Topik: diabetes

  • CISDI Ingatkan Risiko Jika Cukai Minuman Berpemanis Diundur Terus

    CISDI Ingatkan Risiko Jika Cukai Minuman Berpemanis Diundur Terus

    Jakarta

    Wacana pengenaan cukai pada minuman berpemanis dalam kemasan (MBDK) sebenarnya bukan hal baru. Isu ini sudah mencuat sejak 2016, tetapi lebih dari satu dekade berlalu, kebijakan tersebut belum juga terealisasi. Pemerintah kembali menunda penerapannya hingga tahun depan, 2026.

    Padahal, pada 2025 pemerintah telah menerbitkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 4 Tahun 2025 tentang rancangan peraturan pemerintah mengenai barang kena cukai berupa MBDK. Namun, keputusan itu urung dijalankan karena pertimbangan kondisi ekonomi dan daya beli masyarakat yang dinilai masih lemah.

    Menurut Nida Adzilah Auliani, Project Lead for Food Policy di Center for Indonesia’s Strategic Development Initiatives (CISDI), penundaan penerapan cukai justru bisa membawa konsekuensi serius terhadap kesehatan masyarakat.

    “Kalau molor terus, bebannya bukan hanya di ekonomi, tapi juga di kesehatan publik. Beban pembiayaan negara akibat penyakit tidak menular akan terus meningkat,” ujarnya dalam Temu Media di Kantor CISDI, Jakarta Pusat, Kamis (9/10/2025).

    Berdasarkan riset CISDI tahun 2024, penerapan cukai MBDK sebesar 20 persen dinilai ideal karena berpotensi menurunkan konsumsi minuman berpemanis hingga 18 persen, sekaligus mencegah lebih dari 455 ribu kasus diabetes melitus tipe 2 dan kematian terkait dalam kurun waktu 10 tahun ke depan.

    Nida menjelaskan, puluhan negara di dunia sudah lebih dulu menerapkan cukai MBDK, dengan besaran tarif rata-rata di kisaran 15 hingga 20 persen. Idealnya dengan skenario volumetrik, yakni tarif yang dihitung berdasarkan kadar gula dalam produk.

    “Angka 20 persen itu evidence based dan hasil pembelajaran global. Negara seperti Malaysia misalnya, menetapkan tarif yang terlalu rendah, efeknya terhadap penurunan penyakit tidak menular (PTM) tidak signifikan. Akhirnya mereka harus mengulang proses revisi yang panjang,” jelasnya.

    Ia menambahkan, penetapan tarif cukai memang harus berdasarkan bukti ilmiah agar kebijakan tersebut tidak berulang kali dikaji ulang tanpa hasil konkret.

    Salah satu alasan penundaan penerapan cukai sering dikaitkan dengan kekhawatiran penurunan pendapatan industri. Namun, menurut Nida, sejumlah kajian internasional menunjukkan bahwa kekhawatiran tersebut justru tidak benar.

    “Data menunjukkan bahwa ketika cukai diterapkan, masyarakat justru beralih ke air putih atau air mineral dalam kemasan (AMDK). Jadi konsumsi bergeser, bukan hilang. Pendapatan industri bisa tetap berjalan, hanya komposisi produknya yang berubah,” terangnya.

    Nida menyebutkan, reformulasi produk menjadi konsekuensi positif dari kebijakan ini. Produsen akan terdorong untuk mengurangi kadar gula atau berinovasi dengan produk yang lebih sehat.

    Menariknya, CISDI juga menyoroti tren produsen yang mengganti gula dengan pemanis buatan nol kalori (zero-calorie sweetened beverages) sebagai solusi menghindari cukai. Padahal, menurut rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), pemanis buatan tidak direkomendasikan sebagai substitusi jangka panjang karena tetap dapat memengaruhi preferensi rasa manis seseorang.

    “Intinya bukan soal mengganti bahan, tapi soal mengurangi ketergantungan pada rasa manis itu sendiri,” tegas Nida.

    Nida menegaskan, jika cukai MBDK diterapkan, air putih akan menjadi produk substitusi alami yang lebih sehat. Masyarakat akan lebih sadar bahwa harga kesehatan jauh lebih mahal dibanding harga minuman manis.

    “Pada akhirnya, cukai bukan soal menekan konsumsi semata, tapi juga mendorong perubahan perilaku. Ini soal keberlanjutan kesehatan bangsa,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    (naf/up)

  • Lindungi Anak dari Bahaya BPA, Dokter Imbau Orang Tua Harus Lebih Waspada

    Lindungi Anak dari Bahaya BPA, Dokter Imbau Orang Tua Harus Lebih Waspada

    Jakarta

    Setiap hari jutaan orang tua di Indonesia memberi susu dalam botol kepada bayi dan balita mereka dengan air minum dari galon guna ulang. Namun, mereka belum menyadari adanya ancaman kesehatan tersembunyi dari kebiasaan tersebut.

    Ahli Kesehatan Masyarakat, dr. Basrah Amru, menyampaikan bahwa anak bisa terpapar BPA sejak masih dalam kandungan dan ini bisa merusak perkembangan otaknya.

    Dampak jangka panjangnya juga mengerikan, yakni terkena obesitas dan diabetes di kemudian hari. Yang lebih mengkhawatirkan, BPA ternyata bisa melemahkan daya tahan tubuh anak.

    “Anak yang terpapar BPA lebih mudah sakit karena sistem kekebalannya terganggu,” ujar dr. Basrah dalam keterangannya, Kamis (9/10/2025).

    Para ahli kesehatan lain juga sudah memperingatkan bahwa balita paling berisiko terkena dampak buruk dari bahan kimia berbahaya yang ada dalam produk plastik keras pada galon guna ulang.

    Selain itu, dr. Basrah juga menegaskan bahwa meskipun efek paparan BPA mungkin tidak langsung terlihat pada saat ini, dampaknya dapat berlangsung seumur hidup.

