Topik: Banjir

  • 674 Keluarga di Bangsalsari dan Balung Jember Terdampak Banjir

    674 Keluarga di Bangsalsari dan Balung Jember Terdampak Banjir

    Jember (beritajatim.com) – Sebanyak 674 keluarga di Kecamatan Bangsalsari dan Balung di Kabupaten Jember, Jawa Timur, terdampak banjir sepanjang, Jumat (8/3/2024). Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jember mendirikan empat dapur mandiri untuk membantu warga.

    Kepala BPBD Jember Widodo Julianto mengatakan, hujan deras terjadi selama satu jam pada pukul 13.00 WIB menyebabkan luapam Sungai Banjarsari Di Dusun Paguan, Desa Petung, Bangsalsari. “Banjir juga diakibatkan dari luberan persawahan dan pemukiman warga dan drainase yang tidak mampu menampung debit air hujan,” katanya, Sabtu (9/3/2024).

    Banjir kemudian meluap ke pemukiman warga dan jalan nasional yang menghubungkan Jember-Surabaya. Ketinggian air mencapai 60 – 100 cm yang menyebabkan kemacetan enam hingga tujuh kilometer. Air juga masuk ke rumah warga dengan ketinggian air 20 – 50 Cm.

    “Sebelumnya memang ada peringatan bahwa di Jember ada potensi hujan sedang hingga lebat yg disertai petir dan angin kencang di Bangsalsari, Panti, Sukorambi, Tempurejo, Patrang, Arjasa, Jelbuk, Sukowono,” kata Widodo.

    Banjir terjadi di Desa Petung, Tisnogambar, Sukorejo, dan Langkap Kecamatan Bangsalsari. Total ada 392 keluarga di Bangsalsari yang terdampak banjir. BPBD Jember melaporkan seorang korban terluka karena tertimpa tembok rumah yang roboh.

    Sementara itu di Kecamatan Balung, banjir terjadi di Desa Curah Lele yang meliputi Dusun Krajan Tengah, Dusun Karang Pakem, dan Dusun Krajan Kidul. Total ada 282 keluarga terdampak di sini.

    “Saat ini air yang menggenangi jalan nasional di Desa Petung sudah mulai surut. Arus lalu lintas sudah normal kembali. Sementara di Desa Langkap, Sukorejo, Tisnogambar, dan Curah Lele Balung, banjir masih menggenangi lokasi,” kata Widodo.

    BPBD Jember mendirikan dapur mandiri di rumah Bahrozi, di Dusun Paguan RT 2 RW 1, Desa Petung, Bangsalsari; rumah Pak Maksum, Dusun Krajan RT 1 RW 9, Desa Langkap, Bangsalsari; rumah Pak Syamusri, di Dusun Tegal Gebang RT.2 RW.16, Desa Sukorejo, Bangsalsari; dan rumah Pak Abdul Hamid, di Dusun Karang Tengah RT 20 RW 6, Desa Curahlele, Balung.

    “Kami mengimbau kepada masyarakat untuk waspada terhadap cuaca ekstrem. dan mengimbau kepada kecamatan maupun desa untuk menyediakan alat kedaruratan kebencanaan. Sistem perongatan dini diperkuat,” kata Widodo. [wir]

  • Penutupan Tanggul Jebol Kali Sadar Mojokerto Diharapkan Dapat Atasi Banjir

    Penutupan Tanggul Jebol Kali Sadar Mojokerto Diharapkan Dapat Atasi Banjir

    Mojokerto (beritajatim.com) – Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati berharap penutupan tanggul jebol di Kali Sadar dapat mengatasi banjir yang ada di Kabupaten Mojokerto. Hal tersebut disampaikan saat meninjau proses penutupan tanggul jebol di Kali Sadar Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jumat (8/3/2024).

    Secara langsung orang nomor satu di lingkup Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mojokerto ini kembali meninjau beberapa desa yang terdampak banjir akibat tanggul Kali Sadar jebol. Peninjauan ulang di Desa Ngrame, Kecamatan Pungging dan juga Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari tersebut sekaligus memantau progres penutupan tanggul yang jebol di Sungai Sadar.

