Topik: Banjir

  • Pembangunan Bendungan di Jateng dan NTT Digeber demi Swasembada Pangan

    Pembangunan Bendungan di Jateng dan NTT Digeber demi Swasembada Pangan

    Jakarta

    PT Brantas Abipraya (Persero) tengah membangun sejumlah bendungan untuk mendukung target besar mencapai swasembada pangan. Kedua bendungan itu antara lain Bendungan Mbay di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Bendungan Jragung di Semarang, Jawa Tengah.

    Sekretaris Brantas Abipraya, Dian Sovana mengatakan, pembangunan bendungan-bendungan ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas pertanian dan kesejahteraan petani, sekaligus mendukung ketahanan pangan yang menjadi prioritas nasional.

    “Pembangunan bendungan menjadi sangat penting, ini pun merupakan bukti Brantas Abipraya selalu hadir untuk Indonesia dalam mempersiapkan infrastruktur guna mendukung Pemerintah dalam mengatasi tantangan perubahan iklim global,” kata Dian, dikutip dari keterangan tertulis, Senin (26/5/2025).

    Bendungan Mbay merupakan salah satu proyek strategis nasional (PSN) dan diproyeksikan akan menghasilkan air baku 0,21 m3/detik. Bendungan ini juga diproyeksikan akan memberikan manfaat irigasi terhadap 5.928 hektare (ha) lahan pertanian.

    Dian mengatakan, pemerintah memandang bahwa proyek strategis ini memiliki peran penting dalam mendorong produktivitas sektor pertanian, menjamin pasokan air baku, serta membuka peluang pemanfaatan energi baru terbarukan.

    Bendungan ini dapat menampung hingga 51 juta meter kubik air dan akan menyuplai air irigasi pada lahan pertanian di Kabupaten Ngagekeo seluas 4.200 ha, dengan pengembangannya 1.900 hektare.

    Di samping itu, Brantas Abipraya juga sedang menuntaskan Bendungan Jragung. Bendungan ini dirancang dengan kapasitas tampung mencapai 90 juta meter kubik dan akan menjadi sumber air baku utama bagi Kota Semarang, Kabupaten Demak, dan Kabupaten Grobogan.

    Dian menjelaskan, bendungan ini akan menyediakan pasokan air baku sebesar 500 liter per detik untuk Semarang, serta masing-masing 250 liter per detik untuk Grobogan dan Demak.

    Tak hanya sebagai sumber air, bendungan ini juga akan mengairi sekitar 4.528 hektar lahan pertanian di wilayah irigasi Jragung, Kabupaten Demak. Fasilitas ini diharapkan mampu meningkatkan intensitas tanam dari sekali menjadi dua hingga tiga kali dalam setahun, yang akan berdampak positif pada produksi pertanian lokal.

    Lalu dalam hal pengendalian banjir, bendungan ini dirancang untuk menurunkan risiko debit banjir secara signifikan di daerah hilir, khususnya Semarang. Dengan sistem pengaturan aliran yang optimal, debit banjir dapat ditekan dari 378.000 meter kubik per detik menjadi 170.000 meter kubik per detik, penurunan sekitar 45%.

    “Melalui bendungan kita dapat meningkatkan produktifitas pertanian, memudahkan masyarakat sekitar dalam memperoleh air bersih yang bermanfaat untuk kepentingan masyarakat, serta meningkatkan perekonomian masyarakat,” ujar Dian.

    Tonton juga Video: Zulhas: Swasembada Pangan Bukan Angan-angan

    (shc/ara)

  • Lawan Banjir, Ratusan Pesilat Blitar Terjun ke Sungai Bersihkan Sampah

    Lawan Banjir, Ratusan Pesilat Blitar Terjun ke Sungai Bersihkan Sampah

    Blitar (beritajatim.com) – Sebanyak 450 pesilat yang tergabung dalam Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) Kota Blitar membersihkan sungai yang ada di lingkungan Puri Kenari Asri Kelurahan Plosokerep Kota Blitar. Langkah ini dilakukan para pesilat dalam rangka melawan banjir yang akhir-akhir ini sering melanda Kota Blitar.