    “Dampak BPA mungkin tidak terlihat sekarang, tapi bisa berlangsung seumur hidup. Makanya, melindungi anak dari BPA harus jadi prioritas utama,” tegasnya.

    Peringatan ini bahkan sudah diakui dunia internasional melalui rancangan perjanjian global yang dipelopori oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa di Busan, Korea Selatan. Rancangan perjanjian itu secara khusus menyebutkan perlunya melindungi balita dari paparan Bisphenol A (BPA).

    BPA adalah bahan kimia yang biasa digunakan untuk membuat plastik keras dan lapisan dalam kaleng makanan. Dalam kehidupan sehari-hari, BPA bisa ditemukan pada galon guna ulang, wadah makanan, mainan anak, dan bahkan struk belanja. Yang mengkhawatirkan, BPA bisa berpindah dari kemasan ke makanan atau minuman, terutama saat terkena panas.

    Ikatan Dokter Anak Indonesia, Dr. Irfan Dzakir Nugroho mengatakan bahwa paparan BPA berpotensi menimbulkan berbagai gangguan pada anak, mulai dari peningkatan perilaku hiperaktif, hingga kemungkinan berkembangnya gejala depresi.

    “BPA bisa menyebabkan anak jadi hiperaktif, cemas, susah konsentrasi, bahkan depresi,” katanya.

    Peringatan para dokter di atas sejalan dengan badan keamanan pangan Eropa (EFSA) yang pada tahun lalu sudah menurunkan batas aman BPA sampai 20.000 kali lipat lebih ketat karena ternyata BPA berbahaya meski dalam jumlah sangat sedikit. Eropa bahkan sudah melarang penggunaan BPA dalam kemasan makanan mulai Januari 2025.

    Di Indonesia, BPOM mewajibkan mencantumkan label bahaya Bisfenol A atau BPA pada galon air minum dalam kemasan yang menggunakan kemasan polikarbonat.

    Untuk melindungi buah hati kita dari bahaya BPA, para ahli menyarankan:

    1. Pilih botol susu dan wadah makanan berlabel ‘BPA Free’

    2. Hindari memanaskan makanan dalam wadah plastik

    3. Ganti galon air minum yang sudah lama dan berusia di atas 1 tahun, kusam, atau retak

    4. Baca label kemasan sebelum membeli produk anak

    Dengan semakin banyaknya negara yang melarang BPA dan bertambahnya bukti ilmiah tentang bahayanya, orang tua Indonesia diharapkan lebih waspada dalam memilih produk untuk anak, terutama pada 1000 hari pertama kehidupan yang sangat menentukan masa depan si kecil.

    (ega/ega)

  • Neurolog Ungkap Kebiasaan yang Tak Disadari Picu Otak Menyusut

    Neurolog Ungkap Kebiasaan yang Tak Disadari Picu Otak Menyusut

    Jakarta

    Risiko penyusutan otak mengintai generasi muda, terlebih banyak faktor risiko yang kerap terabaikan. Pakar saraf Prof Dr dr Yuda Turana SpS mewanti-wanti gejala ‘mudah lupa’ atau lebih lupa dari biasanya yang bisa menjadi tanda awal, baik dalam jangka waktu pendek maupun panjang.

    “Secara subyektif merasa ‘kok saya jadi mudah lupa dari biasanya’, atau orang lain menilai dan mempertanyakan ‘kenapa kamu jadi sering lupa?’” tuturnya saat ditemui detikcom Selasa (7/10/2025).

    Menurutnya, secara umum penyusutan otak mulai terjadi setelah usia 50 tahun, sedikitnya terjadi penyusutan satu persen setiap tahun. Namun, faktor risiko bisa mempercepat kemungkinan tersebut.

    Apa saja kebiasaan yang kerap tidak disadari memicu penyusutan otak?

    Pertama, terkait hipertensi. Data di Indonesia menunjukkan hipertensi sedikitnya dialami oleh 30 persen penduduk RI. Banyak yang kerap tidak menyadari hipertensi lantaran jarang menimbulkan gejala.

    Hipertensi yang tidak terkontrol jelas memicu risiko peningkatan penyusutan otak lebih tinggi ketimbang mereka yang menjaga tekanan darah tetap normal.

    Kondisi yang sama terjadi saat seseorang memiliki riwayat diabetes atau kadar gula darah tinggi. Mengutip sejumlah riset, Prof Yuda menekankan kadar gula darah di atas normal dalam satu dekade akan memicu pengerutan atau penyusutan otak.

    “Hindari makanan yang manis-manis, termasuk karbohidrat tinggi,” saran dia.

    Kesepian Tingkatkan 2-3 Kali Risiko Otak Mengecil

    Bukan hanya kondisi fisik, kesehatan psikis atau mental juga berpengaruh pada penyusutan otak. Mereka yang kerap cemas dan depresi lebih berisiko mengalami kondisi ini.

    Terlebih bila situasinya dibarengi dengan ‘loneliness’ atau kesepian. “Jadi bukan selalu kesepian karena secara fisik tinggal sendiri, tetapi loneliness yang termasuk terus menerus merasa sendiri, merasa terasing, tidak dihargai,” ceritanya.

    “Hati-hati, itu bisa dua sampai tiga kali faktor risiko kepikunan, otak mengecil,” lanjut dia.

    Aktivitas Fisik

    Bukan hanya bagi mereka yang obesitas, seseorang dengan minim aktivitas fisik berisiko mengalami penyusutan otak meski berat badannya terbilang ideal. Sejumlah riset menunjukkan risiko keduanya sama besar saat kerap berada di ‘sedentary lifestyle’. Mirisnya, tren kurangnya aktivitas fisik berdasarkan hasil cek kesehatan gratis pada dewasa dan lansia bahkan mencapai lebih dari 90 persen.

