Topik: Banjir

  • Banjir di Kota Mojokerto Rendam Gedung MI dan Rumah Sakit

    Banjir di Kota Mojokerto Rendam Gedung MI dan Rumah Sakit

    Mojokerto (beritajatim.com) – Banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Brantas di Dusun Sambirejo, Desa Wringinrejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto tak hanya menyebabkan pemukiman warga sekitar terendam. Banjir juga merendam fasilitas umum (fasum) di Kota Mojokerto.

    Banjir kiriman dari wilayah Kabupaten Mojokerto ini merendam pemukiman penduduk di Kelurahan Pekuncen, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. Tak hanya itu akses Jalan Raya Surodinawan, MI Nurul Huda dan halaman depan RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo Kota Mojokerto juga tergenang.

    Di Kantor Kelurahan Surodinawan, air menggenangi area parkir dan halaman dengan kedalaman sekitar 20 cm. Sementara, di RSU Dr Wahidin Sudiro Husodo, air merendam area pintu masuk dan keluar rumah sakit milik Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto tersebut.

    Satpam MI Nurul Huda, Siswantoro mengatakan, air banjir datang sekitar pukul 19.30 WIB dengan ketinggian sekitar 50 cm. “Air banjir dari saluran irigasi yang ada di depan sekolah sebelah sebarat sekolah kemudian ke utara dan barat terus masuk ke sekolah,” ungkapnya, Minggu (10/3/2024).

    Masih kata Siswantoro, air juga masuk ruang kelas dan kantor MI Nurul Huda. Siswantoro yang merupakan warga sekitar ini pun bersama warga sekolah lainnya mengevakuasi buku maupun dokumen penting dengan cara melakukan ke atas meja. Di pemukiman warga, air masuk beberapa rumah.

    “Dinaikkan di atas meja semua. Ini tadi empat ruangan TK juga kena banjir. Kebetulan saya warga sekitar, air sudah masuk beberapa rumah (warga) namun tidak parah karena warga sebelumnya sudah siaga dan antisipasi, ya sekitar 20-40 cm dari jalan juga. Portal jalan ditutup antisipasi pengendara motor yang nekat menerobos banjir,” jelasnya.

    Sebelumnya, Tanggul Sungai Brangkal di Dusun Sambirejo, Desa Wringinrejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Sabtu (9/3/2024) malam jebol. Akibatnya, ratusan rumah di Desa Sambirejo terendam hingga meluas ke Kecamatan Surodinawan, Kota Mojokerto. [tin/suf]

  • BPBD Mojokerto Evakuasi Lansia dan Anak-anak ke Tempat Aman, Imbas Tanggul Sungai Brangkal Jebol

    BPBD Mojokerto Evakuasi Lansia dan Anak-anak ke Tempat Aman, Imbas Tanggul Sungai Brangkal Jebol

    Mojokerto (beritajatim.com) – BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Mojokerto bersama warga dan relawan PMI mengevakuasi para lanjut usia (lansia) dan anak-anak ke tempat aman. Hal itu sebagai imbas dari banjir terjadi di Dusun Sambirejo, Desa Wringinrejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Sabtu (9/3/2024). Banjir disebabkan tanggul Sungai Brangal jebol.

    Salah satu warga Lingkungan Pekuncen, Eko Purnomo (36) mengatakan, banjir masuk ke pemukiman warga sekira pukul 20.00 WIB. “Habis salat Isya, setelah itu hujan gerimis. Warga kemudian bergotong-royong karena tanggulnya mau jebol,” ungkapnya.

    Sebelum jebol, lanjut Eko, tanggul mengalami kebocoran. Sehingga saat hujan deras, sungai tak bisa menahan debit air hujan. Hal itu mengakibatkan tanggul jebol. Sebelumnya, Rabu (6/3/2024) tanggul Sungai Brangkal jebol dan sudah dilakukan upaya penutupan.

