Topik: diabetes

  • Ini Pemicu Gagal Jantung Akut, Kondisi Dialami Emilia Contessa Sebelum Meninggal

    Ini Pemicu Gagal Jantung Akut, Kondisi Dialami Emilia Contessa Sebelum Meninggal

    Jakarta

    Artis senior Emilia Contessa meninggal dunia di RSUD Blambangan Banyuwangi pada Senin (27/1/2025). Ibunda Denada itu mengembuskan napas terakhir di usia 67 tahun setelah mengalami gagal jantung akut.

    Penyanyi yang sempat mendapat julukan Singa Panggung karena aksinya yang menggelegar itu menjalani perawatan atas penyakit Diabetes yang dia alami. Koordinator pelayanan publik RSUD Blambangan Ayyub Erdianto yang menyampaikan itu.

    Ayyub mengatakan bahwa Emilia sudah beberapa kali menjalani perawatan di RSUD Blambangan akibat sakit yang diidap.

    “Dilakukan penanganan oleh dokter Nelly Mulyaningsih, dokter spesialis jantung kami dan dinyatakan pasien tengah mengalami gagal jantung akut dan diberikan obat-obatan emergency. Kondisinya sempat membaik namun beberapa saat kemudian kembali memberat. Keluhannya sesaknya,” kata Ayyub, dikutip dari detikJatim.

    Spesialis jantung dr Vito A Damay, SpJP(K) menjelaskan jantung berfungsi memompa darah dari jantung ke seluruh tubuh. Darah berisi nutrisi dan oksigen untuk seluruh sel tubuh.

    “Nah darah itu dihantarkan melalui pembuluh darah, jadi jantung itu POMPA dan Pembuluh darah itu PIPA,” katanya saat dihubungi detikcom, Selasa (28/1/2025).

    Adapun gagal jantung akut, lanjut dr Vito, adalah kondisi saat fungsi jantung menurun secara tiba-tiba atau mendadak, sehingga tak mampu memompa darah secara efektif untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

    “Ini bisa terjadi mendadak pada orang tanpa riwayat gagal jantung sebelumnya, atau sebagai perburukan dari gagal jantung kronis,” katanya.

    Adapun gagal jantung akut berbeda dengan gagal jantung kronis. dr Vito menjelaskan gagal jantung akut terjadi secara mendadak dan pasien membutuhkan penanganan darurat.

    Sementara gagal jantung kronis berkembang perlahan-lahan dalam jangka waktu lama, seringkali karena kerusakan jantung yang sudah terjadi, seperti akibat hipertensi atau penyakit koroner.

    Pemicu Gagal Jantung Akut

    dr Vito menjelaskan terdapat kebiasaan buruk yang dapat memicu gagal jantung akut. Di antaranya:

    kebiasaan merokokkonsumsi alkohol berlebihtidak terkontrolnya tekanan darah atau diabetes

    “Jangan tunggu gejala memburuk, segera ke IGD jika ada tanda-tanda darurat seperti sesak napas berat atau penurunan kesadaran,” katanya.

    (suc/suc)

  • Terapi Sel Punca Terbukti Efektif untuk Pengobatan Lebih 80 Penyakit, Mulai Diabetes hingga Stroke – Halaman all

    Terapi Sel Punca Terbukti Efektif untuk Pengobatan Lebih 80 Penyakit, Mulai Diabetes hingga Stroke – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Terapi sel punca berdasarkan bukti atau praktik yang didasarkan pada bukti ilmiah terkini telah terbukti efektif untuk pengobatan lebih dari 80 jenis penyakit.

    Puluhan penyakit itu diantaranya diabetes, stroke, gangguan ginjal, penyakit jantung, autoimun, kelainan darah, luka bakar, hingga gangguan perkembangan seperti autism spectrum disorder dan cerebral palsy.

    “Stem Cell atau sel punca merupakan sel induk yang memiliki kemampuan memperbanyak diri dan berubah menjadi berbagai jenis sel dan mampu meregenerasi sel rusak dalam tubuh dan memperbaiki sistem imun,” kata Presiden World Council of Stem Cell (WOCS), Prof dr Deby Vinski MS PhD saat peresmian Celltech Stem Cell Centre di RS Universitas Hasanuddin di Makassar, Sulsel belum lama ini. 