    “Jadi aktivitas fisik bukan semata-mata ini obesitas atau tidak, kalaupun BB-nya ideal tapi ada aktivitas fisik, tidak pernah bergerak cenderung diam meski tidak obesitas, sama risikonya dengan obesitas,” sambungnya.

    Polusi Cahaya

    Faktor risiko tambahan, yang juga meningkatkan risiko penyusutan otak adalah polusi cahaya. Apa maksudnya?

    “Polusi cahaya itu cenderung bahwa Tuhan sudah menciptakan kok misalnya malam hari harus gelap, siang hari kita sebenarnya sudah cukup dengan matahari sebenarnya,” beber dia.

    Namun, yang terjadi pada siang hari, saat ini mayoritas sudah menggunakan teknologi dengan lampu penerangan. Begitu pula saat gelap di malam hari, saat tidur Prof Yuda menyoroti banyak masyarakat justru terpapar cahaya berlebihan, yang sebenarnya secara alami lebih baik untuk waktu tidur.

    “Terjadilah yang disebut dengan polusi cahaya, polusi cahaya itu kelebihan cahaya saat waktu malam hari tetapi kekurangan cahaya matahari waktu siang,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 3

    (naf/kna)

  • Batasi Selagi Bisa, 5 Makanan Ini Bisa Merusak Ginjal

    Batasi Selagi Bisa, 5 Makanan Ini Bisa Merusak Ginjal

    Jakarta

    Diabetes masih menjadi salah satu masalah kesehatan terbesar di dunia. Penyakit ini tidak hanya berdampak pada kadar gula darah, tetapi juga meningkatkan risiko komplikasi serius, termasuk kerusakan ginjal atau penyakit ginjal kronis (CKD). Data International Diabetes Federation (IDF) 2021 menunjukkan bahwa lebih dari 19,46 juta orang di Indonesia hidup dengan diabetes, dan sebagian besar di antaranya berisiko mengalami komplikasi ginjal bila pola hidup sehat tidak diperbaiki.

    Ginjal berfungsi menyaring limbah dan cairan berlebih dari darah. Namun, gula darah tinggi yang berlangsung lama dapat merusak pembuluh darah kecil dalam ginjal sehingga fungsi penyaringan melemah. Bila tidak dicegah, kondisi ini bisa berkembang menjadi gagal ginjal. Karena itu, pengidap diabetes perlu memberi perhatian khusus pada pola makan sehari-hari. Beberapa jenis makanan terbukti mempercepat kerusakan ginjal, sementara yang lain justru membantu melindungi fungsi ginjal agar tetap optimal.

    1. Makanan Tinggi Garam

    Asupan garam berlebih dari mie instan, keripik, makanan cepat saji, atau makanan olahan dapat meningkatkan tekanan darah. Hipertensi atau tekanan darah tinggi menjadi salah satu faktor yang mempercepat kerusakan ginjal pada penderita diabetes.

    Penelitian dalam International Urology and Nephrology tahun 2022 menunjukkan bahwa pembatasan natrium hingga kurang dari 2 gram per hari membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi retensi cairan pada pasien CKD.

    2. Buah Tinggi Kalium

    Kalium memang bermanfaat bagi tubuh, tetapi pada penderita diabetes dengan fungsi ginjal terganggu, kadar kalium yang berlebihan dapat berbahaya buat jantung. Buah seperti pisang, alpukat, jeruk, pepaya, dan melon sebaiknya dikurangi.

    Journal of Renal Nutrition tahun 2020 menegaskan bahwa pembatasan kalium secara bertahap diperlukan untuk mencegah hiperkalemia pada pasien CKD lanjut. Sebagai alternatif, pilihlah buah yang rendah kalium seperti apel, anggur, nanas, atau pir yang lebih aman dikonsumsi.

    3. Produk Susu Tinggi Fosfor

    Produk susu full cream, keju, cokelat, hingga kacang-kacangan memiliki kandungan fosfor cukup tinggi. Penderita diabetes yang menderita gangguan ginjal, asupan fosfor berlebih dapat menyebabkan ketidakseimbangan kalsium dan memperburuk kesehatan tulang. Fosfor juga memberikan beban tambahan pada ginjal yang sudah bekerja lebih berat.

    4. Daging Olahan dan Gorengan

    Sosis, nugget, bacon, dan daging olahan lain biasanya tinggi garam, lemak jenuh, serta bahan pengawet. Jika ditambah dengan proses menggoreng, kandungan lemak trans meningkat. Konsumsi rutin makanan jenis ini terbukti mempercepat kerusakan pembuluh darah, meningkatkan kolesterol, dan memperberat fungsi ginjal.

    5. Minuman Manis dan Bersoda

    Minuman kemasan, soda, boba, hingga teh manis kemasan mengandung gula tambahan yang tinggi. Bagi penderita diabetes, konsumsi gula berlebih akan memperburuk kontrol gula darah. Selain itu, asupan kalori tinggi dari minuman manis meningkatkan risiko obesitas yang menjadi beban tambahan bagi ginjal.

    Pilihan Makanan yang Lebih Aman

    Selain menghindari makanan berisiko, ada pula pilihan makanan yang mendukung kesehatan ginjal. Ikan berlemak seperti salmon, tuna, dan sarden kaya akan omega-3 yang bermanfaat menurunkan peradangan. Penelitian dalam Jurnal Plos One tahun 2020 menyebutkan bahwa suplementasi omega-3 dapat membantu mengurangi proteinuria pada pasien diabetes.

    Sayuran rendah kalium seperti kubis, kembang kol, paprika merah, dan timun juga lebih aman untuk penderita diabetes dengan risiko gangguan ginjal. Buah rendah kalium seperti apel, anggur, dan nanas dapat menjadi pilihan sehat untuk konsumsi harian.

