Topik: Banjir

  • Banjir di Mojokerto Masih Rendam 4 Desa di 3 Kecamatan

    Banjir di Mojokerto Masih Rendam 4 Desa di 3 Kecamatan

    Mojokerto (beritajatim.com) – Banjir di Kabupaten Mojokerto, Kamis (7/3/2024) masih merendam empat desa yang ada di tiga kecamatan. Banjir itu disebabkan tanggul di dua sungai yakni Kali Sadar dan Sungai Tambak Agung jebol.

    Salah satu warga Dusun Kedungudi, Desa Kedunggempol, mengatakan, banjir merendam rumah warga di Desa Kedunggempol sudah mulai surut. “Alhamdulilah sudah mulai surut,” tuturnya.

    Menurutnya, banjir tersebut baru pertama kali terjadi. Air pada Rabu (6/3/2024) kemarin di atas tanggul Kali Sadar. Banjir yang terjadi karena hujan terjadi dengan intensitas tinggi sehingga menyebabkan tanggul Kali Sadar jebol. Tanggul tidak kuat menampung debit air.

    “Harapannya agar banjir ini diperhatikan oleh pemerintah dan tanggul di Kali Sadar yang jebol ditinggikan. Sehingga saat hujan turun lama dan deras, air di Kali Sadar tidak meluap dan menyebabkan banjir hingga masuk ke rumah-rumah warga,” urainya.

    Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Mojokerto, Teguh Gunarko mengatakan, empat desa di tiga kecamatan yang masih terendam banjir yakni Desa Kedunggempol dan Jotangan di Kecamatan Mojosari, Desa Ngrame Kecamatan Pungging serta Desa Salen Kecamatan Bangsal.

    “Di Desa Kedung Gempol, banjir merendam 588 rumah dengan 2.388 jiwa dan 81 hektare lahan pertanian. Di Desa Jotangan, banjir merendam 330 rumah penduduk dengan jumlah warga terdampak 400 jiwa. Desa Salen, banjir merendam 95 rumah warga dengan 300 jiwa,” ungkapnya.

    Banjir di Mojokerto

    Sekdakab menjelaskan, banjir paling parah terjadi di Desa Ngrame, Kecamatan Pungging dengan ketinggian air mulai sebetis sampai pinggang orang dewasa. Di Desa Ngrame, sebanyak 500 rumah penduduk terendam banjir dengan jumlah warga terdampak 1.500 jiwa.

    “Total rumah penduduk yang terendam banjir saat ini 1.513 rumah, jumlah warga terdampak 4.588 jiwa. Banjir ini karena tanggul di dua sungai jebol, Kali Sadar dan Sungai Tambak Agung. Logistik cukup karena kita keluarkan cadangan beras kita, sebanyak 1 ton per hari,” jelasnya. [tin/suf]

  • Saluran Irigasi Sawah Ambrol, Belasan Rumah di Magetan Terkena Banjir Lumpur

    Saluran Irigasi Sawah Ambrol, Belasan Rumah di Magetan Terkena Banjir Lumpur

    Magetan (beritajatim.com) – Saluran irigasi sawah di Desa Dadi Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, Jawa Timur ambrol dan longsor pada Kamis (7/3/2024) siang. Akibatnya, belasan rumah warga di bawahnya terdampak banjir lumpur sampai masuk rumah.

    Kejadian berawal saat hujan deras sekitar satu jam mengguyur kawasan Plaosan. Tak lama kemudian, warga di sekitar mendengar suara gemuruh dari belakang rumah. Tak disangka, bongkahan batu sebesar kepalan tangan mulai longsor bersama lumpur.

    Mardi, warga desa yang rumahnya tak jauh dari lokasi kejadian mengatakan,  saat kejadian dirinya tengah istirahat di rumah. Kemudian, dia mendengar suara gemuruh dari belakang rumah. “Ternyata batu sama lumpur itu yang jatuh. Airnya sampai masuk ke rumah saya,” terang Mardi.

    Setelah dicek, rupanya banjir itu imbas irigasi yang berada di atas pemukiman warga ambrol. Posisi irigasi itu di ketinggian 75 meter dari kawasan permukiman warga yang padat di Dusun Kuren tersebut.

