Topik: diabetes

  • Mengapa Trump Bakal Tolak Orang Diabetes-Obesitas Masuk AS?

    Mengapa Trump Bakal Tolak Orang Diabetes-Obesitas Masuk AS?

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat kebijakan tidak biasa bagi warga asing yang ingin tinggal di AS. Trump memerintahkan Departemen Luar Negeri (Deplu) AS untuk menolak visa bagi warga negara asing yang dinilai bisa menjadi “beban” terkait kesehatannya, seperti orang yang memiliki diabetes dan dalam kondisi obesitas.

    Dirangkum detikcom dari beberapa sumber, Minggu (16/11/2025), aturan baru ini akan diterapkan mulai Januari 2026 mendatang. Tidak hanya diabetes dan obesitas, tetapi aturan ini juga berlaku untuk beberapa penyakit.

    Menurut laporan Politico, aturan baru ini mewajibkan kesehatan imigran dan kondisi medis tertentu — termasuk penyakit kardiovaskular dan pernapasan, kanker, diabetes, penyakit metabolik dan neurologis, serta gangguan mental — untuk dipertimbangkan, karena kondisi-kondisi ini mungkin memerlukan perawatan medis senilai ratusan ribu dolar.

    Imigran yang mengajukan visa untuk tinggal permanen di Amerika Serikat harus menjalani pemeriksaan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional yang disetujui pemerintah. Semua pemohon visa akan dites untuk penyakit menular, seperti TBC, dan diwajibkan untuk mengisi formulir tentang riwayat penggunaan narkoba atau alkohol, masalah kesehatan mental, atau kekerasan.

    Mereka juga harus menunjukkan apakah mereka telah menerima vaksinasi untuk melindungi dari penyakit menular seperti campak, polio, dan hepatitis B.

    Arahan baru ini tidak hanya memperluas daftar kondisi medis yang perlu dipertimbangkan secara signifikan, tetapi juga memberikan wewenang yang lebih besar kepada petugas imigrasi untuk menerima atau menolak visa hanya berdasarkan status kesehatan pemohon dan kemampuan mereka untuk membayar perawatan medis tanpa bantuan pemerintah.

    “Apakah pemohon memiliki sumber daya keuangan yang memadai untuk menutupi biaya perawatan tersebut selama masa hidupnya tanpa mencari bantuan tunai publik atau perawatan jangka panjang dengan biaya pemerintah?” demikian isi surat kawat tersebut.

    “Apakah ada tanggungan yang memiliki disabilitas, kondisi medis kronis, atau kebutuhan khusus lainnya dan memerlukan perawatan sehingga pemohon tidak dapat mempertahankan pekerjaannya?” adalah pertanyaan lain yang disertakan dalam surat kawat tersebut.

    Dilaporkan bahwa sekitar 10% populasi dunia menderita diabetes, dan penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama di dunia. Dalam konteks ini, langkah Washington ini akan menghambat kedatangan lebih banyak imigran ke Amerika Serikat.

    Diketahui, dalam beberapa bulan terakhir, rencana untuk mencegah lebih banyak warga negara asing datang ke AS telah mencakup jaminan hingga US$15.000 untuk pelancong dari negara tertentu, biaya US$100.000 untuk pekerja visa H-1B, dan penolakan visa berdasarkan temuan “pandangan anti-Amerika”.

    Tonton juga video “Trump Yakin Thailand-Kamboja Akan Baik-baik Saja Meski Ada Konflik”

    (yld/gbr)

  • Rebusan-Kukusan Kini Jadi Tren Menu Sarapan, Ini Kata Dokter Gizi

    Rebusan-Kukusan Kini Jadi Tren Menu Sarapan, Ini Kata Dokter Gizi

    GELORA.CO – Kalangan Gen Z kini banyak menggemari rebusan dan kukusan sebagai menu sarapan. Tren itu bahkan mendapat apresiasi dari Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin karena dianggap lebih sehat.

    Menkes juga mengaku semakin senang dengan banyaknya penjual makanan yang lebih sehat. Tren ini menurutnya dapat mendorong perubahan kebiasaan jajan dari yang sebelumnya didominasi junk food dan camilan tinggi gula, garam, dan lemak (GGL), menjadi konsumsi makanan utuh (real food) yang lebih bergizi.

    “Iya lumayan itu banyak di TikTok saya lihat jutaan yang viral, saya senang. Lebih banyak makan-makanan sehat, sarapan sehat,” kata Menkes saat ditemui detikcom di Gedung Kemenkes RI, Rabu (12/11/2025).

    Dilansir detikHealth, spesialis gizi klinik dr Ardian Sandhi Pramesti, SpGK, mengatakan menu sarapan berbasis rebusan atau kukusan secara umum bisa menjadi pilihan yang lebih sehat dibandingkan sarapan tradisional yang kerap melibatkan proses penggorengan atau penggunaan santan berlebih.

