Banjir Terus Melanda, Warga di Jambi Takut Ular dan Lintah Masuk Rumah
Tim Redaksi
KOTA JAMBI, KOMPAS.com
– Sejak musim hujan dimulai, masyarakat RT 7, Kelurahan Kenali Asam Bawah, Kecamatan Kota Baru,
Kota Jambi
, Provinsi Jambi, telah mengalami banjir yang menggenangi rumah mereka selama lima minggu.
Yani, salah satu warga RT 7, mengungkapkan kekhawatirannya akibat banjir yang terus melanda.
“Kami takut ular, sempat ada ular besar makan ayam, ada muncul binatang kayak lintah. Munculnya dari sana (drainase) semenjak banjir,” ungkapnya saat ditemui di kediamannya pada Minggu (23/3/2025).
Ia berharap pemerintah segera memperbaiki drainase agar banjir tidak kembali menggenangi rumahnya.
Yani juga menambahkan bahwa barang-barangnya tidak terurus dan banyak yang terendam air.
Sementara itu, Rijal, warga lainnya, melaporkan bahwa ketinggian banjir di rumahnya hampir mencapai satu meter.
Untuk mengatasi masalah ini, ia terpaksa menggunakan dua mesin pompa air untuk menyedot air keluar dari rumah.
“Kami pakai mesin air, biar airnya keluar rumah, dua mesin air, dak telap kalau cuma satu mesin,” kata Rijal.
Saat ini, masyarakat setempat berharap pemerintah segera mengambil tindakan untuk memperbaiki drainase, yang merupakan kewenangan pemerintah pusat, agar banjir tidak terus mengganggu kehidupan mereka.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Topik: Banjir
-
/data/photo/2025/03/23/67dfba4d0638a.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Banjir Terus Melanda, Warga di Jambi Takut Ular dan Lintah Masuk Rumah Regional 23 Maret 2025
-

2 Orang Tewas Akibat Banjir dan Longsor di Manado
Manado, Beritasatu.com – Sebanyak dua orang tewas dalam banjir disertai tanah longsor di Kota Manado, Sulawesi Utara. Sebanyak 2.000 warga terdampak bencana akibat curah hujan tinggi di Manado pada Sabtu (22/3/2025)
“Adapun yang meninggal dunia sampai saat ini yang kami ketahui ada dua orang karena tertimpa longsor, dan sekitar 2.000 warga terdampak banjir dan tanah longsor di Kota Manado,” kata Dandim 1309/Manado, Letkol Arh Yosip Brozti Dadi, Minggu (23/3/2025).
Menurut Yosip, sebanyak 27 kelurahan dalam tujuh kecamatan terdampak banjir di Manado. Beberapa lokasi terjadi tanah longsor.
Banjir di Manado sekarang sudah surut. Warga dibantu TNI/Polri mulai membersihkan sisa-sisa material lumpur dan sampah di sekitar rumanya.
Pantauan Beritasatu.com di beberapa lokasi, seperti Kelurahan Banjer, Ketang Baru, dan Mahawu, aktifitas warga mulai berjalan normal. DAS Tondano juga sudah surut.
-

Warga Bali Wajib Baca! BMKG Peringatkan Cuaca Ekstrem Melanda 22-25 Maret 2025
PIKIRAN RAKYAT – Saat ini Indonesia memang tengah menghadapi musim hujan, yang diharapkan agar masyarakat lebih dapat berhati-hati, salah satunya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar Bali.
Bahkan dalam hal ini, pihak Balai Besar Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BBMKG) juga telah memberikan peringatan adanya kemungkinan cuaca ekstrem hingga Selasa, 25 Maret 2025 mendatang.
Dikutip dari laman Antara, pihak BBMKG yang bertugas di wilayah III Denpasar telah mengungkapkan bahwa kemungkinan bibit siklon 92S bakal memengaruhi kondisi cuaca di Bali.
Hal ini juga disampaikan oleh Kepala BBMKG Wilayah III Cahyo Nugroho yang mengungkapkan bahwa adanya bibit siklon 92S yang berada di Samudra Hindia Selatan Bali.
Sehingga bibit siklon 92S ini, akan mendukung pertumbuhan awan konvektif yang berada di wilayah Bali.
Sehingga untuk cuaca saat ini hingga Selasa, 25 Maret 2025 mendatang bakal berpotensi alami hujan dengan intensitas ringan hingga lebat yang juga bakal disertai dengan petir dan angin kencang.
Bahkan untuk di perairan selatan Bali, kemungkinan tinggi gelombang bisa mencapai tiga meter.
Selain itu, cuaca ekstrem yang diprediksi bakal terjadi di Bali hingga Selasa mendatang ini, juga bisa saja disebabkan oleh faktor Madden Julian Oscillation (MJO) atau gelombang osilasi nonseasonal yang berada pada kuadran 5.
Sehingga faktor meteorologis ini, bisa meningkatkan pertumbuhan awan hujan di Bali yang bakal terjadi dalam intensitas ringan hingga lebat.
Selain itu, untuk suhu muka laut yang berada di sekitaran wilayah Bali bakal berada di kisaran 29 hingga 30 derajat Celsius, dengan massa udara basah mulai dari lapisan permukaan hingga lapisan sekira 12.000 meter.
Peringatan cuaca ekstrem ini tentunya tidak bisa disepelekan begitu saja oleh masyarakat, namun seharusnya menjadi salah satu upaya untuk antisipasi hal buruk terjadi.
Intensitas hujan yang tinggi, tentunya bisa menimbulkan berbagai permasalahan terjadi seperti banjir, hingga genangan air yang bisa menimbulkan penyakit.
Selain itu, angin kencang dan petir juga tidak kalah harus diwaspadai yang sebelumnya tidak sedikit masyarakat yang turut menjadi korban.
Menjaga imunitas tubuh juga menjadi salah satu tindakan yang tepat untuk menghindari berbagai virus yang bisa masuk ke dalam tubuh, apalagi jika tengah berpuasa.
Cukupilah kebutuhan nutrisi di dalam tubuh, agar kesehatan tetap terjaga dan tetap bisa menjalankan aktivitas harian meskipun di tengah cuaca yang tidak bagus sekalipun.***
Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News
-