    “Ini sebagai bagian kemanfaatan insan Pencak Silat di tengah-tengah masyarakat dalam berkehidupan serta bersosialisasi dengan lingkungan sekaligus kepedulian terhadap ekosistem di sungai,” kata Miskan Hadi, Ketua Umum Ikatan Pencak Silat Indonesia Kota Blitar, Senin (26/5/2025).

    Sebagai masyarakat Kota Blitar, para pesilat ini merasa memiliki tanggung jawab untuk ikut mencegah banjir. Sehingga sebagai insan yang memiliki jiwa luhur, para pesilat ini akhirnya terjun ke sungai untuk membersihkan sampah yang menyumbat aliran air.

    “Setelah dilakukan kegiatan baksos, syukur alhamdulillah bantaran sungai tampak bersih dan aliran air menjadi lancer. Semoga kebersamaan insan Pencak Silat dengan masyarakat dapat membawa dampak yang positif, serta kegiatan baksos ini setidaknya dapat mengurangi genangan air yang melandi di lingkungan di kemudian hari,” imbuhnya.

    Sementara itu, masyarakat lingkungan Puri Kenari Asri Kelurahan Plosokerep Kota Blitar pun menyambut baik langkah yang dilakukan oleh ratusan pesilat ini. Masyarakat setempat berharap aksi positif ini akan semakin sering dilakukan.

    “Kami menyampaikan banyak terima kasih atas kerelaan anggota perguruan Pencak Silat untuk ikut melakukan pembersihan di aliran bantaran sungai ini. Kondisi sungai ada pendangkalan, sehingga menyebabkan volume aliran air yang seharusnya bisa tercukupi dengan aliran yang normal maupun saat musim hujan,” ungkap Petrus Setyo Adji, ketua lingkungan.

    Kondisi sungai di Puri Kenari Asri Kelurahan Plosokerep Kota Blitar sendiri memang mengalami pendangkalan. Sehingga diperlukan pengerukan dan pembersihan sampah agar aliran air bisa berjalan lancar dan tidak terjadi luapan. [owi/beq]

  • Durasi Waktu, Penyebab, Tanda, hingga Dampak Terjadinya

    Durasi Waktu, Penyebab, Tanda, hingga Dampak Terjadinya

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau yang terjadi saat ini di Indonesia masih akan dibarengi dengan intensitas hujan yang tinggi.

    Secara keseluruhan, musim kemarau tahun ini diprediksi datang bersamaan atau lebih lambat dari normalnya di 409 ZOM (59%).

    Meski demikian, akumulasi curah hujan selama musim kemarau diperkirakan berada pada kategori normal, tanpa kecenderungan lebih basah atau lebih kering. Puncak musim kemarau diprediksi terjadi pada bulan Agustus dan akan berlangsung lebih singkat dari biasanya pada 298 ZOM (43%).

    Dalam beberapa pekan terakhir, masyarakat merasakan cuaca panas terik pada siang hari, namun masih disertai hujan pada sore atau malam.

    Fenomena ini dinamakan kemarau basah, di mana curah hujan masih tinggi saat musim kemarau tiba. Diprediksi, kemarau basah kan terjadi dalam rentang waktu Juni-Agustus 2025.

    BMKG memperkirakan sebanyak 56,54% wilayah Indonesia akan mengalami kondisi lebih basah daripada normalnya. Kondisi akan berlanjut pada Juli 2025 di mana kemarau basah diperkirakan meluas ke 75,3% wilayah dan Agustus sebanyak 84,% wilayah.

    Penyebab Kemarau Basah

    Kemarau basah bisa terjadi karena pengaruh dari dinamika atmosfer regional dan global, seperti suhu muka laut yang lebih hangat, angin monsun yang tetap aktif, atau keberadaan La Nina yang turut disertai Indian Ocean Dipole (IOD) negatif.

    Tanda Kemarau Basah

    Beberapa tanda terjadinya kemarau basah yakni hujan turun secara sporadis atau tidak rutin. Kemudian intensitas hujan biasanya ringan sampai sedang.

