Topik: Banjir

  • Diduga Alami Peretasan, Instagram Ridwan Kamil Banjir Komentar Warganet

    Diduga Alami Peretasan, Instagram Ridwan Kamil Banjir Komentar Warganet

    JABAR EKSPRES – Akun sosial media Instagram mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, diduga mengalami peretasan atau hack. Itu terlihat dari unggahan terbarunya, Jumat (11/4/2025).

    Dalam unggahan tersebut, akun pria yang akrab disapa RK itu mengunggah sebuah gambar berisi peringatan agar Ridwan Kamil bertanggung jawab atas suatu hal.

    “Eng ing eng kami kembali kawan. Ridwan Kamil tanggung jawab, jangan lari,” tulis keterangan dalam gambar tersebut.

    Belum sampai satu jam diunggah, lebih dari 11 ribu warganet membanjiri kolom komentar akun RK.

    Sejumlah warganet mengklaim peretasan tersebut berhubungan dengan rumor yang tengah dikaitkan dengan RK.

    “Pak lain kali mah kalo mau kasih beasiswa ke mahasiswa yang pinter nan soleh,” ujar seorang warganet.

    “Dihack mereun ieu teh baraya (diretas mungkin ini tuh kawan),” ujar warganet lainnya.

    Disamping itu, tidak sedikit yang memberikan dukungan kepada RK, salah satunya Bupati Purbalingga, Dimas Prasetyahani. “Time will heal kang Emil, semangat,” ujarnya di kolom komentar.

  • 246 Jiwa di Lumajang Terancam Banjir Lahar Gunung Semeru

    246 Jiwa di Lumajang Terancam Banjir Lahar Gunung Semeru

    Lumajang (beritajatim.com) – Tanggul penahan sungai di Kampung Renteng, Dusun Kebondeli Selatan, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, dilaporkan terkikis diterjang banjir lahar Gunung Semeru, Jumat (11/4/2025).

    Jarak tanggul yang mengalau aliran lahar dari kawasan pemukiman penduduk memiliki panjang sejauh dua kilometer. Munculnya kerusakan tanggul mulai terjadi setelah diterjang banjir lahar dingin selama dua hari berturut-turut sejak, Rabu (9/4/2025).

    Informasinya, terdapat 82 kepala keluarga (KK) atau sekitar 246 jiwa warga bermukim di kawasan itu yang terancam terlanda dampak banjir jika tanggul sampai jebol.

    Sekretaris Desa Sumberwuluh Samsul Arifin mengatakan, kerusakan tanggul karena terkikis banjir lahar Gunung Semeru sudah mencapai panjang sekitar 300 meter. Sehingga, membutuhkan tindakan perbaikan untuk mencegah dampak bencana.

    “Ini tanggulnya rusak karena hujan lebat di puncak, jadinya memicu banjir lahar selama dua hari. Itu bikin tanggul penahan rusak terkikis sekitar 300 meter dari total panjang dua kilometer,” katanya, Jumat (11/4/2025).

    Akibat tanggul yang rusak, warga yang bermukim di satu dusun diakui bisa terdampak terjangan banjir lahar jika sewaktu-waktu tanggul sampai jebol.

    “Ya ini dampaknya bikin warga di Dusun Kebondeli Selatan waswas, utamanya yang ada di kawasan Blok Kampung Renteng, kalau banjir lagi bisa meluap ke pemukiman warga,” tambahnya.

    Kerusakan tanggul diakui cukup parah, bahkan jika tidak segera mendapat penanganan, dikhawatirkan kerusakan sepanjang 300 meter beresiko semakin bertambah.

    Sebagai penanganan, selain perbaikan tanggul, pemerintah diharapkan hadir untuk melakukan normalisasi sungai di kawasan itu.

    Tujuannya, untuk mencegah dampak bencana saat banjir kembali terjadi. Sehingga, terjangan banjir yang berpotensi menabrak tanggul bisa dimitigasi untuk meminimalisir kerusakan.

    “Terkait kerusakan tanggul, kami sudah melaporkan ke Pemkab Lumajang agar bisa segera diperbaiki dan dilakukan normalisasi. Jadi warga yang tinggal di dekat tanggul bisa merasa aman,” ungkapnya. (has/ted)

  • Air Sungai di Citeureup Bogor Meluap Sore Ini, 174 Jiwa Terdampak Banjir

    Air Sungai di Citeureup Bogor Meluap Sore Ini, 174 Jiwa Terdampak Banjir

    Bogor

    Hujan deras dengan intensitas tinggi terjadi di wilayah Puspasari, Kecamatan Citeureup, Bogor, Jawa Barat. Hal itu menyebabkan aliran sungai meluap sore ini.

