Topik: Banjir

  • Alami Pendangkalan Sungai Kapal Nelayan Bangkalan Kerap Kandas

    Alami Pendangkalan Sungai Kapal Nelayan Bangkalan Kerap Kandas

    Bangkalan (beritajatim.com) – Sungai Bandaran yang terletak di Kampung Lebak, Kelurahan Pangeranan, Kabupaten Bangkalan mengalami pendangkalan. Akibatnya, pemukiman di sekitar sungai kerap mengalami banjir rob dan kapal nelayan yang bersadar sering kandas.

    Bupati Bangkalan, Lukman Hakim mengatakan, pendangkalan bukan hanya menyebabkan terjadinya banjir saat hujan deras maupun rob akibat air pasang, tetapi juga berdampak langsung terhadap aktivitas melaut para nelayan karena kapal mereka kadas.

    Perahu nelayan kerap tidak bisa memasuki area dermaga sungai saat air surut. Sebab, lumpur menumpuk di dasar sungai.

    “Para nelayan harus menunggu air pasang jika ingin melaut dan yang lebih parah lagi terjadinya banjir rob,” terangnya, Senin (19/5/2025).

    la menambahkan, dengan kondisi tersebut maka perlu dilakukan normalisasi sungai agar para nelayan lebih mudah untuk beraktivitas dan menguranggi resiko terjadinya banjir rob.

    “Hal ini tentu akan berdampak besar terhadap peningkatan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat nelayan di wilayah tersebut,” ungkapnya.

    Pihaknya akan segera merealisasikan program normalisasi Sungai Bandaran. Namun, pelaksanaannya masih menunggu hasil koordinasi dengan pihak terkait di tingkat provinsi.

    “Kita masih akan melakukan koordinasi dengan Dinas PU Provinsi, karena untuk menormalisasi aliran sungai ini dibutuhkan peralatan berat khusus seperti ekskavator,” pungkasnya.[sar/aje]

  • DKI siapkan sekitar Rp98 miliar untuk normalisasi Sungai Ciliwung

    DKI siapkan sekitar Rp98 miliar untuk normalisasi Sungai Ciliwung

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyiapkan anggaran sekitar Rp98 miliar untuk kelanjutan normalisasi Sungai Ciliwung sebagai upaya mengatasi banjir di Jakarta.

    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi Jakarta Ika Agustin Ningrum mengungkapkan bahwa anggaran tersebut masih berpotensi bertambah seiring dengan pembahasan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) 2025 bersama DPRD DKI Jakarta.

    “Kami menyiapkan Rp98 miliar dan memungkinkan akan kita tambah (anggarannya) dan pertama yang akan kita laksanakan ada di segmen Pengadegan,” kata Ika saat dijumpai di Kelapa Gading, Jakarta Utara, Senin.

    Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memulai kembali normalisasi Sungai Ciliwung dengan mengeluarkan tiga penetapan lokasi (penlok).

    Penlok tersebut dikeluarkan Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung, untuk wilayah Pengadegan, Cawang dan Cililitan.

    “Sungai Ciliwung yang menjadi kontribusi terbesar banjir di Jakarta hampir 40 persen lebih, kita sudah mengeluarkan penloknya di Pengadegan, Cawang dan Cililitan,” kata Pramono.

    Terkait penlok tersebut, pihaknya menunggu surat tugas dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).

    “Surat tugas sudah keluar, sekarang bulan Mei, Juni. Paling nggak akhir Juni sudah dilaksanakan pembayaran di segmen Pengadegan,” kata Pramono.

    Pramo menyebutkan bahwa proyek ini menjadi prioritas utama pemerintah daerah dalam upaya penanggulangan banjir di Ibu Kota sebab kontribusinya dalam banjir di Jakarta mencapai hampir 40 persen.

    “Maka penanganan untuk banjir di Jakarta, Sungai Ciliwung, akan kita tangani dengan sungguh-sungguh,” kata Pramono.

    Proyek ini dimulai sejak era Gubernur Joko Widodo (Jokowi). Namun normalisasi kembali tersendat dalam beberapa tahun terakhir.