    “Jebolnya perkiraan jam 8 an itu langsung air meluap. Mulai Rabu, warga yang rumahnya dekat sungai sudah mulai mengungsi. Perabotan di dalam rumah sudah diangkat semua, antisipasi jika terjadi hujan lagi. Kalau mengungsi, tinggal angkat saja. Jadi warga sudah siap,” katanya.

    Namun jelang bulan suci Ramadhan, warga banyak yang menghadiri acara megenggang dan ruwah desa sehingga warga masih bertahan di rumah masing-masing. Menurutnya, tanggul Sungai Brangkal jebol sepanjang sekitar 30 meter.

    “Di dalam 1 meter (ketinggian air), di jalan raya setinggi paha orang dewasa cuma arusnya deras. Ada banyak yang dievakuasi karena kebetulan di sini banyak mbah-mbah sudah sepuh, kita evakuasi dulu ke balai desa. Warga gantian melek’an, antisipasi banjir lebih parah tapi ini mulai surut,” tuturnya.

    Sebelumnya, Tanggul Sungai Brangkal di Dusun Sambirejo, Desa Wringinrejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Sabtu (9/3/2024) malam jebol. Akibatnya, ratusan rumah di Desa Sambirejo terendam hingga meluas ke Kecamatan Surodinawan, Kota Mojokerto. [tin/suf]

  • Tanggul Sungai Brangkal Mojokerto Jebol, Air Meluap ke Pemukiman Warga

    Tanggul Sungai Brangkal Mojokerto Jebol, Air Meluap ke Pemukiman Warga

    Mojokerto (beritajatim.com) – Tanggul Sungai Brangkal di Dusun Sambirejo, Desa Wringinrejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto, Sabtu (9/3/2024) malam jebol. Akibatnya, ratusan rumah di Desa Sambirejo terendam l hingga meluas ke Kecamatan Surodinawan, Kota Mojokerto.

    Salah satu warga Dusun Sambirejo, Eko Purnomo (36) mengatakan, tanggul Sungai Brangkal jebol sepanjang kurang lebih 30 meter. Tanggul Sungai Brangkal tersebut jebol sekitar pukul 20.00 WIB, meski sebelumnya sudah ada upaya dari warga untuk menahan tanggul agar tidak jebol.

    “Sebelumnya, tanggul jebol pada Rabu (6/3/2024) kemarin. Namun sudah diperbaiki secara darurat oleh warga. Debit air sungai sangat deras karena hujan deras akhirnya tanggul tidak kuat menahan beban air lagi,” ungkapnya, Minggu (10/3/2024).

    Sebelum tanggul sungai jebol, warga sudah mengungsi ke tempat yang aman. Warga sudah mengantisipasi jika akan terjadi hujan diprediksi debit sungai akan meningkat sehingga warga mengungsi saat terjadi hujan deras. Menurutnya sudah ada sinyal peringatan di lokasi.

    “Warga saat mendapat sinyal siaga banjir sudah siap siaga kalau tanggul jebol sehingga warga di sekitar lokasi langsung meengamankan barang-barang berharga dan mengungsi ke tenpat yang aman. Sehingga saat debit sungai tidak kuat menahan air dan banjir bisa diantisipasi,” ujarnya.

    Warga lainnya, Edo (25) mengatakan, tanggul Sungai Brangkal jebol sekira pukul 19.30 WIB. “Tanggul jebol kemarin itu, panjangnya antara 30 meter sampai 35 meter. Ini tadi air datang habis magrip terus mengalami dan pukul 19.30 WIB, tanggul jebol,” ujarnya.

    Pasca tanggul jebol, lanjut Eko, air Sungai Brangkal meluap ke pemukiman warga. Warga bahu-membahu mengevakuasi warga lanjut usia (lansia) dan anak-anak. Ketinggian air sekitar 50 cm dengan arus yang cukup besar sehingga warga mengevakuasi para lansia dan anak-anak.

