Topik: Banjir

  • 17 Hari Terjebak, 41 Pekerja di Terowongan India Berhasil Dievakuasi

    17 Hari Terjebak, 41 Pekerja di Terowongan India Berhasil Dievakuasi

    Jakarta, CNN Indonesia

    Tim penyelamat berhasil mengevakuasi 41 orang pekerja konstruksi yang terperangkap selama 17 hari, di dalam terowongan yang runtuh di Himalaya, India.

    Evakuasi puluhan pekerja itu dimulai lebih dari enam jam, setelah tim penyelamat berhasil menerobos puing-puing terowongan yang ambruk sejak 12 November lalu itu.

    Mereka ditarik keluar dengan tandu beroda melalui pipa baja sebesar 90 cm, dan seluruh proses selesai dalam waktu sekitar satu jam.

    “Kondisi mereka sangat baik. Tidak ada kekhawatiran mengenai kesehatan mereka,” kata pemimpin tim penyelamat Wakil Hassan.

    Setelah evakuasi, para pekerja dibawa dengan ambulans ke rumah sakit yang berjarak sekitar 30 kilometer dari lokasi.

    Selama terjebak di dalam terowongan, para pekerja itu mendapatkan makanan, air, oksigen hingga obat-obatan melalui sebuah pipa. Upaya penggalian terowongan menggunakan mesin bor bertenaga tinggi juga beberapa kali mengalami hambatan.

    Badan-badan pemerintah akhirnya meminta “penambang tikus” untuk mengebor bebatuan dan kerikil dengan tangan dari dalam pipa evakuasi.

    Para “penambang tikus” yang dibawa dari India tengah ini berhasil menembus bebatuan, tanah, dan logam sepanjang sekitar 60 meter setelah bekerja selama lebih dari satu hari.

    Terowongan ini merupakan salah satu proyek paling ambisius dari pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi, yang dibangun untuk menghubungkan empat tempat ziarah Hindu melalui jaringan jalan sepanjang 890 kilometer.

    Pihak berwenang belum mengungkap apa yang menyebabkan keruntuhan tersebut, namun wilayah tersebut rentan terhadap tanah longsor, gempa bumi, dan banjir.

    (dna/dan)

    [Gambas:Video CNN]

  • Begini Langkah Polres Malang Hadapi Musim Hujan dan Bencana Hidrometeorologi

    Begini Langkah Polres Malang Hadapi Musim Hujan dan Bencana Hidrometeorologi

    Malang (beritajatim.com) – Memasuki musim penghujan 2023, apel gelar pasukan dilakukan Polres Malang, Selasa (28/11/2023). Kesiapsiagaan itu untuk memastikan Pasukan dan Peralatan Kesiapan Penanggulangan Bencana Hidrometeorologi, bisa dimaksimalkan sejak dini.

    Wakapolres Malang, Kompol Wisnu Kuncoro, memimpin langsung gelar pasukan bersama personel gabungan Kodim 0818 Malang-Batu, Brimob Detasemen B Pelopor Ampeldento, Satpol PP, dan BPBD Kabupaten Malang. Kegiatan juga dihadiri Pemkab Malang, SAR, Pemadam Kebakaran, dan Senkom Mitra Polri.

    Membacakan amanat Kapolres Malang, AKBP Putu Kholis Aryana, Kompol Wisnu Kuncoro, menekankan kerentanan geografis dan geologis Kabupaten Malang terhadap bencana alam, khususnya bencana hidrometeorologi.

    Beberapa Kecamatan di kabupaten Malang dinilai rawan terkena dampak bencana, terutama banjir yang disebabkan oleh luapan Sungai Brantas dan sungai-sungai besar lainnya yang melintasi wilayah tersebut. “Melihat besarnya ancaman bencana alam geometeorologi tersebut maka kita perlu meningkatkan kewaspadaan terlebih saat ini akan memasuki musim penghujan,” kata Kompol Wisnu di Mapolres Malang, Selasa (28/11/2023).

    Wisnu bilang, data BMKG menunjukkan bahwa wilayah kabupaten Malang akan memasuki musim penghujan dari November hingga puncaknya pada Januari-Februari, dengan prediksi peningkatan intensitas curah hujan. Hal ini dikarenakan adanya pengaruh badai lamina yang memicu peningkatan curah hujan hingga 20 sampai dengan 70 persen.

