Topik: diabetes

  • CKG Ungkap Deretan Masalah Kesehatan di RI, Terbanyak Risiko Stroke dan Kurang Gerak

    CKG Ungkap Deretan Masalah Kesehatan di RI, Terbanyak Risiko Stroke dan Kurang Gerak

    Jakarta

    Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang diluncurkan Kemenkes RI pada Februari 2025 saat ini telah menjangkau 32 juta orang. CKG telah memperlihatkan banyak temuan penting seputar kondisi kesehatan masyarakat. Dua masalah yang paling menonjol adalah risiko stroke dan kurangnya aktivitas fisik.

    Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kemenkes, Maria Endang Sumiwi mengatakan per 17 September 2025, setidaknya sudah 29,8 juta pendaftar CKG yang telah diperiksa. Angka ini akan terus bertambah setiap hernia.

    “Laju kita sekitar 600 ribu (pemeriksaan) per hari sekarang,” kata Maria Endang di Kantor Badan Komunikasi Pemerintahan, Jakarta Pusat, Kamis (18/9/2025).

    Temuan Penyakit Terbanyak Berdasarkan Usia

    Saat ini, CKG bisa dinikmati di 10.226 Puskesmas di Indonesia. Kemenkes menyebut masih ada sekitar 60 Puskesmas yang belum melaksanakan CKG karena berada di daerah terpencil dan sosialisasi ke masyarakat setempat belum sampai.

    Berikut adalah daftar penyakit yang paling banyak ditemukan melalui program CKG hingga 17 September 2025 berdasarkan kategori usia.

    1. Bayi Baru Lahir

    Berat lahir rendah (9.307 kasus)Kelainan saluran empedu (7.928 kasus)Penyakit jantung bawaan kritis (6.972 kasus)Hipotiroid kongenital (1.015 kasus)Defisiensi enzim G6PD (250 kasus)

    2. Balita dan Anak Prasekolah

    Gigi – Karies (264.360 kasus)Stunting (39.999 kasus)Gizi kurang (25.323 kasus)Perkembangan tidak normal (7.156 kasus)Anemia (1.482)

    3. Dewasa

    Tingkat aktivitas fisik kurang (10.800.770 kasus)Obesitas sentral (4.116.343 kasus)Gigi-Karies (3.289.903 kasus)Obesitas/overweight (3.024.952 kasus)Hipertensi (1.993.578 kasus)Pemeriksaan Lanjutan pada Dewasa Berisiko

    Orang dengan usia 40 tahun atau lebih dengan hipertensi atau diabetes melitus (DM).

    Risiko kanker usus (337.645 kasus)Risiko stroke – dislipidemia (286.346 kasus)Anemia pada catin perempuan (11.367 kasus)

    4. LansiaAktivitas fisik kurang (2.094.260 kasus)Hipertensi (953.134 kasus)Karies (813.266 kasus)Obesitas sentral (800.976 kasus)Gangguan kognitif (253.221 kasus)Pemeriksaan Lanjutan Lansia

    Orang usia 40 tahun atau lebih dengan hipertensi/DM, hepatitis B, hepatitis C, dislipidemia, dan obesitas sentral.

    Risiko stroke dislipidemia (159.924 kasus)Fungsi ginjal abnormal (13.257 kasus)Risiko fibrosis/sirosis (4.622 kasus)

    Daerah dengan Peserta CKG Terbanyak dan Tersedikit

    Endang menambahkan bahwa saat ini Provinsi Jawa masih menjadi wilayah dengan pendaftar paling banyak. Pendaftar juga didominasi oleh perempuan, dengan perbandingan 2:3.

    “51 persen dari 29,8 juta (pendaftar CKG) adalah penduduk Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Tentu kami bisa mengerti karena jumlah populasi yang sangat besar di provinsi-provinsi tersebut,” kata Endang.

    “Tapi tentu kami menginginkan supaya provinsi lain itu juga segera mengejar rate yang sama,” lanjutnya.

    Sementara itu, pendaftar CKG terendah ada di Provinsi Papua, Papua Barat, dan Papua Pegunungan.

    “Ini karena masih awal ya, kami baru mulai Februari jadi pendekatannya masih umum, mengajaknya masih umum, belum berupa pesan-pesan yang mungkin pakai bahasa daerah dan seterusnya,” kata Endang.

    “Jadi pendekatan khusus itu masih kami kembangkan. Kedua juga ada masalah link internet untuk memasukkan data,” sambungnya.

    Halaman 2 dari 4

    (dpy/up)

  • Nggak Kaleng-kaleng, 4 Khasiat Pare Termasuk ‘Obat’ Alami Diabetes-Kolesterol

    Nggak Kaleng-kaleng, 4 Khasiat Pare Termasuk ‘Obat’ Alami Diabetes-Kolesterol

    Jakarta

    Meski tak banyak disukai, pare sebetulnya menjadi buah yang kaya vitamin C dan nutrisi. Pare dengan nama ilmiah Momordica charantia, merupakan tanaman merambat tropis yang termasuk dalam famili labu-labuan dan berkerabat dekat dengan zukini, labu siam, labu kuning, dan mentimun.

