Topik: Banjir

  • Banjir Terus Melanda, Warga di Jambi Takut Ular dan Lintah Masuk Rumah
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        23 Maret 2025

    Banjir Terus Melanda, Warga di Jambi Takut Ular dan Lintah Masuk Rumah Regional 23 Maret 2025

    Banjir Terus Melanda, Warga di Jambi Takut Ular dan Lintah Masuk Rumah
    Tim Redaksi
    KOTA JAMBI, KOMPAS.com
    – Sejak musim hujan dimulai, masyarakat RT 7, Kelurahan Kenali Asam Bawah, Kecamatan Kota Baru,
    Kota Jambi
    , Provinsi Jambi, telah mengalami banjir yang menggenangi rumah mereka selama lima minggu.
    Yani, salah satu warga RT 7, mengungkapkan kekhawatirannya akibat banjir yang terus melanda.
    “Kami takut ular, sempat ada ular besar makan ayam, ada muncul binatang kayak lintah. Munculnya dari sana (drainase) semenjak banjir,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya pada Minggu (23/3/2025).
    Ia berharap pemerintah segera memperbaiki drainase agar banjir tidak kembali menggenangi rumahnya.
    Yani juga menambahkan bahwa barang-barangnya tidak terurus dan banyak yang terendam air.
    Sementara itu, Rijal, warga lainnya, melaporkan bahwa ketinggian banjir di rumahnya hampir mencapai satu meter.
    Untuk mengatasi masalah ini, ia terpaksa menggunakan dua mesin pompa air untuk menyedot air keluar dari rumah.
    “Kami pakai mesin air, biar airnya keluar rumah, dua mesin air, dak telap kalau cuma satu mesin,” kata Rijal.
    Saat ini, masyarakat setempat berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk memperbaiki drainase, yang merupakan kewenangan pemerintah pusat, agar banjir tidak terus mengganggu kehidupan mereka.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 2 Orang Tewas Akibat Banjir dan Longsor di Manado

    2 Orang Tewas Akibat Banjir dan Longsor di Manado

    Manado, Beritasatu.com – Sebanyak dua orang tewas dalam banjir disertai tanah longsor di Kota Manado, Sulawesi Utara. Sebanyak 2.000 warga terdampak bencana akibat curah hujan tinggi di Manado pada Sabtu (22/3/2025)

    “Adapun yang meninggal dunia sampai saat ini yang kami ketahui ada dua orang karena tertimpa longsor, dan sekitar 2.000 warga terdampak banjir dan tanah longsor di Kota Manado,” kata Dandim 1309/Manado, Letkol Arh Yosip Brozti Dadi, Minggu (23/3/2025).

    Menurut Yosip, sebanyak 27 kelurahan dalam tujuh kecamatan terdampak banjir di Manado. Beberapa lokasi terjadi tanah longsor.

    Banjir di Manado sekarang sudah surut. Warga dibantu TNI/Polri mulai membersihkan sisa-sisa material lumpur dan sampah di sekitar rumanya.

    Pantauan Beritasatu.com di beberapa lokasi, seperti Kelurahan Banjer, Ketang Baru, dan Mahawu, aktifitas warga mulai berjalan normal. DAS Tondano juga sudah surut.

  • Warga Bali Wajib Baca! BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Melanda 22-25 Maret 2025

    Warga Bali Wajib Baca! BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Melanda 22-25 Maret 2025

    PIKIRAN RAKYAT – Saat ini Indonesia memang tengah menghadapi musim hujan, yang diharapkan agar masyarakat lebih dapat berhati-hati, salah satunya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Bali.

    Bahkan dalam hal ini, pihak Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) juga telah memberikan peringatan adanya kemungkinan cuaca ekstrem hingga Selasa, 25 Maret 2025 mendatang.

    Dikutip dari laman Antara, pihak BBMKG yang bertugas di wilayah III Denpasar telah mengungkapkan bahwa kemungkinan bibit siklon 92S bakal memengaruhi kondisi cuaca di Bali.

    Hal ini juga disampaikan oleh Kepala BBMKG Wilayah III Cahyo Nugroho yang mengungkapkan bahwa adanya bibit siklon 92S yang berada di Samudra Hindia Selatan Bali.

    Sehingga bibit siklon 92S ini, akan mendukung pertumbuhan awan konvektif yang berada di wilayah Bali.

    Sehingga untuk cuaca saat ini hingga Selasa, 25 Maret 2025 mendatang bakal berpotensi alami hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang juga bakal disertai dengan petir dan angin kencang.

