Topik: Banjir

  • Banjir Jakarta Tak Kunjung Surut hingga Hari Ini, Rendam 62 RT dan 4 Ruas Jalan

    Banjir Jakarta Tak Kunjung Surut hingga Hari Ini, Rendam 62 RT dan 4 Ruas Jalan

    PIKIRAN RAKYAT – Hingga Selasa, 4 Maret 2025, banjir merendam sejumlah wilayah di Jakarta. Berdasarkan data yang dibagikan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) per pukul 9.00 WIB hari ini, banjir merendam 62 RT dan 4 ruas jalan.

    “BPBD mencatat saat ini genangan terjadi di 62 RT dan 4 ruas jalan tergenang,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) BPBD DKI Jakarta, Mohamad Yohan dalam keterangannya.

    Banjir melanda wilayah Jakarta Selatan, Jakarta Timur sebagian besar disebabkan karena luapan Sungai Ciliwung. Sementara di Jakarta Barat, banjir disebabkan karena curah hujan tinggi.

    Sejumlah ruas jalan tergenang banjir di Jakarta Barat dan Jakarta Selatan dengan ketinggian air mencapai 50-100 sentimeter. Sementara itu, di Kelurahan Gedong, Jakarta Timur ada 3 RT yang terdampak banjir dengan ketinggian air mencapai 300-500 sentimeter yang disebabkan karena luapan Sungai Ciliwung.

    Adapun data wilayah terdampak sebagai berikut:

    Jakarta Barat

    Kelurahan Rawa Buaya

    Jumlah: 4 RT
    Ketinggian: 30 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi

    Kelurahan Kedoya Selatan

    Jumlah: 4 RT
    Ketinggian: 70 s.d. 90 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi dan Luapan Kali Pesanggrahan

    Kelurahan Kembangan Selatan

    Jumlah: 2 RT
    Ketinggian: 70 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi

    Jakarta Selatan

    Kelurahan Pondok Pinang

    Jumlah: 5 RT
    Ketinggian: 100 s.d. 140 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi dan Luapan Kali Pesanggrahan

    Kelurahan Pengadegan

    Jumlah: 1 RT
    Ketinggian: 100 cm
    Penyebab: Luapan Kali Ciliwung

    Kelurahan Rawajati

    Jumlah: 7 RT
    Ketinggian: 170 s.d. 330 cm
    Penyebab: Luapan Kali Ciliwung

    Kelurahan Cilandak Timur

    Jumlah: 3 RT
    Ketinggian: 50 s.d. 115 cm
    Penyebab: Curah Hujan Tinggi dan Luapan Kali Krukut

    Kelurahan Pejaten Timur

    Jumlah: 6 RT
    Ketinggian: 30 s.d. 120 cm
    Penyebab: Luapan Kali Ciliwung

    Kelurahan Bintaro

    Jumlah: 6 RT
    Ketinggian: 200 cm
    Penyebab: Luapan Kali Pesanggrahan

    Kelurahan Kebon Baru

    Jumlah: 2 RT
    Ketinggian: 100 s.d. 120 cm
    Penyebab: Luapan Kali Ciliwung

    Jakarta Timur

    Kelurahan Bidara Cina

    Jumlah: 3 RT
    Ketinggian: 120 s.d. 140 cm
    Penyebab: Luapan Kali Ciliwung

    Kelurahan Cipinang Muara

    Jumlah: 2 RT
    Ketinggian: 80 s.d. 90 cm
    Penyebab: Luapan Kali Ciliwung

    Kelurahan Kampung Melayu

    Jumlah: 4 RT
    Ketinggian: 100 cm
    Penyebab: Luapan Kali Ciliwung

    Kelurahan Bale Kambang

    Jumlah: 3 RT
    Ketinggian: 120 cm
    Penyebab: Luapan Kali Ciliwung

    Kelurahan Cawang

    Jumlah: 5 RT
    Ketinggian: 300 cm
    Penyebab: Luapan Kali Ciliwung

    Kelurahan Cililitan

    Jumlah: 2 RT
    Ketinggian: 60 cm
    Penyebab: Luapan Kali Ciliwung

    Kelurahan Gedong

    Jumlah: 3 RT
    Ketinggian: 300 s.d. 500 cm
    Penyebab: Luapan Kali Ciliwung

    Sedangkan ruas jalan tergenang banjir berada di kawasan:

    Jl. Basoka Raya, Kelurahan Joglo, Jakarta Barat
    Ketinggian: 50 cm Jl. Strategi Raya, Kelurahan Joglo, Jakarta Barat
    Ketinggian: 50 cm Jl. Puri Kembangan RT 009 RW 005, Kel. Kedoya Selatan, Jakarta Barat
    Ketinggian: 20 cm Jl. Puri Mutiara, Kelurahan Cilandak Barat, Jakarta Selatan
    Ketinggian: 100 cm

    Sedangkan wilayah yang sudah surut sebagai berikut; Kelurahan Srengseng Sawah: 2 RT, Kelurahan Lenteng Agung: 3 RT, Kelurahan Kampung Melayu: 23 RT, Kelurahan Tanjung Barat: 4 RT.

