Siswa Teriak Gerah Imbas Rombel, Kepala SMAN Depok: PR Kita Pemeliharaan AC
Tim Redaksi
DEPOK, KOMPAS.com –
Kepala SMA Negeri 1
Depok
Usep Kasman mengaku pemeliharaan pendingin udara (AC) bakal rutin dilakukan dalam mengatasi kondusivitas belajar menyusul kebijakan
rombongan belajar
(rombel) 50 murid yang digagas Gubernur Jawa Barat
Dedi Mulyadi
.
Ketentuan ini membuat luas ruangan dimanfaatkan secara maksimal untuk menampung lebih banyak siswa, namun berimbas pada suhu udara ruangan.
“PR tersendiri (untuk kebijakan ini) adalah ketika harus maintenance AC tapi itu risiko dan saya kira bisa dipenuhi dari Dana BOS,” kata Usep saat ditemui Kompas.com di lokasi, Jumat (25/7/2025).
Di
SMA Negeri 1 Depok
, setiap kelas sudah tersedia dua unit AC yang disebutkan telah ada sejak beberapa tahun lamanya.
Sesuai kapasitasnya, AC kelas berperan vital untuk kenyamanan murid di kelas.
Terlebih, letak geografis Depok mengharuskan sekolah menyediakan fasilitas ini.
“(AC ada) tapi memang kalau ingin dingin (ruang kelas) ya mungkin tidak, tapi kalau sekadar adem ya bisa,” tutur Usep.
Berdasarkan pemantauan Kompas.com dari lokasi, seorang murid laki-laki kelas X-7 bahkan berteriak “gerah” ke Usep yang sengaja mengunjungi beberapa kelas 10.
Hal ini terjadi saat berkunjung melihat suasana kegiatan belajar di SMA Negeri 1 Depok dan turut didampingi Usep.
“Gerah, Pak,” ucap laki-laki itu.
“Baik, nak. Nanti AC-nya dicek lagi ya biar bisa makin dingin,” jawab Usep kepada murid tersebut.
Beberapa siswa terlihat memegang kipas tangan berbahan kayu dan sibuk mengipasi wajahnya.
Hal itu dilakukannya sembari mendengarkan materi dari guru di depan kelas.
Tak sedikit beberapa siswa lainnya bahkan mengipasi wajah menggunakan buku tulis miliknya atau telapak tangan sendiri.
“Ya jadi memang AC kalau di Depok jelas dibutuhkan, kalau sekolah kayak di Cianjur gitu mungkin enggak perlu. Tapi di sini ya harus,” lanjut Usep.
Sebelumnya diberitakan, SMA Negeri 1 Depok menerapkan kebijakan rombel 50 murid yang digagas Dedi Mulyadi.
SMA Negeri 1 Depok mempunyai 10 rombel untuk siswa kelas 10 dengan jumlah murid setiap kelasnya rata-rata 48 orang.
Ruang kelas 10 ditempatkan di salah satu gedung lama dan di lantai dasar.
Ruangan-ruangan ini tampak lebih luas dibanding kelas lainnya, khususnya kelas 11 dan 12.
Dalam beberapa kelas yang dikunjungi, terlihat susunan empat baris kursi dengan masing-masing enam meja ke belakang.
Jumlah kursi dan meja persis sesuai dengan jumlah siswa, yaitu 48 buah.
Jarak antarbaris meja mencapai 30-45 sentimeter, sementara jarak dari meja terdepan ke papan tulis berkisar 120-150 sentimeter.
Setiap kelas dilengkapi dua unit pendingin ruangan (AC) yang diperuntukkan menjaga kenyamanan proses belajar-mengajar berlangsung.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Topik: BOS
-

Video: Bos HRD Astronomer Resign Setelah Kegep Selingkuh di Konser Coldplay
Video: Bos HRD Astronomer Resign Setelah Kegep Selingkuh di Konser Coldplay
-

Bos WHO Sebut Blokade Bantuan Israel Picu Kelaparan Massal di Gaza
Jakarta –
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan pada Rabu (23/7/2025) bahwa Gaza tengah menghadapi kelaparan massal buatan manusia. Hal ini merujuk pada blokade Israel yang masih berlangsung dan pembatasan ketat terhadap pengiriman bantuan kemanusiaan.
