Topik: diabetes

  • Asa Baru Bagi Pasien Hemodialisis

    Asa Baru Bagi Pasien Hemodialisis

    JABAR EKSPRES – Keberlangsungan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjadi asa bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam mengakses pelayanan di fasiltas kesehatan.

    Program yang telah berlangsung sejak tahun 2014 telah menunjukkan peran penting dalam penjaminan terhadap beragam penyakit dan pelayanan bagi seluruh peserta.

    Mulai dari penyakit berbiaya rendah hingga penyakit berbiaya mahal (katastropik), dapat dijamin penuh oleh Program JKN.

    Pengobatan gagal ginjal misalnya. Bukan hanya itu, BPJS Kesehatan bahkan menjamin biaya pelayanan kesehatan yang memerlukan perawatan berjangka waktu lama atau bahkan berlangsung seumur hidup, seperti cuci darah bagi pasien gagal ginjal, penderita talasemia dan hemofilia, pasien yang menjalani pengobatan kanker, insulin untuk penderita diabetes, dan lain sebagainya

    Sepanjang tahun 2014 – 2024, pemanfaatan kasus layanan cuci darah di rawat jalan sebanyak 49,25 juta kasus. Khusus di tahun 2024, kasus layanan cuci darah di rawat jalan sebanyak 7,5 juta kasus dengan total biaya sebesar Rp6,6 Triliun.

    Baca juga : Pengguna BPJS dan Rumah Sakit sebagai Pelayanan Kesehatan Jadi Perhatian, Anggota DPRD Jabar Sampaikan Ini

    Ini membuktikan bahwa sudah banyak peserta yang terbantu dalam menjalani tindakan cuci darah demi menjaga kestabilan kondisi kesehatan mereka.

    Salah satu peserta yang hingga saat ini merasakan manfaat Program JKN adalah Sri (28). Terbaring lemas di samping mesin dialisis atau dialyzer, Sri bercerita bahwa ia harus menerima kenyataan pahit yang harus dijalaninya seumur hidup.

    “Pertama kali dengar saya harus cuci darah, sempat drop. Cuma keluarga terus semangatin, jangan putus asa, karena kita berhak untuk hidup yang lebih panjang. Terus juga keluarga saya juga masih membutuhkan saya, jadi saya terus melakukan ini sampai saat ini,” kata Sri.

    Sri mengaku sudah menjalani cuci darah selama dua tahun. Ia mengetahui, untuk tindakan sekali cuci darah membutuhkan biaya sekitar Rp800.000 – Rp1.000.000.

    Dengan jadwal dua kali per minggu, biaya ini bisa mencapai jutaan rupiah setiap bulan. Dengan manfaat yang dirasakannya, Sri tidak bisa membayangkan apabila Program JKN sampai ditiadakan.

    “Menurut saya, keberadaan BPJS Kesehatan sangat membantu saya. Dengan kondisi saya yang harus rutin menjalani cuci darah, saya berterima kasih kepada BPJS Kesehatan dan seluruh peserta yang juga telah rutin membayar iurannya. Saya berharap hanya ingin sembuh dan benar-benar sembuh total, bisa seperti dulu lagi sehingga bisa sering berkumpul dengan keluarga,” kata Sri.

  • Hari Gizi dan Pangan Nasional, Sejarah dan Tema Tahun 2025

    Hari Gizi dan Pangan Nasional, Sejarah dan Tema Tahun 2025

    Jakarta: Setiap tanggal 25 Januari, Indonesia memperingati Hari Gizi dan Pangan Nasional (HGN) sebagai wujud upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan pangan yang sehat.

    Pada tahun 2025, tema yang diangkat adalah “Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat.”
     
    Sejarah Hari Gizi Nasional
    Peringatan Hari Gizi Nasional dimulai pada tahun 1951, saat Lembaga Makanan Rakyat (LMR) mendirikan Sekolah Juru Penerang Makanan. Inisiatif ini diinisiasi oleh Prof. Poorwo Soedarmo, yang dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia.

    LMR, yang awalnya bernama Instituut Voor Volksvoeding (IVV), menjadi pionir dalam pengembangan tenaga gizi di Indonesia.

    Pada pertengahan 1960-an, peringatan ini resmi menjadi agenda tahunan, yang kemudian dilanjutkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat pada era 1970-an.

    Seiring waktu, Hari Gizi Nasional menjadi momen penting untuk meningkatkan komitmen bersama dalam memerangi masalah gizi seperti stunting, gizi kurang, dan obesitas.

    Seiring waktu, Hari Gizi Nasional menjadi momen penting untuk meningkatkan komitmen bersama dalam memerangi masalah gizi seperti stunting, gizi kurang, dan obesitas.

    Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023, prevalensi stunting di Indonesia menurun dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2022. Penurunan ini menunjukkan upaya yang signifikan, tetapi tantangan masih ada dalam mencapai target 14% pada 2024.
     
    Tema dan Relevansi Tahun 2025
    Tahun ini, tema “Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat” menyoroti pentingnya konsumsi makanan bergizi untuk mencegah stunting, meningkatkan kesehatan keluarga, dan mendorong generasi muda yang sehat.

    Tema ini juga relevan dengan tantangan global seperti obesitas dan malnutrisi akibat ketidakseimbangan pola makan.

    Menurut Kementerian Kesehatan, pola makan bergizi seimbang tidak hanya membantu pertumbuhan optimal pada anak-anak, tetapi juga mengurangi risiko penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi.

    Untuk mendukung hal ini, Kemenkes meluncurkan berbagai program edukasi, termasuk promosi Isi Piringku, yang menekankan pentingnya proporsi makanan sehat dalam setiap porsi makan.
     
    Tantangan dan Upaya Pemerintah
    Meski telah ada berbagai kemajuan, tantangan dalam memperbaiki gizi masyarakat Indonesia masih signifikan.

