Topik: Dana desa

  • Sri Mulyani kaji skema kombinasi pendanaan Kopdes Merah Putih

    Sri Mulyani kaji skema kombinasi pendanaan Kopdes Merah Putih

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan tengah mengkaji berbagai skema kombinasi pendanaan untuk Koperasi Desa (Kopdes) Merah Putih.

    “Saat ini, sedang dilakukan koordinasi untuk mengidentifikasi anggaran, apakah langsung dari pendanaan publik atau dari aktivitas kegiatan ekonomi di tingkat desa yang kemudian bisa dikembangkan,” kata Sri Mulyani dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) yang digelar secara daring, dipantau di Jakarta, Kamis.

    Kementerian Keuangan telah mendapat mandat melalui Instruksi Presiden (Inpres) untuk menyediakan anggaran melalui berbagai sumber, yakni APBN, APBD, hingga Himbara.

    Untuk Kopdes Merah Putih, anggaran APBN bisa diberikan kepada daerah melalui Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa (TKDD) yang mencakup komponen Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Bagi Hasil (DBH), Dana Alokasi Khusus (DAK) fisik dan non-fisik, Dana otonomi khusus untuk daerah-daerah tertentu, dan Dana Desa.

    Kemudian di APBN, provinsi maupun kabupaten/kota juga mendapatkan transfer dari pusat untuk menjalankan anggaran maupun Pendapatan Asli Daerah (PAD).

    “Kami akan melihat berbagai kemungkinan eksisting transfer maupun apa yang bisa kami optimalkan. Jadi, semua kemungkinan kombinasi itu akan kami kaji bersama,” tambahnya.

    Skema lain yang dipertimbangkan juga termasuk sistem yang diterapkan dalam BUMDes, di mana modal awal bersumber dari Dana Desa yang kemudian berkembang melalui kegiatan ekonomi produktif sehingga bisa mencicil kembali.

    Sebelumnya, Wakil Menteri Koperasi (Wamenkop) Ferry Juliantono menegaskan program Koperasi Desa Merah Putih, inisiatif unggulan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, merupakan solusi ekonomi pedesaan yang tidak akan membebani APBN.

    Ferry mengatakan program itu dirancang untuk menciptakan ekosistem ekonomi baru di pedesaan yang saling menguntungkan, sekaligus memutus jeratan rentenir dan pinjaman online (pinjol) yang merugikan masyarakat desa.

    Melalui Instruksi Presiden (Inpres) 2025, pemerintah menargetkan pembentukan 80 ribu koperasi di desa dan kelurahan seluruh Indonesia hingga Juli 2025, dengan operasional dimulai pada September 2025.

    Anggaran operasional, diperkirakan Rp5 miliar per koperasi, bersumber dari gabungan APBN, APBD, dana desa, dan perbankan.

    Pewarta: Imamatul Silfia
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

  • Prabowo Ungkap Perputaran Uang di Desa karena MBG Capai Rp 8 Miliar
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        23 April 2025

    Prabowo Ungkap Perputaran Uang di Desa karena MBG Capai Rp 8 Miliar Nasional 23 April 2025

    Prabowo Ungkap Perputaran Uang di Desa karena MBG Capai Rp 8 Miliar
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Presiden
    Prabowo Subianto
    mengungkapkan bahwa program
    makan bergizi gratis
    mampu meningkatkan peredaran uang di desa-desa.
    Peredaran uang itu mencapai berkali-kali lipat, sekitar Rp 6 Miliar-Rp 8 miliar, dari semula Rp 1 miliar yang berasal dari dana desa.
    “Minimal Rp 5 (miliar), Rp 6 (miliar). Ada yang Rp 7 (miliar), ada yang Rp 8 miliar. Bayangkan dari Rp 1 miliar naik ke Rp 6 miliar, atau dari Rp 1 miliar naik ke Rp 5 miliar saja, itu kenaikan 500 persen dalam satu tahun,” kata Prabowo, dalam acara peluncuran
    Gerakan Indonesia Menanam
    (Gerina) di Banyuasin, Sumatera Selatan, Rabu (23/4/2025).
    Prabowo mengungkapkan,
    perputaran uang
    sebanyak itu tercipta lantaran program makan bergizi gratis menyerap komoditas di daerah masing-masing sebagai menu
    MBG
    .
    “Tiap hari untuk memberi makan anak-anak, Badan Gizi Nasional butuh beli telur, beli ayam, beli ikan, beli sayur, beli tomat, beli wortel, beli timun. Ini
    ekonomi desa
    , ekonomi kecamatan hidup,” ucap dia.
    Adapun penerimanya mulai dari anak sekolah hingga ibu hamil.
    Prabowo mengeklaim bahwa MBG untuk ibu hamil mungkin menjadi satu-satunya di dunia saat ini.
    “Ini pakar-pakar ini tidak belajar, tidak baca. Program MBG itu mulai dari ibu hamil mungkin satu-satunya negara di dunia. Di mana ada program ibu hamil, tiap hari makan diantar ke rumahnya. Coba kasih lihat di mana ada negara sekarang,” kata Prabowo.
    Kepala Negara menuturkan bahwa Indonesia bahkan sudah mendapat surat permohonan belajar tentang MBG dari negara lain.
    Namun, untuk saat ini, Prabowo belum menerimanya lantaran belum genap setahun program berjalan.
    “Saya dapat surat dari pimpinan negara lain, ke Indonesia mau belajar tentang makan bergizi. Saya katakan kita belum, nanti akhir tahun baru kita selesai semua,” tutur Prabowo.
    “Tapi, kita sudah mulai. Ibu yang sedang hamil, makan diantar ke rumahnya. Kita pakai semua potensi yang sudah ada di Indonesia,” tambah dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Saran DPRD Kota Semarang Menyoal Dana Operasional RT Rp25 Juta: Jangan Sampai Timbulkan Masalah

    Saran DPRD Kota Semarang Menyoal Dana Operasional RT Rp25 Juta: Jangan Sampai Timbulkan Masalah

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – DPRD Kota Semarang mengapresiasi langkah Wali Kota Semarang tentang program dana operasional RT Rp25 juta per tahun untuk peningkatan ekonomi masyarakat. 

