Topik: diabetes

  • Mimpi Besar Layanan Imunoterapi di Indonesia, Jangkau Pelosok hingga Jadi Rujukan Internasional

    Mimpi Besar Layanan Imunoterapi di Indonesia, Jangkau Pelosok hingga Jadi Rujukan Internasional

    Mimpi Besar Layanan Imunoterapi di Indonesia, Jangkau Pelosok hingga Jadi Rujukan Internasional
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com – 
    Rumah Sakit Pusat Pertahanan Negara (RSPPN) Panglima Besar Sudirman, Jakarta Selatan, menjadi saksi peralihan wacana menjadi layanan nyata.
    Setelah lama dibicarakan, Imunoterapi Nusantara dan Digital Subtraction Angiography (DSA) kini resmi beroperasi, bukan hanya untuk prajurit TNI, tetapi juga masyarakat umum.
    Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin meresmikan layanan tersebut, ditemani Prof.
    Terawan
    Agus Putranto dan Menteri PPN Rachmat Pambudy pada Senin (10/11/2025).
    Pada hari yang sama, Sjafrie menjadi salah satu peserta pertama yang menjalani prosedur: darahnya diambil, diproses, dan akan kembali disuntikkan beberapa hari kemudian.
    Menhan Sjafrie
    menceritakan, darahnya telah diambil untuk menguji metode baru ini.
    “Saya kebetulan diminta mencoba, diambil darah sekitar 40 cc, kemudian diolah di laboratorium,” cerita Menhan.
    “Setelah lima sampai tujuh hari, darah itu akan disuntikkan kembali. Semoga ini memberi berkah kesehatan untuk melanjutkan tugas kita,” ujarnya.
    Menurutnya, layanan imunoterapi dan DSA tidak hanya diperuntukkan bagi kalangan militer, namun juga masyarakat umum.
    “Kita harapkan dapat memberi dorongan kesehatan bagi bangsa Indonesia, terutama bagi mereka yang sudah berusia lanjut,” tambah Sjafrie.
    Dalam kesempatan yang sama, Prof. Terawan Agus Putranto menjelaskan bahwa pelayanan imunoterapi dan DSA kini telah siap beroperasi secara penuh di RSPPN Sudirman.
    “Menhan sudah meresmikan pelayanan imunoterapi Nusantara dan juga DSA yang hari ini langsung dilakukan. Jadi ini semua sudah siap untuk melayani masyarakat,” kata Terawan.
    Ia menuturkan, proses pelayanan berjalan beriringan antara pemrosesan imunoterapi dan pelaksanaan DSA.
    “Baik proses DSA maupun imunoterapinya sudah berlangsung hari ini,” ungkap Terawan.
    Dia juga berharap RSPPN bisa menjadi rujukan pasien dari luar negeri untuk berobat.
    “Rumah sakit ini diharapkan menjadi rumah sakit rujukan internasional, dan memang sudah terbukti, karena pasien-pasien dari luar negeri pun mulai berdatangan ke RSPPN,” lanjutnya.
    Menurut Terawan, sejak pekan sebelumnya sudah ada pasien dari luar negeri yang datang untuk mendapatkan layanan tersebut, dan jumlahnya diperkirakan akan terus meningkat.
    “Dimulai dari minggu lalu sudah mulai ada yang datang, minggu depan juga akan ada lagi pasien dari luar negeri,” kata dia.
    “Kami berharap ini dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat sekaligus menumbuhkan budaya riset dan pengembangan (R&D) di bidang medis nasional,” tambahnya.
    Menhan Sjafrie melanjutkan, keberhasilan RSPPN Sudirman dalam layanan imunoterapi dan DSA akan menjadi model pengembangan untuk rumah sakit TNI di seluruh wilayah Indonesia.
    “Yang jelas, ilmunya ini dimiliki anak bangsa, oleh Pak Terawan. Karena ini rumah sakit pusat, tentu akan berkembang ke rumah sakit-rumah sakit TNI di daerah melalui kaderisasi yang dilakukan oleh dokter Terawan dan timnya,” ungkapnya.
    Imunoterapi merupakan metode pengobatan yang memanfaatkan sistem kekebalan tubuh untuk melawan berbagai penyakit, terutama kanker.
    Mekanismenya adalah dengan meningkatkan kemampuan sistem imun mengenali dan menghancurkan sel abnormal, baik melalui pemberian obat, vaksin, antibodi monoklonal, maupun sitokin.
    Tujuan utama terapi ini adalah meningkatkan daya tahan tubuh dan mengembalikan kemampuan alami tubuh dalam melawan penyakit, termasuk kanker paru, serviks, ginjal, dan alergi kronis.
    Sementara itu, DSA merupakan prosedur pencitraan radiologi untuk menampilkan gambaran pembuluh darah secara detail menggunakan sinar-X dan zat kontras.
    Teknologi ini memungkinkan dokter mendeteksi kelainan pembuluh darah seperti aneurisma, penyumbatan, atau malformasi dengan sangat akurat.
    Dalam konteks medis modern, DSA dan imunoterapi saling melengkapi DSA untuk diagnosis, imunoterapi untuk pengobatan.
    Kombinasi keduanya dapat digunakan, misalnya dalam penanganan penyakit saraf atau kanker otak, di mana DSA membantu memetakan aliran darah dan imunoterapi memperkuat respons tubuh terhadap sel yang rusak.
    Terawan menjelaskan, melalui imunoterapi, jika sistem imun terlalu tinggi, terapi ini dapat menurunkannya, dan sebaliknya, jika terlalu rendah, terapi akan meningkatkan kinerja sistem imun. Hal ini, penting untuk menangani inflamasi yang menjadi akar dari berbagai penyakit.
    “Imunoterapi itu adalah terapi imun kita. Kalau (imun) terlalu tinggi, akan diturunkan, dikontrol kalau terlalu rendah akan dinaikkan karena itu sangat mempengaruhi inflamasi kita, diabetes dan lain sebagainya,” kata Terawan mengutip Antaranews, November 2024 silam.
    Lebih lanjut, Terawan menyoroti potensi imunoterapi dalam mengurangi efek inflamasi dan memacu produksi interleukin yang bersifat anti-inflamasi.
    Dengan riset yang sudah berjalan, ia optimistis terapi ini dapat menjadi solusi medis yang andal di masa depan.
    Menurut Terawan, inovasi di bidang imunologi juga dapat menjawab tantangan pengobatan modern.
    Namun, terkadang riset medis terganjal adanya permasalahan pembiayaan. Hal ini yang ia harapkan dapat dibantu lewat berbagai skema pembiayaan riset, salah satunya lewat sektor perbankan.
    Dirinya menyampaikan bahwa pemerintah dan lembaga terkait dapat memberikan dukungan penuh untuk pengembangan riset-riset kesehatan yang relevan, sehingga masyarakat Indonesia dapat menikmati layanan pengobatan yang lebih baik.
    “Imunoterapi sudah saya bangun di tujuh tempat. Nanti beberapa negara juga ikut akan saya bangun tapi yang paling dekat adalah Dili, di Timur Leste supaya mereka ada kemajuan teknologi, Karena ini (imunoterapi) merupakan teknologi yang baru, dan kebetulan jurnalnya terbit terus. Kalau jurnalnya terbit terus, itu kan di-review seluruh dunia,” tuturnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Hampir 800 Juta Orang di Dunia Kena Penyakit Ginjal Kronis, Inikah Pemicunya?

