Topik: diabetes

  • Kata Riset, Risiko Kena Sakit Jantung Bisa Dilihat Lewat Ukuran Leher

    Kata Riset, Risiko Kena Sakit Jantung Bisa Dilihat Lewat Ukuran Leher

    Jakarta

    Salah satu ukuran yang seringkali dikaitkan dengan masalah kardiovaskular adalah lingkar perut. Ini berkaitan dengan kondisi obesitas sentral alias banyaknya lemak visceral yang memiliki hubungan kuat dengan penyakit jantung dan pembuluh darah.

    Sedikit berbeda, peneliti dari Kingston University Inggris mencoba mencari indikator lain, yaitu ukuran lingkar leher. Mereka mengungkapkan orang dengan lingkar leher lebih besar lebih berisiko mengalami penyakit serius.

    “Penelitian menunjukkan bahwa orang dengan leher lebih besar dibanding ukuran tubuhnya memiliki risiko lebih tinggi terkena berbagai penyakit serius,” kata dosen senior Ahmed Elbediwy dan Nadine Wehida dikutip dari IFLScience, Minggu (28/9/2025).

    “Kaitannya terletak pada apa yang diungkap ukuran leher tentang distribusi lemak, khususnya di bagian atas tubuh,” sambungnya.

    Elbediwy dan Wehida juga menyoroti sejumlah penelitian yang menunjukkan lingkar leher berkolerasi dengan tekanan darah tinggi, fibrilasi atrium (irama jantung tidak normal), serta penyakit arteri koroner. Ada juga kaitan dengan diabetes tipe dua dan sleep apnea obstruktif.

    Sebuah studi tahun 2025 juga mengaitkan lingkar leher besar dengan sindrom ovarium polikistik atau PCOS, meski peneliti menekankan perlunya studi lebih lanjut dengan populasi yang lebih beragam.

    Lantas, berapa ukuran leher yang sudah dianggap ‘berisiko’ memicu penyakit serius?

    “Bagi pria, 17 inci (43 cm) atau lebih meningkatkan risiko kesehatan. Bagi wanita, ambang batasnya 14 inci (35,5 cm) atau lebih,” tulis Elbediwy dan Wehida, mengutip data Framingham Heart Study, penelitian jangka panjang tentang penyakit kardiovaskular.

    Penelitian yang dikutip menemukan ukuran leher berkorelasi secara statistik dengan fibrilasi atrium, bahkan setelah indikator lain telah disesuaikan. Indikator lain yang dimaksud meliputi indeks massa tubuh, lingkar pinggang, tinggi badan, dan berat badan, walaupun kaitannya tetap paling kuat pada orang obesitas.

    Peneliti menegaskan masih perlu penelitian mengetahui apakah ada hubungan sebab-akibat.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/naf)

  • Darurat Sampah Mikroplastik di Sungai Bondowoso: Ikan Potensial Punah

    Darurat Sampah Mikroplastik di Sungai Bondowoso: Ikan Potensial Punah

    Bondowoso, (beritajatim.com) – Peringatan World Rivers Day (WRD) atau Hari Sungai Sedunia 2025, yang jatuh di minggu keempat September, menjadi momentum penting bagi komunitas Sarkaspace untuk menggelar aksi bersih-bersih Sungai Selokambang.

    Kegiatan ini melibatkan 40 orang panitia terbuka, sekitar 150 pelajar dan remaja, komunitas masyarakat, Dinas Lingkungan Hidup Bondowoso, anggota legislatif, hingga Yayasan Ecoton. Founder Sarkaspace, Ahmad Quraisy, menyebut kegiatan kali ini disambut antusias.

    “Yang daftar panitia saja sampai 40 orang, lalu ada hampir 150 remaja yang ingin terlibat. Kami bahkan terpaksa stop pendaftaran karena takut tidak terkelola dengan baik,” ujarnya pada BeritaJatim.com.

    Dalam aksi bersih-bersih, peserta menemukan beragam sampah lama, mulai dari plakat piala tahun 1997, kemasan sachet 2007, hingga pampers dan pembalut wanita.

    Menurut pria yang karib disapa Uyes itu, temuan ini membuktikan bahwa persoalan sampah plastik di sungai sudah mengakar sejak lama.

    “Sungai Selokambang ini kami pilih karena zonasinya dekat dengan gudang kami, sehingga sampah bisa langsung kami kelola,” tambahnya.

    Selain aksi bersih-bersih, kegiatan juga menghadirkan narasumber dari Yayasan Ecoton yang fokus pada penelitian pencemaran plastik, termasuk mikroplastik.

    Koordinator Kampanye Ecoton, Alaika Rahmatullah, menyampaikan temuan mencengangkan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa 50 persen darah manusia sudah mengandung mikroplastik.

    “Paling banyak berasal dari PET, yaitu plastik botol minuman kemasan. Ketika terkena panas atau diguncang, lapisan plastik mengelupas, masuk ke air, lalu diminum manusia,” ungkap Alaika.

    Ia menegaskan, mikroplastik bisa memicu penyakit serius. Mikroplastik masuk ke rantai makanan, lalu ke tubuh manusia. Dampaknya bisa mengacaukan sistem hormonal, memicu kanker, hingga menjadi agen diabet urgenik, penyebab diabetes.

