Topik: Banjir

  • Harga Bahan Baku Melonjak, Pengusaha Kue Lebaran di Cimahi Tetap Bertahan Demi Jaga Kualitas Rasa

    Harga Bahan Baku Melonjak, Pengusaha Kue Lebaran di Cimahi Tetap Bertahan Demi Jaga Kualitas Rasa

    JABAR EKSPRES – Menjelang Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah, para pengrajin kue lebaran di Cimahi mulai disibukkan dengan aktivitas produksi sejak awal Ramadan.

    Meski dihadapkan pada lonjakan harga bahan baku yang cukup tinggi, mereka tetap berusaha mempertahankan kualitas produk demi memenuhi permintaan pasar.

    Salah satunya adalah Tintun Martini, pemilik Tintun’s Cookies yang berlokasi di Jalan Bina Putera No. 28, Komplek Bumi Citeureup Permai, Ciawitali, Cimahi Utara. Tintun tetap konsisten menjalankan usahanya meskipun harga bahan baku melambung tinggi.

    “Harga mentega Wisman untuk kue kering tahun lalu itu Rp645 ribu per kaleng. Pas saya beli kemarin sudah Rp685 ribu, dan terakhir sudah naik lagi jadi Rp725 ribu,” ungkap Tintun saat ditemui Jabar Ekspres di kediamannya, Sabtu (15/3/2025).

    BACA JUGA:Ramadan Dongkrak Penjualan, Home Industri Kue Kering di Ciamis Banjir Orderan

    Kenaikan harga bahan baku tersebut tak lepas dari kelangkaan di pasaran. Beberapa konsumen bahkan meminta penggunaan mentega jenis Anchor, yang sempat sulit didapatkan.

    “Tapi alhamdulillah akhirnya ada yang datang dari New Zealand, meskipun harganya juga lumayan tinggi,” ujarnya.

    Tintun menambahkan, bahan baku lain seperti cokelat bubuk dan susu juga mengalami kenaikan harga drastis.

    “Cokelat bubuk yang dulu harganya Rp140 ribu per kilo, sekarang sudah Rp325 ribu. Susu juga naik, hampir semua bahan baku kue naik,” keluhnya.

    Meski harga bahan melonjak, Tintun tetap mempertahankan kualitas rasa. Ia memproduksi hampir 30-40 toples per hari menjelang Lebaran, dengan total produksi bisa mencapai 1.000 toples dalam sebulan.

    BACA JUGA:Bartahan dari 2010, Kini Bisnis Kue Rumahan di Bandung Sukses Miliki Banyak Pelanggan

    Jenis kue yang diproduksi meliputi kaastengel, nastar, putri salju, pandan salju, sagu keju, Jan Hagel, hingga beragam jenis bolu.

    “Kenaikan harga kue itu sekitar Rp5.000 sampai Rp10.000 per toples, tapi itu tidak sebanding dengan kenaikan harga bahan baku. Namun, pelanggan saya lebih memilih harga naik daripada rasa yang berubah,” jelasnya.

    Menurut Tintun, para pelanggannya memahami kondisi tersebut dan tidak mempermasalahkan kenaikan harga. Bahkan, mereka meminta agar rasa kue tetap dipertahankan meski harga jual harus disesuaikan.

  • Bikin Elus Dada, Korban Banjir Citeko Bogor Tidur di Saung Kecil dekat Kandang Kambing

    Bikin Elus Dada, Korban Banjir Citeko Bogor Tidur di Saung Kecil dekat Kandang Kambing

    JABAR EKSPRES – Bencana banjir bandang yang terjadi di Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Kabupaten Bogor, Senin (3/3) lalu, menyisakan kisah pilu dan perjuangan hidup dari dua keluarga.

    Mereka adalah keluarga bapak Rahmat dan Yayat. Pasca bencana, mereka harus bertahan hidup di sebuah saung kecil berdekatan dengan kandang kambing.

    Rahmat dan Yayat, masing-masing membawa empat anggota keluarganya. Sehingga, saung berukuran sekitar 4×5 meter itu dipaksa dihuni oleh 10 orang karena rumah mereka hanyut terbawa banjir.

    Alhasil, kedua keluarga besar itu harus menahan air mata kesedihan karena hidup dengan serba kesulitan di saat keluarga lainnya berbahagia menjalankan bulan suci ramadan.