    Hampir 800 Juta Orang di Dunia Kena Penyakit Ginjal Kronis, Inikah Pemicunya?

    Jakarta

    Penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) merupakan salah satu penyakit paling umum terjadi dan kini menempati peringkat teratas penyebab kematian dan kesakitan global, menurut laporan terbaru di jurnal The Lancet.

    Temuan ini berasal dari studi Global Burden of Disease (GBD) 2023, yang menelusuri tren CKD pada populasi usia 20 tahun ke atas di 204 negara dan wilayah selama periode 1990 hingga 2023. Penelitian dipimpin oleh tim dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of Washington, bekerja sama dengan New York University Grossman School of Medicine dan University of Glasgow.

    Studi tersebut menemukan jumlah kasus CKD telah meningkat dua kali lipat sejak tahun 1990 dan kini memengaruhi hampir 800 juta orang di seluruh dunia. Bahkan kini peringkat 9 penyebab kematian terbesar di dunia pada 2023, dengan hampir 1,5 juta kematian, serta peringkat 12 penyebab kecacatan.

    Adapun China dan India mencatat jumlah pengidap tertinggi,masing-masing sekitar 152 juta dan 138 juta orang. Namun penyakit ini juga tersebar luas di berbagai negara, termasuk Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Brasil, Rusia, Meksiko, Nigeria, Pakistan, Bangladesh, Iran, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Turki, yang masing-masing melaporkan lebih dari 10 juta orang dewasa hidup dengan CKD.

    “Penyakit ginjal kronis merupakan krisis kesehatan global yang terus berkembang, namun sebagian besar dampaknya dapat dicegah. Mengurangi angka kematian sangat penting untuk mencapai target WHO, yaitu mengurangi kematian dini akibat penyakit tidak menular hingga sepertiganya sebelum tahun 2030,” ujar Lauryn Stafford, salah satu penulis dan peneliti di IHME, dikutip dari News Medical Net, Senin (10/11/2025).

    Apa pemicunya?

    Studi tersebut juga menegaskan CKD merupakan kontributor besar terhadap penyakit kardiovaskular. Pada 2023, gangguan fungsi ginjal berperan dalam hampir 12 persen kematian kardiovaskular global, menempati peringkat 7 faktor risiko kematian jantung, ebih tinggi dibandingkan diabetes maupun obesitas.

    Peneliti mengidentifikasi 14 faktor risiko utama CKD. Di antaranya, diabetes, tekanan darah tinggi, dan obesitas menjadi penyebab terbesar hilangnya tahun hidup sehat. Pola makan rendah buah-sayur serta tingginya konsumsi natrium (garam) juga memberikan kontribusi signifikan.

    “Penyakit ginjal kronis merupakan faktor risiko utama bagi penyebab utama penurunan kesehatan lainnya sekaligus beban penyakit yang signifikan. Namun, penyakit ini masih kurang mendapat perhatian kebijakan dibandingkan penyakit tidak menular lainnya, meskipun dampaknya tumbuh paling cepat di wilayah-wilayah yang sudah menghadapi kesenjangan kesehatan terbesar,” ucap Dr Theo Vos, penulis senior dan Profesor Emeritus IHME.

    Tak hanya itu, meningkatnya angka obesitas dan diabetes, ditambah dengan penuaan populasi global, menjadi pendorong utama lonjakan kasus CKD. Pada 2023, prevalensi terseragam usia CKD mencapai sekitar 14 persen pada orang dewasa usia 20 tahun ke atas.

    Prevalensi tertinggi ditemukan di Afrika Utara dan Timur Tengah (18 persen), Asia Selatan (15,8 persen), Afrika Sub-Sahara (15,6 persen), serta Amerika Latin dan Karibia (15,4 persen). Negara dengan prevalensi tertinggi mencakup Iran, Haiti, Panama, Nigeria, Mauritius, Seychelles, Grenada, Meksiko, Libya, dan Kosta Rika.