    “Itulah mengapa sekarang kasus kanker dan diabetes meningkat tajam. Bahkan, mikroplastik juga membuat ikan menjadi intersex sehingga berpotensi punah karena gagal berkembang biak,” jelasnya.

    Wakil Ketua DPRD Bondowoso, Sinung Sudrajad, yang hadir dalam acara ini menekankan pentingnya kesadaran kolektif.

    “Sungai adalah jalur peradaban, sumber kehidupan. Wajib hukumnya kita jaga. Acara seperti ini jangan hanya seremonial, tapi harus periodik. Pemerintah, komunitas, bahkan TNI-Polri harus turun bersama,” katanya.

    Sinung juga menyoroti lemahnya penegakan aturan. Meski sudah ada Perda tata kelola sampah dan Perbup pembatasan plastik, implementasinya dinilai minim.

    “PR kita adalah pengawasan dan sanksi tegas bagi pelanggar, termasuk yang membuang sampah sembarangan atau mencari ikan dengan cara meracun. Ini harus jadi sinergi lintas stakeholder,” tegasnya.

    Sementara itu, Vidzha (17), siswi SMAN 1 Bondowoso yang ikut bersih-bersih, mengaku terinspirasi.

    “Seru, banyak teman baru. Saya jadi termotivasi untuk tidak buang sampah sembarangan dan terus menjaga lingkungan,” ucapnya. [awi/aje]

  • BGN Larang Makanan UPF, ‘Sosis-Burger Cs’ Tak Lagi Masuk Menu MBG

    BGN Larang Makanan UPF, ‘Sosis-Burger Cs’ Tak Lagi Masuk Menu MBG

    Jakarta

    Menu makanan bergizi gratis berisi ultra processed food (UPF), spaghetti, burger, sosis, bahkan snack ramai disorot. Kekhawatiran yang muncul di balik penyediaan menu tersebut tidak lain karena kurangnya gizi yang dibutuhkan anak.

    Alih-alih bebas masalah, ada kekhawatiran kandungan tinggi gula garam dan lemak (GGL) memicu risiko kasus obesitas hingga diabetes. Teranyar, lauk MBG untuk siswa di Lumajang, Jawa Timur, dibeli dari warung atau toko kelontong seharga Rp 1 ribu per buah.

    Belakangan, puluhan pelajar SD dan SMP di Kabupaten Lampung Timur juga dilarikan ke rumah sakit usai menyantap menu MBG, keracunan pasca mengonsumsi roti sosis berjamur.

    Badan Gizi Nasional Buka Suara

    Menyoal sejumlah laporan, Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Nanik S Deyangmenegaskan pihaknya sudah melarang penyajian menu MBG dengan ultra processed food. Salah satunya juga demi membuka peluang UMKM setempat dalam proses penyediaan pangan lokal.

    “Begitu larangan ini dilaksanakan, ratusan ribu UMKM pangan akan hidup. Ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk tidak hanya memberi gizi bagi anak bangsa, tetapi juga menggerakkan ekonomi rakyat,” beber Nanik di Jakarta, Sabtu (27/9/2025).

    Dalam kesempatan yang sama, Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan, menjelaskan kebijakan ini sekaligus meluruskan misi Presiden Prabowo Subianto sejak awal meluncurkan MBG.

    Apa Saja yang Dilarang?

    Tigor merinci biskuit, roti, sereal, sosis, nugget, dan jenis pangan lain yang termasuk UPF tak boleh masuk menu MBG. Terkecuali susu di wilayah dengan keterbatasan peternakan.

    Hal yang sama diterapkan pada roti dan pangan sejenis.

    “Olahan daging (sosis, nugget, burger, dan lain-lain) mengutamakan produk lokal atau dari UMKM yang memiliki sertifikasi halal, SNI, terdaftar BPOM, serta masa edar maksimal satu minggu dari tanggal edar,” lanjutnya.

    Menurutnya, hal ini bukan hanya menjaga kualitas gizi tetapi memastikan UMKM di sektor pangan daerah juga ikut terbangun di sisi ekonomi.

    “Dengan kebijakan ini, kita bukan hanya bicara soal menu bergizi, tapi juga soal keberpihakan pada UMKM. MBG harus menjadi program yang menyehatkan sekaligus menyejahterakan,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/naf)

  • 7 Rahasia Umur Panjang Ala Orang Jepang, Bisa Ditiru Nih

    7 Rahasia Umur Panjang Ala Orang Jepang, Bisa Ditiru Nih

    Jakarta

    Jepang merupakan rumah bagi beberapa orang yang memiliki umur terpanjang di dunia, terutama di Okinawa. Keistimewaan ini didapatkan dari perpaduan kebiasaan sehat, tradisi budaya, dan hidup penuh kesadaran.

    Dari pola makan hingga rutinitas harian, gaya hidup orang Jepang penuh dengan pelajaran tentang cara untuk tetap bugar dan bahagia hingga usia 80-an dan seterusnya.