    Kolaborasi antara Celltech Vinski Tower dan Unhas ini menghadirkan terobosan baru bagi masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya dalam penyimpanan tali pusat bayi baru lahir dan terapi sel punca atau stem cell.

    Peresmian dihadiri Rektor Universitas Hasanuddin, Prof Dr Ir Jamaluddin Jompa MSc,  Direktur RS Unhas, Prof dr Andi Muh Ichsan, dan Komite Sel Punca, termasuk dr Marhaen Hardjo dan Prof Farida.

    Dikatakan Deby, sel punca terdapat salah satunya di tali pusat atau tali pusar bayi memiliki peranan penting karena akan aktif ketika ada sel dalam tubuh yang mengalami kerusakan fungsi.

    “Darah dan jaringan di tali pusar dapat mengobati sejumlah penyakit lainnya, di antaranya kanker darah, kelainan darah, hingga gangguan sistem imun tubuh,” kata Deby.

    Saat ini manfaat terapi stem cell telah dirasakan oleh berbagai tokoh nasional, termasuk Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 Dr. Muhammad Jusuf Kalla, Surya Paloh, Mahfud MD, Hotman Paris Hutapea serta publik figur seperti Ustazah Oki Setiana Dewi dan keluarganya juga mendapatkan manfaat kesehatan dari terapi ini.

    “Sel punca dalam tali pusar tersebut, kata dia dapat digunakan untuk bayi tersebut, orangtua kandung, saudara kandung bayi, kakek dan nenek bayi, maupun keluarga kedua pihak,” katanya.

    Celltech telah menjadi centre of excellence untuk validasi terapi sel punca, dengan kolaborasi global bersama Swiss Biotech, universitas di Italia, EIU Barcelona, Dubai, dan Amerika Serikat. 

    Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa bersama Presiden World Council of Stem Cell (WOCS) Prof Deby Vinski meresmikan Celltech Stem Cell Centre di RS Unhas pada Sabtu (25/1/2025) siang. RS Layanan terbaru ini menawarkan terapi stem cell untuk berbagai penyakit, termasuk kanker darah dan Parkinson. (IST)

    Di dalam negeri, Celltech juga bekerja sama dengan RS POLRI, Universitas Pertahanan RI, RS Sentra Medika, RS Batam, dan Universitas Batam.

    “Kami juga kerjasama dengan lembaga penelitian sel punca di Universitas Pertahanan pun telah didirikan sebagai bagian dari komitmen untuk memperkuat riset berbasis teknologi kesehatan,” katanya.

    Deby menambahkan, kerjasama Celltech Vinski Tower dan Unhas memungkinkan warga Sulsel khususnya atau Sulawesi tidak perlu ke Jakarta atau luar negeri karena penyimpanan tali pusat kini dapat dilakukan di Makassar.

     

    Ditambahkannya, terobosan ini merupakan hasil dari MoU yang telah ditandatangani sejak 2016 antara Unhas dan Celltech Vinski Tower. 

    Rektor Unhas Prof Jamaluddin Jompa menyambut baik dibukanya Stem Cell Centre di RS Unhas karena menjadi langkah bagus bagi dunia kesehatan di Indonesia Timur, khususnya Kota Makassar.

    “Unhas walaupun sudah lama merencanakan sejak 2016, kita sudah ingin melakukan langkah terukur untuk mengoptimalkan peluang, seperti bank tali pusar hingga implementasi lainnya, mulai dari ortopedi dulu,” kata Prof Jamaluddin Jompa.

    Dikatakannya selama ini banyak masyarakat memilih pengobatan di luar negeri hanya karena minimnya pelayanan kesehatan alternatif. 

    Dengan terbitnya Permenkes layanan Stem Cell pada ortopedi, niat membuka pusat Stem Cell di RS Unhas pun kembali membara sehingga akhirnya, inisiasi kembali berjalan dan Celltech Stem Cell Centre di Unhas resmi dibuka.

    “Indonesia itu harus kehilangan banyak devisa dari kalangan menengah ke atas ketika tidak ada pengobatan alternatif di Indonesia yang dianggap modern, maka mereka pergi ke Singapura, Amerika, Eropa, Jepang. 