    Suhu udara yang seharunya panas, kini cenderung lebih sejuk dengan angin yang bergerak sedang. Sayangnya hal ini membuat cuaca tidak menentu dan berubah dengan cepat.

    Pada beberapa kasus, kemarau basah membuat cuaca panas tiba-tiba turun hujan. Kemudian hujan bisa turun dan pergi dengan cepat.

    Hujan juga akan turun dengan karakteristik tidak merata, berdurasi singkat, berintensitas sedang hingga lebat, serta disertai kejadian kilat/petir dan angin kencang di sejumlah wilayah.

    Dampak Kemarau Basah

    Kemarau basah bisa berpengaruh terhadap pertanian dan keadaan sosial di masyarakat. Hujan dapat membantu petani mendapatkan air dan menghindarkan dari kekeringan.

    Hujan juga mencegah dari munculnya kebakaran hutan maupun lahan yang biasa terjadi di musim kemarau.

    Sayangnya, intensitas hujan yang tidak menentu bisa membuat petani gagal panen karena banjir. Kemudian untuk tanaman dan panen musiman bisa tidak tumbuh secara optimal.

    Dampak kemarau basah lainnya adalah munculnya serangan hama dan penyakit tanaman karena kelembaban yang cenderung tinggi.

    Bagi masyarakat, intensitas hujan yang tidak menentu kemudian langsung muncul cuaca panas membuat penyakit muncul seperti masuk angin dan demam.

    Sebagian masyarakat juga rentan terkena diare dan demam berdarah karena suhu udara yang lembab.

  • Banjir Lahar Dingin Semeru, Khofifah Target Perbaikan Tanggul Rampung Tiga Bulan

    Banjir Lahar Dingin Semeru, Khofifah Target Perbaikan Tanggul Rampung Tiga Bulan

    Surabaya (beritajatim.com) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa meninjau perbaikan tanggul di Dusun Kebondeli Selatan, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, yang rusak akibat banjir lahar dingin Gunung Semeru.

    Tanggul sepanjang 2 kilometer itu rusak parah sekitar 300 meter akibat terjangan lahar dingin pada April 2025, mengancam keselamatan 272 kepala keluarga dengan 1.027 jiwa dan lahan pertanian seluas 165 hektare.

    Pemprov Jatim berkolaborasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas dan Pemkab Lumajang memperbaiki tanggul sepanjang 280 meter dan membangun tanggul pengarah arus (krib) 166 meter.

    “Total anggaran perbaikan mencapai Rp10,5 miliar,” ujar Khofifah seusai meninjau lokasi, Minggu (25/5/2025).

    Pengerjaan ditargetkan rampung dalam tiga bulan dengan melibatkan 5 excavator dan 6 dump truck yang berasal dari Pemprov Jatim dan BBWS Brantas. Rinciannya, 3 excavator dan 6 dump truck dari Pemprov Jatim, serta 2 excavator tambahan dari BBWS Brantas.

    Kemudian di lokasi juga terdapat material sebanyak 3.750 bronjong dari Pemprov Jatim, dan tambahan 200 bronjong dari BBWS Brantas dan akan ditambah sesuai kebutuhan. Serta pemasangan pipa galvanis juga turut dilakukan untuk memperkuat struktur tanggul.

    Dalam kesempatan itu, Gubernur Khofifah menekankan pentingnya percepatan penanganan untuk menghindari dampak berlapis seperti area persawahan yang rawan terkena banjir lahar dingin serta kawasan permukiman warga.

    “Kalau tanggul ini tidak segera dibangun, sawah juga pasti akan terdampak. Rumah warga pun menjadi rawan terhadap kemungkinan terjadinya luberan lahar susulan. Maka dampaknya sangat luas, dan ini menjadi tanggung jawab kita bersama,” tegasnya.

    Langkah teknis lainnya meliputi pembuatan kisdam tanggul dan tebing krib di sisi hulu sebagai antisipasi longsor, pengalihan aliran sungai untuk mengurangi tekanan terhadap tanggul, serta pembangunan krib darurat dari batu bolder dan pemasangan bronjong untuk memperbaiki bangunan tanggul yang rusak.