    Dikutip dari Times of India, berikut tujuh kebiasaan ampuh yang patut ditiru dari Jepang agar bisa panjang umur:

    1. Hara Hachi Bu, Makan hingga Kenyang 80 Persen

    Di Okinawa, orang-orang mempraktikkan ‘hara hachi bu’, yang berarti berhenti makan saat sudah 80 persen kenyang. Kebiasaan kecil ini mencegah makan berlebihan, membantu menjaga berat badan yang sehat, dan menurunkan risiko penyakit kronis seperti diabetes.

    Studi menunjukkan moderasi kalori berkaitan dengan umur panjang. Sehingga pendekatan makan dengan penuh kesadaran ala Jepang ini mungkin menjadi salah satu cara paling sederhana, tetapi ampuh untuk memperpanjang usia.

    2. Shinrin-Yoku atau ‘Mandi Hutan’

    Orang Jepang menyukai ‘shinrin-yoku’ atau ‘mandi hutan’, yang pada dasarnya adalah menghabiskan waktu di alam terutama hutan. Ini bukan mendaki atau berolahraga, melainkan berjalan lambat dan penuh kesadaran di antara pepohonan.

    Penelitian menunjukkan hal ini dapat menurunkan tekanan darah, meningkatkan kekebalan tubuh, dan mengurangi hormon stres. Bahkan, berjalan-jalan di taman atau ruang hijau setempat dapat memberikan manfaat yang sama, yakni memperpanjang usia seseorang.

    3. Ikigai atau Menemukan Tujuan Hidup

    Salah satu rahasia umur panjang di Jepang yang paling menarik adalah ‘ikigai’, yakni suatu rasa tujuan atau alasan untuk bangun di pagi hari. Baik itu berkebun, memasak, mengurus keluarga, atau menjalankan hobi untuk menjaga pikiran tetap aktif dan suasana hati tetap positif.

    Studi mengaitkan hidup yang berorientasi pada tujuan dengan risiko demensia dan penyakit jantung yang lebih rendah. Singkatnya, ikigai bukan hanya tentang hidup lebih lama, tetapi tentang hidup yang lebih baik.

    4. Terapi Onsen, Pemandian Air Panas Penyembuhan

    Jepang terkenal dengan onsen atau pemandian air panasnya. Penduduk setempat sangat mempercayai onsen memiliki manfaat terapeutik atau penyembuhan.

    Pemandian dari air mineral alami ini meningkatkan sirkulasi darah, meredakan nyeri sendi, dan membantu relaksasi. Jika tidak memiliki onsen, mandi air hangat dengan tambahan garam Epsom juga bisa mendapatkan khasiat yang sama.

    Berendam secara teratur telah terbukti mengurangi stres dan meningkatkan kualitas tidur. Kedua faktor ini sangat penting untuk umur panjang.

    5. Ritual Teh Hijau, Sumber Antioksidan yang Luar Biasa

    Teh hijau bukan sekadar minuman di Jepang, melainkan ritual sehari-hari. Minuman ini kaya akan antioksidan, seperti katekin yang mendukung kesehatan jantung, meningkatkan metabolisme, bahkan membantu mencegah kanker.

    Cobalah ganti minuman yang biasa dikonsumsi dengan satu atau dua cangkir teh hijau. Proses menyeduh dan menyeruput teh hijau secara perlahan serta penuh kesadaran juga mendorong ketenangan hingga fokus seseorang.

    Baik matcha maupun sencha, menjadikan teh hijau sebagai bagian dari rutinitas atau kebiasaan yang mudah untuk memperpanjang umur.

    6. Radio Taiso, Olahraga Ringan Harian Khas Jepang

    Orang-orang lanjut usia (lansia) di Jepang biasanya beraktivitas bersama di taman untuk melakukan ‘radio taiso’. Itu adalah rutinitas olahraga harian yang disiarkan di radio sejak tahun 1920-an.

    Rutinitas ini berdampak rendah, sederhana, dan mudah dilakukan oleh segala usia. Ini berfungsi untuk menjaga sendi tetap fleksibel dan otot tetap kuat.

    Tidak perlu melakukan sesi olahraga yang intens di tempat gym, cukup 10 menit bergerak setiap hari dapat memberikan manfaat luar biasa bagi kesehatan. Radio taiso membuktikan bahwa kebiasaan olahraga kecil dan teratur dapat memberikan manfaat besar bagi umur panjang.

    7. Menghormati Orang Tua atau Ikatan Sosial yang Melindungi Pikiran

    Di Jepang, orang tua sangat dihormati dan diintegrasikan ke dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Jalinan sosial yang kuat ini membantu mencegah kesepian dan depresi, yang keduanya dapat memperpendek usia harapan hidup.

    Faktanya, hubungan sosial sama pentingnya bagi kesehatan, seperti halnya pola makan dan olahraga. Disarankan untuk meniru orang Jepang, dengan memelihara hubungan, habiskan waktu bersama dengan orang-orang terkasih, dan hargai ikata antargenerasi.