    Sebagian besar pengidap CKD masih berada pada tahap awal (stadium 1-3). Kondisi ini menegaskan pentingnya skrining rutin dan strategi pencegahan, termasuk pengendalian gula darah dan tekanan darah dengan terapi yang mudah diakses.

    Pendekatan tersebut dapat menurunkan risiko kematian akibat komplikasi jantung serta menunda kebutuhan terapi pengganti ginjal seperti dialisis atau transplantasi.

    Namun, akses terhadap terapi pengganti ginjal masih sangat terbatas dan tidak merata di berbagai wilayah dunia. Karena itu, para ahli menekankan perlunya fokus pada pencegahan progresivitas penyakit dan pemerataan akses layanan kesehatan.

    Perluasan deteksi dini, ketersediaan perawatan terjangkau, pengendalian faktor risiko utama, serta investasi pada strategi yang memperlambat kerusakan ginjal akan menjadi langkah penting untuk mengurangi beban CKD terhadap pasien, keluarga, dan sistem kesehatan global.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/naf)

  • Hampir 800 Juta Orang di Dunia Idap Penyakit Ginjal, Negara Ini Penyumbang Terbanyak

    Hampir 800 Juta Orang di Dunia Idap Penyakit Ginjal, Negara Ini Penyumbang Terbanyak

    Jakarta

    Jumlah orang dewasa yang hidup dengan penyakit ginjal kronis atau chronic kidney disease (CKD) meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 1990, dan kini mencapai hampir 800 juta jiwa di seluruh dunia, menurut riset terbaru yang diterbitkan di The Lancet.

    Temuan ini berasal dari studi Global Burden of Disease (GBD) 2023, yang menelusuri tren CKD pada populasi usia 20 tahun ke atas di 204 negara dan wilayah selama periode 1990 hingga 2023. Penelitian dipimpin oleh tim dari Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), University of Washington, bekerja sama dengan New York University Grossman School of Medicine dan University of Glasgow.

    Dengan menganalisis 2.230 sumber data, studi ini menjadi penilaian paling komprehensif sejauh ini mengenai beban penyakit ginjal kronis, baik yang berujung kematian maupun yang tidak fatal, di seluruh dunia.

    Negara Penyumbang Kasus Penyakit Ginjal Terbanyak

    Pada 2023, CKD menjadi penyebab kematian ke-9 terbesar secara global, dengan hampir 1,5 juta kematian, serta penyebab ke-12 terbesar kecacatan. Berbeda dengan sebagian besar penyebab kematian utama lain, angka kematian global terseragam usia akibat CKD justru meningkat, dari 24,9 per 100.000 jiwa pada 1990 menjadi 26,5 per 100.000 jiwa pada 2023.

    China dan India, dengan beberapa negara dengan populasi terbesar di dunia, mencatat jumlah pengidap CKD tertinggi, masing-masing 152 juta dan 138 juta jiwa. Namun, penyakit ini juga meluas di banyak negara, termasuk Amerika Serikat, Indonesia, Jepang, Brasil, Rusia, Meksiko, Nigeria, Pakistan, Bangladesh, Iran, Filipina, Vietnam, Thailand, dan Turki, yang masing-masing melaporkan lebih dari 10 juta orang dewasa hidup dengan CKD.

    “Penyakit ginjal kronis merupakan krisis kesehatan global yang terus berkembang, namun sebagian besar dampaknya dapat dicegah. Mengurangi angka kematian sangat penting untuk mencapai target WHO, yaitu mengurangi kematian dini akibat penyakit tidak menular hingga sepertiganya sebelum tahun 2030,” ujar Lauryn Stafford, salah satu penulis dan peneliti di IHME, dikutip dari News Medical Net, Senin (10/11/2025).

    Penelitian ini juga menyoroti CKD sebagai kontributor besar terhadap penyakit kardiovaskular, sekaligus mengungkap berbagai faktor risikonya. Pada 2023, gangguan fungsi ginjal menyumbang hampir 12 persen kematian kardiovaskular global, menempati peringkat ketujuh di antara faktor risiko kematian jantung, bahkan di atas diabetes dan obesitas.

    Studi ini mengidentifikasi 14 faktor risiko terperinci untuk CKD, dengan diabetes, tekanan darah tinggi, dan obesitas sebagai faktor penyebab hilangnya tahun-tahun hidup sehat terbesar. Faktor-faktor pola makan, seperti rendahnya asupan buah dan sayur serta tingginya konsumsi natrium, juga memberikan kontribusi yang substansial.

    “Penyakit ginjal kronis merupakan faktor risiko utama bagi penyebab utama penurunan kesehatan lainnya sekaligus beban penyakit yang signifikan. Namun, penyakit ini masih kurang mendapat perhatian kebijakan dibandingkan penyakit tidak menular lainnya, meskipun dampaknya tumbuh paling cepat di wilayah-wilayah yang sudah menghadapi kesenjangan kesehatan terbesar,” ucap Dr Theo Vos, penulis senior dan Profesor Emeritus IHME.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/naf)

  • Kopi Sachet Sudah Semanis Itu, Masih Ditambah Gula? Awas Jantung Koroner

    Kopi Sachet Sudah Semanis Itu, Masih Ditambah Gula? Awas Jantung Koroner

    Jakarta

    Kopi sachet alias kopi instan banyak jadi andalan untuk menemani aktivitas harian. Rasa manis, creamy, serta praktis diseduh kapan saja menjadi alasan kopi sachet kerap jadi pilihan dibanding kopi yang diseduh langsung dari bijinya.