    Pare dibudidayakan di seluruh dunia karena buahnya memang menjadi salah satu santapan pendamping makanan pokok, utamanya di berbagai jenis masakan Asia.

    Pare dengan varietas Cina biasanya panjang, berwarna hijau pucat, dan ditutupi benjolan seperti kutil. Sementara pare varietas India lebih sempit dan memiliki ujung runcing dengan duri kasar serta bergerigi di bagian kulit.

    Selain rasanya yang tajam dan penampilannya yang khas, pare telah dikaitkan dengan beberapa manfaat kesehatan.

    Pare merupakan sumber yang baik dari beberapa nutrisi penting, 100 gram pare mentah mengandung:

    21 kalori4 gram karbohidrat2 gram serat99 persen vitamin C2 gram seratzat besivitamin A

    Pare sangat kaya akan vitamin C, mikronutrien penting yang berperan dalam pencegahan penyakit, pembentukan tulang, dan penyembuhan luka.

    2. Menurunkan kadar gula darah

    Berkat khasiat obatnya yang ampuh, pare telah lama digunakan oleh penduduk asli di seluruh dunia untuk membantu mengobati kondisi terkait diabetes. Dalam beberapa tahun terakhir, beberapa penelitian menunjukkan pare dapat membantu mengatur atau mengelola gula darah.

    Sebuah studi lama yang melibatkan 20 orang dewasa pengidap diabetes menunjukkan mengonsumsi 2.000 mg pare setiap hari menurunkan kadar hemoglobin A1C selama 12 minggu.

    Pari dianggap dapat meningkatkan cara gula digunakan dalam jaringan tubuh dan meningkatkan sekresi insulin, hormon yang bertanggung jawab untuk mengatur kadar gula darah.

    Namun, penelitian masih terbatas, dan diperlukan penelitian yang lebih besar dan berkualitas tinggi untuk memahami bagaimana pare dapat memengaruhi kadar gula darah pada populasi umum.

    3. Berpotensi melawan kanker

    Penelitian menunjukkan pare mengandung senyawa tertentu dengan khasiat melawan kanker.

    Misalnya, sebuah studi tabung reaksi yang lebih tua menunjukkan ekstrak pare efektif membunuh sel kanker di lambung, usus besar, paru-paru, dan nasofaring, area yang terletak di belakang hidung di bagian belakang tenggorokan.

    Studi gabungan tabung reaksi dan hewan lainnya memiliki temuan serupa, melaporkan ekstrak pare mampu menghambat pertumbuhan dan penyebaran sel kanker payudara sekaligus mendorong kematian sel kanker.

    Perlu diingat, studi-studi ini dilakukan di laboratorium menggunakan ekstrak pare dalam jumlah terkonsentrasi pada sel-sel individual.

    Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan pare dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan kanker pada manusia ketika dikonsumsi dalam jumlah normal yang ditemukan dalam makanan.

  • Apa Itu Lemak Visceral? Ini Pengertian, Efek Negatif, dan Cara Hilangkannya

    Apa Itu Lemak Visceral? Ini Pengertian, Efek Negatif, dan Cara Hilangkannya

    YOGYAKARTA – Di dalam tubuh manusia ada banyak jenis lemak salah satunya adalah lemak visceral. Apa itu lemak visceral dapat dipamahi sebagai lemak yang memicu perut buncit. Keberadaan lemak visceral tak bisa dianggap sepele. Artikel ini akan membahas pengertian visceral fat untuk Anda.

    Mengenal Apa Itu Lemak Visceral

    Dilansir dari AI Care, lemak viseral adalah lemak putih yang ditimbun di perut dan sekitarnya. Lemak ini biasanya juga mengelilingi bberapa organ seperti hati, pankreas, atau usus.

    Dalam situs Health Direct, lema tubuh visceral juga dikenal sebagai lemak ‘toksik’. Penamaan itu bukan tanpa alasan karena lemak ini mampu menghasilkan zat kimia dan hormon yang berpotensi meracuni tubuh. Bahkan, racun yang dihasilkan lema ini lebih banyak dibanding racun yang dihasilkan oleh lemak subkutan.

    Tak heran lemak visceral dikaitkan dengan gangguan metabolisme dan risiko penyakit kardiovaskular. Beberapa penyakit yang bisa diidap oleh pemilik lemak ini seperti diabetes tipe 2, penyakit jantung, stroke, penyakit arteri komplikasi kehamilan, gangguan hormon, hingga berpotensi terserang berbagai jenis kanker.

    Penyebab Kemunculan Lemak Visceral

    Pemicu kemunculan lema visceral sebenarnya mirip dengan lemak lain, yakni terlalu banyak kalori yang tidak terbakar karena kurangnya aktivitas fisik. Namun, kemunculan lemak ini juga dipicu oleh hal lain yakni sebagai berikut.