    Bahkan untuk di perairan selatan Bali, kemungkinan tinggi gelombang bisa mencapai tiga meter.

    Selain itu, cuaca ekstrem yang diprediksi bakal terjadi di Bali hingga Selasa mendatang ini, juga bisa saja disebabkan oleh faktor Madden Julian Oscillation (MJO) atau gelombang osilasi nonseasonal yang berada pada kuadran 5.

    Sehingga faktor meteorologis ini, bisa meningkatkan pertumbuhan awan hujan di Bali yang bakal terjadi dalam intensitas ringan hingga lebat.

    Selain itu, untuk suhu muka laut yang berada di sekitaran wilayah Bali bakal berada di kisaran 29 hingga 30 derajat Celsius, dengan massa udara basah mulai dari lapisan permukaan hingga lapisan sekira 12.000 meter.

    Peringatan cuaca ekstrem ini tentunya tidak bisa disepelekan begitu saja oleh masyarakat, namun seharusnya menjadi salah satu upaya untuk antisipasi hal buruk terjadi.

    Intensitas hujan yang tinggi, tentunya bisa menimbulkan berbagai permasalahan terjadi seperti banjir, hingga genangan air yang bisa menimbulkan penyakit.

    Selain itu, angin kencang dan petir juga tidak kalah harus diwaspadai yang sebelumnya tidak sedikit masyarakat yang turut menjadi korban.

    Menjaga imunitas tubuh juga menjadi salah satu tindakan yang tepat untuk menghindari berbagai virus yang bisa masuk ke dalam tubuh, apalagi jika tengah berpuasa.

    Cukupilah kebutuhan nutrisi di dalam tubuh, agar kesehatan tetap terjaga dan tetap bisa menjalankan aktivitas harian meskipun di tengah cuaca yang tidak bagus sekalipun.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Pemkab Bogor Upayakan Penghijauan di Kawasan Puncak, Sekda: Ini Ide Pak Bupati

    Pemkab Bogor Upayakan Penghijauan di Kawasan Puncak, Sekda: Ini Ide Pak Bupati

    JABAR EKSPRES – Bupati Bogor Rudy Susmanto menginisiasi upaya penghijauan di kawasan wisata Puncak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, tepatnya di daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung.

    “Penghijauan berawal dari ide Pak Bupati membuat surat minggu lalu ke PTPN, untuk penyediaan lahan penanaman. Pak Bupati ingin ada aksi nyata,” ujar Sekda Kabupaten Bogor, Ajat Rochmat Jatnika, Sabtu (22/3).

    Pada 11 Maret 2025, Rudy Susmanto mengirimkan surat permohonan penyediaan lahan untuk penghijauan kepada PT Perkebunan Nusantara (PTPN) I Regional 2 dan PT Sumber Sari Bumi Pakuan (SSBP).

    BACA JUGA:50.000 Bibit Pohon Ditanam untuk Hijaukan Kawasan Puncak Bogor

    Inisiatif tersebut kemudian direspons positif oleh Kementerian Kehutanan (Kemenhut) dan Pemerintah Provinsi Jawa Barat (Pemprov) untuk bersama-sama menanami vegetasi tanaman tegak yang dapat menahan limpasan air permukaan dan erosi.

    Penghijauan di kawasan hulu DAS Ciliwung ini merupakan tindak lanjut dari peristiwa bencana alam hindrometeorologi yang terjadi di sebagian wilayah Jabodetabek pada awal Maret 2025.

    Ajat menambahkan, aksi penanaman pohon di lahan sekitar 3 hektare ini sebagai langkah awal untuk menahan air limpasan dan erosi pada area Hak Guna Usaha (HGU) di Desa Tugu Selatan dan Desa Tugu Utara Kecamatan Cisarua, dan Desa Megamendung Kecamatan Megamendung.

    Selain hulu DAS Ciliwung, aksi penghijauan juga akan berlanjut di hulu DAS Cileungsi untuk memitigasi bencana banjir di daerah Bekasi dan di sebagian wilayah timur Kabupaten Bogor.

    BACA JUGA:Penyegelan di Kawasan Puncak, Zulhas: Lindungi Lingkungan untuk Swasembada Pangan

    “Untuk DAS Cileungsi, area-area yang di pilih misalnya wilayah Sentul juga beberapa titik di bantaran,” kata Ajat.