    Hari Karyono, perangkat Desa Dadi, mengatakan, imbas kejadian itu, ada 15 rumah warga yang terdampak yakni rumah kemasukan air dan lumpur. Serta, lahan sawah milik beberapa warga juga rusak karena terjangan banjir itu. Serta, beberapa pipa saluran air bersih juga terputus.

    “Saluran air ini menampung aliran air dari kawasan Jalan Tembus, dan kebetulan letak yang longsor ini agak menikung. Karena air yang datang dari atas ini besar, akhirnya berdampak ke talud irigasi, sehingga ambrol,” terang Hari.

    Dia memprediksi, akan terjadi banjir lagi jika kembali turun hujan. Medan yang sulit membuat petugas tak mudah dibuatkan tanggul dari beberapa karung pasir. Pun, pihaknya sudah melaporkan kejadian itu pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Magetan.

    Kapolsek Plaosan AKP Joko Yuwono mengatakan, pihaknya telah menutup aliran air dari kawasan atas. Tujuannya agar tidak menggerus bagian dari irigasi. “Kami antisipasi jika sampai kembali turun hujan. Sementara hasil pemeriksaan tidak ada korban jiwa maupun korban luka,” katanya. [fiq/suf]

  • Jombang Dikepung Bencana: Banjir Belum Usai, Tanah Gerak Membuntuti

    Jombang Dikepung Bencana: Banjir Belum Usai, Tanah Gerak Membuntuti

    Jombang (beritajatim.com) – Bencana hadir di Jombang tanpa jeda. Belum kering banjir yang melanda sejumlah desa di Kecamatan Mojoagung, tiba-tiba tanah bergerak terjadi di Dusun Jumok Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam, Kamis (7/3/2024) sekitar pukul 01.00 WIB.

    Bencana itu datang tanpa permisi. Diawali dengan guyuran hujan deras pada Selasa (5/3/2024) malam. Semakin malam hujan semakin deras, warga Kecamatan Mojoagung sudah harap-harap cemas. Karena kawasan tersebut dilintasi dua sungai, yakni Catak Banteng dan Sungai Pancir.

    Utamanya, Dusun Kebundalem Desa Kademangan yang selama bertahun-tahun menjadi langganan banjir. Benar saja, memasuki dini hari, debit air sungai meningkat. Lalu tumpah. Masuk ke jalan desa, lalu menerobos permukian warga.

    Berdasarkan catatan dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang, Rabu (6/3/2024), ada lima desa di Kecamatan Mojoagung yang terendam. Yakni, Desa Kademangan setinggi 50-100 cm dan berangsur surut, Desa Janti setinggi 10-20 cm berangsur surut, Desa Betek setinggi 10-20 cm berangsur surut.

    Sedangkan banjir di Desa Mancilan dan Tanggalrejo sudah surut. Sementara di Kecamatan Sumobito, banjir terjadi Desa Madyopuro setinggi 10-30 cm, berangsur surut dan di Desa Talunkidul setinggi 30-50 cm juga berangsur surut.

    Sedangkan di Kecamatan Jombang, banjir melanda Desa Pulo Lor setinggi 20-40 cm dan Desa Sambongdukuh setinggi 20-40 cm. Hingga Kamis (7/3/2024), air surut. Genangan air pergi. Namun tidak demikian dengan Desa Kademangan.

    Air mulai surut, tiba-tiba meninggi lagi. Air sungai kembali meluap. Warga harap-harap cemas, namun tetap bertahan di rumah masing-masing. Genangan air juga masih terjadi di Dusun Balongsomo Desa Talunkidul Kecamatan Sumobito.

    Ketika di dua desa tersebut air masih menggenang. Bencana yang lain membuntuti. Yakni terjadi tanah gerak di Dusun Jumok Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam. Bencana tanah gerak ini terjadi pada Rabu (8/3/2024) malam hingga Kamis dini hari.