    “Dikarenakan hujan deras dengan intensitas tinggi mengakibatkan meluapnya aliran anak Sungai Cibeureum yang berimbas pada drainase perumahan, hingga menyebabkan banjir di perumahan tersebut,” kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Bogor, M Adam Hamdani, Jumat (11/4/2025).

    Banjir mulai terjadi pada pukul 15.20 WIB. Ketinggian air di lokasi kejadian mencapai 50 cm.

    “Korban terdampak RT 03/12 sebanyak 50 KK atau 174 jiwa, terdampak genangan banjir,” jelasnya.

    Warga melaporkan kejadian itu kepada petugas BPBD untuk dilakukan penanganan. Petugas kemudian menuju ke lokasi untuk melakukan asesmen.

    Adam menyebut tidak ada korban jiwa dalam kejadian itu. Genangan mulai berangsur surut dan warga yang terdampak masih berada di rumahnya.

    (rdh/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Teknologi Pemanen Air Hujan GAMA-RainFilter Salah Satu Alternatif Akses Air Bersih

    Teknologi Pemanen Air Hujan GAMA-RainFilter Salah Satu Alternatif Akses Air Bersih

    Bisnis.com, JAKARTA – Salah satu bagian dari Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah ketersediaan air bersih.

    Namun, di beberapa daerah kesulitan akses air bersih kadang terjadi karena beragam faktor. Salah satu alternatif penyediaan air bersih adalah dengan teknologi pemanen air hujan GAMA-RainFilter (GRF).

    Gama Rain Filter merupakan sebuah sistem pemanen air hujan yang mampu memanfaatkan air hujan menjadi air serbaguna bahkan air minum.

    Teknologi ini dikembangkan dengan tujuan menyelesaikan berbagai permasalahan air yang ada di Indonesia, seperti kebanjiran di musim penghujan, kekeringan di musim kemarau, dan eksploitasi air tanah yang berlebihan.

    Gama Rain Filter berbeda dengan sistem drainase air hujan konvensional yang langsung mengalirkan air hujan ke hilir sungai. Gama Rain Filter menerapkan sistem TRAP (Tampung, Resapkan, Alirkan, dan Pelihara) yang tidak hanya menampung air hujan, tetapi juga membantu mengalirkan air limpasan menjadi air tanah.

    Hal ini tentunya akan bermanfaat dalam menurunkan risiko banjir serta menyimpan cadangan air untuk musim kemarau nantinya. Manfaat yang paling utama adalah air hujan tersebut bisa dimanfaatkan untuk keperluan sehari-hari.

    Teknologi Gama Rain Filter ini digunakan juga dalam kolaborasi Kao Indonesia dan Kao Life-in-Harmony Foundation (Kao LIHF) dan Gama Inovasi Berdikari (GIB), melalui Program RAIN (Rahmat Allah untuk Indonesia) untuk penyediaan akses air bersih dan edukasikepada Masyarakat Desa Girimulyo, Gunungkidul, Yogyakarta.

    Kolaborasi ini kemudian diperkuat dengan edukasi pemberdayaan Masyarakat guna meningkatkan kesadaran akan pentingnya PHBS dalam kehidupan sehari-hari.

    Program ini diklaim telah membantu 30 keluarga dan 7 komunitas, serta kini diperkuat dengan pelaksanaan edukasi PHBS yang melibatkan langsung warga dan tokoh Masyarakat setempat.

    Wisik Restu, Associate Vice President Legal, Compliance, Industrial Relations, dan Corporate Communications PT Kao Indonesia menyampaikan, kolaborasi ini juga sejalan dengan komitmen dan strategi ESG perusahaan yaitu Kirei Lifestyle Innovation.

    “Kegiatan edukasi PHBS dengan Air Bersih ini tentu juga menjadi salah satu wujud nyata komitmen kami, yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran Masyarakat akan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Desa Girimulyo, Gunungkidul.” ujarnya.