    “Para lansia dan anak-anak sebagian besar dievakuasi tapi ada beberapa warga yang bertahan di rumah masing-masing. Setelah air surut, warga berharap tanggul yang jebol agar segera diperbaiki pemerintah sehingga saat hujan deras tidak jebol dan mengakibatkan banjir,” pungkasnya.

    Banjir akibat jebolnya tanggul Sungai Brangkal juga merendam pemukiman wargan di Lingkungan Pekuncen, Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon. Kota Mojokerto. Air masuk pemukiman warga sekitar pukul 21.00 WIB. Air kiriman dari Sungai Brangkal juga merendam Jalan Raya Surodinawan.

    Sejumlah portal di masing-masing jalan ditutup sementara untuk mengantisipasi pengendara motor yang nekat menerobos banjir. Minggu dini hari, kondisi air mulai surut. Sementara di Dusun Sambirejo, Desa Wringinrejo, Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto air juga mulai surut perlahan. [tin/suf]

  • Sempat Pergi, Banjir Kembali Genangi Mojoagung Jombang

    Sempat Pergi, Banjir Kembali Genangi Mojoagung Jombang

    Jombang (beritajatim.com) – Banjir kembali menggenangi sejumlah desa di Kecamatan Mojoagung Kabupaten Jombang Jawa Timur, Minggu (10/3/2024). Ada lima desa yang tergenang. Di antaranya, Desa Kademangan, Betek, Mancilan, Karobelah, serta Des Janti.

    Namun yang kondisinya paling parah adalah Dusun Kebundalem Desa Kademangan. Di desa ini ketinggian air mancapai 1,5 meter. Warga sudah hapal, karakter banjir di Dusun Kebundalem adalah air cepat datang tapi juga cepat pergi.

    Selama Maret 2024 ini saja, air bah sudah tiga kali menyambangi desa tersebut. Yakni, Rabu (6/3/2024) malam, kemudian surut sebentar, dan disusul kembali pada Kamis (7/3/2024) dini hari. Kemudian Sabtu (9/3/2024) malam.

    “Air mulai memasuki perkampungan Sabtu sekitar pukul enam petang. Ketinggian air kalau di luar rumah 1,5 meter, sedangkan di dalam rumah satu meter. Ini sudah ketiga kalinya selama Maret,” kata Muhammad Fatkhur (33), warga setempat.

    Fatkhur menjelaskan, banjir diawali hujan deras yang menyiram kawasan Mojoagung dan sekitar. Hujan tersebut intensitasnya cukup tinggi. Sudah begitu durasinya juga lumayan panjang, yakni mulai pukul dia siang hingga jam delapan malam.

    Akibatnya, sungai yang melintasi Dusun Kebundalem meluap. Air kemudian masuk ke perkampuan, lalu naik ke rumah warga. “Kami tidak pengungsi. Karena banjir di sini cepat surut. Kalau ditinggal mengungsi, pas surut, kondisi kering malah susah saat bersih-bersih,” ujarnya.

    Fatkhur dan warga lainnya hanya pasrah ketika kampungnya dipukul banjir berkali-kali. Dia hanya berharap agar pemerintah melakukan pengerukan air sungai yang meluap itu. Sehingga bisa menampung air ketika hujan dengan intensitas tinggi.

    Kepala Seksi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang Syamsul Bahri membenarkan adanya banjir kiriman tersebut. Selain Desa Kademangan, juga ada Desa Betek, Mancilan, Karobelah, serta Desa Janti, yang diterpa banjir.

    Kemudian di Kecamatan Mojowarno ada satu desa, yakni Selorejo. Sedangkan di Kecamatan Sumobito, banjir menggenangi Dusun Balongsono Desa Talinkidul. “Kita sudah menerjunkan tim ke lokasi banjir,” ujar Syamsul.

    Syamsul mengatakan bahwa terdapat 500 KK (Kepala Keluarga) di Desa Kademangan yang terdampak banjir. Namun mereka belum ada yang mengungsi. Banjir, kata Syamsul, disebabkan oleh meluapnya aliran sungai di desa setempat.