    Adapun jalan tergenang yang sudah surut Jalan Srengseng Raya, Kelurahan Srengseng, Jakarta Barat, Jalan H. Muhajar RT 11 RW 2, Kelurahan Sukabumi Selatan, Jakarta Barat.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Pemprov DKI berkomitmen fokus benahi Kali Ciliwung 

    Pemprov DKI berkomitmen fokus benahi Kali Ciliwung 

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta berkomitmen untuk lebih fokus membenahi Kali Ciliwung sebagai upaya mengantisipasi banjir di wilayah Jakarta.

    “Sekarang, dengan PSN (Program Strategis Nasional) pengendalian banjir, kami akan lebih fokus untuk membenahi Ciliwung,” ujar Wakil Gubernur Jakarta Rano Karno di Jakarta, Selasa.

    Dia mengatakan pengerukan waduk dan sungai-sungai masuk dalam program 100 hari kerja dirinya bersama Gubernur Jakarta Pramono Anung.

    Terkait PSN untuk pengendalian banjir, kata Rano, Pemprov DKI mendapatkan kucuran anggaran cukup besar dari Pemerintah Pusat. Namun, dia tak menyebut jumlah anggaran yang dimaksud.

    “Pemerintah pusat juga mendengar bahwa bukan kita (DKI) enggak mampu, tapi tentu tidak ada kelar dalam satu tahun dengan anggaran terbatas,” ujar Rano.

    Sementara itu, banjir melanda sejumlah lokasi di Jakarta pada awal pekan ini, termasuk Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.

    Ketinggian air banjir yang disebabkan meluapnya Kali Ciliwung di Jakarta Selatan dan Jakarta Timur. Titik tertinggi terjadi di Kelurahan Pejaten Timur yakni mencapai 3,7 meter.

    Adapun data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta pada pukul 03.00 WIB menunjukkan ketinggian air yaitu 30 centimeter (cm) dan yang tertinggi berada pada kisaran 120 cm atau 1,2 meter.

    “Kemarin banjir di tengah Ciliwung, sekarang sudah mulai Depok, Jakarta Timur. Ini realita yang kita hadapi. Karena itulah, makanya kami mengantisipasinya,” kata Rano.

    Pada Selasa pagi, pria yang biasa disapa Bang Doel ini menyempatkan diri untuk mengunjungi salah satu kawasan terdampak banjir di Jalan Kamboja 1, Cilandak, Jakarta Selatan.

    Di lokasi itu, kata dia, sekitar 300 orang jiwa terdampak banjir. Pemprov DKI pun menyalurkan bantuan seperti terpal, makanan siap saji, handuk dan lainnya, sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) pada korban banjir.

    “Saya bangga, semua kedinasan enggak nunggu instruksi, bergerak berdasarkan SOP. Pegang SOP, jangan keluar dari ketentuan hukum supaya tidak terjadi sesuatu di kemudian hari. Tapi, bisa dipertanggungjawabkan,” ujar Bang Doel.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

  • 7 Cara Selamatkan Mobil yang Terendam Banjir: Jangan Langsung Dinyalain, Jangan!

    7 Cara Selamatkan Mobil yang Terendam Banjir: Jangan Langsung Dinyalain, Jangan!

    Jakarta

    Beberapa wilayah di Indonesia dilanda banjir. Banjir yang tinggi juga menggenangi beberapa perumahan warga. Bahkan, mobil milik warga sampai ada yang terendam.

    Mobil yang terendam banjir berisiko mengalami kerusakan. Jika dibiarkan, kondisi ini bisa membuat beberapa komponen mobil menjadi rusak atau bahkan berkarat.

    Jika mobil sudah rusak karena banjir, tentu biaya yang harus dikeluarkan tidak sedikit. Apalagi jika mobil mengalami kerusakan pada bagian vital seperti sistem kelistrikan atau mesin.

    Dikutip dari situs resmi Daihatsu, ada beberapa langkah untuk menyelamatkan mobil yang terendam banjir. Yang penting, pemilik kendaraan tidak panik karena ketika panik penanganan menjadi tidak maksimal dan malah bisa menyebabkan mobil tambah rusak.