    Kesimpulan

    Ginjal tetap bisa dijaga kesehatannya meski pada pengidap diabetes, asalkan pola makan diperhatikan. Pembatasan garam, kalium, fosfor, serta menghindari daging olahan dan minuman manis merupakan langkah penting. Sebaliknya, memilih ikan kaya omega-3, sayuran rendah kalium, dan buah segar yang tepat membantu memperlambat kerusakan ginjal.

    Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pengaturan diet berperan besar dalam menjaga fungsi ginjal pada penderita diabetes. Dengan pola makan sehat, pengendalian gula darah, serta pemeriksaan rutin, komplikasi dapat dicegah sehingga kualitas hidup tetap terjaga.

    Halaman 2 dari 4

    Simak Video “Video: Kenali Tanda-tanda Gejala Diabetes di Pagi Hari”
    [Gambas:Video 20detik]
    (mal/up)

  • 6 Manfaat Japanese Walking untuk Kesehatan Tubuh, Lebih Efektif dari 10 Ribu Langkah?

    6 Manfaat Japanese Walking untuk Kesehatan Tubuh, Lebih Efektif dari 10 Ribu Langkah?

    Jakarta

    Berjalan kaki dikenal sebagai salah satu olahraga paling sederhana dan efektif untuk menjaga kesehatan tubuh. Dari berbagai teknik berjalan yang populer, dua di antaranya adalah Japanese Walking atau jalan kaki ala Jepang, dan jalan kaki 10.000 langkah.

    Japanese Walking dilakukan dengan cara bergantian antara berjalan lambat dan cepat setiap tiga menit selama sekitar 30 menit. Dikutip dari laman The Economic Times, metode ini diyakini memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan jalan kaki 10.000 langkah. Lantas, apa saja manfaat lebih dari jalan kaki ala Jepang ini?

    1. Membantu Menurunkan Tekanan Darah

    Japanese walking menunjukkan pengurangan yang lebih besar dalam tekanan darah sistolik dan diastolik dibandingkan jalan kaki terus menerus yang disesuaikan dengan waktu dan energi. Hal ini karena adanya pola beban dan pemulihan kardiovaskular yang terjadi berulang kali.

    2. Mengontrol Kadar Gula Darah yang Lebih Baik

    Interval cepat atau lambat yang bergantian bisa meningkatkan sensitivitas insulin dan menurunkan glukosa lebih dari jalan santai dengan durasi yang sama. Manfaat ini dibuktikan pada orang dewasa dengan diabetes tipe 2.

    3. Peningkatan Kapasitas Aerobik yang Lebih Besar

    Japanese walking mengungguli jalan kaki terus menerus dalam meningkatkan kebugaran terkait VO2 pada orang dewasa paruh baya dan lebih tua. Sehingga hal tersebut menunjukkan adanya adaptasi kardiorespirasi yang lebih efisien untuk setiap menit latihan.

    Dikutip dari laman Slate Safely, VO2 adalah ukuran laju konsumsi oksigen seseorang.

    4. Komposisi Tubuh yang Lebih Baik

    Dibandingkan dengan jalan kaki terus menerus yang disesuaikan waktunya, Japanese walking lebih efektif mengurangi BMI atau Indeks Massa Tubuh (IMT). Jalan kaki ini memperbaiki komposisi tubuh, mencerminkan rangsangan metabolik yang lebih tinggi dari pola latihan interval.

    5. Meningkatkan Kekuatan dan Stabilitas

    Japanese walking meningkatkan ukuran kekuatan otot yang terkait dengan keseimbangan dan ketahanan terhadap jatuh. Manfaat ini tidak selalu terlihat pada sasaran hitungan langkah biasa.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/suc)

  • Terungkap! Ini yang Terjadi pada Otak Hanya dalam 4 Hari Setelah Konsumsi Junk Food

    Terungkap! Ini yang Terjadi pada Otak Hanya dalam 4 Hari Setelah Konsumsi Junk Food

    Jakarta

    Sebuah studi yang dilakukan oleh peneliti dari University of North Carolina (UNC) School of Medicine mengungkap bagaimana konsumsi junk food atau makanan cepat saji dapat mengubah pusat memori di otak dan meningkatkan risiko gangguan fungsi kognitif. Temuan ini membuka peluang baru untuk melakukan pencegahan terhadap hilangnya memori jangka panjang yang berkaitan dengan obesitas.

    Dikutip dari laman Medical Xpress, para peneliti menemukan bahwa sekelompok sel otak khusus di area hipokampus yang disebut interneuron CCK menjadi terlalu aktif setelah mengonsumsi makanan tinggi lemak. Kondisi ini terjadi akibat terganggunya kemampuan otak dalam menerima glukosa sebagai sumber energi utama.

    Aktivitas berlebihan tersebut mengganggu proses pengolahan memori di hipokampus, bahkan hanya setelah beberapa hari mengonsumsi makanan berlemak tinggi. Jenis makanan ini serupa dengan makanan cepat saji yang kaya lemak jenuh seperti burger keju dan kentang goreng. Penelitian juga mengungkap bahwa protein PKM2, yang berfungsi mengatur cara sel otak memanfaatkan energi, memiliki peran penting dalam terjadinya gangguan ini.

    “Kami tahu bahwa pola makan dan metabolisme dapat memengaruhi kesehatan otak, tetapi kami tidak menyangka akan menemukan kelompok sel otak yang spesifik dan rentan, yaitu interneuron CCK di hipokampus, yang secara langsung terganggu oleh paparan pola makan tinggi lemak jangka pendek,” ujar Juan Song, Ph.D, peneliti utama yang merupakan anggota UNC Neuroscience Center.

    Menurut Song, hal yang paling mengejutkan bagi tim peneliti adalah seberapa cepat sel-sel otak tersebut mengubah aktivitasnya sebagai respons terhadap berkurangnya pasokan glukosa, serta bagaimana perubahan kecil ini saja sudah cukup untuk mengganggu daya ingat.