    “Dengan adanya potensi peningkatan curah hujan pada periode musim tersebut maka perlu dibangun kewaspadaan mitigasi dan kesiapsiagaan darurat bencana hidrometropi dari berbagai elemen,” imbuhnya.

    Dalam arahannya, Kompol Wisnu menggarisbawahi beberapa poin penting dalam kesiapan penanganan bencana, diantaranya peningkatan sinergitas antar stakeholder, menyusun rencana kontijensi, melakukan sosialisasi persuasif dan edukatif kepada masyarakat, serta memastikan kesiapan mental dan fisik satuan tugas.

    Pihaknya juga meminta masing-masing satuan tugas dari TNI Polri maupun pemerintah daerah saling berkoordinasi menyiapkan lokasi pengungsian dan jalur evakuasi laksanakan pelatihan secara intensif dan lakukan pengecekan secara intensif dan berkala terhadap seluruh peralatan besar yang telah dimiliki. “Termasuk menjaga kesehatan dan keselamatan dalam pelaksanaan tugas agar para anggota yang bertugas di lapangan dapat menjalankan tugas secara optimal,” tegasnya. (yog/kun)

    BACA JUGA: Terekam CCTV, Polres Malang Tangkap Penjual Es Cincau Cabuli Anak Kecil

  • Terowongan Tambang India Runtuh, 41 Penambang Terjebak 2 Pekan Lebih

    Terowongan Tambang India Runtuh, 41 Penambang Terjebak 2 Pekan Lebih

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sebanyak 41 pekerja tambang India terjebak di terowongan yang runtuh sejak 12 November lalu.

    Lebih dari dua pekan para pekerja belum juga berhasil diselamatkan.

    Puluhan pekerja ini terjebak di dalam terowongan usai galian itu mendadak runtuh. Mereka saat itu sedang membangun terowongan untuk jalan raya yang berlokasi 4,5 kilometer di negara bagian Uttarakhand.

    Tim penyelamat berupaya segala cara untuk menyelamatkan mereka mulai dari menggali dengan mesin, menerjunkan orang-orang untuk menggali manual, hingga mengebor dengan sejumlah rute yang berbeda seperti horizontal dan vertikal.

    Pada Senin (27/11), tim penyelamat juga mulai mengerahkan ‘penambang tikus’, para ahli yang menggunakan metode primitif, berbahaya, dan kontroversial, untuk melakukan penggalian. Disebut tikus karena kemampuan mereka yang mirip dengan tikus penggali.

    Terbaru, tim penyelamat mengatakan pihaknya sudah tinggal enam sampai tujuh meter dari lokasi para pekerja. Tim meyakini bakal bisa menyelamatkan mereka setelah melakukan pengeboran pada Selasa (28/11).

    Meski terjebak reruntuhan, para pekerja sejauh ini mendapatkan makanan, air, cahaya, oksigen, dan obat-obatan melalui sebuah pipa. Pipa itu sudah berada di sana dan dibersihkan oleh tim penyelamat.

    Upaya penggalian dan pengeboran sendiri hingga kini belum juga berhasil karena serangkaian hambatan seperti mesin pengebor yang rusak, badai petir, hujan es, dan suhu rendah.

    Terowongan ini merupakan bagian dari jalan raya Char Dham, salah satu proyek paling ambisius Perdana Menteri Narendra Modi, yang bertujuan menghubungkan empat situs ziarah Hindu. Proyek ini senilai 15 miliar dolar atau sekitar Rp231,6 triliun.

    Pihak berwenang belum menjelaskan apa yang menyebabkan terowongan itu runtuh. Kendati demikian, wilayah tersebut memang rawan longsor, gempa bumi, dan banjir.

    (blq/bac)

  • 24 Orang Tewas Tersambar Petir di India

    24 Orang Tewas Tersambar Petir di India

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sebanyak 24 orang meninggal dunia karena tersambar petir, sementara 23 orang mengalami luka-luka karena insiden terkait dengan hujan deras di Gujarat, India.

    Gujarat dilanda hujan deras sejak dua hari belakangan dan masih berlangsung hingga Senin (27/11) pagi.