    Yumi Takeuchi selaku President Kao Life-in-Harmony Foundation mengatakan fasilitas pemanenan air hujan (GAMA-RainFilter) bagi Masyarakat Girimulyo sebagai pembuka akses air bersih, dan melalui edukasi PHBS dengan air bersih yang berkolaborasi dengan Kao Indonesia.

    “Kami ingin mendorong pemberdayaan Masyarakat dalam pengelolaan sumber daya air secara mandiri dan meningkatkan pemahaman pemanfaatan air bersih untuk menjaga kebersihan dan sanitasi dalam keseharian sehingga harapannya dengan dukungan ini, kesehatan dan kualitas hidup Masyarakat dapat meningkat.” ujarnya. 

    Ridha Nurul Azizah, M.M., Direktur PT Gama Inovasi Berdikari, menyampaikan, akses terhadap air bersih bukan sekadar kebutuhan dasar, tetapi merupakan pondasi penting dalam mendorong perubahan perilaku menuju kehidupan yang lebih sehat.

    Teknologi GAMA-RainFilter hadir sebagai solusi praktis dan tepat guna yang mampu memproses air hujan menjadi air bersih yang layak pakai bagi Masyarakat. Melalui edukasi yang kami lakukan hari ini, kami berharap dapat memperkuat pemahaman dan membangun kesadaran kolektif masyarakat dalam pengelolaan air bersih secara mandiri dan berkelanjutan.”

  • Hujan Lebat di India-Nepal Tewaskan Hampir 100 Orang

    Hujan Lebat di India-Nepal Tewaskan Hampir 100 Orang

    Jakarta

    Hampir 100 orang tewas sejak Rabu (9/4) lalu setelah hujan lebat mengguyur sebagian wilayah India dan Nepal. Departemen cuaca memperkirakan hujan lebat masih akan terus mengguyur wilayah tersebut.

    Departemen Meteorologi India (IMD) pada Rabu lalu telah mengeluarkan peringatan bahaya bagi negara tersebut, dengan kondisi gelombang panas di wilayah barat dan badai petir di wilayah timur dan tengah.

    Dilansir Reuters dan Al-Arabiya, Jumat (11/4/2025), di negara bagian Bihar di bagian timur, sedikitnya 64 orang tewas dalam insiden terkait hujan sejak Rabu, kata seorang pejabat senior dari departemen manajemen bencana negara bagian itu kepada Reuters.

    Media lokal melaporkan bahwa lebih dari 20 orang tewas di negara bagian terpadat di India, Uttar Pradesh.

    Sementara itu di negara tetangga Nepal, sambaran petir dan hujan lebat menewaskan sedikitnya delapan orang, kata pejabat Otoritas Bencana Nasional.

    Kantor cuaca India memperkirakan adanya hujan lebat disertai badai petir dan angin kencang di wilayah India tengah dan timur hingga Sabtu (12/4) besok.

    Musim hujan biasanya dimulai pada bulan Juni di India bagian selatan, dan bulan-bulan musim panas baru-baru ini ditandai oleh gelombang panas yang hebat yang telah menewaskan banyak orang.

    Lihat juga Video: Banjir Terjang Spanyol, Dua Orang Hilang dan Ratusan Lainnya Dievakuasi

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Mengatasi banjir dan genangan malapetaka Jabodetabek

    Mengatasi banjir dan genangan malapetaka Jabodetabek

    Foto udara luapan air Sungai Ciliwung yang menggenangi jalan dan permukiman di Jatinegara, Jakarta, Selasa (4/3/2025). ANTARA FOTO/Bayu Pratama S/Spt.

    Mengatasi banjir dan genangan malapetaka Jabodetabek
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Jumat, 11 April 2025 – 09:45 WIB

    Elshinta.com – Hari-hari ini rakyat miskin yang tidak berpunya terus mengalami deraan hidup. Gas melon yang sempat susah dibeli, lalu harga bahan pokok yang masih relatif tinggi, dan belum tahu kapan berakhirnya.

    Baru-baru ini banjir dan genangan juga datang kembali. Bencana yang terus berulang melanda Jakarta dan sekitarnya.

    Publik mendengar beritanya di media on-line maupun off-line, bahkan dilaporkan secara live oleh masyarakat.

    Mengapa demikian, argumennya sangat kuat, karena air hujan yang tidak dapat tertampung di tanah yang sudah banyak berubah menjadi beton sehingga banjir dan genangan akan terjadi yang diperparah jika sedang terjadi rob (pasang air laut) sehingga bagaikan benteng mencegah terbuangnya air ke laut.