    Jenis kelamin laki-lakiWanita yang sudah masuk masa menopauseOrang yang punya berat badan lahir rendahGenetikPeminum alkohol berlebih

    Selain itu stres juga dapat menjadi pemicu penumpukan lemak putih viscarel. Produksi hormon kartisol lebih banyak saat tubuh stres. Saat itu terjadi, penumpukan lemak di perut juga lebih cepat.

    Cara Mendeteksi Lemak Visceral

    Berdsaarkan penelitian, lemak visceral di badan jumlanya sekitar 10% dari total lemak tubuh. Dengan begitu Anda bisa mendeteksi seberapa banyak Anda memilik jenis lemak ini. Untuk mengetahuinya Anda harus tahu cara menghitung lemak perut.

    Selain itu mendeteksi lemak putih ini bisa dilakukan dengan mengukur lingkar pinggang dan indeks massa tubuh (IMT). Pada pria, jika lingkar pingganya lebih dari 94cm maka kecenderungan memiliki lemak perut cukup tinggi. Sedangkan wanita ukuran minimal lingkar pingganya adalah 80 cm.

    Keberadaan lemak visceral juga bisa dilihat menggunakan pemeriksaan CT Scan atau MRI. Hanya saja bagi sebagian orang pemeriksaan ini membutuhkan biaya yang cukup mahal.

    Cara Menghilangkan Lema Perut Visceral

    Banyak orang berpendapat bahwa menghilangkan lemak perut visceral cukup sulit. Hal itu wajar terjadi mengingat keberadaan lemak ini bisa disebabkan karena faktor genetik. Namun, Anda perlu berupaya keras untuk membakar lemak tersebut. Untuk melakukannya, beberapa cara yang bisa dilakukan adalah sebagai berikut.

    Perbanyak aktivitas fisik termasuk olahraga setidaknya 30 menit per hariKonsumsi makanan sehat sajaHindari merokok dan alkoholKurangi konsumsi minuman manisTidur cukup

    Itulah informasi terkait apa itu lemak visceral. Kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.

  • Ilmuwan Ungkap Dampak Obat Diabetes ke Otak, Cek Faktanya

    Ilmuwan Ungkap Dampak Obat Diabetes ke Otak, Cek Faktanya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Selama berpuluh-puluh tahun, pengidap diabetes tipe 2 diberikan obat metformin. Sebuah penelitian menemukan dampak obat ini pada otak.

    Penelitian oleh Baylor College of Medicine di Amerika Serikat (AS) meneliti tempat obat bekerja di otak. Begitu juga dampak dari proses biologis di tubuhnya.

    “Kami meneliti otak karena otak dikenal luas sebagai pengatur utama metabolisme glukosa seluruh tubuh. Kami menyelidiki apakah dampak ke otak berkontribusi pada efek anti-diabetes metformin,” kata ahli patofisiologi di Baylor, Makoto Fukuda, dikutip dari Science Alert, Kamis (18/9/2025).

    Penelitian tersebut melakukan pengujian pada tikus. Hasilnya metformin mengatasi diabetes tipe 2, dengan VMH (hipotalamus ventromedial) yang mematikan RAP 1 selaku protein di otak.

    Sementara penelitian tikus tanpa Rap 1 hasilnya metformin tidak berdampak pada kondisi diabetes. Namun obat lain berdampak pada studi tersebut.

    Artinya, metformin bekerja kuat di otak dengan mekanisme yang berbeda dari otak lain.

    Fukuda mengatakan timnya juga melakukan penelitian sel yang terlibat di VMH saat melakukan mediasi efek metformin. Hasilnya adalah neuron bekerja langsung saat menggunakan obat.

    “Kami menemukan neuron SF1 diaktifkan saat metformin dimasukkan ke dalam otak, menunjukkan neuron terlibat langsung pada kerja obat,” jelas Fukuda.

    Sebagai informasi, metformin digunakan untuk membantu mengelola gejala diabetes tipe 2. Obat akan bekerja mengurangi glukosa dari hati dan meningkatkan efisiensi tubuh dalam penggunaan insulin.

    Studi lain menemukan obat serupa juga memperlambat penuaan otak dan meningkatkan harapan hidup. Fukuda mengatakan penelitiannya bisa mengubah cara pandang soal metformin.

    “Penemuan ini mengubah cara memandang metformin, tidak hanya bekerja di hati atau usus namun juga otak,” kata dia.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 34,9 Persen Warga RI Alami Obesitas Sentral, Hati-hati Serangan Jantung-Stroke!

    34,9 Persen Warga RI Alami Obesitas Sentral, Hati-hati Serangan Jantung-Stroke!