    “Kita kembali ke lokasi jebolnya tanggul sungai Sadar, kemarin sore juga kita sudah memantau progres dari penutupan tanggul dan hari ini alhamdulillah progresnya sudah semakin bagus. Tanggul yang jebol ditutup dengan sandbag ukuran jumbo berisi pasir yang sudah dipadatkan sehingga diharapkan bisa menutup area yang jebol tersebut dengan kuat,” ungkapnya.

    Dengan penggunaan sandbag berukuran jumbo dan menggunakan alat berat yang kemudian dipadatkan diharapkan kekuatannya tidak perlu diragukan. Bupati perempuan pertama di Kabupaten Mojokerto ini berharap dengan adanya proses penutupan tanggul yang jebol di Kali Sadar tersebut akan segera dapat mengatasi banjir yang ada di Kabupaten Mojokerto.

    “Bismillah semua progres terus berjalan, mohon doanya. Masyarakat tidak perlu khawatir, kita berupaya selain tanggul ini pompa juga mulai dijalankan kemarin siang. Mudah-mudahan segera teratasi, tetap semangat, sabar jangan lupa, tetap bersyukur meskipun kita saat ini bersama-sama sedang menghadapi banjir,” pungkasnya.

    Diketahui dalam prosesi peninjauan lokasi banjir tersebut Bupati didampingi dengan Kepala Dinas Sosial Kabupaten Mojokerto, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Mojokerto, Kepala Dinas PUPR Kabupaten Mojokerto, Kepala Bidang SDA PUPR, serta Ketua Pelaksana BPBD Kabupaten Mojokerto. [tin/ian]

  • Jadi Penyebab Banjir, Tanggul Kali Sadar Mojokerto Segera Dapat Penanganan Darurat

    Jadi Penyebab Banjir, Tanggul Kali Sadar Mojokerto Segera Dapat Penanganan Darurat

    Mojokerto (beritajatim.com) – Tanggul Kali Sadar di Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto jebol menjadi penyebab banjir. Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mojokerto memastikan, tanggul yang jebol akan segera mendapatkan penanganan darurat.

    Salah satu warga Dusun Gempolmalang, Desa Kedungmalang, Desa Kedunggempil, Jainuri mangatakan, banjir mulai masuk ke pemukiman warga pada, Rabu (6/3/2024) sekitar pukul 02.30 WIB. “Hujan dari Selasa malam. Banjir disebabkan tanggul Kali Sadar jebol,” ungkapnya, Jumat (8/3/2024).

    Luapan Kali Sadar meluap hingga merendam persawahan dan pemukiman warga dengaj ketinggian air merendam rumah warga sekitar 1 meter. Banjir menyebabkan tiga dusun di Desa Kedunggempol terendam banjir. Banjir tersebut merupakan banjir ketiga sejak awal tahun 2024.

    “Ini kejadian banjir sudah ketiga kalinya, harapan kami semoga tanggul segera tertangani, karena jika nanti terjadi hujan lagi akan makin parah kondisi banjir,” tambahnya.

    Sementara itu, Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air (SDA), Dinas PUPR Kabupaten Mojokerto, Rois Arif Budiman mengatakan, pihaknya masih melakukan mitigasi di lapangan. “Saat ini tim kami di lapangan bersama BBWS Brantas tengah melakukan mitigasi untuk pembuatan tanggul darurat,” ungkapnya.

    Saat ini, pihaknya akan melakukan penanganan darurat terlebih dahulu. Seperti membuat tanggul dari bambu maupun bronjong di tanggul jebol sepanjang 30 meter. Data Dinas PUPR Kabupaten Mojokerto menyebutkan, di Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, tanggul Kali Sadar jebol dengan panjang 30 m.

    Banjir menggenangi permukiman, sekolah dan Balai Desa Kedunggempol. Di Desa Jabontegal, Kecamatan Pungging tanggul Kali Gembolo jebol beberapa titik. Akibatnya menggenangi permukiman dan persawahan di Desa Jabontegal dan Tunggalpager. Di Desa Kebondalem Kecamatan Mojosari, tanggul Kali Sumber Kembar jebol sepanjang 30 m.