    Jangan Nyalakan Mesin

    Saat mobil terendam banjir, jangan langsung menyalakan mesinnya. Cukup memindahkannya ke area yang lebih aman, kalau bisa memindahkannya jangan sambil menyalakan mesin. Ketika mesin dinyalakan, justru bisa menyebabkan korsleting listrik. Korsleting listrik ini terjadi karena adanya air yang masuk ke area mesin mobil. Hal ini bisa menambah parah kerusakan yang terjadi pada komponen mobil.

    Putus Sumber Listrik

    Hal yang perlu dilakukan adalah memutus sumber listrik pada mobil, yaitu kabel-kabel pada aki. Lepas kabel di kutub negatif pada aki mobil untuk mencegah terjadinya korsleting. Sebab, meskipun mesin mobil sudah dimatikan, masih ada sisa aliran listrik pada aki mobil. Itulah mengapa kabel-kabel yang terpasang pada aki harus dilepaskan. Apalagi pada mobil-mobil keluaran terbaru, biasanya memiliki lebih banyak sistem otomatis yang tentunya lebih mengandalkan transmisi jaringan listrik.

    Ketahui Pergerakan Air

    Dalam kondisi curah hujan yang tinggi seperti akhir-akhir ini, tidak ada salahnya melakukan antisipasi dengan mengetahui pergerakan air hujan dan langsung membawa mobil ke area yang lebih tinggi. Jika berada pada area yang miring, sebaiknya sisi depan mobil berada di bagian paling tinggi. Hal ini untuk mengurangi risiko air masuk ke komponen-komponen penting mobil seperti ECU, alternator atau air intake.

    Bisa juga memanfaatkan dongkrak dan jack stand sebagai penopang agar posisi mobil bisa lebih tinggi. Dengan begitu meski mobil terendam banjir, paling tidak masih ada langkah penyelamatan yang bisa dilakukan.

    Kuras Tangki Bensin

    Mobil yang terendam banjir sangat berisiko untuk membuat air dan bensin menjadi tercampur. Untuk itu, sebaiknya dilakukan pengurasan bensin agar tangki bensin tidak mengalami karat yang terjadi akibat air yang masuk tersebut. Selain menyebabkan karat, air yang masuk ke tangki bensin juga bisa mengganggu sistem pengapian mobil. Tangki mobil yang berkarat juga berisiko mengalami keropos dan pada akhirnya mengalami kebocoran.

    Keringkan Pengapian

    Sistem pengapian mobil merupakan bagian mobil yang rentan mengalami kerusakan ketika terkena air. Untuk menghindarinya, keringkan sistem pengapian mobil agar tidak menyebabkan kerusakan yang lebih parah. Jangan lupa untuk mengecek fungsinya, apakah masih normal atau ada gangguan.

    Gunakan Towing

    Pemilik mobil dengan sistem transmisi matik sebaiknya langsung menghubungi mekanik atau bengkel resmi yang terdekat. Hal ini dilakukan untuk melakukan pengecekan secara keseluruhan. Untuk membawa mobil, sebaiknya menggunakan towing dan hindari melakukan pemeriksaan mobil sendiri agar penanganan mobil dilakukan dengan baik.

    Keringkan Panel lampu

    Komponen lampu juga perlu menjadi perhatian karena memiliki arus listrik di dalamnya. Untuk memastikan lampu benar-benar kering, kamu bisa menjemurnya di bawah sinar matahari untuk menghindari korsleting.

    (rgr/din)

  • 6 Jembatan Putus Imbas Banjir Bandang Cisarua, Wamen PU Wanti-wanti Hal Ini

    6 Jembatan Putus Imbas Banjir Bandang Cisarua, Wamen PU Wanti-wanti Hal Ini

    Jakarta

    Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti menemukan terdapat enam jembatan yang putus akibat bencana banjir di Desa Tugu, Cisarua, Kabupaten Bogor. Salah satu di antara keenam jembatan tersebut ialah Jembatan Hankam.

    Jembatan Hankam berada di jalan kabupaten yang menjadi akses utama penghubung Desa Lewimalang dan Jogjogan. Diana mengingatkan, pembangunan jembatan yang menyeberangi sungai harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi teknis dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air (SDA) Kementerian PU.

    “Terdapat 6 jembatan yang putus,” kata Diana, dikutip dari keterangan tertulis, Selasa (4/2/2025).

    “Saya juga menghimbau dalam membangun jembatan yang menyeberangi aliran air/sungai, harus terlebih dahulu mendapat rekomendasi teknis dari Direktorat Jenderal Sumber Daya Air Kementerian PU. Saya lihat sungai-sungai ini terhalang oleh konstruksi jembatan,” sambungnya.

    Hal ini disampaikan Diana saat meninjau lokasi pengungsian masyarakat terdampak bencana banjir di Desa Tugu, Cisarua, Kabupaten Bogor. Intensitas hujan yang tinggi di wilayah Puncak Bogor mengakibatkan debit air di wilayah hulu Sungai Ciliwung terus meningkat sehingga sungai air menggenangi permukiman warga dan merusak beberapa jembatan.