    Namun, lebih lanjut ia mengatakan, bukan berarti makanan seperti bubur ayam, lontong sayur, atau nasi uduk termasuk makanan yang ‘jahat’ atau tidak sehat sama sekali. Justru hidangan-hidangan tersebut juga memiliki nilai gizi dan cita rasa khas yang sudah menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia.

    Di dalamnya terdapat sumber energi yang berasal dari nasi atau lontong. Serta protein dari ayam dan berbagai topping pelengkap.

    “Masalahnya cuma kalau dimakan berlebihan atau sering banget, bisa bikin asupan kalori harian jadi berlebih karena adanya tambahan dari minyak goreng, santan, atau topping seperti kerupuk dan cakwe juga emping,” ucapnya, Rabu (12/11/2025).

    “Namun, kalau dimakan in moderation, misalnya seminggu 1-2 kali dengan porsi kecil, masih oke-oke aja sih buat variasi. Yang penting, sesuaikan dengan jumlah kebutuhan kalori masing-masing,” lanjutnya.

    dr Ardian menjelaskan menu rebusan atau kukusan cocok menjadi alternatif bagi yang sedang menjaga berat badan, mengalami defisit kalori, atau memiliki diabetes serta kadar kolesterol tinggi.

    Jenis makanan ini umumnya lebih rendah kalori, rendah lemak jenuh, dan mampu mempertahankan nutrisi alami dari bahan makanan.

  • Waspada Gula Darah Anjlok, Dapatkan Penanganan 24 Jam Mayapada Hospital

    Waspada Gula Darah Anjlok, Dapatkan Penanganan 24 Jam Mayapada Hospital

    Jakarta

    Banyak yang mengira diabetes hanya berbahaya saat gula darah tinggi. Padahal, kadar gula yang terlalu rendah (hipoglikemia) juga bisa menjadi kondisi gawat darurat yang tidak bisa ditangani di rumah.

    “Hipoglikemia terjadi saat kadar gula darah turun di bawah 70 mg/dL. Kondisi ini lebih berisiko dialami penderita diabetes yang menggunakan insulin atau obat penurun gula tertentu, terutama jika dosis tidak tepat, makan terlambat, atau aktivitas fisik terlalu berat. Faktor lain seperti konsumsi alkohol juga dapat memicu hipoglikemia,” papar Dokter Spesialis Penyakit Dalam Konsultan Endokrin di Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Herry Nursetiyanto, Sp.PD-KEMD, FINASIM dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/11/2025).

    Hipoglikemia kondisi ini bisa terjadi kapan saja dengan gejala meliputi lemas, gemetar, keringat dingin, jantung berdebar, pusing, bicara pelo, penglihatan kabur. Jika tidak segera ditangani dapat menyebabkan kejang, kehilangan kesadaran, kerusakan otak, hingga kematian. Oleh karena itu, hipoglikemia dianggap sebagai kondisi medis darurat, terutama bila penderita tidak mampu mengenali atau merespons gejala awal.

    “Hipoglikemia tidak bisa ditangani hanya dengan menunggu, terutama jika penderita tidak sadar. Pertolongan pertama bisa dilakukan dengan memberikan glukosa oral (seperti permen manis atau jus) pada gejala ringan, tapi bila tidak membaik, segera cari bantuan medis,” papar Dokter Spesialis Penyakit Dalam di Mayapada Hospital Jakarta Selatan dr. Haryadi Wijaya, SpPD, FINASIM.

    Pentingnya Penanganan Cepat & Tepat

    Kondisi hipoglikemia memerlukan penanganan cepat dan tepat. Salah satunya melalui layanan Emergency 24 jam Mayapada Hospital Jakarta Selatan. Layanan ini berstandar internasional didukung dokter spesialis penyakit dalam yang siaga, standby, dan berada di rumah sakit selama 24 jam.

    Layanan ini juga didukung oleh dokter spesialis anestesi yang standby untuk menangani kasus tindakan bedah atau perawatan intensif.

    “Kondisi gawat darurat dapat berkembang sangat cepat dan membutuhkan respons medis yang tepat waktu dan terkoordinasi. Oleh karena itu, tim dokter spesialis dan subspesialis kami siaga 24 jam, baik di layanan poliklinik pukul 08.00 WIB hingga 21.00 WIB, dan pada malam hari dari pukul 20.00 WIB hingga 08.00 WIB, untuk memberikan penanganan tepat tanpa jeda waktu,” jelas Hospital Director Mayapada Hospital Jakarta Selatan, dr. Fiktorius Kuludong, MM.