    “aku buat kopi sachet ku tambahin susu kental maniss 1 bar 2 sendok krimerr,” tulis salah satu akun di TikTok, dikutip Minggu (9/11/2025).

    “gw klo nyeduh kopi susu sachet mlh ditambahin gula lagi 2 sendok gula pasir biar manis,” tulis akun lain.

    Hati-hati lho, terlalu sering mengonsumsi kopi sachet dengan kandungan tinggi gula dapat membahayakan tubuh, apalagi menambahkan berbagai pemanis seperti kelakuan beberapa netizen di atas. Dokter mengingatkan, efeknya bisa berdampak kepada jantung.

    Spesialis jantung dan pembuluh darah Braveheart – Brawijaya Hospital Saharjo, Dr dr M Yamin SpJP(K) SpPD, FACC, FSCAI, FAPHRS, FHRS mengatakan kandungan lain di kopi sachet, seperti gulanya yang tinggi mungkin bisa menjadi penyebab masalah pada jantung.

    “Tergantung dari kandungannya. Kalau gulanya terlalu banyak orangnya gampang diabetes atau metabolik syndrom, gulanya naik,” kata dr Yamin saat ditemui di acara BraveTalk ‘Basif Life Support & Sudden Cardiac Death’ di Jakarta Selatan, Minggu (9/11/2025).

    “Diabetes jadi salah satu faktor terjadinya sumbatan pada arteri koroner atau penyakit jantung koroner,” sambungnya.

    dr Yamin menambahkan kandungan kafein juga dapat meningkatkan tekanan darah seseorang.

    “Kafein itu memang sedikit banyak akan merangsang peningkatan saraf simpatis, sedikit menaikkan tekanan darah. Sedikit membuat denyut nadi meningkat,” katanya.

    dr Yamin menyarankan bagi para penikmat kopi, untuk mulai beralih pada konsumsi kopi tanpa gula.

    “Tapi di dalam penelitian jangka panjang ahli-ahli jantung, 1-2 cangkir kopi per hari masih aman,” tutupnya.

    Halaman 2 dari 2

    (dpy/up)

  • Bukan Mitos! Sering Begadang Berbahaya Bagi Jantung

    Bukan Mitos! Sering Begadang Berbahaya Bagi Jantung

    Jakarta

    Tidur sangat penting untuk menjaga keseimbangan tubuh dan jantung manusia. Hal itu membantu mengatur tekanan darah, metabolisme, dan fungsi kardiovaskular secara keseluruhan.

    Namun, dalam kehidupan modern, banyak orang tidur larut malam karena jam kerja yang panjang atau waktu yang dihabiskan untuk menggunakan perangkat digital. Para ilmuwan kini mempelajari bahwa waktu tidur mungkin sama pentingnya dengan seberapa banyak kita tidur.

    Meskipun kurang tidur atau sering begadang diketahui meningkatkan risiko masalah jantung, penelitian terbaru telah mulai mengeksplorasi apakah waktu tidur berperan besar.

    Sebuah studi baru yang dipublikasikan di Frontiers menemukan bahwa orang yang rutin tidur setelah tengah malam pada hari kerja berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung. Penemuan ini menunjukkan bahwa waktu tidur dapat secara langsung mempengaruhi kesehatan jantung.

    Bagaimana Jam Biologis Tubuh Menjaga Ritme Jantung?

    Tubuh manusia mengikuti jam internal 24 jam yang dikenal sebagai ritme sirkadian. Jam ini membantu mengontrol kapan kita merasa terjaga atau mengantuk, dan mengatur fungsi-fungsi vital seperti tekanan darah, kadar hormon, dan detak jantung.

    Jantung dan pembuluh darah bekerja sesuai ritme alami ini, sehingga lebih aktif di siang hari dan beristirahat di malam hari. Saat orang begadang hingga lewat tengah malam, mereka mengganggu jadwal alami ini.

    Seiring waktu, gangguan ini dapat memberikan tekanan ekstra pada sistem kardiovaskular. Dalam studi Frontiers, para peneliti menemukan bahwa orang yang rutin tidur larut malam di hari kerja lebih mungkin mengalami serangan jantung.

    Menariknya, pola ini tidak muncul di akhir pekan, menunjukkan bahwa rutinitas di hari kerja yang dikombinasikan dengan waktu bangun pagi, dapat meningkatkan beban kerja jantung. Hasil ini menunjukkan bahwa waktu tidur dapat mempengaruhi kesehatan jantung terlepas dari durasi tidur, yang menyoroti pentingnya menyelaraskan tidur dengan ritme alami tubuh.

    Hasil Penelitian tentang Tidur dan Risiko Jantung

    Studi ini mengkaji informasi dari 4.576 orang dewasa yang berpartisipasi dalam Studi Kesehatan Tidur dan Jantung, yang melacak pola tidur dan hasil kardiovaskular. Peserta melaporkan waktu tidur dan waktu bangun mereka yang biasa, baik untuk hari kerja maupun akhir pekan.

    Waktu tidur mereka dikelompokkan menjadi empat rentang, yakni sebelum pukul 22.00, antara pukul 22.01 dan 23.00, antara pukul 23.01 dan tengah malam, dan setelah tengah malam. Para peneliti mengamati mereka selama lebih dari 10 tahun untuk melihat siapa yang mengalami infark miokard, istilah medis untuk serangan jantung.

    Hasilnya menunjukkan pola yang jelas. Mereka yang tidur setelah tengah malam pada hari kerja jauh lebih mungkin mengalami serangan jantung dibandingkan merkea yang tidur di antara pukul 22.01 dan 23.00.

    Bahkan, setelah memperhitungkan faktor risiko lain seperti merokok, berat badan, tekanan darah tinggi, diabetes, konsumsi alkohol, dan total durasi tidur, hubungan tersebut tetap kuat.

