigen dan memperbaiki kualitas lingkungan yang akan diwariskan kepada anak cucu kita,” tambahnya didampingi Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kota Mojokerto Novi Raharjo, Camat Prajurit Kulon, serta Lurah Surodinawan. [tin/but]