    Pemerintah Kabupaten Bogor mengedepankan dua konsep pendekatan dalam melakukan upaya reboisasi ini. Pertama di kawasan hulu DAS Ciliwung dan DAS Cileungsi, kedua menyebar di 40 kecamatan se-Kabupaten Bogor dengan melibatkan ASN Pemkab Bogor.

    “Jadi memang penghijauan itu sebenarnya lebih kepada respons dari bencana alam yang kita rasakan. Ada run off (limpasan permukaan) yang terlalu besar seharusnya bisa kita treatment,” pungkasnya.

  • Selat Muria Muncul Lagi Usai Lenyap 300 Tahun, Apa yang Terjadi?

    Selat Muria Muncul Lagi Usai Lenyap 300 Tahun, Apa yang Terjadi?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pada awal 2024, sejumlah kota di pesisir Jawa Tengah seperti Demak, Pati, Semarang, dan Kudus, terendam banjir. Kondisi tersebut memunculkan spekulasi soal munculnya Selat Muria.

    Perlu diketahui, Selat Muria sudah lama hilang. Dulunya, selat tersebut memisahkan Pulau Jawa dan Gunung Muria. Lantas, selat itu menjadi daratan sekitar 300 tahun lalu.

    Pakar Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eko Soebowo mengatakan penurunan tanah di wilayah tersebut mudah terjadi. Tak menutup kemungkinan Selat Muria bisa kembali muncul, namun penyebabnya bukan banjir.

    Eko menjelaskan penurunan permukaan tanah di wilayah Semarang, Demak, dan sekitarnya bervariasi dengan intensitas tertinggi mencapai 10 sentimeter per tahun, seperti yang terjadi di wilayah Semarang timur. Perbedaan ini tergantung dengan tipikal tanah di daerah masing-masing dan faktor pendukung penurunan tanah yang ada di wilayah tersebut.

    Faktor penurunan muka tanah terbagi menjadi dua, yakni faktor alami dan faktor antropogenik atau dampak aktivitas manusia.

    Faktor alami mencakup karakteristik tanah sedimen muda yang membuatnya pasti mengalami penurunan muka tanah. Faktor ini biasanya membuat penurunan sekitar 1 sentimeter per tahun.

    Selain itu, faktor alamiah kedua adalah aktivitas tektonik. Faktor ini tidak memiliki dampak yang terlalu besar, karena hanya menyebabkan penurunan sekitar beberapa milimeter.

    Sementara itu, faktor antropogenik atau ulah manusia menjadi kontributor terbesar. Beban infrastruktur tanah lunak bisa menyebabkan penurunan 1 sentimeter per tahun.

    Lalu, eksploitasi air tanah merupakan faktor dominan yang bisa menyebabkan penurunan hingga 7-8 sentimeter per tahun.

    Selain penurunan permukaan tanah, Eko menyebut kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim juga bisa menyebabkan Selat Muria berpotensi muncul kembali.

    Selat Muria Bukan Disebabkan Banjir

    Eko mengatakan banjir bukan faktor penyebab kembalinya Selat Muria. Ia mengatakan banjir malah akan membuat daratan menjadi lebih tinggi.

    “Kalau soal banjir, justru malah banjir itu mengisi sedimentasi di daerah selat tersebut. Dari Muria, dari selatan Demak, selatan Semarang, semua sungai-sungainya kan bermuara di daerah pantura,” ujar Eko.

    “Itu kan membawa material, membuat pendangkalan. Tetapi banjir bukan menyebabkan terjadi selat lagi,” lanjutnya.

    Selain itu, banjir akan membawa sedimen ke wilayah terdampak dan hasilnya meningkatkan ketinggian daratan tersebut.

    (hsy/hsy)

  • Banjir di Kutai Timur, 800 Jiwa Terdampak Jelang Lebaran

    Banjir di Kutai Timur, 800 Jiwa Terdampak Jelang Lebaran

    Kutai Timur, Beritasatu.com – Banjir setinggi 1,5 meter yang melanda Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, semakin meluas menjelang Lebaran 2025. Pantauan Beritasatu.com, hingga kini banjir di Kutai Timur telah menggenangi dua kecamatan, yakni Kecamatan Sangatta Utara dan Kecamatan Sangatta Selatan. 

    Dampak dari bencana banjir ini dirasakan oleh sekitar 800 jiwa, dengan puluhan keluarga terpaksa mengungsi untuk mencari tempat yang lebih aman.

    Di Kecamatan Sangatta Selatan, puluhan rumah terendam banjir. Warga yang terdampak kini harus menjalani puasa Ramadan di tengah genangan air. Bahkan, sepekan sebelum Lebaran, mereka terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi karena banjir yang masih merendam rumah mereka.