    Banjir menggenangi persawahan dan mengancam permukiman. Di Desa Tinggarbuntut, Kecamatan Bangsal tanggul Kali Tekuk jebol sepanjang 20 m menggenangi persawahan dan mengancam permukiman. Di Dusun Gembongan, Desa Jotangan, Kecamatan Mojosari terjadi luapan afvour Gedang yang menggenangai persawahan dan pemukiman.

    Di Desa Jotangan. Desa Jampirogo, Kecamatan Sooko tanggul kiri Kali Brangkal meluber dan menggenangi permukiman. Desa Pekukuhan, Kecamatan Mojosari tanggul Sungai Sumber Gagak putus sepanjang 15 m dan mengenangi persawahan warga. [tin/aje]

  • Bersifat Sementara, Penutupan Tanggul Jebol di Mojokerto Dikebut

    Bersifat Sementara, Penutupan Tanggul Jebol di Mojokerto Dikebut

    Mojokerto (beritajatim.com) – Tanggul Kali Sadar di Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto sepanjang 30 meter jebol menjadi penyebab banjir yang ada Kecamatan Mojosari, dan Pungging. Penutupan tanggul jebol Kali Sadar langsung dilakukan.

    Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Mojokerto didatangkan untuk menutup tanggul yang jebol. Total ada tiga ekskavator atau alat berat dari Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas didatangkan ke lokasi tanggul jebol.

    “Satu alat berat diterjunkan lagi milik BBWS Brantas. Sebelumnya, dua alat berat sudah diterjunkan. Jadi saat ini total ada 3 alat berat dari BBWS,” ungkap Kepala Bidang (Kabid) Sumber Daya Air (SDA), Dinas PUPR Kabupaten Mojokerto, Rois Arif Budiman, Jumat (8/3/2024).

    Penambahan alat berat tersebut untuk mempercepat penutupan tanggul yang jebol. BBWS Brantas menarget, Jumat sore selesai penutupan tanggul jebol di Kali Sadar Desa Kedunggempol kelar. Namun tanggul jebol di Desa Kedunggempol bersifat sementara.

    “Tanggul yang jebol ditutup dengan menggunakan bambu sesek dan sandbag. Upaya tersebut untuk menghentikan luberan air dari Kali Sadar ke permukiman penduduk,” jelasnya. [tin/aje]

  • Banjir di Mojokerto Masih Rendam 4 Desa di 3 Kecamatan

    Banjir di Mojokerto Masih Rendam 4 Desa di 3 Kecamatan

    Mojokerto (beritajatim.com) – Banjir di Kabupaten Mojokerto, Kamis (7/3/2024) masih merendam empat desa yang ada di tiga kecamatan. Banjir itu disebabkan tanggul di dua sungai yakni Kali Sadar dan Sungai Tambak Agung jebol.

    Salah satu warga Dusun Kedungudi, Desa Kedunggempol, mengatakan, banjir merendam rumah warga di Desa Kedunggempol sudah mulai surut. “Alhamdulilah sudah mulai surut,” tuturnya.

    Menurutnya, banjir tersebut baru pertama kali terjadi. Air pada Rabu (6/3/2024) kemarin di atas tanggul Kali Sadar. Banjir yang terjadi karena hujan terjadi dengan intensitas tinggi sehingga menyebabkan tanggul Kali Sadar jebol. Tanggul tidak kuat menampung debit air.

    “Harapannya agar banjir ini diperhatikan oleh pemerintah dan tanggul di Kali Sadar yang jebol ditinggikan. Sehingga saat hujan turun lama dan deras, air di Kali Sadar tidak meluap dan menyebabkan banjir hingga masuk ke rumah-rumah warga,” urainya.

    Sementara itu, Sekretaris Daerah Kabupaten (Sekdakab) Mojokerto, Teguh Gunarko mengatakan, empat desa di tiga kecamatan yang masih terendam banjir yakni Desa Kedunggempol dan Jotangan di Kecamatan Mojosari, Desa Ngrame Kecamatan Pungging serta Desa Salen Kecamatan Bangsal.

    “Di Desa Kedung Gempol, banjir merendam 588 rumah dengan 2.388 jiwa dan 81 hektare lahan pertanian. Di Desa Jotangan, banjir merendam 330 rumah penduduk dengan jumlah warga terdampak 400 jiwa. Desa Salen, banjir merendam 95 rumah warga dengan 300 jiwa,” ungkapnya.