    “Seluruh layanan emergency Mayapada Hospital Jakarta Selatan juga telah berstandar internasional mengacu pada akreditasi Joint Commission International (JCI). Selain itu, kami selalu memastikan keselamatan pasien (patient safety) dan kenyamanan pasien (patient experience), didukung fasilitas yang lengkap, serta mengedepankan pendekatan yang berpusat pada pasien (patient-centered care),” tambahnya.

    dr. Fiktor mengungkapkan langkah pencegahan diabetes juga dapat dimulai dengan pemeriksaan gula darah GRATIS di Sugar Clinic Mayapada Hospital Jakarta Selatan. Layanan ini menyediakan layanan skrining risiko prediabetes/diabetes dengan AI, pemeriksaan gula darah, konsultasi dengan Dokter, manajemen diabetes yang komprehensif untuk menjaga metabolisme sehat.

    Informasi layanan kesehatan Mayapada Hospital dapat dibaca dalam fitur Health Articles & Tips di MyCare. Ada pula fitur Personal Health yang terhubung dengan Google Fit atau Health Access untuk menghitung jumlah langkah kaki, jumlah kalori terbakar, detak jantung, dan BMI.

    Unduh aplikasi MyCare sekarang, dan kumpulkan reward point untuk potongan harga layanan di seluruh unit Mayapada Hospital. Hubungi call center 150990 atau gunakan fitur emergency call di aplikasi MyCare Mayapada Hospital untuk menggunakan layanan Mayapada Hospital.

    (prf/ega)

  • Dokter Ungkap Cara Aman Olahraga bagi Pasien Penyakit Metabolik

    Dokter Ungkap Cara Aman Olahraga bagi Pasien Penyakit Metabolik

    Jakarta

    Di era modern saat ini, penyakit metabolik seperti diabetes, obesitas, hipertensi, dan kolesterol tinggi (dislipidemia) semakin sering ditemui. Hal ini biasanya disebabkan gaya hidup tidak aktif (sedentary lifestyle) seperti kurang aktivitas fisik, kebiasaan duduk terlalu lama, dan pola makan instan. Alhasil, kualitas hidup dan produktivitas menurun hingga berujung komplikasi serius pada jantung dan organ vital lain.

    Untuk mencegah hal ini, dokter Mayapada Hospital Bandung dr. Alvin Wiharja, Sp.KO, M.M.R.S mengatakan olahraga bisa menjadi obat yang paling efektif, bila dilakukan dengan baik, benar, terukur, dan teratur pada kondisi medis. Olahraga juga mampu mengendalikan penyakit metabolik, membantu menurunkan berat badan, mengontrol kadar gula darah, menstabilkan tekanan darah, serta meningkatkan metabolisme tubuh secara keseluruhan.

    “Setiap pasien penyakit metabolik dapat melakukan olahraga yang aman dengan terlebih dahulu menjalani pemeriksaan komprehensif, meliputi kapasitas jantung, kondisi otot, toleransi aktivitas, tes laboratorium, dan analisis komposisi tubuh. Hasil pemeriksaan ini membantu dokter menyusun program latihan yang sesuai, sehingga pasien dapat beraktivitas dengan lebih aman dan percaya diri,” kata dr. Alvin dalam keterangan tertulis, Sabtu (15/11/2025).

    Sementara itu, dr. Shiela Stefani, M.Gizi, SpGK, AIFO-K, FINEM menyampaikan program olahraga bagi pasien metabolik tidak terlepas dari aspek nutrisi.

    “Olahraga memang penting, tetapi harus diimbangi dengan pola makan yang tepat. Panduan gizi yang disesuaikan dengan kondisi medis dan aktivitas fisik membantu pasien memperoleh manfaat optimal dari latihan. Dengan kombinasi nutrisi dan olahraga yang seimbang, risiko komplikasi dapat ditekan dan kualitas hidup pasien pun meningkat,” jelasnya.

    Meski begitu, banyak pasien metabolik yang masih ragu untuk berolahraga karena khawatir kondisinya memburuk. Menanggapi hal ini, Hospital Director Mayapada Hospital Bandung dr. Irwan Susanto Hermawan, MM menjelaskan pentingnya pendampingan yang tepat bagi pasien dengan penyakit metabolik.

    “Mayapada Hospital Bandung terus menjawab tantangan gaya hidup modern dan tuntutan produktivitas tinggi yang berpengaruh pada kesehatan dan kebugaran. Kami menghadirkan layanan Sports Injury Treatment and Performance Center (SITPEC) dengan Medical Fitness Program untuk memberikan pendampingan menyeluruh dan personal, bagi penderita penyakit metabolik agar tetap bisa berolahraga secara aman dan terarah. Kami percaya, hidup sehat adalah kunci kebahagiaan, kesejahteraan, dan kualitas hidup yang lebih baik,” jelasnya.

    Sebagai layanan komprehensif dan terintegrasi, SITPEC Mayapada Hospital Bandung melibatkan dokter spesialis kedokteran olahraga, ortopedi dan traumatologi, kedokteran fisik dan rehabilitasi, gizi klinik, jantung dan pembuluh darah, penyakit dalam, serta fisioterapis olahraga. Layanan ini juga dilengkapi fasilitas yang meliputi gym, pemeriksaan VO₂ Max, dan analisis komposisi tubuh untuk membantu menyusun program latihan sesuai kondisi dan kebutuhan pasien.