    Salah satu hambatan utamanya adalah penolakan dari warga yang bermukim di bantaran sungai dan belum tuntasnya proses relokasi.

    Normalisasi Sungai Ciliwung merupakan program kerja sama antara Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jakarta dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU).

    Data terbaru menunjukkan, dari total rencana normalisasi sepanjang 33,69 kilometer, baru sekitar 17,17 kilometer yang diselesaikan. Sisanya, sepanjang 16,52 kilometer, belum bisa dikerjakan karena belum rampungnya proses pembebasan lahan.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Banjir Luapan Bengawan Solo di Bojonegoro Surut, 240 KK Sempat Terdampak

    Banjir Luapan Bengawan Solo di Bojonegoro Surut, 240 KK Sempat Terdampak

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo yang sempat merendam permukiman warga di lima desa pada tiga kecamatan di Bojonegoro akhirnya mulai surut. Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, total sebanyak 240 Kepala Keluarga (KK) terdampak banjir yang terjadi sejak Jumat malam lalu.

    Saat ini, tinggi muka air (TMA) Bengawan Solo berada pada siaga 2 atau siaga kuning dengan tren menurun. Pada Minggu (18/5/2025) pukul 09.00 WIB, TMA tercatat di angka 13.62 meter di atas permukaan laut (MDPL), turun dari 13.70 MDPL pada pukul 06.00 WIB.

    “Banjir mulai surut sejak Sabtu kemarin, dan hari ini kondisi berangsur normal,” ujar Kasi Kegawatdaruratan dan Logistik BPBD Bojonegoro, Agus Purnomo, Senin (19/5/2025).

    Agus merinci, banjir sempat mencapai siaga 3 (merah) pada Sabtu (17/5/2025) pukul 23.08 WIB dengan TMA di angka 14.60 MDPL. Air menggenangi rumah warga, jalan lingkungan, hingga halaman rumah.

    Agus mengimbau masyarakat yang tinggal di bantaran sungai agar tetap waspada meskipun debit air mulai turun. “Kami tetap pantau perkembangan debit air setiap beberapa jam. Koordinasi dengan relawan dan perangkat desa tetap dilakukan,” tambahnya.

    BPBD Bojonegoro juga menyiapkan langkah antisipasi jika terjadi hujan susulan atau kenaikan debit air di hulu sungai. [lus]

    Wilayah terdampak banjir meliputi:

    1. Kecamatan Bojonegoro
    Kelurahan Ledok Wetan: Genangan air melanda 227 KK di RT 1–4, RT 6, 7, dan RT 10.
    Kelurahan Banjarejo: Satu rumah warga terdampak di RT 01.

    2. Kecamatan Kalitidu
    Desa Sukoharjo: Sebanyak 13 KK terdampak di RT 2, 3, dan 5. Air menggenangi jalan dan rumah dengan ketinggian 30–60 cm. Genangan mulai surut sejak Sabtu pukul 04.00 WIB.

    3. Kecamatan Dander
    Desa Ngablak dan Ngulanan: Air sempat menggenangi halaman rumah dan jalan lingkungan dengan ketinggian antara 10–30 cm, dan mulai surut sejak Sabtu malam sekitar pukul 23.00 WIB.

  • Empat Kecamatan di Tuban Terdampak Banjir Luapan Bengawan Solo

    Empat Kecamatan di Tuban Terdampak Banjir Luapan Bengawan Solo

    Tuban (beritajatim.com) – Banjir akibat luapan Sungai Bengawan Solo kembali menerjang wilayah Kabupaten Tuban. Sedikitnya empat kecamatan dilaporkan terdampak, yakni Kecamatan Soko, Rengel, Plumpang, dan Widang. Banjir ini mulai terjadi sejak Minggu dan terus berlanjut hingga Senin, 19 Mei 2025.

    Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tuban, Sudarmaji, menyebut pihaknya terus memantau perkembangan banjir di daerah-daerah terdampak.

    “Banjir ini sudah dua hari dari kemarin,” ujar Sudarmaji saat dikonfirmasi.