    Orang dengan waktu tidur larut pada hari kerja memiliki risiko serangan jantung sekitar 63 persen lebih tinggi. Menariknya, tidur sangat awal seperti sebelum pukul 22.00, juga membawa risiko yang lebih sedikit tinggi, membentuk pola berbentuk U di mana kedua ekstrem waktu tidur tampak kurang menguntungkan.

    Kenapa Begadang dapat Membahayakan Jantung?

    Ada beberapa alasan mengapa begadang dapat meningkatkan risiko jantung. Menunda tidur mengganggu produksi melatonin, hormon yang membantu mengontrol tekanan darah dan mendukung perbaikan pembuluh darah di malam hari.

    Kadar melatonin yang rendah dapat menyebabkan tekanan darah tinggi dan peradangan yang lebih parah di arteri. Begadang juga sering dikaitkan dengan tidur yang lebih pendek dan berkualitas buruk, sehingga mengurangi jumlah istirahat nyenyak yang dibutuhkan tubuh untuk pulih.

    Orang yang begadang juga dapat melakukan kebiasaan lain yang dapat membahayakan jantung, seperti makan larut malam, kurang aktif secara fisik, dan menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar yang terang. Aktivitas ini dapat meningkatkan kadar gula darah dan kolesterol, mendorong penambahan berat badan, dan meningkatkan aktivitas hormon stres.

    Seiring waktu, perubahan tersebut dapat merusak pembuluh darah dan meningkatkan kemungkinan serangan jantung. Studi laboratorium telah menunjukkan bahwa waktu tidur yang tidak teratur meningkatkan kortisol, mengganggu kontrol glukosa, dan meningkatkan pembekuan darah.

    Semua itu merupakan faktor yang berkontribusi terhadap penyakit kardiovaskular.

    Halaman 2 dari 3

    (sao/kna)

  • Antasari Azhar Berpulang, Jimly Asshiddiqie Dorong KPK Berbenah

    Antasari Azhar Berpulang, Jimly Asshiddiqie Dorong KPK Berbenah

    Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Komite Percepatan Reformasi Polri Jimly Asshiddiqie menilai berpulangnya mantan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Antasari Azhar seharusnya menjadi momentum refleksi bagi lembaga antirasuah untuk berbenah diri.

    Dia menekankan bahwa problematika yang dihadapi Antasari selama memimpin KPK harus dijadikan dasar reformasi penegakan hukum, terutama dalam pemberantasan tindak pidana korupsi.

    “Maka kita dorong mudah-mudahan dengan meninggalnya almarhum mengingatkan pimpinan KPK sekarang untuk berbenah diri, memperbaiki diri, apalagi di tengah tantangan di mana kejaksaan makin menonjol sekarang peranannya dalam penegakan hukum khususnya pemberantasan tindak pidana korupsi,” ujar Jimly usai melayat di Masjid As-Syarif Al Azhar, BSD, Tangerang Selatan, Sabtu (8/11/2025).

    Jimly juga menyinggung kembali kasus hukum yang pernah menjerat Antasari Azhar. Menurutnya, kasus tersebut tidak sepenuhnya mencerminkan kesalahan pribadi, melainkan cerminan kompleksitas tekanan yang dihadapi KPK pada masa itu.

    “Saya sendiri berpendapat kasus yang menjerat dia, ya tidak terlalu salah juga dia itu. Cuma ada problem KPK di era beliau menghadapi banyak masalah. Tekanan dari luar dan sebagainya, sehingga dia harus menerima akibatnya,” tuturnya.

    Pakar hukum tata negara yang juga pernah menjabat Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2003–2008 itu mengenang Antasari sebagai sosok yang tegas dan taat aturan dalam bekerja.

    “Sangat tegas, kalau menurut saya ya penilaian lurus. Tapi ya itu ada saja kelirunya, ada saja salahnya,” kata Jimly.

    Ia berharap masyarakat dan para penegak hukum dapat menjadikan perjalanan karier Antasari sebagai bahan introspeksi untuk memperkuat kembali integritas lembaga penegak hukum di Indonesia.

    “Saya pikir ini penting untuk mengajak seluruh jamaah, seluruh warga masyarakat mengenang kembali problem yang terjadi ketika Antasari Azhar menjadi Ketua KPK. Supaya itu jadi bahan pelajaran untuk memperbaiki ke depan. Apalagi KPK kan belum ‘sembuh’ juga,” imbuhnya.

    Antasari Azhar, Ketua KPK periode 2007–2009, meninggal dunia pada usia 72 tahun di kediamannya di Komplek Les Belles Maisons E-10, Serpong Utara, Tangerang Selatan, Sabtu (8/11/2025) pukul 10.57 WIB. Almarhum diketahui sudah lama mengidap penyakit diabetes dan sempat dirawat di rumah sakit beberapa tahun terakhir.

  • Di Depan Trump, Menkes AS Puji Inovasi Sistem Kesehatan RI

    Di Depan Trump, Menkes AS Puji Inovasi Sistem Kesehatan RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di depan Presiden Donald Trump dalam sebuah konferensi pers, Menteri Kesehatan Amerika Serikat Robert F. Kennedy Jr. memuji kemajuan sistem kesehatan yang ada di Indonesia.

    Pria yang akrab di sapa RFK itu mengatakan bahwa ada dua inovasi besar yang dilakukan Indonesia hingga sukses meningkatkan kualitas kesehatan warganya.

    RFK mengatakan hal ini dalam acara “Making Health Technology Great” di Gedung Putih pada 30 Juli lalu. Ia mengatakannya usai bertemu dengan Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin pada April lalu.