    Kendati demikian, jajaran legislatif mewanti-wanti agar program baik ini tidak menjadi masalah di kemudian hari. 

    Anggota Komisi A DPRD Kota Semarang, Ali Umar Dhani mengatakan, perlu kesiapan matang dari sisi aturan. 

    Saat ini, baru ada Peraturan Wali Kota (Perwal) Nomor 1 dan 9 Tahun 2025 tentang pembentukan kelembagaan di tingkat kelurahan. 

    Perwal itu memang bisa menjadi dasar hukum implentasi program dana operasional RT.

    Hanya saja, perlu ada peraturan teknis sebagai pedoman bagi setiap RT dalam penggunaan anggaran tersebut. 

    Pedoman teknis sangat diperlukan agar tidak sampai menjadi masalah bagi ketua RT.

    Pedoman teknis meliputi mekanisme pencairan, pertanggungjawaban, montoring, kontroling, penggunaan anggaran, hingga sanksi secara administratif jika terdapat pelanggaran. 

    “Pertanggungjawabannya seperti apa, ada sanksi-sanksi secara administratif, program yang dibolehkan dan tidak.”

    “Jadi, sama-sama aman bagi RT,” terang Ali, Rabu (23/4/2025). 

    Ali berujar, Pemkot Semarang juga perlu mengantisipasi terjadinya penyelewengan anggaran.

    Setelah terbentuk pedoman teknis, perlu sosialisasi kepada ketua RT agar setiap ketua RT paham mengimplementasikan program ini. 

    “Mengacu pada pengalaman Dana Desa Rp1 miliar per desa, menjadi masalah, Kepala Desa di kemudian hari,” ungkapnya. 

    Jika sudah jelas dari sisi dasar hukum, Ali Umar Dhani mengatakan, Pemkot Semarang harus melakukan pendampingan.

    Pasalnya, tidak semua RT memiliki kapasitas kemampuan administrasi yang sama.

    Sementara, penggunaan anggaran tentu saja perlu surat pertanggungjawaban (SPJ).

    “Dari 10.600 ketua RT, semua berbeda-beda.”

    “Tidak semua bisa membuat administratif yang bagus.”

    “Ini perlu pendampingan dari Pemkot Semarang.”

    “Sebelum dicairkan, sosialisasi pedoman teknis, pendampingan SPJ,” paparnya. 

    Lebih lanjut, Ali menekankan, transparasi anggaran harus diutamakan.

    Apalagi, anggaran total yang digelontor cukup besar mencapai lebih dari Rp250 miliar. 

    Dia berpesan kepada masyarakat agar tidak perlu tergesa-gesa dalam penggunaan anggaran agar tidak menjadi masalah. 

    Dengan program dana operasional, Ali juga berharap, tidak ada lagi iuran-iuran di tingkat RT yang memberatkan warga.

    Hal itu bisa diatur dalam pedoman teknis. 

    “Idealnya tidak ada lagi pungutan.”

    “Tapi, tergantung kebijaka Wali Kota Semarang.”

    “Kalau dibuat seperti itu, ini adalah langkah gebrakan bagus bagaimana meminimalkan iuran di tingkat RT,” ucapnya. 

    Reaksi Ketua RT di Kota Semarang

    Terpisah, Ketua RT di Kota Semarang menyambut baik program Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti tentang dana operasipnal RT Rp25 juta pertahun.

    Saat ini, mereka menunggu aturan terkait program tersebut.

    Ketua RT 11 RW 03 Kelurahan Wates, Kecamatan Ngaliyan, Muhammad Asyar mengatakan, program itu sudah didengungkan sejak masa kampanye.

    Setelah Wali Kota sudah dilantik, masyarakat pun menunggu realisasi program tersebut.

    Menurut dia, program itu bisa membantu masyarakat.

    Dana itu diharapkan bisa membantu kegiatan masyarakat.

    Mengingat selama ini, masyarakat seringkali iuran untuk membuat kegiatan.

    “Biasanya Agustusan iuran, suro iuran.”

    “Kalau ada itu (dana Rp 25 juta) mungkin bisa meringankan.”

    “Masyarakat bisa membuat acara lebih meriah lagi,” ujar Asyar, Rabu (23/4/2025).

    Tidak melulu untuk kegiatan, lanjut Asyar, dana operasional itu juga diharapkan bisa untuk ekonomi produktif.

    Misalnya pengelolaan sampah atau kegiatan lain yang bisa memutar perekonomian masyarakat setempat.

    Hanya saja, hingga kini pihaknya masih menunggu aturan dan petunjuk pelaksaaan (juklak) serta petunjuk teknis (juknis).

    Dengan aturan yang jelas, dia berharap, RT tidak salah langkah dalam penggunaan anggaran tersebut, sehingga tidak sampai menimbulkan persoalan di kemudian hari.

    “Prinsipnya, kami nunggu perwal, juklak, juknis, penggunaannya untuk apa saja, pertanggungjawabannya seperti apa.”

    “Pada dasarnya, kami memyambut baik,” tuturnya. 

    Sebelumnya, Wali Kota Semarang, Agustina Wilujeng Pramestuti akan segera merealisasikan dana operasional Rp25 juta per RT pertahun.

    Anggaran telah dibahas dan akan masuk pada APBD Perubahan 2025.