    Diana juga menyampaikan rasa prihatin atas peristiwa bencana banjir yang menimpa masyarakat karena hujan deras yang cukup tinggi mengakibatkan banjir bandang dan kerusakan jembatan sebagai akses warga.

    “Saya mengucapkan prihatin kepada masyarakat yang terdampak bencana, baik yang masih di pengungsian atau pun yang sudah pulang ke rumah,” ujar Diana.

    Ia juga menaruh perhatian pada penyempitan sungai lantaran banyak rumah di kawasan tersebut. Ia pun mengimbau kepada warga agar tidak tinggal di bantaran sungai karena akan mempersempit badan sungai.

    “Saya melihat bahwa sungai yang dulunya lebar, sekarang menjadi sempit karena banyak sekali rumah-rumah di bantaran sungai. Air itu tentunya mencari jalannya sendiri, sehingga harapan saya jangan dihuni,” katanya.

    Menurutnya, langkah-langkah penanganan pasca banjir Sungai Ciliwung di wilayah Cisarua ini harus segera dilakukan dengan berkoordinasi lintas sektoral bersama Pemerintah Provinsi Jawa Barat maupun Pemerintah Kabupaten Bogor, termasuk upaya relokasi warga yang tinggal di badan sungai.

    Lihat juga Video: Banjir Bandang-Longsor Terjang Kawasan Puncak Bogor

    (shc/kil)

  • Anak-anak berenang di tengah banjir setinggi tiga meter di Rawajati

    Anak-anak berenang di tengah banjir setinggi tiga meter di Rawajati

    Jakarta (ANTARA) – Sejumlah anak-anak lelaki memilih berenang di tengah banjir yang terjadi di Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan, Selasa pagi, dengan ketinggian air hingga mencapai tiga meter.

    “Seru banget bisa berenang,” kata salah satu anak bernama Rizky saat ditemui di lokasi.

    Para anak-anak itu nampak ceria seraya memainkan air. Tanpa takut kotor ataupun sakit mereka tampak telanjang dada membelah banjir layaknya “wahana” itu.

    Mereka ada yang memakai pelampung dan helm sebagai alat bantu mereka untuk berenang.

    Di tepi jalan itu, nampak para orang tua mengawasi dan anak kecil lainnya hanya bisa memandang sembari bermain air di tempat yang lebih tinggi.

    “Jangan main air, bocah-bocah ini kok berani banget ya,” ujar seorang ibu bernama Rahma.

    Berdasarkan pantauan sejak pukul 09.05 WIB, terlihat banjir di Rawajati tak kunjung surut sejak Senin (3/3).

    Sejumlah petugas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) Jakarta Selatan mengerahkan perahu karet untuk membantu evakuasi warga yang masih terjebak di rumahnya.

    Terlihat sejumlah rumah sudah terendam banjir, sedangkan rumah dengan dua lantai masih bisa selamat dari air tersebut.

    Tak jauh dari lokasi itu, sejumlah warga mengungsi di rumah terdekat dan juga berobat ke Puskesmas Rawajati.

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI mencatat hingga pukul 09.00 WIB, ada 7 Rukun Tetangga (RT) di Rawajati, Jakarta Selatan yang terendam banjir dengan ketinggian 170 hingga 330 meter, yang disebabkan meluapnya air Kali Ciliwung.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Syaiful Hakim
    Copyright © ANTARA 2025

  • Hujan Lebat Diprediksi Masih Terjadi hingga 11 Maret 2025, Berikut Penjelasan BMKG – Halaman all

    Hujan Lebat Diprediksi Masih Terjadi hingga 11 Maret 2025, Berikut Penjelasan BMKG – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi, hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrem masih terjadi  hingga 11 Maret 2025.

    Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto menyampaikan hujan dengan intensitas tinggi berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Indonesia, khususnya di bagian barat dan Kepulauan Papua.

    Gelombang atmosfer seperti Rossby Ekuatorial, Low Frequency, dan Kelvin diprediksi tetap aktif di sebagian besar Sumatra, Jawa bagian Barat, Kalimantan, Sulawesi, Maluku Utara, serta Kepulauan Papua yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan awan hujan dengan intensitas bervariasi di wilayah-wilayah tersebut.

    “Curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi dan perlu diwaspadai, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terdampak cuaca ekstrem,” ungkapnya dalam keterangan, Selasa (4/3/2025).

    Guswanto menerangkan, analisis terbaru juga menunjukkan terbentuknya sirkulasi siklonik di Samudra Hindia, tepatnya di Barat Aceh, serta di Selatan Papua.