    Gaya hidup modern, terutama di perkotaan, seringkali mendorong konsumsi makanan cepat saji yang tinggi kalori tetapi rendah nutrisi. Oleh karena itu, pemerintah melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) mendorong langkah-langkah berikut:

    1. Mengurangi konsumsi makanan olahan yang tinggi gula, garam, dan lemak.

    2. Meningkatkan konsumsi pangan lokal seperti ikan, kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan.

    3. Memperluas edukasi tentang pentingnya gizi seimbang melalui seminar, pelatihan, dan kampanye media.

    4. Memperkuat intervensi gizi sensitif, seperti penyediaan air bersih, sanitasi, dan program perlindungan sosial untuk keluarga berpenghasilan rendah.
     
    Pentingnya Partisipasi Semua Pihak
    Hari Gizi dan Pangan Nasional bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat, sektor swasta, dan lembaga pendidikan.

    Intervensi spesifik seperti pemberian makanan tambahan untuk anak-anak sekolah dan kampanye kesehatan diharapkan dapat mempercepat pencapaian target penurunan stunting menjadi 14% pada 2024, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

    Hari Gizi dan Pangan Nasional 2025 menjadi momen untuk merefleksikan pentingnya pola makan bergizi dan usaha bersama dalam memperbaiki kualitas gizi masyarakat.

    Dengan komitmen dari semua pihak, Indonesia dapat mencapai generasi yang lebih sehat dan berkualitas di masa depan.

    Baca Juga:
    Lestari Moerdijat: Dengan Pemberian Asupan Gizi yang Berimbang Dukung SDM yang Lebih Baik

    Jakarta: Setiap tanggal 25 Januari, Indonesia memperingati Hari Gizi dan Pangan Nasional (HGN) sebagai wujud upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi dan pangan yang sehat.
     
    Pada tahun 2025, tema yang diangkat adalah “Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat.”
     
    Sejarah Hari Gizi Nasional
    Peringatan Hari Gizi Nasional dimulai pada tahun 1951, saat Lembaga Makanan Rakyat (LMR) mendirikan Sekolah Juru Penerang Makanan. Inisiatif ini diinisiasi oleh Prof. Poorwo Soedarmo, yang dikenal sebagai Bapak Gizi Indonesia.
     
    LMR, yang awalnya bernama Instituut Voor Volksvoeding (IVV), menjadi pionir dalam pengembangan tenaga gizi di Indonesia.

    Pada pertengahan 1960-an, peringatan ini resmi menjadi agenda tahunan, yang kemudian dilanjutkan oleh Direktorat Gizi Masyarakat pada era 1970-an.
     
    Seiring waktu, Hari Gizi Nasional menjadi momen penting untuk meningkatkan komitmen bersama dalam memerangi masalah gizi seperti stunting, gizi kurang, dan obesitas.
     
    Seiring waktu, Hari Gizi Nasional menjadi momen penting untuk meningkatkan komitmen bersama dalam memerangi masalah gizi seperti stunting, gizi kurang, dan obesitas.
     
    Berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2023, prevalensi stunting di Indonesia menurun dari 24,4% pada 2021 menjadi 21,6% pada 2022. Penurunan ini menunjukkan upaya yang signifikan, tetapi tantangan masih ada dalam mencapai target 14% pada 2024.
     

    Tema dan Relevansi Tahun 2025
    Tahun ini, tema “Pilih Makanan Bergizi untuk Keluarga Sehat” menyoroti pentingnya konsumsi makanan bergizi untuk mencegah stunting, meningkatkan kesehatan keluarga, dan mendorong generasi muda yang sehat.
     
    Tema ini juga relevan dengan tantangan global seperti obesitas dan malnutrisi akibat ketidakseimbangan pola makan.
     
    Menurut Kementerian Kesehatan, pola makan bergizi seimbang tidak hanya membantu pertumbuhan optimal pada anak-anak, tetapi juga mengurangi risiko penyakit kronis seperti diabetes dan hipertensi.
     
    Untuk mendukung hal ini, Kemenkes meluncurkan berbagai program edukasi, termasuk promosi Isi Piringku, yang menekankan pentingnya proporsi makanan sehat dalam setiap porsi makan.
     
    Tantangan dan Upaya Pemerintah
    Meski telah ada berbagai kemajuan, tantangan dalam memperbaiki gizi masyarakat Indonesia masih signifikan.
     
    Gaya hidup modern, terutama di perkotaan, seringkali mendorong konsumsi makanan cepat saji yang tinggi kalori tetapi rendah nutrisi. Oleh karena itu, pemerintah melalui Gerakan Masyarakat Hidup Sehat (GERMAS) mendorong langkah-langkah berikut:
     
    1. Mengurangi konsumsi makanan olahan yang tinggi gula, garam, dan lemak.
     
    2. Meningkatkan konsumsi pangan lokal seperti ikan, kacang-kacangan, sayuran, dan buah-buahan.
     
    3. Memperluas edukasi tentang pentingnya gizi seimbang melalui seminar, pelatihan, dan kampanye media.
     
    4. Memperkuat intervensi gizi sensitif, seperti penyediaan air bersih, sanitasi, dan program perlindungan sosial untuk keluarga berpenghasilan rendah.
     
    Pentingnya Partisipasi Semua Pihak
    Hari Gizi dan Pangan Nasional bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga masyarakat, sektor swasta, dan lembaga pendidikan.
     
    Intervensi spesifik seperti pemberian makanan tambahan untuk anak-anak sekolah dan kampanye kesehatan diharapkan dapat mempercepat pencapaian target penurunan stunting menjadi 14% pada 2024, sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
     
    Hari Gizi dan Pangan Nasional 2025 menjadi momen untuk merefleksikan pentingnya pola makan bergizi dan usaha bersama dalam memperbaiki kualitas gizi masyarakat.
     
    Dengan komitmen dari semua pihak, Indonesia dapat mencapai generasi yang lebih sehat dan berkualitas di masa depan.
     