    Nah ini bagi kita kenapa takut implementasikan yang sudah terbukti. Indonesia khusus untuk ortopedi sudah keluar Permenkes-nya, dan akan keluar beberapa Permenkes baru untuk diaplikasikan,” katanya.

    Ke depan, akan lahir Permenkes lagi mengenai layanan Stem Cell untuk bidang kesehatan lainnya sehingga layanan Stem Cell di RS Unhas menurutnya akan terus berkembang bagi masyarakat di Indonesia Timur.  (Tribun Timur/Faqih Imtiyaaz/*)

     

    Sebagian artikel ini telah tayang di Tribun-Timur.com dengan judul Layanan Stem Cell RS Unhas Bantu Sembuhkan Penyakit Lewat Tali Pusat Bayi

  • Penyanyi Emilia Contessa Dikabarkan Meninggal Dunia, Berikut Profilnya

    Penyanyi Emilia Contessa Dikabarkan Meninggal Dunia, Berikut Profilnya

    Liputan6.com, Bandung – Penyanyi legendaris Indonesia, Emilia Contessa dikabarkan meninggal dunia pada Senin (27/1/2025). Kabar duka tersebut dibagikan langsung oleh manajer Denada, Risna Ories melalui unggahan Instagram Stories.

    “Mohon kirimkan doa Alfatihah untuk Ibu Emilia Contessa ya. Terima kasih atas kemurahan hati nya untuk mengirimkan doa untuk beliau,” tulisnya.

    Emilia Contessa dikabarkan meninggal dunia di usia 67 tahun di Banyuwangi, Jawa Timur. Penyanyi tenar era 70-an itu sebelumnya sempat menjalani penanganan medis di RSUD Blambangan.

    Adik bungsu dari mendiang Emilia Contessa, Dino Rosano Hasna menuturkan kakaknya meninggal dunia setelah sempat dirawat di rumah sakit yang dikeluhkan sejak malam dan baru dibawa ke rumah sakit pada pagi hari.

    “Tadi pagi sekitar pukul 07.00 WIB dibawa ke RSUD Blambangan karena mengeluh sakit. Sebenarnya keluh kesah sakitnya sejak tadi malam, namun dibawa ke rumah sakit pagi tadi,” ucapnya kepada wartawan, Senin (27/1/2025) malam.

    Pihaknya juga menjelaskan ketika tiba di rumah sakit, Emilia mendapatkan penanganan medis dari tim dokter dan dari waktu ke waktu sejak pukul 07.00 WIB kondisi kesehatannya terus menurun.

    Kemudian Emilia dikabarkan meninggal dunia sekitar pukul 18.00 WIB dan sebelumnya memiliki riwayat penyakit diabetes. Tim dokter juga menuturkan diabetesnya terus naik hingga drop.

    “Jadi almarhumah memang punya (penyakit) diabetes, dan dari hasil pemeriksaan tim dokter, diabetesnya naik terus mulai dari 400, 450, 500 sampai (drop),” ucapnya mengutip dari Antara.

  • Dialami Emilia Contessa Sebelum Meninggal, Dokter Ungkap Gejala Gagal Jantung Akut

    Dialami Emilia Contessa Sebelum Meninggal, Dokter Ungkap Gejala Gagal Jantung Akut

    Jakarta

    Artis senior Emilia Contessa meninggal dunia setelah mengalami gagal jantung akut, Senin (27/1/2025). Sebelumnya, ibunda penyanyi Denada ini juga menjalani perawatan diabetes semasa hidupnya.

    Adapun kabar tersebut diungkap oleh Ayyub Erdianto, koordinator pelayanan publik RSUD Blambangan, Banyuwangi, tempat Emilia dirawat.

    “Dilakukan penanganan oleh dokter Nelly Mulyaningsih, dokter spesialis jantung kami dan dinyatakan pasien tengah mengalami gagal jantung akut dan diberikan obat-obatan emergency. Kondisinya sempat membaik namun beberapa saat kemudian kembali memberat. Keluhannya sesaknya,” kata Ayyub.

    baca juga

    Spesialis jantung dr Vito A Damay, SpJP(K) mengatakan gagal jantung akut adalah kondisi saat fungsi jantung menurun secara tiba-tiba atau mendadak, sehingga tak mampu memompa darah secara efektif untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

    Ini bisa terjadi mendadak pada orang tanpa riwayat gagal jantung sebelumnya, atau sebagai perburukan dari gagal jantung kronis. Orang dengan kondisi gagal jantung akut harus membutuhkan penanganan darurat.