    Menurut Syamsul, mulai Sabtu siang hingga malam, hujan deras mengguyur kawasan hulu sungai yang ada di Kecamatan Wonosalam. Sehingga kawasan bagian bawah terkena dampaknya. “Pukul lima petang debit air di dam Gayam Mojowarno meluap. Air pun menggenangi permukiman warga, Hingga Minggu pukul tiga dini hari, air masih menggenang,” kata Syamsul. [suf]

  • Diterjang Banjir, Jembatan Alternatif Antar Desa Mojokerto Putus

    Diterjang Banjir, Jembatan Alternatif Antar Desa Mojokerto Putus

    Mojokerto (beritajatim.com) – Jembatan alternatif penghubung antar desa di Kecamatan Gondang, Kabupaten Mojokerto putus. Jembatan alternatif penghubung Dusun Kedungpen, Desa Gondang dengan Desa Kebontunggul, Kecamatan Gondang, tersebut putus akibat diterjang air banjir.

    Jembatan alternatif penghubung antar desa tersebut memiliki panjang kurang lebih 43 meter dengan diameter 2 meter dan ketinggian 15 meter. Jembatan putus dan terbawa arus sungai setelah diterjang banjir dari Sungai Pikatan pada, Sabtu (9/3/2024)  sekira pukul 16.00 WIB.

    Kepala Dusun (Kadus) Kedungpen, Desa Gondang, Saiful Bahri (44) mengatakan, sekitar pukul 16.00 WIB, ia mendapatkan laporan dari warga jika jembatan alternatif terputus dan terbawa arus air banjir. “Pondasi sebelah utara jembatan tidak kuat menahan derasnya aliran sungai,” ungkapnya.

    Derasnya aliran Sungai Pikatan menyebabkan jembatan putus sekitar 25 meter. Masih kata Kadus, material jembatan ikut terbawa arus sungai dan hanya menyisahkan sisi selatan sepanjang 18 meter. Sebelum di sekitar lokasi hujan turun dengan deras dan lama.

    “Sebelumnya hujan mengguyur Dusun Kedungpen sejak pukul 13.00 WIB. Jembatan itu jembatan alternatif antar desa, hanya roda dua yang bisa lewat. Karena jembatan terputus sehingga tidak bisa dilewati sehingga warga disarankan lewat Desa Kamasantani,” katanya.

    Masyarakat diminta untuk lewat Desa Kemasantani atau lewat arah Desa Pohjejer saat hendak ke Desa Kebontunggul atau desa sekitar. Beruntung saat kejadian jembatan alternatef tersebut sepi sehingga tidak ada korban dalam kejadian tersebut.

    Hujan menguyur Mojokerto Raya sejak Sabtu siang. Sejumlah sungai di wilayah Mojokerto mengalami peningkatan debit air. Sungai Pikatan sendiri mengarah ke Sungai Brangkal di Kecamatan Sooko, Kabupaten Mojokerto menuju Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto. [tin/kun]

  • Banjir di Pasuruan, Permukiman di Tiga Kecamatan Tergenang, Bantuan Mulai Datang

    Banjir di Pasuruan, Permukiman di Tiga Kecamatan Tergenang, Bantuan Mulai Datang

    Pasuruan (beritajatim.com) – Banjir masih menggenangi permukiman warga di tiga kecamatan di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, hingga Sabtu (9/3/2024) siang. Ketiga kecamatan tersebut adalah Winongan, Grati, dan Rejoso.

    Di Desa Winongan Kidul, Kecamatan Winongan, air sudah mulai surut. Ketinggian air saat ini berkisar antara 20 cm hingga 40 cm, dan genangan di jalan raya sudah surut sehingga arus lalu lintas kembali lancar.