    Masyarakat di Bandung dan sekitarnya dapat mengakses layanan Sports Injury Treatment & Performance Center (SITPEC) Mayapada Hospital Bandung untuk kebutuhan kebugaran, penanganan cedera, maupun pemulihan pasca-cedera. Layanan ini juga tersedia di unit Mayapada Hospital Jakarta (Lebak Bulus dan Kuningan) serta Tangerang. Informasi lebih lanjut mengenai layanan ini dapat diperoleh melalui aplikasi MyCare atau call center 150770.

    Berbagai informasi kesehatan lainnya pun dapat diperoleh melalui aplikasi MyCare dalam fitur Health Articles & Tips. Aplikasi ini juga memiliki fitur Personal Health yang membantu memantau aktivitas kebugaran, seperti detak jantung, langkah harian, kalori terbakar, dan BMI.

    (prf/ega)

  • Yang Diabetes hingga Obesitas Ditolak Trump Masuk ke AS

    Yang Diabetes hingga Obesitas Ditolak Trump Masuk ke AS

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat kebijakan tidak biasa. Trump memerintahkan Departemen Luar Negeri (Deplu) AS untuk menolak visa bagi warga negara asing yang dinilai bisa menjadi “beban” terkait kesehatannya, seperti orang yang memiliki diabetes dan dalam kondisi obesitas.

    Dirangkum detikcom dari beberapa sumber, Sabtu (15/11/2025), aturan baru ini akan diterapkan mulai Januari 2026 mendatang. Tidak hanya diabetes dan obesitas, tetapi aturan ini juga berlaku untuk beberapa penyakit.

    Menurut laporan Politico, aturan baru ini mewajibkan kesehatan imigran dan kondisi medis tertentu — termasuk penyakit kardiovaskular dan pernapasan, kanker, diabetes, penyakit metabolik dan neurologis, serta gangguan mental — untuk dipertimbangkan, karena kondisi-kondisi ini mungkin memerlukan perawatan medis senilai ratusan ribu dolar.

    Imigran yang mengajukan visa untuk tinggal permanen di Amerika Serikat harus menjalani pemeriksaan medis yang dilakukan oleh tenaga kesehatan profesional yang disetujui pemerintah. Semua pemohon visa akan dites untuk penyakit menular, seperti TBC, dan diwajibkan untuk mengisi formulir tentang riwayat penggunaan narkoba atau alkohol, masalah kesehatan mental, atau kekerasan.

    Mereka juga harus menunjukkan apakah mereka telah menerima vaksinasi untuk melindungi dari penyakit menular seperti campak, polio, dan hepatitis B.

    Arahan baru ini tidak hanya memperluas daftar kondisi medis yang perlu dipertimbangkan secara signifikan, tetapi juga memberikan wewenang yang lebih besar kepada petugas imigrasi untuk menerima atau menolak visa hanya berdasarkan status kesehatan pemohon dan kemampuan mereka untuk membayar perawatan medis tanpa bantuan pemerintah.

    “Apakah pemohon memiliki sumber daya keuangan yang memadai untuk menutupi biaya perawatan tersebut selama masa hidupnya tanpa mencari bantuan tunai publik atau perawatan jangka panjang dengan biaya pemerintah?” demikian isi surat kawat tersebut.

    Aturan tersebut juga mengimbau para pejabat untuk mempertimbangkan kesehatan keluarga pemohon, termasuk anak-anak atau orang tua lanjut usia.

    “Apakah ada tanggungan yang memiliki disabilitas, kondisi medis kronis, atau kebutuhan khusus lainnya dan memerlukan perawatan sehingga pemohon tidak dapat mempertahankan pekerjaannya?” adalah pertanyaan lain yang disertakan dalam surat kawat tersebut.

    Dilaporkan bahwa sekitar 10% populasi dunia menderita diabetes, dan penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama di dunia. Dalam konteks ini, langkah Washington ini akan menghambat kedatangan lebih banyak imigran ke Amerika Serikat.

    Diketahui, dalam beberapa bulan terakhir, rencana untuk mencegah lebih banyak warga negara asing datang ke AS telah mencakup jaminan hingga US$15.000 untuk pelancong dari negara tertentu, biaya US$100.000 untuk pekerja visa H-1B, dan penolakan visa berdasarkan temuan “pandangan anti-Amerika”.

    Halaman 2 dari 2

    (zap/whn)

  • Alasan Trump Perketat Aturan Visa Bagi Pemohon yang Obesitas hingga Diabetes

    Alasan Trump Perketat Aturan Visa Bagi Pemohon yang Obesitas hingga Diabetes

    Jakarta

    Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Marco Rubio, memberi tahu perwakilan diplomatik AS di luar negeri bahwa Amerika Serikat akan mempertimbangkan obesitas, diabetes, kanker, dan berbagai kondisi kesehatan lainnya sebagai dasar untuk menolak pemberian visa. Kebijakan ini dilaporkan pada Kamis, di tengah upaya pemerintahan Presiden Donald Trump untuk mengurangi imigrasi.