    Bukan hanya hujan lebat yang turun di negara bagian India tersebut, menurut data pemerintah badai petir dan hujan es juga terjadi di Gujarat. Di beberapa tempat, curah hujan mencapai 144 milimeter dalam 24 jam.

    Selain korban meninggal dan luka-luka, hujan juga menyebabkan kerusakan rumah-rumah dan ternak hilang.

    “Kami akan memulai survei secepatnya untuk mengecek kehilangan yang terjadi,” ujar Menteri Pertanian Gujarat Raghavij Patel, Senin (27/11), dikutip dari Reuters.

    Patel juga menambahkan bakal memberi kompensasi kepada para korban berdasarkan hasil pengecekan tersebut.

    Departemen Meteorologi India (IMD) memperkirakan hujan akan terus berlanjut di beberapa bagian Gujarat pada Senin.

    Gujarat sebelumnya juga pernah dilanda bencana alam terkait hujan. Pada Agustus 2020, terdapat 14 orang tewas dalam dua hari dalam berbagai insiden hujan lebat dan banjir.

    Sementara 31 orang tewass pada Agustus 2019 juga karena insiden terkait hujan.

    (nva/bac)

  • Nyaris 100 Orang Tewas Akibat Banjir di Somalia

    Nyaris 100 Orang Tewas Akibat Banjir di Somalia

    Jakarta, CNN Indonesia

    Jumlah korban tewas akibat banjir yang disebabkan oleh hujan lebat di Somalia bertambah menjadi 96 orang pada Sabtu (25/11).

    “Jumlah korban tewas akibat banjir di Somalia naik menjadi 96 orang,” kata kantor berita negara SONNA dalam sebuah postingan di X (sebelumnya bernama Twitter), dan menambahkan bahwa angka tersebut telah dikonfirmasi oleh Mahamuud Moallim, kepala badan penanggulangan bencana di negara tersebut.

    Seperti halnya wilayah timur Afrika lainnya, Somalia telah dilanda hujan lebat tanpa henti yang dimulai pada bulan Oktober. Hujan lebat tanpa henti itu disebabkan oleh fenomena cuaca El Nino dan Indian Ocean Dipole, mengutip Reuters.

    Keduanya merupakan pola iklim yang berdampak pada suhu permukaan laut dan menyebabkan curah hujan di atas rata-rata.

    Banjir ini digambarkan sebagai yang terburuk dalam beberapa dekade terakhir dan telah menyebabkan sekitar 700.000 orang mengungsi, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

    Hujan deras telah menyebabkan banjir yang meluas di seluruh negeri, memicu pengungsian dan memperburuk krisis kemanusiaan yang sudah ada akibat pemberontakan selama bertahun-tahun.

    Di negara tetangga, Kenya, banjir sejauh ini telah menewaskan 76 orang, menurut Palang Merah Kenya, dan juga menyebabkan pengungsian yang meluas, hancurnya jalan dan jembatan serta menyebabkan banyak penduduk tanpa tempat tinggal, persediaan air dan makanan, menurut badan amal Médecins Sans Frontières (MSF).

    (Reuters/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Antisipasi Bencana Alam, Polda Jatim Waspadai DAS Brantas

    Antisipasi Bencana Alam, Polda Jatim Waspadai DAS Brantas

    Surabaya (beritajatim.com) – Mengantisipasi terjadinya bencana alam di Jawa Timur, Polda Jatim sudah mempersiapkan peralatan dan menyiagakan personel untuk penanggulangan. Berbagai wilayah menjadi target yang perlu diwaspadai, di antaranya kawasan pegunungan dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas.

    Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Imam Sugianto didampingi Pangdam V Brawijaya Mayjen TNI Farid Makruf dan Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Timur Adhy Karyono memimpin Apel Gelar Pasukan dan Peralatan dalam rangka kesiapan penanggulangan bencana hidrometeorologi di wilayah Provinsi Jawa Timur. Apel berlangsung di Lapangan Upacara Mapolda Jatim, pada Selasa (21/11/2023).

    Kapolda Jawa Timur Irjen Pol Imam Sugianto dalam kesempatan ini menyampaikan, kegiatan tersebut dilakukan dalam rangka Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan stakeholder terkait mengantisipasi bencana alam yang kemungkinan akan terjadi di Jawa Timur.