“Saya tidak tahu apa yang akan Anda sebut selain kelaparan massal, itu perbuatan manusia dan itu sangat jelas,” tegas Tedros dalam konferensi pers virtual.
“Ini karena blokade,” sambungnya yang dikutip dari Channel News Asia, Jumat (25/7).
Komentar Tedros ini menyusul seruan lebih dari 100 lembaga bantuan yang memperingatkan krisis kelaparan yang semakin para di Gaza. Di mana berton-ton makanan, air bersih, dan pasokan medis masih tertahan di luar wilayah kantong tersebut.
Lembaga-lembaga bantuan mengungkapkan persediaan makanan Gaza telah habis sejak Israel memberlakukan blokade penuh pada Maret 2025. Ini dilakukan sebagai bagian dari perangnya melawan kelompok militan Palestina, Hamas.
Meskipun blokade telah dilonggarkan pada bulan Mei, organisasi internasional mengatakan hanya aliran bantuan terbatas yang mencapai populasi Gaza yang berjumlah 2,2 juta jiwa.
Israel menegaskan bahwa pembatasan diperlukan untuk mencegah pengalihan bantuan kepada militan, dan mengatakan telah memfasilitasi pengiriman makanan yang cukup. Israel telah berulang kali menyalahkan Hamas atas penderitaan di Gaza.
Kematian Meningkat Akibat Kelaparan
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan sekitar 10 orang lagi telah meninggal dalam semalam akibat kelaparan, sehingga totalnya menjadi 111 sejak konflik dimulai. Sebagian besar terjadi dalam beberapa minggu terakhir seiring meluasnya kelaparan.
WHO mengatakan setidaknya 21 kematian anak akibat malnutrisi telah dilaporkan sepanjang tahun ini. Tetapi, mereka menekankan bahwa jumlah sebenarnya kemungkinan jauh lebih tinggi.
“Pusat-pusat perawatan malnutrisi penuh dan kekurangan pasokan darurat,” kata para pejabat.
Tedros menambahkan bahwa Perserikatan Bangsa-Bangsa dan mitra kemanusiaannya tidak dapat mengirimkan makanan apapun antara bulan Maret dan Mei selama hampir 80 hari, dan bahwa pengiriman bantuan sejak saat itu masih belum mencukupi untuk memenuhi kebutuhan.
Menurut WHO, hasil skrining menunjukkan bahwa sekitar 10 persen penduduk Gaza menderita malnutrisi sedang atau berat, termasuk hingga 20 persen ibu hamil.
“Pada bulan Juli saja, 5.100 anak telah dimasukkan ke dalam program malnutrisi, termasuk 800 anak yang sangat kurus,” kata Rik Peeperkorn, perwakilan WHO untuk wilayah Palestina.
Halaman 2 dari 2
(sao/kna)
-

Bukan IT, Ini Jurusan yang Disarankan Bos Nvidia Jika Kuliah
Video: Bukan IT, Ini Jurusan yang Disarankan Bos Nvidia Jika Kuliah
Tonton Video: Airlangga Sebut 12 Data Center AS Ada di Indonesia
6,004 Views | Jumat, 25 Jul 2025 11:37 WIB
Dalam perjalanan ke Beijing pada hari Rabu, bos Nvidia Jensen Huang ditanya oleh seorang jurnalis terkait jurusan kuliah apa yang akan dipilih jika ia lulus pada 2025. Ternyata jawaban Jensen cukup mengejutkan.
Dalam jawabannya, Jensen tak menyebutkan jurusan IT yang sedang ia geluti sekarang. Ia pun menjelaskan alasan yang cukup relevan.
Wanodya Sihminarti – 20DETIK
-

Trump Minta Transfer Data Warga RI ke AS, Bos Data Center Tagih Ini
Jakarta, CNBC Indonesia – Ketua Asosiasi Penyelenggara Data Center Indonesia (IDPRO), Hendra Suryakusuma meminta adanya kajian ilmiah untuk dampaknya dengan kesepakatan antara Amerika Serikat (AS) dan Indonesia. Kedua negara diketahui melakukan kesepakatan terkait tarif resiprokal, termasuk poin transfer data pribadi Indonesia menuju AS.
“Tentunya yang terkait dengan agreement yang dilakukan dulu. Pertama, melakukan kajian ilmiah komprehensif yang terkait dengan dampak-dampaknya dari kesepakatan,” kata Hendra kepada CNBC Indonesia, Jumat (25/7/2025).