    Keberadaan sirkulasi siklonik ini menyebabkan perlambatan kecepatan angin atau konvergensi di berbagai perairan, termasuk Laut Natuna, Laut Banda, perairan selatan Sulawesi, Laut Arafuru, dan Maluku.

    Selain itu, daerah pertemuan angin (konfluensi) juga terdeteksi membentang di Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafuru, hingga Papua bagian selatan.

    Daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lainnya juga terpantau memanjang dari Pesisir Timur Riau hingga Kep. Riau, dari Sumatra Barat hingga Sumatra Selatan, dari Samudra Hindia selatan Jawa Timur hingga Selatan Jawa Barat, dari Kalimantan Timur hingga Kalimantan Selatan, dari Laut Sulawesi hingga Kalimantan Timur.

    Kondisi ini berpotensi memicu peningkatan curah hujan di wilayah-wilayah tersebut dan dapat berdampak pada aktivitas maritim serta masyarakat pesisir.

    Di sisi lain, fenomena Madden-Julian Oscillation (MJO) yang masih aktif di Kepulauan Papua turut memperkuat dinamika atmosfer di kawasan timur Indonesia.

    MJO berkontribusi terhadap peningkatan aktivitas konveksi yang dapat memperbesar potensi hujan deras di sejumlah wilayah.

    Sementara itu, analisis labilitas lokal mengindikasikan potensi signifikan untuk perkembangan awan konvektif di berbagai daerah, termasuk Aceh, Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Nusa Tenggara Timur, serta hampir seluruh wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

    Labilitas atmosfer ini berperan dalam mendukung proses pembentukan awan hujan, terutama pada siang hingga sore atau malam hari.

    “Dengan meningkatnya aktivitas atmosfer ini, BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir di daerah rawan. Pemantauan cuaca secara berkala sangat penting untuk mengantisipasi dampak dari dinamika atmosfer yang terus berkembang,” ujar Guswanto.

    Pemda Harus Siap Siaga Respons Peringatan Cuaca Ekstrem

    Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menegaskan  peran serta pemerintah daerah dalam mitigasi bencana sangat krusial, terutama dalam memastikan bahwa setiap peringatan dini ditindaklanjuti dengan langkah antisipatif di lapangan.

    Dwikorita mengatakan bahwa peringatan dini bukan sekadar informasi, tetapi juga seruan untuk tindakan nyata.

    Awan gelap menyelimuti gedung bertingkat di Jakarta, Senin (1/11/2021). Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan dini cuaca ekstrem berupa hujan dengan intensitas sedang hingga lebat yang dapat disertai kilat atau petir dan angin kencang untuk berbagai wilayah di Indonesia hingga 6 November 2021. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN (TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

    Kecepatan dan kesiapan dalam merespons peringatan dini cuaca ekstrem sangat menentukan upaya mitigasi risiko, baik dari segi korban jiwa maupun kerugian materiil.

    “Kami terus menyampaikan peringatan dini cuaca ekstrem melalui berbagai kanal komunikasi resmi, termasuk website, aplikasi mobile, sms blasting dan media sosial BMKG,” ujar Dwikorita di Jakarta, Selasa (4/3/2025).

    Dwikorita mengungkapkan, BMKG memahami bahwa banyak daerah saat ini dipimpin oleh kepala daerah baru yang mungkin masih dalam proses adaptasi dengan perangkat di bawahnya.

    Oleh karena itu, BMKG siap memberikan pendampingan lebih lanjut, agar pemahaman terhadap sistem peringatan dini semakin optimal dan dapat diterjemahkan ke dalam tindakan mitigasi yang efektif.

    “Kami juga mengajak masyarakat untuk lebih aktif mengakses informasi cuaca melalui kanal resmi BMKG, sehingga dapat mengambil langkah-langkah pencegahan lebih dini. Dengan kolaborasi yang erat antara pemerintah daerah, BMKG, dan masyarakat, diharapkan dampak dari bencana akibat cuaca ekstrem dapat diminimalkan,” pesan Dwikorita.

  • Wilayah Ini Harus Waspada! Hujan Lebat Masih Akan Turun dalam Sepekan

    Wilayah Ini Harus Waspada! Hujan Lebat Masih Akan Turun dalam Sepekan

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi hujan dengan intensitas tinggi atau lebat masih berpotensi terjadi di sejumlah wilayah Indonesia selama periode 4-11 Maret 2025, khususnya di bagian barat dan Kepulauan Papua.

    Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menyampaikan, gelombang atmosfer seperti rossby ekuatorial, low frequency, dan kelvin diprediksi tetap aktif di sebagian besar Sumatera, Kalimantan, Jawa bagian barat, Maluku Utara, Sulawesi, serta Kepulauan Papua. Kondisi ini berdampak pada peningkatan pertumbuhan awan hujan dengan intensitas bervariasi di wilayah-wilayah tersebut.