    Jakarta

    Sudah lebih dari 32 juta warga Indonesia mengikuti cek kesehatan gratis berdasarkan data yang dihimpun Kementerian Kesehatan RI hingga Rabu (17/9/2025). Lima temuan masalah kesehatan terbanyak pada usia dewasa berkaitan dengan gaya hidup, bahkan 95 persen di antaranya dilaporkan kurang aktivitas fisik.

    Walhasil, banyak yang mengalami overweight hingga obesitas, juga obesitas sentral. Angkanya relatif tinggi untuk kasus kelebihan berat badan dan obesitas yakni 25,7 persen.

    Laporan lebih banyak dilaporkan pada tren obesitas sentral, yang hampir mencapai 35 persen. Obesitas sentral didefinisikan saat lingkar perut wanita berada di atas 80 sentimeter dan pria melampaui 90 sentimeter.

    Apa Bahayanya?

    Bahaya dari obesitas sentral yang jarang disadari adalah komplikasi ke penyakit tidak menular, termasuk masalah jantung. Spesialis jantung dr Vito A Damay, SpJP(K) sempat menyinggung kaitan lemak visceral alias lemak yang menempel di dalam rongga perut dan menyelimuti organ vital, diam-diam memicu peradangan.

    “Secara medis, lingkar pinggang lebih dari 90 cm pada pria dan lebih dari 80 cm pada wanita, sudah terbukti meningkatkan risiko serangan jantung, diabetes, dan stroke,” kata dr Vito kepada detikcom beberapa waktu lalu.

    dr Vito yang juga sempat melakukan riset keterkaitan keduanya dan dipublikasikan di Indonesian Journal of Cardiology 2017 dan Medicinus menemukan pasien-pasien yang kemudian mengalami penyumbatan di pembuluh darah jantung berawal dari kondisi obesitas sentral.

    “Kami menemukan bahwa, semakin tinggi rasio lingkar pinggang terhadap tinggi badan, semakin besar tingkat keparahan sumbatan pembuluh darah koroner. Artinya, perut buncit bukan sekadar lemak, tapi tanda bahaya yang bisa diukur,” sambungnya.

    (naf/naf)

  • CKG Ungkap Deretan Masalah Kesehatan di RI, Terbanyak Risiko Stroke dan Kurang Gerak

    32 Juta Warga RI Ikut CKG, Kemenkes Ungkap Temuan Penyakit Terbanyak

    Jakarta

    Direktur Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas Kementerian Kesehatan Maria Endang Sumiwi mengatakan sudah ada 32 juta warga negara indonesia (WNI) yang sudah mendaftar pada program Cek Kesehatan Gratis (CKG).

    “Sampai dengan hari kemarin (17 September 2025) kita sudah ada 32 juta pendaftar untuk mengikuti CKG dan 29,8 juta sudah kami periksa,” kata Maria Endang di Kantor Badan Komunikasi Pemerintahan, Jakarta Pusat, Kamis (18/9/2025).

    “Laju kita sekitar 600 ribu per hari sekarang. Tentunya pada hari ini kami sudah mencapai 30 juta (lebih) yang diperiksa,” sambungnya.

    Endang menambahkan bahwa angka CKG ini bisa saja tidak sesuai dengan data di lapangan. Pasalnya, sistem pencatatan masih daring (online), sehingga masih mungkin ada peningkatan.

    “Kami masih menunggu data-data yang belum dimasukkan, sudah dilakukan tapi belum dimasukkan oleh teman-teman di puskesmas. Jadi capaian kita bisa jadi lebih besar dari ini,” katanya.

    99,6 Persen Puskesmas Layani CKG

    Ada sebanyak 10.286 puskesmas di Indonesia, sekitar 10.226 sudah menyelenggarakan CKG. Namun, masih ada 60 puskesmas yang belum bisa melaksanakan program ini.

    “Kebanyakan memang (puskesmas yang belum) di daerah terpencil ya. Kebanyakan memang masyarakatnya belum tahu untuk bisa mengakses CKG. Tapi kalau untuk CKG sekolah, itu semua sudah bisa,” katanya.

    Terkait ini, Kemenkes akan berkolaborasi dengan masyarakat setempat dan kementerian/lembaga lainnya.

    Penyakit Paling Banyak Ditemukan

    Maria menambahkan saat ini persebaran peserta CKG masih didominasi perempuan dengan perbandingan 3 banding 2.

    Perempuan: 17.176.524 (57,5 persen)Laki-laki: 12.688.214 (42,5 persen)Total: 29.864.651

    Berikut penyakit terbanyak yang ditemukan di CKG.