    Dalam penelitian, tikus percobaan diberi pola makan tinggi lemak yang menyerupai konsumsi makanan cepat saji. Hanya dalam waktu empat hari, aktivitas interneuron CCK di pusat memori otak meningkat secara abnormal. Hasil ini menunjukkan bahwa makanan tinggi lemak dapat memengaruhi fungsi otak hampir seketika, bahkan sebelum terjadi kenaikan berat badan atau munculnya diabetes.

    Hasil penelitian juga menyoroti betapa sensitifnya sirkuit memori otak terhadap pola makan dan menegaskan pentingnya nutrisi dalam menjaga kesehatan otak. Pola makan tinggi lemak yang kaya akan lemak jenuh berpotensi meningkatkan risiko neurodegeneratif, seperti demensia dan Alzheimer.

    “Penelitian ini menyoroti bagaimana apa yang kita makan dapat dengan cepat memengaruhi kesehatan otak dan bagaimana intervensi dini, baik melalui puasa maupun obat-obatan, dapat melindungi memori dan menurunkan risiko masalah kognitif jangka panjang yang terkait dengan obesitas dan gangguan metabolisme,” kata Song.

    Menurutnya, dalam jangka panjang strategi semacam ini bisa membantu mengurangi peningkatan beban kasus demensia dan Alzheimer yang berkaitan dengan gangguan metabolik. Sekaligus, menawarkan perawatan yang lebih holistik dengan memperhatikan kesehatan tubuh dan otak secara bersamaan.

    Penelitian ini sedang berlangsung untuk lebih memahami bagaimana neuron-neuron sensitif glukosa ini mengganggu ritme otak yang mendukung daya ingat. Para peneliti berencana menguji terapi-terapi tertarget ini bisa diterapkan pada manusia dan bagaimana pola tinggi lemak bisa menjadi faktor penyebab Alzheimer.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/suc)

  • 99 Persen Kasus Serangan Jantung Diawali dengan Tanda Peringatan Ini

    99 Persen Kasus Serangan Jantung Diawali dengan Tanda Peringatan Ini

    Jakarta

    Sebelum serangan jantung, stroke, atau penyakit kardiovaskular lainnya terjadi, hampir selalu ada tanda-tanda peringatan. Begitulah temuan dari sebuah studi terbaru yang dipublikasikan di Journal of the American College of Cardiology.

    Peringatan tersebut di antaranya tekanan darah tinggi, kadar gula darah, kolesterol, hingga kebiasaan merokok.

    Dalam studi tersebut, peneliti menganalisis data dari dua kelompok besar, lebih dari 600 ribu kasus penyakit kardiovaskular di Korea Selatan dan sekitar 1.000 kasus di Amerika Serikat.

    Para peneliti mencatat lebih dari 99 persen kasus penyakit jantung, gagal jantung, atau stroke didahului oleh setidaknya satu faktor risiko klasik.

    “Bahkan peningkatan ringan dari keempat faktor ini perlu segera ditangani dengan perubahan gaya hidup atau pengobatan,” kata Philip Greenland, salah satu penulis utama studi sekaligus profesor kedokteran pencegahan di Northwestern University Feinberg School of Medicine, Chicago, dikutip dari CNN.

    Temuan ini dinilai penting karena menunjukkan dokter dan pasien sebenarnya memiliki kendali besar untuk mencegah sebagian besar kasus penyakit jantung, demikian wanti-wanti Susan Cheng, profesor sekaligus wakil ketua bidang riset Departemen Kardiologi di Smidt Heart Institute, Cedars-Sinai Medical Center, Los Angeles.

    Beberapa penelitian sebelumnya sempat menunjukkan semakin banyak kasus penyakit jantung terjadi tanpa faktor risiko tradisional.

    Hal itu menimbulkan dugaan bahwa mungkin ada penyebab lain yang belum sepenuhnya dipahami oleh dunia medis. Namun, studi terbaru ini berbeda. Para peneliti tidak hanya melihat diagnosis formal seperti hipertensi atau diabetes, tetapi menelusuri data medis lengkap pasien.

    Dengan pendekatan ini, mereka menemukan hampir semua kasus memang sudah memiliki faktor risiko yang dapat dimodifikasi sebelum penyakit berkembang.

    “Jadi, jika dokter dan pasien ingin benar-benar menurunkan risiko penyakit jantung, langkah terbaik adalah terus mengelola tekanan darah, gula darah, kolesterol, dan berhenti merokok,” ujar Cheng.

    Bukan Melawan Penuaan, Tapi Memperpanjang Umur Sehat

    Menurut Dr Karen Joynt Maddox, profesor kedokteran kardiologi di Washington University Medical School, ilmu kedokteran sudah banyak memahami tentang penyakit jantung dalam satu abad terakhir. Namun, penerapan pengetahuan itu di kehidupan nyata masih menjadi tantangan.

    Salah satu kendala, katanya, adalah sifat risiko penyakit jantung yang terasa abstrak.

    “Ketika seseorang sudah sakit, lebih mudah baginya untuk termotivasi melakukan perubahan. Tapi sulit menjelaskan pentingnya pencegahan untuk sesuatu yang belum terjadi,” jelas Joynt Maddox.

    Sementara itu, Dr. Ahmed Tawakol, ahli jantung di Massachusetts General Hospital dan profesor di Harvard Medical School, menilai bahwa banyak orang mengaitkan pengobatan atau pencegahan penyakit jantung dengan proses menua sesuatu yang menakutkan bagi sebagian pasien.

    Padahal, katanya, mengelola tekanan darah, gula darah, dan kolesterol bukan berarti kehilangan masa muda, melainkan langkah untuk memperpanjang usia dan menjaga kualitas hidup.

    “Ini bukan soal melawan penuaan, tapi memperpanjang masa hidup yang sehat, memberi Anda lebih banyak waktu untuk merasa muda dan melakukan hal yang bermakna,” ujarnya.