    Baca Juga:
    Lestari Moerdijat: Dengan Pemberian Asupan Gizi yang Berimbang Dukung SDM yang Lebih Baik
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (WAN)

  • Program JKN: Asa Baru Bagi Pasien Hemodialisis

    Program JKN: Asa Baru Bagi Pasien Hemodialisis

    TRIBUNJAKARTA.COM – Keberlangsungan Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) menjadi asa bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam mengakses pelayanan di fasiltas kesehatan.

    Program yang telah berlangsung sejak tahun 2014 telah menunjukkan peran penting dalam penjaminan terhadap beragam penyakit dan pelayanan bagi seluruh peserta.

    Mulai dari penyakit berbiaya rendah hingga penyakit berbiaya mahal (katastropik), dapat dijamin penuh oleh Program JKN.

    Pengobatan gagal ginjal misalnya. Bukan hanya itu, BPJS Kesehatan bahkan menjamin biaya pelayanan kesehatan yang memerlukan perawatan berjangka waktu lama atau bahkan berlangsung seumur hidup, seperti cuci darah bagi pasien gagal ginjal, penderita talasemia dan hemofilia, pasien yang menjalani pengobatan kanker, insulin untuk penderita diabetes, dan lain sebagainya

    Sepanjang tahun 2014 – 2024, pemanfaatan kasus layanan cuci darah di rawat jalan sebanyak 49,25 juta kasus.

    Khusus di tahun 2024, kasus layanan cuci darah di rawat jalan sebanyak 7,5 juta kasus dengan total biaya sebesar Rp6,6 Triliun.

    Ini membuktikan bahwa sudah banyak peserta yang terbantu dalam menjalani tindakan cuci darah demi menjaga kestabilan kondisi kesehatan mereka.

    Salah satu peserta yang hingga saat ini merasakan manfaat Program JKN adalah Sri (28).

    Terbaring lemas di samping mesin dialisis atau dialyzer, Sri bercerita bahwa ia harus menerima kenyataan pahit yang harus dijalaninya seumur hidup.

    “Pertama kali dengar saya harus cuci darah, sempat drop. Cuma keluarga terus semangatin, jangan putus asa, karena kita berhak untuk hidup yang lebih panjang. Terus juga keluarga saya juga masih membutuhkan saya, jadi saya terus melakukan ini sampai saat ini,” kata Sri.

    Sri mengaku sudah menjalani cuci darah selama dua tahun.

    Ia mengetahui, untuk tindakan sekali cuci darah membutuhkan biaya sekitar Rp800.000 – Rp1.000.000.

    Dengan jadwal dua kali per minggu, biaya ini bisa mencapai jutaan rupiah setiap bulan. Dengan manfaat yang dirasakannya, Sri tidak bisa membayangkan apabila Program JKN sampai ditiadakan.

    “Menurut saya, keberadaan BPJS Kesehatan sangat membantu saya. Dengan kondisi saya yang harus rutin menjalani cuci darah, saya berterima kasih kepada BPJS Kesehatan dan seluruh peserta yang juga telah rutin membayar iurannya. Saya berharap hanya ingin sembuh dan benar-benar sembuh total, bisa seperti dulu lagi sehingga bisa sering berkumpul dengan keluarga,” kata Sri.

    Selain Sri, Halimah (46) juga sangat berterima kasih dengan adanya Program JKN. Menjalani cuci darah selama tujuh tahun bukan hal yang mudah diterima bagi Halimah.

    Sempat putus asa karena harus rutin menjalani cuci darah selama tujuh tahun, namun semangat moril yang diberikan oleh keluarga menguatkan dirinya untuk tetap semangat menjalani cuci darah demi menstabilkan kondisi kesehatannya.

    Halimah mengaku sedih saat mendengar informasi tentang JKN yang kian banyak di pemberitaan. Ia membayangkan jika Program JKN ditiadakan. Dengan biaya proses cuci darah, pasti Halimah harus menjual rumah demi rutin menjalani cuci darah.

    “Alhamdulillah, BPJS Kesehatan telah menolong saya. Sebetulnya tidak ada ruginya menjadi peserta. Dengan prinsip gotong royong, kita tidak akan rugi dan bisa menolong peserta lain. Jika ada peserta yang sakit dan membutuhkan pelayanan, iuran peserta yang sehat kan buat membantu mereka juga,” ujar Halimah.

    Kepala Humas BPJS Kesehatan, Rizzky Anugerah menjelaskan bahwa negara telah menghadirkan Program JKN untuk memberikan perlindungan jaminan kesehatan yang komprehensif kepada penduduk Indonesia.

    Cakupan manfaat Program JKN yang dikelola BPJS Kesehatan sangat luas, karena pelayanan kesehatan yang dijamin diberikan berdasarkan indikasi medis pesertanya.

    “Dari Program JKN, kita bisa melihat nilai luhur yang telah menjadi identitas bangsa melalui gotong royong. Prinsip ini menandakan semua peserta, baik yang sehat maupun yang sakit, bersama-sama saling membantu melalui iuran yang dibayarkan. Prinsip ini juga menjadi landasan untuk menciptakan keberlanjutan program. Dengan kontribusi dari seluruh peserta, harapannya bisa menjaga keberlangsungan Program JKN,” jelas Rizzky.

    Untuk meningkatkan mutu layanan terhadap tindakan cuci darah, BPJS Kesehatan berkomitmen untuk memberikan layanan yang menggunakan single use dialyzer atau sekali pakai, kecuali pada situasi tertentu yang menyebabkan tindakan itu menggunakan selang reuse, dipakai lebih dari satu kali.

    Hal ini dilakukan untuk mencegah penularan penyakit dan kontaminasi silang antar pasien.