    Bayi Baru Lahir

    Berat lahir rendah (9.307 kasus)Kelainan saluran empedu (7.928 kasus)Penyakit jantung bawaan kritis (6.972 kasus)Hipotiroid kongenital (1.015 kasus)Defisiensi enzim G6PD (250 kasus)

    Balita dan Anak Prasekolah

    Gigi-Karies (264.360 kasus)Stunting (39.999 kasus)Gizi kurang (25.323 kasus)Perkembangan tidak normal (7.156 kasus)Anemia (1.482)

    Dewasa

    Tingkat aktivitas fisik kurang (10.800.770 kasus)Obesitas sentral (4.116.343 kasus)Gigi-Karies (3.289.903 kasus)Obesitas/overweight (3.024.952 kasus)Hipertensi (1.993.578 kasus)

    Pemeriksaan Lanjutan Pada Dewasa Berisiko

    Orang dengan usia 40 tahun atau lebih dengan hipertensi atau diabetes melitus (DM).

    Risiko kanker usus (337.645 kasus)Risiko stroke-dislipidemia (286.346 kasus)Anemia pada catin (calon pengantin) perempuan (11.367 kasus)

    Lansia

    Aktivitas fisik kurang (2.094.260 kasus)Hipertensi (953.134 kasus)Karies (813.266 kasus)Obesitas sentral (800.976 kasus)Gangguan kognitif (253.221 kasus)

    Pemeriksaan Lanjutan Lansia

    Orang usia 40 tahun atau lebih dengan hipertensi/DM, hepatitis B, hepatitis C, dislipidemia, dan obesitas sentral.

    Risiko stroke dislipidemia (159.924 kasus)Fungsi ginjal abnormal (13.257 kasus)Risiko fibrosis/sirosis (4.622 kasus)

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: 29 Juta Warga RI Sudah Ikut Cek Kesehatan Gratis”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/naf)

  • Penelitian Selama 15 Tahun Temukan Makanan yang Bisa Percepat Pikun, Picu Demensia

    Penelitian Selama 15 Tahun Temukan Makanan yang Bisa Percepat Pikun, Picu Demensia

    Jakarta

    Sebuah penelitian terbaru mengungkapkan jenis makanan yang dapat meningkatkan risiko demensia. Demensia merupakan penurunan fungsi otak yang dapat menurunkan kemampuan berpikir, bahasa, perilaku, hingga daya ingat atau pikun.

    Ilmuwan melacak hampir 2.500 orang lanjut usia dan menemukan mereka yang memiliki pola makan tidak sehat, seperti terlalu banyak makan daging merah dan olahan, serta minuman bersoda, lebih cepat mengalami demensia dibandingkan dengan yang tidak. Mereka menemukan pola makan ini juga berkaitan dengan risiko gangguan jantung lebih besar.

    Sebaliknya, mereka yang menjalani diet mediterania yang tinggi akan sayur, buah, biji-bijian utuh, kacang, dan lemak sehat lebih sedikit mengalami penyakit kronis.

    Dikutip dari Daily Mail, penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature Aging ini, mengikuti peserta dari Swedish National Study on Aging and Care in Kungsholmen (SNAC-K). Rata-rata usia awal peserta adalah 71 tahun dan sedikit lebih dari setengahnya adalah perempuan.

    Mereka dipantau hingga 15 tahun, dengan kualitas pola makan dinilai berulang kali melalui kuesioner makanan.

    Menggunakan sistem penelitian Alternative Healthy Eating Index (AHEI), mereka memberikan angka yang lebih baik untuk konsumsi buah, sayur, kacang-kacangan dan lemak sehat. Mereka lalu memberikan nilai minus untuk daging merah atau olahan, minuman manis, dan lemak trans.

    Makanan-makanan yang mendapat nilai positif, terbukti berkaitan dengan lambatnya penumpukan penyakit. Sedangkan, pola makan terlalu banyak daging merah, makanan olahan, dan minuman manis dikaitkan dengan lebih cepatnya akumulasi penyakit. Jenis penyakit yang diteliti meliputi penyakit jantung, demensia, depresi, parkinson, diabetes, kanker, serta masalah muskuloskeletal seperti artritis atau osteoporosis.

    Pada masa akhir penelitian, mereka yang memiliki pola makan paling sehat rata-rata mengalami dua hingga tiga penyakit kronis lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang skornya paling rendah.

    “Hasil kami menunjukkan betapa pentingnya pola makan dalam memengaruhi perkembangan multimorbiditas pada populasi lanjut usia,” katanya peneliti Adrian Carballo-Casla.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • 5 Jenis Flavonoid dalam Makanan dan Manfaatnya untuk Kesehatan

    5 Jenis Flavonoid dalam Makanan dan Manfaatnya untuk Kesehatan

    YOGYAKARTA – Flavonoid adalah senyawa alami fitonutrien yang ditemukan di tanaman  buah, sayuran, batang, akar, bunga, bahkan kulit kayu. Senyawa ini berperan sebagai antioksidan, mengurangi inflamasi, mencegah mutasi sel, menghambat perkembangan kanker, serta mengatur fungsi enzim-seluler dalam tubuh. Banyak yang enggak tahu, ternyata jenis flavonoid sangat beragam. Setiap jenisnya ada dalam berbagai makanan yang mungkin sudah biasa dikonsumsi. Berikut dijelaskan jenis flavonoid dan manfaatnya untuk kesehatan.