    BACA JUGA:Sempat Dinyatakan Hilang, Korban Banjir Bandang di Puncak Ditemukan Meninggal Dunia

    Taufik selaku ketua RT 01 RW 01 Kampung Pasanggrahan menceritakan, tak jarang 10 di antara mereka harus tidur dengan kambing karena terbatasnya ruang untuk berisitirahat.

    Sebagai kepala keluarga, kaka beradik Rahmat maupun Wijaya terpaksa tidur di kandang Kambing bersama para kambing demi anak istri mendapatkan kenyamanan tidur di saung terbatas itu.

    “Kurang layak banget, tadi juga kata bapanya tidur di kandang kambing karena berdesakan di saung itu,” ujarnya saat dihubungi, Rabu (12/3).

    Mereka, merupakan tetangga Asep Mulyana, korban terbawa hanyut hingga tewas dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak.

    BACA JUGA:Prediksi Cuaca Puncak Bogor Hujan, BMKG Citeko Minta Wisatawan Untuk Perhatikan Hal Ini

    Keluarga Asep mendapatkan bantuan karena kabar dari media massa hanya menyudut pada kenelangsaan keluarga Asep.

    “Tetangga lah, satu kampung. Kampung Kampung Pasanggrahan RW 01 Desa Citeko Kecamatan Cisarua,” tuturnya.

    Kendati belum tersentuh dan jelas kapan mereka hidup di tempat layak, pihak RT bersama tetangga lainnya bahu membahu membantu keadaan Rahmat dan Yayat.

    “Sementara kita lagi berusaha, nyari kontrakan yang layak untuk mereka. Alhamdulillah sih sudah mulai ada donasi yang di rumah saya, sementara ini,” ucapnya.

    Jangankan diperhatikan pemerintah Kabupaten Bogor, pemerintah desa saja hanya memberikan sembako dengan kondisi tidak ada tempat huni bagi Rahmat dan Yayat.

  • Antisipasi Potensi Cuaca Ekstrem, Polda Sumsel Buka Layanan Hotline untuk Bantu Pemudik Lebaran 2025

    Antisipasi Potensi Cuaca Ekstrem, Polda Sumsel Buka Layanan Hotline untuk Bantu Pemudik Lebaran 2025

    Liputan6.com, Palembang – Arus mudik yang akan terlihat jelang perayaan Lebaran 2025 mendatang, akan disiagakan oleh ribuan personel kepolisian dari Polda Sumatera Selatan (Sumsel).

    Mengusung tagline Mudik Lebaran dengan tema ‘Mudik Aman, Keluarga Nyaman’, Polda Sumsel siap menjalankan strategi yang sejalan dengan kebijakan pusat, termasuk arahan dari Kapolri Jendral Listyo Sigit Prabowo.

    Untuk persiapan arus mudik dan balik Lebaran 2025, Kapolda Sumsel Irjen Pol Andi Rian Djajadi bersama pimpinan di tiap provinsi di Indonesia, mengikuti Rapat Koordinasi (Rakor) Lintas Sektoral di PTIK Jakarta Selatan, Senin (10/3/2025) lalu.

    Kepolisian akan memastikan seluruh jalur mudik, objek wisata, serta rumah-rumah yang ditinggalkan pemiliknya dalam kondisi aman. Lalu ada pelayanan kepada pemudik juga menjadi perhatian utama, dengan penanganan cepat terhadap keluhan masyarakat serta penyediaan fasilitas umum yang memadai.

    “Kita akan segera menggelar rapat koordinasi tingkat provinsi, guna menyelaraskan strategi pengamanan dengan pemerintah daerah,” ujar Kapolda Sumsel, Selasa (11/3/2025).

    Untuk mendukung kelancaran mudik Lebaran tahun ini, Polda Sumsel akan membuka layanan Hotline 110 kepada seluruh masyarakat, jika membutuhkan bantuan selama perjalanan mudik dari dan ke Sumsel.

    “Sebagai bagian dari upaya pengamanan, Polri menghadirkan Hotline Mudik Polri 110 sebagai saluran pengaduan dan bantuan darurat bagi masyarakat yang menghadapi kendala selama perjalanan,” ucapnya.