    Gubernur Khofifah menegaskan bahwa penanganan ini harus dijalankan meski kondisi cuaca belum sepenuhnya ideal. Ia juga menekankan pentingnya pengelolaan material sedimentasi secara bijak.

    “Kalau kita menunggu pengerjaan dimulai pada musim kemarau, masyarakat akan terus merasa tidak aman dan tidak nyaman. Maka saya minta kepada Kadis PU SDA, mana yang bisa dikerjakan segera, kita kerjakan. Semoga cuaca bisa beradaptasi dengan kebutuhan kita,” ungkapnya.

    Pemprov Jatim juga merancang langkah strategis jangka panjang untuk memperkuat tanggul secara permanen sebagai bagian dari mitigasi bencana berkelanjutan.

    “Kami tidak hanya hadir saat bencana terjadi, tetapi juga berkomitmen menyiapkan infrastruktur tangguh untuk masa depan. Keselamatan warga adalah prioritas utama kami,” katanya.

    Di akhir kunjungannya, Gubernur Khofifah juga mengajak masyarakat untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan serta memperkuat semangat gotong royong dalam menghadapi bencana

    “Solidaritas masyarakat Sumberwuluh sangat luar biasa. Semangat kebersamaan dan saling membantu inilah kekuatan utama kita dalam menghadapi segala tantangan,” pungkasnya.

    Sementara itu, Bupati Lumajang Indah Amperawati mengapresiasi respons cepat Ibu Gubernur Khofifah menunjukkan kepedulian dengan mengeluarkan kebijakan penanganan darurat dalam penanganan tanggul yang jebol di wilayah kerjanya.

    “Kami berterima kasih atas respons cepat Ibu Gubernur yang langsung menginstruksikan Dinas PU SDA Provinsi untuk menangani kondisi kritis ini. Semoga semuanya segera selesai dan warga menjadi tenang,” tandasnya.

    Sekadar diketahui, peristiwa jebolnya tanggul yang terjadi pada 11 April 2025 akibat banjir lahar dingin selama dua hari berturut-turut sempat menimbulkan kepanikan warga dan mengakibatkan evakuasi. Pemerintah Kabupaten Lumajang pun menetapkan status Tanggap Darurat Bencana selama 90 hari, terhitung mulai 11 Mei hingga 8 Agustus 2025, sebagai ruang waktu optimal untuk penanganan dan pemulihan.  [tok/aje]

  • Pantau Gerak-Gerik Pencuri, Desa di Gresik Ini Pasang Belasan Kamera CCTV

    Pantau Gerak-Gerik Pencuri, Desa di Gresik Ini Pasang Belasan Kamera CCTV

    Gresik (beritajatim.com)- Tindak kejahatan, atau pencurian tidak hanya menjadi urusan aparat kepolisian. Di lingkungan sekitar warga wajib turut menjaganya. Seperti yang dilakukan Pemerintah Desa (Pemdes) Kedungrukem, Kecamatan Benjeng, Gresik. Pemdes setempat memasang belasan kamera CCTV sebagai upaya mengawasi gerak-gerik pencuri di lingkungannya.

    Kepala Desa (Kades) Kedungrukem Bayu Prahaja Hadinata mengatakan,
    pemasangan belasan kamera CCTV ini dalam rangka meningkatkan keamanan di wilayahnya.

    “Total ada 12 titik kamera CCTV yang kami pasang. Jadi di setiap akses keluar masuk dusun wilayah Desa Kedungrukem semuanya sudah terpasang kamera pengawas,” katanya.

    Lebih lanjut Bayu menuturkan, dengan adanya CCTV ini. Aktivitas di setiap dusun bisa terpantau. Jika terjadi suatu tindak kejahatan, atau hal yang tidak diinginkan lainnya, maka akan terekam kamera pengawas tersebut.