    Menurutnya, di Kecamatan Rengel terdapat lima desa terdampak, yaitu Tambakrejo, Kanorejo, Ngadirejo, Karangtinoto, dan Rengel. Sementara di Kecamatan Soko terdapat tujuh desa yang terdampak: Glagahsari, Sandingrowo, Pandanwangi, Kendalrejo, Mojoagung, Simo, dan Menilo.

    Untuk Kecamatan Widang, banjir merendam Desa Simorejo dan Ngadirejo. Di Kecamatan Plumpang, terdapat tiga desa terdampak, yakni Kebomlati, Kedungsoko, dan Klotok.

    “Upaya yang kami lakukan saat ini adalah mendatangi desa-desa yang berada di bantaran Sungai Bengawan Solo untuk melakukan pendataan di setiap desa, dibantu oleh Trantib Kecamatan dan perangkat desa setempat,” jelas Sudarmaji.

    Ia menegaskan bahwa tidak ada korban jiwa akibat banjir tersebut. Namun, kerugian material masih dalam proses pendataan. Beberapa fasilitas umum seperti jalan poros desa, area persawahan, dan perkebunan dilaporkan tergenang air. Sementara itu, sebagian besar rumah warga masih aman dari genangan. [dya/beq]

  • Perempuan Lansia di Ngawi Hilang Diduga Hanyut

    Perempuan Lansia di Ngawi Hilang Diduga Hanyut

    Ngawi (beritajatim.com) – Seorang perempuan lansia bernama Parni (64), warga Desa Sawo, Kecamatan Karangjati, Kabupaten Ngawi, dilaporkan hilang pada Minggu siang, (18/5/2025).

    Ia diduga hanyut terbawa arus banjir saat menyeberangi sungai sepulang dari sawah.

    Parni, istri dari Mutkani (85), diketahui terakhir kali terlihat sedang menyemai tanaman di sawah miliknya yang berada di seberang sungai.

    Sungai tersebut mengalami banjir akibat hujan deras yang mengguyur wilayah itu sejak malam sebelumnya. Sungai ini terhubung langsung ke aliran Bengawan Madiun.

    Hingga saat ini, korban belum ditemukan. Proses pencarian terus dilakukan oleh tim gabungan dari TNI-Polri, Basarnas, BPBD, Damkar, dan relawan setempat dengan menyusuri aliran sungai hingga ke hilir.

    Kepala Desa Sawo, Widiyanto, menjelaskan, “Bermula dari warganya melihat korban di sawah siang itu, namun setelah siang korban sudah tidak ada. Pencarian dilakukan dan tidak ditemukan, hingga kini korban diduga hanyut.”

    Sementara itu, Kapolsek Karangjati, AKP Sugeng Wahyudi menyampaikan, “Mendapat informasi ada orang hanyut, kita datangi ke lokasi bersama Koramil dan relawan. Kita lakukan pencarian dan belum ditemukan. Diduga korban hanyut karena sungai banjir usai hujan deras.”

    Karno Sutikno (40), menantu korban, mengaku mengetahui Parni sedang berada di sawah pada Sabtu, 17 Mei 2025 siang. Namun hingga sore hari, korban tidak kunjung pulang ke rumah. Pihak keluarga telah melakukan pencarian di sawah hingga ke rumah saudara terdekat, namun hasilnya nihil.

    Setelah menerima laporan dari warga, pihak kepolisian segera mendatangi lokasi serta rumah korban. Tidak ada satu pun warga yang melihat langsung kejadian saat Parni diduga hanyut di sungai. [fiq/ted]

  • Warga Terdampak Banjir Luapan Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro Tinggalkan Pengungsian

    Warga Terdampak Banjir Luapan Sungai Bengawan Solo di Bojonegoro Tinggalkan Pengungsian

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Sejumlah warga di Kelurahan Ledokwetan Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro sempat mengungsi setelah rumah yang ditempati terdampak luapan banjir Sungai Bengawan Solo. Kini, banjir surut dan mereka sudah meninggalkan pengungsian.