    Pada musim kemarau masyarakat miskin akan mengalami kelangkaan air alias kekeringan.

    Semakin kering pada musim kemarau, maka pertanaman banyak yang mati, sehingga pada musim hujan, daya sangga airnya anjlok, erosinya semakin dahsyat, sehingga kerusakan akan terus terjadi dan semakin dipercepat.

    Pertanyaan fundamentalnya, apa penyebab fundamental banjir dan genangan terus terjadi dengan besaran (magnitude) terus meningkat, baik intensitas, areal terdampak maupun durasinya?

    Pemicu dan pemacu banjir serta genangan
    berdasarkan pemantauan lapangan dari hulu Sungai Ciliwung sampai hilir di pantai, tampak jelas bahwa perubahan tutupan lahan (land cover) dari tanaman ke hutan beton menjadi faktor determinannya.

    Kondisinya diperburuk dengan rendahnya pengawasan pemerintah kabupaten/kota mulai kabupaten dan Kota Bogor, Kota Depok dan Daerah Khusus Ibukota dan menjaga tutupan lahan bervegetasi.

    Justru yang terjadi, sawah dialihfungsikan, lahan kering dibetonkan, daerah hijau bahkan resapan bisa dirubah secara periodik lima tahunan dengan persetujuan DPRD kabupaten/Kota.

    Motif ekonomi menjadi biang keladinya, tapi yang paling mendasar adalah mental dan komitmen aparat dalam menegakkan aturan tata ruang yang benar.

    Tragisnya lagi, pemerintah pusat belum melakukan moratorium pembangunan rumah tapak, sehingga cepat dan pasti tutupan lahan bervegetasi akan habis, dan permukaan lahan menjadi tutupan beton yang sifatnya tidak meloloskan air ke dalam tanah (impermeable) dan sebaliknya mempercepat aliran air, meningkatkan laju erosi dan destruksi ketika masuk ke dalam Sungai.

    Dampak ekonomi sosial

    Banjir dan genangan yang terus berulang, jelas akan merugikan banyak pihak, terutama orang miskin yang bermukim di bantaran dan rawan banjir.

    Orang kaya umumnya dengan akses keuangan yang baik, mereka bisa memilih areal pemukiman yang relatif aman terhadap banjir.

    Meskipun begitu, mereka tidak bisa menghindar, karena banjir akan mengganggu transportasi dan mobilitas masyarakat. Semua menjadi lama, mahal, dan itu harus ditanggung oleh masyarakat dan negara.

    Beban biaya ini semakin berat dan mahal, ketika saat yang sama terjadi rob (muka air laut yang naik). Implikasinya aliran air Sungai dari hulu tertahan di hilir, sehingga menimbulkan genangan, dengan besaran yang lebih besar.

    Apalagi jika durasinya genangan makin lana, tinggi genangan terus meningkat. Selain kerusakan fisik, maka merebaknya wabah penyakit tidak bisa dihindari.

    Biaya hidup yang harus dikeluarkan oleh korban banjir dan genangan semakin besar dan mahal. Akibatnya harga bahan pokok seperti beras, mie, telur, minyak dan bahan pokok harus membayar biaya angkut yang lebih mahal.

    Terbatasnya pasokan akan lebih mengerek harga bahan pangan pokok, karena saat itu berlaku hukum pasar antara pasokan dan permintaan. Itu yang terjadi di konsumen.

    Tersendatnya pasokan bahan makanan akan menurunkan harga di produsen dalam hal ini petani.

    Celakanya, begitu banjir selesai, masyarakat dan pemerintah terkesan melupakan penyelesaiannya.

    Banjir seakan merupakan ritual rutin tahunan yang harus diterima sebagai takdir. Implikasinya masalah mitigasi banjir dan genangan, seperti “dijadikan” proyek yang justru mendatangkan keuntungan.

    Buktinya banjir praktis tidak pernah terselesaikan, sekalipun pemerintahan terus berganti, eksperimen terus dilakukan, biaya besar terus digelontorkan.

    Bahkan belakangan muncul ide membangun giant great wall di Pantai utara Jawa untuk memitigasi rob.

    Pertanyaan mendasarnya, bagaimana dengan banjir yang asalnya dari hulu, apalagi distruksi sistemik tutupan lahan di hulu seakan berjalan terus, dipercepat tanpa terkendali?