    Jenis flavonoid dalam sumber makanan

    1. Flavonol

    Flavonol, dikenal juga sebagai flavanols atau flavan-3-ols, termasuk kelompok terbesar dengan lebih dari 6.000 jenis. Contohnya kaempferol, quercetin, myricetin, dan fisetin. Mengutip VerywellHealth, Rabu, 17 September, sumber makanan flavonol meliputi sayuran hijau seperti kale, selada; buah seperti apel, anggur, berries; serta bawang, bawang putih, scallions. Quercetin terutama banyak ditemukan di bawang, teh hijau, kakao, dan red wine.

    2. Flavone

    Flavone meliputi senyawa seperti apigenin, luteolin, baicalein, dan chrysin. Makanan yang mengandung flavone antara lain parsley, thyme, seledri, buah zaitun hijau, dan cabai. Flavone berfungsi sebagai pigmen pelindung tanaman terhadap sinar ultraviolet, dan dalam tubuh manusia membantu memberi perlindungan terhadap stres oksidatif.

    3. Flavanones

    Kelompok flavanones biasanya ditemukan dalam buah sitrus seperti jeruk, lemon, dan anggur. Contoh senyawanya termasuk hesperidin, naringenin, diosmin, dan eriodictyol. Fungsinya terkait kemampuan menetralkan radikal bebas, sehingga membantu menjaga sel-sel tubuh dari kerusakan oksidatif.

    Ilustrasi jenis flavonoid dalam sumber makanan dan manfaatnya untuk kesehatan (Freepik/stockking)
    4. Isoflavones

    Isoflavones, atau isoflavonoids, sering disebut juga phytoestrogen karena bisa menunjukkan aktivitas mirip hormon estrogen pada beberapa organisme. Contoh senyawanya adalah genistein dan daidzein. Makanan kaya isoflavone biasanya dari kedelai dan legum-leguman lainnya.

    5. Anthocyanins

    Anthocyanin adalah pigmen yang memberi warna merah, biru, ungu pada buah dan bunga. Contoh senyawa seperti cyanidin, delphinidin, pelargonidin, dan lain-lain. Sumber-sumbernya adalah buah-buahan seperti stroberi, blueberry, raspberry, anggur merah, serta buah beri hitam.

    Manfaat flavonoid untuk kesehatan

    Flavonoid yang terbagi dalam jenis-jenis di atas, memiliki berbagai macam manfaat kesehatan. Di antaranya, membantu mencegah oksidasi LDL (kolesterol jahat) yang jika teroksidasi bisa memicu penyakit kardiovaskular. Flavonoid juga membantu melebarkan pembuluh darah dan mendukung fungsi pembuluh darah yang sehat. Dengan cara itu, flavonoid bisa berkontribusi menurunkan risiko tekanan darah tinggi dan penyakit jantung. Selanjutnya, berikut ini manfaat flavonoid untuk kesehatan:

    Ilustrasi jenis flavonoid dan manfaatnya untuk kesehatan (Freepik)
    1. Mengurangi risiko diabetes dan mengatur gula darah

    Konsumsi makanan penuh flavonoid memengaruhi beberapa aspek metabolisme glukosa. Efek positifnya dapat membantu memperlancar pencernaan karbohidrat, meningkatkan sekresi insulin, memperbaiki pengambilan glukosa oleh sel-sel tubuh, dan mengurangi deposit lemak yang bisa mengganggu metabolisme. Sebuah studi terhadap banyak orang menemukan, asupan anthocyanin dari apel, blueberry, dan pir dikaitkan dengan risiko diabetes tipe 2 yang lebih rendah.

    2. Perlindungan terhadap kanker

    Flavonoid bisa menghambat enzim-enzim yang berpotensi mengubah zat menjadi karsinogen, membantu perbaikan DNA, dan memicu apoptosis atau kematian sel terprogram ketika kerusakan terlalu berat. Senyawa baik ini juga dapat menghambat invasi sel tumor dan pembentukan pembuluh darah baru yang memberi suplai ke tumor.

    3. Mengurangi inflamasi dan nyeri kronis

    Sifat anti-inflamasi flavonoid membuatnya efektif dalam mengurangi respons imun yang berlebihan. Selain itu, juga membantu menekan produksi senyawa inflamasi seperti sitokin serta membantu mengurangi nyeri kronis yang terkait kondisi seperti arthritis, osteoarthritis, dan nyeri neuropatik.

    4. Mendukung kesehatan otak dan perlindungan kognitif

    Flavonoid juga dipercaya dapat melindungi sel-sel saraf dari stres oksidatif dan inflamasi yang bisa mempercepat penuaan otak atau memicu kondisi seperti Alzheimer. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa asupan flavonoid yang tinggi terkait dengan risiko dementia yang lebih rendah.