    Lagi-lagi diawali dengan hujan deras yang mengguyur kawasan Wonosalam dan sekitarnya. Hal itu menyebabkan tanah yang ada di permukiman Dusun Jumok retak. Tanah tersebut terus tergerus air. Nah, hal itulah yang memicu sejumlah rumah temboknya rontok.

    Kalaksa BPBD Jombang Bambang Dwijo Pranowo mengungkapkan bahwa potensi bencana tanah gerak di dusun tersebut sudah terjadi sejak dua tahun lalu atau sekitar 2022. Permukiman warga di Dukuh Jumok dalam intaian bencana. Tanah di lokasi mengalami retak-retak. Demikian juga dengan permukiman warga.

    Nah, malam itu bencana soalah sudah menodong nyawa. Terdengar gemuruh suara tembok runtuh. Tanah berguncang. Warga terjaga dari tidurnya. Di tengah gelapnya malam mereka menyelematkan diri. “Tidak ada korban jiwa. Saat ini mereka mengungsi di rumah kerabat terdekat,” ujar Bambang.

    Bambang menyebut terdapat 12 rumah yang rusak, sedangkan warga yang terdampak sekitar 34 orang. Semuanya selamat. “Retakan di Dusun Jumok itu sudah lama. Makanya terus kita lakukan pemantauan,” lanjutnya.

    Mitigasi Bencana

    Tanah gerak di Dusun Jumok Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam, Kamis (7/3/2024)

    Hal serupa diungkapkan oleh Sekretaris FPRB (Forum Pengurangan Risiko Bencana) Jombang Amik Purdinata. Pihaknya bersama BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang dan Jawa Timur sudah melakukan mitigasi bencana di dusun tersebut.

    Di antaranya, memberikan pelatihan tanggap bencana kepada warga. Kemudian membentuk FPRB tingkat desa yang diberi nama Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Cepat). Warga di lokasi juga sudah diberikan pelatihan tanggap bencana.

    “Semisal apa yang harus dilakukan terjadi tanah gerak. Lalu melakukan pengemasan dokumen-dokumen penting, sehingga ketika terjadi bencana dengan mudah bisa dievakuasi. FPRB di tingkat desa juga sudah terbentuk. Ini sebagai uapaya kita untuk mengurangi risiko bencana,” kata Amik.

    Selain itu, FPRB bersama BPBD Jombang juga memasang Early Warning System (EWS) alias alat sistem peringatan dini untuk mengukur potensi gempa. Alat yang dipasang itu akan berbunyi jika terjadi getaran pada tanah.

    Kemudian sejak 24 Mei hingga 24 Juni 2023 dilakukan penelitian oleh tim ahli dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya terkait munculnya retakan belasan bangunan rumah warga di Dusun Jumok.

    Jembatan Tertimbun Longsor

    Polisi memasang polisi line di jalan menuju jembatan yang tertimbun longsor, Kamis (7/3/2024)

    Bencana yang menghantam Desa Sambirejo bukan hanya tanah bergerak. Tapi juga tanah longsor. Kejadiannya hamoir bersamaan. Namun untuk tanah longsor terjadi di Dusun Banturejo Desa sambirejo.

    Jembatan yang ada di dusun tersebut tertimbun material longsor seperti rumpun bambu dan pohon besar, Kamis (7/3/2024). Kondisi itu berdampak terputusnya akses jalan. Anak-anak sekolah dan para guru harus balik kanan. Karena jalan tidak bisa dilewati. Akses tersebut menghubungan Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam dengan Desa Gelaran Kecamatan Bareng.

    “Bencana itu bermula ketika hujan deras mengguyur Wonosalam pada Rabu (6/3/2024) malam. Nah, kawasan bukit sebelah barat yang ada di lokasi ambrol hingga menutup aliran sungai. Sehingga rumpun bambu dan pohon besar menyumbat jembatan hingga ambrol,” ujar Kepala Desa Sambirejo Sungkono.

    Kemudian rumpun bambu dan sejumlah pohon juga terseret arus hingga menutup jembatan. Kepala Desa juga memastikan bahwa longsor yang menyebabkan jembatan putus tersebut tidak menyebabkan korban jiwa. Hanya memutus askes jalan karena jembatan tertimbun material longsor.