    Di Sumsel sendiri, akan ada berbagai skema rekayasa lalu lintas untuk mengantisipasi kepadatan kendaraan, yang akan dibahas di rakor tingkat Sumsel mendatang.

    Diperkirakan, puncak arus mudik Lebaran 2025 akan terjadi pada 28-30 Maret 2025, sementara arus balik diprediksi berlangsung pada 5-7 April 2025 mendatang.

    “Kami mengajak seluruh masyarakat untuk tetap tertib berlalu lintas dan mengikuti arahan petugas demi keselamatan bersama,” katanya.

    Dalam rakor tingkat Sumsel nantinya, Kapolda Sumsel juga akan membahas arahan dari Kapolri, terkait antisipasi potensi cuaca ekstrem yang bisa berdampak pada jalur mudik. Termasuk menyiapkan langkah-langkah darurat untuk menghadapi kemungkinan banjir atau tanah longsor. 

     

  • Cuaca Ekstrem Halangi Jutaan Anak untuk Bersekolah

    Cuaca Ekstrem Halangi Jutaan Anak untuk Bersekolah

    Manila

    Para pelajar di Filipina tahu bagaimana rasanya saat gelombang panas melanda. Di Ibukota, Manila, hampir setengah ruang kelas kosong pada awal minggu sebagai respons pihak sekolah atas peringatan cuaca ekstrem.

    Pada bulan April dan Mei 2024, suhu yang sangat panas menyebabkan kelas tatap muka hampir setiap hari dibatalkan, hal ini kadang terjadi di seluruh Filipina.

    Namun, pelajar-pelajar muda ini tidak sendirian. Menurut UNICEF, setidaknya 242 juta pelajar di seluruh dunia mengalami gangguan pendidikan akibat cuaca ekstrem yang terjadi sepanjang 2024.

    Cuaca ekstrem yang dimaksud adalah gelombang panas, topan tropis, badai, banjir, dan kekeringan – sebagai dampak perubahan iklim yang semakin intens. Hampir tiga perempat dari siswa yang terdampak tinggal di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah ke bawah.

    ‘Hal kecil yang mengubah hidup’

    Sekitar satu miliar anak tinggal di negara-negara yang sangat rentan terhadap perubahan iklim dan lingkungan, jelas UNICEF, di mana peristiwa seperti badai atau banjir sering kali mengacaukan kehidupan, menghancurkan lingkungan, jalan, atau bahkan sekolah. Bangunan sekolah yang masih utuh terkadang berfungsi ganda sebagai tempat penampungan, para pelajar pun tidak bisa kembali belajar.

    Meskipun beberapa fasilitas pendidikan secara teknis dapat tetap buka saat gelombang panas melanda, suhu yang tinggi menyulitkan para pelajar untuk fokus atau menerima pelajaran.

    “Ini mungkin peristiwa kecil, tapi bisa mengubah hidup,” kata Megan Kuhfeld, seorang ilmuwan peneliti senior di Northwest Evaluation Association (NWEA), sebuah perusahaan penyedia layanan pendidikan di Amerika Serikat.

    Kemunduran akademis

    Mitzi Jonelle Tan, seorang aktivis keadilan iklim dari Filipina, secara langsung mengalami gangguan akibat perubahan iklim ini, saat masih remaja. Di tahun 2009, dua topan besar, Ketsana dan Parma melanda, ini berdampak pada kegiatan belajar mengajar yang terhenti sekolahnya selama bertahun-tahun.

    “Ketika tiba waktunya untuk mendaftar ke universitas, ada banyak hal yang belum kami pelajari. Jadi, kami harus mengikuti kursus kilat untuk menghadapi ujian masuk universitas,” kata Tan, yang kemudian melanjutkan pendidikannya di University of the Philippines Diliman.

    Kuhfeld dari NWEA menganalisis berbagai penelitian di Amerika Serikat yang meneliti korelasi antara waktu siswa absen dari sekolah – tidak harus karena iklim ekstrem – dan seberapa jauh ketertinggalan mereka dalam pembelajaran.

    Ia menemukan bahwa lamanya absen tidak berdampak langsung terhadap pembelajaran. Misalnya, satu minggu absen dari sekolah bisa jadi membuat siswa merasa berminggu-minggu tertinggal dari pembelajaran, ini bergantung pada kondisi para pelajar tersebut.