    Tim SAR gabungan yang terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Basarnas, serta TNI dan Polri, terus dikerahkan ke lokasi-lokasi terdampak untuk membantu proses evakuasi. 

    Proses evakuasi diprioritaskan bagi warga yang rentan, seperti lansia, anak-anak, dan ibu hamil, yang memiliki risiko tinggi jika tetap berada di lokasi banjir.

    Hingga Minggu (23/3/2025) pagi, banjir di Kutai Timur semakin meluas, dengan lebih dari 200 rumah terendam. Diperkirakan jumlah rumah yang terdampak masih akan terus bertambah karena ketinggian air yang terus meningkat.

    Ketua RT di Dusun Pinang Mas, Suhardi mengungkapkan lebih dari 200 keluarga di wilayah RT-nya terdampak oleh bencana banjir. Totalnya diperkirakan mencapai sekitar 800 jiwa yang merasakan langsung dampak banjir.

    “Jumlah yang terdampak sekitar 200 kepala keluarga, yang berarti sekitar 800 jiwa yang terpengaruh,” ujar Suhardi ketika ditemui di lokasi banjir di Dusun Pinang Mas, Kabupaten Kutai Timur, Minggu (23/3/2025).

    Sebagian besar warga yang terdampak banjir di Kutai Timur memilih mengungsi ke rumah kerabat dan keluarga yang aman dari genangan air. Sementara itu, warga yang tidak memiliki tempat tujuan sementara mengungsi di masjid-masjid terdekat. Saat ini, sekitar 15 kepala keluarga mengungsi di sebuah masjid di daerah tersebut.

    Banjir di Kutai Timur yang terjadi sepekan sebelum Lebaran ini menyebabkan kerugian besar bagi warga. Banyak perabot rumah tangga, peralatan elektronik, dan kendaraan yang rusak akibat terendam air. 

    Kerugian yang dialami akibat banjir di Kutai Timur diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah, dan sebagian besar warga terancam tidak dapat merayakan Idulfitri 1446 Hijriah dalam suasana bahagia seperti tahun-tahun sebelumnya.

  • Ingatkan Bahaya Cuaca Ekstrem, BMKG Minta Peringatan Dini Harus Direspons Cepat – Page 3

    Ingatkan Bahaya Cuaca Ekstrem, BMKG Minta Peringatan Dini Harus Direspons Cepat – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan pentingnya peringatan dini cuaca ekstrem dalam upaya mitigasi bencana di Indonesia. BMKG mencatat bahwa sejak 1 Januari hingga 17 Maret 2025, telah terjadi 1.891 kejadian cuaca ekstrem di berbagai wilayah Tanah Air.

    Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa BMKG bekerja 24 jam nonstop dalam memantau kondisi atmosfer, laut, dan daratan menggunakan peralatan canggih seperti radar cuaca, satelit, dan stasiun pengamatan.

    “BMKG secara terus menerus memantau kondisi atmosfer laut dan daratan menggunakan berbagai peralatan canggih seperti radar cuaca, satelit, dan stasiun pengamatan,” ujar Dwikorita dalam peringatan Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke-75 di Jakarta, Sabtu 22 Maret 2025.

    Dalam HMD tahun ini yang bertema Closing The Early Warning Gap Together, Dwikorita menekankan bahwa peringatan dini harus direspons cepat oleh semua pihak, termasuk pemerintah daerah, BNPB, Badan SAR, media, TNI-Polri, dan masyarakat. Keterlambatan dalam merespons dapat meningkatkan risiko bencana yang lebih besar.

    “Jika alur komunikasi ini berjalan, kami meyakini informasi peringatan dini cuaca ekstrem maupun bencana lainnya akan dapat kita mitigasi bersama. Harapannya hanya satu yaitu keselematan masyarakat Indonesia. Jangan sampai ada lagi masyarakat yang terdampak dan harus kehilangan hal yang berharga,” katanya.

    Cuaca Ekstrem dan Dampaknya

    BMKG mencatat bahwa selama periode tersebut, Indonesia mengalami 1.182 kejadian hujan lebat, 400 kejadian angin kencang, 55 kejadian petir, 43 kejadian puting beliung, dan 11 kejadian hujan es. Dampaknya meliputi banjir (721 kejadian).