    “Kalau yang tanah bergerak itu rumah yang terdampak sekitar 11 unit. Sedangkan warga yang terdampak jumnlahnya kisaran 30 orang. Mereka mengungsi di rumah saudaranya. Kalau curah hujan masih tinggi, sangat berbahaya. Karena rumah-rumah tersebut sudah miring,” kata Sungkono. [suf]

  • Tagana Kabupaten Mojokerto Siapkan 5.000 Nasi Bungkus untuk Korban Banjir

    Tagana Kabupaten Mojokerto Siapkan 5.000 Nasi Bungkus untuk Korban Banjir

    Mojokerto (beritajatim.com) – Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Mojokerto mendirikan Dapur Umum (DU) di Balai Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto. Relawan menyiapkan 5.000 nasi bungkus untuk korban terdampak banjir.

    Koordinator Tagana Dinsos Kabupaten Mojokerto, Achmad Saefi mengatakan, DU didirikan di Balai Desa Kedunggempol sejak, Rabu (6/3/2024) kemarin. “Datangnya sore otomatis makannya satu kali kemarin. Satu kali masak sekitar 5.000 bungkus,” ungkapnya, Kamis (7/3/2024).

    Masih kata Saefi, 5.000 nasi bungkus tersebut untuk warga di empat desa di empat kecamatan. Yakni Desa Kedunggempol dan Desa Gembongan di Kecamatan Mojosari, Desa Salen di Kecamatan Bangsal dan Desa Ngrame di Kecamatan Pungging.

    “Satu hari, dua kali. Pagi dan sore. Kita tidak bisa memprediksi masalah sampai kapannya karena air-nya diam tidak bisa keluar. Kalau memang seperti ini, kita tetap di sini sampai air surut. Stok alhamdulilah kita di suplay dari provinsi, BPBD Provinsi, BPBD kita (Kabupaten Mojokerto),” katanya.

    Saefi menjelaskan, jika Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati menginstruksikan sehingga wajib untuk mengeluarkan stok yang ada. Sehingga logistik dinilai masih aman untuk mencukupi kebutuhan warga terdampak banjir luapan Kali Sadar akibat tanggul jebol.

    “Kemarin di Jabontegal, Pungging karena memang tinggi sekali. Tapi hanya lewat, sekarang sudah tidak. Sekarang Ngrame yang tinggi, kemarin pagi sampai siang belum. Jam 1 baru masuk perkampungan, kemarin tidak sampai 5.000 bungkus karena masalah waktu dan tenaga,” ujarnya.

    Di Desa Salen, Kecamatam Bangsal, permintaan nasi bungkus di hari pertama sebanyak 750 bungkus dan di hari kedua turun menjadi 500 bungkus. Di Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, permintaan nasi bungkus masih sama yakni sebanyak 2.500 bungkus.

    “Kemarin Ngrame 1.500 bungkus, sekarang 2.500 bungkus. Untuk Desa Gembongan, kemarin 200 bungkus, sekarang minta 400 bungkus karena airnya tambah meluap,” jelasnya.

    Sebelumnya, berdasarkan pantauan Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Selasa (5/3/2024) terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Mojokerto Raya. Akibatnya, enam kecamatan di Kabupaten Mojokerto dan satu kecamatan di Kota Mojokerto terendam banjir. [tin/aje]

  • Banjir di Mojoagung Jombang Belum Surut, Warga Memilih Bertahan

    Banjir di Mojoagung Jombang Belum Surut, Warga Memilih Bertahan

    Jombang (beritajatim.com) – Banjir yang menerjang Dusun Kebundalem Desa Kademangan Kecamatan Mojoagung belum juga surut. Artinya, sudah dua hari ini warga dalam kepungan bencana. Mereka tetap saja bertahan di rumah. Karena yakin air segera pergi.

    Salah satu warga, Misteri (74) mengatakan banjir yang menerjang perkampungannya terjadi pada Rabu dini hari (6/3/2024). Walhasil, genangan air sempat menyusut. Namun ironis, hujan deras kembali mengguyur pada Rabu malam. Akibatnya, pada Kamis (7/3/2024) pukul 03.00 WIB dini hari air kembali naik ke permukiman.