    Hati dan pikiran yang bahagia serta terdukung dapat memperpanjang usia hidup, seperti halnya makanan super apapun.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kemenkes Gelar ASEAN Car Free Day, Kenalkan Gaya Hidup Sehat di CFD”
    [Gambas:Video 20detik]
    (sao/naf)

  • Bisakah Seseorang Hidup Tanpa Kantung Empedu? Ini Penjelasannya

    Bisakah Seseorang Hidup Tanpa Kantung Empedu? Ini Penjelasannya

    Jakarta

    Hidup tanpa kantung empedu mungkin terdengar mengkhawatirkan bagi sebagian orang. Pengangkatan kantung empedu bisa dilakukan karena infeksi, peradangan (kolesistitis), batu empedu, dan polip kantung empedu.

    Setelah diangkat tubuh bisa berfungsi normal, tapi ada sejumlah perubahan yang bisa dirasakan. Apa saja dampak dari diangkatnya kantung empedu?

    Apa Fungsi Kantong Empedu?

    Kantung empedu adalah organ pencernaan kecil yang terletak di perut, tepat di belakang hati. Organ ini terhubung ke hati melalui saluran yang mengalirkan empedu dari hati melalui saluran hepatik ke dalam kantung empedu, dan ke duodenum.

    Kantung empedu berfungsi sebagai tempat penyimpanan empedu, zat yang membantu tubuh memecah makanan dan mencerna lemak. Saat makan, kantung empedu melepaskan sebagian empedu ke usus halus, tempat empedu mulai bekerja memecah lemak.

    Dampak Tak Ada Kantong Empedu

    Tanpa kantong empedu, empedu tidak memiliki tempat untuk berkumpul. Sebaliknya, hati melepaskan empedu langsung ke usus halus. Dikutip dari laman Healthline, hal ini memungkinkan tubuh tetap bisa mencerna sebagian besar makanan.

    Akan tetapi, makanan berlemak, berminyak, atau berserat tinggi dalam jumlah besar akan sulit dicerna. Hal ini bisa menyebabkan:

    -Gas
    -Kembung
    -Diare

    Selain itu, dikutip dari laman Very Well Health, banyak orang yang menjalani operasi pengangkatan kantung empedu (kolesistektomi) mengalami resolusi total gejala kolesistitis, yaitu tidak lagi merasakan:

    Nyeri hebat di perut kanan atasNyeri yang menjalar ke punggung atau di bawah tulang belikat kananRasa sakit yang memburuk saat menarik napas dalam atau setelah makanKotoran yang encer dan pucatPerut kembungMual atau muntahPenyakit kuningRisiko Pengangkatan Kantung Empedu

    Tingkat keberhasilan operasi pengangkatan kantung empedu relatif tinggi, dengan sebanyak 75% individu mengalami pengurangan gejala secara total dalam beberapa bulan dan 96% mengalami perbaikan gejala dalam waktu satu tahun.

    Namun, beberapa data menunjukkan bahwa orang yang telah menjalani pengangkatan kantung empedu memiliki risiko lebih tinggi terkena penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan kondisi yang disebut dengan sindrom pasca kolesistektomi.

    1. Risiko Sindrom Metabolik dan Penyakit Jantung

    Kantung empedu adalah organ yang menerima, menyimpan, dan mendistribusikan cairan pencernaan yang diproduksi hati empedu. Penelitian telah menunjukkan bahwa pengangkatan kantong empedu dapat menyebabkan perubahan parah pada metabolisme Anda, yang menyebabkan kondisi yang disebut sindrom metabolik

    Pada gilirannya, sindrom metabolik (ditandai dengan tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, kolesterol tinggi, dan terlalu banyak lemak tubuh di sekitar pinggang) secara signifikan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

    2. Risiko Diabetes Tipe 2

    Empedu memainkan peran penting dalam metabolisme glukosa (pemecahan gula darah) yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi tubuh. Organ ini membantu menurunkan gula darah dengan merangsang pelepasan insulin dari pankreas. Tugas utama insulin adalah memindahkan glukosa dari aliran darah ke sel-sel tubuh untuk menghasilkan energi.

    Pengangkatan kantong empedu bisa mengganggu proses ini, sehingga meningkatkan kadar gula darah dan risiko diabetes tipe 2.

    Sebuah studi menyimpulkan, kolesistektomi secara independen meningkatkan risiko diabetes tipe 2 sebesar 20% dibandingkan dengan populasi umum. Pada mereka yang mengalami obesitas, risikonya bahkan lebih tinggi, sekitar 45%.

    3. Sindrom Pasca Kolesistektomi

    Sindrom pasca kolesistektomi (PCS) adalah munculnya gejala perut setelah menjalani pengangkatan kandung empedu. Sindrom ini memengaruhi hingga 40% pasien yang telah menjalani kolesistektomi, baik sesekali maupun terus-menerus. Hingga 10% kasus, PCS merupakan kondisi kronis seumur hidup

    Pada pengidap sindrom ini, banyak gejala yang kolesistitis yang bisa muncul kembali, seperti mual, muntah, sakit perut, kembung, gas, diare, dan nyeri terus menerus.

    Penyesuaian pola makan bisa membantu mengelola gejala PCS. Untuk mereka yang mengalami batu empedu, kolesistektomi ulang mungkin diperlukan.