    Penting untuk diketahui jenjang pendidikan mana yang sedang ditempuh pelajar saat mereka absen dari sekolah. Kurikulum sekolah menengah jauh lebih kompleks dibandingkan kurikulum sekolah dasar, yang dirancang berdasarkan apa yang sudah diketahui para pelajar tersebut. Jadi, bagi pelajar sekolah menengah, absen membuat mereka kian sulit mengejar ketertinggalan.

    Namun, Kuhfeld melalui analisisnya mencatat bahwa absen yang disebabkan oleh cuaca buruk menunjukkan kemunduran belajar yang lebih signifikan dibanding alasan lainnya. Mungkin karena banyak dari para pelajar ini juga memiliki stres saat berusaha bertahan dan pulih dari bencana alam.

    “Ini bukan sekadar absen dari sekolah sekolah. Ada aspek kesehatan mental yang berperan,” katanya.

    Kembali ke sekolah, bagaimana caranya?

    Begitu sekolah dibuka kembali, para guru tidak bisa serta merta melanjutkan pekerjaannya, karena kembali ke kelas lebih dari sekadar memperbaiki infrastruktur.

    “Sekolah-sekolah dan gedung-gedungnya hancur, tetapi para siswa juga terdampak,” ujar Pia Rebello Britto, Direktur Global untuk Pendidikan dan Pengembangan Remaja di UNICEF. “Jika seseorang merasa tertinggal, ia mulai kehilangan motivasi dan keinginan untuk belajar.”

    Kurangnya motivasi ini kian memperburuk situasi para pelajar yang sebelumnya merasa “kurang beruntung”. Di Provinsi Sindh, Pakistan, Britto mengatakan bahwa ia melihat betapa sulitnya bagi anak-anak perempuan untuk tetap tertarik belajar setelah banjir menutup sekolah mereka, ini karena pendidikan juga kurang dipromosikan.

    Di Filipina, aktivis iklim Tan mengetahui adanya siswa-siswa berpenghasilan rendah yang harus memilih antara kembali ke kelas atau menghidupi keluarga mereka.

    “Jika rumah mereka benar-benar terendam banjir dan hancur, sangat sulit untuk meminta para pelajar kembali bersekolah dan belajar tentang sesuatu yang jauh dari realita yang mereka hadapi,” katanya.

    Bagaimana membuat pendidikan lebih tangguh saat bumi kian memanas

    Para ahli pendidikan sepakat bahwa sistem sekolah harus menjadi lebih resisten terhadap perubahan iklim, meskipun hal ini juga menyangkut masalah keuangan.

    Dengan berbagai cara, sekolah dapat mempersiapkan diri untuk menjadi lebih fleksibel, seperti membuat rencana darurat jika gedung sekolah rusak, dengan ‘memindahkan’ kelas ke gereja atau aula umum. Sekolah juga dapat menyesuaikan kalender sekolah untuk menghindari pembelajaran di bulan-bulan dengan cuaca ekstrem.

    Gelombang panas telah mengganggu sekolah-sekolah di Filipina, hal ini dikarenakan kalender akademik sebagian sekolah diselaraskan dengan kalender akademik negara lain. Hal ini berarti para pelajar akan mengikuti pembelajaran di kelas saat puncak kekeringan di musim kemarau dan panas yakni di bulan April dan Mei. Sekarang pemerintah telah mengubah kembali jadwal akademik tersebut.

    Namun, langkah yang paling penting adalah membuat sekolah dan murid-murid menjadi tangguh. Hal ini berarti membuat bangunan tahan terhadap iklim dengan mengisolasi atau membangunnya dengan bahan yang dapat mengatur suhu secara alami, meninggikan bangunan untuk melindunginya dari banjir, dan membangun atap yang lebih kokoh untuk menahan angin topan.

    Hal ini juga berarti membekali siswa dengan informasi yang lebih baik tentang perubahan iklim dalam kurikulum. Dengan begitu, mereka dapat memahami apa yang terjadi pada mereka dan dampak pembakaran bahan bakar fosil terhadap perubahan iklim yang memicu cuaca ekstrem.

    “Penting bagi mereka untuk mempelajarinya dengan cara yang kontekstual sehingga mereka dapat melihat bahwa perubahan iklim adalah sesuatu yang melintasi semua sektor kehidupan dan mereka dapat berpartisipasi dalam pembuatan dan perubahan kebijakan iklim,” ujar Tan.