Kajian tersebut diharapkan akan memuat dampak pada peraturan yang ada di Indonesia, aspek pertahanan dan juga keamanan yang ada.
Selain itu, ia meminta adanya transparansi ke publik mengenai informasi muatan dari kesepakatan itu. Jangan sampai menimbulkan kegaduhan seperti yang terjadi sekarang.
“Terkait transparansi dan partisipasi publik. Harus dijelaskan ke publik secara komprehensif sebenarnya muatan dari kesepakatan itu apa saja,” jelasnya.
Lebih lanjut, Hendra mengatakan penting melakukan klasifikasi data yang boleh dikirimkan merujuk pada peraturan yang ada seperti data tertutup, terbuka dan terbatas.
“Jangan sampai pasokan datanya ini dikirimkan ke luar negeri,” kata dia.
Sebagai informasi, isi kesepakatan dua negara diumumkan melalui pernyataan bersama yang diunggah oleh Gedung Putih. Kesepakatan itu menjadi ketetapan tarif impor barang Indonesia ke AS menjadi 19% dari sebelumnya 32%.
Salah satu poinnya adalah transfer data keluar wilayah Indonesia ke AS. Dituliskan Indonesia akan memberikan kepastian mengenai kemampuan mengirimkan data pribadi keluar.
Dalam pernyataan Fact Sheet: The United States and Indonesia Reach Historic Trade Deal, dituliskan jika kemampuan pemindahan data pribadi dilakukan sesuai dengan aturan yang ada di Indonesia.
“Indonesia akan memberikan kepastian terkait kemampuan untuk memindahkan data pribadi dari wilayahnya ke Amerika Serikat melalui pengakuan Amerika Serikat sebagai negara atau yurisdiksi yang menyediakan perlindungan data yang memadai berdasarkan hukum Indonesia,” tulis pernyataan tersebut.
(fab/fab)
[Gambas:Video CNBC]
-

Prabowo diundang bos Majalah Forbes bicara di Global CEO Conference
Pemimpin Utama sekaligus Pemimpin Redaksi Majalah Forbes Steve Forbes (tengah) menyampaikan alasannya mengundang secara khusus Presiden Prabowo Subianto berbicara dalam forum ekonomi dan bisnis tingkat dunia Forbes Global CEO Conference pada sesi jumpa pers di Istana Kepresidenan RI, Jakarta, Rabu (23/7/2025). ANTARA/Genta Tenri Mawangi.
Prabowo diundang bos Majalah Forbes bicara di Global CEO Conference
Dalam Negeri
Editor: Novelia Tri Ananda
Kamis, 24 Juli 2025 – 06:47 WIBElshinta.com – Presiden Prabowo Subianto diundang oleh Malcolm Stevenson Forbes Jr. (Steve Forbes), pemimpin utama sekaligus pemimpin redaksi (bos) majalah bisnis ternama dunia, Forbes, untuk hadir sebagai pembicara dalam acara tahunan Forbes Global CEO Conference di Jakarta pada 14—15 Oktober 2025.
Forbes Global CEO Conference dilaksanakan pertama kali oleh majalah Forbes pada 2001 di Singapura, dan konferensi itu pun rutin digelar di negara-negara berbeda tiap tahunnya. Jakarta pernah menjadi tuan rumah Forbes CEO Global Forum pada 2016.
“Rencananya Forbes mengadakan juga CEO Global Forum pada Oktober 2025 tanggal 14 sampai dengan 15, yang juga mengundang Bapak Presiden Prabowo Subianto untuk berbicara langsung karena yang akan diundang lebih dari 400 CEO dan pemimpin ternama seluruh dunia akan hadir di Indonesia, karena itu Steve Forbes juga menyampaikan salah satu rencananya (langsung kepada Presiden Prabowo),” kata Menteri Investasi Rosan Perkasa Roeslani, dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (23/7) malam.
Saat mendampingi Presiden Prabowo menerima Steve Forbes di Istana Kepresidenan RI, Jakarta (23/7), Rosan Roeslani menjelaskan Steve Forbes, seorang warga Amerika Serikat yang diketahui menetap di New Jersey, datang langsung ke Jakarta dan menyerahkan undangan Forbes Global CEO Conference itu langsung kepada Presiden Prabowo.