    “(Sementara) gagal jantung kronis berkembang perlahan-lahan dalam jangka waktu lama, seringkali karena kerusakan jantung yang sudah terjadi, seperti hipertensi atau penyakit koroner,” imbuhnya saat dihubungi detikcom, Selasa (28/1/2025).

    Adapun gejala gagal jantung akut menurut dr Vito, di antaranya:

    sesak napas tiba-tiba, terutama saat berbaring

    bengkak di kaki atau perut

    lelah ekstrem

    jantung berdebar atau berdetak tidak teratur

    penurunan kesadaran atau pusing

    baca juga

    (suc/suc)

  • Emilia Contessa Meninggal, Netizen Berduka di Hari Imlek

    Emilia Contessa Meninggal, Netizen Berduka di Hari Imlek

    Jakarta

    Di Hari Imlek ini, lini masa media sosial ramai dengan ucapan duka cita karena artis senior Emilia Contessa meninggal dunia. Ia wafat pada Senin malam kemarin bertepatan hari Isra Miraj.

    Emilia meninggal di usia ke-67 tahun karena diabetes dan gagal jantung, menurut RSUD Blambangan, Banyuwangi. Penyanyi legenda tersebut disebut akan dimakamkan Selasa (28/1/2025) siang setelah kedatangan putrinya Denada Tambunan.

    Saat ini jenazah Emilia Contessa disemayamkan di rumah duka, Jalan Gajah Mada nomor 20, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Banyuwangi. Wafatnya Emilia Contessa mendapat reaksi netizen Indonesia yang berduka cita.

    Duka cita fans dan netizen

    Emilia Contessa menjadi trending topic di lini masa X. Para fans lama dan netizen ikut bersedih, memberikan doa terbaik dan mengenang semua prestasi almarhumah.

    Inilah beberapa kicauan netizen di media sosial. Mulai dari selebriti sampai netizen pada umumnya.

    “Innā lillāhi wa innā ilaihi rāji’ūn. Turut berdukacita sedalam2nya atas kepergian sahabat senior mba @senator_emiliacontessa, tokoh musik legenda yg jg mrpk politisi tanah air. Semoga kuburnya dilapangkan, ibadahnya diterima, dosa-dosanya terampuni, dan kebaikannya diteladani. Allah memanggilnya lebih dulu, Insya Allah karena Allah menyayanginya,” kata selebriti Ingrid Kansil di akunnya @ingrid_kansil.

    “Banyak yang kenal Emilia Contessa sebagai penyanyi. Tapi beliau juga banyak punya performa tak kalah bagus di film-film Indonesia,” kenang seorang netizen penggemarnya.

    “Innalilahi wa Innailahirojiuun.. Semoga husnul khotimah Aamiin. Padahal 1 minggu lalu masih baca status wa nya.. Banyak sweet memory.. 😢,” kata netizen @mutiaam***.

    “Pemilik suara nan menggelegar itu telah pergi. Rest in peace Emilia Contessa,” kata @ejha_r***.

    “Innalillahi wainnailaihi raji’un. Turut berdukacita. Semoga Almarhumah Emilia Contessa husnul khotimah. Amin! Al Fatihah,” kata @IhsanDae***.

    Profil Emilia Contessa

    Bernama asli Nur Indah Citra Sukma Hati, Emilia memulai perjalanan karier dari Surabaya. Dia sudah menyanyi sejak masih anak-anak.

    Ibunda Denada itu semakin harum ketika hijrah ke Jakarta. Kemudian pada 1970-an sempat diajak rekaman di Singapura.

    Selama kurang lebih setahun, Emilia Contessa mengarungi karier di negara tetangga. Lalu ia pun balik ke Indonesia.

    Emilia diketahui punya karakter suara yang khas yakni sopran yang sangat kuat dan lantang dan aksi panggung menggelegar hingga dijuluki Singa Panggung Asia oleh majalah Asia Week (1975).

