Topik: dana hibah

  • 10 Startup Teratas di Program NextDev Telkomsel, dari Gigi sampai AI

    10 Startup Teratas di Program NextDev Telkomsel, dari Gigi sampai AI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Telkomsel kembali menggelar ajang tahunan NextDev Summit 2025, yang menjadi puncak dari rangkaian program inkubasi digital bagi startup teknologi di Indonesia.

    Dalam acara ini, Telkomsel mengumumkan 10 startup terbaik yang berhasil melalui proses kurasi dan inkubasi sejak Desember 2024 lalu.

    Menurut Hadi Sucipto, Manager CSR Education and Public Community Development Telkomsel, NextDev telah mengalami transformasi signifikan sejak pertama kali diluncurkan pada 2015.

    “Kalau tahun pertama di 2015 itu programnya masih competition-based. Tapi dalam lima sampai enam tahun terakhir, NextDev telah bertransformasi menjadi program inkubasi yang fokus pada peningkatan kapabilitas dan skill para founder startup,” ungkap Hadi saat ditemui di NextDev Summit 2025 yang digelar di Kawasan SCBD, Jakarta, Kamis (8/5/2025).

    Ia menjelaskan bahwa fokus utama NextDev saat ini bukan semata-mata mencari investasi, tetapi membangun fondasi bisnis yang kuat dan berkelanjutan bagi startup tahap awal.

    “Dalam tiga tahun terakhir, kami mengklaim NextDev sebagai impact incubator bagi early-stage digital startup. Harapannya, startup yang kami bimbing bisa memberikan dampak nyata bagi ekosistem digital di Indonesia,” lanjutnya.

    Tahun ini, lebih dari 250 startup mendaftar mengikuti program NextDev. Setelah melalui proses kurasi ketat, hanya 32 startup yang lolos ke tahap selanjutnya dan dibagi ke dalam tiga kategori, yakni Emerging Technology, Digital Lifestyle, dan Productivity Enhancement.

    Dari jumlah tersebut, akhirnya terpilih 10 startup terbaik yang tampil dalam NextDev Summit 2025.

    Dalam summit ini, kesepuluh startup terpilih berkesempatan untuk pitching di hadapan publik dan calon kolaborator dari berbagai sektor industri. Mereka mempresentasikan produk, model bisnis, serta perjalanan selama program inkubasi.

    Dari 10 startup ini akan dipilih lagi 3 finalis terbaik yang akan dinobatkan sebagai Best of the Best. Mereka akan mendapat hadiah berupa dana hibah dari Telkomsel dan kesempatan benchmarking internasional.

    Hadi menambahkan bahwa keberhasilan startup bukan hanya diukur dari daya saing produk, tetapi juga dari kemampuan mereka menyerap ilmu selama mentoring.

    “Kompetisi ini bagian dari gimmickfication agar selama inkubasi tidak flat. Tapi yang paling penting adalah bagaimana mereka mengadopsi ilmu yang diberikan mentor,” pungkasnya.

    Beriku 10 Startup yang Lolos ke NextDev Summit 2025, berdasarkan kategori atau track yang diikuti:

    Productivity Enhancement:

    1. Luarkampus

    Platform berbasis AI yang membantu para pelajar mencari beasiswa luar negeri. Dengan fitur personalisasi, Luarkampus memastikan mahasiswa mendapatkan rekomendasi beasiswa yang paling sesuai dengan profil dan tujuan mereka.

    2. On Journey

    Platform digital yang membuat pemesanan layanan travel jadi lebih mudah dan terorganisir. Mulai dari tiket transportasi hingga akomodasi, semuanya bisa diakses hanya dengan beberapa klik.

    3. eHealth

    Aplikasi rekam medis digital yang dirancang untuk mempermudah dokter, klinik, dan rumah sakit dalam mengelola data pasien.

    Emerging Technologies:

    4. KendAli

    Platform berbasis AI yang fokus pada manajemen dan deteksi hama di industri makanan dan minuman.

    5. MOLCA

    Startup penyedia solusi digital twin dan AR/VR berbasis AI untuk industri manufaktur dan konstruksi.

    6. SATUPLATFORM

    Platform all-in-one untuk manajemen ESG (Environmental, Social, and Governance), karbon, dan laporan keberlanjutan.

    7. EON Energy

    Penyedia SPKLU (Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum) berlisensi yang mendukung infrastruktur kendaraan listrik di Indonesia.

    Digital Lifestyle:

    8. Boonda

    Aplikasi pengasuhan anak dengan fitur seperti panduan parenting, rekomendasi daycare terdekat, hingga tips MPASI.

    9. GoDentist

    Aplikasi teledentistry berbasis AI yang memungkinkan pengguna memeriksa kesehatan gigi hanya dengan mengunggah foto.

    10. difotoin.id

    Startup ini menyediakan vending machine fotografi, photo booth, dan photo box outdoor.