    Akankah, rakyat akan terus menjadi korban dan bahkan terkesan dibiarkan menjadi korban banjir dan genangan yang semakin dahsyat? Lalu bagaimana dengan mitigasi banjir yang praktikan, operasional, dan berkeadilan?

    Mitigasi banjir

    Jika pemerintah berhasil memitigasi banjir dan genangan di Jakarta dan sekitarnya, maka paling tidak 50 persen masalah Jakarta terkendali, ekonomi berputar, dan economic loss yang tidak perlu dapat direduksi secara signifikan.

    Argumennya, banjir dan genangan akan melumpuhkan urat nadi ekonomi tanpa pandang bulu.

    Dampak ikutannya juga sangat banyak. Biaya pemerintah yang seharusnya digunakan untuk keperluan lain terpaksa harus digunakan untuk menolong rakyat yang terdampak banjir.

    Salah satu usulan rekomendasi praktikan dan operasional yang dapat dilakukan oleh pemerintah pusat, provinsi dan kabupaten/kota adalah moratorium pembangunan rumah tapak, semua harus beralih ke rumah vertikal.

    Publik dapat melihat bagaimana negara negara seperti Singapura, Jepang, Korea, Amerika Serikat, demi memperluas ruang terbuka hijau, mereka membangun permukiman semakin tinggi dibanding sebelumnya dan sisanya dijadikan lahan terbuka hijau.

    Selanjutnya dilakukan moratorium alih fungsi lahan sawah, sehingga secara langsung kita mempertahankan retensi air di hulu.

    Agar moratorium itu berhasil, maka Presiden dapat mengeluarkan Perpu termasuk tutupan lahan hijau minimum di setiap wilayah disertai sanksi yang tegas dan menimbulkan jera, agar lahan terbuka hijau benar benar bisa terjaga, bahkan ditingkatkan.

    Serapan air dalam jumlah yang tidak terbatas dari hulu sampai hilir baik di zona permukiman dan non permukiman harus dilakukan secara masif dan ditransfer menjadi aliran permukaan sudah berkurang jauh volumenya dan kecepatannya.

    Pemerintah dapat membuat skenario penurunan koefisien run off (rasio antara volume aliran permukaan terhadap volume hujan).

    Semakin tinggi koefisien run-off dapat mengindikasikan bahwa daerah tangkapan air tidak baik. Sebaliknya, jika koefisien run-off kecil, maka kapasitas tampung daerah tangkapan air bagus. Artinya daerah tangkapan air dapat mengatur dan mengelola serta mendistribusikan air dengan baik.

    Pemerintah dapat menyusun skenario koefisien run-off dari saat ini menuju yang ideal. Berdasarkan kondisi sungai dan vegetasi serta tutupan lahan, maka disarankan koefisien run-off tidak lebih dari 3 persen agar tidak menimbulkan banjir dan genangan yang signifikan.

    Itu jika dan hanya jika semua pihak mengambil peran dalam menampung air hujan di sepanjang musim penghujan.

    Manfaat jangka panjangnya, pasokan air pada musim kemarau akan lebih baik, sehingga bencana kekeringan juga termitigasi ketika mitigasi banjir berhasil dilakukan.

    Adaptasi banjir

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta pasti sudah memiliki peta zona rawan banjir dan genangan. Pemanfaatan peta tersebut perlu dimaksimalkan dengan mengembangkan rumah adaptif banjir dan genangan berdasarkan skenario tinggi genangan maksimum yang pernah terjadi.

    Masyarakat Jakarta sebagian besar sudah melakukan adaptasi terhadap banjir dan genangan, terutama yang bermukim di bantaran Sungai.

    Namun, karena magnitude banjir makin besar, maka adaptasi tersebut tidak mampu merespons besaran banjir.

    Untuk itu pemerintah pusat dalam hal ini Kementerian Pekerjaan Umum perlu menghitung kembali besaran banjir maksimum untuk periode ulang 10 tahun, 25 tahun dan 50 tahun untuk menyusun langkah adaptasinya.

    Masyarakat dapat beradaptasi terhadap banjir dan genangan dengan menyesuaikan tinggi rumah panggung permukiman yang rawan banjir dan genangan.

    Pengembangan pilot project rumah yang adaptif terhadap banjir di beberapa daerah endemik perlu diintroduksi, agar ada teladan bagi Masyarakat untuk melakukannya secara benar.