    Wanita kelahiran 27 September 1957 itu bahkan sempat dinobatkan majalah New York Times sebagai 1 dari 5 artis terpopuler di dunia.

    Lagu-lagu Emilia Contessa yang menuai sukses yakni Angin November, Flamboyan, Biarlah Sendiri, Bunga Mawar, Melati, Rindu, Bunga Anggrek, Penasaran, Kehancuran, Layu Sebelum Berkembang, Angin Malam, hingga Mungkinkah.

    Emilia tak cuma terpaku ke dalam satu dunia. Ia beberapa kali pernah tampil dalam film, seperti Benyamin Raja Lenong, Memble Tapi Kece, Calon Sarjana, dan masih banyak lagi.

    (fay/agt)

  • Dialami Emilia Contessa Sebelum Meninggal, Dokter Ungkap Gejala Gagal Jantung Akut

    Fakta-fakta Gagal Jantung Akut, Dialami Emilia Contessa Sebelum Meninggal Fakta-fakta Gagal Jantung Akut, Dialami Emilia Contessa Sebelum Meninggal

    Jakarta

    Artis senior Emilia Contessa meninggal dunia usai mengalami gagal jantung akut, Senin (27/1/2025). Diketahui, ibunda penyanyi Denada ini juga menjalani perawatan diabetes semasa hidupnya.

    Hal itu diungkap Ayyub Erdianto, koordinator pelayanan publik RSUD Blambangan, Banyuwangi, tempat Emilia dirawat. Menurut Ayyub, Emilia sempat ditangani dokter spesialis jantung di RS tersebut.

    “Dilakukan penanganan oleh dokter Nelly Mulyaningsih, dokter spesialis jantung kami dan dinyatakan pasien tengah mengalami gagal jantung akut dan diberikan obat-obatan emergency. Kondisinya sempat membaik namun beberapa saat kemudian kembali memberat. Keluhannya sesaknya,” kata Ayyub.

    Apa itu gagal jantung akut?

    Dikutip dari Healthline, gagal jantung merupakan kondisi ketika jantung tidak mampu memompa darah dengan efisien ke berbagai organ tubuh. Umumnya bersifat kronis, yang artinya memburuk dengan perlahan seiring berjalannya waktu. Namun bisa juga bersifat akut, yang berarti terjadi seketika.

    Diperkirakan 64 juta orang di dunia hidup dengan kondisi gagal jantung. Kondisi ini merupakan penyebab umum perawatan di rumah sakit pada kelompok usia di atas 65 tahun.

    Gejala gagal jantung akut

    Gagal jantung akut bisa muncul tiba-tiba, tetapi gejalanya juga dapat muncul beberapa saat sebelum seseorang menyadari masalahnya. Dikutip dari Cleveland Clinic, berikut ini beberapa gejala yang bisa menyertai:

    Napas beratSensasi tercekikSusah bernapas saat baringDada sesakDenyut jantung tidak normalNyeri dadaBatukRetensi cairan atau edema di lengan dan kaki, yang ditandai dengan bengkakHilang kesadaran.

    NEXT: Penyebab gagal jantung akut

    Simak Video “Video Menkes: 1,5 Juta Warga RI Wafat Karena Stroke-Serangan Jantung Tiap Tahun”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Emilia Contessa Meninggal karena Gagal Jantung Akut, Kenali Tanda Pasien Harus Segera Dibawa ke RS – Halaman all

    Emilia Contessa Meninggal karena Gagal Jantung Akut, Kenali Tanda Pasien Harus Segera Dibawa ke RS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Kabar duka menyelimuti dunia hiburan. Artis senior Emilia Contessa tutup usia pada Senin (27/1/2025).

    Ibunda artis Denada Tambunan ini meninggal dunia akibat gagal jantung akut di RSUD Blambangan, Banyuwangi.

    Emilia sempat mendapatkan perawatan intensif, sebelum menghembuskan napas terakhirnya pada pukul 18.00 WIB.

    Koordinator Pelayanan Medis RSUD Blambangan, dr. Ayyub Erdianto, Emilia mengalami serangan jantung mendadak yang mengakibatkan Acute Lung Oedema atau edema paru.