    (dem/dem)

  • Heboh RI Disebut Jadi ‘Kelinci Percobaan’ Vaksin TBC Baru, Pakar Bilang Gini

    Heboh RI Disebut Jadi ‘Kelinci Percobaan’ Vaksin TBC Baru, Pakar Bilang Gini

    Jakarta

    Belakangan ramai soal Indonesia menjadi lokasi uji fase klinis tiga vaksin tuberkulosis (TBC) besutan pendiri Microsoft, Bill Gates. Tak sedikit masyarakat yang mempertanyakan mengapa Indonesia yang dipilih menjadi lokasi uji klinis tersebut.

    Bahkan ada narasi yang menyebutkan Indonesia menjadi kelinci percobaan medis.

    “Indonesia adalah satu-satunya negara Asia yang mau dijadikan kelinci percobaan,” ucap salah satu pengguna X.

    “Nasib jadi warga Indonesia, jadi kelinci percobaan vaksin TBC, data biometrik dibeli dengan harga murah dll. The real bonus demografi sebagai aset untuk dijadikan budak dan kelinci percobaan. Good job,” sahut pengguna X lainnya.

    Pakar epidemiologi Dicky Budiman menanggapi kabar yang beredar tersebut. Ia mengatakan pengembangan vaksin TBC ini justru merupakan langkah penting.

    Hal ini dikarenakan TBC sampai saat ini masih menjadi salah satu penyakit menular paling mematikan di dunia. Setiap tahun, sekitar 10 juta orang terdiagnosis TBC, dan sekitar 1,5 juta di antaranya meninggal dunia.

    Saat ini, salah satu upaya utama untuk mencegah TBC selama ini adalah menggunakan vaksin Bacillus Calmette-Guérin (BCG). Menurut Dicky, vaksin BCG yang digunakan saat ini sudah berusia lebih dari satu abad. Efektivitasnya pun sangat bervariasi, terutama untuk orang dewasa. Sementara pada anak-anak, vaksin ini memang terbukti efektif mencegah kasus berat seperti meningitis TBC.

    “Nah yayasan Bill dan Melinda Gates ini mendanai penelitian vaksin TBC terbaru karena kebutuhan medisnya sangat mendesak,” ucapnya kepada detikcom, Kamis (8/7/2025).

    “Karena tadi TBC jadi ancaman kesehatan global utama. Dan bahkan WHO memperkirakan setidaknya kurang lebih 10 juta orang TBC pasien TBC setiap tahun. Kalau kematiannya tadi 1,5 juta setiap tahun. Besarkan berarti hampir 15 persen,” sambungnya.

    Di sisi lain, Dicky tidak menutup mata terhadap kekhawatiran publik. Nama Bill Gates kerap dikaitkan dengan teori konspirasi, mulai dari kontrol populasi hingga ‘agenda’ tersembunyi.

    Banyak masyarakat merasa tidak mendapatkan penjelasan yang cukup, sehingga muncul rasa curiga dan ketidakpercayaan.

    “Sehingga merasa bahwa uji klinis ini oleh sebagian masyarakat dilakukan tanpa persetujuan atau kejelasannya,” ucap Dicky.

    Padahal, jika dikelola dengan benar, pelibatan Indonesia dalam uji klinis vaksin bisa membawa manfaat besar. Misalnya, seperti mendapatkan akses ke vaksin yang lebih efektif jika uji coba berhasil, peningkatan kapasitas riset dan infrastruktur kesehatan, hingga dukungan dana hibah untuk negeri di tengah keterbatasan anggaran,

    Tak hanya itu, dampaknya juga akan signifikan dalam menekan beban ekonomi akibat TBC serta meningkatkan produktivitas masyarakat.

    “Ingat TBC ini bisa membuat orang jadi tidak produktif,” kata Dicky.

    Meski begitu, Dicky menegaskan uji coba vaksin bukan berarti tanpa risiko. Etika dan keamanan menjadi faktor utama yang harus dijaga.

    Begitu juga risiko kegagalan, efek samping, hingga kemungkinan peserta uji klinis mendapatkan stigma atau diskriminasi, semuanya harus diantisipasi sejak awal.

    Tanpa strategi komunikasi yang baik, uji coba ini bisa menjadi bumerang, memicu hoaks, menimbulkan ketakutan sosial, dan memperburuk kepercayaan terhadap vaksin secara umum.

    “Jadi sekali lagi saya sebagai ahli di bidang ini melihat pentingnya komunikasi risiko yang transparan yang diterapkan secara benar prinsip-prinsipnya dan melibatkan komunitas untuk memastikan keberhasilan uji coba,” sambungnya lagi.

    Senada, Guru Besar Bidang Ilmu Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Universitas Indonesia (UI) Prof Dr dr Erlina Burhan yang terlibat dalam penelitian vaksin TBC, juga mengatakan vaksin TBC ini telah melalui tahapan yang ketat dalam uji klinis, mulai dari fase satu hingga fase tiga.