    Jaga Tekanan Darah, Tidur Cukup, dan Kelola Stres

    Meski faktor risiko penyakit jantung tidak banyak berubah, teknologi dan cara mengelolanya terus berkembang.

    Langkah sederhana bisa dimulai dari memantau tekanan darah di rumah, lalu bekerja sama dengan dokter untuk memantau kondisi dan membuat rencana pengelolaan kesehatan.

    Selain faktor medis, gaya hidup sehat juga berperan besar. Menurut Tawakol, tidur cukup, rutin berolahraga, menjaga berat badan ideal, makan bergizi, dan mengelola stres adalah kunci utama menurunkan risiko penyakit jantung.

    “Stres dan depresi bisa menjadi faktor risiko sekuat merokok atau diabetes,” ujarnya.

    “Semakin banyak bukti menunjukkan bahwa mengatasi semua faktor ini secara bersamaan dapat membantu orang menikmati hidup yang lebih panjang dan sehat.”

    Simak Video “Video Nyeri di Ulu Hati? Waspada Gejala Penyakit Jantung Koroner”
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/naf)

  • Kenali Deretan Gejala Tak Biasa yang Bisa Jadi Tanda Sakit Jantung dan Stroke

    Kenali Deretan Gejala Tak Biasa yang Bisa Jadi Tanda Sakit Jantung dan Stroke

    JAKARTA – Penyakit jantung dan stroke merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada seseorang. Kedua penyakit ini pada umumnya memiliki gejala yang sudah dikenal luas.

    Seperti penyakit jantung, gejalanya antara lain nyeri dada, sesak napas, keringat dingin, hingga mual. Sementara stroke gejalanya ialah wajah terkulai, lengan tidak bisa diangkat, hingga kesulitan bicara.

    Namun, di luar gejala tersebut, masih ada gejala lain penyakit jantung dan stroke yang tidak biasa sehingga sering diabaikan dan tidak disadari. Berikut beberapa gejala tersebut yang harus diketahui.

    1. Gusi Berdarah

    Dikutip dari Daily Mail, pada Sabtu, 4 Oktober 2025, gusi berdarah ternyata bisa berkaitan dengan penyakit jantung dan stroke. Sebuah studi di British Heart Foundation menemukan pengidap penyakit gusi 69 persen lebih mungkin terkena diabetes tipe 2, yang pada akhirnya meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

    “Kami percaya sebagian kaitan antara penyakit gusi dan penyakit kardiovaskular dapat dijelaskan oleh peradangan akibat bakteri di mulut,” kata ahli jantung dari Imperial College London, Profesor Rasha Al-Lamee.

    2. Tidur Mendengkur

    Tidur sambil mendengkur sering dikaitkan dnegan kondisi obstructive sleep apnoea (OSA), sebuah gangguan umum ketika dinging tenggorokan mengendur dan menutup dalam beberapa waktu ketika tidur.

    Kondisi ini ternyata dapat berkaitan dengan penyakit jantung sehingga jika sering mengalaminya, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter.

    “Walau mendengkur itu sendiri tidak secara langsung terkait dengan penyakit jantung, tetapi sleep apnoea, iya. Ini karena hubungannya dengan obesitas dan kondisi metabolik lain sehingga harus dianggap sebagai tanda peringatan bila Anda belum mengelola faktor risiko tersebut,” ujar Rasha.

    3. Jari-Jari Mati Rasa hingga Kesemutan

    Jari-jari yang mati rasa hingga kesemutan sering dianggap sebagai hal sepele oleh banyak orang. Padahal, kondisi tersebut bisa menjadi salah satu tanda bahwa seseorang memiliki risiko penyakit jantung.

    Ketika suhu turun, pembuluh darah akan secara alami menyempit. Ini akan meningkatkan tekanan darah dan memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

    Untuk melindungi organ vital seperti otak, paru, dan ginjal, maka sirkulasi darah ke bagian tepi akan berkurang. Ini pada akhirnya yang membuat tangan dan kaki tampak pucat, kebiruan, mati rasa, hingga kesemutan.

    Jika jantung sedang bermasalah atau peredaran darah tidak baik, maka efek tersebut bisa lebih parah.

  • Pengadilan India Perintahkan Dokter Perbaiki Tulisan Cakar Ayam

    Pengadilan India Perintahkan Dokter Perbaiki Tulisan Cakar Ayam

    Jakarta

    Pada saat kebanyakan orang menggunakan gawai elektronik untuk menulis, apakah tulisan tangan masih penting? Ya, kata pengadilan India, jika penulisnya adalah seorang dokter.

    Tulisan dokter seperti cakar ayam dan hanya dapat dipahami oleh apoteker adalah lelucon yang umum di India serta di seluruh dunia.

    Namun, perintah terbaru yang menekankan tulisan tangan harus jelas baru-baru ini datang dari Pengadilan Tinggi Punjab dan Haryana.

    Dalam putusannya, pengadilan tersebut menyatakan bahwa “resep medis yang bisa terbaca adalah hak asasi” karena dapat menentukan hidup dan mati.

    Perintah pengadilan tersebut muncul dalam kasus yang tidak ada hubungannya dengan tulisan tangan, tapi kasus dugaan pemerkosaan, penipuan, dan pemalsuan.

    Dalam kasus tersebut, seorang perempuan menuduh seorang pria telah mengambil uang darinya dengan menjanjikan pekerjaan di pemerintahan. Sang pria dituduh melakukan wawancara palsu dan mengeksploitasinya secara seksual.

    Sang pria membantah tuduhan tersebut. Dia mengatakan mereka berhubungan suka sama suka dan kasus itu diajukan karena perselisihan soal uang.

    “Hal itu mengguncang hati nurani pengadilan ini karena bahkan satu kata atau satu huruf pun tidak terbaca,” tulisnya dalam putusan tersebut.