     “Kegagalan pompa jantung menyebabkan penumpukan cairan di paru-paru sehingga menimbulkan sesak berat,” jelas dr. Ayyub dikutip dari TribunJateng.

    Gagal jantung akut merupakan kondisi medis serius dimana jantung tiba-tiba tidak mampu memompa darah dengan cukup untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

    Kondisi ini harus membutuhkan penanganan medis yang cepat.

    Gagal jantung akut dengan edema paru merupakan salah satu jenis gagal jantung akut.

    Kondisinya ditandai dengan penumpukan cairan di paru-paru yang mengakibatkan pernafasan terganggu.

    Berikut tanda atau gejala yang patut diwaspadai ketika mengalami gagal jantung akut seperti dikutip dari berbagai sumber.

    Salah satu tanda dan gejala gagal jantung akut yang paling umum adalah sesak nafas.

    Lalu bernapas berat, rasanya seperti tercekik, berjuang untuk bernafas saat berbaring, dada sesak, pembengkakan pada pergelangan kaki, kaki, atau perut, detak jantung yang tidak teratur, batuk hingga pingsan atau pusing.

    Jika menemui gejala atau tanda di atas, segeralah mencari pertolongan medis ke rumah sakit.

    Semakin cepat, semakin besar peluang Anda untuk pulih.

    Dikutip dari Cleveland clinic, ada banyak penyebab gagal jantung akut. Seperti masalah irama jantung (aritmia), penyakit arteri koroner, penyakit katup jantung, kardiomiopati, penyakit ginjal lanjut.

    Kemudian gangguan penggunaan alkohol, gumpalan darah di paru-paru (emboli paru), diabetes, tekanan darah tinggi (hipertensi), tiroid yang terlalu aktif (hipertiroidisme), apnea tidur, stroke, maupun infeksi virus (seperti penyakit jantung rematik)

    Menjalani gaya hidup sehat merupakan cara untuk mencegah penyakit tersebut.

    Seseorang harus menjaga berat badan tetap ideal.

    Konsumsi makanan yang tinggi serat atau tinggi protein, seperti sayur, buah, ikan, dan biji-bijian atau serealia.

    Mengurangi asupan gula dan garam serta minuman beralkohol.

    Berolahraga secara rutin, setidaknya 30 menit setiap hari

    Cukupi waktu tidur dan istirahat, mengelola stres dengan baik dan tidak merokok.

    Seseorang juga bisa mencegahnya dengan rutin menjalani pemeriksaan kesehatan berupa tekanan darah, kolesterol dan gula darah. (*)

  • Kronologi Meninggalnya Emilia Contessa, Ibu Denada yang Dijuluki Singa Panggung Asia

    Kronologi Meninggalnya Emilia Contessa, Ibu Denada yang Dijuluki Singa Panggung Asia

    Banyuwangi, Beritasatu.com – Artis senior juga mantan anggota DPD  Emilia Contessa meninggal dunia setelah sempat menjalani perawatan atas penyakit yang dideritanya di RSUD Blambangan, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Senin (27/1/2025).

    Adik bungsu Emilia Contessa, Dino Rosano Hansa mengatakan artis legendaris yang lahir pada 27 September 1957 itu meninggal dunia setelah sempat dirawat di RSUD Blambangan.

    “Tadi pagi sekitar pukul 07.00 WIB dibawa ke RSUD Blambangan karena mengeluh sakit. Sebenarnya keluh kesah sakitnya sejak tadi malam, namun dibawa ke rumah sakit pagi tadi,” katanya kepada wartawan saat ditemui di rumah duka di Jalan Gajah Mada Nomor 20, Banyuwangi.

    Dino Rosano menceritakan, saat tiba di rumah sakit ibunda artis Denada Tambunan itu juga sudah mendapatkan penanganan medis tim dokter RSUD Blambangan.

    Namun, sejak pukul 07.00 WIB kondisi kesehatan Emilia Contessa terus menurun, dan sekitar pukul 18.00 WIB meninggal dunia.

    “Jadi almarhumah memang punya (penyakit) diabetes, dan dari hasil pemeriksaan tim dokter, diabetesnya naik terus mulai dari 400, 450, 500 sampai (drop),” kata Dino Rosano dikutip dari Antara.

