Bisnis.com, JAKARTA— PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) membeberkan rencana bisnis pada 2026. Direktur Utama PSN Adi Rahman Adiwoso mengatakan tahun depan perusahaan fokus pada pengoperasian Satelit Nusantara Lima (N5) yang telah meluncur pada September silam.
“Satu N5-nya kita operasionalkan,” kata Adi ditemui usai acara BIG 40 Bisnis Indonesia Group Awards pada Senin (8/12/2025) di Jakarta.
Adi mengatakan PSN juga akan menekankan produk-produk tertentu yang dinilai paling efektif untuk memberikan perlawanan terhadap Starlink, sehingga ada banyak inisiatif yang tengah dikerjakan perusahaan. Dia menambahkan perusahaan tengah menyiapkan prototype satelit baru.
“Insya Allah tahun 2027 kami luncurkan, itu optical satellite,” kata Adi.
Adi mengungkapkan biaya pemotretan dan pembuatan satelit kini sudah jauh lebih murah dibandingkan 10–20 tahun lalu. Karena itu, PSN saat ini tengah melakukan riset dan mulai mengembangkan platform untuk memproduksi satelit secara mandiri.
Namun dia menekankan satelit yang tengah dikembangkan PSN merupakan satelit penginderaan, bukan komunikasi. Adi mengatakan Indonesia harus memiliki teknologi satelit sendiri demi menjaga kedaulatan, terutama untuk fungsi strategis.
“Kalau orang asing, 10 kali lebih [mahal] daripada yang kami bikin [itu bisa],” katanya.
Adi juga menyinggung keberadaan Starlink yang kini semakin mudah dimiliki masyarakat. Namun menurutnya, Indonesia tetap perlu memiliki alternatif domestik untuk skenario tertentu. Dia menilai aset strategis seharusnya tetap bisa dikuasai negara pada saat genting.
“Bukan berarti kita harus menyerahkan kedaulatan kita ke mereka,” ungkapnya.
Sebelumnya, Satelit Nusantara Lima telah resmi meluncur ke angkasa pada Kamis (11/9/2025) malam waktu Florida atau Jumat pagi waktu Indonesia.
Satelit ini semula dijadwalkan terbang pada 8 September 2025, namun peluncuran beberapa kali tertunda karena faktor cuaca. Dengan kapasitas lebih dari 160 gigabit per detik (Gbps), Nusantara Lima menjadi salah satu satelit komunikasi terbesar di Asia saat ini, sekaligus memperluas jangkauan layanan internet untuk Indonesia, Malaysia, dan Filipina.
Satelit tersebut diproduksi oleh Boeing Satellite Systems International Inc. dengan platform Boeing 702MP dan bobot peluncuran sekitar 7,8 ton. Masa operasinya dirancang lebih dari 15 tahun, didukung teknologi Ka-Band VHTS, XIPS Electrical Thruster, serta Gen 7 Channelizer.
Menggunakan roket SpaceX Falcon 9, satelit ini membawa 101 user spot beams dan 11 gateway yang memungkinkan distribusi konektivitas lebih merata, termasuk ke wilayah yang sulit dijangkau jaringan terestrial. Empat antena reflektor multi-spot turut dipasang untuk meningkatkan stabilitas sinyal, serta membawa muatan analog dan digital.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5437093/original/008371000_1765201496-Gubernur_Lampung_Rahmat_Mirzani_Djausal.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5436354/original/047036300_1765169102-Ratas_Bersama_Presiden__Pertamina_Laporkan_Percepatan_Distribusi_Energi_di_Wilayah_Terdampak_Bencana_Sumatera-3.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5435366/original/086799500_1765026706-Kepala_Badan_Gizi_Nasional__BGN___Dadan_Hindayana-2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