    Harapan warga terhindar dari bencana pupus sudah. Air bah kembali mengepung desa yang berada di Kecamatan Mojoagung itu. Selama itu, warga belum berani melakukan aktivitas. Karena air bersih juga semakin menipis.

    “Ada yang sudah terserang gatal-gatal. Karena kami tidak memiliki persediaan air bersih. Genangan air masih setinggi 50 sampai 60 sentimeter. Kami mengandalkan bantuan makanan dari para sukarelawan di dapur umum,” kata pria lansia ini.

    Misteri sudah hapal karakter banjir yang menerjang Desa Kademangan. Banjir cepat datang, tapi juga segera surut. Banjir tersebut dipicu oleh meluapnya dua sungai yang melintasi perkampungan. Yakni Sungai Catak Banteng dan Sungai Pancir.

    Banjir Kademangan adalah rutinitas tahunan, tepatnya sejak tahun 1979. Dalam satu tahun, banjir bisa terjadi minimal 13 sampai 17 kali. ” Setiap tahun selalu banjir di desa kami. Karena sungai meluap,” ujarnya.

    Misteri menambahkan, untuk kebutuhan air bersih, dirinya harus mencari ke kampung lain yang tidak terdampak banjir. Karena hingga saat ini belum ada kucuran bantuan air bersih. “Saat ini sejumlah permasalahan mulai muncul. Kami mulai terserang penyakit kulit, gatal-gatal,” urainya.

    Plt (Pelaksana Tugas) Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang Syaiful Anwar merespon keluhan warga tersebut. Pihaknya menerjunkan petugas dari Puskesmas Mojoagung dan Miagan. Mereka di posko untuk membantu korban banjir.

    “Kami belum mendapatkan laporan adanya warga yang terserang penyakit. Namun demikian, petugas kesehatan tetap kita terjunkan ke lapangan guna membantu warga,” pungkas Syaiful ketika dihubungi secara terpisah. [suf]

  • Harumnya Cuan Jasa Cuci Karpet Menjelang Ramadan di Jombang

    Harumnya Cuan Jasa Cuci Karpet Menjelang Ramadan di Jombang

    Jombang (beritajatim.com) – Jasa cuci karpet menjelang bulan suci Ramadan di Jombang kebanjiran cuan atau keuntungan. Warga memanfatkan jasa tersebut untuk menyambut datangnya bulan suci. Kondisi itu terlihat di jasa cuci karpet ‘Resikrek’ yang ada di Jl Gajayana Jombang.

    Ahsanul, sedang sibuk di belakang kantornya. Mengenakan sepatu boot dan celana panjang. Tak jauh dari tempatnya itu, gulungan karpet menumpuk rapi. Dia dibantu oleh kawannya kemudian mengangkat karpet tersebut. Lalu dibawa ke tempat yang lebih luas.

    Tak berselang lama, suara gemericik air membasahi permukaan karpet tersebut. Berulang-ulang. Ahasnul mencuci karpet tersebut menggunakan peralatan khusus. Sehingga pekerjaan yang dia lakukan lebih ringan. Selain itu juga menggunakan sabun pembersih.

    Proses pencucian selesai. Karpet yang basah kuyup itu kemudian diperas agar airnya berkurang. Tahap selanjutnya adalah proses pengeringan. Karpet itu digantung di ruang pengeringan. Lalu, memasuki proses terakhir.

    Yakni karpet divakum kembali agar sisa-sisa debu rontok semua. Baru kemudian diberi parfum dan dikemas menggunakan plastik bening. Bau harum dari karpet itu menyeruak seisi ruangan. Itulah kesibukan ‘Resikrek’ menjelang bulan suci Ramadan. Order meningkat tajam.

    “Ada peningkatan drastis jasa cuci karpet menjelang Ramadan ini. Dalam sehari bisa mencapai 20 lembar karpet. Padahal pada hari biasa di kisaran 7 sampai 10 karpet,” ujar sales meketing ‘Resikrek’ Darmawan, Kamis (7/3/2024).