    Selain itu, tanah longsor (374 kejadian), pohon tumbang (371 kejadian), bangunan rusak (553 kejadian), serta gangguan transportasi (567 kejadian). Sebanyak 115 orang menjadi korban jiwa atau mengalami luka-luka, sementara ribuan lainnya terdampak.

    Pada awal Maret 2025, wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Banten (Jabodetabek) dilanda banjir akibat curah hujan tinggi. Data BNPB mencatat lebih dari 37 ribu kepala keluarga terdampak akibat bencana ini.

    Menurut BMKG, dinamika atmosfer dan kemunculan bibit siklon di dekat Indonesia menjadi penyebab utama meningkatnya potensi cuaca ekstrem. Oleh karena itu, masyarakat dan pemerintah daerah diimbau untuk meningkatkan kesiapsiagaan.

     

  • BMKG Prakirakan Kaltim Berpotensi Hujan hingga Lebaran

    BMKG Prakirakan Kaltim Berpotensi Hujan hingga Lebaran

    SAMARINDA – Wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) berpotensi hujan mulai hari ini hingga hari pertama Lebaran 1446 Hijriah atau 31 Maret 2025. Hal ini diungkap Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Samarinda.

    “Peluang hujan antara 80-90 persen ini dengan kategori menengah antara 50-150 mm, sehingga semua pihak diharapkan mewaspadai dampaknya seperti banjir, sungai meluap, jalan licin, dan tanah longsor,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Aji Pangeran Tumenggung Pranoto BMKG Samarinda Riza Arian Noor, di Samarinda, dikutip dari ANTARA, Sabtu, 22 Maret.

    Selain banjir dan tanah longsor, BMKG juga mengimbau masyarakat agar mewaspadai kemungkinan adanya pohon tumbang, karena hujan yang turun juga berpotensi disertai petir dan angin kencang.

    Sedangkan pada prakiraan deterministik curah hujan dasarian III Maret (21-31 Maret) 2025, secara umum wilayah Kaltim diprakirakan terjadi curah hujan dengan kategori menengah antara 50-150 mm.

    “Kemudian pada prakiraan deterministik sifat hujan dasarian III Maret 2025, wilayah Kaltim umumnya diprakirakan memiliki sifat hujan kategori normal antara 85-15 persen hingga di atas normal antara 116-150 persen. Kecuali sebagian kecil wilayah di Kabupaten Kutai Barat yang diprakirakan memiliki sifat hujan bawah normal antara 50-84 persen.

    Ia juga mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan hari tanpa hujan pada dasarian II Maret (11-20 Maret) 2025, sejumlah wilayah Provinsi Kaltim pada umumnya juga mengalami hari tanpa hujan.

    “Wilayah Kaltim yang mengalami hari tanpa hujan berada dalam kriteria sangat pendek antara 1-5 hari. Wilayah dengan durasi hari tanpa hujan terpanjang terdapat di empat kecamatan, yaitu Muara Jawa, Loa Kulu, Tenggarong, dan Loa Janan, semuanya berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan durasi hari tanpa hujan mencapai 3 hari,” katanya.

  • Kemenhut Ungkap Biang Kerok Pemicu Banjir Jabodetabek Awal Maret 2025 Lalu – Page 3

    Kemenhut Ungkap Biang Kerok Pemicu Banjir Jabodetabek Awal Maret 2025 Lalu – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Banjir yang melanda Jabodetabek pada awal Maret 2025 menjadi salah satu bencana terbesar yang pernah terjadi di kawasan ini. Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, dan Karawang mengalami dampak yang signifikan, dengan ribuan orang terpaksa mengungsi. Menurut Kementerian Kehutanan, bencana ini disebabkan oleh kombinasi faktor alam dan aktivitas manusia yang tidak terkendali.

    Direktur Jenderal Pengelolaan Daerah Aliran Sungai dan Rehabilitasi Hutan (PDASRH) Kementerian Kehutanan, Dyah Murtiningsih, menjelaskan bahwa banjir dan longsor tidak hanya disebabkan oleh DAS Ciliwung, tetapi juga melibatkan beberapa DAS lainnya.

    “Banjir bandang dan longsor di Puncak yakni Kecamatan Cisarua dan Kecamatan Megamendung terjadi di Sub DAS Ciliwung hulu dan DAS Ciliwung yang berada di kawasan Gunung Gede Pangrango termasuk kawasan lindung area PTPN,” kata Diah saat penanaman pohon di kawasan Puncak Bogor, Sabtu (22/3/2025).