    “Curah hujan tinggi masih berpotensi terjadi dan perlu diwaspadai, terutama di wilayah-wilayah yang rentan terdampak cuaca ekstrem,” kata Guswanto, Selasa (4/3/2025).

    Guswanto menjelaskan, analisis terbaru menunjukkan terbentuknya sirkulasi siklonik di Samudra Hindia, tepatnya di barat Aceh, serta di selatan Papua. Keberadaan sirkulasi siklonik ini menyebabkan perlambatan kecepatan angin atau konvergensi di berbagai perairan, termasuk Laut Banda, Laut Natuna, Laut Arafuru, perairan selatan Sulawesi, dan Maluku.

    Selain itu, daerah pertemuan angin (konfluensi) juga terdeteksi membentang di Laut Flores, Laut Banda, Laut Arafuru, hingga Papua bagian selatan.

    Daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) lainnya juga terpantau di beberapa wilayah, seperti pesisir timur Riau hingga Kepulauan Riau, Kalimantan Timur hingga Kalimantan Selatan, Samudra Hindia selatan Jawa Timur hingga selatan Jawa Barat, Sumatera Barat hingga Sumatera Selatan, dan Laut Sulawesi hingga Kalimantan Timur.

    Kondisi ini berpotensi meningkatkan curah hujan di wilayah-wilayah tersebut dan dapat berdampak pada aktivitas maritim serta masyarakat pesisir.

    Fenomena madden-julian oscillation (MJO) yang masih aktif di Kepulauan Papua turut memperkuat dinamika atmosfer di kawasan timur Indonesia. MJO berkontribusi terhadap peningkatan aktivitas konveksi yang dapat memperbesar potensi hujan deras di sejumlah wilayah.

    Selain itu, analisis labilitas lokal mengindikasikan potensi signifikan untuk perkembangan awan konvektif di berbagai daerah, termasuk Aceh, Sumatera Barat, Riau, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Jambi, Bangka Belitung, Lampung, Banten, Bengkulu, Jawa Tengah, Jawa Timur, Yogyakarta, dan Nusa Tenggara Timur, hampir seluruh wilayah Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

    Labilitas atmosfer ini berperan dalam mendukung proses pembentukan awan hujan, terutama pada siang hingga sore atau malam hari.

    BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir di daerah rawan.

  • Hujan Lebat dan Banjir Mengancam, BMKG Tekankan Ini

    Hujan Lebat dan Banjir Mengancam, BMKG Tekankan Ini

    JABAR EKSPRES – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan pentingnya respons cepat dari pemerintah daerah dalam menindaklanjuti peringatan dini cuaca ekstrem yang telah dikeluarkan.

    Dalam beberapa hari terakhir, hujan dengan intensitas sangat lebat hingga ekstrem telah terjadi di sejumlah wilayah, termasuk Provinsi Jawa Barat.

    Bahkan, hujan deras yang terjadi menyebabkan luapan air di beberapa daerah, seperti Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang, Kota Cirebon, Kota Bandung, hingga Kabupaten Bogor.

    Menanggapi hal tersebut, Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati melalui Kepala BMKG Stasiun Geofisika Bandung, Teguh Rahayu mengatakan, peran serta pemerintah daerah dalam mitigasi bencana sangat krusial.

    BACA JUGA: Kali Ciliwung Meluap! Permukiman di Kampung Melayu Jakarta Timur Terendam Banjir Setinggi 1-2 Meter

    “Terutama dalam memastikan bahwa setiap peringatan dini ditindaklanjuti dengan langkah antisipatif di lapangan,” katanya melalui keterangan tertulis, Selasa (4/3).

    Diketahui, belum lama ini musibah bencana banjir bandang menerjang wilayah Kampung Pensiunan, Desa Tugu Selatan, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor pada Minggu, 2 Maret 2025 kemarin.

    Berdasarkan informasi yang dihimpun dari Jabar Ekspres, banjir bandang terjadi akibat hujan deras yang mengguyur wilayah tersebut. Adapun data korban tercatat, sebanyak 119 kepala keluarga (KK) dan 423 jiwa yang terdampak bencana.

    Rahayu atau akrab disapa Ayu menerangkan, peringatan dini bukan sekadar informasi, tetapi juga seruan untuk tindakan nyata.

    Menurutnya, kecepatan dan kesiapan dalam merespons peringatan dini cuaca ekstrem sangat menentukan upaya mitigasi risiko, baik dari segi korban jiwa maupun kerugian materiil.

    “Kami terus menyampaikan peringatan dini cuaca ekstrem melalui berbagai kanal komunikasi resmi, termasuk website, aplikasi mobile, sms blasting dan media sosial BMKG,” terang Ayu.

