Topik: Banjir

  • Penampakan Desa di Swiss Hancur Terkubur Longsor Gletser

    Penampakan Desa di Swiss Hancur Terkubur Longsor Gletser

    Jakarta

    Dalam sekejap mata sebuah desa berusia ratusan tahun lenyap seketika.

    Desa Blatten di Swiss sebagian hancur setelah bongkahan besar gletser jatuh ke lembah yang menaungi desa tersebut.

    Meskipun desa tersebut telah dievakuasi beberapa hari lalu karena khawatir Gletser Birch akan runtuh, satu orang dilaporkan hilang. Banyak rumah telah rata dengan tanah.

    Wali kota Blatten, Matthias Bellwald, mengatakan “hal yang tak terbayangkan telah terjadi” tetapi berjanji bahwa desa tersebut masih memiliki masa depan.

    EPAPemandangan Desa Blatten sebelum (atas) dan sesudah (bawah) dilanda longsor.

    Pemerintah setempat telah meminta dukungan dari unit bantuan bencana militer Swiss. Dinas pemerintah Swiss juga sedang dalam perjalanan ke lokasi kejadian.

    Bencana yang menimpa Blatten merupakan mimpi buruk terburuk bagi para warga desa di Pegunungan Alpen.

    Sebanyak 300 warga Desa Blatten harus meninggalkan rumah mereka pada 19 Mei setelah para ahli geologi yang memantau daerah tersebut memperingatkan bahwa Gletser Birch tampak tidak stabil.

    Sekarang banyak dari mereka mungkin tidak akan pernah bisa kembali.

    Bellwald yang tampak berusaha menahan tangis berkata: “Kami telah kehilangan desa kami, tetapi bukan hati kami. Kami akan saling mendukung dan menghibur. Setelah malam yang panjang, pagi akan kembali datang.”

    EPARumah-rumah di Desa Blatten tertutup longsor dan banjir dari gletser yang mencair.

    Pemerintah Swiss telah menjanjikan pendanaan untuk memastikan penduduk dapat kembali bermukim, jika tidak di desa itu setidaknya di daerah tersebut.

    Namun, Raphal Mayoraz, kepala kantor regional untuk penanganan bencana alam, memperingatkan bahwa evakuasi lebih lanjut di daerah yang dekat dengan Blatten mungkin diperlukan.

    ReutersRekonstruksi Desa Blatten akan berlangsung rumit.

    Perubahan iklim menyebabkan gletser mencair lebih cepat. Lapisan tanah beku permanen, yang sering digambarkan sebagai perekat yang menyatukan gunung-gunung tinggi, juga mencair.

    Rekaman drone menunjukkan sebagian besar Gletser Birch runtuh sekitar pukul 15:30 pada Rabu (28/05).

    Longsoran lumpur yang melanda Blatten terdengar seperti suara gemuruh yang memekakkan telinga. Longsoran itu juga meninggalkan awan debu yang sangat tebal.

    Ahli glasiologi yang memantau pencairan gletser telah memperingatkan selama bertahun-tahun bahwa beberapa kota dan desa pegunungan Alpen mungkin terancam. Penduduk Blatten bahkan bukan yang pertama dievakuasi.

    EPASebanyak 300 warga Desa Blatten telah dievakuasi sebelum longsor melanda.

    Di Swiss timur, penduduk Desa Brienz dievakuasi dua tahun lalu karena lereng gunung di atas mereka runtuh.

    Sejak itu, mereka hanya diizinkan kembali untuk waktu yang singkat.

    Pada 2017, delapan pendaki tewas dan banyak rumah hancur ketika tanah longsor terbesar dalam lebih dari satu abad terjadi di dekat Desa Bondo.

    Laporan terbaru mengenai kondisi gletser Swiss menunjukkan bahwa gletser-gletser tersebut dapat mencair dalam waktu satu abad, jika suhu global tidak dapat dipertahankan dalam batas kenaikan 1,5 derajat celcius di atas tingkat pra-industri, yang disepakati 10 tahun lalu oleh hampir 200 negara berdasarkan perjanjian iklim Paris.