    Tampak di tempat pengungsian yang disediakan yakni di Gedung Serba Guna Jalan KH Mansyur Kelurahan Ledokwetan sudah lengang. Tidak ada aktivitas pengungsi. Sebelumnya ada delapan warga yang mengungsi karena rumahnya terendam banjir setinggi kurang lebih 70 centimeter (cm).

    “Sudah mulai dini hari tadi banjir surut dan kembali ke rumah,” ujar salah seorang warga lorong 1 Kelurahan Ledokwetan Kecamatan Bojonegoro, Suyanto, Minggu (18/5/2025).

    Diberitakan sebelumnya, delapan warga Kelurahan Ledokwetan Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro mulai mengungsi sekitar pukul 19.30 WIB, kemarin. Warga yang mengungsi adalah warga RT 21 yang rumahnya tergenang setinggi kurang lebih 70 centimeter.

    “Rumah mereka tergenang banjir luapan sungai Bengawan Solo setinggi kurang lebih 70 centimeter,” kata Anton sebelumnya.

    Sementara diketahui, banjir luapan Sungai Bengawan Solo di Kelurahan Ledokwetan menggenangi sebanyak 143 rumah dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 343 kepala keluarga. Selain di kelurahan Ledokwetan, banjir juga menggenangi Kelurahan Jetak dan Banjarejo.

    “Di Kelurahan Jetak 3 rumah terendam dengan ketinggian antara 10-30 centimeter. Sedangkan di Banjarejo ada satu rumah dengan ketinggian sekitar 50 centimeter,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Heru Wicaksi.

    Kemudian di Kecamatan Kalitidu, menggenangi Desa Leran dan Sukoharjo masing-masing rumah tergenang sebanyak enam rumah. Ketinggian genangan antara 30 centimeter. Sedangkan di Kecamatan Dander ada dua desa tergenang di Desa Ngulanan dan Desa Ngablak yang menggenangi jalan.

    “Semua daerah yang sebelumnya terdampak banjir luapan Sungai Bengawan Solo saat ini sudah surut,” tambahnya. [lus/aje]

  • Hari Kedua Operasi SAR Kediri : Sisir 12 Km Sungai Demi Cari Mbah Tekat

    Hari Kedua Operasi SAR Kediri : Sisir 12 Km Sungai Demi Cari Mbah Tekat

    Kediri (beritajatim.com) – Sebanyak 50 personel Tim SAR gabungan dikerahkan dalam operasi pencarian korban banjir bandang di Desa Blimbing, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Minggu 18 Mei 2025. Pencarian hari kedua ini dilakukan untuk menemukan Mbah Tekat, warga yang dilaporkan hilang sejak bencana menerjang wilayah tersebut.

    Tim menyisir aliran sungai sejauh 12 kilometer dengan metode jalan kaki dan menggunakan perahu karet. Motode jalan kaki di Sungai Bruni. Sedangkan menggunakan perahu di Sungai Brantas.

    Komandan Tim Operasi SAR Mojo dari Basarnas Pos SAR Trenggalek, Candra Kristiawan, menjelaskan bahwa penyisiran dilakukan secara intensif, menyusuri Sungai Bruni hingga Sungai Brantas.

    “Untuk hari kedua, Tim SAR gabungan di Kediri, kita menggerakkan 50 personel dari Tim SAR gabungan. Untuk potensinya ada Basarnas, Polsek, Koramil, BPBD, PMI, Tagana dan relawan,” terangnya.

    Candra menyebutkan, penyisiran jalan kaki dilakukan mulai dari SDN Blimbing hingga ke Tanjung, lalu diteruskan ke Dawuhan. Untuk perahu karet di Sungai Brantas wilayah Desa Kranton hingga Alun-Alun Banda Ngalim, Kota Kediri.

    Tim SAR membagi personel menjadi dua satuan tugas penyusuran (SRU) untuk memaksimalkan pencarian melalui jalur darat dan sungai.