    Kepala Desa Winongan Kidul, Osin, mengatakan bahwa pemerintah Kabupaten Pasuruan telah memberikan bantuan logistik seperti makanan dan air minum. Bantuan kesehatan seperti obat-obatan dan pemeriksaan kesehatan juga telah diberikan.

    “Air sudah surut, namun masih ada beberapa dusun yang masih terendam banjir,” kata Osin.

    Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pasuruan, Sugeng Hariyadi, mengungkapkan bahwa luapan Sungai DAS Rejoso selain merendam Kecamatan Winongan, juga merendam Kecamatan Grati dan Rejoso.

    Di Kecamatan Grati, banjir masih menggenangi permukiman warga Dusun Kebrukan Desa Kedawung Kulon dengan ketinggian mencapai dada orang dewasa. Sementara di Kecamatan Rejoso, wilayah yang terendam banjir berada di Desa Toyaning.

    “Jadi total ada tiga kecamatan yang terdampak banjir,” kata Sugeng.

    Sebelumnya diketahui, hujan deras yang mengguyur Kabupaten Pasuruan pada Jumat (8/3/2024) mengakibatkan sejumlah wilayah di Kecamatan Winongan terendam banjir. Ketinggian air bervariasi, antara 30 cm hingga 100 cm.

    Menurut warga Dusun Serambi, Desa Winongan Kidul, banjir datang sekitar pukul 15.00 WIB. Banjir dengan cepat masuk ke permukiman warga, membuat perabotan dan sembako milik warga tak terselamatkan. (ada/ian)

  • 674 Keluarga di Bangsalsari dan Balung Jember Terdampak Banjir

    674 Keluarga di Bangsalsari dan Balung Jember Terdampak Banjir

    Jember (beritajatim.com) – Sebanyak 674 keluarga di Kecamatan Bangsalsari dan Balung di Kabupaten Jember, Jawa Timur, terdampak banjir sepanjang, Jumat (8/3/2024). Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jember mendirikan empat dapur mandiri untuk membantu warga.

    Kepala BPBD Jember Widodo Julianto mengatakan, hujan deras terjadi selama satu jam pada pukul 13.00 WIB menyebabkan luapam Sungai Banjarsari Di Dusun Paguan, Desa Petung, Bangsalsari. “Banjir juga diakibatkan dari luberan persawahan dan pemukiman warga dan drainase yang tidak mampu menampung debit air hujan,” katanya, Sabtu (9/3/2024).

    Banjir kemudian meluap ke pemukiman warga dan jalan nasional yang menghubungkan Jember-Surabaya. Ketinggian air mencapai 60 – 100 cm yang menyebabkan kemacetan enam hingga tujuh kilometer. Air juga masuk ke rumah warga dengan ketinggian air 20 – 50 Cm.

    “Sebelumnya memang ada peringatan bahwa di Jember ada potensi hujan sedang hingga lebat yg disertai petir dan angin kencang di Bangsalsari, Panti, Sukorambi, Tempurejo, Patrang, Arjasa, Jelbuk, Sukowono,” kata Widodo.

    Banjir terjadi di Desa Petung, Tisnogambar, Sukorejo, dan Langkap Kecamatan Bangsalsari. Total ada 392 keluarga di Bangsalsari yang terdampak banjir. BPBD Jember melaporkan seorang korban terluka karena tertimpa tembok rumah yang roboh.

    Sementara itu di Kecamatan Balung, banjir terjadi di Desa Curah Lele yang meliputi Dusun Krajan Tengah, Dusun Karang Pakem, dan Dusun Krajan Kidul. Total ada 282 keluarga terdampak di sini.

    “Saat ini air yang menggenangi jalan nasional di Desa Petung sudah mulai surut. Arus lalu lintas sudah normal kembali. Sementara di Desa Langkap, Sukorejo, Tisnogambar, dan Curah Lele Balung, banjir masih menggenangi lokasi,” kata Widodo.