    Program dana operasional tiap RT ini menjadi janji kampanye Agustina bersama wakilnya, Iswar Aminuddin.

    Pencairan dana operasional RT diperkirakan pada Juli atau Agustus 2025. 

    Agustina mengatakan, ada syarat administratif yang harus dipenuhi untuk pencairan dana operasional tersebut.

    Semua ketua RT di Semarang akan dilakukan pembaharuan surat keputuhan (SK).

    Pembaharuan SK ini untuk mengantisipasi adanya ketua RT yang sudah tidak aktif. 

    “Khawatirnya ada yang sudah meninggal, ada yang masa bakti habis, harus diperbarui, dan lain sebagainya,” paparnya, Senin (21/4/2025). 

    Agustina melanjutkan, pencairan dana operasional RT akan dilakukan secara nontunai agar terhindar dari risiko bocor, uang rusak, maupun lainnya.

    Pemkot Semarang akan bekerja sama dengan Bank Jateng untuk penyaluran dana operasional ini.

    Dana akan digelontor langsung Rp25 juta.

    Maka, setiap RT perlu membuka rekening.

    Dia menyebut, ada sekira 10.600 RT di Kota Semarang.

    Dia memastikan, anggaran Kota Semarang mencukupi untuk merealisasikan programnya. (*)

  • 5 Pernyataan Menkop dan UKM Budi Arie Setiadi Saat Luncurkan Website Koperasi Merah Putih – Page 3

    5 Pernyataan Menkop dan UKM Budi Arie Setiadi Saat Luncurkan Website Koperasi Merah Putih – Page 3

    Menteri Koperasi dan UKM, Budi Arie Setiadi, menegaskan bahwa kehadiran Koperasi Desa (KopDes) Merah Putih menjadi terobosan strategis dalam memotong rantai pasok pangan yang selama ini dikuasai oleh para tengkulak atau makelar.

    Menurutnya, fleksibilitas yang dimiliki oleh KopDes jauh lebih unggul dibandingkan tengkulak.

    “Loh KopDes bisa minjemin tenang aja ada banknya banyak. Ada unit simpan pinjam, fleksibelitas lebih kuatan KoDes daripada tengkulak, karena comprehensive dari mulai konsumen Unit simpan pinjam sampai nanti Koperasi desa merah putih ini Untuk menampung jadi off taker,” kata Budi.

    Dalam sistem yang ditawarkan KopDes Merah Putih, koperasi desa tidak hanya menjadi tempat simpan pinjam, tetapi juga berperan sebagai penampung hasil panen masyarakat desa. Peran ini sangat penting sebagai solusi jangka panjang untuk menciptakan ekosistem ekonomi desa yang berkelanjutan dan berkeadilan.

    Lebih lanjut, Budi Arie juga menyinggung perjalanan awal dana desa yang dimulai pada 2014–2015. Saat itu, banyak kepala desa masih belum memahami mekanisme pengelolaan dana secara baik, sehingga menimbulkan banyak persoalan.

    Namun, seiring berjalannya waktu dan pengawasan yang semakin ketat, termasuk dari media sosial, transparansi dan akuntabilitas penggunaan dana desa meningkat signifikan.

    “Sejarahnya awal dana desa Tahun 2014-2015 kepala desa Kita masih ngawur-ngawur. Tapi begitu tahun kedua tahun ketiga makin lama makin sedikit masalah,” ujarnya.

    Oleh karena itu, melalui KopDes Merah Putih diharapkan menjadi motor penggerak ekonomi desa yang mampu memberdayakan masyarakat secara menyeluruh, sekaligus menegaskan bahwa penguatan koperasi adalah kunci utama mewujudkan kedaulatan ekonomi di akar rumput.

    “Tapi yang pasti saya pastikan Kok desa merah putih ini Kalau pun ada masalah itu bukan terstruktur, sistematis, dan masif (TSM), Bukan perintah bukan regulasi yang salah, Pasti oknum-oknum di Bawah,” ucap Budi Arie.

     

  • Pemkab Blitar Tengah Proses Pencairan 220 Dana Desa Rp239,4 M

    Pemkab Blitar Tengah Proses Pencairan 220 Dana Desa Rp239,4 M

    Blitar (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Blitar kini tengah memproses pencairan dana desa untuk 220 desa. Proses ini dilakukan usai 220 desa Kabupaten Blitar telah mengajukan dokumen pencairan.

    Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Kabupaten Blitar, Bambang Dwi menegaskan bahwa pencairan dana desa tahap pertama ini tidak bisa dilakukan secara langsung dan harus melalui sejumlah prosedur. Pasalnya dalam hal ini, pihak desa harus melengkapi persyaratan agar bisa melakukan pencairan dana desa.

    “Sekarang sedang on proses. Semua desa sudah mengajukan pencairan dana desa tahap pertama,” kata Bambang Dwi, Selasa (22/4/2025).

    Diketahui anggaran Dana Desa Tahun 2025 Kabupaten Blitar sebesar Rp239,4 miliar. Pagu anggaran Dana Desa ini dipastikan naik dibanding tahun ini Dana Desa Rp230,8 miliar

    Saat ini DPMD Kabupaten Blitar menggunakan Peraturan Menteri Desa nomor 7 tahun 2023 untuk penyusunan penyaluran dana desa. Jika tidak ada perubahan maka penyaluran dana desa untuk 220 desa di Kabupaten Blitar bakal dilakukan dalam 2 tahap.

    Tahap pertama ini dana desa bakal dicairkan sebesar 60 persen, sementara tahap kedua senilai 40 persen dari pagu anggaran masing-masing desa.