    Darmawan menjelaskan, dari jumlah itu paling banyak yang datang adalah takmir masjid/musala. Bukan hanya satu karpet, tapi jumlahnya cukup banyak. Setiap masjid rata-rata 80 meter karpet. Walhasil, hal itu direspon cepat oleh tenaga yang ada di ‘Resikrek’.

    Pelanggan lainnya adalah datang dari pelanggan rumahan dan perkantoran. Memang menajemen ‘Reskikrek’ menerapkan kebijakan berbeda antara pelanggan masjid dengan rumahan terutama soal harga. Untuk karpet rumahan dipatok dengan harga Rp12 ribu per meter. Sedangkan masjid Rp10 ribu.

    Tentu saja, memasuki bulan suci Ramadan ini omzet jasa cuci karpet ini juga melejit. Pada hari biasa omzet berkisar antara Rp10 juta per hari. Sedangkan seminggu terakhir ini mencapai Rp15 sampai Rp20 juta.

    Resik Rek bukan hanya melayani jasa cuci karpet. Tapi juga jasa kebersihan lainnya. Di antaranya laundry pakaian, sofa, hingga spring bad. Selain itu juga jasa membersihkan rumah, taman, serta kebun.

    Namun untuk jasa membersihkan rumah, tren kenaikan pelanggan biasanya menjelang Hari Raya Idulfitri. “Kalau laundry pakaian, setiap 5 kilogram kita berikan bonus gratis cuci tiga perlengkapan ibadah, seperti mukena, sarung serta sajadah,” pungkasnya.

    Tentu saja, kesibukan tidak seperti biasanya terlihat di kantor ‘Resikrek’ yang ada di Jl Gajayana Jombang. Di ruang depan terlihat seorang karyawan sibuk mengemas karpet yang hendak dikirim ke pelanggan.

    Kemudian di ruang tengah, sejumlah perempuan sedang sibu menyerika baju dan mengemas baju tersebut. Sedangkan di ruang belakang tenaga cuci berjibaku membersihkan karpet dari debu yang menempel. Menyemprotkan air, memeras, lalu mengeringkan. Harum bau sabun selaras dengan harumnya cuan. [suf]

  • Bupati Mojokerto: Banjir karena Tanggul Kali Sadar Jebol

    Bupati Mojokerto: Banjir karena Tanggul Kali Sadar Jebol

    Mojokerto (beritajatim.com) – Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati menyatakan bahwa banjir yang terjadi di Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto disebabkan curah hujan yang tinggi terjadi di wilayah Kabupaten Mojokerto. Sehingga menyebabkan tanggul Kali Sadar di Desa Kedunggempol jebol.

    Banjir yang terjadi disebabkan curah hujan yang tinggi terjadi di wilayah Kabupaten Mojokerto. Tingginya curah hujan diikuti dengan kiriman air dari wilayah hulu sungai yang mengakibatkan peningkatan debit air Kali Sadar meluap.

    “Akibat dari luapan air sungai, dua tanggul di Kecamatan Mojosari yakni di Dusun Gempolmalang dan Dusun Balongcangak, Desa Kedunggempol jebol. Masing-masing sepanjang 25 m dan 10 m. Jalan Dusun ketinggian genangan air kurang lebih 70 – 80 cm dan sawah terdampak 81 Ha,” tuturnya.

    Berdasarkan pantauan Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Selasa (5/3/2024) terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Mojokerto Raya. Akibatnya, enam kecamatan di Kabupaten Mojokerto dan satu kecamatan di Kota Mojokerto terendam banjir.

    Hujan yang terjadi hingga Rabu (6/3/2024) dini hari tersebut berdurasi cukup lama sehingga mengakibatkan debit air sungai di beberapa titik di wilayah Kabupaten Mojokerto meningkat. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto, banjir merendam tujuh desa di enam kecamatan.

    Yakni Desa Gayaman di Kecamatan Mojoanyar, Desa Kauman di Kecamatan Bangsal, Desa Kutorejo di Kecamatan Kutorejo, Desa Tunggalpager dan Desa Jabontegal di Kecamatan Pungging, Desa Kenanten di Kecamatan Puri dan Desa Kedung Gempol di Kecamatan Mojosari.