    Mengutip sebuah memo Departemen Luar Negeri tertanggal 6 November, The Washington Post melaporkan Rubio menginstruksikan konsulat dan kedutaan AS mengenai arahan tersebut, sebuah langkah yang diperkirakan akan memperketat proses penyaringan pemohon visa, termasuk warga Korea Selatan yang ingin bermigrasi ke AS.

    Arahan ini diterbitkan berdasarkan aturan public charge, yaitu ketentuan imigrasi AS yang memungkinkan penolakan visa atau kartu hijau apabila seorang pemohon dipandang berpotensi menjadi pihak yang bergantung pada bantuan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

    “Petugas harus mempertimbangkan kondisi kesehatan pemohon,” demikian isi memo tersebut, menurut laporan surat kabar itu.

    “Sejumlah kondisi medis, termasuk namun tidak terbatas pada penyakit kardiovaskular, penyakit pernapasan, kanker, diabetes, penyakit metabolik, penyakit neurologis, dan gangguan kesehatan mental, dapat memerlukan biaya perawatan hingga ratusan ribu dolar,” tulisnya.

    Arahan itu juga menyarankan petugas visa untuk mempertimbangkan obesitas dalam proses penilaian, dengan alasan bahwa kondisi tersebut dapat menyebabkan sleep apnea, tekanan darah tinggi, dan depresi klinis.

    Panduan tersebut turut meminta petugas menilai pemohon dari aspek lain, seperti apakah mereka sudah melewati usia pensiun, jumlah tanggungan yang dimiliki, termasuk anak-anak atau orang tua lanjut usia, serta faktor lainnya.

    Saat diminta mengonfirmasi keberadaan memo itu, juru bicara utama Departemen Luar Negeri, Tommy Pigott, mengatakan bukan rahasia lagi bahwa pemerintahan Trump mengutamakan kepentingan rakyat Amerika.

    “Ini termasuk menegakkan kebijakan yang memastikan sistem imigrasi kita tidak menjadi beban bagi pembayar pajak,” ujarnya dalam tanggapan kepada Yonhap News Agency.

    Dalam kerangka kebijakan “America First”, pemerintahan Trump memang telah memperketat aturan imigrasi, memperkuat keamanan perbatasan, dan berupaya mencegah pemborosan dana publik.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • Benarkah Wanita Lebih Rentan Kena Diabetes?

    Benarkah Wanita Lebih Rentan Kena Diabetes?

    Jakarta

    Diabetes diidap oleh jutaan perempuan di dunia. Deteksi dini dan manajemen yang konsisten sangatlah penting untuk perempuan dalam mengelola diabetes.

    Menurut Spesialis Endokrin di rumah sakit Nanavati Max Super Speciality di Mumbai, dr Girish Parmar, perempuan menghadapi tantangan unik, seperti perubahan hormon, risiko terkait kehamilan, kaitan dengan PCOS, dan risiko masalah jantung yang tinggi jika gula darah tidak terkontrol. Bagaimana diabetes memengaruhi perempuan?

    Wanita Lebih Rentan Terkena Diabetes Tipe 2?

    Dikutip dari laman Times of India, diabetes memengaruhi perempuan dengan cara yang berbeda dibandingkan laki-laki. Meski perempuan tidak lebih mungkin terkena diabetes dibandingkan laki-laki, dampaknya lebih parah.

    Diabetes akan meniadakan perlindungan alami terhadap penyakit jantung pada perempuan pramenopause, sehingga mereka bisa berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung, stroke, penyakit mata, dan masalah ginjal.

    Pada kenyataannya, di banyak wilayah, perempuan mendapat perawatan yang kurang intensif, memiliki akses yang lebih sedikit ke perawatan tepat waktu atau memiliki tanggung jawab keluarga sehingga menunda pengobatan.

    Kehamilan juga merupakan faktor risiko utama. Diabetes gestasional tidak hanya berisiko besar bagi ibu dan bayi, tapi juga menimbulkan risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 bagi ibu d kemudian hari.

    Diabetes yang Tidak Boleh Diabaikan Wanita

    Sebab perempuan menghadapi komplikasi yag lebih parah, maka skrining secara proaktif harus dilakukan, terutama selama dan setelah kehamilan. Gula darah tinggi selama kehamilan berkorelasi dengan tekanan darah tinggi, preeklamsia, bayi besar atau kecik, serta masakah yang berkaita dengan bayi baru lahir.