    “Selain meningkat keamanan wilayah dari potensi tindak kejahatan. Pemasangan CCTV ini juga berguna untuk memantau bencana alam banjir yang setiap tahun terjadi,” tuturnya.

    Desa Kedungrukem, Kecamatan Benjeng, yang berada di Gresik Selatan. Salah satu desa langganan banjir imbas meluapnya Kali Lamong. Keberadaan CCTV itu, dapat membantu pemerintah desa untuk memantau situasi di lapangan secara real time.

    “Seluruh kamera CCTV yang ada di empat dusun tersambung dengan monitor yang ada di Kantor Desa Kedungrukem. Sehingga, bisa dipantau setiap saat,” ungkap Bayu.

    Secara terpisah, Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat Desa (DPMD) Abu Hasan mengapresiasi apa yang dilakukan Pemdes Kedungrukem. Sehingga, pembangunan desa tidak hanya fokus pada fisik saja.

    “Saya mengapresiasi, kalau bisa apa yang dilakukan desa ini bisa menjadi contoh desa lainnya mengembangkan potensinya,” pungkasnya. [dny/aje]

  • Banjir Landa Kecamatan Winongan Pasuruan Akibat Luapan Sungai Rejoso

    Banjir Landa Kecamatan Winongan Pasuruan Akibat Luapan Sungai Rejoso

    Pasuruan (beritajatim.com) – Hujan deras yang mengguyur wilayah Kecamatan Winongan, Kabupaten Pasuruan, pada Sabtu malam (24/5/2025) menyebabkan banjir di sejumlah desa. Air mulai menggenangi pemukiman warga sekitar pukul 01.00 WIB setelah aliran Sungai DAS Rejoso meluap tidak mampu menampung debit air yang meningkat drastis.

    Menurut kesaksian warga, hujan terjadi cukup intens sejak pukul 21.00 hingga 23.30 WIB. Dampaknya terasa di Dusun Kebondalem dan Dusun Serambi, Desa Winongan Kidul, dengan ketinggian air mencapai 30 hingga 50 sentimeter yang masuk ke rumah-rumah warga.

    “Semalam memang hujan deras, air datang jam satu dini hari. Tiba-tiba saja masuk ke rumah. Sampai pagi ini masih ada air, meskipun sudah mulai surut,” ujar Makhali, warga Dusun Serambi, Minggu (25/5/2025).

    Selain permukiman warga, banjir juga menggenangi jalan raya utama di wilayah tersebut. Meski masih bisa dilewati, jalanan yang licin dan tergenang menyulitkan pengendara, terutama kendaraan roda dua. Warga diminta tetap berhati-hati mengingat potensi banjir susulan masih bisa terjadi apabila curah hujan kembali tinggi.

    Kondisi serupa juga dilaporkan di Dusun Gambiran, Desa Bandaran. Air bahkan sempat masuk ke dalam masjid dan menghambat aktivitas ibadah warga.

    “Subuh tadi tidak bisa dibuat salat karena lantai masjid masih tergenang. Sampai sekarang masih tergenang. Ketinggian air kurang lebih 70 sentimeter,” ungkap Satuhar, warga Dusun Gambiran.

    Merespons situasi tersebut, Bupati Pasuruan, Rusdi Sutejo, menyampaikan keprihatinannya dan telah menginstruksikan OPD terkait untuk segera turun tangan. “Saya sudah minta BPBD dan dinas teknis untuk segera mengevakuasi warga jika diperlukan, serta menyalurkan bantuan darurat,” ujarnya.

    Rusdi juga menegaskan bahwa langkah evaluasi terhadap kondisi sungai dan sistem drainase di Winongan akan menjadi prioritas pasca-banjir. “Kami akan segera lakukan normalisasi sungai dan perbaikan saluran air agar banjir tidak terulang,” tegasnya.