    BBC telah melihat salinan putusan pengadilan yang melampirkan laporan medis tersebut serta resep dua halaman berisi coretan dokter yang tidak terbaca.

    Getty ImagesTulisan dokter seperti cakar ayam dan hanya dapat dipahami oleh apoteker adalah lelucon yang umum di India serta di seluruh dunia.

    “Pada masa ketika teknologi dan komputer mudah diakses, sungguh mengejutkan bahwa dokter pemerintah masih menulis resep dengan tulisan tangan yang tidak dapat dibaca oleh siapa pun kecuali mungkin beberapa ahli kimia,” tulis Hakim Puri.

    Pengadilan meminta pemerintah untuk memasukkan pelajaran menulis tangan ke dalam kurikulum kuliah kedokteran dan menetapkan jangka waktu dua tahun untuk meluncurkan resep digital.

    Sepanjang hal itu belum terwujud, semua dokter harus menulis resep dengan jelas menggunakan huruf kapital, kata Hakim Puri.

    Dr. Dilip Bhanushali, presiden Asosiasi Medis India yang beranggotakan lebih dari 330.000 dokter, mengatakan kepada BBC bahwa mereka bersedia membantu menemukan solusi untuk masalah ini.

    Di kota-kota besar, katanya, dokter telah beralih ke resep digital. Namun, sangat sulit untuk mendapatkan resep yang jelas di daerah pedesaan dan kota-kota kecil.

    “Sudah menjadi fakta umum bahwa banyak dokter memiliki tulisan tangan yang buruk, tetapi itu karena sebagian besar praktisi medis sangat sibuk, terutama di rumah sakit pemerintah yang penuh sesak,” katanya.

    “Kami telah menyarankan anggota kami untuk mengikuti pedoman pemerintah dan menulis resep dengan huruf tebal yang mudah dibaca oleh pasien dan apoteker. Seorang dokter yang menangani tujuh pasien sehari bisa melakukannya, tetapi jika menangani 70 pasien sehari, dokter tidak bisa melakukannya,” tambahnya.

    Chilukuri ParamathamaSalah satu resep dokter di India. Para ahli mengatakan keluhan soal tulisan tangan dokter bukanlah tentang estetika, melainkan resep medis yang menimbulkan ambiguitas atau salah tafsir yang dapat berakibat seriusbahkan tragis.

    Ini bukan pertama kalinya pengadilan India menegur tulisan tangan dokter.

    Kasus-kasus sebelumnya, termasuk Pengadilan Tinggi di Negara Bagian Odisha, mengeluhkan “gaya penulisan zig-zag oleh dokter”.

    Ada pula hakim di Pengadilan Tinggi Allahabad yang mengeluhkan “laporan tulisan tangan yang sangat buruk sehingga tidak dapat dipahami”.

    Para ahli mengatakan keluhan soal tulisan tangan dokter bukanlah tentang estetika, melainkan resep medis yang menimbulkan ambiguitas atau salah tafsir yang dapat berakibat serius bahkan tragis.

    Menurut laporan Institute of Medicine (IoM) pada 1999, kesalahan medis menyebabkan setidaknya sekitar 44.000 kematian yang sebenarnya dapat dicegah setiap tahunnya di AS.

    Dari jumlah itu, 7.000 di antaranya disebabkan oleh tulisan tangan yang buruk.

    Baru-baru ini, di Skotlandia, seorang perempuan mengalami cedera setelah ia secara keliru diberi krim disfungsi ereksi untuk mengatasi kondisi mata kering.

    Otoritas kesehatan di UK telah mengakui bahwa “kesalahan pemberian obat menyebabkan tingkat bahaya dan kematian yang mengerikan”.

    Kemudian, “peluncuran sistem resep elektronik di lebih banyak rumah sakit dapat mengurangi kesalahan hingga 50%”.

    India tidak memiliki data yang kuat tentang bahaya yang disebabkan oleh tulisan tangan yang buruk.

    Namun, ada kasus kesalahan membaca resep mengakibatkan keadaan darurat kesehatan dan banyak kematian.

    Seorang perempuan dilaporkan menderita kejang-kejang setelah meminum obat diabetes yang namanya mirip dengan obat pereda nyeri yang diresepkan kepadanya.

    Chilukuri ParamathamaSejumlah apoteker mengatakan bahwa resep yang ditulis dengan buruk masih terus berdatangan ke apotek mereka.

    Chilukuri Paramathama, yang mengelola sebuah apotek di Kota Nalgonda di Negara Bagian Telangana, India selatan, mengatakan kepada BBC bahwa pada 2014, ia mengajukan petisi ke Pengadilan Tinggi di Hyderabad.

    Hal itu dilakukan usai dia membaca berita tentang seorang anak berusia tiga tahun yang meninggal dunia di Kota Noida setelah salah suntik.

    Kampanyenya, yang menuntut larangan penuh resep tulisan tangan, membuahkan hasil.

    Pada 2016, Dewan Medis India memerintahkan bahwa “setiap dokter harus meresepkan obat dengan nama generik dengan jelas dan sebaiknya menggunakan huruf kapital”.

    Pada 2020, Menteri Kesehatan Muda India, Ashwini Kumar Choubey, mengatakan kepada parlemen bahwa otoritas medis “telah diberi wewenang untuk mengambil tindakan disipliner terhadap seorang dokter yang melanggar perintah tersebut”.

    Namun hampir satu dekade kemudian, Chilukuri dan apoteker lainnya mengatakan bahwa resep yang ditulis dengan buruk masih terus berdatangan ke apotek mereka.

    Chilukuri mengirimi BBC sejumlah resep yang dilihatnya selama beberapa tahun terakhir yang bahkan ia sendiri tidak dapat memahaminya.