    “Sekitar tiga minggu yang lalu, saya bertemu dengan menteri kesehatan Indonesia. Indonesia hari ini dianggap sebagai bangsa dengan perkembangan tertinggi di muka bumi,” kata RFK di hadapan Trump, dikutip dari video di YouTube Forbes, Sabtu (8/11/2025).

    “Sejak tahun 1990, mereka telah meningkatkan usia (harapan hidup) perempuan sebesar delapan tahun dan laki-laki sebesar sembilan tahun. Tidak ada negara lain yang memiliki catatan seperti itu,” lanjutnya.

    RFK menjelaskan inovasi pertama yang memungkinkan Indonesia mencapai hasil luar biasa tersebut yaitu kebijakan yang mendorong masyarakat untuk tidak mengonsumsi makanan olahan.

    Di Indonesia, kata dia, masyarakat tak dibolehkan makan makanan olahan dan akan ‘dihukum’ bila mengonsumsinya.

    “Anda dibayar untuk tidak mengonsumsi makanan olahan dan ‘dihukum’ karena makan makanan olahan,” ujarnya.

    Selanjutnya, ada sistem informasi digital yang memungkinkan masyarakat memantau catatan kesehatan masing-masing.

    Ia menilai, sistem ini benar-benar mengubah Indonesia karena selain memudahkan warga, juga memudahkan tenaga kesehatan (nakes) memberikan layanan kesehatan terbaik dan tepat.

    “Dia (Menkes Budi) menunjukkan aplikasi yang digunakan di Indonesia, di mana setiap orang punya catatan kesehatan seperti tinggi badan, berat badan, golongan darah, BMI, rekam jantung, diabetes, kolesterol, serta catatan kesehatan lain,” kata RFK.

    “Jika seseorang pergi ke dokter di kota lain, mereka tidak perlu melakukan seperti yang kita lakukan di sini, yakni duduk dengan clipboard dan mesin faks untuk memperoleh catatan kesehatan pasien. Semua itu sudah tersedia dan itu memungkinkan tenaga kesehatan memberikan pengobatan yang lebih baik,” imbuhnya.

    Lebih lanjut, RFK juga mengatakan ada aplikasi di Indonesia yang mirip dengan Yuka milik Prancis, yang memberikan individu sejumlah pilihan makanan sehat saat mendatangi toko.

    “Jika Anda memiliki catatan medis, Anda bisa mendapatkan rekomendasi yang dipersonalisasi dan aplikasi itu juga akan memberi Anda saran mengenai alternatif yang lebih baik,” ucapnya.

    Diketahui pada April lalu, Menkes Budi bertemu RFK di Washington DC. Dalam pertemuan tersebut, kedua Menteri Kesehatan berbagi pandangan mengenai kebijakan dan sistem kesehatan yang tengah dijalankan, serta strategi untuk meningkatkan layanan kesehatan di masing-masing negara.

    Budi saat itu menjelaskan soal program Cek Kesehatan Gratis yang sedang dilakukan di Indonesia.

    Program ini bertujuan mengendalikan faktor risiko, mendeteksi penyakit sejak dini, beserta memberikan pengobatan yang lebih cepat. Pada kesempatan tersebut, Budi turut memperkenalkan sistem informasi digital RI yang dirancang untuk mendukung pelaksanaan program tersebut.

    (haa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pisang Manakah yang Lebih Baik untuk Diet?

    Pisang Manakah yang Lebih Baik untuk Diet?

     

    JAKARTA – Pisang sering jadi pilihan camilan sehat, tapi tahukah Anda tingkat kematangannya bisa memengaruhi manfaatnya bagi tubuh? Mulai dari kandungan gula hingga serat, setiap tahap kematangan pisang punya kelebihan masing-masing, terutama untuk orang yang sedang menjaga pola makan atau menjalani diet.

    Saat pisang matang, kandungan nutrisinya seperti gula, pati, dan vitamin akan berubah. Artinya jika Anda membutuhkan gula sebelum berolahraga atau ingin mengurangi gula karena diabetes, pilihan pisang yang dikonsumsi sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan Anda.

    Berikut penjelasan dari para ahli gizi mengenai berbagai tingkat kematangan pisang, ciri-ciri fisiknya, serta manfaat kesehatan yang sesuai dengan masing-masing tingkat kematangan, seperti dilansir dari laman Huffpost pada Sabtu, 8 November 2025.

    1. Pisang Mentah (Belum Matang)

    Pisang di tahap ini berwarna hijau, keras, dan sulit dikupas. “Pada tahap ini, kadar pati resisten paling tinggi dan kandungan gulanya rendah,” kata Avery Zenker, ahli gizi terdaftar di MyCrohnsAndColitisTeam.

    Pati resisten memiliki banyak manfaat, termasuk memberi makan bakteri baik di usus yang membantu mengurangi peradangan dan menjaga kadar gula darah tetap stabil. Selain itu, pati ini dicerna lebih lambat sehingga membuat kenyang lebih lama.

    “Pati resisten bekerja mirip dengan serat, difermentasi di usus sehingga memberi energi pada bakteri baik dan membantu kontrol gula darah,” ujae Amanda Sauceda, ahli gizi dan dosen di California State University, Long Beach.

    Pisang mentah adalah camilan yang cocok untuk orang yang ingin mengontrol kadar gula darah, termasuk mereka dengan pra-diabetes, diabetes tipe 2, atau kondisi metabolik lainnya. Kandungan karbohidrat kompleks dan seratnya membantu pelepasan gula ke darah secara lebih lambat, sehingga membantu menjaga kestabilan gula darah. 