    “Mereka mewakili generasi masa depan.”

    Diadaptasi dari Artikel DW Bahasa Inggris

    (nvc/nvc)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Forest Watch Indonesia Sebut Deforestasi 2.300 Hektare Jadi Penyebab Utama Banjir Puncak Bogor

    Forest Watch Indonesia Sebut Deforestasi 2.300 Hektare Jadi Penyebab Utama Banjir Puncak Bogor

    Liputan6.com, Bogor – Hujan deras dengan intensitas tinggi menyebabkan banjir di Kawasan Puncak Bogor, mengganggu aktivitas warga dan merusak infrastruktur publik.

    Meluapnya Sungai Ciliwung merendam pemukiman serta jalur utama yang menghubungkan Bogor dengan Puncak. Tak hanya itu, Jakarta dan Bekasi turut terdampak akibat meluapnya Sungai Ciliwung dan Kali Bekasi.

    Laporan Forest Watch Indonesia (FWI) mengungkap bahwa deforestasi di tiga daerah aliran sungai (DAS) utama, yakni Ciliwung, Kali Bekasi, dan Cisadane, mencapai 2.300 hektare.

    Kerusakan hutan ini menghilangkan fungsi konservasi air dan tanah, meningkatkan risiko banjir di wilayah sekitarnya.

    Pengampanye Hutan FWI, Tsabit Khairul Auni, menjelaskan bahwa hutan berperan penting dalam menyerap air hujan ke dalam tanah.

    Namun, alih fungsi lahan di hulu DAS Ciliwung, Kali Bekasi, dan Cisadane mempercepat aliran air ke sungai, menyebabkan banjir yang meluas hingga Jakarta dan Bekasi.

    “Ketika hutan berkurang, kemampuan tanah dalam menyerap air menurun. Hal ini meningkatkan run-off atau aliran permukaan, mempercepat terjadinya banjir,” kata Tsabit.

    Alih fungsi lahan yang masif, seperti pembangunan vila, objek wisata, dan infrastruktur jalan, semakin memperburuk situasi. Lahan terbangun menghambat infiltrasi air hujan ke dalam tanah, mempercepat banjir di kawasan permukiman.

    Data FWI (2025) menunjukkan bahwa sepanjang 2017 hingga 2023, deforestasi di DAS Ciliwung, Kali Bekasi, dan Cisadane telah mencapai 2.300 hektare. Angka ini setara dengan 850 kali luas Gedung Sate di Bandung.

    Analisis lebih lanjut menunjukkan perubahan signifikan dalam penutupan lahan di Puncak Bogor antara 2017 hingga 2024. Dari total kerusakan hutan alam seluas 310 hektare di Kecamatan Megamendung dan Kecamatan Cisarua, sekitar 208,76 hektare beralih menjadi perkebunan, 26,64 hektare menjadi lahan terbangun, dan 75,33 hektare menjadi lahan terbuka.

  • Ada Kebijakan WFA, Arus Mudik Diperkirakan Akan Bergerak Lebih Awal – Page 3

    Ada Kebijakan WFA, Arus Mudik Diperkirakan Akan Bergerak Lebih Awal – Page 3

    Pemerintah terus memaksimalkan kesiapan infrastruktur jalan tol maupun jalan nasional dalam mendukung kelancaran  arus mudik dan arus balik Lebaran 2025.

    Menurut Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo, panjang jaringan jalan tol yang siap beroperasi untuk arus mudik Lebaran 2025 dan balik mencapai 3.020,5 km.

    Sementara jalan nasional non tol sepanjang 47.604,34 km sudah mencapai kondisi mantap sebesar 95,22 persen.

    “Kementerian PU memastikan jaringan jalan, baik tol maupun non tol, dalam kondisi optimal. Seluruh jalan nasional lintas utama kami pastikan dalam kondisi mantap dan layak dilalui,” kata Dody dalam keterangan tertulis, Rabu (12/3/2025).

    Untuk antisipasi kondisi darurat selama musim mudik Lebaran, Kementerian PU telah menyiapkan 393 posko tanggap bencana. Dilengkapi dengan 440 unit alat berat serta 137 titik penempatan material strategis di lokasi rawan bencana.