    Emilia yang bernama asli Nur Indah Cintra Sukma Munsyi dikenal sebagai penyanyi, bintang film, dan model sejak era 1970-an, sebelum terjun ke dunia politik. Pada 1975, majalah Asia Week pernah menjuluki Emilia Contessa sebagai Singa Panggung Asia. 

  • Cek Kesehatan Gratis Mulai Februari 2025, Apakah Berlaku Bagi yang Bulan Lahirnya Januari? – Halaman all

    Cek Kesehatan Gratis Mulai Februari 2025, Apakah Berlaku Bagi yang Bulan Lahirnya Januari? – Halaman all

    Pemerintah menggelar program medical check up (MCU) atau pemeriksaan kesehatan gratis untuk masyarakat yang berulang tahun.

    Tayang: Senin, 27 Januari 2025 22:08 WIB

    Kolase Tribunnews.com

    Berikut penjelasan soal cek kesehatan gratis yang dimulai Februari 2025, apakah berlaku bagi yang lahir di Januari? 

    TRIBUNNEWS.COM – Pemerintah menggelar program medical check up (MCU) atau pemeriksaan kesehatan gratis untuk masyarakat yang berulang tahun.

    Program tersebut akan dimulai pada bulan Februari 2025.

    Sementara cek kesehatan gratis untuk anak sekolah akan dimulai pada bulan Juli 2025.

    Masyarakat dapat melakukan cek kesehatan gratis dalam waktu 30 hari setelah ulang tahun.

    Sementara bagi masyarakat yang berulang tahun di bulan Januari, Februari dan Maret dapat melakukan cek kesehatan hingga bulan April 2025.

    Misalnya, Anda berulang tahun di tanggal 1 Mei, maka Anda dapat cek kesehatan gratis hingga 31 Mei.

    Untuk memanfaatkan program tersebut, masyarakat yang berulang tahun cukup mendatangi Puskesmas terdekat.

    Saat mendatangi Puskesmas, pastikan membawa kartu identitas (KTP) sebagai bukti bahwa kamu berulang tahun di hari tersebut.

    Program pemeriksaan kesehatan gratis mencakup 14 penyakit dan dibagi menjadi beberapa kelompok, mulai dari balita hingga lansia. 

    Berikut adalah rinciannya:

    Program Medical Check Up Gratis Balita

    Hipotiroid kongenital
    Penyakit jantung bawaan kritis
    Hiperplasia adrenal kongenital
    Defisiensi G6PD
    Pertumbuhan
    Perkembangan
    Indra pendengaran
    Indra penglihatan
    Gigi dan mulut
    Talasemia
    Hepar

    Program Medical Check Up Gratis Remaja

    Indra pendengaran
    Indra penglihatan
    Gigi dan mulut
    Talasemia
    Anemia
    Obesitas
    Diabetes melitus
    Hipertensi
    Paru-paru
    Kesehatan jiwa
    Kebugaran
    Hepar

    Program Medical Check Up Gratis Dewasa (18-39 tahun)

    Indra pendengaran
    Indra penglihatan
    Gigi dan mulut
    Obesitas
    Diabetes Melitus
    Hipertensi
    Faktor risiko jantung stroke
    Penyakit ginjal kronik
    Paru-paru
    Kesehatan jiwa
    Kebugaran
    Kanker payudara
    Kanker leher rahim
    Hepar
    Osteoporosis

    Program Medical Check Up Gratis Dewasa (40-59 tahun):

    Indra pendengaran
    Indra penglihatan
    Gigi dan mulut
    Obesitas
    Diabetes Melitus
    Hipertensi
    Kolesterol
    Faktor risiko stroke
    Faktor risiko jantung
    Penyakit ginjal kronik
    Paru-paru
    Kesehatan jiwa
    Kebugaran
    Kanker payudara
    Kanker leher rahim
    Hepar
    Osteoporosis

    Program Medical Check Up Gratis Lansia (60 tahun ke atas):

    Indra pendengaran
    Indra penglihatan
    Gigi dan mulut
    Obesitas
    Diabetes Melitus
    Hipertensi
    Kolesterol
    Faktor risiko stroke
    Faktor risiko jantung
    Penyakit ginjal kronik
    Paru-paru
    Kesehatan jiwa
    Kebugaran
    Kanker payudara
    Kanker leher rahim
    Hepar
    Osteoporosis

    (Tribunnews.com/Widya/Taufik Ismail)

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’1′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Ahli Kesehatan: Indonesia Perlu Belajar soal Harga Obat Murah dan Pengendalian TBC dari India – Halaman all

    Ahli Kesehatan: Indonesia Perlu Belajar soal Harga Obat Murah dan Pengendalian TBC dari India – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pakar kesehatan sekaligus ahli paru Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, hubungan persahabatan antara India dan Indonesia haruslah terus dibina.