    Seluruh proses ini dilakukan dengan ‘rambu-rambu’ ilmiah yang sangat ketat dan transparan, serta di bawah pengawasan global. Oleh karena itu, lanjut dr Erlina, anggapan partisipan menjadi ‘kelinci percobaan’ adalah keliru.

    “Dan ini kan proses ilmiah ya, betul-betul dengan rambu-rambu yang sangat-sangat saintifik, ya nggak mau lah kita sembarangan. Ini kan dipantau dunia ya, dan saya sih sebagai peneliti dan juga sebagai dosen, sangat-sangat bersyukur bahwa Indonesia dipercaya oleh global, bahwa periset-periset kita itu udah tingkat global gitu,” ucapnya dalam kesempatan berbeda.

    (suc/kna)

  • Bill Gates Bertemu Prabowo dan Ajakan Gabung Danantara

    Bill Gates Bertemu Prabowo dan Ajakan Gabung Danantara

    Jakarta

    Pendiri Microsoft, Group Bill Gates bertemu Presiden Prabowo Subianto di Istana Merdeka, Jakarta Pusat kemarin. Salah satu agendanya, Prabowo dan Bill Gates berbincang dengan para pengusaha kelas kakap Indonesia.

    Pada pertemuan yang digelar Rabu (7/5) kemarin, Bill Gates sempat berdialog dengan para pengusaha. Dia juga memaparkan beberapa poin pandangannya soal gerakan filantropi yang dibesut oleh Gates Foundation.

    Berdasarkan pantauan detikcom, beberapa pengusaha yang hadir antara lain Bos Jhonlin Group Andi Syamsuddin Arsyad alias Haji Isam, Bos Adaro Resource Garibaldi Thohir alias Boy Thohir, Bos Indika Group Arsjad Rasjid, dan Bos Salim Group Anthony Salim.

    Kemudian hadir pula, Founder & Chairman CT Corp Chairul Tanjung, Bos Arsari Group Hashim Djojohadikusumo, Bos Artha Graha Tomy Winata, Bos Barito Pacific Prajogo Pangestu, Bos Lippo Group James Riady, Bos Mayapada Group Sri Dato Tahir, dan beberapa pengusaha lainnya.

    Prabowo mengatakan, Bill Gates telah mengucurkan dana amal lewat Gates Foundation hingga US$ 300 juta atau Rp 4,95 triliun (kurs Rp 16.529) sejak 2009 kepada Indonesia. Prabowo juga menjelaskan peran Gates Foundation dalam mendukung produksi vaksin polio melalui Bio Farma, yang kini menjadi salah satu produsen vaksin terbesar di dunia dengan kapasitas produksi hingga 2 miliar dosis per tahun.

    “Terutama hal-hal strategis seperti vaksin polio beliau bantuannya Rp 1,3 triliun dan sekarang kita Bio Farma salah satu produsen 2 miliar dosis vaksin setiap tahun dan ini untuk dimanfaatkan 42 negara di seluruh dunia dipakai oleh 902 juta orang,” tutur Presiden.

    Tawaran Gabung Danantara

    Pemerintah juga menawarkan Bill Gates masuk ke dalam kepengurusan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara). Hal ini diungkapkan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

    Mulanya, dalam sesi bincang-bincang antara Presiden Prabowo Subianto, Bill Gates, dan pengusaha kawakan, Budi Gunadi banyak bicara soal dana hibah bergulir atau trust fund.

    Menurutnya, di negara maju, rata-rata pendanaan filantropis atau dana hibah 2% dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Maka dari itu, ada potensi US$ 30 miliar per tahun dana hibah bergulir di Indonesia. Masalahnya banyak hibah dari orang Indonesia harus diberikan ke lembaga asing terlebih dahulu.

    “Jadi, potensi di Indonesia adalah US$ 30 miliar per tahun. Namun, banyak orang Indonesia yang ingin memberi, tetapi uangnya tidak dapat mereka berikan ke Indonesia, tetapi melalui negara lain,” sebut Budi Gunadi dalam acara yang sama.

    Dia meminta kepada CEO BPI Danantara Rosan Roeslani untuk membentuk Danantara Trust Fund, sedikit mencontek apa yang sudah dilakukan di Temasek Trust.

    Dari situ, dia mengajak Bill Gates ikut duduk bersama sebagai dewan penasihat di Danantara dengan Ray Dalio. Alasannya, baik Bill Gates dan Ray Dalio telah berhasil mengelola Chinese Philantropic Education atau lembaga filantropi pendidikan China.

    “Dan saya berharap Pak Bill, Anda dapat duduk di dewan bersama Pak Ray Dalio, teman Anda juga. Karena Pak Ray Dalio dan Pak Bill Gates juga duduk di dewan Pendidikan Filantropi China,” usul Budi Gunadi.

    (hal/ara)

  • Video: Bill Gates Beri Dana Hibah Untuk RI – PM Kanada Tolak Tawaran A

    Video: Bill Gates Beri Dana Hibah Untuk RI – PM Kanada Tolak Tawaran A

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menggelar pertemuan dengan tokoh filantropi dunia sekaligus pendiri Gates Foundation Bill Gates di Istana Merdeka.