Keduanya kemudian berdiskusi selama kurang lebih 2 jam membahas berbagai isu perekonomian, investasi, dan dagang, termasuk hubungan Indonesia dan Amerika Serikat. Selepas pertemuan, Forbes kemudian menyampaikan alasannya mengapa mengundang secara khusus Presiden Prabowo untuk berbicara dalam Forbes Global CEO Conference pada Oktober mendatang.
“Kemajuan yang telah dicapai Indonesia, dan yang lebih penting lagi akan dicapai Indonesia akan menjadi catatan penting bagi masyarakat dunia, dan saya pikir akan menjadi inspirasi bagi negara-negara lain. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh Presiden anda (Presiden Prabowo, red.) merupakan sebuah inspirasi,” kata Steve Forbes.
Dia melanjutkan Forbes pun berharap Presiden Prabowo dapat berbicara mengenai kebijakan-kebijakan deregulasinya yang membuat iklim berbisnis menjadi lebih terbuka dan kondusif.
“Beliau membuat kemajuan pesat dalam deregulasi, hasil pertanian meningkat, belum lagi ada pemberantasan korupsi yang menjadikan bisnis lebih lancar dan mudah di Indonesia,” kata Forbes menjawab pertanyaan wartawan.
Terakhir, Forbes juga menilai Indonesia telah membuat banyak kemajuan, termasuk untuk menjadi negara yang lebih demokratis, sejak akhir 1990-an. Walaupun demikian, Forbes meyakini Indonesia saat ini dan ke depannya akan membuat lebih banyak kemajuan, terutama selama pemerintahan dipimpin oleh Presiden Prabowo.
“Ini seperti roket yang perlahan lepas landas dan kemudian bergerak maju. Kami menilai Indonesia ibarat roket yang berada dalam kecepatan penuh untuk menghilangkan berbagai hambatan dalam berbisnis, dan memungkinkan masyarakatnya meningkatkan taraf hidup mereka. Jadi, kami menilai, melihat ukuran negara ini yang besar, Indonesia akan menjadi inspirasi bagi negara-negara lain tidak hanya di ASIA, tetapi juga di seluruh dunia,” kata Steve Forbes menjawab pertanyaan dari ANTARA saat dia ditemui selepas bertemu Presiden Prabowo, Rabu.
Sumber : Antara
-

Bos Ritel Pastikan Semua Beras Oplosan Ditarik, Ini Daftar Mereknya
Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) memastikan semua beras premium oplosan ditarik dari peredaran gerai ritel, termasuk beras merek Alfamart dari produsen PT Food Station Tjipinang Jaya.
Ketua Umum Aprindo 2024–2028 Solihin menegaskan beras premium dengan merek Alfamart ditarik dari display dan tak dijual di gerai ritel di Indonesia. Dia menjelaskan jika peritel Alfamart masih menjual beras premium merek Alfamart, maka nama perusahaan tersebut dipertaruhkan.
“Saya pastikan yang merek [beras premium] Alfamart, kita tarik. Saya pastikan, ya. Yang lainnya kita lagi coba [tarik dari display],” kata Solihin saat dihubungi Bisnis, Kamis (24/7/2025).
Solihin juga memastikan pihaknya akan sesegera mungkin meretur beras premium oplosan ke masing-masing produsen beras, termasuk merek beras Alfamart.
“Segera mungkin kita retur. Sampai produsennya meyakinkan kita berdasarkan standar mutu memang sudah terpenuhi. Lalu kita terima barangnya. Kalau nggak, kita nggak mau terima,” terangnya.
Selain beras merek Alfamart, Aprindo juga bakal segera menarik beras premium oplosan lainnya, seperti Sania dan merek beras premium oplosan lainnya.
“Kita turunkan dari display. Dalam jangka waktu tertentu, kami akan kolek semuanya dari toko, baru nanti selanjutnya kalau nggak ada perubahan strategi dari produsen, pasti akan kita retur,” tuturnya.
Terancam Langka
Solihin menjelaskan, jika Aprindo menarik semua merek beras premium, maka masyarakat akan sulit mendapatkan beras premium atau terancam langka. Terlebih, dia mengungkap bahwa saat ini pasokan beras premium tengah seret lantaran hanya ada 50–60%.
Di samping itu, Solihin menyatakan bahwa peritel tidak ingin mengambil risiko dengan tetap menjual beras premium oplosan di toko ritel.