    Ada banyak hal yang bisa dipelajari aspek kesehatan oleh Indonesia.

    Misalnya saja soal harga obat yang murah, pengendalian TBC yang amat masif, jaminan kesehatan untuk lebih dari 1 milyar penduduk India, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan India, serta pakar kesehatan dan kedokteran India yang sudah mendunia pula.

    “Kemampuan India memproduksi berbagai jenis obat, alat diagnosis dan vaksin yang diekspor ke berbagai negara dan merupakan salah satu sumber utama obat dan vaksin dunia.  Semoga ke lima hal ini dapat ditindak lanjuti dari kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo kali ini,” ujar Prof Tjandra di Jakarta, Senin (27/1/2025).

    Ia membeberkan, ketika bertugas menjadi Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara selama lima tahun, harga obat di India jauh lebih murah dari negara Indonesia.

    Misalnya saja harga 1 tablet  Atorvastatin 20 mg di apotik di Jakarta adalah Rp 6.160 dan harga di India hanya 4,9 Indian rupees, atau Rp 1.000.

    Lalu, 1 tablet Clopidogrel 75 mg di Jakarta adalah  Rp 7.835 dan di India hanya 7,7 Indian rupees, atau Rp 1.540.

    Obat Telmisartan 40 mg di Jakarta adalah Rp. 5.198, dan harga di India hanya 7,4  Indian rupees, atau Rp 1500.

    Kemudian obat Concord 2.5 mg harga di Jakarta adalah Rp 10.711 sementara harga di India hanya 7,8 Indian rupees, atau Rp 1.560.

    “Di semua kemasan obat di India selalu tercantum harganya. Jadi mau beli di kota mana pun di India maka harganya sama persis, dan tentu jadi dikontrol ketat oleh pemerintahnya. Ini suatu contoh yang baik kalau bisa diterapkan juga di negara Indonesia, dengan dua keuntungan. Keuntungan ke satu, masyarakat jadi tahu persis harganya karena tercetak di kemasan obat, dan keuntungan kedua harga akan sama di seluruh negara, di apotek manapun saat membelinya,” jelas Prof Tjandra.

    Juga, soal pengendalian Tuberkulosis atau TBC di India.

    India pada April 2024 lalu melaporkan, kasus TBC di negaranya menjadi kedua terbanyak di dunia.

    India berhasil menurunkan angka kematian akibat Tuberkulosis (TB) cukup tajam, dimana dari 28 / 100.000 penduduk di tahun 2015 menjadi 23 / 100.000 penduduk di tahun 2022.

    Data lain juga menunjukkan bahwa kematian akibat TB India turun dari 494.000 di tahun 2021 menjadi 331.000 di tahun 2022.

    Kini India telah berhasil mencapai target 2023 dimana mereka memulai pengobatan pada 95 persen pasien mereka, angka ini sangat tinggi.  

    Program penurunan kasus TB di India, sebagian besar ditangani oleh fasilitas pelayanan kesehatan pemerintah. Namun peran swasta juga ditingkatkan yakni 33 persen kasus ditangani klinik swasta di tahun 2023.

    Pemerintah India ujar Prof Tjandra, memiliki lima tantangan yang hampir mirip dengan pengendalian di Indonesia yaitu kurang gizi, HIV, Diabetes, alkohol dan kebiasaan merokok.

    “Akan baik kalau pengalaman dari India juga dipakai sebagai salah satu pertimbangan dan kajian dalam pemerintah mengambil kebijakan TB di negara kita, tentu sepanjang memungkinkan dijadikan benchmark pula,” harap direktur pascasarjana RS Yarsi ini.