    “Semua desa sudah mengajukan, dan on proses pencairan,” tandasnya. [owi/beq]

  • Video Bangun Patung Biawak Realistis Tanpa APBD, Tugu Krasak Menyawak di Wonosobo Curi Perhatian

    Video Bangun Patung Biawak Realistis Tanpa APBD, Tugu Krasak Menyawak di Wonosobo Curi Perhatian

    TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO –  Berikut ini video Bangun Patung Biawak Realistis Tanpa APBD, Tugu Krasak Menyawak di Wonosobo Curi Perhatian Publik 

    Ikon baru tugu patung biawak di Kabupaten Wonosobo akhir-akhir ini mencuri perhatian masyarakat luas.

    Tugu yang berlokasi di jalur Wonosobo-Banjarnegara turut Desa Krasak, Kecamatan Selomerto ini dinilai memiliki tampilan yang mirip dengan biawak sungguhan.

    Pembuatan tugu ini diinisiasi oleh pemuda karang taruna desa setempat dan pembuatannya dinahkodai oleh seniman asli Wonosobo bernama Arianto.

    Ahmad Gunawan Wibisono selaku Ketua Karang Taruna Kecamatan Selomerto menjelaskan ide awal pembuatan tugu patung biawak ini. Ia mengatakan tugu ini bernama Tugu Krasak Menyawak. Dalam bahasa Jawa menyawak berarti biawak.

    Hewan reptil biawak ini telah lama dikenal masyarakat Desa Krasak Wonosobo yang habitatnya telah ada sejak dahulu bahkan disebut-sebut terjaga hingga saat ini.

    Habitat biawak hidup di aliran sungai serayu tepatnya di bawah jembatan menyawak desa ini. 

    Lokasinya sekitar 100 meter ke arah timur dari tugu patung biawak ini. 

    “Kenapa disebut jembatan menyawak ya karena di situ jadi habitat endemik terbanyak satwa biawak. Untuk lebih mengenal itu makanya kita bangun Tugu Krasak Menyawak,” terangnya.

    Tidak hanya itu di tempat ini juga memiliki nilai sejarah. Tempat ini menjadi saksi peristiwa sejarah berlangsungnya agresi militer Belanda pertama yang terus dikenang hingga saat ini.

    “Waktu itu agresi militer Belanda pertama itu terjadi pertempuran antara tentara Sekutu NICA dengan tentara Jepang itu berlangsung di tugu menyawak ada di belakang kita, di jembatan menyawak,” jelasnya.

    Secara fisik tugu patung biawak ini memiliki tinggi 7 meter dengan lebar 4 meter. Tampak secara kasat mata patung biawak berwarna hitam dengan corak kuning sedang merayap di sebuah batu dengan lidah yang menjulur keluar dan menoleh ke arah kiri.

    Sebetulnya pengerjaan tugu ini masih belum selesai sepenuhnya, masih ada finishing dan penambahan pada area di sekitarnya seperti taman dan bangku-bangku untuk menambah keestetikannya. 

    Meskipun begitu tugu ini berhasil menarik perhatian masyarakat. Tidak sedikit pengguna jalan yang sengaja berhenti untuk berfoto dan mengabadikan gambar Tugu Krasak Menyawak ini.

    “Peletakan batu pertama di tanggal 3 Februari 2025 dan selesai tepat satu setengah bulan. Tapi rencananya akan ada penambahan lainnya,” imbuhnya.

    Selain bentuk patungnya yang dipuji, banyak beredar luas terkait anggaran pembuatannya yang diisukan menggunakan anggaran dana desa senilai Rp 50 juta. Mengklarifikasi hal tersebut, Kepala Desa Krasak, Supinah menuturkan kabar tersebut tidaklah benar.

    “Saya klarifikasi itu bukan dari anggran desa, itu dari anggaran CSR dari kabupaten dan dibantu swadaya dari masyarakat seperti gotong-royongnya dan konsumsi selama pembangunannya,” ucapnya saat ditemui tribunjateng.com di kantor desa setempat.

    Sementara itu di tempat yang berbeda Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat juga menyampaikan terkait dengan anggaran pembuatan tugu tersebut juga bukan berasal dari APBD kabupaten melainkan bantuan dari BUMD di Kabupaten Wonosobo.

    “Kita coba wujudkan keinginan masyarakat. Pemerintah daerah kan enggak punya duit. Kami terus terang tidak anggarkan lewat APBD. Justru kami mencoba memantik, menyentuh teman-teman BUMD, yuk gotong royong, kemudian itu bisa terealisasi,” ucapnya.

    Bupati mengapresiasi betul hasil tugu biawak yang dibangun mendapatkan perhatian positif dari masyarakat luas dan dapat mengangkat nama Wonosobo. 

    Tidak hanya itu ia juga berterima kasih kepada seniman asli Wonosobo Arianto yang telah mendedikasikan waktu dan tenaga untuk membuat karya yang luar biasa ini.

    “Kami percayakan kepada Mas Ari, saya percaya beliau bisa mewujudkan apa yang menjadi keinginan masyarakat dan pemerintah kabupaten. Termasuk lukisan bupati-bupati di pendopo ini semua produknya Mas Ari, dan bagus-bagus,” tuturnya.

    Berkesempatan juga hari ini tribunjateng.com bertemu dengan seniman yang membuat tugu biawak ini. Arianto yang akrab di sapa Ari ini rupanya lama berkecimpung pada dunia seni lukis yang dulunya mengenyam bangku kuliah di ISI Surakarta.

    Seiring berjalannya waktu, secara otodidak ia mulai belajar membuat patung hingga karya terbaiknya dapat terkenal seperti saat ini.

    Terkait besaran nominal pembuatan tugu biawak ini ia pun enggan menyebut angka pastinya, ia mengatakan tidak sampai menembus angka Rp 1 miliar.