    Banjir di Mojokerto

    Sekdakab menjelaskan, banjir paling parah terjadi di Desa Ngrame, Kecamatan Pungging dengan ketinggian air mulai sebetis sampai pinggang orang dewasa. Di Desa Ngrame, sebanyak 500 rumah penduduk terendam banjir dengan jumlah warga terdampak 1.500 jiwa.

    “Total rumah penduduk yang terendam banjir saat ini 1.513 rumah, jumlah warga terdampak 4.588 jiwa. Banjir ini karena tanggul di dua sungai jebol, Kali Sadar dan Sungai Tambak Agung. Logistik cukup karena kita keluarkan cadangan beras kita, sebanyak 1 ton per hari,” jelasnya. [tin/suf]

  • Saluran Irigasi Sawah Ambrol, Belasan Rumah di Magetan Terkena Banjir Lumpur

    Saluran Irigasi Sawah Ambrol, Belasan Rumah di Magetan Terkena Banjir Lumpur

    Magetan (beritajatim.com) – Saluran irigasi sawah di Desa Dadi Kecamatan Plaosan Kabupaten Magetan, Jawa Timur ambrol dan longsor pada Kamis (7/3/2024) siang. Akibatnya, belasan rumah warga di bawahnya terdampak banjir lumpur sampai masuk rumah.

    Kejadian berawal saat hujan deras sekitar satu jam mengguyur kawasan Plaosan. Tak lama kemudian, warga di sekitar mendengar suara gemuruh dari belakang rumah. Tak disangka, bongkahan batu sebesar kepalan tangan mulai longsor bersama lumpur.

    Mardi, warga desa yang rumahnya tak jauh dari lokasi kejadian mengatakan,  saat kejadian dirinya tengah istirahat di rumah. Kemudian, dia mendengar suara gemuruh dari belakang rumah. “Ternyata batu sama lumpur itu yang jatuh. Airnya sampai masuk ke rumah saya,” terang Mardi.

    Setelah dicek, rupanya banjir itu imbas irigasi yang berada di atas pemukiman warga ambrol. Posisi irigasi itu di ketinggian 75 meter dari kawasan permukiman warga yang padat di Dusun Kuren tersebut.

    Hari Karyono, perangkat Desa Dadi, mengatakan, imbas kejadian itu, ada 15 rumah warga yang terdampak yakni rumah kemasukan air dan lumpur. Serta, lahan sawah milik beberapa warga juga rusak karena terjangan banjir itu. Serta, beberapa pipa saluran air bersih juga terputus.

    “Saluran air ini menampung aliran air dari kawasan Jalan Tembus, dan kebetulan letak yang longsor ini agak menikung. Karena air yang datang dari atas ini besar, akhirnya berdampak ke talud irigasi, sehingga ambrol,” terang Hari.

    Dia memprediksi, akan terjadi banjir lagi jika kembali turun hujan. Medan yang sulit membuat petugas tak mudah dibuatkan tanggul dari beberapa karung pasir. Pun, pihaknya sudah melaporkan kejadian itu pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Magetan.

    Kapolsek Plaosan AKP Joko Yuwono mengatakan, pihaknya telah menutup aliran air dari kawasan atas. Tujuannya agar tidak menggerus bagian dari irigasi. “Kami antisipasi jika sampai kembali turun hujan. Sementara hasil pemeriksaan tidak ada korban jiwa maupun korban luka,” katanya. [fiq/suf]

  • Jombang Dikepung Bencana: Banjir Belum Usai, Tanah Gerak Membuntuti

    Jombang Dikepung Bencana: Banjir Belum Usai, Tanah Gerak Membuntuti

    Jombang (beritajatim.com) – Bencana hadir di Jombang tanpa jeda. Belum kering banjir yang melanda sejumlah desa di Kecamatan Mojoagung, tiba-tiba tanah bergerak terjadi di Dusun Jumok Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam, Kamis (7/3/2024) sekitar pukul 01.00 WIB.

    Bencana itu datang tanpa permisi. Diawali dengan guyuran hujan deras pada Selasa (5/3/2024) malam. Semakin malam hujan semakin deras, warga Kecamatan Mojoagung sudah harap-harap cemas. Karena kawasan tersebut dilintasi dua sungai, yakni Catak Banteng dan Sungai Pancir.