    BPBD Jember mendirikan dapur mandiri di rumah Bahrozi, di Dusun Paguan RT 2 RW 1, Desa Petung, Bangsalsari; rumah Pak Maksum, Dusun Krajan RT 1 RW 9, Desa Langkap, Bangsalsari; rumah Pak Syamusri, di Dusun Tegal Gebang RT.2 RW.16, Desa Sukorejo, Bangsalsari; dan rumah Pak Abdul Hamid, di Dusun Karang Tengah RT 20 RW 6, Desa Curahlele, Balung.

    “Kami mengimbau kepada masyarakat untuk waspada terhadap cuaca ekstrem. dan mengimbau kepada kecamatan maupun desa untuk menyediakan alat kedaruratan kebencanaan. Sistem perongatan dini diperkuat,” kata Widodo. [wir]

  • Penutupan Tanggul Jebol Kali Sadar Mojokerto Diharapkan Dapat Atasi Banjir

    Penutupan Tanggul Jebol Kali Sadar Mojokerto Diharapkan Dapat Atasi Banjir

    Mojokerto (beritajatim.com) – Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati berharap penutupan tanggul jebol di Kali Sadar dapat mengatasi banjir yang ada di Kabupaten Mojokerto. Hal tersebut disampaikan saat meninjau proses penutupan tanggul jebol di Kali Sadar Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jumat (8/3/2024).

    Secara langsung orang nomor satu di lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto ini kembali meninjau beberapa desa yang terdampak banjir akibat tanggul Kali Sadar jebol. Peninjauan ulang di Desa Ngrame, Kecamatan Pungging dan juga Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari tersebut sekaligus memantau progres penutupan tanggul yang jebol di Sungai Sadar.

    “Kita kembali ke lokasi jebolnya tanggul sungai Sadar, kemarin sore juga kita sudah memantau progres dari penutupan tanggul dan hari ini alhamdulillah progresnya sudah semakin bagus. Tanggul yang jebol ditutup dengan sandbag ukuran jumbo berisi pasir yang sudah dipadatkan sehingga diharapkan bisa menutup area yang jebol tersebut dengan kuat,” ungkapnya.

    Dengan penggunaan sandbag berukuran jumbo dan menggunakan alat berat yang kemudian dipadatkan diharapkan kekuatannya tidak perlu diragukan. Bupati perempuan pertama di Kabupaten Mojokerto ini berharap dengan adanya proses penutupan tanggul yang jebol di Kali Sadar tersebut akan segera dapat mengatasi banjir yang ada di Kabupaten Mojokerto.

    “Bismillah semua progres terus berjalan, mohon doanya. Masyarakat tidak perlu khawatir, kita berupaya selain tanggul ini pompa juga mulai dijalankan kemarin siang. Mudah-mudahan segera teratasi, tetap semangat, sabar jangan lupa, tetap bersyukur meskipun kita saat ini bersama-sama sedang menghadapi banjir,” pungkasnya.

    Diketahui dalam prosesi peninjauan lokasi banjir tersebut Bupati didampingi dengan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Mojokerto, Kepala Bidang SDA PUPR, serta Ketua Pelaksana BPBD Kabupaten Mojokerto. [tin/ian]

  • Jadi Penyebab Banjir, Tanggul Kali Sadar Mojokerto Segera Dapat Penanganan Darurat

    Jadi Penyebab Banjir, Tanggul Kali Sadar Mojokerto Segera Dapat Penanganan Darurat

    Mojokerto (beritajatim.com) – Tanggul Kali Sadar di Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto jebol menjadi penyebab banjir. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mojokerto memastikan, tanggul yang jebol akan segera mendapatkan penanganan darurat.

    Salah satu warga Dusun Gempolmalang, Desa Kedungmalang, Desa Kedunggempil, Jainuri mangatakan, banjir mulai masuk ke pemukiman warga pada, Rabu (6/3/2024) sekitar pukul 02.30 WIB. “Hujan dari Selasa malam. Banjir disebabkan tanggul Kali Sadar jebol,” ungkapnya, Jumat (8/3/2024).