    Sementara pantauan beritajatim.com, banjir juga merendam Desa Jotangan di Kecamatan Mojosari. Sedangkan di Kota Mojokerto, banjir merendam pemukiman warga di Kelurahan Meri, Kecamatan Kranggan. Di Desa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, banjir merendam Dusun Tambakrejo dan Dusun Gayaman. [tin/but]

  • Tanggul di Padangan Bojonegoro Jebol, Padi Siap Panen Terendam Banjir

    Tanggul di Padangan Bojonegoro Jebol, Padi Siap Panen Terendam Banjir

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Puluhan hektare tanaman padi siap panen rusak akibat terendam air. Air merendam persawahan lantaran tanggul Waduk Tirto Agung di Desa Prangi, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro jebol, Rabu (6/3/2024) sekitar pukul 00.45 WIB.

    Kapolsek Padangan Polres Bojonegoro Kompol Hufron Nurrochim mengatakan, jebolnya tanggul Waduk Tirto Agung terjadi diduga akibat tidak kuat menahan volume air yang semakin banyak karena wilayah setempat usai diguyur hujan dengan intensitas tinggi.

    Akibat jebolnya tanggul tersebut, puluhan hektar tanaman padi yang sudah siap panen rusak karena terendam air. Sedikitnya ada 10 hektar padi siap panen dalam sepekan ke depan. Selain itu, luapan air tanggul juga mengakibatkan jalan poros desa putus sepanjang kurang lebih 10 meter.

    “Tidak adanya korban jiwa dalam kejadian itu, sementara kerugian material masih dalam pendataan,” ujar Kompol Hufron.

    Saat ini aparat setempat telah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Penataan Ruang (PUPR) Bojonegoro, Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Bengawan Solo, serta Pemerintah Desa setempat guna mengatasi tanggul yang jebol.

    Menurut Hufron, luapan air tanggul yang jebol juga menerjang jalan poros Desa Tebon, Kecamatan Padangan, yang mengakibatkan jalan poros desa tersebut ambrol sekitar 10 meter. “Jalan poros tersebut ambrol sehingga warga Desa Tebon harus melalui jalan alternatif melalui Desa Prangi,” kata Kapolsek.

    Kapolsek menambahkan bawa saat ini pihaknya masih melakukan pendataan terkait kerugian material akibat jebolnya tanggul tersebut. “Penanganan sementara langsung didatangkan alat berat (ekskavator) untuk menutup tanggul waduk yang ambrol,” pungkasnya. [lus/but]

  • Terseret Arus Air Banjir, Bocah Asal Mojokerto Ditemukan Pingsan 

    Terseret Arus Air Banjir, Bocah Asal Mojokerto Ditemukan Pingsan 

    Mojokerto (beritajatim.com) – Seorang bocah asal Desa Wunut, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto terseret arus air banjir saat bermain bersama teman-temannya. Beruntung korban yang berinisial, MI (5) ini ditemukan dalam kondisi selamat dan hanya pingsan saja.

    Kasi Humas Polres Mojokerto, Iptu Abdul Wahib mengatakan, sekira pukul 07.30 WIB, korban bermain air di jalan samping rumahnya yang tergenang air akibat banjir. “Diduga korban tidak mengetahui jika ada selokan di samping jalan,” ungkapnya, Selasa (6/3/2024).

    Arus selokan dalam kondisi deras sehingga korban terseret arus masuk kedalam gorong-gorong dengan kedalaman -+ 10 meter. Melihat hal tersebut, temen korban berteriak meminta tolong ke warga yang ada di sekitar lokasi.

    “Warga yang ada di sekitar TKP datang dan mengevakuasi korban yang dalam kondisi pingsan. Korban kemudian dibawa ke Rumah Sakit Sido Waras di Kecamatan Bangsal untuk mendapatkan pertolongan pertama, saat ini kondisi korban berangsur sehat,” jelasnya. [tin/ted]

  • Banjir Mojokerto Raya Meluas ke 7 Kecamatan

    Banjir Mojokerto Raya Meluas ke 7 Kecamatan

    Mojokerto (beritajatim.com) – Berdasarkan pantauan Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Selasa (5/3/2024), terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga hujan lebat di wilayah Mojokerto Raya. Akibatnya, enam kecamatan di Kabupaten Mojokerto dan satu kecamatan di Kota Mojokerto terendam banjir.