    “Saya sebagai seniman itu sebetulnya kurang etis menyebut nominal. Kalau tahu prosesnya ini saja saya ngawali sampai ibaratnya berhutang. Kalau kok ditulis Rp 50 juta, uh banyak sekali. Saya didawuhi Bupati dan dana seadanya saya pasti buat semampu saya. Misal saya dikasih Rp 1 miliar, 4 penjuru mata angin tak bangun, serius,” ucapnya.

    Diceritakannya dalam membuat tugu patung biawak ini ia rela membeli biawak sungguhan untuk diobservasi agar karya yang akan dibuatnya dapat betul-betul sesuai aslinya.

    Ia mengungkapkan kesulitan dalam membuat seni patung adalah menciptakan ruh dalam patung tersebut agar bisa dinikmati orang yang melihat.

    “Jadi karya sebagus apapun ketika tidak punya ruh, sel, ataupun jiwa ya kurang. Dalam karya itu ya menurut saya seperti orang cantik tapi juga harus yang smart. Jadi semoga karya-karya yang nanti tercipta ya cantik, ya pintar,” terangnya.

    Ia berharap ke depannya dapat membuat patung kembali dengan karya yang lebih megah dari ini dan ia dedikasikan karyanya untuk Kabupaten Wonosobo tercinta. (ima) 

  • Inilah Sosok Arianto Pria yang Membuat Tugu Biawak Viral di Wonosobo, Ternyata Tanpa Anggaran APBD

    Inilah Sosok Arianto Pria yang Membuat Tugu Biawak Viral di Wonosobo, Ternyata Tanpa Anggaran APBD

    TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO – Ikon baru tugu patung biawak di Kabupaten Wonosobo akhir-akhir ini mencuri perhatian masyarakat luas.

    Tugu Biawak itu viral di media sosial setelah dibandingkan dengan Tugu Penyu di Sukabumi.

    Bukan hanya karena bentuknya yang memang mirip asli, namun juga anggaran yang berbeda jauh.

    Tugu yang berlokasi di jalur Wonosobo-Banjarnegara turut Desa Krasak, Kecamatan Selomerto ini dinilai memiliki tampilan yang mirip dengan biawak sungguhan.

    Pembuatan tugu ini diinisiasi oleh pemuda karang taruna desa setempat dan pembuatannya dinahkodai oleh seniman asli Wonosobo bernama Arianto.

    SENIMAN ARIANTO – Arianto, seniman asli Wonosobo yang membuat Tugu Krasak Menyawak. Karyanya viral di media sosial karena memiliki bentuk yang realistis sama seperti biawak sungguhan. Untuk menciptakan karya indah ini ia rela membeli biawak sungguhan agar dapat menciptakan karya yang sesuai aslinya. (Tribunjateng.com/Imah Masitoh )

    Ahmad Gunawan Wibisono selaku Ketua Karang Taruna Kecamatan Selomerto menjelaskan ide awal pembuatan tugu patung biawak ini. Ia mengatakan tugu ini bernama Tugu Krasak Menyawak. Dalam bahasa Jawa menyawak berarti biawak.

    Hewan reptil biawak ini telah lama dikenal masyarakat Desa Krasak Wonosobo yang habitatnya telah ada sejak dahulu bahkan disebut-sebut terjaga hingga saat ini.

    Habitat biawak hidup di aliran sungai serayu tepatnya di bawah jembatan menyawak desa ini. Lokasinya sekitar 100 meter ke arah timur dari tugu patung biawak ini. 

    “Kenapa disebut jembatan menyawak ya karena di situ jadi habitat endemik terbanyak satwa biawak. Untuk lebih mengenal itu makanya kita bangun Tugu Krasak Menyawak,” terangnya.

    Tidak hanya itu di tempat ini juga memiliki nilai sejarah. Tempat ini menjadi saksi peristiwa sejarah berlangsungnya agresi militer Belanda pertama yang terus dikenang hingga saat ini.

    “Waktu itu agresi militer Belanda pertama itu terjadi pertempuran antara tentara Sekutu NICA dengan tentara Jepang itu berlangsung di tugu menyawak ada di belakang kita, di jembatan menyawak,” jelasnya.

    Secara fisik tugu patung biawak ini memiliki tinggi 7 meter dengan lebar 4 meter. Tampak secara kasat mata patung biawak berwarna hitam dengan corak kuning sedang merayap di sebuah batu dengan lidah yang menjulur keluar dan menoleh ke arah kiri.

    Sebetulnya pengerjaan tugu ini masih belum selesai sepenuhnya, masih ada finishing dan penambahan pada area di sekitarnya seperti taman dan bangku-bangku untuk menambah keestetikannya. 

    Meskipun begitu tugu ini berhasil menarik perhatian masyarakat. Tidak sedikit pengguna jalan yang sengaja berhenti untuk berfoto dan mengabadikan gambar Tugu Krasak Menyawak ini.

    “Peletakan batu pertama di tanggal 3 Februari 2025 dan selesai tepat satu setengah bulan. Tapi rencananya akan ada penambahan lainnya,” imbuhnya.

    Selain bentuk patungnya yang dipuji, banyak beredar luas terkait anggaran pembuatannya yang diisukan menggunakan anggaran dana desa senilai Rp 50 juta.

    Mengklarifikasi hal tersebut, Kepala Desa Krasak, Supinah menuturkan kabar tersebut tidaklah benar.

    “Saya klarifikasi itu bukan dari anggran desa, itu dari anggaran CSR dari kabupaten dan dibantu swadaya dari masyarakat seperti gotong-royongnya dan konsumsi selama pembangunannya,” ucapnya saat ditemui tribunjateng.com di kantor desa setempat.