    Sementara itu, Perdana Menteri Kanada Mark Carney dengan tegas menyampaikan kepada Presiden Amerika Serikat Donald Trump bahwa negaranya “Tidak Akan Pernah Dijual. Hal itu disampaikan Carney langsung dihadapan Trump saat berkunjung ke gedung putih.

    Selengkapnya saksikan di Program Evening Up CNBC Indonesia, Rabu (07/05/2025).

  • Pemerintah Tawarkan Bill Gates Gabung Dewan Penasihat Danantara Bersama Ray Dalio

    Pemerintah Tawarkan Bill Gates Gabung Dewan Penasihat Danantara Bersama Ray Dalio

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin menawarkan pemilik Gates Foundation, Bill Gates untuk bergabung menjadi Dewan Penasihat Daya Anagata Nusantara (Danantara). 

    Hal itu disampaikan Budi saat ikut menghadiri dialog antara Presiden Prabowo Subianto, jajaran menteri dan pengusaha nasional bersama dengan Bill Gates di Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (7/5/2025). 

    Budi awalnya menyebut sudah lama bekerja sama dengan Gates Foundation, karena setiap tahunnya menerima dana hibah (grant) dari berbagai organisasi. Gates Foundation, katanya, merupakan pemberi terbesar. 

    Kepada Bill, Budi pun menyinggung ajakan untuk pendiri Microsoft itu agar bergabung dengan Danantara. Pasalnya, kawan Bill, Ray Dalio saat ini sudah menjadi satu dari lima orang Dewan Penasihat Danantara. 

    “Dan saya berharap Pak Bill, anda bisa duduk di Dewan Penasihat dengan Pak Ray Dalio, teman anda. Karena Pak Ray Dalio dan Pak Bill Gates juga duduk di kursi Dewan Chinese Philantropic Education,” ujarnya kepada Bill Gates di Ruang Oval Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (7/5/2025). 

    Budi, yang merupakan profesional berlatar belakang bankir, juga menyebut Bill bisa berkontribusi dalam manajemen sistematis Danantara agar para investor bisa memiliki kepercayaan ke sovereign wealth fund baru RI itu. 

    “Pak Gates memiliki manajemen sistematis yang bisa membantu kami mendapatkan kepercayaan dari orang-orang ini. Agar mereka bisa mulai memberikan uang,” tuturnya. 

    Budi menerangkan bahwa di negara maju, dana kelolaan untuk filantropi mencapai 2% dari PDB. Apabila di Indonesia, maka potensi dana kelolaan filantropi bisa mencapai US$30 miliar, atau 2% dari US$1,5 triliun PDB. 

    Mantan Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. itu mengungkap bahwa banyak investor Indonesia yang ingin memberikan uang hibah atau filantropi, namun dilakukan dari negara-negara lain. 

    Dia mencontohkan, saat pandemi Covid-19, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) banyak mendapatkan hibah dari Tanoto Foundation milik Mochtar Riady. Namun, hibah itu diserahkan melalui negara lain karena Indonesia dianggap belum memiliki entitas terpercaya. 

    “Karena kepercayaan itu tidak bisa dipaksa, itu harus diperoleh. Itulah mengapa saya bicara dengan Pak Rosan [CEO Danantara], mungkin kita bisa mendirikan, mengikuti seperti Temask Trust, dengan menciptakan Danantara Trust [Fund],” ujar Budi. 

    Adapun Danantara juga menawarkan potensi kerja sama antara Danantara Trust Fund dengan Gates Foundation. CEO Danantara Rosan Roeslani menyebut timnya sudah berdiskusi dengan pihak Gates Foundation soal potensi kerja sama dengan Danantara Trust Fund. Dia menyebut Danantara Trust Fund saat ini masih dalam proses pembentukan. 

    “Sebenarnya kemarin pagi kami berdiskusi dengan tim anda, karena di Danantara, kami juga sedang membentuk Danantara Trust Fund,” ujarnya kepada Bill Gates di Ruang Oval Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (7/5/2025). 