    (elk/kna)

  • Lawan Stroke Lebih Cepat, RS Soeradji Klaten Kini Hadirkan Layanan DSA

    Lawan Stroke Lebih Cepat, RS Soeradji Klaten Kini Hadirkan Layanan DSA

    Jakarta

    Stroke masih menjadi salah satu penyebab kematian nomor 1 (satu) di dunia dan nomor 2 (dua) di Indonesia serta merupakan penyebab kecacatan tertinggi di Indonesia. Menurut data WHO dan Kemenkes RI, dari total kasus stroke, sekitar 87% disebabkan oleh trombosis atau emboli (stroke iskemik), sementara 13% akibat perdarahan (stroke hemoragik).

    Banyak pasien terlambat ditangani karena gejala sering diabaikan atau pemeriksaan dilakukan dengan cara konvensional yang kurang optimal baik dalam mendiagnosis maupun pemberian tatalaksana selanjutnya. Namun, kini ada teknologi medis modern yang memberi harapan baru untuk tatalaksana stroke yang lebih baik, yakni Digital Subtraction Angiography (DSA).

    Dokter Spesialis Saraf, dr. Adika Mianoki, Sp.N FINA RS Soeradji, mengatakan bahwa bahwa teknologi DSA memungkinkan dokter melihat kondisi pembuluh darah otak secara real time dan detail untuk mendeteksi kelainan serta menentukan tatalaksana yang lebih tepat dan akurat.

    “Dengan DSA kita bisa melihat real time kondisi pembuluh darah di otak secara detail. Kita bisa melihat semua kondisi pembuluh darah baik arteri, kapiler, maupun vena dan menilai apakah ada kelainan atau tidak. Dari situ dokter bisa tahu bagian mana yang bermasalah dan bisa melakukan tatalaksana selanjutnya dengan lebih tepat dan akurat,” ujar dr. Adika dalam keterangannya, Jumat (26/9/2025).

    Lalu, apa itu DSA? DSA adalah teknologi pencitraan medis yang bisa melihat kondisi pembuluh darah secara jelas dan detail. Dengan alat ini, dokter dapat mengetahui ada tidaknya sumbatan, penyempitan, atau kelainan pembuluh darah dalam hitungan menit.

    Keberadaannya kian menonjol sebagai teknologi andalan dalam pencegahan primer dan sekunder stroke. DSA bukan hanya alat diagnosis tapi juga senjata strategis dalam upaya menyelamatkan nyawa sebelum tragedi terjadi.

    Dalam penanganan stroke, ada istilah ‘time is brain’. Setiap menit keterlambatan bisa menyebabkan jutaan sel otak rusak. Pada kasus stroke akut, DSA sangat berperan penting untuk menentukan lokasi sumbatan di pembuluh darah otak.

    Proses diagnosis lebih cepat sehingga tindakan medis dapat segera dilakukan untuk membuka sumbatan pembuluh darah melalui tindakan trombektomi.

    dr. Adika menjelaskan bahwa DSA membantu mengoptimalkan tatalaksana stroke sehingga meningkatkan harapan kesembuhan pasien serta menekan angka kecacatan dan kematian.

    “DSA sangat membantu untuk mengoptimalkan tatalaksana stroke dan kelainan pembuluh darah otak lainnya. Teknologi ini membuka harapan lebih besar bagi kesembuhan pasien stroke. Harapannya angka kecacatan dan kematian akibat stroke bisa diminimalisir,” jelasnya.

    Banyak pasien yang sebelumnya berisiko lumpuh permanen kini punya kesempatan untuk pulih lebih baik berkat pemeriksaan dan tindakan menggunakan DSA dan trombektomi pada kasus stroke akut.

    Mengapa DSA Otak Penting dalam Pencegahan Stroke?

    Kunci pencegahan bukan hanya di awal melainkan di tahap deteksi dini aneurisma, stenosis, dan malformasi pembuluh darah otak sebelum rusak atau pecah.

    DSA otak merupakan gold standard radiologi untuk menilai kondisi pembuluh darah otak. Prosedur ini dilakukan dengan menyuntikkan kontras ke arteri karotis atau vertebralis lalu mengambil gambar digital bertahap.

    Sistem ini memungkinkan dokter melihat dengan jelas, seperti aneurisma serebral (kantong pembuluh darah yang lemah), stenosis (penyempitan pembuluh darah akibat plak), malformasi arteriovenosa, vaskulitis atau kelainan vaskular lainnya.

    Dokter Spesialis Radiologi, dr. Bramadi Nugroho, Sp. Rad (K), menyampaikan bahwa DSA otak berperan penting dalam menjaga kualitas hidup dengan memungkinkan deteksi dini dan perlindungan proaktif terhadap ancaman tersembunyi.

    “DSA otak adalah jembatan antara kesehatan otak dan kualitas hidup yang berkelanjutan. Dengan teknologi ini, kita tidak lagi hanya bereaksi terhadap krisis tapi proaktif melindungi otak dari ancaman tersembunyi di dalam pembuluh darah” imbuh dr.Bramadi Nugroho, Sp. Rad (K).

    “Dengan DSA, kita bisa ‘melihat’ masalah sebelum terjadi stroke dan mengatasinya sebelum parah,” sambungnya.

    Siapa yang Perlu Diperiksa dengan DSA Otak?