    Pekerjaan besar ini perlu dirancang jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang dalam bentuk master plan mitigasi dan adaptasi banjir dalam 100 tahun ke depan.

    Master plan ini selanjutnya ditetapkan menjadi Perda dan disetujui DPRD, sehingga menjadi pedoman kerja bagi Gubernur terpilih siapapun orangnya, dari manapun partai pengusungnya.

    Pekerjaan ini bisa dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi yang relevan untuk membuat keputusan dalam mitigasi dan adaptasi banjir dan genangan Jakarta.

    Kalau banjir dan genangan Jakarta terus terjadi dan bahkan terus meningkat besarannya, maka dipastikan penyelesaian yang dilakukan tidak menyeluruh alias tambal sulam, karena tidak mampu menyelesaikan akar masalahnya.

    Ini menjadi tantangan bagi Gubernur Jakarta yang baru terpilih, sehingga publik dapat menagih janjinya. Kelak rakyat dan publiklah yang akan menilainya.

    Sumber : Antara

  • Bandara YIA Jadi Tersibuk Saat Lebaran 2025, Miliki Daya Tampung 20 Juta Penumpang per Tahun – Halaman all

    Bandara YIA Jadi Tersibuk Saat Lebaran 2025, Miliki Daya Tampung 20 Juta Penumpang per Tahun – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Yogyakarta International Airport (YIA) menjadi salah satu bandara tersibuk saat libur Lebaran 2025.

    YIA telah melayani hingga ratusan ribu pengguna transportasi udara, mulai dari arus mudik hingga arus balik Lebaran 2025.

    Corporate Secretary SIG, Vita Mahreyni, mengatakan YIA merupakan infrastruktur penting yang menjaga kelancaran dan kenyamanan transportasi dari dan menuju Yogyakarta, khususnya pada masa libur Lebaran.

    “YIA tidak hanya bandara berkapasitas besar, namun rancang bangunnya juga berfungsi memberikan kenyamanan bagi para penumpang yang akan bepergian. Karena itu, aplikasi produk SIG turut menunjang fungsi kenyamanan yang dihadirkan YIA,” tutur Vita dikutip, Jumat (11/4/2025).

    Dengan total luas area mencapai 587 hektare di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta, YIA memiliki terminal penumpang seluas 219.000 m2 dengan daya tampung hingga 20 juta penumpang per tahun.

    YIA juga memiliki landasan pacu (runway) sepanjang 3.250 meter, serta apron (area parkir, bongkar muat, dan pemeliharaan pesawat) yang bisa menampung 45 pesawat.

    Hal ini memungkinkan YIA melayani pesawat berbadan lebar (wide body) seperti Air Bus A380 dan Boeing 777.

    Selain memiliki kapasitas besar, YIA juga dirancang dengan ketahanan terhadap gempa 8,8 Magnitudo, serta tsunami dengan proyeksi ketinggian maksimum setinggi 12,8 meter di atas rerata muka air laut (mean sea level/MSL).

    Vita menjelaskan, selama periode pembangunan fisik, atau sejak Desember 2018 hingga Mei 2019, SIG memasok lebih dari 150 ribu ton semen untuk pembangunan YIA.

    Sementara pada tahap pengembangan kawasan YIA, SIG memasok produk semen tipe khusus untuk proyek pengendali banjir, dengan daya tahan tinggi lingkungan ekstrem.

    “SIG memiliki rentang spesifikasi produk yang lengkap serta solusi layanan pendukung untuk memenuhi persyaratan kondisi bangunan sesuai kebutuhan dan mendukung kelancaran proyek pembangunan,” ujar Vita.

     

  • Tanggapi Rencana Penghapusan Kuota Impor, Anggota Komisi VI Usulkan Penerapan Tarif – Halaman all

    Tanggapi Rencana Penghapusan Kuota Impor, Anggota Komisi VI Usulkan Penerapan Tarif – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Anggota Komisi VI DPR Firnandi Hadityo Ganinduto menyatakan dukungannya pada rencana Presiden Prabowo Subianto menghilangkan kuota impor, yang selama ini ditenggarai menjadi permainan para pencari fee impor.

    “Menurut saya keputusan presiden untuk membuka impor itu bagus, ada efek bagusnya,” kata Firnando kepada wartawan, Kamis (10/4/2025).