    “Pagi ini kita Forkopimda Jawa Timur beserta segenap stakeholder terkait menyelenggarakan apel kesiap siagaan bencana, hal ini kita lakukan lebih awal karena kita tau di akhir bulan nanti kita sudah masuk tahapan pemilu, jadi sengaja kita adakan hari ini, sekaligus kita konsolidasi dan koordinasi untuk mengecek sarana, prasarana kesiapan kita, untuk mengantisipasi terjadinya bencana hidrometeorologi,” tandasnya usai Apel Gelar Pasukan.

    BACA JUGA:
    Piala Dunia U-17, Polda Jatim Terapkan Pendekatan Ramah Anak

    Lebih lanjut, Imam mengatakan, puncak peningkatan curah hujan tinggi diperkirakan terjadi pada Februari.

    “Berdasarkan informasi dari BMKG di November akhir ini intensitas curah hujan akan meningkat. Desember, Januari, puncaknya Februari. Peningkatan itu bisa terjadi antara 20 persen sampai 70 persen, semua itu karena dampak La Nina,” terang Imam.

    “Nah, kesiapan kita hari ini, mudah-mudahan dengan apel siaga ini kita segera berkoordinasi kemudian menetapkan Posko, dan di Posko itu kita tempatkan dari seluruh elemen stakeholder terkait, terutama petugas yang akan ditunjuk bertugas di Posko memonitor situasi di luar sekaligus pararel manakala ada situasi kontijensi, mereka sudah siap,” tambahnya.

    Jenderal polisi bintang dua kelahiran Malang Jawa Timur ini juga mengatakan, Jawa Timur menduduki ranking tertinggi yakni sebanyak 153 kejadian bencana banjir, tanah longsor dan angin puting beliung.

    BACA JUGA:
    Polda Jatim Kerahkan Tim Jaga Pemain Asing Piala Dunia U-17 di Sejumlah Hotel

    “Kita tahu di Jawa Timur berdasarkan data dari BPS itu ada 153 kejadian bencana banjir, ini menduduki ranking tertinggi di Jawa Timur, kemudian tanah longsor dan kemudian puting beliung, ini yang betul-betul kita antisipasi, tapi mudah-mudahan dengan kesiap siagaan kita, kewaspadaan kita, lalu kita antisipasi sedini mungkin, sehingga kita betul-betul bisa berinteraksi memberikan pemahaman sosialisasi kepada masyarakat, sehingga kita semua sudah siap manakala terjadi bencana,” paparnya.

    Sementara itu, yang perlu diwaspadai adalah daerah yang rawan terjadi bencana. Yaitu pegunungan dan DAS Brantas.

    “Di daerah rawan ini terutama wilayah-wilayah yang dekat pegunungan, sama yang disekitar aliran brantas, itu yang memang harus kita antisipasi betul, itu yang beberapa tahun belakangan ini kita antisipasi, terutama angin puting beliung itu di daerah-daerah Jawa Timur bagian barat, kemudian kemudian yang mendekati garis pantai itu yang perlu kita antisipasi.” pungkasnya Irjen Pol Imam Sugianto dihadapan awak media. [uci/beq]

  • Lapas Lamongan Dirundung Multi Problem, Ini Langkah dan Program Kalapas

    Lapas Lamongan Dirundung Multi Problem, Ini Langkah dan Program Kalapas

    Lamongan (beritajatim.com) – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Lamongan dirundung multi problem yang harus segera dicarikan solusi. Seperti halnya perkampungan, kondisi Lapas Lamongan juga mengalami over kapasitas dan over crowded. Bahkan, masih terdapat beberapa permasalahan klasik yang seringkali menghantuinya.

    Adapun permasalahan klasik tersebut seperti kekurangan air bersih saat musim kemarau, banjir saat musim hujan, got mampet, tercampurnya air septic tank (black water) dan air pembuangan dari kamar mandi (grey water). Selain itu, tak sedikit warga binaan pemasyarakatan (WBP) yang terjangkit penyakit gatal-gatal, imbas dari pencemaran yang terjadi tersebut.

    Bahkan, kegiatan WBP seperti sholat berjamaah, budidaya hidroponik, produksi kerajinan sabun, dan jasa loundry juga terimbas pencemaran air di Lapas, yang berada di Jalan Sumargo Lamongan ini.