  • Ketika Bobby Kertanegara Dapat Hadiah Boneka dari Bill Gates…

    Ketika Bobby Kertanegara Dapat Hadiah Boneka dari Bill Gates…

    Ketika Bobby Kertanegara Dapat Hadiah Boneka dari Bill Gates…
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kucing milik Presiden
    Prabowo Subianto
    ,
    Bobby Kertanegara
    , mendapatkan hadiah berupa boneka paus dari pendiri Microsoft sekaligus filantropis
    Bill Gates
    pada Rabu pagi (7/5/2025).
    Momen ini terjadi seusai pertemuan Prabowo dan pemerintah dengan Bill Gates Foundation di Istana Merdeka.
    Dikutip dari video yang dibagikan Tim Media Prabowo, Bobby dihadirkan ke ruang pertemuan menggunakan
    stroller
    .
    Prabowo lantas mengenalkan hewan peliharaannya itu ke Bill Gates.
    “Ada yang mau mengucapkan terima kasih,” kata Prabowo kepada Bill Gates.
    Pernyataan Prabowo ini tampak mencairkan suasana, sejumlah menteri dan pengusaha pun tersenyum lebar.
    Bill Gates lalu menghampiri Bobby dan menyebutkan bahwa ia sudah menyiapkan hadiah untuk kucing Prabowo tersebut.
    “Ini hadiah yang saya bawa,” kata Bill Gates sambil menunjukkan boneka paus pembunuh atau orca berwarna hitam dan putih.
    Bill Gates lalu menaruh boneka tersebut di 
    stroller
    tempat Bobby berada.
    “Baiklah Bobby, kamu terkenal,” kata Bill Gates disambut tawa oleh Prabowo.
    Setelah itu, giliran Prabowo menyerahkan cinderamata berupa keris yang menjadi simbol penghormatan budaya Indonesia kepada Bill Gates.
    Dalam pertemuannya dengan Prabowo dan sejumlah pengusaha Indonesia, terungkap bahwa  Bill Gates akan memberikan dana hibah senilai 159 juta dollar AS untuk Indonesia.
    “Beliau telah memberi hibah ke Indonesia senilai 159 juta dollar AS,” ujar Prabowo.
    Prabowo mengatakan, keseluruhan dana itu terdiri dari bidang kesehatan sebesar 119 juta dollar AS, pertanian 5 juta dollar AS, sektor teknologi 5 juta dollar AS, dan bantuan sosial lainnya di lintas sektoral dengan total lebih dari 28 juta dollar AS.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 6
                    
                        Bill Gates Beri Hibah 159 Juta Dollar AS buat Indonesia
                        Nasional

    6 Bill Gates Beri Hibah 159 Juta Dollar AS buat Indonesia Nasional

    Bill Gates Beri Hibah 159 Juta Dollar AS buat Indonesia
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pendiri Microsoft sekaligus filantropis
    Bill Gates
    memberikan dana hibah sebesar 159 juta dollar AS kepada Indonesia.
    Hal tersebut disampaikan oleh Presiden RI
    Prabowo Subianto
    saat menerima kunjungan Bill Gates di Istana, Jakarta, Rabu (7/5/2025).
    “Beliau telah memberi hibah ke Indonesia senilai 159 juta dollar AS,” ujar Prabowo.
    Prabowo mengatakan, keseluruhan dana itu terdiri dari bidang kesehatan sebesar 119 juta dollar AS, pertanian 5 juta dollar AS, sektor teknologi 5 juta dollar AS, dan bantuan sosial lainnya di lintas sektoral dengan total lebih dari 28 juta dollar AS.
    Bantuan 159 juta dollar AS itu diberikan Bill Gates sejak tahun 2009.
    “Di kesehatan 119 juta, pertanian 5 juta, teknologi 5 juta, bantuan sosial lainnya lintas sektor totalnya lebih dari 28 juta,” kata dia.
    Diketahui, Prabowo menerima Bill Gates di Istana pagi ini.
    Dalam pertemuan itu, turut hadir Menteri Investasi dan Hilirisasi Rosan Roeslani, Menkomdigi Meutya Hafid, Menkes Budi Gunadi Sadikin, Seskab Letkol Teddy Indra Wijaya, Mensesneg Prasetyo Hadi, Menlu Sugiono, dan para pengusaha Indonesia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Anggaran KPU Magetan Sisa Rp7,9 Miliar, Rencana Dikembalikan ke Pemda

    Anggaran KPU Magetan Sisa Rp7,9 Miliar, Rencana Dikembalikan ke Pemda

    Magetan (beritajatim.com) – Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Magetan menyampaikan rencana pengembalian dana hibah kepada Pemerintah Kabupaten Magetan. Ketua KPU Magetan, Noviano Suyide, mengungkapkan bahwa dari total anggaran hibah yang diterima, saat ini masih tersisa sekitar Rp7,9 miliar. Namun, sebagian dana tersebut masih akan digunakan untuk menyelesaikan beberapa kewajiban yang belum dibayarkan.

    “Iya, terima kasih. Jadi anggaran hibah sampai hari ini di KPU itu masih ada sekitar Rp 7,9 miliar. Namun kami masih ada beberapa yang belum dibayarkan,” ujar Noviano, Senin (5/5/2025)

    Ia mencontohkan beberapa pengeluaran yang masih menunggu penyelesaian antara lain renovasi ruangan teknis dan kul, penetapan hasil pemilu, serta proses pengosongan gudang. Meski begitu, pihaknya telah melakukan rapat pleno dan memastikan bahwa pengembalian dana hibah akan dilakukan sesuai ketentuan.

    “Insyaallah nanti anggaran hibah yang akan kami kembalikan ke Pemerintah Kabupaten Magetan itu sekitar Rp7 M sampai Rp7,5 M range-nya,” lanjutnya.