Selat Muria Muncul Lagi Usai Lenyap 300 Tahun, Apa yang Terjadi?
Jakarta, CNBC Indonesia – Pada awal 2024, sejumlah kota di pesisir Jawa Tengah seperti Demak, Pati, Semarang, dan Kudus, terendam banjir. Kondisi tersebut memunculkan spekulasi soal munculnya Selat Muria.
Perlu diketahui, Selat Muria sudah lama hilang. Dulunya, selat tersebut memisahkan Pulau Jawa dan Gunung Muria. Lantas, selat itu menjadi daratan sekitar 300 tahun lalu.
Pakar Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Eko Soebowo mengatakan penurunan tanah di wilayah tersebut mudah terjadi. Tak menutup kemungkinan Selat Muria bisa kembali muncul, namun penyebabnya bukan banjir.
Eko menjelaskan penurunan permukaan tanah di wilayah Semarang, Demak, dan sekitarnya bervariasi dengan intensitas tertinggi mencapai 10 sentimeter per tahun, seperti yang terjadi di wilayah Semarang timur. Perbedaan ini tergantung dengan tipikal tanah di daerah masing-masing dan faktor pendukung penurunan tanah yang ada di wilayah tersebut.
Faktor penurunan muka tanah terbagi menjadi dua, yakni faktor alami dan faktor antropogenik atau dampak aktivitas manusia.
Faktor alami mencakup karakteristik tanah sedimen muda yang membuatnya pasti mengalami penurunan muka tanah. Faktor ini biasanya membuat penurunan sekitar 1 sentimeter per tahun.
Selain itu, faktor alamiah kedua adalah aktivitas tektonik. Faktor ini tidak memiliki dampak yang terlalu besar, karena hanya menyebabkan penurunan sekitar beberapa milimeter.
Sementara itu, faktor antropogenik atau ulah manusia menjadi kontributor terbesar. Beban infrastruktur tanah lunak bisa menyebabkan penurunan 1 sentimeter per tahun.
Lalu, eksploitasi air tanah merupakan faktor dominan yang bisa menyebabkan penurunan hingga 7-8 sentimeter per tahun.
Selain penurunan permukaan tanah, Eko menyebut kenaikan permukaan air laut akibat perubahan iklim juga bisa menyebabkan Selat Muria berpotensi muncul kembali.
Selat Muria Bukan Disebabkan Banjir
Eko mengatakan banjir bukan faktor penyebab kembalinya Selat Muria. Ia mengatakan banjir malah akan membuat daratan menjadi lebih tinggi.
“Kalau soal banjir, justru malah banjir itu mengisi sedimentasi di daerah selat tersebut. Dari Muria, dari selatan Demak, selatan Semarang, semua sungai-sungainya kan bermuara di daerah pantura,” ujar Eko.
“Itu kan membawa material, membuat pendangkalan. Tetapi banjir bukan menyebabkan terjadi selat lagi,” lanjutnya.
Selain itu, banjir akan membawa sedimen ke wilayah terdampak dan hasilnya meningkatkan ketinggian daratan tersebut.
(hsy/hsy)
-