    Hujan yang terjadi hingga Rabu (6/3/2024) dini hari tersebut berdurasi cukup lama sehingga mengakibatkan debit air sungai di beberapa titik di wilayah Kabupaten Mojokerto meningkat. Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Mojokerto, banjir merendam tujuh desa di enam kecamatan.

    Yakni Desa Gayaman di Kecamatan Mojoanyar, Desa Kauman di Kecamatan Bangsal, Desa Kutorejo di Kecamatan Kutorejo, Desa Tunggalpager dan Desa Jabontegal di Kecamatan Pungging, Desa Kenanten di Kecamatan Puri dan Desa Kedung Gempol di Kecamatan Mojosari.

    Sementara pantauan beritajatim.com, banjir juga merendam Desa Jotangan di Kecamatan Mojosari. Sedangkan di Kota Mojokerto, banjir merendam pemukiman warga di Kelurahan Meri, Kecamatan Kranggan. Di Desa Gayaman, Kecamatan Mojoanyar, banjir merendam Dusun Tambakrejo dan Dusun Gayaman.

    “Di Dusun Tambakrejo, Desa Gayaman, air mengenangi jalan desa dengan ketinggian -+ 30 cm sampai 1,5 meter dan di dalam rumah  -+ 20 sampai 40 cm. Sebanyak 20 jiwa mengungsi,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik, BPBD Kabupaten Mojokerto, Abdul Khakim.

    Di Dusun Gayaman, Desa Gayaman, jalan desa tergenang air dengan ketinggian  -+ 30 cm sampai 70 cm. Sementara banjir di Desa Kauman, Kecamatan Bangsal dengan ketinggian air -+ 60 cm dan merendam 45 rumah warga dengan ketinggian -+ 40 cm serta satu rumah mengalami kerusakan.

    Kondisi banjir di Kabupaten Mojokerto. [Foto : Misti/beritajatim.com]“Rumah milik Ibu Kasana mengalami rusak pada bagian dinding samping. Banjir di Desa Kutorejo Kecamatan Kutorejo, akses jalan tergenang air dengan ketinggian -+ 40 cm, dinding rumah milik H Son roboh, pagar Balai Desa Kutorejo roboh dan dinding Puskesmas Kutorejo roboh,” katanya.

    Sementara di Kecamatan Pungging, lanjut Khakim, banjir terjadi di Dusun Wonogiri, Desa Tunggalpager dan Desa Jabontegal. Di Desa Tunggalpager, banjir merendam jalan dusun dengan ketinggian -+ 30 cm dan empat rumah tergenang air dengan ketinggian -+ 150 cm.

    “Diduga karena kontur tamah lebih rendah sehingga air masuk rumah, ketinggian air di jalan -+ 50 cm sampai 100 cm dan ketinggian air di jalan dusun -+ 50 cm sampai 100 cm. Di Kecamatan Puri, banjir merendam 13 rumah di Dusun Sawurkembang, Desa Kenanten dengan ketinggian air -+ 60 cm,” jelasnya.

    Sementara di jalan desa, ketinggian air di -+130 cm. Untuk di Desa Kedung Gempol, Kecamatan Mojosari, lanjut Khakim, ketinggian air di dalam rumah -+ 50 cm dan di jalan desa -+ 50 cm sampai 100 cm. Selain itu, tanggul Kali Sadar jebol dengan panjang 20 meter x lebar 2,5 meter.

    “Petugas BPBD Kabupaten Mojokerto bersama TNI/Polri, perangkat desa masing-masing, potensi relawan dan warga stand by di lokasi banjir. Petugas mengevakuasi balita dan lansia ke tempat yang lebih aman serta memberikan bantuan darurat. Berupa selimut dan makanan siap saji,” tegasnya. [tin/but]