    Kepala Lapas Lamongan, Mahrus mengatakan bahwa kondisi dan segala permasalahan yang ada harus segera diatasi agar tidak lagi muncul sebagai masalah baru. Sehingga, solusi yang tepat harus segera dilakukan. “Lokasi geografis Lapas Lamongan ini lebih rendah dari bangunan warga sekitar. Selain itu kapasitas hunian hanya 205 orang, namun saat ini terisi 735 orang WBP,” kata Mahrus, Senin (13/11/2023).

    Menyikapi kondisi tersebut, Mahrus mengaku harus berfikir keras untuk mengatasi beragam problematika yang muncul. Dirinya menyebut, sudah membaca situasi itu serta perlahan membenahi sistem dan infrastruktur yang ada sejak awal 2023, meski dengan keterbatasan anggaran.

    Mahrus berupaya menggandeng berbagai mitra untuk peduli dengan kondisi Lapas. Kemudian demi mempertegas segala upaya yang dilakukan, pihaknya membuat program aksi yang dinamakan ‘BANG LAMONG BERSERI’ (Membangun Lapas Lamongan yang Bersih, Sehat dan Ramah Lingkungan).

    “Alhamdulillah, sedikit demi sedikit bisa mencari solusi terkait permasalahan yang ada. Kami punya program bernama BANG LAMONG BERSERI, yang memiliki 3 tujuan periode, yakni tujuan jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang,” ungkapnya.

    Lebih rinci, Mahrus menjelaskan bahwa tujuan jangka pendek itu ditargetkan pada permasalahan pencemaran lingkungan, banjir saat hujan, dan kekeringan saat kemarau. Hal itu ditanggulangi melalui pembuatan Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL), pada tahun 2023 ini.

    “Untuk jangka menengah dan jangka panjangnya, kami ingin sirkulasi drainase tata kelola air limbah/sampah dan konservasi air bersih secara terintegrasi. Semoga pada tahun 2025 mendatang bisa rampung” tutur Mahrus.

    “Kami berharap, program ini tidak hanya jadi program aksi karena tuntutan tugas Pelatihan Kepemimpinan Administrator Angkatan X Tahun 2023 ini saja, namun lebih dari itu, kami harap akan terus berkesinambungan untuk seterusnya dalam mewujudkan Situasi Iklim Lingkungan yang bersih, sehat dan ramah lingkungan,” tambahnya.

    Sementara itu, salah satu WBP Lapas Lamongan, Arif (35) mengatakan bahwa terjadi perubahan kondisi di Lapas Lamongan saat ini. Dia menyebut, perubahan itu sangat terasa, lingkungan yang awalnya kurang nyaman untuk ditempati, kini berubah jadi bersih dan asri.

    “Iya, terdapat perubahan kondisi di Lapas, got dan selokan yang selama ini mampet dan berbau sekarang sudah mulai lancar dan tak berbau seperti dulu. Saluran pembuangan air dan septictank sekarang juga sudah terpisah,” beber Arif.

    Tak cukup itu, menurut Arif, hasil pengolahan air limbah menjadi air bersih kini sudah layak untuk digunakan, baik untuk mandi dan mencuci, sehingga aktifitas di Lapas Lamongan pun semakin nyaman dan tak tercemar lagi. “Saat ini lingkungan lebih nyaman dan aktifitas kegiatan kepribadian maupun kemandirian juga antusias, karena kebutuhan air bersih tercukupi,” tandas WBP asal Lamongan tersebut.[riq/kun]

    BACA JUGA: Pemkab Lamongan Serahkan Dana Hibah Pilkada 2024 ke Bawaslu

  • Kapolres Malang Imbau Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem

    Kapolres Malang Imbau Masyarakat Waspadai Cuaca Ekstrem

    Malang (beritajatim.com) – Kapolres Malang, AKBP Putu Kholis Aryana berpesan pada masyarakat dan instansi terkait untuk meningkatkan kewaspadaan menghadapi potensi pergantian cuaca ekstrem.

    Pesan itu disampaikan Kapolres sebagai langkah preventif untuk mengurangi resiko terhadap potensi bencana alam di wilayah Kabupaten Malang. “Saya ingatkan untuk terus diberlakukan early warning system, mohon rekan-rekan meningkatkan kewaspadaan. Cuaca yang tidak menentu dapat menimbulkan ancaman serius seperti tanah longsor, angin kencang, banjir rob, hingga pohon tumbang,” ungkap Kholis di hadapan ratusan personel Polres Malang, Senin (13/11/2023).