Banjir di Kutai Timur, 800 Jiwa Terdampak Jelang Lebaran
Kutai Timur, Beritasatu.com – Banjir setinggi 1,5 meter yang melanda Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur, semakin meluas menjelang Lebaran 2025. Pantauan Beritasatu.com, hingga kini banjir di Kutai Timur telah menggenangi dua kecamatan, yakni Kecamatan Sangatta Utara dan Kecamatan Sangatta Selatan.
Dampak dari bencana banjir ini dirasakan oleh sekitar 800 jiwa, dengan puluhan keluarga terpaksa mengungsi untuk mencari tempat yang lebih aman.
Di Kecamatan Sangatta Selatan, puluhan rumah terendam banjir. Warga yang terdampak kini harus menjalani puasa Ramadan di tengah genangan air. Bahkan, sepekan sebelum Lebaran, mereka terpaksa meninggalkan rumah mereka dan mengungsi karena banjir yang masih merendam rumah mereka.
Tim SAR gabungan yang terdiri dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Basarnas, serta TNI dan Polri, terus dikerahkan ke lokasi-lokasi terdampak untuk membantu proses evakuasi.
Proses evakuasi diprioritaskan bagi warga yang rentan, seperti lansia, anak-anak, dan ibu hamil, yang memiliki risiko tinggi jika tetap berada di lokasi banjir.
Hingga Minggu (23/3/2025) pagi, banjir di Kutai Timur semakin meluas, dengan lebih dari 200 rumah terendam. Diperkirakan jumlah rumah yang terdampak masih akan terus bertambah karena ketinggian air yang terus meningkat.
Ketua RT di Dusun Pinang Mas, Suhardi mengungkapkan lebih dari 200 keluarga di wilayah RT-nya terdampak oleh bencana banjir. Totalnya diperkirakan mencapai sekitar 800 jiwa yang merasakan langsung dampak banjir.
“Jumlah yang terdampak sekitar 200 kepala keluarga, yang berarti sekitar 800 jiwa yang terpengaruh,” ujar Suhardi ketika ditemui di lokasi banjir di Dusun Pinang Mas, Kabupaten Kutai Timur, Minggu (23/3/2025).
Sebagian besar warga yang terdampak banjir di Kutai Timur memilih mengungsi ke rumah kerabat dan keluarga yang aman dari genangan air. Sementara itu, warga yang tidak memiliki tempat tujuan sementara mengungsi di masjid-masjid terdekat. Saat ini, sekitar 15 kepala keluarga mengungsi di sebuah masjid di daerah tersebut.
Banjir di Kutai Timur yang terjadi sepekan sebelum Lebaran ini menyebabkan kerugian besar bagi warga. Banyak perabot rumah tangga, peralatan elektronik, dan kendaraan yang rusak akibat terendam air.
Kerugian yang dialami akibat banjir di Kutai Timur diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah, dan sebagian besar warga terancam tidak dapat merayakan Idulfitri 1446 Hijriah dalam suasana bahagia seperti tahun-tahun sebelumnya.
-

BMKG Prakirakan Kaltim Berpotensi Hujan hingga Lebaran
SAMARINDA – Wilayah Kalimantan Timur (Kaltim) berpotensi hujan mulai hari ini hingga hari pertama Lebaran 1446 Hijriah atau 31 Maret 2025. Hal ini diungkap Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Samarinda.
“Peluang hujan antara 80-90 persen ini dengan kategori menengah antara 50-150 mm, sehingga semua pihak diharapkan mewaspadai dampaknya seperti banjir, sungai meluap, jalan licin, dan tanah longsor,” kata Kepala Stasiun Meteorologi Kelas III Aji Pangeran Tumenggung Pranoto BMKG Samarinda Riza Arian Noor, di Samarinda, dikutip dari ANTARA, Sabtu, 22 Maret.
Selain banjir dan tanah longsor, BMKG juga mengimbau masyarakat agar mewaspadai kemungkinan adanya pohon tumbang, karena hujan yang turun juga berpotensi disertai petir dan angin kencang.
Sedangkan pada prakiraan deterministik curah hujan dasarian III Maret (21-31 Maret) 2025, secara umum wilayah Kaltim diprakirakan terjadi curah hujan dengan kategori menengah antara 50-150 mm.
“Kemudian pada prakiraan deterministik sifat hujan dasarian III Maret 2025, wilayah Kaltim umumnya diprakirakan memiliki sifat hujan kategori normal antara 85-15 persen hingga di atas normal antara 116-150 persen. Kecuali sebagian kecil wilayah di Kabupaten Kutai Barat yang diprakirakan memiliki sifat hujan bawah normal antara 50-84 persen.
Ia juga mengatakan, berdasarkan hasil pemantauan hari tanpa hujan pada dasarian II Maret (11-20 Maret) 2025, sejumlah wilayah Provinsi Kaltim pada umumnya juga mengalami hari tanpa hujan.
“Wilayah Kaltim yang mengalami hari tanpa hujan berada dalam kriteria sangat pendek antara 1-5 hari. Wilayah dengan durasi hari tanpa hujan terpanjang terdapat di empat kecamatan, yaitu Muara Jawa, Loa Kulu, Tenggarong, dan Loa Janan, semuanya berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, dengan durasi hari tanpa hujan mencapai 3 hari,” katanya.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5112191/original/095188600_1738121118-WhatsApp_Image_2025-01-29_at_10.14.15.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5150515/original/026270800_1741076535-20250304-Banjir_Bekasi-AFP_1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