“Kecuali, produsen [beras] mau menurunkan harga belinya. Kalau sekarang ini kan barang-barang tadi kita beli dengan harga premium. Kan nggak mungkin kalau pedagang kita jualnya dengan harga medium,” ujarnya.
Adapun, Solihin menuturkan bahwa dengan adanya temuan beras premium oplosan, maka citra dari para peritel yang akan dirugikan.
“Itu kan citra nggak ada nilainya. Kalau sudah tercoreng seperti itu masyarakat kan pasti melihat [peritel menjual beras premium oplosan]. Jadi saya melihat kalau itu diturunkan juga harganya [seperti beras medium], kayaknya nggak mengangkat, deh. Karena image-nya sudah [buruk],” tuturnya.
Kendati demikian, Solihin menyatakan Aprindo tidak akan menuntut para produsen beras premium tersebut. “Nggak, nggak nuntut. Nggak usah lah. Kita turunin [dari display], kita retur aja. Nggak usah nuntut lah, jangan. Mungkin ada kekhilafan atau apa, kita juga nggak tahu,” tandasnya.
Untuk diketahui, sebanyak lima merek beras premium yang diproduksi oleh tiga produsen tengah diusut dalam perkara dugaan beras oplosan premium.
Rinciannya, mulai dari Sania oleh PT PIM. Kemudian, PT FS dengan merek beras Setra Ramos Biru, Setra Ramos Merah dan Setra Ramos Pulen. Serta, Toko SY produsen beras Jelita dan Anak Kembar.
Turunkan Harga
Sebelumnya, Kepala Satuan Tugas (Satgas) Pangan Polri Helfi Assegaf mengatakan pihaknya telah meminta para produsen beras untuk menurunkan harga beras premium sesuai dengan harga eceran tertinggi (HET) dan komposisi beras, alih-alih menariknya di pasaran.
“Bukan ditarik, distribusi tetap [berjalan], tetapi [harganya] diturunkan sesuai dengan isi komposisi tersebut,” ujar Helfi di Jakarta, Kamis (24/7/2025).
Dia menjelaskan produsen harus menjual beras sesuai dengan HET dan komposisi, termasuk menghitung komposisi beras pecahan (broken rice).
“Kalau ini pecahannya [broken rice] misalnya 15% dan ini harganya memang harusnya hanya misalnya Rp13.000 atau Rp12.000, ya jual Rp12.000. Jangan harga komposisinya hanya Rp12.000, dia jual Rp16.000. Seperti yang dilakukan mereka saat ini,” terangnya.
Seiring dengan adanya temuan beras oplosan ini, Satgas Pangan memastikan distribusi beras tetap berjalan dan tidak mengganggu stok beras yang ada di pasaran.
Di samping itu, Helfi menuturkan bahwa Satgas Pangan juga telah mengumpulkan para produsen dan memerintahkan agar mereka menjual produk sesuai dengan komposisi, termasuk mengacu pada HET.
“Artinya apa? Menurunkan harga. Turunkan harga sesuai HET atau di bawah HET, sesuai dengan komposisi yang benar,” imbuhnya.
Lebih lanjut, Helfi menyampaikan bahwa para produsen beras juga telah mengirimkan surat kepada Satgas Pangan perihal penurunan harga beras yang bakal dijual di ritel.
“Kami minta turunkan harga sesuai dengan isi komposisi. Dan itu sudah dilakukan, mereka ada yang sudah bersurat, ada yang sudah mungkin menyampaikan melalui media, untuk masyarakat harganya harus disesuaikan dengan komposisi yang ada,” tuturnya.
Selain itu, Helfi menyampaikan bahwa kini telah ada kesepakatan produsen sebelum menjual dan menitipkan beras premium ke gerai ritel modern. Adapun, beras premium yang ada di gerai ritel sepenuhnya menjadi tanggung jawab produsen.
Dengan kata lain, setiap produsen beras wajib menjaga mutu dan menjamin bahwa barang yang dijual tidak akan bermasalah.
“[Produsen beras] menyatakan bahwa beras yang dijual ini sudah sesuai dengan ketentuan, sesuai ketentuan dan menjadi tanggung jawab produsen,” tandasnya.
-

Beri Profit ke AS, Anak Terancam Kelaparan
Phnom Penh –
Jutaan pekerja industri tekstil di seluruh Asia, yang selama ini sudah hidup pas-pasan, cemas bakal kehilangan pekerjaan mereka. Pasalnya, implementasi tarif ekspor yang diterapkan Amerika Serikat (AS) tinggal menghitung hari.