    Namun, ia menekankan dalam pengimplementasian kebijakan tersebut, pemerintah perlu melakukan kajian pada dampak dari pembukaan keran impor untuk komoditas yang diproduksi oleh masyarakat Indonesia sendiri atau produk asli.

    “Pemerintah arus memperhatikan komoditas-komoditas apa saja yang bisa dibebaskan. Karena ada komoditas-komoditas yang kita produksi dalam negeri, kalau kita kebanjiran impor, itu juga tidak baik juga,” ungkapnya. 

    Ia mengimbau, untuk menjaga pasar lokal, ada upaya pemerintah untuk melakukan pembatasan atas beberapa komoditas tertentu.

    “Menurut saya cara yang terbaik, adalah dengan penetapan tarif. Saya rasa itu bisa menjadi solusi terbaik untuk komoditas-komoditas di Indonesia. Karena dengan adanya tarif itu, kita semua bisa terbuka, bisa transparan, jadi akan menjadi baik juga bagi pemerintah Indonesia,” katanya. 

    Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menyatakan keinginannya untuk menghapus pembatasan kuota impor terhadap komoditas yang berkaitan dengan hajat hidup orang banyak, seperti pangan. 

    “Justru itu yang kita harapkan nanti dengan kepentingan hulu dan hilir itu yang nanti harus seimbang. Jadi nanti manakala itu untuk kepentingan hulu, untuk kepentingan industri, kepentingan produksi dalam negeri itu yang harus dipertimbangkan, dihitung betul-betul,” jelas dia.

    Prabowo ingin membuka keran impor daging dan komoditas lainnya sebebas-bebasnya di tengah beban tarif impor tinggi 32 persen dari AS.

    Mulanya, ia mengkritik keberadaan persetujuan teknis (pertek) yang menghambat gerak pengusaha. Prabowo menegaskan semua pertek tak boleh lagi tanpa ada restu presiden.

  • "Kulkas Sudah Terbalik dan Berenang, Tempat Tidur, Kursi Sudah Terapung"
                
                    
                        
                            Makassar
                        
                        11 April 2025

    "Kulkas Sudah Terbalik dan Berenang, Tempat Tidur, Kursi Sudah Terapung" Makassar 11 April 2025

    “Kulkas Sudah Terbalik dan Berenang, Tempat Tidur, Kursi Sudah Terapung”
    Editor

    LUWU, KOMPAS.com
    – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Ponrang, Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan, sejak Kamis (10/4/2025) dini hari menyebabkan banjir besar yang merendam ratusan rumah warga.
    Tak hanya itu, banjir juga memaksa sejumlah warga mengungsi ke tempat aman, baik ke rumah keluarga maupun tenda darurat dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).
    Salah seorang warga Kelurahan Padang Sappa, Misrawati (62), menggambarkan betapa derasnya air yang masuk ke rumahnya hingga membuat perabotan rumah tangga terbalik dan mengapung.
    “Kulkas sudah terbalik dan berenang, tempat tidur, kursi sudah terapung, saat itu juga saya takut jangan sampai ada ular masuk rumah sehingga saya tutup rumah dan keluar mengungsi,” ujarnya saat ditemui di lokasi pengungsian, Kamis (10/4/2025) malam.
    Menurut Misrawati, banjir datang secara tiba-tiba sekitar pukul 03.00 Wita saat dirinya dan keluarga masih tertidur lelap.
    Air langsung masuk hingga ke dalam kamar.
    “Kami kaget, eh air sudah masuk rumah hingga ke tempat tidur. Karena air terus naik jadi kami segera bergegas mengungsi mencari tempat aman bersama anak dan cucu,” ucapnya.
    MUH. AMRAN AMIR Warga korban banjir di Kelurahan Padang Sappa, memilih mengungsi ke tenda BNPB yang disediakan Pemerintah Kabupaten Luwu, Sulawesi Selatan di Lapangan Padang Sappa karena rumahnya terendam banjir hingga Kamis (10/4/2025) malam
    Akibat banjir tersebut, sekitar 600 unit rumah di dua kelurahan dan tiga desa terendam air.
    Warga pun harus menyelamatkan diri dan barang-barang yang masih bisa diselamatkan.
    Misrawati memilih mengungsi ke tenda BNPB yang didirikan di Lapangan Padang Sappa.
    Namun, karena keterbatasan ruang, ia berbagi tempat tinggal sementara dengan anggota keluarga lainnya.
    “Untuk tidur malam ini saya ke rumah keluarga, sementara cucu saya di tempat pengungsian ini. Soal makanan tersedia, ada bantuan dari Polsek Ponrang, BPBD, saya sudah lupa dari mana saja,” katanya.
    Sebelumnya, Kepala BPBD Luwu, Andi Baso Tenriesa, mengatakan banjir terjadi akibat meluapnya Sungai Noling setelah hujan mengguyur wilayah hulu selama sekitar sembilan jam.
    “Ada lima lokasi titik banjir yakni Kelurahan Padang Sappa, Kelurahan Padang Subur, Desa Tirowali, Desa Tomale, dan Desa Buntu Kamiri,” kata Tenriesa.
    Hingga Kamis malam, pemerintah daerah masih terus menyalurkan bantuan dan melakukan evakuasi terhadap warga yang terdampak, sembari memantau perkembangan cuaca di wilayah tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Wali Kota dukung perluasan Jaklingko hingga Kota Tangerang