    Meski manfaat flavonoid nyata jika diperoleh dari diet biasa, beberapa orang memilih suplemen flavonoid. Namun perlu diperhatikan bahwa dosis, bentuk (jenis flavonoid), dan kualitas suplemen sangat bervariasi. Beberapa flavonoid dapat berinteraksi dengan obat-obatan tertentu. Sehingga sebelum minum suplemen flavonoid, sebaiknya konsultasi terlebih dahulu dengan dokter atau profesional kesehatan.

    Flavonoid adalah kelompok senyawa alami yang kaya manfaat dan terdapat di berbagai makanan nabati berwarna serta sayuran. Mendapatkan flavonoid dari makanan sehari-hari pada umumnya lebih aman dan alami ketimbang bergantung sepenuhnya pada suplemen.

  • Mengapa Pengidap Diabetes Sering Merasa Gatal? Ini Penyebab dan Solusinya

    Mengapa Pengidap Diabetes Sering Merasa Gatal? Ini Penyebab dan Solusinya

    JAKARTA – Ternyata pengidap diabetes lebih rentan mengalami kulit gatal dibandingkan mereka yang tidak mengalami penyakit tersebut. Kondisi ini disebabkan oleh neuropati yaitu kondisi yang memengaruhi saraf. Selain itu, diabetes juga bisa meningkatkan risiko munculnya penyakit kulit dan infeksi tertentu.

    Rasa gatal seringkali menjadi gejala dari polineuropati diabetik, yaitu kondisi yang muncul saat diabetes merusak saraf. Beberapa kondisi kulit yang berkembang akibat diabetes juga bisa menyebabkan kulit gatal.

    Hal paling penting, pengidap diabetes tidak boleh mengabaikan kulit gatal. Kulit yang kering, iritasi atau gatal lebih mudah terinfeksi. Sayangnya tubuh orang pengidap diabetes tidak selalu bisa melawan infeksi. Mereka tidak sekuat kalangan yang bukan mengidap diabetes.

    Dilansir dari Medical News Today, ada beberapa alasan mengapa pengidap diabetes bisa lebih sering merasakan gatal. Terkadang, gatal bisa disebabkan oleh serat saraf yang rusak di lapisan luar kulit.

    Seringkali, penyebab gatal terkait diabetes adalah polineuropati diabetik atau neuropati perifer. Ini adalah komplikasi diabetes yang berkembang ketika kadar gula darah tinggi merusak serat saraf, terutama di kaki dan tangan.

    Sebelum kerusakan saraf terjadi, kadar sitokin yang tinggi yaitu zat peradangan, beredar di tubuh dan bisa menyebabkan gatal. Penelitian terbaru menunjukkan peningkatan sitokin ini bisa berhubungan dengan kerusakan saraf akibat diabetes.

    Jadi gatal yang terus-menerus bisa jadi pertanda pengidap diabetes berisiko mengalami kerusakan saraf. Banyak orang juga mengalami gatal sebagai gejala setelah neuropati berkembang. Jika gatal ini terus-menerus, sebaiknya segera cari bantuan medis.

    Gatal juga bisa menjadi efek samping dari obat baru yang dikonsumsi hingga reaksi alergi. Tapi jangan pernah menghentikan pengobatan tanpa konfirmasi dari dokter terlebih dahulu. Dokter mungkin perlu meresepkan obat pengganti.

    Selain itu, sirkulasi darah yang buruk juga bisa menyebabkan gatal, terutama di bagian bawah kaki. Faktor lain, produk kulit yang mengandung parfum, pewarna, dan sabun keras bisa membuat kulit kering dan gatal. Kulit juga bisa menjadi kering atau sensitif di musim dingin.

    Terkadang, gatal bisa disebabkan oleh kondisi kulit tertentu. Pengidap diabetes lebih mudah terkena beberapa kondisi kulit dan infeksi, di antaranya:

    – Infeksi Jamur: Infeksi jamur seperti kutu air (athlete’s foot) bisa menyebabkan gatal. Kulit juga bisa jadi merah, panas, atau bengkak. Terkadang, lepuhan kecil muncul dan mengeluarkan cairan. Jamur ragi bernama Candida albicans sering kali menjadi penyebabnya.

    – Necrobiosis Lipoidica Diabeticorum (NLD): Ini adalah kondisi kulit langka yang biasanya muncul di kaki bagian bawah, meskipun bisa juga di bagian tubuh lain. NLD dimulai sebagai bintik merah kusam dengan permukaan menonjol yang kemudian berkembang menjadi lesi seperti bekas luka dengan pinggiran gelap. Kondisi ini bisa terasa nyeri dan gatal.

    – Eruptive Xanthomatosis: Lebih sering terjadi pada orang dengan diabetes tipe 1. Kondisi ini membentuk lesi kuning di kulit seukuran kacang. Kadar kolesterol dan lemak yang tinggi meningkatkan risiko kondisi ini. Bintik-bintik ini sering muncul di kaki, telapak kaki, tangan, lengan, dan bokong. Setiap bintik akan memiliki cincin merah di sekitarnya dan mungkin terasa gatal.