    Terkait proses pengembalian, Noviano menjelaskan bahwa KPU akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait seperti Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbang), Bupati, dan DPRD Kabupaten Magetan. Proses pengembalian ini mengikuti regulasi yang berlaku, yaitu maksimal tiga bulan setelah penetapan hasil pemilu.

    “Dan sesuai dengan peraturan undang-undang, kita maksimal itu mengembalikan hibah itu 3 bulan setelah penetapan. Nah, penetapan itu kan kami gelar bulan April akhir. Tapi insyaallah nanti di bulan Juni kami akan langsung kembalikan,” katanya.

    Selanjutnya, setelah anggaran hibah dikembalikan, KPU Magetan tetap akan melanjutkan tugas dan fungsinya, terutama dalam dua hal pokok: pemutakhiran data pemilih secara berkelanjutan dan pendidikan politik kepada masyarakat.

    “Iya, setelah anggaran dan hibah dikembalikan, tugas kami tentunya adalah yang pertama adalah pemutakhiran data pemilih berkelanjutan yang tetap kami akan lakukan di KPU Kabupaten Magetan. Yang kedua adalah pendidikan pemilih, pendidikan politik pemilih itu akan tetap kami lakukan secara berkelanjutan seperti itu,” pungkas Noviano. [fiq/but]