    “Namun, efektivitas peringatan dini ini sangat bergantung pada kesiapan daerah dalam meresponsnya dengan langkah konkret,” tambahnya.

    Dalam keterangan tertulisnya, Ayu memaparkan, diperlukan koordinasi yang lebih erat antara pemerintah daerah dan masyarakat guna meminimalkan risiko bencana hidrometeorologi secara lebih cepat dan efektif.

    “Dengan meningkatnya aktivitas atmosfer ini, BMKG mengimbau masyarakat di wilayah terdampak untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai kilat, angin kencang, hingga kemungkinan banjir di daerah rawan,” pungkasnya. (Bas)

  • 5 Cerita Warga Jakarta yang Rumahnya Kebanjiran, Ani: Awalnya Saya Pikir Nggak Usah Ngungsi – Halaman all

    5 Cerita Warga Jakarta yang Rumahnya Kebanjiran, Ani: Awalnya Saya Pikir Nggak Usah Ngungsi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sejumlah warga menceritakan kisahnya yang terdampak banjir di wilayah Jakarta.

    Saat ini, Jakarta tengah diterjang banjir kiriman yang melanda sejumlah wilayah, termasuk sekitar Kali Ciliwung, pada Senin (3/3/2025) pagi.

    Sebelumnya, hujan deras yang mengguyur kawasan Bogor pada Minggu (2/3/2025) malam, yang menyebabkan kenaikan air Bendung Katulampa.

    Kondisi tersebut, memicu luapan Kali Ciliwung hingga merendam permukiman warga. 

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta mencatat, sebanyak 59 RT terdampak banjir hingga Senin pukul 10.00 WIB.

    Seorang warga yang tinggal di bantaran Kali Ciliwung, pun merasakan rumahnya terdampak banjir. 

    Tepatnya, di Kebon Pala RT 15 RW 08, Kampung Melayu, Jatinegara, Jakarta Timur.

    Sudah beberapa hari puasa Ramadhan ini, Ani (55) harus menghadapi banjir yang masuk ke rumahnya 

    “Iya udah kebanjiran rumah saya dari hari pertama puasa karena air kiriman dari Bogor,” kata Ani ditemui di SDN Kampung Melayu 01, lokasi pengungsian, Senin (3/3/2025), dilansir TribunJakarta.com. 

    Pada awal puasa, Ani mengaku tetap bertahan di rumahnya. Sebab, ia merasa banjir masih dalam batas wajar.

    “Hari pertama puasa itu awalnya cuma sebetis makanya biasa aja,” kata Ani.

    Namun, ia dan memutuskan mengungsi ketika air sudah menggenangi empat anak tangga di dalam rumahnya.

    “Rumah saya kan tingkat, awalnya saya pikir gausah ngungsi tapi udah empat anak tangga kebanjiran akhirnya saya jalan keluar gapake perahu karet,” cerita Ani.

    Meski menghadapi banjir berulangkali, Ani dan warga lainnya merasa sudah betah tinggal di kawasan tersebut.

    Sebab, ia merupakan asli warga Kebon Pala dan sudah tinggal sejak zaman orang tuanya.

    “Makanya udah biasa aja,” imbuhnya. 

    Hal senada juga disampaikan warga Kebon Pala lainnya, yakni Imas (63). 

    “Pas hari pertama puasa itu yang banjirnya cuma yang di dekat kali aja. Tapi kalau dari semalam, rumah saya udah kemasukan air,” kata Imas.

    Diketahui, Senin (3/3/2025) siang, banjir hingga ketinggian lebih dari satu meter masing menggenangi wilayah bantaran Kali Ciliwung.

    Petugas dan perahu karet disiagakan jika ada warga yang minta dievakuasi.

    Sebagian dari warga masih memilih bertahan di lantai dua rumah masing-masing, sedangkan warga yang ingin mengungsi ditempatkan di SDN 01 Kampung Melayu.

    Warga Jaksel Terdampak Banjir

    Tak hanya Jaktim, Sudrajat (58) yang merupakan salah satu warga RW 08, Pejaten Timur, Jakarta Selatan, rumahnya turut terendam banjir.

    Banjir di area rumahnya ini imbas luapan Kali Ciliwung, Senin.

    Awalnya, Sudrajat mengaku mendapat informasi, wilayah Pejaten Timur berstatus waspada setelah Bendung Katulampa ditetapkan dalam status Siaga 1.

    “Saya juga enggak ngeh. Kirain bohong atau apa. Pas saya melihat Google, di daerah Bogor ada banjir bandang. Saya percaya atau enggak percaya,” kata Sudrajat saat ditemui di Pejaten Timur, Pasar Minggu, Jakarta, Senin (3/3/2025). 