    “Hingga saat ini, jumlah Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL) mitra BPJS Kesehatan yang melayani tindakan cuci darah sebanyak 1.085, dengan 929 di antaranya menggunakan single-use dialyzer. Harapannya, dukungan terus diberikan oleh seluruh stakeholders sehingga penyelenggaraan Program JKN semakin optimal dan bisa menjaga keberlangsungan Program JKN,” tutup Rizzky.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

  • Mayapada Hospital Nusantara Pastikan Layanan K3 dengan BPJamsostek

    Mayapada Hospital Nusantara Pastikan Layanan K3 dengan BPJamsostek

    Jakarta

    Mayapada Healthcare (PT Sejahteraraya Anugerahjaya Tbk.) (IDX: SRAJ) melalui unit rumah sakit terbaru, Mayapada Hospital Nusantara (MHNS) di Ibu Kota Nusantara (IKN), resmi menjalin kemitraan dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJSTK).

    Kesepakatan ini ditandatangani oleh Hospital Director Mayapada Hospital Nusantara dr Farah Alkatiri, MM,MPH,FISQua, dan Kepala BPJSTK Cabang Balikpapan Teldi Rusnal yang berlangsung di Kantor BPJS Ketenagakerjaan, Kota Balikpapan, Kalimantan Timur.

    “Kerja sama ini menegaskan komitmen Mayapada Hospital Nusantara dalam mendukung kesehatan, keselamatan, dan produktivitas setiap tenaga kerja di wilayah IKN dan sekitarnya dari berbagai sektor industri. Dengan beragam risiko kerja yang dapat terjadi kapan saja, kami siap memberikan layanan menyeluruh, mulai dari kelengkapan tim dokter multidisiplin yang selalu siaga seperti dokter spesialis anestesi untuk menangani kasus gawat darurat yang membutuhkan intervensi sesegera mungkin, dokter spesialis kedokteran fisik dan rehabilitasi untuk memastikan pemulihan pasca-pengobatan, dan dokter spesialis okupasi yang siap mendampingi mulai dari awal penanganan sampai dengan pekerja dipastikan dapat beraktivitas kembali,” ujar Hospital Director Mayapada Hospital Nusantara dr Farah Alkatiri, MM,MPH,FISQua, dalam keterangan tertulis, Jumat (24/1/2025).

    “Kami juga memastikan kenyamanan seluruh peserta BPJSTK dengan dedicated kamar rawat inap agar pasien tidak perlu menunggu. Dengan layanan menyeluruh yang kami sediakan, saya yakin

    Mayapada Hospital Nusantara dapat menjadi pusat rujukan Trauma Center bagi perusahaan dari berbagai sektor seperti konstruksi, pertambangan, perkebunan, jasa, dan lain-lain,” sambungnya.

    Kerja sama ini dirancang untuk mendukung Kesehatan dan Keselamatan Kerja (K3) di wilayah IKN dan sekitarnya. MHNS memberikan layanan kesehatan komprehensif mencakup berbagai aspek bagi peserta penjaminan, baik untuk kasus kecelakaan kerja maupun penyakit akibat kerja.

    Mayapada Hospital Nusantara menghadirkan layanan Trauma Emergency untuk menangani kegawatdaruratan akibat kecelakaan dengan tim dokter multidisiplin, termasuk dokter anestesi yang siaga 24 jam, kamar operasi, dan dokter okupasi, serta fasilitas ruang rawat inap khusus untuk pasien BPJSTK guna memastikan penanganan optimal hingga pekerja dipastikan dapat kembali bekerja.

    Sejak diresmikan pada 11 Oktober 2024, Mayapada Hospital Nusantara memprioritaskan patient experience dengan dilengkapi fasilitas modern, nyaman, dan selalu melibatkan pasien dalam setiap langkah perawatan (patient centered care), sejalan dengan seluruh unit Mayapada Hospital dalam memberikan layanan kesehatan unggul berstandar internasional. Mayapada Hospital Nusantara juga disiapkan sebagai pusat penyelenggaraan transfer of knowledge, bekerja sama dengan Apollo Hospitals India, melalui transfer keahlian dokter dalam dan luar negeri, serta adopsi teknologi agar dapat menangani berbagai kasus kompleks dengan lebih advanced.

    Kepala BPJSTK Cabang Balikpapan Teldi Rusnal mengatakan didasari oleh kepercayaan terhadap kualitas layanan dan fasilitas perawatan yang ada di Mayapada Hospital Nusantara, kerja sama dengan Mayapada Hospital Nusantara adalah langkah strategis untuk memastikan peserta BPJSTK mendapatkan akses layanan kesehatan berkualitas. Ia berharap layanan ini semakin memperkuat perlindungan setiap tenaga kerja dan menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif di IKN, Kalimantan Timur, dan sekitarnya, terutama dengan seluruh layanan, fasilitas, dan keunggulan yang diberikan Mayapada Hospital Nusantara.

    Selain telah mengoperasikan layanan kegawatdaruratan akibat kecelakaan, Mayapada Hospital Nusantara siap berkolaborasi aktif bersama tim dokter multidisiplin di unit Mayapada Hospital lainnya (collaboration of care) untuk terus meningkatkan layanan unggulan yang dimiliki, dan terintegrasi dengan unit Mayapada Hospital lainnya, seperti layanan uronefrologi, diabetes, metabolisme, dan sistem endokrin (internal medicine), cardiovascular, oncology, neurology, gastrohepatology, orthopedic, obgyn, serta pediatric.

    Mayapada Hospital Nusantara juga siap melayani pasien dari berbagai badan penyelenggara penjaminan, dengan meningkatkan sinergi dengan berbagai mitra seperti asuransi dan perusahaan dalam negeri, multinasional, hingga penjaminan milik pemerintah.

    (sls/MAYAPADA)

  • Kemenkes Rilis Petunjuk Teknis Pemeriksaan Kesehatan Gratis yang Akan Dimulai pada Februari 2025 – Halaman all

    Kemenkes Rilis Petunjuk Teknis Pemeriksaan Kesehatan Gratis yang Akan Dimulai pada Februari 2025 – Halaman all

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) resmi menerbitkan aturan pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG).