    “Untuk sru satu dan dua, kita maksimalkan penyisiran skoting atau penyisiran aliran sungai. Jadi, memaksimalkan, dimana TKP sampai nanti keluarnya Sungai Brantas kita maksimalkan penyisiran jalan kaki, atau susur sungai. Untuk di sungai besar di Sungai Brantas kita menggunakan LCR atau perahu karet,” jelasnya.

    Meski penyisiran terus dilakukan secara intensif, hingga kini belum ditemukan tanda-tanda keberadaan korban.

    “Untuk tanda-tanda korban atas nama Mbah Tekat belum ada tanda-tanda. Ya, kita saling berdoa, supaya hari ini membuahkan hasil,” ujar Candra penuh harap.

    Tantangan dalam pencarian tidak ringan. Medan licin dan labil akibat lumpur serta hujan menyulitkan pergerakan tim, terutama di tepi sungai yang rawan longsor. Namun begitu, semua personel tetap bekerja secara maksimal.

    “Untuk kesulitan saat ini, potensi SAR gabungan, karena masih dalam lumpur atau curah hujan itupun dorongan dari lumpur yang longsor dari atas, penyisiran ini sedikit licin, dan tanahnya labil untuk penyisiran di tepi sungai,” katanya.

    Operasi pencarian dijadwalkan berlangsung selama tujuh hari, dengan harapan korban segera ditemukan dan keluarga mendapatkan kepastian. [nm]

  • Dua Hari Sampang Dilanda Banjir, 5 Desa Terendam

    Dua Hari Sampang Dilanda Banjir, 5 Desa Terendam

    Sampang (beritajatim.com) – Memasuki pertengahan Mei 2025 intensitas hujan di Kabupaten Sampang masih tinggi hingga mengakibatkan banjir dampak dari luapan sungai Kemuning yang tak mampu menampung volume air hujan.

    Air hujan terus menggenangi sejumlah pemukiman padat penduduk. Tak tangung tanggung hampir lima desa terendam banjir. Diantaranya Desa Gunung Madeh, Desa Kemuning, Desa Pasean, Desa Tanggumong dan sejumlah kawasan perkotaan tidak hanyan itu akses jalan penghubung antar kecamatan juga terendam banjir.

    “Akses jan yang lumpuh itu jalan raya ke arah Omben dan Kedundung, ketinggian air memang tidak seberapa namun kendaraan roda dua tidak bisa menerobos karena bisa merusak mesin,” ujar Fatur korban banjir asal Desa Tanggumong, Minggu (18/5/2025)

    Kondisi seperti ini juga berdampak pada sektor ekonomi kecil, seperti pedagang pasar yang mengalami penurunan pembeli karena warga enggan keluar rumah di tengah cuaca ekstrem.

    Semetara Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang Candra Romadoni Amin telah mengeluarkan imbauan kepada masyarakat untuk tetap waspada, terutama di daerah rawan banjir.

    “Petugas akan terus siaga 24 jam untuk memantau kondisi cuaca yang kemungkinan besar akan terjadi luapan sungai,” ucapnya.

    Dia menjelaskan, bahwa untuk kondisi saat ini disebabkan faktor-faktor pembentuk awan yang sangat banyak. Termasuk kelembatan yang tinggi.

    Cuma untuk saat ini sesuai dengan data Automatic Water Level Recorder (AWLR) Tinggi Muka Air (TMA) di Kabupaten Sampang alami penurunan.

    Pangilen 6,78 m (sebelumnya 6,85 m). Bahagia 4,38 m.(sebelumnya 4,39 m). Air laut pasang sampai pukul 12.46 WIB.

    “Semoga Sampang aman, dan tidak terus-terusan di landa banjir akibat cuaca yang seperti ini,” pungkasnya.[sar/aje]

  • Banjir Luapan Bengawan Solo di Bojonegoro, Warga Mulai Mengungsi

    Banjir Luapan Bengawan Solo di Bojonegoro, Warga Mulai Mengungsi

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Sebanyak delapan warga Kelurahan Ledokwetan Kecamatan/Kabupaten Bojonegoro mulai mengungsi. Mereka mengungsi di Gedung Serba Guna Jalan KH Mansyur Kelurahan Ledokwetan karena rumahnya tergenang banjir luapan Sungai Bengawan Solo.