    Secara umum, banyak perempuan yang cenderung menunda mengenali gejala dan mendapatkan perawatan. Perempuan perlu menyadari bahwa kesulitan menjalani pemeriksaan kesehatan rutin kaena kesibukan di rumah dan pekerjaan sudah merupakan tanda bahaya. Risiko komplikasi pada jantung dan mata juga lebih tinggi pada perempuan, sehingga pemeriksaan dini dan pemantauan berkala sangat penting dilakukan meski merasa baik-baik saja.

    Bagaimana Wanita Pengidap Diabetes Menjaga Kehamilan dengan Aman?

    Berikut cara pengidap diabetes menjaga kehamilan dengan aman baik sebelum, saat, dan setelah melahirkan,

    Sebelum Kehamilan

    Jika mengidap diabetes, rencanakan kehamilan terlebih dahulu. Masuki masa kehamilan dengan kontrol gula darah dan diet yang ketat dan rutinitas yang berorientasi pada aktivitas.

    Selama Kehamilan

    Pemeriksaan gula darah secara teratur dan pengobatan yang tepat waktu mengurangi risiko tekanan darah tinggi, persalinan yang sulit, atau masalah gula darah. Gula darah ibu berdampak langsung pada komplikasi anak. Oleh karena itu, kontrol yang lebih baik berarti hasil yang lebih aman.

    Setelah Melahirkan

    Jangan abaikan perawatan setelah kehamilan. Perempuan dengan diabetes gestasional berisiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 di kemudian hari. Perubahan gaya hidup, seperti pola makan, aktivitas, dan menghindari kebiasaan sedentary bisa menunda atau mencegah diabetes.

    Bagaimana Wanita Pekerja Bisa Mengelola Diabetes di Tengah Jadwal yang Padat?

    Aktivitas fisik singkat dan teratur lebih mudah disisipkan ke dalam hari kerja dibandingkan dengan rencana olahraga besar yang sering gagal dijalankan. Konsistensi bisa membantu mencegah perkembangan diabetes pada perempuan yang berisiko terkena penyakit ini.

    Pilih makanan siap saji yang seimbang dan rencanakan menu makan sebelumnya. Strategi diet yang kecil dan berkelanjutan lebih baik dibandingkan rencana malam ketat yang gagal karena tekanan.

    Halaman 2 dari 2

    (elk/suc)

  • Terungkap Lewat Studi, Jenis Makanan Ini Berisiko Picu Kanker Usus Besar di Usia Muda

    Terungkap Lewat Studi, Jenis Makanan Ini Berisiko Picu Kanker Usus Besar di Usia Muda

    Jakarta

    Jenis makanan tertentu dapat meningkatkan risiko terkena kanker mematikan di usia muda. Temuan ini diungkapkan dalam sebuah penelitian terbaru.

    Dikutip dari laman NY Post, studi yang dilakukan Mass General Brigham Cancer Institute menemukan konsumsi makanan ultraproses dalam jumlah tinggi, mumnya berupa makanan siap saji dengan kadar gula, garam, lemak jenuh, serta bahan tambahan yang tinggi, berkaitan dengan meningkatnya kejadian prekursor kanker kolorektal atau lesi awal kanker usus besar pada usia muda.

    Dalam penelitian tersebut, para peneliti menganalisis lebih dari dua dekade data pola makan dan hasil endoskopi dari hampir 30.000 wanita yang lahir antara tahun 1947 dan 1964. Seluruh peserta dalam studi Nurses’ Health II ini menjalani setidaknya dua endoskopi bagian bawah sebelum usia 50 tahun dan mengisi kuesioner diet setiap empat tahun, termasuk tentang konsumsi makanan ultraproses.

    Hasilnya, peserta yang mengonsumsi makanan ultraproses paling banyak, sekitar 10 porsi per hari, memiliki risiko 45 persen lebih tinggi mengalami adenoma, dibandingkan dengan mereka yang hanya mengonsumsi sekitar tiga porsi per hari.

    Adenoma adalah pertumbuhan pada lapisan usus besar atau rektum. Meski jinak atau non-kanker, adenoma dianggap sebagau jenis polip prakanker dan dapat menjadi peringatan dini kanker kolorektal di masa pendatang.

    “Temuan kami mendukung pentingnya mengurangi asupan makanan ultaproses sebagai strategi untuk mengirangi beban kanker kolorektal dini yang semakin meningkat,” kata kepala Unit Epidemiologi Klinis dan Translasional serta ahli gastroenterologi di Mass General Brigham Cancer Institute, Andrew Chan.

    Peningkatan risiko tampaknya bersifat liner, maksudnya semakin banyak makanan ultrapross yang dikonsumsi, maka semakin besar potensinya dalam menyebabkan polip usus besar.

    Penelitian sebelumnya memang telah mengaitkan makanan ultraproses dengan kanker kolorektal secara keseluruahan. Namun, penelitian baru ini menjadi yang pertama dalam mengaitkan makanan ultraproses dengan bentuk awal penyakit tersebut.