    Hingga berita ini diturunkan, belum ada laporan resmi dari BPBD Pasuruan terkait total desa atau wilayah yang terdampak. Namun, proses pemulihan dan penanganan terus berlangsung dengan melibatkan berbagai instansi, termasuk relawan dan aparat desa setempat. [ada/suf]

  • Banjir di Tuban Berangsur Surut, BPBD Tuban Salurkan Bantuan Sembako

    Banjir di Tuban Berangsur Surut, BPBD Tuban Salurkan Bantuan Sembako

    Tuban (beritajatim.com) – Pasca banjir luapan sungai Bengawan Solo di beberapa wilayah Kecamatan Rengel, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tuban bersama Forkopimka setempat menyalurkan bantuan kepada warga terdampak. Sabtu (24/05/2025).

    Kepala Pelaksana (Kalaksa) BPBD Tuban, Sudarmaji mengatakan, bahwa penyaluran bantuan sosial ini atas tindak lanjut dari arahan Bupati Tuban, Aditya Halindra Faridzky untuk penanganan bencana dilakukan secara cepat dan menyentuh langsung kepada masyarakat.

    “Kami bersama Forkopimka Rengel turun langsung menyisir wilayah terdampak dan menyalurkan bantuan sembako,” ujar Sudarmaji.

    Ia menyampaikan, hal ini merupakan bentuk kehadiran Pemkab di tengah masyarakat yang sedang menghadapi bencana. Adapun berdasarkan data dari BPBD, tercatat sebanyak 609 rumah di 9 Desa wilayah Kecamatan Rengel terdampak banjir yang disebabkan oleh luapan Sungai Bengawan Solo serta tingginya curah hujan dalam beberapa hari terakhir. “Jumlah terbanyak berada di Desa Ngadirejo, yaitu sebanyak 438 rumah,” terang Sudarmaji.

    Selain itu, untuk proses bantuan sembako ini akan dilanjutkan kembali pada hari Senin mendatang di wilayah Kecamatan Plumpang dan beberapa titik lain di Kecamatan Widang.

    “Kami pastikan seluruh warga yang terdampak akan mendapatkan bantuan. Kami bersama pihak kecamatan dan desa terus melakukan pendataan dan koordinasi,” kata Sudarmaji.

    Ia juga mengimbau warga untuk tetap waspada, mengingat cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di wilayah Tuban dan sekitarnya dalam beberapa hari ke depan.

    Sementara itu, Camat Rengel, Eko Wardono, yang turut mendampingi proses distribusi bantuan juga menyampaikan pihaknya akan terus berkoordinasi agar seluruh bantuan tersalurkan secara tepat sasaran.

    “Kami mengapresiasi kecepatan respon dari BPBD Tuban dan perhatian langsung dari Mas Bupati. Masyarakat sangat terbantu, terutama di masa darurat seperti ini,” tutup Eko Wardono. [dya/kun]

  • Banjir Surut, Polisi dan TNI Sikat Lumpur di Sekolah Dasar Rengel

    Banjir Surut, Polisi dan TNI Sikat Lumpur di Sekolah Dasar Rengel

    Tuban (beritajatim.com) – Banjir yang sempat melanda sejumlah desa di Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban, kini berangsur surut. Menyikapi kondisi tersebut, aparat kepolisian bersama TNI dan para guru turun tangan melakukan kerja bakti membersihkan lumpur yang menggenangi fasilitas umum dan sekolah dasar, Sabtu (24/05/2025).

    Kapolsek Rengel, AKP Nuril Huda, menyebutkan kegiatan gotong royong dilakukan oleh jajaran Polsek Rengel Polres Tuban bersama personel TNI. Fokus utama mereka adalah membersihkan sisa lumpur pascabanjir luapan Sungai Bengawan Solo.

    “Tadi dilaksanakan di SDN Kanorejo 1 dan SDN Tambakrejo untuk membersihkan sisa-sisa material lumpur akibat banjir luapan air Sungai Bengawan Solo,” ujar Kapolsek Rengel.

    Nuril menambahkan, kegiatan tersebut menunjukkan sinergi nyata antara aparat keamanan dan pihak sekolah. Para guru turut terlibat aktif bersama anggota TNI dan Polri membersihkan ruang kelas serta halaman sekolah yang sebelumnya terendam lumpur tebal.