    Gejala yang Harus Diperhatikan

    Gejala gatal bisa bervariasi tergantung penyebabnya. Misalnya jika seseorang menderita neuropati perifer, gatalnya akan lebih sering terasa di bagian bawah kaki. Mereka mungkin juga mengalami mati rasa, biasanya di kaki atau tangan, yang disertai sensasi kesemutan.

    Orang dengan kondisi kulit atau infeksi tertentu akan merasa gatal di lokasi bintik atau lesi tersebut.

    Gatal bisa membuat seseorang merasa tidak nyaman saat berpakaian, membangunkan mereka di malam hari, dan membuat mereka terus-menerus ingin menggaruk.

    Cara Mengatasi Rasa Gatal

    Ada beberapa langkah yang bisa dilakukan oleh penderita diabetes untuk menjaga kulit tetap sehat dan meredakan gatal:

    – Atur diabetes dengan cermat dan cegah kadar gula darah menjadi terlalu tinggi.

    – Hindari mandi dengan air yang terlalu panas. Air panas bisa menghilangkan kelembapan dari kulit.

    – Gunakan losion saat kulit masih lembap setelah mandi. Tapi jangan pernah oleskan losion di sela-sela jari kaki, karena kelembapan di sana bisa memancing jamur.

    – Hindari pelembap yang mengandung parfum atau pewarna yang keras. Cari produk dengan label ‘Kulit Lembut’ atau ‘hipoalergenik’. Beberapa produsen bahkan membuat losion khusus untuk penderita diabetes.

    – Lakukan perubahan gaya hidup, seperti makan makanan sehat, untuk membantu mengurangi gejala kulit.

    Kalau Anda sudah mencoba cara-cara di rumah selama sekitar 2 minggu tapi gatalnya tidak membaik, segera bicarakan dengan dokter.

    Meskipun semua orang bisa merasa gatal sesekali, bagi penderita diabetes, gatal bisa menjadi sinyal bahwa diabetesnya kurang terkontrol dan mungkin ada kerusakan saraf.

    Dokter bisa memeriksa area kulit yang kering atau bersisik untuk menentukan apakah penyebabnya adalah diabetes atau kondisi kulit lain. Mereka juga bisa meresepkan pengobatan atau merekomendasikan perubahan pada rutinitas manajemen diabetes.

  • Menkes Sebut ‘NutriGrade’ di RI Tinggal Tunggu Waktu, Targetnya Tahun Ini

    Menkes Sebut ‘NutriGrade’ di RI Tinggal Tunggu Waktu, Targetnya Tahun Ini

    Jakarta

    Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin memastikan penetapan labeling seperti yang dilakukan Singapura pada minuman dengan kadar gula tinggi, akan ditetapkan tahun ini. Wacana tersebut semula muncul pasca kasus obesitas hingga diabetes terus meningkat, termasuk pada kelompok anak.

    Regulasi baru semacam ini diharapkan bisa meningkatkan ‘awareness’ atau literasi di lingkup masyarakat agar lebih bijak memilih makanan maupun minuman yang dikonsumsi. Label sehat di Singapura dinamakan ‘NutriGrade’ dengan mengkategorikan kelompok makanan berdasarkan level A, B, C, dan D.

    Masyarakat dengan mudah mengenali makanan ataupun minuman yang termasuk kelompok D adalah paling tidak sehat, sementara kelompok A sebaliknya.

    “NutriGrade sama BPOM RI sebenarnya pembahasannya sudah final, kita akan tiru yang di Singapura itu, tinggal tunggu ‘timingnya’ saja,” beber Menkes kepada wartawan, pasca rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI, Senin (15/9/2025).

    Menkes Budi menekankan target pemerintah tetap di tahun ini.

    “Targetnya bisa tahun ini,” tegasnya.

    Sebelumnya diberitakan, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian Kesehatan RI dr Siti Nadia Tarmizi menegaskan saat ini tahapan penetapan NutriGrade masih menunggu hasil sosialisasi dengan masyarakat dan pihak industri.

    “Tahapan-tahapan ini harus kita lakukan, ini juga merupakan salah satu masukan dari konsultasi publik,” tegas dia kepada detikcom Selasa (9/9).

    Hal ini menurut dr Nadia membuat sisi industri maupun masyarakat benar-benar siap saat label resmi ditetapkan. Sembari sosialisasi berjalan, dr Nadia juga menyebut tetap meningkatkan edukasi untuk pola makan sehat, tidak mengonsumsi tinggi gula, garam dan lemak (GGL), demi menekan insiden kasus penyakit tidak menular.

    “Kita juga saat ini masih melakukan penetapan kadar maksimum gula garam lemak juga bersama Kemenko PMK untuk penerapan kewajiban labelling ya,” tandas dia.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)