    “Salah satu kekuatan penelitian kami adalah kami memiliki informasi terperinci tentang faktor risiko kanker kolorektal lainnya kepada peserta, seperti indeks massa tubuh, diabetes tipe 2, dan asupan serat yang rendah,” ungkap Chan.

    “Bahkan setelah memperhitungkan semua faktor risiko lainnya, hubungan dengan makanan ultraproses masih tetap ada,” katanya.

    Para peneliti mencatat bahwa faktor lain bisa berperan dalam meningkatnya kasus kanker kolorektal yang muncul pada usia muda. Makanan ultra proses juga memiliki risiko yang berbeda-beda.

    “Pola makan tidak sepenuhnya menjelaskan mengapa kita melihat tren ini. Kami melihat banyak individu di klinik kami dengan kanker usus besar stadium awal yang mengonsumsi pola makan yang sangat sehat,” tutur Chan.

    “Mengidentifkasi faktor risiko lain untuk kanker kolorektal dini adalah salah satu fokus penelitian yang kami pimpin di Mass General Brigham Cancer Institute,” tambahnya.

    Menurut Dr March Siegel, analisis medis senior Fox News yang tidak terlibat dalam penelitian mencatat studi ini bersifat observasional. Karenanya, hasil penelitian tidak bisa membuktikan sebab-akibat, namun tetap sangat menarik.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Hasil Riset Ungkap Krisis Iklim Bikin Lumba-lumba Idap Alzheimer”
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/suc)

  • Dua Rekor MURI Diraih dr Ayu pada Hari Kesehatan Nasional

    Dua Rekor MURI Diraih dr Ayu pada Hari Kesehatan Nasional

    Jakarta, CNBC Indonesia – Momen Hari Kesehatan Nasional yang diperingati setiap tanggal 12 November, menjadi istimewa bagi dr. Ayu Widyaningrum, pemilik Widya Esthetic Clinic. Di Hari Kesehatan Nasional tahun ini, dr. Ayu berhasil meraih dua penghargaan Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) sekaligus.

    Rekor pertama diberikan untuk kategori “Pemilik Klinik Kecantikan dengan Penghargaan Terbanyak”, dimana dalam proposal pengajuan MURI-nya tercatat dr Ayu teleh memiliki penghargaan sebanyak 237 penghargaan yang sudah ia raih sejak tahun 2018.

    Sementara rekor kedua untuk “Pemberian Terapi Sel Generatif Gratis Terbanyak”, dimana memperingati Hari Kesehatan Nasional, dr. Ayu memberikan pengobatan gratis Sel Generatif untuk 100 pasien, berbagai usia.

    Penyerahan penghargaan berlangsung di Banjarmasin, oleh perwakilan MURI, pada Kamis (13/11/2025) disaksikan langsung oleh keluarga, pasien, dan media Banjarmasin. Diraihnya dua rekor MURI dengan nomor rekor 12506 dan 12507 tentunya menjadi pengakuan nasional atas kiprah dr. Ayu di bidang estetika medis yang sudah digelutinya sejak 12 tahun lalu.

    “Alhamdulillah dua rekor MURI berhasil saya dapatkan. Tentunya rekor ini menjadi pemacu saya untuk lebih berprestasi memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien-pasien saya. Karena saya tau, saya tidak akan ada di titik ini tanpa adanya kepercayaan dari pasien-pasien saya,” ungkap dr Ayu, dikutip Sabtu (15/11/2025).

    Penghargaan Nasional dan Internasional


    Sejak memulai kiprah profesionalnya pada 2018, dr. Ayu telah mengumpulkan lebih dari 237 penghargaan dari lembaga nasional dan internasional di bidang kecantikan dan kesehatan. Widya Esthetic Clinic sendiri berawal dari ruang tamu rumah dr. Ayu yang sederhana. Dari hanya satu tempat tidur pasien, kini klinik tersebut berkembang menjadi pusat layanan estetika bertaraf internasional, berkat kepuasan pasien dan promosi dari mulut ke mulut.

    Dengan pengalaman lebih dari 15 tahun di bidang estetika medis, dr. Ayu terus memperkuat komitmennya menghadirkan inovasi berbasis teknologi. Di kliniknya tak hanya tersedia perawatan untuk kecantikan juga, tapi dokter Ayu juga mengembangkan perawatan dan pengobatan untuk kesehatan terutama untuk penyakit degeneratif.

    Selalu update dengan inovasi teknologi di dunia kecantikan Ayu berhasil mengepakkan sayap bisnisnya. Atas inovasi yang dilakukan oleh Ayu selaku pemilik Widya Esthetic Clinic, Widya Esthetic Clinic telah banyak meraih penghargaan baik di dalam negeri atau pun luar negeri. Ayu Widya pun kini kerap diminta untuk menjadi pembicara di forum internasional

    “Setiap bulan saya selalu meluangkan waktu untuk menghadiri seminar di luar negeri. Ini saya lakukan untuk mengupgrade ilmu dan mencari tau inovasi apa yang terbaru. Semua ini tentunya dengan tujuan, agar klinik saya bisa selalu update teknologinya dan pasien bisa mendapatkan perawatan yang terbaik,” ujar dr. Ayu.