    Tayang: Jumat, 24 Januari 2025 10:16 WIB

    Laman resmi Kemenkes

    Petunjuk Teknis Pemeriksaan Kesehatan Gratis Kemenkes. 

    TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) resmi menerbitkan aturan pelaksanaan Pemeriksaan Kesehatan Gratis (PKG).

    Aturan ini tertuang pada Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.01.07/MENKES/33/2025 tentang Petunjuk Teknis Pemeriksaan Kesehatan Gratis Hari Ulang Tahun.

    Aturan ini berlaku mulai 21 Januari 2025.

    Juru bicara Kemenkes, Widyawati, mengatakan bahwa petunjuk teknis ini diterbitkan sebagai bukti kesiapan Kementerian Kesehatan dalam menyambut program Pemeriksaan Kesehatan Gratis.

    “Penerbitan Juknis ini merupakan bukti kesiapan kami dalam menjalankan program pemeriksaan kesehatan gratis.”

    “Dengan adanya pedoman yang jelas, kami harap semua pihak yang terlibat dapat bekerja dengan koordinasi yang baik untuk memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat,” kata Widyawati, dikutip dari laman resmi Kemenkes.

    Sasaran Pemeriksaan Kesehatan Gratis Hari Ulang Tahun

    Bayi baru lahir: usia 2 hari
    Balita dan anak prasekolah: usia 1-6 tahun
    Dewasa: usia 18-59 tahun
    Lanjut usia: mulai usia 60 tahun

    Waktu Pelaksanaan

    PKG Hari Ulang Tahun untuk bayi baru lahir: Usia bayi 2 hari  (>24 jam)

    PKG Hari Ulang Tahun untuk kelompok usia lainnya: saat berulang tahun hingga maksimal satu bulan setelah tanggal ulang tahun

    Tempat Pelaksanaan 

    PKG Hari Ulang Tahun bagi bayi baru lahir dilaksanakan di fasilitas pelayanan Kesehatan yang melayani persalinan baik FKTP maupun FKTL.
    PKG Hari Ulang Tahun bagi kelompok usia lainnya dilaksanakan di FKTP yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan.

    Jenis Pemeriksaan

    1. Bayi baru lahir

    Deteksi dini kekurangan hormon tiroid
    G6PD
    Penyakit jantung bawaan dan masalah pertumbuhan

    2. Balita dan anak pra sekolah

    Deteksi dini tuberkulosis
    Gangguan pendengaran
    Masalah mata
    Talasemia
    Diabetes melitus

    3. Dewasa

    Pemeriksaan kardiovaskular
    Kanker payudara
    Kanker leher rahim
    Kanker paru
    Fungsi indera
    Kesehatan jiwa
    Skrining calon pengantin

    4. Lansia

    Fokus pada kesehatan geriatri
    Gangguan kardiovaskular
    Paru
    Kanker
    Fungsi indera dan kesehatan jiwa

    Mekanisme Pendaftaran

    Peserta yang telah mendaftar akan menerima tiket pemeriksaan melalui aplikasi SATUSEHAT atau WhatsApp. 

    Pengiriman dikirim pada H-30, H-7, H-1, dan hari H ulang tahun. 

    Peserta juga diharapkan mengisi kuesioner skrining yang tersedia seminggu sebelum ulang tahun.

    Tiket pemeriksaan dapat digunakan di FKTP hingga 30 hari setelah hari ulang tahun.

    Untuk peserta yang berulang tahun pada Januari, Februari, dan Maret 2025, layanan dapat diakses hingga 30 April 2025.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’61’,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Pakar: Cari tahu faktor penyebab kegemukan dapat hindari diabetes

    Pakar: Cari tahu faktor penyebab kegemukan dapat hindari diabetes

    Jakarta (ANTARA) – Pakar kesehatan Prof. Dr. dr. Imam Subekti, Sp. P.D, Subsp. E.M.D. (K), FINASIM berpendapat mencari tahu faktor penyebab kegemukan dapat menjadi langkah awal seseorang dengan berat tubuh berlebih untuk menghindari terkena penyakit diabetes.

    Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu mengatakan informasi tersebut nantinya diperlukan untuk menentukan tata laksana penurunan berat badan.

    “Menurunkan berat badan bukan sekadar menghindarkan diri dari diabetes, tetapi juga dapat memperkecil berbagai risiko penyakit, seperti serangan jantung, darah tinggi, kolesterol, dan sebagainya,” kata dia dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Kamis.

    Secara umum, lanjut dia, ada lima hal yang perlu dilakukan untuk menurunkan berat badan, pertama mengatur pola makan.

    Dalam hal ini, individu perlu menghitung total kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas harian, sehingga dapat ditentukan asupan yang diperlukan untuk terapi diet penurunan berat badan. Penghitungan ini diharapkan dapat menurunkan kalori sebesar 500 – 1.000 kilo kalori per hari

    Kemudian, menjalani aktivitas fisik rutin. Aktivitas fisik dilakukan setidaknya tiga kali dalam satu minggu dengan durasi setidaknya 30 menit. Durasi dapat dinaikkan menjadi 45 menit sementara sesi ditingkatkan menjadi lima kali dalam seminggu.

    Imam merekomendasikan aktivitas yang bersifat aerobik, seperti jalan atau joging, renang, bersepeda, atau senam.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Praktisi ingatkan warga batasi makanan manis saat Imlek

    Praktisi ingatkan warga batasi makanan manis saat Imlek

    Jakarta (ANTARA) – Praktisi kesehatan Prof. Dr. dr. Imam Subekti, Sp. P.D, Subsp. E.M.D. (K), FINASIM mengingatkan masyarakat agar membatasi konsumsi makanan manis termasuk saat perayaan Imlek seperti kue keranjang, dodol, dan permen demi mencegah terkena diabetes.