    DSA otak bukan hanya untuk pasien yang sudah mengalami stroke. Pemeriksaan ini sangat direkomendasikan untuk:

    1. Pasien dengan riwayat stroke ringan atau TIA (Transient Ischemic Attack) : TIA sering disebut ‘peringatan stroke’ jika diabaikan, risiko stroke dalam 90 hari bisa mencapai 10-20%.

    2. Orang dengan tekanan darah tinggi, diabetes, dan kolesterol tinggi.

    3. Penderita kelainan genetik seperti sindrom Marfan, Ehlers-Danlos, atau polikistik ginjal.

    4. Pasien yang memiliki keluarga dengan aneurisma atau stroke dini.

    5. Pasien yang akan menjalani operasi otak atau bedah vascular.

    Mengenali Gejala Sejak Dini

    Meski teknologi semakin canggih, pencegahan tetap menjadi kunci. Masyarakat diimbau mengenali tanda-tanda stroke, yang bisa diingat dengan istilah ‘SeGeRa Ke RS’ sebagai berikut:

    • Senyum tidak simetris

    • Gerakan tubuh melemah mendadak

    • Raba tubuh terasa kebas

    • Kebicaraan pelo / mendadak sulit bicara

    • RS segera ke rumah sakit

    Sebagai rumah sakit rujukan nasional di Jawa Tengah, RS Soeradji menjadi salah satu fasilitas kesehatan yang telah dilengkapi layanan DSA untuk penanganan cepat dan tepat pasien stroke maupun gangguan pembuluh darah, yang bermanfaat bagi masyarakat Klaten dan daerah sekitarnya

    Jika gejala ini muncul, segera bawa pasien ke rumah sakit dengan fasilitas yang dilengkapi oleh DSA, seperti RS Soeradji agar mendapat pertolongan maksimal.

    (ega/ega)

  • Fakta gelar aksi di kawasan Patung Kuda desak cukai MBDK diterapkan

    Fakta gelar aksi di kawasan Patung Kuda desak cukai MBDK diterapkan

    Jakarta (ANTARA) – Forum Warga Kota (Fakta) Indonesia menggelar aksi damai di kawasan Patung Kuda Jakarta Pusat, dengan meminta pemerintah segera menerapkan cukai minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) karena membahayakan generasi penerus bangsa.

    “Ini merupakan misi kemanusiaan untuk menyelamatkan generasi bangsa,” kata Ketua Fakta Indonesia Ari Subagyo Wibowo di Jakarta, Kamis.

    Menurut dia, peserta aksi damai hari ini tak hanya berasal dari Jakarta, namun dari sejumlah kota yang telah mendeklarasikan sebagai “Kampung Sehat Siaga Diabetes dan Obesitas”.

    Menurut dia, dengan adanya aksi ini pemerintah dapat segera mengeluarkan Peraturan Pemerintah untuk menerapkan cukai MBDK karena peraturan cukai MBDK sejak tahun 2016 sudah dirancang, namun hingga kini belum juga diimplementasikan.

    Dia menilai Indonesia kalah dengan sejumlah negara tetangga di ASEAN, termasuk Timor Leste yang telah menerapkan cukai MBDK.

    “Harapan kami PP ini segera keluar. Jangan hanya janji. Ini kan dirancang tahun 2016. Tahun 2024 dijanjikan, 2025 dijanjikan. Makanya, kita menagih janji itu,” ujarnya.

    Jika tidak kunjung diterapkan juga, maka pihaknya akan membawa hal ini ke ranah hukum karena ini sudah mendesak dan telah memakan banyak korban.

    Dia menengarai, selama ini ada intervensi dari industri agar penerapan cukai terhadap MBDK tak kunjung berlaku. “Ini jelas ada intervensi industri. Dia tidak mau untuk diatur,” kata Ari.

    Sementara itu, salah seorang peserta aksi damai dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Tutik Istiyani mengungkapkan pentingnya penerapan cukai MBDK sebagai bentuk perlindungan pemerintah kepada rakyatnya, khususnya anak-anak yang menjadi generasi emas.

    Akademisi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada ini mengakui angka prevalensi kasus diabetes dan obesitas di Yogyakarta terus meningkat setiap tahunnya.

    “Kami selaku pendamping Kampung Sehat Siaga Diabetes dan Obesitas di Yogyakarta sangat mendukung penerapan cukai MBDK,” katanya.

    Aksi damai yang digelar di Jalan Medan Merdeka Selatan itu juga menampilkan sebuah teatrikal terkait ajakan berhenti mengkonsumsi MBDK.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Tubuh Cepat Lemes? Ketahui Cara Penuhi Protein Harian dengan Benar

    Tubuh Cepat Lemes? Ketahui Cara Penuhi Protein Harian dengan Benar

    YOGYAKARTA – Tubuh cepat lemes sering jadi sinyal bahwa asupan nutrisi tidak tercukupi, terutama protein. Padahal, ada banyak cara penuhi protein harian yang bisa dilakukan tanpa ribet.

    Ironisnya, banyak masyarakat Indonesia hanya fokus pada karbohidrat, padahal protein berperan penting membangun otot, memperbaiki jaringan, hingga menjaga metabolisme.

    Nah, dengan memenuhi kebutuhan protein secara tepat, tubuh akan lebih bertenaga dan terhindar dari rasa lemas berlebihan.