    Banyak ilmuwan iklim menyatakan bahwa target tersebut telah terlewati, yang berarti pencairan gletser akan terus meningkat, meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor, serta mengancam lebih banyak komunitas seperti Blatten.

    Reuters Foto satelit memperlihatkan kerusakan di Desa Blatten. BBC

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Jalin Kerjasama dengan Provinsi dan Kementerian, 2 Ribu Hektar Tambak di Kalanganyar Akan Dimanfaatkan

    Jalin Kerjasama dengan Provinsi dan Kementerian, 2 Ribu Hektar Tambak di Kalanganyar Akan Dimanfaatkan

    Sidoarjo (beritajatim.com) – Bupati Sidoarjo H. Subandi berupaya mengembalikan 2 ribu hektar tambak Desa Kalanganyar yang telah tenggelam. Bupati bersama Dandim 0816 Sidoarjo Letkol Inf Dedyk Wahyu Widodo serta Kepala Dinas PU Bina Marga dan SDA Sidoarjo Dwi Eko Saptono meninjau lokasi, Jumat (30/5/2025).

    Para rombongan menuju lokasi dengan menggunakan tiga perahu. Hampir satu jam perjalanan dari sungai Kalitikung hingga muara Curah Ombo untuk melihat lebih langsung kondisi ribuan hektar tambak yang telah hilang tersebut.

    “Kita telah mitigasi, mudah-mudahan kita bisa mengembalikan tambak ini lagi, tidak menjadi laut seperti ini,”ucap Bupati Sidoarjo H. Subandi usai meninjau lokasi.

    Bupati khawatir jika kondisi tersebut terus dibiarkan. Potensi tergerusnya tanggul-tanggul tambak lainnya akibat gelombang laut akan terjadi. Tanggul-tanggul tambak lainnya akan terkikis sedikit demi sedikit jika kondisi tersebut tidak segera tertangani. Untuk itu ia minta bantuan Gubernur Jawa Timur untuk ikut menyelesaikan persoalan tersebut.

    “Kita mengharapkan bantuan bersama Gubernur, bupati Sidoarjo bersama-sama menyelesaikan persoalan tambak yang sudah sepuluh tahun belum selesai,” terangnya.

    H. Subandi menjelaskan Pemkab Sidoarjo akan menyiapkan alat berat excavator PC 250 amphibi untuk membuat kembali tanggul-tanggul tambak. Satu alat berat tersebut akan disiapkannya lewat Perubahan Anggaran keuangan/PAK Sidoarjo besok. Ia berharap Provinsi Jawa Timur juga membantu menyediakan alat berat seperti ini. Ia juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan RI untuk mengatasi permasalahan tersebut.

    “Mudah-mudahan nanti dari provinsi juga membantu kita bahu-membahu menyelesaikan tambak yang seperti ini, kita juga akan berkoordinasi dengan kementerian,” harapnya.

    Seperti diketahui, 10 tahun lalu tanggul-tanggul tambak Kalanganyar itu jebol karena banjir rob. Kondisi alam itu tidak bisa dicegah. Para petani tambak Desa Kalanganyar hanya bisa pasrah melihat tambaknya telah tenggelam. (isa/kun)

  • Berkaca Mitigasi Swiss Selamatkan Warga Ketika Gletser Alpen Timbun Satu Desa

    Berkaca Mitigasi Swiss Selamatkan Warga Ketika Gletser Alpen Timbun Satu Desa

    Jakarta

    Desa Blatten di kanton Valais, Swiss bagian selatan, tertimbun reruntuhan gletser dari Pegunungan Alpen. Namun menariknya, warga di sekitarnya berhasil selamat berkat pemantauan para ahli geologi.