Tarif ekspor yang harus dibayar berbagai negara jika hendak menjual barang ke AS akan berlaku pada 1 Agustus mendatang.
Dua dari sekian banyak negara yang bakal terdampak adalah episentrum produksi pakaian, yaitu Kamboja dan Sri Lanka. Dua negara ini sangat bergantung pada AS, yang merupakan pasar ekspor barang tekstil mereka.
Kamboja dan Sri Lanka masing-masing harus membayar tarif sebesar 36% dan 30%. Dua negara itu memproduksi sebagian besar produk pakaian merek global yang berbasis di AS, seperti Nike, Levi’s, dan Lululemon.
“Bisakah Anda bayangkan apa yang akan terjadi jika kami kehilangan pekerjaan? Saya sangat cemas, terutama tentang nasib anak-anak saya,” kata Nao Soklin, yang bekerja di sebuah pabrik garmen di Kamboja.
“Mereka butuh makan,” ujarnya.
Soklin dan suaminya, Kok Taok, mencari nafkah dengan menjahit tas dalam durasi kerja 10 jam sehari.
Nominal itu hampir tidak cukup untuk membayar sewa tempat tinggal dan menghidupi kedua putra mereka yang masih kecil dan orang tua mereka yang sudah lanjut usia.
“Saya ingin bicara kepada [Presiden AS] Donald Trump, untuk memintanya mencabut tarif ekspor Kamboja. Kami membutuhkan pekerjaan untuk menghidupi keluarga kami,” ujar Soklin kepada BBC.
Kamboja, dalam beberapa tahun terakhir, telah menjadi sumber produksi alternatif bagi perusahaan ritel asal China karena tenaga kerja bergaji rendah.
Di sisi lain, Kamboja mengekspor pakaian jadi senilai lebih dari US$3 miliar (sekitar Rp48,8 triliun) ke AS tahun 2024, menurut Divisi Statistik ASEAN.
Industri tekstil di Kamboja, yang mempekerjakan lebih dari 900.000 orang, menyumbang lebih dari sepersepuluh dari total ekspor negara tersebut.
Sementara bagi Sri Lanka, ekspor industri tekstil ke AS menghasilkan US$1,9 miliar (Rp30,9 triliun) tahun 2024.
Industri ini menghasilkan devisa terbesar ketiga untuk Kamboja, selain membuka lapangan pekerjaan untuk 350.000 orang.
“Jika 30% adalah angka akhir, Sri Lanka berada dalam masalah karena pesaing kami, seperti Vietnam, mendapat tarif ekspor yang lebih rendah,” ujar Yohan Lawrence, sekretaris jenderal asosiasi pakaian jadi di Srilanka, kepada kantor berita Reuters.
Negosiasi Terakhir
Otoritas Sri Lanka berharap dapat menegosiasikan penurunan tarif ekspor lebih lanjut dengan AS. Namun mereka belum batas tarif yang mereka harapkan.
Sejumlah petinggi Sri Lanka menyebut negara mereka menerima penurunan tarif tertinggi, sebesar 14 persen, sebagai hasil dari negosiasi sebelumnya.
“Kami melihat ini sebagai awal dari situasi yang sangat baik,” ujar Sekretaris Menteri Keuangan Sri Lanka, Harshana Suriyapperuma.
Kamboja, yang mendapatkan penurunan tarif sebesar 13 persen, juga mengupayakan perundingan lebih lanjut.
“Kami melakukan segala yang kami bisa untuk melindungi kepentingan investor dan pekerja,” kata Wakil Perdana Menteri Kamboja, Sun Chanthol.
“Kami ingin tarifnya nol… Namun kami menghormati keputusan AS dan akan terus berupaya menegosiasikan tarif yang lebih rendah,” ujarnya.
Nike, Levi’s dan Lululemon adalah merek-merek besar yang sebagian besar pakaiannya dibuat di negara seperti Sri Lanka dan Kamboja (Getty Images)
Presiden AS, Donald Trump, mengatakan tarif ekspor vital untuk mengurangi kesenjangan antara nilai barang yang dibeli AS dari negara lain dan barang yang dijualnya kepada mereka.
“Sayangnya, hubungan yang terjadi jauh dari timbal balik,” tulis Trump dalam suratnya kepada berbagai negara minggu lalu.