    Ravindra Khandelwal, CEO Dhanwantary, salah satu apotek paling terkenal di Kolkata dengan 28 cabang yang tersebar di berbagai kota dan desa di Benggala Barat dan melayani lebih dari 4.000 pelanggan setiap hari, mengaku terkadang resep yang mereka terima hampir tidak terbaca.

    “Selama bertahun-tahun, kami telah menyaksikan pergeseran dari resep tulisan tangan ke resep cetak di kota-kota. Tetapi di daerah pinggiran kota dan pedesaan, sebagian besar masih ditulis tangan.”

    Stafnya, kata Ravindra, sangat berpengalaman dan mampu mengartikan sebagian besar resep untuk memastikan pelanggan mendapatkan obat yang tepat.

    “Meski begitu, terkadang kami harus menghubungi dokter karena sangat penting bagi kami untuk memberikan obat yang tepat.”

    Lihat juga Video ‘India Gaungkan Gerakan Cinta Produk Lokal Imbas Tarif Trump’:

    (ita/ita)

  • Kenali Gejalanya, Ini 4 Tahapan Perkembangan Asam Urat yang Perlu Diketahui

    Kenali Gejalanya, Ini 4 Tahapan Perkembangan Asam Urat yang Perlu Diketahui

    YOGYAKARTA – Penyakit asam urat merupakan masalah kesehatan yang sering dikaitkan dengan usia lanjut. Namun, faktanya asam urat juga dapat menyerang orang muda, bahkan remaja dan anak-anak. Kondisi ini muncul akibat tingginya kadar asam urat dalam darah yang kemudian mengendap di persendian.

    Asam urat sendiri adalah produk sampingan alami dari metabolisme tubuh. Dalam kondisi normal, tubuh akan membuangnya melalui urin, namun jika jumlahnya berlebihan, asam urat akan membentuk kristal yang menumpuk di sendi. Kristal inilah yang memicu peradangan, rasa nyeri, hingga pembengkakan.

    Tahapan Perkembangan Asam Urat

    Penyakit asam urat tidak boleh dianggap sepele karena dapat menyebabkan komplikasi serius seperti kerusakan tulang permanen. Karena itu penting untuk mengenali tahapan perkembangan asam urat agar penanganannya bisa dilakukan sedini mungkin. Berikut penjelasan empat tahapannya.

    Tahap Asam Urat Tinggi (Hiperurisemia Asimtomatik)

    Tahap pertama perkembangan asam urat disebut hiperurisemia asimtomatik. Pada kondisi ini, kadar asam urat dalam darah sudah mulai menumpuk dan mulai membentuk kristal, tetapi belum menimbulkan gejala. Kristal asam urat sebenarnya mulai terbentuk di sekitar sendi, terutama pada kaki.

    Meskipun tanpa gejala, tahap ini sangat penting dikenali. Pemeriksaan kadar asam urat melalui tes darah menjadi satu-satunya cara untuk mengetahui kondisi ini. Jika tidak segera dikendalikan, risiko berkembang ke tahap berikutnya semakin besar.

    Tahap Asam Urat Akut

    Tahap kedua adalah saat penderita mulai merasakan gejala secara tiba-tiba. Serangan dapat muncul mendadak, biasanya pada malam hari, dengan gejala berupa nyeri, pembengkakan, atau kemerahan pada sendi. Sendi yang paling sering terkena adalah jempol kaki, pergelangan kaki, atau lutut.

    Pada tahap ini, kristal asam urat dilepaskan ke cairan sendi dan memicu peradangan. Sel darah putih dalam cairan melepaskan zat inflamasi dan menyebabkan nyeri. Jika mengalami hal ini, segera temui dokter.

    Tahap Asam Urat Interkritis

    Tahap ketiga, asam urat interkritis yaitu fase ketika serangan mulai terjadi berulang. Setelah serangan pertama, sekitar 75 persen penderita akan mengalami serangan kedua dalam kurun waktu satu tahun. Namun pada sebagian orang, serangan lanjutan bisa muncul setelah beberapa bulan atau tahun.

    Tahap ini menjadi fase transisi di mana penyakit terlihat tenang, namun sebenarnya kristal asam urat tetap menumpuk di dalam tubuh. Jika tidak diobati, serangan akan datang kembali dan bisa lebih sering terjadi. Pengobatan jangka panjang sangat dianjurkan untuk menurunkan kadar asam urat.

    Tahap Asam Urat Kronis (Gout Tofaseus)

    Tahap keempat adalah kondisi paling serius yang disebut asam urat kronis atau gout tophaseus. Pada tahap ini, timbunan kristal membentuk benjolan yang disebut tophi, biasanya muncul di jempol kaki, siku, atau sendi lainnya. Benjolan ini dapat terlihat jelas dan menimbulkan rasa sakit berkepanjangan.

    Selain itu, kerusakan sendi mulai terjadi sehingga mobilitas penderita berkurang. Asam urat kronis biasanya dialami oleh orang yang bertahun-tahun tidak mendapatkan perawatan tepat. Jika dibiarkan, risiko komplikasi semakin meningkat.

    Penyebab dan Cara Mengatasi Asam Urat

    Penyebab utama penyakit ini adalah hiperurisemia, yaitu kadar asam urat berlebih dalam tubuh. Faktor pemicu meliputi konsumsi makanan tinggi purin seperti daging merah, jeroan, makanan laut, alkohol, hingga gaya hidup tidak sehat. Faktor lain termasuk genetik, obesitas, hipertensi, dan diabetes.

    Tidak ada obat yang benar-benar menyembuhkan asam urat, tetapi kondisi ini bisa dikendalikan. Langkah pengendalian meliputi konsumsi obat untuk mengurangi nyeri, menjaga pola makan dengan menghindari makanan tinggi purin, memperbanyak minum air, serta beristirahat cukup.

    Konsumsi obat pengurang nyeri harus sesuai panduan resep dokter. Dengan pengobatan tepat, serangan dapat dicegah dan komplikasi jangka panjang dapat dihindari.