    “Meskipun kelezatan makanan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari kebahagiaan perayaan, konsumsi berlebihan makanan manis dapat meningkatkan risiko kesehatan, terutama terkait dengan diabetes,” kata dokter spesialis penyakit dalam subspesialis endokrinologi metabolik dan diabetes itu dalam keterangan resminya di Jakarta, Kamis.

    Imam yang telah dikukuhkan sebagai Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia itu menjelaskan konsumsi makanan manis yang berlebihan, terutama dalam periode perayaan, dapat berkontribusi pada peningkatan berat badan, yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diabetes.

    Tubuh obesitas tidak hanya mengurangi estetika penampilan dan menghambat aktivitas sehari-hari, tetapi juga menyebabkan penurunan sensitivitas tubuh terhadap insulin, yang dikenal sebagai resistensi insulin.

    Dikatakan Imam, awalnya, pankreas akan memproduksi lebih banyak insulin untuk mengatasi hal tersebut. Namun, jika kondisi ini berlanjut, pankreas akan mengalami kelelahan dan berujung pada terjadinya diabetes.

    “Oleh karena itu, menjaga berat badan tetap ideal sangat penting untuk mengurangi risiko diabetes, terutama di tengah godaan makanan manis saat perayaan,” ujar dokter yang berpraktik di RS Pondok Indah – Pondok Indah itu.

    Secara umum, obesitas adalah kondisi tubuh dengan penumpukan lemak yang berlebih. Menurut Imam, cara pengukuran kadar lemak yang akurat adalah dengan CT-scan atau MRI.

    Namun, mengingat pemeriksaan dengan alat ini tidaklah murah dan hanya tersedia di tempat tertentu seperti rumah sakit saja, maka cara lain yang digunakan adalah dengan pengukuran indeks massa tubuh (IMT), yaitu berat badan kuadrat (dalam kilogram) dibagi tinggi badan (dalam meter).

    IMT disebut normal jika hasilnya berada di rentang 18 – 22,9, disebut berlebih pada rentang 23– 25, obesitas 1 pada rentang 25 – 30, dan obesitas 2 jika berada di atas 30 dalam satuan kg/m2.

    Untuk mengukur komposisi massa tubuh juga dapat dilakukan dengan alat khusus seperti densitometer tubuh.

    Imam menambahkan, adapun faktor yang membuat seseorang mengalami obesitas, yaitu asupan berlebih, penggunaan energi yang kurang, genetik, dan penyakit dengan faktor pertama dan kedua yang paling banyak terjadi.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Azis Kurmala
    Copyright © ANTARA 2025

  • 8 Bahaya Anak Tidak Tidur Siang, Dampaknya pada Kesehatan dan Perkembangan Anak

    8 Bahaya Anak Tidak Tidur Siang, Dampaknya pada Kesehatan dan Perkembangan Anak

    Jakarta, Beritasatu.com – Bahaya anak tidak tidur siang menjadi topik yang sering diperbincangkan. Karenanya, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 39 Surabaya mulai menerapkan peraturan tidur siang untuk siswa.

    Kebijakan ini dianggap sebagai langkah penting untuk mendukung perkembangan fisiologis dan psikologis anak. Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu’ti turut memberikan apresiasi atas inisiatif tersebut.

    Dilansir dari Antara, Kamis (23/1/2025), dia menyebut tidur siang memiliki banyak manfaat, seperti meningkatkan fokus, konsentrasi, energi, dan memperbaiki suasana hati.

    Namun, apa sebenarnya bahaya anak tidak tidur siang, terutama jika kebiasaan kurang tidur ini berlangsung dalam jangka panjang? Berikut ini penjelasannya.

    1. Gangguan kognitif
    Kurangnya tidur, termasuk tidur siang, dapat memengaruhi fungsi kognitif anak. Anak yang tidak mendapatkan istirahat cukup sering kesulitan berkonsentrasi, mengingat informasi jangka pendek, dan memecahkan masalah. Dampak ini bisa berpengaruh langsung terhadap prestasi di sekolah, karena konsentrasi dan kemampuan untuk menyerap pelajaran sangat penting dalam proses belajar.

    2. Gangguan emosional
    Tidur memainkan peran penting dalam manajemen emosi. Anak-anak yang kurang tidur berisiko lebih tinggi mengalami gangguan emosional, seperti kecemasan dan depresi. Tanpa waktu istirahat yang cukup, mereka mungkin merasa lebih sulit untuk menghadapi stres, tantangan, atau bahkan konflik sehari-hari. Hal ini dapat memengaruhi hubungan mereka dengan orang tua, teman, maupun guru.

    3. Masalah kesehatan fisik
    Kurang tidur kronis dapat berdampak serius pada kesehatan fisik anak. Beberapa penelitian menunjukkan anak-anak yang kurang tidur lebih rentan terhadap obesitas dan diabetes. Tidur yang cukup penting untuk menjaga proses metabolisme tubuh, dan kurang tidur dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat anak lebih mudah terserang penyakit.

    4. Pertumbuhan yang terhambat
    Tidur nyenyak, khususnya pada fase deep sleep, adalah saat tubuh melepaskan hormon pertumbuhan. Jika anak tidak tidur cukup, perkembangan fisik mereka bisa terhambat, termasuk tinggi badan dan pertumbuhan secara keseluruhan. Hal ini menunjukkan tidur bukan hanya soal istirahat, tetapi juga mendukung pertumbuhan optimal.

    5. Sulit berbaur dan bersosialisasi
    Kekurangan tidur juga dapat memengaruhi keterampilan sosial anak. Anak yang lelah cenderung kurang percaya diri, sulit berkomunikasi dengan teman sebaya, atau bahkan menarik diri dari lingkungan sosial. Hal ini dapat menyebabkan isolasi sosial dan kesulitan dalam menjalin persahabatan.