    6 Cara Penuhi Protein Harian dengan Benar

    Dilansir dari laman Healthline, terdapat rutinitas yang membantu Anda mencukupi protein harian, berikut ini beberapa di antaranya:

    Makan Protein Duluan

    Saat makan, usahakan makan sumber protein lebih dulu, baru kemudian karbohidrat. Mengapa demikian? Perlu Anda ketahui, protein bisa meningkatkan hormon PYY yang membuat perut terasa kenyang dan menurunkan kadar hormon ghrelin (hormon lapar).

    Selain itu, makan protein lebih dulu juga membantu menjaga gula darah dan insulin tetap stabil.

    Dalam sebuah penelitian tahun 2015 pada penderita diabetes tipe 2, kadar gula darah dan insulin meningkat lebih rendah ketika mereka makan protein dan sayuran lebih dulu sebelum makanan tinggi karbohidrat, dibandingkan jika urutannya dibalik.

    Camilan Keju

    Banyak camilan populer seperti keripik atau biskuit rendah protein. Sebagai contoh, 1 cangkir (30 g) tortilla chips mengandung 142 kalori tapi hanya 2,1 g protein. Sebaliknya, camilan tinggi protein bisa membantu menambah asupan harian.

    Sebagai pembanding, satu potong kecil (28 g) keju cheddar mengandung 7 g protein, lebih rendah kalori, dan jauh lebih kaya kalsium. Bahkan, beberapa penelitian menunjukkan keju bisa bermanfaat untuk kesehatan jantung.

    Anda bisa menikmati keju dengan biskuit gandum utuh, tomat, atau irisan apel agar lebih sehat dan mengenyangkan.

    Ganti Sereal dengan Telur

    Banyak menu sarapan seperti roti, bagel, atau sereal mengandung protein rendah. Oatmeal memang lebih baik daripada sereal biasa, tapi 1 cangkir (240 g) hanya memberi 5 g protein.

    Sebaliknya, 3 butir telur besar bisa memberikan 19 g protein plus nutrisi penting seperti selenium dan kolin.

    Penelitian tahun 2017 menemukan bahwa sarapan dengan telur bisa membuat kenyang lebih lama dibanding oatmeal, sehingga membantu mengurangi asupan kalori di jam berikutnya.

    Tambahkan Almond

    Almond kaya magnesium, serat, dan lemak sehat, tapi rendah karbohidrat. Dalam 28 g almond terdapat sekitar 6 g protein, jumlah ini lebih tinggi dibanding kebanyakan kacang lainnya.

    Menariknya, tubuh hanya menyerap sekitar 78,5% energi dari almond. Jadi meski di label tercatat 170 kalori, yang benar-benar diserap tubuh hanya sekitar 133 kalori.

    Untuk tambahan protein, coba taburkan almond cacah di atas yogurt, salad, oatmeal, atau cottage cheese.

    Pilih Greek Yogurt

    Greek yogurt adalah makanan tinggi protein yang dibuat dengan mengurangi cairan whey, sehingga lebih kental dan creamy. Dalam 100 g Greek yogurt terdapat sekitar 10 g protein, atau dua kali lipat yogurt biasa.

    Selain bikin kenyang lebih lama dengan meningkatkan hormon PYY dan GLP-1, Greek yogurt juga mengandung CLA yang bisa membantu pembakaran lemak. Meskipun rasanya agak asam segar, namun enak dimakan dengan buah beri atau bisa juga dijadikan pengganti sour cream untuk saus dan dressing.

    Sertakan Protein di Setiap Makan

    Pastikan setiap kali makan ada makanan tinggi protein. Para ahli menyarankan konsumsi sekitar 30–40 g protein per kali makan, karena jumlah ini bisa membantu kenyang lebih lama dan menjaga massa otot.

    Baca juga artikel di VOI soal kesehatan: Kemampuan Otot untuk Menahan Beban dalam Waktu Lama agar Tubuh Tetap Kuat!

    Contoh makanan tinggi protein yang bisa dipilih:

    Daging sapi atau kambingIkanAyamTelurKacang-kacanganProduk kedelai seperti tahu dan tempe

    Jadi, apakah asupan protein harian Anda sudah tercukupi? Selain pembahasan mengenai cara penuhi protein harian, ikuti artikel-artikel menarik lainnya di  VOI, untuk mendapatkan kabar terupdate jangan lupa follow dan pantau terus semua akun sosial media kami! 

  • Warga deklarasikan “Kampung Sehat Siaga Obesitas dan Diabetes”

    Warga deklarasikan “Kampung Sehat Siaga Obesitas dan Diabetes”

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah warga dari dua kampung di Jakarta mendeklarasikan “Kampung Sehat Siaga Diabetes dan Obesitas” untuk mendukung penerapan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), termasuk tidak mengonsumsi minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK).

    Ketua RW 03, Kelurahan Kebon Pala, Jakarta Timur, Agus Hermawan di Jakarta, Rabu, mengatakan kesehatan itu penting dan mahal harganya, maka warga kompak untuk mendeklarasikan “Kampung Sehat Siaga Obesitas dan Diabetes”

    “Deklarasi ini sebagai wujud komitmen mencegah diabetes dan obesitas,” kata Agus usai deklarasi.