    Selain itu, serat dalam pisang mentah juga bermanfaat untuk kesehatan usus, mendukung pertumbuhan bakteri baik dan pencernaan yang lancar. Untuk hasil optimal, cobalah menyandingkannya dengan selai kacang, tambahan protein dan lemak sehat dari selai kacang membantu menjaga gula darah tetap stabil dan mendukung pencernaan lebih baik.

    2. Pisang Setengah Matang

    Pisang setengah matang berwarna kuning dengan ujung hijau. Teksturnya lebih lembut tapi masih agak keras. Pada tahap ini, sebagian pati resisten mulai berubah menjadi gula sederhana. Mineral seperti kalium dan magnesium tetap stabil.

    Pisang setengah matang adalah pilihan ideal bagi mereka yang ingin mendapatkan manfaat pencernaan. Kandungan pati resisten dalam pisang setengah matang membantu menjaga gula darah tetap stabil, memberikan energi yang lebih merata sepanjang hari tanpa lonjakan gula. 

    Bagi wanita pra-menopause atau pasca-menopause, pati resisten ini mendukung kesehatan usus dan membantu mengurangi resistensi insulin, sehingga berkontribusi pada metabolisme yang lebih seimbang.

    3. Pisang Matang

    Pisang matang berwarna kuning sepenuhnya, lembut tapi tidak lembek, mudah dikupas, dan beraroma manis. Meskipun nutrisi pisang matang dan setengah matang hampir sama menurut USDA, ada beberapa perbedaan penting. Pada pisang matang, sebagian besar pati telah berubah menjadi gula alami sehingga rasanya lebih manis. 

    Seratnya menurun, sementara kandungan gula dan antioksidannya meningkat. Selain itu, vitamin dan mineral pada pisang matang berada pada titik puncaknya. Hal ini menjadikannya sebagai sumber nutrisi yang optimal.

    Satu pisang memenuhi sekitar 8% kebutuhan harian kalium dan magnesium, mineral yang penting untuk menjaga tekanan darah, kontraksi otot, dan kesehatan tulang. Pisang juga cocok dikonsumsi sebelum olahraga sebagai sumber energi cepat untuk menambah asupan kalium atau sebagai camilan manis yang praktis untuk anak-anak.

    4. Pisang Sangat Matang

    Pisang sangat matang berwarna kuning kecoklatan dengan bintik coklat dan aroma tajam. Pisang sangat matang berwarna kuning kecoklatan dengan bintik-bintik coklat dan aroma yang tajam. Pada tahap ini, kandungan gulanya hampir mencapai puncak, sementara seratnya terus menurun.

    Pisang sangat matang cocok dikonsumsi oleh orang yang membutuhkan energi cepat, penderita gangguan pencernaan ringan, serta mereka memiliki nafsu makan rendah atau menginginkan camilan manis. Namun yang mengatur gula darah sebaiknya menghindari pisang ini karena kandungan gulanya tinggi.

    5. Pisang Terlalu Matang

    Pisang terlalu matang berwarna coklat atau hitam sangat lembut hingga lembek. Pisang terlalu matang berwarna coklat atau hitam, sangat lembut bahkan hampir lembek. Pada tahap ini, kandungan gula dan antioksidannya berada pada tingkat tertinggi, sementara seratnya rendah, vitamin C menurun, dan kadar kalium tetap terjaga.

    Pisang terlalu matang cocok digunakan untuk berbagai olahan seperti roti pisang, kue, atau smoothie. Teksturnya yang lembut membuatnya mudah dicerna dan cepat memberikan energi, sehingga cocok untuk atlet. Namun pisang pada tahap ini kurang ideal untuk penderita diabetes atau bagi mereka yang ingin meningkatkan asupan serat.

    Tips dari Sauceda adalah gunakan pisang terlalu matang untuk smoothie. Anda tidak perlu memasukan banyak pisang sehingga bisa mengurangi gula tambahan.

  • Tak Melulu Nyeri Dada, Dokter Ungkap Gejala Sakit Jantung yang Muncul di Jari

    Tak Melulu Nyeri Dada, Dokter Ungkap Gejala Sakit Jantung yang Muncul di Jari

    Jakarta

    Penyakit jantung adalah salah satu masalah kesehatan serius yang seringkali diabaikan. Jika gejala masalah jantung umumnya muncul di dada, rupanya ada gejala lain yang dapat muncul di kuku jari. Kok bisa?

    Spesialis bedah toraks dan kardiovaskular BraveHeart – Brawijaya Hospital Saharjo, Dr dr Amin Tjubandi, SpBTKV, SubspJD(K) menjelaskan penyakit jantung memiliki spektrum yang luas. Ia lantas mencontohkan penyakit jantung bawaan, gejalanya dapat bermanifestasi pada anggota tubuh lain, seperti ke kuku jari.

    “Jadi memang penyakit jantung itu, saya bilang spektrumnya luas. Dari kelainan bawaan, sampai penyakit acquired yang didapat,” ucap dr Amin ketika berbincang dengan detikcom.

    “Jadi kalau misalkan kelainan jantung bawaan itu, kadang-kadang bisa memberikan yang, seperti yang Anda bilang tadi, ada manifestnya di kuku. Kenapa itu bisa terjadi? Karena tubuhnya kekurangan oksigen,” sambungnya.

    Perubahan pada kuku yang menandakan adanya masalah jantung dapat dilihat dari bentuk dan perubahan warna. Kuku yang menandakan adanya masalah jantung biasanya lebih melengkung.

    Lalu, kuku orang dengan masalah jantung dapat berubah kebiruan akibat kurangnya oksigen.