    6. Meningkatkan risiko cedera
    Anak-anak yang kelelahan lebih rentan mengalami kecelakaan, baik saat bermain maupun berolahraga. Kurang tidur dapat menurunkan kewaspadaan dan koordinasi motorik, yang dapat berujung pada cedera fisik, baik jangka pendek maupun jangka panjang.

    7. Masalah perilaku
    Kurang tidur juga dapat menyebabkan masalah perilaku pada anak. Mereka mungkin menjadi lebih mudah marah, impulsif, atau agresif. Perubahan suasana hati ini tidak hanya memengaruhi hubungan mereka dengan teman sebaya, tetapi juga dapat mengganggu lingkungan belajar di sekolah maupun di rumah.

    8. Gangguan kesehatan mental
    Anak-anak yang mengalami masalah tidur kronis lebih berisiko mengembangkan gangguan kesehatan mental, seperti attention deficit hyperactivity disorder (ADHD) atau gangguan lainnya. Oleh karena itu, memastikan anak mendapatkan tidur yang cukup, termasuk tidur siang, sangat penting untuk mencegah dampak jangka panjang terhadap kesehatan mental mereka.

    Tidur siang bukan sekadar kebutuhan fisik, tetapi juga menjadi elemen penting dalam mendukung kesehatan dan perkembangan anak. Dengan memahami bahaya anak tidak tidur siang, para orang tua dan pendidik diharapkan dapat mendorong kebiasaan tidur yang baik sejak dini. Langkah ini menjadi investasi penting untuk memastikan anak tumbuh dengan sehat, cerdas, dan bahagia.

  • Hari Gizi Nasional 2025, Ini 8 Tips Berikan Gizi Seimbang untuk Anak

    Hari Gizi Nasional 2025, Ini 8 Tips Berikan Gizi Seimbang untuk Anak

    Jakarta, Beritasatu.com – Setiap 25 Januari, Indonesia memperingati Hari Gizi Nasional sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat, khususnya para orang tua, tentang pentingnya gizi seimbang bagi anak-anak. Lalu, bagaimana tips memberikan gizi seimbang untuk anak?

    Gizi yang baik tidak hanya menunjang pertumbuhan fisik, tetapi juga mendukung perkembangan otak dan kesehatan anak secara keseluruhan.

    Berikut ini delapan tips memberikan gizi seimbang untuk anak yang dapat diterapkan sehari-hari, dikutip dari laman Health Park Pediatrics, Kamis (23/1/2025).

    1. Biasakan anak sarapan
    Sarapan adalah waktu makan yang sangat penting bagi anak untuk memulai hari. Pastikan menu sarapan mengandung gizi seimbang, terutama protein, karena protein membantu anak merasa kenyang lebih lama dan meningkatkan konsentrasi. Variasikan menu sarapan agar anak tidak bosan, seperti roti gandum dengan telur, oatmeal dengan buah, atau smoothie berbasis susu rendah lemak.

    2. Kurangi konsumsi gula
    Makanan tinggi gula sering kali menjadi penyebab utama obesitas dan berbagai masalah kesehatan, seperti diabetes tipe 2 dan hiperaktif. Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk membatasi konsumsi gula pada anak. Sebagai alternatif, pilih makanan manis alami seperti buah segar, madu, atau yoghurt tanpa tambahan gula.

    3. Pilih alternatif makanan yang lebih sehat
    Mengganti makanan tidak sehat dengan pilihan yang lebih bergizi dapat membantu anak tetap menikmati makanan favoritnya tanpa mengorbankan kesehatannya. Misalnya, gunakan susu rendah lemak alih-alih susu murni, ganti minyak goreng dengan minyak zaitun, atau pilih air mineral dibandingkan soda. Diskusikan pilihan makanan sehat ini dengan anak agar mereka tetap merasa dilibatkan dalam prosesnya.

    4. Buat buah dan sayur lebih menarik
    Anak-anak cenderung enggan mengonsumsi buah dan sayur jika tampilannya tidak menarik. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menyajikan buah dan sayur secara kreatif. Misalnya, buat salad buah berwarna-warni, masukkan sayuran ke dalam sup atau pasta favorit anak, dan simpan buah utuh di tempat yang mudah dijangkau. Variasikan resep setiap minggu agar anak tidak bosan.

    5. Kendalikan konsumsi camilan
    Camilan sering kali menjadi salah satu faktor yang menghambat pola makan sehat. Agar konsumsi camilan lebih terkontrol, ajak anak makan di meja makan, bukan di depan TV atau gadget. Pilih camilan sehat seperti wortel dengan hummus, kacang-kacangan, atau buah kering. Sajikan camilan dalam porsi kecil untuk mencegah makan berlebihan.

    6. Kurangi waktu layar (screen time)
    Penggunaan gadget yang berlebihan dapat memengaruhi kebiasaan makan anak. Saat menonton televisi atau bermain gadget, anak cenderung makan tanpa berpikir dan memilih makanan yang kurang sehat. Oleh karena itu, batasi waktu layar anak dan ajak mereka melakukan aktivitas lain, seperti bermain di luar rumah atau membantu memasak.

    7.  Libatkan anak dalam belanja dan memasak
    Ajak anak ikut serta saat berbelanja bahan makanan. Beri mereka kesempatan memilih sayur atau buah yang ingin mereka coba. Selain itu, melibatkan anak dalam memasak dapat meningkatkan minat mereka terhadap makanan sehat dan memperluas wawasan mereka tentang gizi.

    8. Terapkan gaya hidup sehat sebagai contoh
    Anak-anak cenderung meniru perilaku orang tua. Oleh karena itu, tunjukkan komitmen Anda terhadap pola makan sehat dan gaya hidup aktif. Ketika anak melihat Anda konsisten menjalankan kebiasaan ini, mereka akan lebih termotivasi untuk mengikuti.