    Wali Kota dukung perluasan Jaklingko hingga Kota Tangerang

    Wali Kota Tangerang Sachrudin (kiri) bersama Bupati Tangerang Rudy Maesyal saat menghadiri Rakor terkait perluasan Jaklingko. ANTARA/HO-Pemkot Tangerang

    Wali Kota dukung perluasan Jaklingko hingga Kota Tangerang
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Kamis, 10 April 2025 – 12:00 WIB

    Elshinta.com – Wali Kota Tangerang, Banten Sachrudin mendukung rencana perluasan layanan Jaklingko, karena dapat meminimalisir kemacetan dan membantu mobilitas warga Tangerang menuju Jakarta.

    “Kami menyambut baik rencana untuk memperpanjang rute Jaklingko di Kota Tangerang, mengingat persoalan kemacetan di Jabodetabek tidak bisa diselesaikan secara parsial,” kata Wali Kota Tangerang Sachrudin di Tangerang Kamis.

    Sebelumnya Wali Kota Sachrudin bersama Gubernur Banten Andra Soni mendampingi rapat koordinasi lintas wilayah dengan Gubernur Daerah Khusus Jakarta (DKJ) Pramono Anung terkait rencana perluasan Jaklingko. Ia menuturkan saat ini diperlukan kolaborasi dari seluruh pemerintah daerah di wilayah aglomerasi Jabodetabek untuk menyelesaikan berbagai isu terutama soal kemacetan.

    “Namun perpanjangan rute tersebut harus bisa menguntungkan semua pihak terutama masyarakat,” ujarnya.

    Pemkot Tangerang, katanya, juga mengusulkan agar layanan BRT yang sebelumnya hanya sampai Kali Deres bisa diperpanjang sampai ke Terminal Poris.

    “Termasuk juga layanan busway bisa diperpanjang kembali sampai Ciledug tidak hanya sampai Puri Beta,” ujarnya.

    Sementara itu Gubernur DKJ Pramono Anung mengatakan adanya rencana memperpanjang rute Transjabodetabek, MRT Jakarta dan Jaklingko hingga Banten. Untuk rute MRT Jakarta, Pemprov Jakarta akan memperluas rute hingga ke kawasan Balaraja, Kabupaten Tangerang.

    “Kami akan terus mendorong supaya MRT tidak hanya berhenti di Lebak Bulus, tetapi juga akan diperluas, diperpanjang sampai dengan Balaraja. Jadi pemerintah Jakarta sudah memutuskan akan membuka lima rute baru. Dua rute yang berhubungan secara langsung dengan Tangerang dan Tangerang Selatan,” katanya.

    Tak hanya terkait transportasi, Pramono Anung juga menjelaskan mengenai potensi kerja sama di bidang lingkungan hingga kebijakan administrasi. Hal ini untuk memperkuat kolaborasi antardaerah penyangga dalam menyelesaikan berbagai permasalahan kota.

    “Banten dan Jakarta dalam banyak hal memang bersinggungan, maka kami bersepakat untuk mencari solusi bersama atas persoalan yang ada di lapangan. Seperti hal yang berkaitan dengan kemacetan, banjir, sampah, serta kerja sama secara administratif. Permasalahan di Jakarta ini tidak bisa diselesaikan sendirian, harus ada kolaborasi dengan daerah-daerah penyangga di sekitarnya,” katanya.

    Sumber : Antara