    “Kami hadir untuk membantu masyarakat, khususnya pihak sekolah, agar anak-anak bisa kembali belajar dalam lingkungan yang bersih dan aman,” ucap AKP Nuril.

    Sementara itu, meski air sudah surut dari jalan desa dan fasilitas umum, genangan masih ditemukan di area persawahan. “Sedangkan, di area persawahan masih tergenang air,” bebernya.

    Pihak kepolisian memastikan akan terus memantau perkembangan kondisi wilayah terdampak. Mereka juga rutin menggelar kegiatan lintas sektor bersama masyarakat sebagai wujud kepedulian. “Kami berharap kondisi sekolah dapat segera pulih dan siap menyambut kembali para siswa,” tutup Nuril. [kun]

  • Atasi Banjir Pamekasan, Normalisasi Sungai on Progres

    Atasi Banjir Pamekasan, Normalisasi Sungai on Progres

    Pamekasan (beritajatim.com) – Normalisasi berupa pengerukan dan pelebaran aliran sungai menjadi salah satu langkah strategis dalam rangka mengantisipasi sekaligus mencegah bencana musiman di kabupaten Pamekasan, yakni banjir.

    Proses normalisasi tersebut dimotori Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur, melalui Dinas Pengerjaan Umum (PU) Sumber Daya Air (SDA) Jatim, dipusatkan di tiga aliran sungai berbeda di aliran sungai Pamekasan, yakni Kali Jombang, Kali Klowang, dan Kali Semajid.

    Progres normalisasi mulai dilakukan sejak Jum’at (23/5/2025) kemarin, ditinjau langsung oleh Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa beserta jajaran, serta Bupati Pamekasan, KH Kholilurrahman beserta jajaran di lingkungan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan.

    “Normalisasi sungai ini adalah bentuk komitmen Ibu Gubernur Jawa Timur, untuk menyelesaikan masalah banjir yang setiap tahun menghantui warga Pamekasan, terutama di kawasan rawan seperti Gladak Anyar dan Gurem,” kata Kepala Dinas PUPR Pamekasan, Amin Jabir, Jum’at (23/5/2025) lalu.

    Senada juga disampaikan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa yang menilai proses normalisasi sebagai bagian dari komitmen kami menjaga keselamatan dan kenyamanan masyarakat. “Hal ini sekaligus menjadi salah satu langkah strategis mengantisipasi persoalan banjir, khususnya di kabupaten Pamekasan,” ungkapnya.

    “Selain itu, normalisasi ini juga kita lakukan sebagai upaya mendukung ketahanan infrastruktur lingkungan sekaligus ingin memastikan bahwa tidak ada lagi banjir yang merugikan warga di kabupaten Pamekasan,” tegasnya.

    Sementara Bupati Pamekasan, KH Kholilurrahman sempat menyampaikan jika mengatasi banjir tidak cukup hanya dengan sekedar pengerukan permukaan sungai dari hulu menuju hilir. Tetapi juga harus dibarengi dengan penertiban Galian C.

    “Pertama kami akan melakukan peninjauan secara menyeluruh dari hulu ke hilir, tidak cukup dengan hanya melakukan pengerukan permukaan sungai, karena kita punya keyakinan bahwa pengerukan sungai itu tidak terlalu berdampak terhadap pengurangan banjir. Tapi kami harap perluasan anak sungai dapat membantu mengurangi dampak banjir dengan mengalihkan banjir ke beberapa titik anak sungai,” kata KH Kholilurrahman, Senin (12/5/2025) lalu.

    Selain itu, penertiban terhadap proses penambangan yang tersebar di berbagai titik di wilayah setempat, juga tidak lepas dari perhatiannya “Nanti juga kita tertibkan kegiatan penambangan galian C yang tidak berizin, sekaligus memeriksa volume penambangan yang berizin untuk memastikan kegiatan tersebut tidak menghambat aliran air sungai,” jelasnya.

    “Artinya berbagai kegiatan masyarakat termasuk pembangunan yang sekiranya menghambat terhadap jalannya kelancaran air, termasuk tambang galian C dalam waktu dekat kita tertibkan, dan yang tidak berizin kita akan tutup,” tegasnya.