    Sementara itu di tempat yang berbeda Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat juga menyampaikan terkait dengan anggaran pembuatan tugu tersebut juga bukan berasal dari APBD kabupaten melainkan bantuan dari BUMD di Kabupaten Wonosobo.

    “Kita coba wujudkan keinginan masyarakat. Pemerintah daerah kan enggak punya duit. Kami terus terang tidak anggarkan lewat APBD. Justru kami mencoba memantik, menyentuh teman-teman BUMD, yuk gotong royong, kemudian itu bisa terealisasi,” ucapnya.

    Bupati mengapresiasi betul hasil tugu biawak yang dibangun mendapatkan perhatian positif dari masyarakat luas dan dapat mengangkat nama Wonosobo. 

    Tidak hanya itu ia juga berterima kasih kepada seniman asli Wonosobo Arianto yang telah mendedikasikan waktu dan tenaga untuk membuat karya yang luar biasa ini.

    “Kami percayakan kepada Mas Ari, saya percaya beliau bisa mewujudkan apa yang menjadi keinginan masyarakat dan pemerintah kabupaten. Termasuk lukisan bupati-bupati di pendopo ini semua produknya Mas Ari, dan bagus-bagus,” tuturnya.

    Berkesempatan juga hari ini tribunjateng.com bertemu dengan seniman yang membuat tugu biawak ini. Arianto yang akrab di sapa Ari ini rupanya lama berkecimpung pada dunia seni lukis yang dulunya mengenyam bangku kuliah di ISI Surakarta.

    Seiring berjalannya waktu, secara otodidak ia mulai belajar membuat patung hingga karya terbaiknya dapat terkenal seperti saat ini.

    Terkait besaran nominal pembuatan tugu biawak ini ia pun enggan menyebut angka pastinya, ia mengatakan tidak sampai menembus angka Rp 1 miliar.

    “Saya sebagai seniman itu sebetulnya kurang etis menyebut nominal. Kalau tahu prosesnya ini saja saya ngawali sampai ibaratnya berhutang. Kalau kok ditulis Rp 50 juta, uh banyak sekali. Saya didawuhi Bupati dan dana seadanya saya pasti buat semampu saya. Misal saya dikasih Rp 1 miliar, 4 penjuru mata angin tak bangun, serius,” ucapnya.

    Diceritakannya dalam membuat tugu patung biawak ini ia rela membeli biawak sungguhan untuk diobservasi agar karya yang akan dibuatnya dapat betul-betul sesuai aslinya.
     
    Ia mengungkapkan kesulitan dalam membuat seni patung adalah menciptakan ruh dalam patung tersebut agar bisa dinikmati orang yang melihat.

    “Jadi karya sebagus apapun ketika tidak punya ruh, sel, ataupun jiwa ya kurang. Dalam karya itu ya menurut saya seperti orang cantik tapi juga harus yang smart. Jadi semoga karya-karya yang nanti tercipta ya cantik, ya pintar,” terangnya.

    Ia berharap ke depannya dapat membuat patung kembali dengan karya yang lebih megah dari ini dan ia dedikasikan karyanya untuk Kabupaten Wonosobo tercinta. (ima)

     

     

  • Video Bangun Patung Biawak Realistis Tanpa APBD, Tugu Krasak Menyawak di Wonosobo Curi Perhatian

    Pembuatan Patung Biawak Tanpa Anggaran APBD, Tugu Krasak Menyawak di Wonosobo Curi Perhatian

    TRIBUNJATENG.COM, WONOSOBO – Ikon baru tugu patung biawak di Kabupaten Wonosobo akhir-akhir ini mencuri perhatian masyarakat luas.

    Tugu yang berlokasi di jalur Wonosobo-Banjarnegara turut Desa Krasak, Kecamatan Selomerto ini dinilai memiliki tampilan yang mirip dengan biawak sungguhan.

    Pembuatan tugu ini diinisiasi oleh pemuda karang taruna desa setempat dan pembuatannya dinahkodai oleh seniman asli Wonosobo bernama Arianto.

    Ahmad Gunawan Wibisono selaku Ketua Karang Taruna Kecamatan Selomerto menjelaskan ide awal pembuatan tugu patung biawak ini. Ia mengatakan tugu ini bernama Tugu Krasak Menyawak. Dalam bahasa Jawa menyawak berarti biawak.

    Hewan reptil biawak ini telah lama dikenal masyarakat Desa Krasak Wonosobo yang habitatnya telah ada sejak dahulu bahkan disebut-sebut terjaga hingga saat ini.

    Habitat biawak hidup di aliran sungai serayu tepatnya di bawah jembatan menyawak desa ini. 

    Lokasinya sekitar 100 meter ke arah timur dari tugu patung biawak ini. 

    “Kenapa disebut jembatan menyawak ya karena di situ jadi habitat endemik terbanyak satwa biawak. Untuk lebih mengenal itu makanya kita bangun Tugu Krasak Menyawak,” terangnya.

    TUGU KRASAK MENYAWAK – Penampakan tugu patung biawak bernama Tugu Krasak Menyawak yang berlokasi di jalur Wonosobo-Banjarnegara turut Desa Krasak, Kecamatan Selomerto, Senin (21/4/2025). Tugu ini viral lantaran memiliki bentuk yang dinilai mirip dengan biawak sungguhan dan disebut-sebut dibangun dengan anggaran yang tidak fantastis.

    Tidak hanya itu di tempat ini juga memiliki nilai sejarah. Tempat ini menjadi saksi peristiwa sejarah berlangsungnya agresi militer Belanda pertama yang terus dikenang hingga saat ini.

    “Waktu itu agresi militer Belanda pertama itu terjadi pertempuran antara tentara Sekutu NICA dengan tentara Jepang itu berlangsung di tugu menyawak ada di belakang kita, di jembatan menyawak,” jelasnya.