  • 6
                    
                        Gubernur Tanpa Ruang Dialog
                        Regional

    6 Gubernur Tanpa Ruang Dialog Regional

    Gubernur Tanpa Ruang Dialog
    Dosen Fakultas Hukum Universitas Pasundan & Sekretaris APHTN HAN Jawa Barat
    DALAM
    sunyi yang riuh oleh konten, seorang gubernur berbicara. Ia bicara bukan kepada DPRD, bukan kepada pendidik, bukan kepada orangtua yang resah di bawah tenda sekolah.
    Ia bicara kepada kamera. Dan dari kamera, kepada layar. Lalu, dari layar, kepada kita yang menonton, tanpa bisa menjawab.
    Demokrasi, kadang bukan tentang siapa yang paling lantang berbicara, tapi tentang siapa yang sungguh mau mendengar. Dan di Jawa Barat hari ini, suara-suara itu tak lagi punya ruang.
    Dedi Mulyadi
    bukan gubernur biasa. Ia datang dari rahim politik yang penuh kontradiksi. Dua periode ia menjabat Bupati Purwakarta, lalu melenggang ke Senayan sebagai anggota DPR RI dari Partai Golkar.
    Ia pernah memimpin DPD Golkar Jawa Barat, sebelum akhirnya pindah ke Partai Gerindra dan mendukung Prabowo Subianto dalam kontestasi nasional.
    Namun yang membuatnya menonjol bukan hanya langkah politiknya, melainkan caranya membangun panggung dari kamera, mikrofon, dan jutaan penonton yang mengenalnya dari layar, bukan dari ruang kebijakan.
    Dari situ, tumbuh kekuasaan yang lebih suka disetujui daripada didengar.
    Kisahnya dimulai dari sekolah. Tempat anak-anak membentuk masa depan, tempat guru mencetak harapan. Namun, di tangan kekuasaan yang percaya pada simbol ketegasan, sekolah menjadi objek pendisiplinan.
    Dedi melarang wisuda sekolah. Alasannya: membebani orangtua. Logika sosial yang masuk akal, dalam dunia yang mengukur beban dari pengeluaran.
    Namun, ia tak menyisakan ruang bagi diskusi. Tak bertanya pada anak-anak, apa arti kelulusan. Tak berdialog dengan orangtua, apakah mereka benar-benar tertekan atau justru bersyukur. Di sinilah yang hilang: ruang dialog.
    Tak lama kemudian, datang kebijakan baru. Anak-anak yang “nakal”—kata yang tak pernah didefinisikan secara adil—akan dikirim ke barak militer. Untuk dibina. Untuk dijinakkan. Untuk didisiplinkan oleh tangan negara yang berseragam.
    Saya mencoba membayangkan anak-anak itu. Anak yang tumbuh dalam keluarga pecah, yang lari ke jalan karena sekolah gagal menjadi rumah.
    Anak yang mencoba menyuarakan diri dalam bentuk amarah. Dan negara membalasnya dengan pelatihan fisik, bukan pelukan. Dengan barak, bukan konseling.
    Barak adalah simbol ketertiban. Tapi tak semua kekacauan bisa diobati dengan seragam. Tak semua kenakalan lahir dari kemauan. Kadang, ia lahir dari kesedihan yang tak punya nama.
    Pendidikan, bagi Dedi Mulyadi, adalah soal kontrol. Ia bicara tentang moral, tentang karakter, tentang disiplin. Ia lupa: pendidikan bukan sekadar mengatur tubuh, tapi juga membentuk jiwa. Dan jiwa tak bisa dijinakkan oleh algoritma TikTok atau format baris-berbaris.
    Ia memang berhasil menurunkan anggaran iklan provinsi dari Rp 50 miliar menjadi Rp 3 miliar. Iklan itu kini digantikan oleh dirinya sendiri. Ia adalah spanduk bergerak, narator tunggal dalam republik yang semakin sempit ruang bantahnya. Ia bicara tentang efisiensi, tapi menghapus keberagaman suara.
    Apakah pendidikan sedang dipimpin oleh algoritma? Apakah masa depan siswa ditentukan oleh impresi,
    likes
    , dan
    share
    ?
    Dalam satu babak berikutnya, ia menghapus dana hibah untuk pesantren. Alokasi yang sebelumnya Rp 153 miliar, menyusut drastis menjadi Rp 9,25 miliar. Alasannya: ketidakteraturan dan keinginan merapikan distribusi.
    Secara administratif, mungkin bisa dibenarkan. Namun secara sosiologis, itu mencabut denyut nadi dari lembaga yang selama ini menjadi sandaran pendidikan masyarakat kecil.
    Pesantren adalah ruang spiritual, sekaligus ruang sosial. Ia bukan hanya soal kitab, tapi juga soal dapur, soal hidup.
    Dan kebijakan ini, seperti sebelumnya, diambil tanpa musyawarah. Seolah-olah, kepercayaan publik bisa diatur lewat
    caption
    . Seolah-olah, lembaga pendidikan tradisional hanya beban anggaran. Seolah-olah, suara kiai dan santri tak lebih penting dari suara di kolom komentar.
    Ada yang berubah dalam politik hari ini. Dulu, rakyat menonton debat di parlemen. Kini, mereka menonton konten di TikTok. Dulu, kritik muncul dalam forum. Kini, kritik datang dari remaja bernama Aura Cinta yang berani beradu pendapat dengan sang gubernur.
    Dalam masyarakat yang makin visual, kritik bisa di-frame ulang. Suara bisa diedit. Ketegangan bisa dijadikan konten. Dan kekuasaan makin lihai menyulap perlawanan menjadi konsumsi.
    Dedi Mulyadi adalah arsitek dari panggung semacam itu. Ia tak butuh media. Ia adalah medianya sendiri. Ia tak butuh pembelaan. Ia punya jutaan penonton yang siap mengklik dan membela. 
    Namun di balik sorot kamera, kita tahu, ada birokrasi yang membeku. Ada lembaga yang kehilangan fungsi deliberatifnya.
    Puncaknya datang ketika ia mengusulkan vasektomi sebagai syarat menerima bansos. Insentif Rp 500.000 ditawarkan kepada pria miskin yang bersedia disterilisasi.
    Ini bukan lagi soal efisiensi. Ini soal pengendalian. Soal tubuh rakyat kecil yang dijadikan titik tekan dari program sosial.
    Dalam kebijakan ini, negara tidak hanya mengatur apa yang boleh dimiliki rakyat, tapi juga siapa yang boleh dilahirkan.
    Tubuh pria miskin menjadi medan baru untuk kekuasaan. Dalam nalar semacam ini, kemiskinan bukan persoalan struktural, tapi moral. Dan moral itu, seperti biasa, diukur oleh negara, ditentukan oleh elite.
    Apa yang terjadi pada demokrasi ketika bantuan sosial dikaitkan dengan sterilitas? Apakah rakyat miskin hanya layak dibantu jika mereka tunduk? Jika mereka menyerahkan tubuhnya?
    Dalam semua kontroversi ini, satu hal paling mencolok: ketiadaan ruang dialog. Tak ada dengar pendapat dengan guru sebelum larangan wisuda. Tak ada konsultasi dengan psikolog pendidikan sebelum program barak.
    Tak ada musyawarah dengan ulama sebelum dana pesantren dipotong. Tak ada audiensi dengan organisasi masyarakat sipil sebelum vasektomi diumumkan.
    Gubernur berbicara, tapi tidak mendengar. Gubernur tampil, tapi tidak hadir. Gubernur merekam, tapi tidak menyimak.
    Dan karena itu, publik merasa ditinggalkan. DPRD kehilangan fungsi kontrol. LSM kehilangan mitra kerja. Lembaga keagamaan kehilangan akses. Dan rakyat kecil kehilangan suara.
    Goethe pernah menulis, “Kita hanya mendengar apa yang sudah kita pahami.” Tapi kekuasaan yang terlalu yakin pada dirinya tak mau memahami, apalagi mendengar.
    Dedi Mulyadi adalah wajah baru dari populisme konten: tampak hangat, tampak merakyat, tapi sering tak menyisakan ruang bagi bantahan.
    Ia tampak berbicara kepada rakyat, tapi sejatinya sedang berbicara kepada dirinya sendiri—dengan gaya, dengan framing, dengan narasi yang dibentuk sepihak.
    Gubernur seperti ini bukan tak punya niat baik, tapi niat baik tanpa ruang dialog hanya akan melahirkan kehendak yang membabi buta.
    Dan ketika kehendak itu mencengkeram anak-anak, pesantren, dan tubuh rakyat miskin, maka yang lahir adalah kekuasaan yang tak kenal malu untuk memaksa.
    Di sinilah kita hari ini: di provinsi besar yang dipimpin dari layar kecil, dengan suara kecil yang tak diberi ruang untuk tumbuh.
    Dan mungkin, yang paling dibutuhkan hari ini bukan program baru, bukan larangan baru, bukan hukuman baru. Tapi kesediaan sederhana untuk mengatakan: “Mari kita bicara.”
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pencabutan Pajak Harvard: Kontroversi di Balik Kebijakan Trump – Halaman all