Namun, para analis tidak sependapat. Tarif Trump justru mengabaikan manfaat yang dinikmati AS dari perjanjian perdagangan yang ada, kata Mark Anner, dekan di Sekolah Manajemen dan Hubungan Perburuhan Rutgers.
Menurut Anner, tarif ekspor itu mengabaikan fakta bahwa pakaian dengan harga rendah dipasok negara seperti Sri Lanka atau Kamboja. Ongkos rendah itu telah memberi keuntungan besar bagi berbagai perusahaan AS.
Selama beberapa dekade terakhir, AS, Uni Eropa, dan Kanada menerapkan sistem kuota yang mengalokasikan sebagian pangsa pasar mereka untuk negara-negara berkembang seperti Sri Lanka.
Sistem ini, yang dihapuskan secara bertahap pada tahun 2005, membantu sektor garmen Sri Lanka berkembang pesat meskipun persaingannya ketat.
“Tindakan AS yang sekarang mengenakan tarif tinggi yang secara efektif menutup negara-negara ini dari pasar, bertentangan dengan jalur pembangunan yang pernah ditetapkannya,” kata Anner.
Potret para pekerja tekstil di Phnom Penh, Kamboja (Getty Images)
Tidak realistis mengharapkan negara dengan perekonomian berkembang tak mengalami defisit perdagangan dengan AS pada tahun-tahun ke depan, kata Sheng Lu, profesor di Departemen Studi Mode dan Pakaian, Universitas Delaware.
“Berapa banyak pesawat Boeing yang dibutuhkan dan mampu dibeli Kamboja atau Sri Lanka setiap tahun?” ujarnya.
Lu yakin persaingan antara AS dan China juga menjadi faktor dalam perundingan perdagangan, mengingat negara-negara pengekspor garmen terintegrasi ke dalam rantai pasokan yang sangat bergantung pada China.
Menurut Lu, negara produsen tekstil itu sekarang harus “menemukan keseimbangan yang rumit” antara mempertahankan hubungan ekonomi dengan China sekaligus memenuhi tuntutan baru AS.
Perempuan menanggung beban terberat
Tarif eskpor AS menambah tekanan baru pada realitas di industri tekstil, yakni kemiskinan dan lemahnya hak-hak buruh di Kamboja, serta krisis ekonomi yang sedang berlangsung di Sri Lanka.
Tujuh dari 10 pekerja tekstil di dua negara ini adalah perempuan. Merekalah yang akan menanggung beban tarif ekspor AS.
Tekanan yang besar itu merujuk potensi pengurangan atau pemotongan upah yang sudah sangat rendah.
Artinya, anak-anak mereka bisa kelaparan. Potensi PHK juga akan semakin mengintai mereka.
May TittharaAn Sopheak, seorang pekerja tekstil, mengenakan blus lengan panjang dan celana panjang berwarna mustard, meletakkan sesendok nasi ke piring. Ia duduk di lantai di area memasak kamar sewaannya.
Surangi Sandya, yang bekerja di sebuah pabrik di kota Nawalapitiya, Sri Lanka, merasa tertekan.
“Perusahaan tidak bekerja dalam keadaan merugi… Jika pesanan menurun, jika terjadi kerugian, ada kemungkinan perusahaan akan tutup,” ujarnya.
Sandya mulai bekerja sebagai penjahit pada tahun 2011. Dia lalu meniti karier hingga menjadi supervisor yang memimpin 70 pekerja perempuan.
Jika keadaan semakin mendesak, beberapa pekerja Kamboja mengatakan mereka akan mempertimbangkan untuk pindah ke Thailand. Alasannya, mereka harus mencari pekerjaan, meskipun harus melakukannya secara ilegal.
“Mata pencaharian kami bergantung pada pabrik tekstil. Kami tidak akan bertahan jika bos kami menutupnya,” ujar An Sopheak kepada BBC, dari kamarnya yang kecil seluas 16 meter persegi di ibu kota Kamboja, Phnom Penh.
“Pendidikan kami terbatas. Kami tidak dapat menemukan pekerjaan lain.
“Kami berdoa setiap hari agar Presiden Trump membatalkan kebijakan tarifnya. Mohon pikirkan kami dan negara kami yang miskin,” kata Sopheak.
(nvc/nvc)
/data/photo/2025/07/25/68834358128d7.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