    Utamanya, Dusun Kebundalem Desa Kademangan yang selama bertahun-tahun menjadi langganan banjir. Benar saja, memasuki dini hari, debit air sungai meningkat. Lalu tumpah. Masuk ke jalan desa, lalu menerobos permukian warga.

    Berdasarkan catatan dari BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang, Rabu (6/3/2024), ada lima desa di Kecamatan Mojoagung yang terendam. Yakni, Desa Kademangan setinggi 50-100 cm dan berangsur surut, Desa Janti setinggi 10-20 cm berangsur surut, Desa Betek setinggi 10-20 cm berangsur surut.

    Sedangkan banjir di Desa Mancilan dan Tanggalrejo sudah surut. Sementara di Kecamatan Sumobito, banjir terjadi Desa Madyopuro setinggi 10-30 cm, berangsur surut dan di Desa Talunkidul setinggi 30-50 cm juga berangsur surut.

    Sedangkan di Kecamatan Jombang, banjir melanda Desa Pulo Lor setinggi 20-40 cm dan Desa Sambongdukuh setinggi 20-40 cm. Hingga Kamis (7/3/2024), air surut. Genangan air pergi. Namun tidak demikian dengan Desa Kademangan.

    Air mulai surut, tiba-tiba meninggi lagi. Air sungai kembali meluap. Warga harap-harap cemas, namun tetap bertahan di rumah masing-masing. Genangan air juga masih terjadi di Dusun Balongsomo Desa Talunkidul Kecamatan Sumobito.

    Ketika di dua desa tersebut air masih menggenang. Bencana yang lain membuntuti. Yakni terjadi tanah gerak di Dusun Jumok Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam. Bencana tanah gerak ini terjadi pada Rabu (8/3/2024) malam hingga Kamis dini hari.

    Lagi-lagi diawali dengan hujan deras yang mengguyur kawasan Wonosalam dan sekitarnya. Hal itu menyebabkan tanah yang ada di permukiman Dusun Jumok retak. Tanah tersebut terus tergerus air. Nah, hal itulah yang memicu sejumlah rumah temboknya rontok.

    Kalaksa BPBD Jombang Bambang Dwijo Pranowo mengungkapkan bahwa potensi bencana tanah gerak di dusun tersebut sudah terjadi sejak dua tahun lalu atau sekitar 2022. Permukiman warga di Dukuh Jumok dalam intaian bencana. Tanah di lokasi mengalami retak-retak. Demikian juga dengan permukiman warga.

    Nah, malam itu bencana soalah sudah menodong nyawa. Terdengar gemuruh suara tembok runtuh. Tanah berguncang. Warga terjaga dari tidurnya. Di tengah gelapnya malam mereka menyelematkan diri. “Tidak ada korban jiwa. Saat ini mereka mengungsi di rumah kerabat terdekat,” ujar Bambang.

    Bambang menyebut terdapat 12 rumah yang rusak, sedangkan warga yang terdampak sekitar 34 orang. Semuanya selamat. “Retakan di Dusun Jumok itu sudah lama. Makanya terus kita lakukan pemantauan,” lanjutnya.

    Mitigasi Bencana

    Tanah gerak di Dusun Jumok Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam, Kamis (7/3/2024)

    Hal serupa diungkapkan oleh Sekretaris FPRB (Forum Pengurangan Risiko Bencana) Jombang Amik Purdinata. Pihaknya bersama BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Jombang dan Jawa Timur sudah melakukan mitigasi bencana di dusun tersebut.

    Di antaranya, memberikan pelatihan tanggap bencana kepada warga. Kemudian membentuk FPRB tingkat desa yang diberi nama Kopasgat (Komando Pasukan Gerak Cepat). Warga di lokasi juga sudah diberikan pelatihan tanggap bencana.

    “Semisal apa yang harus dilakukan terjadi tanah gerak. Lalu melakukan pengemasan dokumen-dokumen penting, sehingga ketika terjadi bencana dengan mudah bisa dievakuasi. FPRB di tingkat desa juga sudah terbentuk. Ini sebagai uapaya kita untuk mengurangi risiko bencana,” kata Amik.