    Secara fisik tugu patung biawak ini memiliki tinggi 7 meter dengan lebar 4 meter. Tampak secara kasat mata patung biawak berwarna hitam dengan corak kuning sedang merayap di sebuah batu dengan lidah yang menjulur keluar dan menoleh ke arah kiri.

    Sebetulnya pengerjaan tugu ini masih belum selesai sepenuhnya, masih ada finishing dan penambahan pada area di sekitarnya seperti taman dan bangku-bangku untuk menambah keestetikannya. 

    Meskipun begitu tugu ini berhasil menarik perhatian masyarakat. Tidak sedikit pengguna jalan yang sengaja berhenti untuk berfoto dan mengabadikan gambar Tugu Krasak Menyawak ini.

    “Peletakan batu pertama di tanggal 3 Februari 2025 dan selesai tepat satu setengah bulan. Tapi rencananya akan ada penambahan lainnya,” imbuhnya.

    Selain bentuk patungnya yang dipuji, banyak beredar luas terkait anggaran pembuatannya yang diisukan menggunakan anggaran dana desa senilai Rp 50 juta. Mengklarifikasi hal tersebut, Kepala Desa Krasak, Supinah menuturkan kabar tersebut tidaklah benar.

    “Saya klarifikasi itu bukan dari anggran desa, itu dari anggaran CSR dari kabupaten dan dibantu swadaya dari masyarakat seperti gotong-royongnya dan konsumsi selama pembangunannya,” ucapnya saat ditemui tribunjateng.com di kantor desa setempat.

    Sementara itu di tempat yang berbeda Bupati Wonosobo Afif Nurhidayat juga menyampaikan terkait dengan anggaran pembuatan tugu tersebut juga bukan berasal dari APBD kabupaten melainkan bantuan dari BUMD di Kabupaten Wonosobo.

    “Kita coba wujudkan keinginan masyarakat. Pemerintah daerah kan enggak punya duit. Kami terus terang tidak anggarkan lewat APBD. Justru kami mencoba memantik, menyentuh teman-teman BUMD, yuk gotong royong, kemudian itu bisa terealisasi,” ucapnya.

    Bupati mengapresiasi betul hasil tugu biawak yang dibangun mendapatkan perhatian positif dari masyarakat luas dan dapat mengangkat nama Wonosobo. 

    Tidak hanya itu ia juga berterima kasih kepada seniman asli Wonosobo Arianto yang telah mendedikasikan waktu dan tenaga untuk membuat karya yang luar biasa ini.

    “Kami percayakan kepada Mas Ari, saya percaya beliau bisa mewujudkan apa yang menjadi keinginan masyarakat dan pemerintah kabupaten. Termasuk lukisan bupati-bupati di pendopo ini semua produknya Mas Ari, dan bagus-bagus,” tuturnya.

    Berkesempatan juga hari ini tribunjateng.com bertemu dengan seniman yang membuat tugu biawak ini. Arianto yang akrab di sapa Ari ini rupanya lama berkecimpung pada dunia seni lukis yang dulunya mengenyam bangku kuliah di ISI Surakarta.

    Seiring berjalannya waktu, secara otodidak ia mulai belajar membuat patung hingga karya terbaiknya dapat terkenal seperti saat ini.

    Terkait besaran nominal pembuatan tugu biawak ini ia pun enggan menyebut angka pastinya, ia mengatakan tidak sampai menembus angka Rp 1 miliar.

    “Saya sebagai seniman itu sebetulnya kurang etis menyebut nominal. Kalau tahu prosesnya ini saja saya ngawali sampai ibaratnya berhutang. Kalau kok ditulis Rp 50 juta, uh banyak sekali. Saya didawuhi Bupati dan dana seadanya saya pasti buat semampu saya. Misal saya dikasih Rp 1 miliar, 4 penjuru mata angin tak bangun, serius,” ucapnya.

    Diceritakannya dalam membuat tugu patung biawak ini ia rela membeli biawak sungguhan untuk diobservasi agar karya yang akan dibuatnya dapat betul-betul sesuai aslinya.

    Ia mengungkapkan kesulitan dalam membuat seni patung adalah menciptakan ruh dalam patung tersebut agar bisa dinikmati orang yang melihat.

    “Jadi karya sebagus apapun ketika tidak punya ruh, sel, ataupun jiwa ya kurang. Dalam karya itu ya menurut saya seperti orang cantik tapi juga harus yang smart. Jadi semoga karya-karya yang nanti tercipta ya cantik, ya pintar,” terangnya.

    Ia berharap ke depannya dapat membuat patung kembali dengan karya yang lebih megah dari ini dan ia dedikasikan karyanya untuk Kabupaten Wonosobo tercinta. (ima) 

  • Segini Besaran Gaji Ketua RT Kota Pekanbaru Riau

    Segini Besaran Gaji Ketua RT Kota Pekanbaru Riau

    TRIBUNJATENG.COM– Segini besaran gaji ketua RT di Kota Pekanbaru, Riau.

    Ketua RT merupakan bagian dari struktur pemerintahan yang paling dasar, yang berada di tingkat desa atau kelurahan.

    Pemberian insentif kepada RT dan RW diatur dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 43 Tahun 2014, yang merupakan pelaksanaan dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

    Sumber anggaran insentif ini berasal dari dana desa (DD), alokasi dana desa (ADD), atau Pendapatan Asli Daerah (PAD).

    Karena itu, besaran insentif yang diberikan kepada RT dan RW dapat bervariasi antar desa.

    Tugas dan fungsi utama mereka diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (UU Desa) serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun 2015 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Desa (Permendagri 84/2015).

    Berdasarkan kebijakan pemerintah kota Pekanbaru gaji ketua RT sebesar Rp500 ribu.