    “Warga mulai mengungsi sekitar pukul 19.30 WIB, dimungkinkan masih bertambah jumlah pengungsi karena malam ini masih banyak yang jualan,” ujar Lurah Ledokwetan, Kecamatan Bojonegoro, Anton, Sabtu (17/5/2025).

    Menurutnya, pihak kelurahan sendiri telah menyiapkan dua tempat pengungsian. Selain di gedung serba guna juga di kantor Kelurahan Ledokwetan yang ada di Jalan MH Thamrin. Warga yang mengungsi adalah warga RT 21 yang rumahnya tergenang setinggi kurang lebih 70 centimeter. “Rumah mereka tergenang banjir luapan sungai Bengawan Solo setinggi kurang lebih 70 centimeter,” kata Anton.

    Sementara diketahui, banjir luapan Sungai Bengawan Solo di Kelurahan Ledokwetan menggenangi sebanyak 143 rumah dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 343 kepala keluarga. Selain di kelurahan Ledokwetan, banjir juga menggenangi Kelurahan Jetak dan Banjarejo.

    “Di Kelurahan Jetak 3 rumah terendam dengan ketinggian antara 10-30 centimeter. Sedangkan di Banjarejo ada satu rumah dengan ketinggian sekitar 50 centimeter,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro Heru Wicaksi.

    Kemudian di Kecamatan Kalitidu, menggenangi Desa Leran dan Sukoharjo masing-masing rumah tergenang sebanyak enam rumah. Ketinggian genangan antara 30 centimeter. Sedangkan di Kecamatan Dander ada dua desa tergenang di Desa Ngulanan dan Desa Ngablak yang menggenangi jalan. [lus/kun]

  • Mobil Camry Hanyut Terseret Banjir di Kecamatan Gayam Bojonegoro, Begini Ceritanya

    Mobil Camry Hanyut Terseret Banjir di Kecamatan Gayam Bojonegoro, Begini Ceritanya

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kabupaten Bojonegoro mengakibatkan Sungai Kali Gandong meluap pada Sabtu (17/5/2025) malam, menyebabkan banjir di sejumlah desa di Kecamatan Gayam. Dampak paling parah terjadi di Desa Bonorejo dan Mojodelik.

    Dampak banjir tersebut, diantaranya menyeret satu unit mobil milik warga di RT 07 RW 02 Desa Bonorejo Sukijan. Mobil jenis sedan Camry tahun 2006 sebelumnya terparkir di pinggir Sungai Gandong yang melintas di Kecamatan Gayam.

    “Mobil terparkir digarasi yang ada di pinggir Sungai Gandong. Saat banjir terseret banjir karena arus deras,” ujar Kepala Desa Bonorejo Kecamatan Gayam Kabupaten Bojonegoro, Rochmad Aksan, Sabtu (17/5/2025).

    Setelah terseret arus sungai, mobil terhenti setelah tersangkut di pohon pisang. Sementara kondisi mobil belum bisa evakuasi karena kondisi arus sungai masih deras. “Kondisi belum bisa dievakuasi karena arus sungai masih deras,” tambahnya.

    Sementara Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Heru Wicaksi, menyampaikan dampak banjir luapan Sungai Gandong di Kecamatan Gayam, selain menghanyutkan satu unit mobil, juga menggenangi rumah warga dan menyebabkan kerusakan fasilitas umum serta kerugian di beberapa titik.

    Di Desa Bonorejo, satu lokasi usaha penggergajian kayu milik Sukijan (warga RT 07/RW 02) tergenang air setinggi kurang lebih tujuh meter. Sementara, di desa Mojodelik, empat rumah warga tergenang dengan ketinggian sekitar 1 meter.

    Tak hanya itu, banjir juga mengakibatkan putusnya satu jembatan penghubung antara Desa Mojodelik (Kecamatan Gayam) dan Desa Ngrejeng (Kecamatan Purwosari), sehingga akses transportasi warga terganggu. Saat ini, banjir di wilayah tersebut sudah surut. [lus/kun]