    Selain itu, Agus menyampaikan apresiasi kepada Forum Warga Kota (FAKTA) Indonesia yang terus melakukan pendampingan, mulai dari komitmen “Kampung Tanpa Rokok” hingga “Kampung Sehat Siaga Diabetes dan Obesitas”.

    “Dengan edukasi yang dilakukan FAKTA untuk mengajak masyarakat lebih hidup sehat. Kami sangat mendukung segera diterapkannya cukai MBDK,” ujarnya.

    Deklarasi juga dilakukan oleh warga Kelurahan Cipedak. Mereka menyatakan bahwa siap menjadikan kampungnya bebas dari konsumsi MBDK.

    Tenaga kesehatan Puskesmas Cipedak, Jagakarsa, Jakarta Selatan, Nurul Chairani mengungkapkan, prevalensi kasus diabetes dan obesitas di wilayahnya cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya.

    Dia sangat senang hari ini warga di RW 03 dan 06, Kelurahan Cipedak, bisa mendeklarasikan “Kampung Sehat Siaga Diabetes dan Obesitas”. “Sebagai pembina tentu saya akan terus memberikan pendampingan dan edukasi kepada masyarakat,” katanya.

    Ketua FAKTA Indonesia Ari Subagyo menjelaskan, selain di Jakarta, “Kampung Sehat Siaga Diabetes dan Obesitas” juga sudah dideklarasikan di Bekasi, Bogor, Yogya dan Solo.

    FAKTA Indonesia berkolaborasi dengan Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta dan Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) setempat agar gerakan “Kampung Sehat Siaga Diabetes dan Obesitas” ini bisa semakin masif.

    “PKK juga merupakan garda terdepan yang bisa melakukan sosialisasi dan edukasi pentingnya warga menjaga kesehatan. Sebab, kader PKK ada hingga di tingkat RT,” katanya.

    Ia menambahkan, pemerintah perlu segera menerapkan cukai MBDK sebagai langkah preventif memberikan perlindungan kepada warga, khususnya anak-anak dari mengonsumsi MBDK.

    “Penerapan cukai MBDK ini penting sebagai salah satu aksi nyata melindungi generasi emas Indonesia 2045 dengan sumber daya manusia yang sehat,” ujar Ari.

    Pewarta: Khaerul Izan
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Jangan Anggap Sepele, Kebiasaan Duduk yang Bisa Bahayakan Jantung-Picu Kematian Dini

    Jangan Anggap Sepele, Kebiasaan Duduk yang Bisa Bahayakan Jantung-Picu Kematian Dini

    Jakarta

    Di era modern seperti ini, sedentary lifestyle atau gaya hidup kurang gerak semakin umum. Terlebih di kalangan pekerja kantoran yang bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya duduk di depan layar.

    Padahal, kebiasaan duduk dalam waktu yang lama ini, khususnya lebih dari enam jam per hari dapat membawa dampak serius pada kesehatan, terutama jantung.

    Dikutip dari Times of India, American Cancer Society menemukan orang yang duduk selama enam jam atau lebih setiap hari lebih berisiko mengalami kematian dini hingga 19 persen lebih tinggi, daripada mereka yang membatasi waktu duduk kurang dari tiga jam.

    Duduk terlalu lama dapat memengaruhi berat badan dan postur tubuh, meningkatkan risiko diabetes, penyakit jantung, beberapa jenis kanker, dan penurunan kesehatan mental.

    Risiko Duduk Lebih dari 6 Jam Per Hari

    Mereka yang memiliki kebiasaan ini, efek pertama yang bisa terjadi adalah melambatnya metabolisme. Kalori yang dibakar oleh tubuh menjadi kurang efisien, gula bertahan lebih lama di dalam darah, dan lemak juga akan mengendap di tubuh.

    Duduk berjam-jam akan mengurangi aliran darah, mendorong pembentukan gumpalan darah, meningkatnya kadar kolesterol, yang semuanya berdampak pada penyakit jantung.

    Lalu, otot-otot di bagian bahwa akan melemah, sehingga mudah menjadi kaku dan membuat postur tubuh lebih buruk. Tak ayal orang yang lebih sering duduk dalam waktu lama akan rentan mengalami nyeri punggung dan leher.

    Perilaku ini juga dikaitkan pada tingkat kecemasan perubahan suasana hati, dan kelelahan yang lebih tinggi.

    Beberapa bukti dari studi juga menunjukkan duduk terlalu lama berkaitan dengan risiko kanker usus besar dan endometrium yang lebih tinggi.

    Bagaimana Cara Pencegahannya?

    Bagi banyak orang, kondisi tersebut mungkin tidak bisa terelakkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, ada beberapa tips yang bisa dilakukan agar risiko-risiko kesehatan di atas bisa ditekan.

    Caranya adalah dengan memecah periode diam yang panjang dengan gerakan sederhana, seperti berdiri setiap 30 hingga 60 menit untuk menyegarkan sirkulasi darah dan mengurangi kekakuan otot.

    Memilih untuk menggunakan tangga, alih-alih lift juga bisa berdampak pada tubuh untuk mendapatkan ‘gerakan’.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/naf)