    Berdasarkan UU Desa, tugas pokok dan fungsi ketua RT adalah sebagai berikut:

    Membantu ketua RW dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi lembaga kemasyarakatan desa;
    Membantu ketua RW dalam mengkoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan program pembangunan desa di wilayahnya;
    Membantu ketua RW dalam mengumpulkan dan menyampaikan data dan informasi desa;
    Membantu ketua RW dalam menyelesaikan permasalahan yang terjadi di wilayahnya;
    Membantu ketua RW dalam meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa;
    Melakukan tugas lain yang diberikan oleh ketua RW sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya.Menjaga kerukunan antar warga
    Mematuhi/melaksanakan keputusan Forum Musyawarah Warga
    Menunjang terselenggaranya tugas dan kewajiban RT
    Berperan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh RT
    Wajib membayar Iuaran Pemeliharaan Lingkungan (IPL)
     
    Setiap Anggota RT mempunyai hak :

    Mendapatkan pelayanan administrasi kependudukan dari RT
    Mengajukan usul dan pendapat dalam rapat forum musyawarah warga
    Memilih dan dipilih sebagai pengurus RT
    Turut serta dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh RT
    Memakai fasum/ fasos dengan mengikuti tata tertib yang berlaku
    Hak atas laporan kegiatan/ laporan keuangan RT

    Tugas Pengurus Rukun Tetangga
    Membantu tugas-tugas pelayananan kepada warga yang menjadi tanggungjawab pemerintah daerah
    Memelihara kerukunan warga, menanamkan dan memupuk rasa persatuan dan kesatuan warga
    Menyusun rencana pelaksanaan pembangunan dengan menggerakan kesadaran warga dalam bergotong royong.
     
    Fungsi Pengurus RT adalah:

    Pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya
    Memelihara keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga
    Menangani masalah-masalah sosial warga
    Pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan mengembangkan aspirasi dan swadaya wargga
    Menggerakan swadaya gotong royong dan partisipasi warga
    Mediasi komunikasi, informasi, sosialisasi antara kelurahan dengan masyarakat
    Sebagai wadah untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan warga yang dilandasi semangat kekeluargaan dan kegotong royongan.
     

    Kewajiban Pengurus Rukun Tetangga

    Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, UUD Tahun 1945 serta menjaga keutuhan NKRI
    Menjalin hubungan kemitraan dengan berbagai pihak yang terkait
    Menaati peraturan perundang-undangan
    Menjaga etika dan norma dalam kehidupan bermasyarakat
    Membantu Lurah dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
    Melaksanakan keputusan musyawarah warga
    Membina kerukunan hidup warga
    Memberikan pelayanan kemasyarakatan kepada anggota tanpa diskriminasi
    Membuat laporan tertulis mengenai kegiatan organisasi paling sedikit tiga bulan sekali
    Melaporkan kepada RW dan Lurah atas kejadian yang terjadi dan dipandang perlu untuk mendapat penyelesaian oleh Pemerintah Daerah.
     

    Hak Pengurus Rukun Tetangga

    Menyampaikan pendapat dalam musyawarah warga
    Memilih dan dipilih sebagai Pengurus
    Menyampaikan saran-saran dan pertimbangan kepada kelurahan melalui RW untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugas pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan
    Berinovasi dan mengembangkan kreasi yang menunjang pelaksanaan tugasnya sebagai pengurus
    Menerima pembinaan dari Kelurahan, Kecamatan, dan Pemerintah Daerah
    Mendapatkan bantuan operasional yang sesuai dengan kemampuan keuangan Daerah dan ditetapkan berdasarkan Peraturan Walikota.
     

     

     

     

  • Mendes Yandri Minta Jajaran Kemendes Menyajikan Data Akurat dalam Melakukan Pendataan Indeks Desa – Halaman all

    Mendes Yandri Minta Jajaran Kemendes Menyajikan Data Akurat dalam Melakukan Pendataan Indeks Desa – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal (Mendes PDT) Yandri Susanto meminta jajaran Kemendes untuk menyajikan data-data yang akurat dalam melakukan pendataan indeks desa.

    Awalnya, Yandri menjelaskan bahwa Pendataan Indeks Desa ini pertama kali dilakukan.

    “Maka ini tonggak bagi kita untuk meneropong tentang desa itu benar adanya,” kata Yandri dalam sambutannya di Sosialisasi Pendataan Indeks Desa 2025 secara daring, Kamis (17/4/2025).

    Dia pun meminta para kepala desa, kepala camat, dinas PMD kabupaten dan provinsi, termasuk pendamping desa, untuk memastikan parameter yang sudah ditentukan sebagai indeks desa itu dilakukan secara jujur.

    “Jadi nanti kita akan melihat bagaimana desa itu apakah sudah menjadi mandiri, maju, berkembang, tertinggal, dan sangat tertinggal,” katanya.

    Dia mengatakan saat ini masih ada lebih dari 10 ribu desa tertinggal, 26 kabupaten tertinggal, 20 ribu desa lebih yang belum memiliki internet.

    Karena itulah, penting bagi Kemendes untuk menyajikan data yang akurat, sehingga laporan kepada Presiden Prabowo Subianto bisa tepat dan efisien.

    “Ini penting kita akan melihat bagaimana sesungguhnya desa itu secara data benar, dengan data itu, maka kebijakan pembangunan baik dari pusat maupun provinsi dan dana desa alokasinya kemudian dari kabupaten dan pada akhirnya di lokus desa akan sama,” kata dia.

    “Jangan sampai datanya berbeda-beda atau diada-adakan atau tidak jujur, saya kira ini akan jadi malapetaka buat kita dalam membuat kebijakan karena data salah ya muaranya pasti salah,” tandas Yandri.