    Sementara banjir di Bekasi terjadi di DAS Kali Bekasi, yang hulunya berada di kawasan Sentul. Sedangkan longsor di kawasan Batutulis terjadi di Sub DAS Cisadane hulu dan DAS Cisadane.

    “Nah DAS Cisadane ini hulunya di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak,” ujar Diah.

    Sedangkan banjir di Tangerang Selatan berasal dari DAS Kali Angke Pesanggrahan. Dengan demikian, kata Diah, kejadian banjir di Bekasi dan Tangerang Selatan tidak berkaitan langsung dengan hulu DAS Ciliwung.

    “Meskipun Kali Angke Pesanggrahan ini hulunya di Kabupaten Bogor tapi tidak saling berkaitan dengan hulu DAS Ciliwung. Begitu pula banjir Bekasi,” kata dia.

    Berdasarkan peta lahan kritis, seluas 2.200 hektare lahan di 4 DAS mengalami kerusakan. Seluas 800 hektare lahan kritis berada di kawasan hutan dan sekitar 1400 hektare di luar kawasan hutan.

    “Khusus di kawasan Puncak Cisarua dan Megamendung yang mengalami kerusakan hutan sekitar 400, dimana 52 hektare ada di kawasan hutan 326 hektare di luar kawasan hutan,” kata dia.

  • Cuaca Indonesia: BMKG Prediksi Hujan-Petir Hantam Sebagian Kota Besar

    Cuaca Indonesia: BMKG Prediksi Hujan-Petir Hantam Sebagian Kota Besar

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan cuaca Indonesia akan terjadi hujan disertai petir bakal mengguyur mayoritas kota besar di Indonesia pada hari ini, Minggu (23/3/2025), sehingga masyarakat diimbau untuk selalu waspada terhadap potensi dampaknya.

    Prakirawati BMKG, Rira Damanik, dalam siaran daring yang diikuti dari Jakarta, menyampaikan bahwa diperkirakan hujan dengan intensitas ringan (curah hujan kurang dari 2,5 mm per jam) akan melanda kota-kota seperti Medan, Pekanbaru, Bandung, Pontianak, Denpasar, Mataram, Kupang, Palu, Kendari, Makassar, Ternate, Sorong, Manokwari, Jayawijaya, dan Jayapura.

    Untuk Kota Padang, Banjarmasin, Tanjung Selor, dan Merauke, hujan dengan intensitas sedang (kurang dari 5,0 mm per jam) kemungkinan besar akan terjadi. Sementara itu, Tanjung Pinang, Jambi, Bengkulu, Pangkal Pinang, Palembang, Bandar Lampung, Semarang, Surabaya, Palangka Raya, Samarinda, Mamuju, dan Nabire diperkirakan akan menerima hujan yang disertai petir.

    Di sisi lain, kota-kota seperti Banda Aceh, Serang, Jakarta, Yogyakarta, Manado, Gorontalo, dan Ambon akan mengalami kondisi berawan dan/atau berkabut sepanjang hari dengan suhu berkisar antara 25 hingga 30 derajat celsius.

    Rira Damanik menjelaskan tentang cuaca Indonesia ini bahwa pola hujan yang hampir merata ini dipengaruhi oleh dinamika atmosfer yang kompleks. BMKG mendeteksi adanya bibit Siklon Tropis 91S di Samudera Hindia barat daya Lampung serta bibit Siklon Tropis 92S di wilayah Samudera Hindia selatan antara Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Timur. 

    Selain itu, sirkulasi siklonik di Samudera Hindia barat daya Bengkulu, perlambatan angin dari Aceh ke Laut Sulawesi, serta pertemuan angin di Laut Andaman, Perairan Barat Sumatera, Laut Sulawesi, Laut China Selatan, hingga Perairan utara Papua dan Halmahera Selatan turut memengaruhi kondisi ini.

    BMKG menilai bahwa kondisi atmosfer tersebut dapat mendorong pertumbuhan awan hujan serta menimbulkan gelombang laut tinggi di sepanjang wilayah yang terdampak. Selain itu, BMKG juga mengantisipasi potensi banjir rob di pesisir Kepulauan Riau, Jambi, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.

    Terkait cuaca di Indonesia ini, masyarakat, terutama pelaku pelayaran dan nelayan, diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan. Hal ini terkait dengan adanya peningkatan kecepatan angin yang mencapai lebih dari 25 knots di wilayah Samudera Hindia selatan antara Jawa Tengah hingga Nusa Tenggara Timur, yang berpotensi menghasilkan gelombang laut setinggi 2,5 hingga 4 meter.