    Di sisi lain, terdapat 298 titik rawan banjir dan 660 titik rawan longsor yang telah diidentifikasi dan akan mendapatkan perhatian khusus.

    Lebih lanjut, Dody juga telah menginstruksikan kepada Badan Usaha Jalan Tol (BUJT) agar memastikan seluruh indikator Standar Pelayanan Minimal (SPM) terpenuhi dengan baik.

    Hal ini mencakup kondisi perkerasan jalan utama, akses masuk-keluar tol, serta area gerbang tol dalam kondisi prima.

    “BUJT diminta untuk secara khusus meningkatkan layanan di Tempat Istirahat dan Pelayanan (TIP). Kami ingin memastikan fasilitas tersebut dalam kondisi bersih, terawat, serta memiliki kapasitas parkir dan toilet yang memadai,” ungkapnya.

  • 6
                    
                        Saat Dedi Mulyadi Cari Kades yang Marah dalam Pembongkaran Bangunan Liar di Tambun
                        Megapolitan

    6 Saat Dedi Mulyadi Cari Kades yang Marah dalam Pembongkaran Bangunan Liar di Tambun Megapolitan

    Saat Dedi Mulyadi Cari Kades yang Marah dalam Pembongkaran Bangunan Liar di Tambun
    Tim Redaksi
    BEKASI, KOMPAS.com –
    Gubernur Jawa Barat
    Dedi Mulyadi
    dan Bupati Bekasi
    Ade Kuswara Kunang
    memimpin pembongkaran 60 bangunan liar (bangli) di
    Kali Sepak
    , yang terletak di Desa Srimukti dan Desa Srijaya, Tambun Utara, Kabupaten Bekasi, pada Jumat (14/3/2025).
    Bangunan-bangunan yang ditertibkan umumnya berupa warung semi permanen hingga permanen yang berjejer di sepanjang bantaran kali.
    Di tengah proses pembongkaran,
    Dedi Mulyadi
    terlihat aktif mencari Kepala Desa Srijaya, Canih Hermansyah, yang sebelumnya dilaporkan marah karena tindakan tersebut.
    Sebelum pembongkaran berlangsung, Dedi Mulyadi berbincang dengan seorang pemilik bangunan, seorang pria lanjut usia.
    Perbincangan itu berlangsung di hadapan Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang dan Kapolres Metro Bekasi Kombes Mustofa.
    Dalam diskusi tersebut, Dedi berjanji bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat akan mendanai pembangunan warung baru bagi warga di lokasi lain.
    “Nanti kalau Bapak bikin warung baru, saya bangunkan warungnya oleh Pemprov Jabar. Siap setuju kan?” tanya Dedi kepada pemilik bangunan.
    “Siap, Pak,” jawab warga dengan antusias.
    Dedi menjelaskan, pembongkaran ini dilakukan untuk mencegah banjir serta mengatasi penumpukan sampah di Kali Sepak.
    “Pengen kan warga di sini enggak banjir, enggak numpuk sampah, rapi dan bersih. Jadi setuju saya bongkar?” ujar Dedi.
    “Setuju, Pak,” balas warga tersebut.
    Setelah mendengar dukungan dari warga, Dedi langsung mencari Kepala Desa Srijaya, Canih Hermansyah yang tidak setuju dengan pembongkaran itu.
    “Mana yang tadi yang agak marah sama saya? Pak Kades, setuju kan?” ungkap Dedi.
    Awalnya, Canih mengkritik Dedi sebagai gubernur yang otoriter karena dinilai tidak mengikuti prosedur yang ada.
    Namun, setelah mendengar penjelasan lebih lanjut, Canih mengubah sikapnya dan menyatakan setuju,.
    Setuju kalau ada penggantian,” jawab Canih.
    Ia kemudian menyatakan dukungannya terhadap program Dedi.