    Selain itu, FPRB bersama BPBD Jombang juga memasang Early Warning System (EWS) alias alat sistem peringatan dini untuk mengukur potensi gempa. Alat yang dipasang itu akan berbunyi jika terjadi getaran pada tanah.

    Kemudian sejak 24 Mei hingga 24 Juni 2023 dilakukan penelitian oleh tim ahli dari ITS (Institut Teknologi Sepuluh November) Surabaya terkait munculnya retakan belasan bangunan rumah warga di Dusun Jumok.

    Jembatan Tertimbun Longsor

    Polisi memasang polisi line di jalan menuju jembatan yang tertimbun longsor, Kamis (7/3/2024)

    Bencana yang menghantam Desa Sambirejo bukan hanya tanah bergerak. Tapi juga tanah longsor. Kejadiannya hamoir bersamaan. Namun untuk tanah longsor terjadi di Dusun Banturejo Desa sambirejo.

    Jembatan yang ada di dusun tersebut tertimbun material longsor seperti rumpun bambu dan pohon besar, Kamis (7/3/2024). Kondisi itu berdampak terputusnya akses jalan. Anak-anak sekolah dan para guru harus balik kanan. Karena jalan tidak bisa dilewati. Akses tersebut menghubungan Desa Sambirejo Kecamatan Wonosalam dengan Desa Gelaran Kecamatan Bareng.

    “Bencana itu bermula ketika hujan deras mengguyur Wonosalam pada Rabu (6/3/2024) malam. Nah, kawasan bukit sebelah barat yang ada di lokasi ambrol hingga menutup aliran sungai. Sehingga rumpun bambu dan pohon besar menyumbat jembatan hingga ambrol,” ujar Kepala Desa Sambirejo Sungkono.

    Kemudian rumpun bambu dan sejumlah pohon juga terseret arus hingga menutup jembatan. Kepala Desa juga memastikan bahwa longsor yang menyebabkan jembatan putus tersebut tidak menyebabkan korban jiwa. Hanya memutus askes jalan karena jembatan tertimbun material longsor.

    “Kalau yang tanah bergerak itu rumah yang terdampak sekitar 11 unit. Sedangkan warga yang terdampak jumnlahnya kisaran 30 orang. Mereka mengungsi di rumah saudaranya. Kalau curah hujan masih tinggi, sangat berbahaya. Karena rumah-rumah tersebut sudah miring,” kata Sungkono. [suf]

  • Tagana Kabupaten Mojokerto Siapkan 5.000 Nasi Bungkus untuk Korban Banjir

    Tagana Kabupaten Mojokerto Siapkan 5.000 Nasi Bungkus untuk Korban Banjir

    Mojokerto (beritajatim.com) – Taruna Siaga Bencana (Tagana) Dinas Sosial (Dinsos) Kabupaten Mojokerto mendirikan Dapur Umum (DU) di Balai Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto. Relawan menyiapkan 5.000 nasi bungkus untuk korban terdampak banjir.

    Koordinator Tagana Dinsos Kabupaten Mojokerto, Achmad Saefi mengatakan, DU didirikan di Balai Desa Kedunggempol sejak, Rabu (6/3/2024) kemarin. “Datangnya sore otomatis makannya satu kali kemarin. Satu kali masak sekitar 5.000 bungkus,” ungkapnya, Kamis (7/3/2024).

    Masih kata Saefi, 5.000 nasi bungkus tersebut untuk warga di empat desa di empat kecamatan. Yakni Desa Kedunggempol dan Desa Gembongan di Kecamatan Mojosari, Desa Salen di Kecamatan Bangsal dan Desa Ngrame di Kecamatan Pungging.

    “Satu hari, dua kali. Pagi dan sore. Kita tidak bisa memprediksi masalah sampai kapannya karena air-nya diam tidak bisa keluar. Kalau memang seperti ini, kita tetap di sini sampai air surut. Stok alhamdulilah kita di suplay dari provinsi, BPBD Provinsi, BPBD kita (Kabupaten Mojokerto),” katanya.

    Saefi menjelaskan, jika Bupati Mojokerto Ikfina Fahmawati menginstruksikan sehingga wajib untuk mengeluarkan stok yang ada. Sehingga logistik dinilai masih aman untuk mencukupi kebutuhan warga terdampak banjir luapan Kali Sadar akibat tanggul jebol.