    “Jadi di ujung kupu itu seperti ada melengkung, kemudian warnanya juga berubah. Menjadi lebih biru dari biasanya. Namanya cyanosis, kalau istilah dokternya cyanosis. Karena memang jaringan tubuh kekurangan oksigen. Jadi tubuh bereaksi,” tandasnya.

    Sebagai langkah kewaspadaan, berikut ini beberapa gejala umum masalah jantung yang sebaiknya segera dikonsultasikan ke dokter:

    Dada terasa nyeri atau tertekanSesak napas atau napas tidak nyamanNadi tidak beraturanKaki bengkakMudah lelah

    Pemeriksaan juga bisa dilakukan apabila memiliki beberapa faktor risiko penyakit jantung, misalnya riwayat keluarga dengan penyakit jantung atau adanya penyakit penyerta atau komorbid.

    Beberapa jenis masalah kesehatan yang berkaitan dengan penyakit jantung adalah diabetes dan tekanan darah tinggi. Pada diabetes, dapat menyebabkan kerusakan pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner secara signifikan.

    Sedangkan, tekanan darah tinggi dapat membuat jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Dalam jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan jantung dan pembuluh darah.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • 5 Kebiasaan yang Bisa Tingkatkan Risiko Batu Ginjal, Punya Salah Satunya?

    5 Kebiasaan yang Bisa Tingkatkan Risiko Batu Ginjal, Punya Salah Satunya?

    Jakarta

    Batu ginjal merupakan endapan keras yang terbuat dari mineral dan garam yang terbentuk di saluran kemih. Meski kondisi ini dapat terjadi pada semua kelompok usia, batu ginjal paling banyak terjadi pada usia 30 tahun ke atas.

    Risiko batu ginjal juga semakin meningkat seiring bertambahnya usia. Meski begitu, ternyata kebiasaan juga bisa meningkatkan risiko seseorang mengidap batu ginjal.

    Dr Craig Herman di Urology Center of Florida menjelaskan penyebab umum dari batu ginjal.

    “Urine Anda mengandung produk limbah, termasuk kalsium, oksalat, dan asam urat. Biasanya produk limbah keluar dari tubuh saat buang air kecil,” jelas Dr Herman yang dikutip dari Urology Center of Florida.

    “Jika urine Anda terlalu pekat, artinya tidak ada cukup cairan untuk mengencerkan produk limbah tersebut. Produk akan tetap berada di dalam tubuh dan mengkristal, membentuk batu ginjal,” sambungnya.

    Penyebab utama batu ginjal adalah tubuh tidak memiliki cukup cairan untuk mengeluarkan zat-zat pembentuk kristal. Tidak ada penyebab tunggal, tetapi berbagai faktor dapat menyebabkan kondisi ini.

    1. Kelebihan Berat Badan

    Kelebihan berat badan atau obesitas ternyata bisa berpengaruh pada ginjal. Orang dengan kondisi ini dapat meningkatkan risiko batu ginjal.

    2. Konsumsi Gula dan Garam Berlebihan

    Pola makan bisa juga menjadi pemicu dari batu ginjal. Penyebab umum termasuk konsumsi fruktosa, yang ditemukan dalam gula pasir dan sirup jagung fruktosa tinggi, serta garam yang berlebihan dapat meningkatkan jumlah kalsium dalam ginjal.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 2015 menjelaskan bahwa konsumsi gula tambahan di atas 10 persen total energi harian dapat meningkatkan risiko inflamasi sistemik obesitas, dan diabetes. Maka dari itu, maksimal konsumsi gula adalah 50 gram/hari dan garam 5 gram/hari yang setara dengan satu sendok teh.

    3. Kurang Minum Air Putih

    Banyak orang yang mengidap batu ginjal disebabkan karena tidak minum cukup air putih. Maka dari itu, disarankan untuk rutin minum air putih agar tubuh dapat terhidrasi dengan baik.

    4. Makan Protein Hewani Berlebihan

    Protein hewani bisa terdiri dari daging merah, unggas, telur, produk susu, dan makanan laut. Semua itu dapat meningkatkan kadar asam urat, yang menyebabkan pembentukan batu ginjal jika dimakan secara berlebihan.

    Dikutip dari Mayo Clinic Health System, protein seharusnya menyumbang 10-35 persen dari kalori seseorang. Jadi, jika kebutuhan harian seseorang adalah 2.000 kalori, itu berarti 200-700 kalori dari protein atau 50-175 gram.

    Pada orang dewasa rata-rata, asupan gizi yang direkomendasikan untuk mencegah defisiensi bagi orang dewasa yang kurang gerak adalah 0,8 gram per kilogram berat badan.

    5. Konsumsi Makanan Kaya Oksalat

    Oksalat dapat ditemukan dalam banyak buah, sayuran, dan kacang-kacangan. Jika terlalu banyak mengonsumsinya, bisa menyebabkan pembentukan kristal batu ginjal.

    Meski begitu, tidak semua faktor penyebab batu ginjal dapat dikontrol. Misalnya, lebih mungkin terkena batu ginjal jika memiliki riwayat keluarga, dan seperti yang telah disebutkan, risiko meningkat seiring bertambahnya usia.

    Namun, jika memiliki salah satu faktor risiko ini, penting untuk ekstra hati-hati dan mengambil langkah apa pun yang Anda bisa untuk mencegah batu ginjal. Karena kebiasaan merupakan penyebab umum batu ginjal, seseorang dapat mengurangi risiko batu ginjal dengan mengubah kebiasaan menjadi lebih baik.

    “Turunkan berat badan berlebih. Secara keseluruhan, ada baiknya untuk mengonsumsi makanan yang lebih sehat dan minum lebih banyak air, cukup untuk mengeluarkan urine yang jernih atau sebagian besar jernih,” pungkasnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/kna)