    Dalam momen penghargaan kali ini, sebanyak 100 orang pasien menerima terapi sel generatif tanpa biaya di Widya Esthetic Clinic, Jalan Mahligai Km 7 Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.

    Program ini sendiri merupakan kelanjutan dari bakti sosial sebelumnya yang diadakan di bulan September saat perayaan ke-10 sejak berdiri pada 2015. Jika sebelumnya dilakukan untuk 50 pasien, kali ini Widya Esthetic Clinic menghadirkan layanan pengobatan gratis Terapi Imunologi Sel bagi masyarakat untuk 100 orang.

    “Program ini ditujukan untuk penderita berbagai penyakit kronis seperti diabetes melitus, stroke, jantung, autoimun, lupus, pasca-NAPZA, alergi kronis, hingga osteoarthritis, dengan rentang usia pasien 13 hingga 85 tahun,” jelas dr. Ayu.

    Founder Widya Esthetic Clinic, Ayu Widyaningrum, dalam keterangannya menegaskan, acara ini sebagai bentuk kepedulian terhadap kesehatan di wilayah tinggalnya, ia ingin merayakan keberadaan kliniknya dengan kegiatan bakti sosial.

     

    (rah/rah)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Aturan Baru Trump soal Visa, Orang Obesitas Dilarang Masuk AS

    Aturan Baru Trump soal Visa, Orang Obesitas Dilarang Masuk AS

    Jakarta

    Pemerintahan Presiden Donald Trump mengintruksikan petugas visa untuk mempertimbangkan obesitas, beserta kondisi kesehatan kronis lainnya seperti jantung, kanker, dan diabetes sebagai proses penilaian. Kondisi-kondisi tersebut bisa dijadikan alasan penolakan visa untuk warga asing yang masuk ke Amerika Serikat.

    Dikutip dari laman The Washington Post, menteri luar negeri AS, Marco Rubio menyampaikan kepada konsulat dan kedutaan besar AS di seluruh dunia tentang perubahan kebijakan penerimaan visa. Langkah itu memperluas pemeriksaan medis yang sebelumnya hanya berfokus pada penyakit menular serta memberi alasan baru bagi petugas visa untuk menolak pemohon. Hal ini sebagai bagian dari upaya terbaru pemerintahan Donald Trump yang membatasi arus imigrasi.

    “Anda harus mempertimbangkan kesehatan pelamar,” demikian isi kabel Departemen Luar Negeri.

    “Kondisi medis tertentu-termasuk, namun tidak terbatas pada, penyakit kardiovaskular, penyakit pernapasan, kanker, diabetes, penyakit metabolik, penyakit neurologis, dan kondisi kesehatan mental-dapat memerlukan biaya perawatan senilai ratusan ribu dolar.”

    Konsulat kemudian disarankan untuk mempertimbangkan obesitas dalam menentukan pemberian visa. Disebutkan bahwa obesitas bisa menyebabkan sleep apnea, tekanan darah tinggi, dan depresi klinis.

    “Pedoman ini memberikan keleluasaan kepada petugas konsuler untuk menolak visa imigran maupun nonimigran berdasakan kondisi kesehatan umum yang selama ini tidak pernah dianggap sebagai alasan diskualifikasi,” kata pengacara imigrasi di Reston, Virginia.

    Sementara itu, juru bicara Gedung Putih, Anna Kelly mengatakan selama 100 tahun, kebijakan Departemen Luar Negeri mencakup kewenangan untuk menolak pemohon visa yang akan menimbulkan beban keuangan bagi pembayar pajak, seperti individu yang mencari perawatan kesehatan yang didanai publik AS. Hal ini juga semakin menguras sumber daya perawatan kesehatan dari warga negara Amerika.

    “Pemerintahan presiden Trump akhirnya sepenuhnya menegakkan kebijakan ini, dan mengutamakan rakyat Amerika.” katanya.

    Panduan Departemen Luar Negeri juga mengarahkan petugas visa untuk mempertimbangkan pelamar yang tidak memenuhi syaat untuk beberapa alasan baru. Mulai dari apakah mereka sudah melewati usia pensiun, berapa banyak tanggungan, seperti anak-anak atau orang lanju usia, hingga apakah ada tanggungan yang memiliki kebutuhan khusus atau disabilitas.

    Menurut WHO, sekitar 16 persen orang dewasa di seluruh dunia tergolong obesitas pada tahun 2022. Sementara, sebanyak 14 persen mengidap diabetes.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Wamenkes: Anak Gemuk Belum Berarti Sehat”
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/suc)