    “Kemarin di Jabontegal, Pungging karena memang tinggi sekali. Tapi hanya lewat, sekarang sudah tidak. Sekarang Ngrame yang tinggi, kemarin pagi sampai siang belum. Jam 1 baru masuk perkampungan, kemarin tidak sampai 5.000 bungkus karena masalah waktu dan tenaga,” ujarnya.

    Di Desa Salen, Kecamatam Bangsal, permintaan nasi bungkus di hari pertama sebanyak 750 bungkus dan di hari kedua turun menjadi 500 bungkus. Di Desa Kedunggempol, Kecamatan Mojosari, permintaan nasi bungkus masih sama yakni sebanyak 2.500 bungkus.

    “Kemarin Ngrame 1.500 bungkus, sekarang 2.500 bungkus. Untuk Desa Gembongan, kemarin 200 bungkus, sekarang minta 400 bungkus karena airnya tambah meluap,” jelasnya.

    Sebelumnya, berdasarkan pantauan Badan Meterologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Juanda, Selasa (5/3/2024) terjadi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Mojokerto Raya. Akibatnya, enam kecamatan di Kabupaten Mojokerto dan satu kecamatan di Kota Mojokerto terendam banjir. [tin/aje]

  • Banjir di Mojoagung Jombang Belum Surut, Warga Memilih Bertahan

    Banjir di Mojoagung Jombang Belum Surut, Warga Memilih Bertahan

    Jombang (beritajatim.com) – Banjir yang menerjang Dusun Kebundalem Desa Kademangan Kecamatan Mojoagung belum juga surut. Artinya, sudah dua hari ini warga dalam kepungan bencana. Mereka tetap saja bertahan di rumah. Karena yakin air segera pergi.

    Salah satu warga, Misteri (74) mengatakan banjir yang menerjang perkampungannya terjadi pada Rabu dini hari (6/3/2024). Walhasil, genangan air sempat menyusut. Namun ironis, hujan deras kembali mengguyur pada Rabu malam. Akibatnya, pada Kamis (7/3/2024) pukul 03.00 WIB dini hari air kembali naik ke permukiman.

    Harapan warga terhindar dari bencana pupus sudah. Air bah kembali mengepung desa yang berada di Kecamatan Mojoagung itu. Selama itu, warga belum berani melakukan aktivitas. Karena air bersih juga semakin menipis.

    “Ada yang sudah terserang gatal-gatal. Karena kami tidak memiliki persediaan air bersih. Genangan air masih setinggi 50 sampai 60 sentimeter. Kami mengandalkan bantuan makanan dari para sukarelawan di dapur umum,” kata pria lansia ini.

    Misteri sudah hapal karakter banjir yang menerjang Desa Kademangan. Banjir cepat datang, tapi juga segera surut. Banjir tersebut dipicu oleh meluapnya dua sungai yang melintasi perkampungan. Yakni Sungai Catak Banteng dan Sungai Pancir.

    Banjir Kademangan adalah rutinitas tahunan, tepatnya sejak tahun 1979. Dalam satu tahun, banjir bisa terjadi minimal 13 sampai 17 kali. ” Setiap tahun selalu banjir di desa kami. Karena sungai meluap,” ujarnya.

    Misteri menambahkan, untuk kebutuhan air bersih, dirinya harus mencari ke kampung lain yang tidak terdampak banjir. Karena hingga saat ini belum ada kucuran bantuan air bersih. “Saat ini sejumlah permasalahan mulai muncul. Kami mulai terserang penyakit kulit, gatal-gatal,” urainya.

    Plt (Pelaksana Tugas) Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang Syaiful Anwar merespon keluhan warga tersebut. Pihaknya menerjunkan petugas dari Puskesmas Mojoagung dan Miagan. Mereka di posko untuk membantu korban banjir.