    Luapan Kali Sadar meluap hingga merendam persawahan dan pemukiman warga dengaj ketinggian air merendam rumah warga sekitar 1 meter. Banjir menyebabkan tiga dusun di Desa Kedunggempol terendam banjir. Banjir tersebut merupakan banjir ketiga sejak awal tahun 2024.

    “Ini kejadian banjir sudah ketiga kalinya, harapan kami semoga tanggul segera tertangani, karena jika nanti terjadi hujan lagi akan makin parah kondisi banjir,” tambahnya.

    Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air (SDA), Dinas PUPR Kabupaten Mojokerto, Rois Arif Budiman mengatakan, pihaknya masih melakukan mitigasi di lapangan. “Saat ini tim kami di lapangan bersama BBWS Brantas tengah melakukan mitigasi untuk pembuatan tanggul darurat,” ungkapnya.

    Saat ini, pihaknya akan melakukan penanganan darurat terlebih dahulu. Seperti membuat tanggul dari bambu maupun bronjong di tanggul jebol sepanjang 30 meter. Data Dinas PUPR Kabupaten Mojokerto menyebutkan, di Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, tanggul Kali Sadar jebol dengan panjang 30 m.

    Banjir menggenangi permukiman, sekolah dan Balai Desa Kedunggempol. Di Desa Jabontegal, Kecamatan Pungging tanggul Kali Gembolo jebol beberapa titik. Akibatnya menggenangi permukiman dan persawahan di Desa Jabontegal dan Tunggalpager. Di Desa Kebondalem Kecamatan Mojosari, tanggul Kali Sumber Kembar jebol sepanjang 30 m.

    Banjir menggenangi persawahan dan mengancam permukiman. Di Desa Tinggarbuntut, Kecamatan Bangsal tanggul Kali Tekuk jebol sepanjang 20 m menggenangi persawahan dan mengancam permukiman. Di Dusun Gembongan, Desa Jotangan, Kecamatan Mojosari terjadi luapan afvour Gedang yang menggenangai persawahan dan pemukiman.

    Di Desa Jotangan. Desa Jampirogo, Kecamatan Sooko tanggul kiri Kali Brangkal meluber dan menggenangi permukiman. Desa Pekukuhan, Kecamatan Mojosari tanggul Sungai Sumber Gagak putus sepanjang 15 m dan mengenangi persawahan warga. [tin/aje]

  • Bersifat Sementara, Penutupan Tanggul Jebol di Mojokerto Dikebut

    Bersifat Sementara, Penutupan Tanggul Jebol di Mojokerto Dikebut

    Mojokerto (beritajatim.com) – Tanggul Kali Sadar di Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto sepanjang 30 meter jebol menjadi penyebab banjir yang ada Kecamatan Mojosari, dan Pungging. Penutupan tanggul jebol Kali Sadar langsung dilakukan.

    Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mojokerto didatangkan untuk menutup tanggul yang jebol. Total ada tiga ekskavator atau alat berat dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas didatangkan ke lokasi tanggul jebol.

    “Satu alat berat diterjunkan lagi milik BBWS Brantas. Sebelumnya, dua alat berat sudah diterjunkan. Jadi saat ini total ada 3 alat berat dari BBWS,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air (SDA), Dinas PUPR Kabupaten Mojokerto, Rois Arif Budiman, Jumat (8/3/2024).

    Penambahan alat berat tersebut untuk mempercepat penutupan tanggul yang jebol. BBWS Brantas menarget, Jumat sore selesai penutupan tanggul jebol di Kali Sadar Desa Kedunggempol kelar. Namun tanggul jebol di Desa Kedunggempol bersifat sementara.

    “Tanggul yang jebol ditutup dengan menggunakan bambu sesek dan sandbag. Upaya tersebut untuk menghentikan luberan air dari Kali Sadar ke permukiman penduduk,” jelasnya. [tin/aje]