    Pencabutan Pajak Harvard: Kontroversi di Balik Kebijakan Trump – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini mengumumkan rencananya untuk mencabut status bebas pajak Universitas Harvard, institusi pendidikan tertua di AS.

    Keputusan ini terungkap pada tanggal 3 Mei 2025 setelah Harvard menolak tuntutan dari pemerintah terkait penanganan demonstrasi pro-Palestina.

    Dalam unggahan di media sosialnya, Trump menegaskan, “Kami akan mencabut Status Bebas Pajak Harvard. Itulah yang pantas mereka dapatkan,” seperti yang dikutip dari CNN International.

    Apa yang Mendorong Pencabutan Status Pajak?

    Pencabutan status bebas pajak dari institusi pendidikan tinggi adalah tindakan yang sangat jarang terjadi.

    Internal Revenue Service (IRS) sendiri hanya pernah mencabut status tersebut terhadap Universitas Bob Jones karena kebijakan diskriminatifnya.

    Ketika pemerintahan Trump melaporkan Harvard kepada IRS untuk penyelidikan, hal ini menjadi langkah yang tidak biasa dan kontroversial.

    Pencabutan status pajak ini akan membawa dampak besar bagi Harvard.

    Universitas tersebut selama ini menikmati status bebas pajak sebagai lembaga nonprofit, tetapi kini harus membayar pajak atas sebagian dari pendapatannya, termasuk dari dana abadi yang mencapai lebih dari 50 miliar dollar AS serta investasi dan properti.

    Harvard bisa menghadapi beban pajak yang mencapai ratusan juta dollar per tahun.

    Selain itu, pencabutan ini berpotensi untuk meningkatkan biaya kuliah serta mengurangi dana beasiswa dan bantuan keuangan.

    Bagaimana Respons Harvard terhadap Ancaman Trump?

    Merespons ancaman ini, Presiden Universitas Harvard Alan Garber menekankan bahwa tindakan pencabutan status pajak itu sangat melanggar hukum.

    Dalam sebuah wawancara dengan The Wall Street Journal, Garber menyatakan, “Tindakan itu sangat ilegal kecuali ada beberapa alasan yang belum kami ketahui yang dapat membenarkan tindakan dramatis ini.”

    Dia menambahkan bahwa pencabutan tersebut akan mengganggu pendidikan dan penelitian di Harvard, yang dapat mengakibatkan berkurangnya bantuan keuangan bagi mahasiswa serta mengancam program penelitian medis penting.

    Sementara itu, Senator Demokrat Ed Markey dari Massachusetts juga mengecam tindakan Trump.

    Ia menyebutkan bahwa langkah tersebut merupakan usaha untuk memaksa Harvard mengikuti ideologi tertentu dan menyebut tindakan ini sebagai inkonstitusional.

    Apa yang Memicu Ketegangan Ini?

    Konflik ini mulai memanas setelah pemerintah AS membekukan dana federal sebesar 22 miliar dollar AS untuk Harvard pada tanggal 14 April.

    Pemerintah beralasan bahwa tindakan tersebut diambil karena Harvard dianggap gagal mengendalikan antisemitisme, yang mereka anggap ditoleransi melalui demonstrasi pro-Palestina.

    Selain itu, pemerintah juga menilai bahwa Harvard tidak mematuhi perintah untuk menutup program keberagaman, kesetaraan, dan inklusi.

    Meskipun demikian, Harvard menolak untuk tunduk pada tekanan pemerintah.

    Sebagai respons atas penolakan Harvard, pemerintah mengumumkan pembekuan dana hibah dan meminta universitas tersebut untuk melakukan audit internal serta meninjau kebijakan disiplin dan proses perekrutan mahasiswa.

    Situasi ini menunjukkan bagaimana kebijakan pemerintahan yang agresif dapat mempengaruhi institusi pendidikan tinggi dan kebebasan akademik.

    Ancaman pencabutan status bebas pajak Harvard telah menimbulkan kekhawatiran tentang dampaknya terhadap pendidikan, penelitian, dan akses ke peluang bagi mahasiswa.

    Keputusan ini tidak hanya mempengaruhi Harvard, tetapi juga menjadi sinyal bagi universitas-universitas lain di seluruh negeri mengenai potensi intervensi pemerintah dalam urusan akademik.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).