    Kholis juga menyoroti resiko saat berkendara di bawah kondisi cuaca yang tidak bersahabat, terutama pada musim penghujan yang seringkali menyebabkan jalanan licin dan sulit dikendalikan. Ia mengimbau kepada seluruh masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan saat berkendara. “Selalu waspada saat berkendara, agar berhati-hati, angka kecelakaan makin tinggi di musim penghujan,” tandasnya.

    Upaya itu dilakukan sebagai bagian dari komitmen Polres Malang dalam menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat di tengah kondisi cuaca yang bisa berubah-ubah dengan cepat. “Kolaborasi dan koordinasi antar instansi sangat penting untuk merespons dengan cepat setiap potensi ancaman,” tegas Kholis.

    Ia menegaskan upaya memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat, Polres Malang akan terus berkoordinasi dengan instansi terkait dan memantau perkembangan kondisi cuaca. Pihak kepolisian siap memberikan bantuan dan tanggap darurat apabila dibutuhkan. “Dengan mengedepankan kewaspadaan dan kerjasama antar warga, kami berharap masyarakat Malang dapat menghadapi pergantian cuaca dengan lebih siap dan aman, ” pungkas Kholis. (yog/kun)

    BACA JUGA: KPU Malang Dirikan 5 TPS Loksus Santri dan Mahasiswa

  • Pebalap Liar Terjaring Razia di Kota Blitar Dihukum Sholawat

    Pebalap Liar Terjaring Razia di Kota Blitar Dihukum Sholawat

    Blitar (beritajatim.com) – Pebalap liar di Kota Blitar sebanyak lebih dari 42 orang terjaring razia yang digelar Satlantas Polres Blitar Kota. Mereka pun dihukum bersholawat.

    Puluhan pebalap liar itu diduga hendak adu kecepatan di Jalan Ir. Soekarno. Usai terjaring razia, para pebalap tersebut diminta untuk mendorong kendaraan mereka ke Mapolres Blitar Kota.

    Sembari mendorong kendaraan, para pebalap tersebut diminta untuk melantunkan sholawat di sepanjang jalan hingga sampai Mapolres Blitar Kota.

    Para pebalap liar yang terjaring razia ini mayoritas merupakan anak muda. Mereka biasanya menggelar balapan liar sekitar pukul 24.00 WIB hingga 02.00 WIB dini hari.

    “Dari hasil patroli ditemukan beberapa anak-anak muda yang diduga akan melakukan balap liar dan kendaraan yang mereka gunakan tidak sesuai dengan standarnya,” kata Waka Polres Blitar Kota, Kompol Yoyok Dwi Purnomo, Senin (13/11/2023).

    BACA JUGA:
    Jembatan Subali Blitar Terancam Diterjang Banjir

    Selain terindikasi hendak menggelar balap liar, sepeda motor yang kendarai oleh para pebalap tersebut juga tidak sesuai dengan standar. Selain menggunakan ban berukuran kecil, knalpot yang digunakan juga brong (bising).

    Semua kendaraan yang disita tersebut juga tidak dilengkapi dengan kelengkapan surat sepeda motor. Sehingga 42 sepeda motor tersebut disita oleh Satlantas Polres Blitar Kota.

    “Masyarakat banyak yang mengeluhkan knalpot brong, sehingga kita lakukan penindakan,” imbuhnya.

    Puluhan kendaraan ini, akan disita hingga sang pemilik membawa kelengkapan surat kendaraannya. Para pebalap tersebut juga diminta untuk membawa knalpot standarnya ke Polres Blitar Kota.

    BACA JUGA:
    Gerakan Boikot Produk Israel Bermunculan di Blitar

    Di sana, para pebalap tersebut akan diminta oleh Satlantas Polres Blitar Kota untuk mengganti knalpot brongnya dengan yang standar. Jika tidak mau maka sepeda motor yang telah disita tidak boleh diambil.

    “Harus diganti disini knalpot brongnya, sama membawa surat kelengkapan kendaraan,” terangnya.