    “Kami belum mendapatkan laporan adanya warga yang terserang penyakit. Namun demikian, petugas kesehatan tetap kita terjunkan ke lapangan guna membantu warga,” pungkas Syaiful ketika dihubungi secara terpisah. [suf]

  • Harumnya Cuan Jasa Cuci Karpet Menjelang Ramadan di Jombang

    Harumnya Cuan Jasa Cuci Karpet Menjelang Ramadan di Jombang

    Jombang (beritajatim.com) – Jasa cuci karpet menjelang bulan suci Ramadan di Jombang kebanjiran cuan atau keuntungan. Warga memanfatkan jasa tersebut untuk menyambut datangnya bulan suci. Kondisi itu terlihat di jasa cuci karpet ‘Resikrek’ yang ada di Jl Gajayana Jombang.

    Ahsanul, sedang sibuk di belakang kantornya. Mengenakan sepatu boot dan celana panjang. Tak jauh dari tempatnya itu, gulungan karpet menumpuk rapi. Dia dibantu oleh kawannya kemudian mengangkat karpet tersebut. Lalu dibawa ke tempat yang lebih luas.

    Tak berselang lama, suara gemericik air membasahi permukaan karpet tersebut. Berulang-ulang. Ahasnul mencuci karpet tersebut menggunakan peralatan khusus. Sehingga pekerjaan yang dia lakukan lebih ringan. Selain itu juga menggunakan sabun pembersih.

    Proses pencucian selesai. Karpet yang basah kuyup itu kemudian diperas agar airnya berkurang. Tahap selanjutnya adalah proses pengeringan. Karpet itu digantung di ruang pengeringan. Lalu, memasuki proses terakhir.

    Yakni karpet divakum kembali agar sisa-sisa debu rontok semua. Baru kemudian diberi parfum dan dikemas menggunakan plastik bening. Bau harum dari karpet itu menyeruak seisi ruangan. Itulah kesibukan ‘Resikrek’ menjelang bulan suci Ramadan. Order meningkat tajam.

    “Ada peningkatan drastis jasa cuci karpet menjelang Ramadan ini. Dalam sehari bisa mencapai 20 lembar karpet. Padahal pada hari biasa di kisaran 7 sampai 10 karpet,” ujar sales meketing ‘Resikrek’ Darmawan, Kamis (7/3/2024).

    Darmawan menjelaskan, dari jumlah itu paling banyak yang datang adalah takmir masjid/musala. Bukan hanya satu karpet, tapi jumlahnya cukup banyak. Setiap masjid rata-rata 80 meter karpet. Walhasil, hal itu direspon cepat oleh tenaga yang ada di ‘Resikrek’.

    Pelanggan lainnya adalah datang dari pelanggan rumahan dan perkantoran. Memang menajemen ‘Reskikrek’ menerapkan kebijakan berbeda antara pelanggan masjid dengan rumahan terutama soal harga. Untuk karpet rumahan dipatok dengan harga Rp12 ribu per meter. Sedangkan masjid Rp10 ribu.

    Tentu saja, memasuki bulan suci Ramadan ini omzet jasa cuci karpet ini juga melejit. Pada hari biasa omzet berkisar antara Rp10 juta per hari. Sedangkan seminggu terakhir ini mencapai Rp15 sampai Rp20 juta.

    Resik Rek bukan hanya melayani jasa cuci karpet. Tapi juga jasa kebersihan lainnya. Di antaranya laundry pakaian, sofa, hingga spring bad. Selain itu juga jasa membersihkan rumah, taman, serta kebun.

    Namun untuk jasa membersihkan rumah, tren kenaikan pelanggan biasanya menjelang Hari Raya Idulfitri. “Kalau laundry pakaian, setiap 5 kilogram kita berikan bonus gratis cuci tiga perlengkapan ibadah, seperti mukena, sarung serta sajadah,” pungkasnya.

    Tentu saja, kesibukan tidak seperti biasanya terlihat di kantor ‘Resikrek’ yang ada di Jl Gajayana Jombang. Di ruang depan terlihat seorang karyawan sibuk mengemas karpet yang hendak dikirim ke pelanggan.

    Kemudian di ruang tengah, sejumlah perempuan sedang sibu menyerika baju dan mengemas baju tersebut. Sedangkan di ruang belakang tenaga cuci berjibaku membersihkan karpet dari debu yang menempel. Menyemprotkan air, memeras, lalu mengeringkan. Harum bau sabun selaras dengan harumnya cuan. [suf]