    Dengan langkah tersebut, nantinya diharapkan dapat memberikan dampak positif terhadap masyarakat. “Jadi dengan peninjauan (hulu hilir) dengan menyeluruh dan penertiban Galian C, kami berharap dapat mengurangi dampak banjir, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” pungkasnya. [pin/ian]

  • Banyuwangi Siaga Angin Kencang hingga Bencana Hidrometeorologi, BMKG: Potensi Cuaca Ekstrem

    Banyuwangi Siaga Angin Kencang hingga Bencana Hidrometeorologi, BMKG: Potensi Cuaca Ekstrem

    Banyuwangi (beritajatim.com) – masyarakat Banyuwangi diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiagaan terhadap potensi cuaca ekstrem yang tengah melanda, seperti angin kencang dan bencana Hidrometeorologi. Fenomena ini diperkirakan akan berlangsung selama beberapa hari ke depan dan berpotensi menimbulkan dampak signifikan di sejumlah titik.

    Dijelaskan oleh Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Kelas III Banyuwangi, Rahmayani, peningkatan cuaca ekstrem di wilayah Jawa Timur diprediksi terjadi mulai tanggal 18 hingga 27 Mei 2025.

    Secara klimatologi, wilayah Banyuwangi saat ini sudah memasuki musim kemarau, meskipun sebagian daerah masih berada dalam fase peralihan.

    “Di masa peralihan atau pancaroba itulah sehingga masih berpotensi terjadinya cuaca ekstrem,” katanya.

    Rahmayani menyebut bahwa dinamika atmosfer terkini menunjukkan adanya pola belokan angin dan pertemuan angin di wilayah Laut Jawa. Fenomena tersebut diperparah dengan gangguan atmosfer berupa gelombang Madden-Julian Oscillation (MGO) dan gelombang low yang diperkirakan akan melintasi wilayah Jawa Timur dalam waktu sepuluh hari ke depan.

    “Adanya fenomena itu masyarakat harap waspada adanya angin kencang dan angin puting beliung sehingga banyak pohon tumbang, termasuk bencana Hidrometeorologi seperti banjir, hingga tanah longsor,” tuturnya.

    “Untuk kecepatan 17 hingga 24 knots yang masuk kedalam kategori tinggi,” imbuh Rahmayani.

    Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Banyuwangi, Danang Hartanto, juga mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama saat beraktivitas di luar ruangan. Menurutnya, potensi angin kencang, hujan dengan intensitas tinggi disertai petir, serta banjir masih mengancam wilayah Banyuwangi.

    “Jika tidak ada kepentingan, sebaiknya tetap berdiam diri saat kondisi cuaca tidak mendukung untuk keluar rumah,” ucapnya.

    Sebagai catatan, sebelumnya pada Kamis (22/5/2025) lalu, banjir telah terjadi di wilayah Desa Jelun, Kecamatan Licin. Kejadian ini menyebabkan terputusnya arus lalu lintas antara Kecamatan Licin dan Kecamatan Glagah karena banjir dari sebuah sungai.

    “Dari banjir tersebut mengakibatkan jalan rusak. Banjir itu diakibatkan oleh sampah ranting pohon yang menyumbat gorong-gorong,” terang Danang.

    Kasus lain di hari yang sama juga terjadi di Desa Setail, Kecamatan Genteng, di mana pohon tumbang akibat hujan deras disertai angin kencang mengganggu arus lalu lintas.

    “Masyarakat terus waspada dan mempersiapkan segala sesuatu seperti mantel saat keluar hingga menjaga kondisi fisik tubuh. Dalam 3 hari ini masyarakat juga dianjurkan untuk memantau kondisi cuaca melalui website, dan media sosial BMKG Banyuwangi,” imbuhnya.

    Dengan adanya peringatan dini ini, diharapkan masyarakat Banyuwangi dapat lebih waspada, mengurangi aktivitas di luar ruangan saat cuaca buruk, serta memantau informasi terkini dari instansi resmi untuk menghindari risiko bencana. [tar/ian]