    Menanamkan kebiasaan makan bergizi sejak dini adalah investasi jangka panjang untuk kesehatan anak. Dalam momentum Hari Gizi Nasional 2025 ini, mari tingkatkan kesadaran akan pentingnya tips memberikan gizi seimbang untuk anak, sehingga generasi mendatang tumbuh lebih sehat, cerdas, dan produktif. Pola makan sehat bukan sekadar kebutuhan, tetapi juga fondasi untuk masa depan yang lebih baik.

  • Pakar Kesehatan: Jajanan Tinggi Gula, Garam dan Lemak Tingkatkan Risiko Penyakit Kronis pada Anak – Halaman all

    Pakar Kesehatan: Jajanan Tinggi Gula, Garam dan Lemak Tingkatkan Risiko Penyakit Kronis pada Anak – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dalam beberapa tahun terakhir, prevalensi penyakit kronis pada anak-anak meningkat. Kondisi ini disebabkan oleh pola konsumsi jajanan pada anak sekolah yang tinggi garam, gula, dan lemak.

    Guru Besar dan Dosen di Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Airlangga (Unair) Prof. Dr. Ir. Annis Catur Adi, M.Si. menyebut, risiko penyakit kronis dan penyakit tidak menular pada anak usia sekolah sering diakibatkan dari pola makan yang tidak memenuhi asupan gizi seimbang.

    Ia menjelaskan, pemahaman gizi, perilaku konsumsi, serta gaya hidup yang bersih dan sehat dapat mencegah berbagai risiko penyakit kronis maupun degeneratif, tidak hanya pada orang dewasa, namun juga pada anak-anak. 

    “Peningkatan kurva penderita penyakit degeneratif tidak terlepas dari gaya hidup masyarakat yang tidak sehat, termasuk diantaranya pola makan yang salah. Konsumsi gula, garam, dan lemak yang berlebihan dapat meningkatkan resiko munculnya penyakit tidak menular.  Penyakit tersebut bisa dicegah sejak dini apabila kesadaran masyarakat makin tinggi terhadap gaya hidup dan pola makan yang menyehatkan,” ujar Prof Annis Catur dalam rangkaian Seminar Edukasi yang digelar Ajinomoto, baru-baru ini.

    Oleh karena itu, penting sekali sebagai orang tua dan guru di sekolah untuk bisa menyiapkan dan memenuhi asupan gizi seimbang. Karena kebersihan lingkungan juga menjadi faktor anak-anak bisa terhindar dari infeksi maupun penyakit menular lainnya.

    Prof Annis membagikan beberapa langkah dalam memenuhi asupan gizi seimbang harian agar terhindar dari risiko penyakit metabolik seperti diabetes, kolesterol tinggi, hipertensi, dan serangan jantung di kemudian hari.

    “Gizi merupakan dasar dan fondasi pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas guna mencapai Indonesia Emas. Selalu baca label informasi gizi produk yang dibeli, ganti gula dengan rempah seperti jahe, kayu manis, atau pala.  Kurangi atau hentikan konsumsi minuman bersoda dan ganti dengan air mineral biasa, Batasi penggunaan gula putih atau sirup sebagai pemanis. Pilih buah yang segar atau beku sebagai camilan,” ucap Prof Annis.

    Kemudian, untuk mengurangi asupan garam bisa melalui konsep ‘Bijak Garam’. Dengan mengurangi sebagian penggunaan garam dalam aktivitas memasak harian, dan menggantinya dengan menambahkan sedikit MSG, kita bisa mengurangi asupan garam, sekaligus menjaga kelezatan masakan.

    Contoh, dalam memasak menu sup ayam, biasanya menggunakan 2 sendok teh (sdt) garam ke dalam 1 liter kuah, cukup diubah menjadi 1 sdt garam + ½ sdt MSG.

    “Dengan itu sudah menerapkan konsep ‘Bijak Garam’. Mengapa bisa demikian? karena dalam MSG hanya memiliki 1/3 kandungan natrium jika dibandingkan dengan garam dapur biasa, dan sudah banyak penelitian yang menyatakan bahwa penggunaan MSG dapat mengurangi asupan natrium (garam), namun kelezatan makanan tetap terjaga,” lanjut Prof Annis.

    Ditambahkan Dosen di Fakultas Ekologi Manusia (FEMA) Institut Pertanian Bogor (IPB) Purnawati Hustina Rachman, S.Gz., M.Gizi, penyediaan kantin sehat di lingkungan sekolah bisa menjadi salah satu pertimbangan.

    “Penyediaan kantin sehat maka mutu pangan bisa terjaga, serta tempat yang kebersihannya memadai, di lingkungan sekolah,” ujar Hustina.

    Ia menerangkan, untuk menciptakan kantin sekolah yang dapat dikategorikan sebagai kantin sehat, empat pilar (komitmen dan manajemen, sarana-prasarana, sumber daya manusia, mutu pangan) yang menjadi parameter perlu diidentifikasi apakah seluruhnya telah memadai.

    Kemudian mengenai jenis makanan maupun minuman guru bisa mulai mengkategorikan berdasarkan warna (hijau, jingga, merah).

    “Hijau artinya makanan dan minuman yang dianjurkan untuk disediakan, jingga artinya makanan dan minuman yang perlu dibatasi, merah artinya makanan dan minuman yang tidak diperbolehkan. Dengan begitu, bapak dan ibu turut berkontribusi dalam mempercepat penyediaan kantin sekolah yang sehat,” lanjut Hustina.

    Diketahui, pelaksanaan rangkaian seminar edukasi yang ditujukan kepada guru-guru di sekolah dasar yang memiliki peran penting dalam membentuk pola hidup sehat, serta menjadi teladan bagi anak-anak muridnya agar anak-anak bisa sedini mungkin terhindar dari berbagai potensi penyakit kronis.

    Pihaknya memperkuat memperkuat kesejahteraan yang berkelanjutan bagi manusia, masyarakat, dan bumi, melalui Amino Science.