    Alhamdulillah
    , jadi saya mendukung program Pak Gubernur,” tegasnya.
    Dedi pun meluruskan pernyataan Canih, menegaskan bahwa pembongkaran ini adalah untuk kepentingan masyarakat,
    “Bukan program saya, program Bapak. Kan yang kebanjiran Bapak, bukan saya,” imbuh Dedi.
    Untuk mencairkan suasana yang tegang, Dedi pun melontarkan candaan dan bahkan memijat punggung Canih selama beberapa saat.
    Bupati Bekasi Ade Kuswara Kunang menyatakan, pembongkaran bangli di Desa Srijaya dan Srimukti merupakan langkah awal untuk menormalisasi Kali Sepak, yang merupakan anak Kali Bekasi.
    “Kami lakukan normalisasi hari ini dan nanti juga akan dilebarkan serta didalami supaya nanti banyak menampung air juga biar tidak banjir,” ujar Ade kepada wartawan.
    Dia mengungkapkan, penyempitan Kali Sepak menjadi salah satu penyebab banjir di beberapa desa di Tambun Utara, yang diakibatkan oleh sedimentasi serta bangunan liar yang berdiri di sepanjang bantaran kali.
    Oleh karena itu, pembongkaran bangli menjadi langkah awal bagi pemerintah untuk melakukan normalisasi dan berharap proyek ini dapat segera diselesaikan.
    “Sekarang sudah mulai penertiban dulu, mudah-mudahan secepatnya. Karena memang kemarin kita banjirnya tidak seperti tahun-tahun lalu, artinya jalan-jalan airnya sudah tidak ada, makanya kami  akan melakukan normalisasi,” jelas Ade.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bendungan Sidan Bali Jadi Pemasok Air Bersih dan Listrik Terbarukan di Pulau Dewata – Halaman all

    Bendungan Sidan Bali Jadi Pemasok Air Bersih dan Listrik Terbarukan di Pulau Dewata – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bendungan Sidan di Kabupaten Badung, Gianyar dan Bangli, Bali, akan mendukung ketersediaan air bersih hingga listrik terbarukan bagi masyarakat Pulau Dewata.

    Bendungan Sidan merupakan bendungan tipe zonal dengan inti tegak aspal yang memiliki panjang 197 meter dan tinggi 68 meter dengan sumber airnya berasal dari Sungai Ayung.

    Bendungan berkapasitas 3,82 juta m3 itu nantinya akan menyediakan air baku sebanyak 1.750 liter per detik untuk empat daerah di Bali, meliputi Denpasar, Badung, Gianyar, hingga Tabanan, dengan perkiraan total penerima manfaat sejumlah 1,3 juta jiwa masyarakat.

    Selain untuk penyediaan air baku, Bendungan Sidan juga akan difungsikan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMh) berkapasitas 0,65 MW, serta memiliki potensi PLTS terapung 20 persen dari luas genangan dengan kapasitas hingga 8 MW.

    Bendungan Sidan juga dilengkapi terowongan pengelak yang berfungsi sebagai pengendali banjir.

    Dalam proses pembangunan Bendungan Sidan, PT Semen Indonesia (SMGR) hingga Februari 2025, perseroan telah memasok 76.000 ton bahan bangunan semen pada pembangunan Proyek Strategis Nasional (PSN) tersebut.

    Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni mengatakan, Bendungan Sidan merupakan infrastruktur penting yang memberikan banyak manfaat dalam kehidupan sosial masyarakat, serta mendukung pertumbuhan ekonomi dan aksi pelestarian lingkungan.

    “SIG bangga dapat terus berkontribusi dalam pembangunan nasional seperti Bendungan Sidan yang memiliki peranan strategis untuk mendukung terwujudnya swasembada air dan energi yang menjadi bagian dari Asta Cita Presiden Prabowo Subianto,” kata Vita dikutip Sabtu (15/3/2025).

    Vita menjelaskan, produk semen perseroan sudah terbukti kualitasnya pada sejumlah proyek strategis nasional, yang mana mudah diaplikasikan dan memiliki daya rekat tinggi, sehingga mempermudah proses pengerjaan konstruksi dengan hasil akhir beton yang kuat.

    Semen SMGR disebut terkategori semen hijau dengan tingkat emisi hingga 38% lebih rendah dibandingkan semen konvensional, serta tingkat komponen dalam negeri (TKDN) yang tinggi mencapai 96,95%.

    “Perseroan siap menyukseskan pembangunan secara berkelanjutan di seluruh wilayah Indonesia,” ujar Vita.

  • Wapres Gibran Sebut Hilirisasi Bisa Bawa Indonesia Keluar dari Middle Income Trap – Halaman all

    Wapres Gibran Sebut Hilirisasi Bisa Bawa Indonesia Keluar dari Middle Income Trap – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka mengatakan hilirisasi bisa membantu Indonesia keluar dari middle income trap.