    Aksi balap liar di Kota Blitar sendiri masih marak terjadi. Para pelaku mayoritas merupakan anak muda. Kurangnya pengawasan orang tua membuat para anak muda di Blitar masih gemar untuk menggelar balap liar.

    Sebagai langkah antisipasi, Satlantas Polres Blitar Kota selalu rutin menggelar razia setiap malam Sabtu dan Minggu. Diharapkan langkah ini bisa meminimalisir terjadinya balap liar yang mengganggu ketertiban umum. [owi/beq]

  • Mengungkap Tindak Kejahatan Purba dengan Analisis DNA

    Mengungkap Tindak Kejahatan Purba dengan Analisis DNA

    Madrid

    Tulang belulang yang ditemukan di situs gua Els Trocs di kawasan pegunungan Pirenia, Spanyol meliputi tulang lengan dan tungkai yang patah akibat kekerasan benda tumpul. Selain itu, ada pula tengkorak yang bolong akibat tembakan anak panah, juga tulang belulang lain berusia ribuan tahun, saksi bisu aksi kejahatan yang kejam dan brutal.

    Peneliti antropologi Kurt Alt, menunjukkan tengkorak seorang perempuan lansia. Jika diamati dari dalam, terlihat anak panah datang dengan kecepatan tinggi, hingga ada bagian dalamnya yang sebagian hancur.

    Para ahli arkeologi bekerja di Els Trocs sejak 10 tahun lalu, di mana mereka merekonstruksi banjir darah dari puluhan abad silam. Ahli antropologi Jerman, Kurt Alt terlibat sejak awal, dan bertanggung jawab untuk analisa tulang belulang manusia itu.

    Genosida terhadap warga pendatang?

    Ia mengungkap, tentu saja ini kejutan besar, bahwa dulu di sana terjadi semacam genosida. “Kami tahu, semua orang dewasa tewas dipanah, kami bisa membuktikannya dari tulang belulang itu. Tulang mereka juga dipatahkan. Anak-anak juga tewas akibat kekerasan benda tumpul, dan akhirnya jasad itu dibuang ke gua dan dibiarkan tergeletak di sana,” kata Alt.

    Pertanyaannya, siapa korban pembunuhan itu? Kembali ke laboratorium di Universitas Donau Krems, Kurt Alt dan rekan kerjanya Nicole Nicklisch meneliti dengan cermat tulang belulang itu. Mula-mula mereka menganalisis DNA dari bagian dalam tulang temporal.

    Kurt Alt menjelaskan, DNA yang diambil dari bagian dalam tengkorak kondisinya lebih baik karena lebih terlindungi dibanding dengan tulang tangan, kaki, rusuk, telapak tangan atau kaki. Analisis DNA menunjukkan, orang-orang yang tewas tidak berasal dari kawasan setempat.

    Apakah pembunuhan di Els Trocs merupakan saksi bisu dari konflik berdarah antara dua kelompok manusia yang cara hidupnya sangat berbeda? Delapan orang korban adalah gembala, yang mengangon ternaknya ke padang rumput di pegunungan. Ditunjukkan, kelompok ini terdiri dari orang lanjut usia dan anak-anak.

    Di saat kelompok pekerja muda dan produktif menanam biji-bijian di lembah, kelompok lebih tua dan anak-anak saat musim panas berpindah bersama ternaknya ke atas pegunungan.

    Misteri pelaku kekejaman

    Pertanyaan berikutnya: Siapa yang membantai kelompok ini? Para arkeolog sejauh ini tidak menemukan jejak para pelaku di dalam gua. Walau begitu, Kurt Alt punya menduga, bahwa para petani ini kepergok kelompok pemburu dan pengumpul, dan dibunuh di atas gunung. Namun ia menekankan ini sepenuhnya hipotesa, walaupun itu dibuat berdasarkan petunjuk yang mereka temukan, yaitu tingkat brutalitasnya.

    Pertanyaan lain yang diperhitungkan adalah, apakah kemungkinan pelakunya juga sesama petani? Jika petani, apakah tindakannya bisa seefisien dan sebrutal itu? Itu semua belum terjawab.

    Jika ada tulang belulang pelaku, Kurt Alt pasti bisa memecahkan misteri ini. Tapi selama itu tidak ditemukan, gua Els Trocs akan tetap memendam misteri itu sendirian.

    (ml/as)

    (nvc/nvc)