    “Akhirnya saya setel televisi, ‘oh benar’. Makanya air yang banjir bandang itu tumpah ke Kali Ciliwung semua, ke situ,” lanjutnya. 

    Setelah memastikan kebenaran informasi tersebut, Sudrajat dan keluarganya bergegas mengamankan barang-barang berharga. 

    Sudrajat memindahkan barang-barang dari lantai satu ke lantai dua untuk menghindari banjir

     “Alhamdulillah, barang-barang sudah diselamatkan ke atas, ke ranjang, tempat tidur. Naik-naikin saja, sementara gitu. Di lantai dua di semua barang. Karena barang itu kan barang warung,” jelasnya.

    Banjir juga merendam sejumlah titik di Pasar Minggu, Jakarta Selatan.

    Ketinggian air di beberapa titik mencapai empat meter, terutama di RW 07 dan RW 08, Kelurahan Pejaten Timur, Pasar Minggu.

    Bahkan, akses Jembatan Condet yang menghubungkan Jakarta Selatan dan Jakarta Timur sempat lumpuh.

    Sementara itu, banjir setinggi 1,2 meter yang sempat merendam permukiman warga di Jalan Kemang Selatan X A, Jakarta Selatan, mulai surut pada Sabtu (1/3/2025). 

    Menurut Tomi (48), warga setempat, banjir mulai meluap ke rumah-rumah warga sejak Jumat (28/2/2025) sore sekitar pukul 18.00 WIB. 

    Lantas, banjir baru mulai surut pada Sabtu dini hari, sekitar pukul 03.30 WIB. 

    “Air surut sudah dari sekitar pukul 02.00 WIB kali ya, tapi air sudah enggak menggenang di dalam rumah tuh ya baru pas sahur,” kata Tomi, Sabtu.

    Namun, saat banjir terjadi, Sunayah yang merupakan warga Kemang mengaku, tidak bisa melaksanakan shalat Tarawih lantaran terjebak semalaman di rumahnya. 

    “Saya tuh abis shalat Isya mau Tarawih di mushala, tapi tinggi air masih setinggi dada saya, ya masa saya paksain?” ucap Sunayah saat ditemui Kompas.com di lokasi, Sabtu.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJakarta.com dengan judul Cerita Warga Kebon Pala Rumahnya Kebanjiran Sejak Awal Ramadan, Baru Ngungsi Saat Air Lewati Tangga

    (Tribunnews.com/Suci Bangun DS, TribunJakarta.com/Elga Hikari Putra, Kompas.com)

  • Atasi Banjir di Jabodetabek, BNPB Akan Gelar Operasi Modifikasi Cuaca hingga 8 Maret

    Atasi Banjir di Jabodetabek, BNPB Akan Gelar Operasi Modifikasi Cuaca hingga 8 Maret

    loading…

    BNPB akan menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk menangani banjir yang melanda Jabodetabek. Foto/istimewa

    JAKARTA – Badan Nasional Penanggulangan Bencana ( BNPB ) akan menggelar Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk menangani banjir besar yang melanda wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). OMC ini akan digelar hingga 8 Maret 2025.

    “Operasi Modifikasi Cuaca, ini BNPB akan melaksanakan sampai tanggal 8 Maret. Dengan adanya OMC ini paling tidak hujan bisa kita kurangi untuk hari-hari kedepan,” kata Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto saat Rapat Koordinasi Pengendalian Banjir Jabodetabek, Selasa (4/3/2025).

    Diketahui, OMC dilakukan dengan menaburkan garam NaCl food grade ke kumpulan awan untuk mengurangi intensitas curah hujan di suatu kawasan. Lokasi penyemaian pun bisa berubah-ubah tergantung di mana awan bertumbuh.

    Suharyanto mengatakan OMC akan dilaksanakan seperti pada saat antisipasi cuaca ekstrem di Tahun Baru. Dia juga meminta agar wilayah seperti DKI Jakarta bisa ikut melaksanakan OMC.

    “Mungkin OMC, Operasi Modifikasi Cuaca seperti yang dilakukan seperti saat Tahun Baru, kita lakukan BNPB bekerjasama dengan DKI, kita selenggarakan mungkin dalam waktu hari ini,” kata Suharyanto.

    Suharyanto mengharapkan agar OMC ini bisa menurunkan intensitas hujan sehingga penanganan banjir bisa maksimal. “Seandainya nanti dari DKI melaksanakan, itu akan lebih cepat lagi. Sehingga tidak lagi menambah air lagi dari atas gitu supaya yang masih tergenang di beberapa titik juga di kali pesanggrahan, kawasan yang masih tergenang bisa surut,” katanya.

    (cip)