    Di hadapan para pengusaha yang tergabung dalam Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Gibran meminta mereka terus mendukung hilirisasi industri.

    “Pak Presiden dan saya tidak pernah bosan-bosan untuk membahas masalah hilirisasi,” kata Gibran dalam acara Buka Bersama Kadin Indonesia di Jakarta International Convention Center, Jumat (14/3/2025).

    Menurut dia, hilirisasi bisa mendatangkan berbagai manfaat seperti mengeluarkan Indonesia dari jebakan kelas menengah atau middle income trap.

    “Dengan hilirisasi, kita bisa membuka lapangan pekerjaan, keluar dari middle income trap, bisa juga meningkatkan nilai tambah di dalam negeri,” ujar Gibran.

    Meski demikian, ia menekankan agar hilirisasi tetap memperhatikan aspek sosial, lingkungan, dan keberlanjutan.

    Sebab, belakangan ini, kata Gibran, dampak dari perubahan iklim sudah terlihat di depan mata.

    “Dampak-dampak dari perubahan iklim ini sudah ada di depan mata. Kekeringan, banjir, lalu kenaikan air laut, ini adalah ancaman yang nyata dan sudah di depan mata,” ucap Gibran.

    Lantas, apa yang dimaksud middle income trap?

    Jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia, middle income trap adalah jebakan pendapatan kelas menengah.

    Secara garis besar, middle income trap adalah istilah yang mengacu pada keadaan ketika sebuah negara berhasil mencapai ke tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju.

    Istilah ini diperkenalkan oleh Bank Dunia pada medio 2006 lalu.

  • PT Cikarang Listrindo salurkan bantuan korban banjir di Babelan Bekasi 

    PT Cikarang Listrindo salurkan bantuan korban banjir di Babelan Bekasi 

    Sumber foto: Eko Purnomo/elshinta.com.

    PT Cikarang Listrindo salurkan bantuan korban banjir di Babelan Bekasi 
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 14 Maret 2025 – 22:22 WIB

    Elshinta.com – Hujan lebat pada awal Maret 2025 menyebabkan banjir di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat dan dari 23 kecamatan yang ada, salah satunya adalah Kecamatan Babelan yang terbilang cukup parah, bukan saja merendam rumah warga, namun area persawahan milik petani turut terendam.

    Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi, sebanyak 87.282 jiwa terdampak dan menetapkan Status Tanggap Darurat Bencana No. 100.3.3.2/Kep.212-BPBD/2025 untuk periode 5-18 Maret 2025.

    Mengenai bencana tersebut, General Affairs PLTU Babelan PT Cikarang Listrindo. Jauhari Eka Ronaldo mengatakan, atas bencana tersebut pihaknya turut peduli, dengan berkoordinasi melalui pemerintah setempat menyalurkan bantuan pangan ke 4 (empat) desa terdampak di Kecamatan Babelan, yaitu Desa Muara Bakti, Buni Bakti, Kedung Pengawas, dan Hurip Jaya. 

    Menurut Jauhari, pihaknya menyalurkan bantuan pangan berupa 546 dus mie instan, 135 dus air mineral, 649 bungkus minuman sereal, 1.832 kotak biskuit, 30 kg beras dan 15 kg telur. Bantuan ini didistribusikan ke 8 (delapan) titik lokasi diantaranya Dusun 2B Desa Muara Bakti, Desa Muara Bakti, Kampung Buni Baru, Desa Buni Bakti, Desa Hurip Jaya, Kampung Sembilangan, Desa Kedung Pengawas, dan Kampung Belendung, dan menjangkau 5.633 kepala keluarga yang tersebar di  delapan titik distribusi di empat desa.

    “Ini merupakan tanggung jawab sosial, sehingga kamipun bisa berkontribusi bagi lingkungan dan komunitas tempat kami beroperasi.” ujar Jauhari seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Eko Purnomo, Jumat (14/3). 

    Dalam hal ini. Jauhari menegaskan pihaknya memiliki komitmen yakniCikarang Listrindo dalam mendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yaitu SDGs 2 (Tanpa Kelaparan) dan SDGs 11 (Kota dan Permukiman yang Berkelanjutan) serta memperkuat hubungan positif dengan komunitas sekitar.

    Sumber : Radio Elshinta