    Sebelumnya, tepatnya sembilan hari sebelum kejadian naas, 300 penduduk desa dievakuasi setelah para ahli melihat kondisi gletser sudah tampak tidak stabil. Hal itu yang mendasari Pemerintah Swiss bergerak cepat memindahkan warga ke tempat aman.

    Sebagaimana dikutip dari BBC, Jumat (30/5/2025) Kepala Kantor Regional untuk Bencana Alam, Raphael Mayoraz, mengatakan peringatan evakuasi lebih lanjut di daerah dekat Blatten mungkin diperlukan.

    Faktor perubahan iklim menjadi penyebab gletser dan sungai es yang membeku di sekeliling Pegunungan Alpen mencair lebih cepat dari dugaan. Lapisan tanah beku sebagai ‘perekat’ ini di gunung tinggi itu turut mencair.

    Ahli Glasiologi yang memantau pencairan telah memperingatkan selama bertahun-tahun bahwa beberapa kota dan desa Pegunungan Alpen bisa terancam, dan Blatten bahkan bukan daerah pertama yang dievakuasi.

    Di Swiss timur, penduduk Desa Brienz dievakuasi dua pada tahun lalu karena lereng gunung di atas mereka runtuh. Sejak saat itu, mereka hanya diizinkan kembali untuk waktu yang singkat.

    Laporan terbaru tentang kondisi gletser Swiss menunjukkan bahwa semuanya bisa hilang dalam waktu satu abad ini, jika suhu global tidak dapat dipertahankan dalam kenaikan 1,5 celcius di atas tingkat pra-industri, yang disepakati sepuluh tahun lalu oleh hampir 200 negara di bawah perjanjian iklim Paris.

    Banyak ilmuwan iklim menyatakan target tersebut telah terlewati, yang berarti pencairan gletser akan terus meningkat, meningkatkan risiko banjir dan tanah longsor, dan mengancam lebih banyak komunitas seperti gletser menimbun Desa Blatten.

    Berdasarkan rekaman drone menunjukkan sebagian besar gletser Birch runtuh. Detik-detik longsoran lumpur dari gletser terdengar seperti suara gemuruh yang langsung menyapu bersih Desa Blatten dalam waktu sekejap, dan menyisakan menyembulkan awan debu yang besar ke langit.

    Pemerintah setempat telah meminta dukungan dari unit bantuan bencana tentara Swiss dan anggota Pemerintah Swiss sedang dalam perjalanan ke lokasi kejadian.

    (agt/agt)

  • Prasasti 4.000 Tahun Ungkap Tanda ‘Kiamat’ Melalui Bulan

    Prasasti 4.000 Tahun Ungkap Tanda ‘Kiamat’ Melalui Bulan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bagi bangsa Babilonia kuno, gerhana bulan bukan sekadar fenomena alam, tapi dianggap sebagai isyarat datangnya bencana besar, semacam “kiamat bulan”. Untuk itu, mereka mengembangkan semacam ilmu membaca pertanda dari bayangan yang menutupi Bulan, dan mencatat hasil pengamatan itu secara rinci.

    Catatan-catatan kuno ini, yang ditulis dengan aksara paku sekitar 4.000 tahun lalu pada awal milenium kedua SM, memuat berbagai ramalan berdasarkan pola gerhana. Empat tablet bertuliskan ramalan tersebut kini berhasil diuraikan setelah lebih dari seratus tahun tersimpan di British Museum.

    Menyajikan terjemahan mereka dalam sebuah studi baru, para peneliti mengungkapkan bagaimana berbagai fitur gerhana dapat digunakan untuk meramalkan peristiwa di masa depan.

    Dengan mengamati waktu dan tanggal gerhana bulan, serta pergerakan bayangan Bumi di Bulan, para penasihat kerajaan dapat meramalkan malapetaka besar yang telah ditakdirkan untuk seorang raja. Misalnya, lempengan-lempengan itu mengungkapkan bahwa “gerhana pada masa pagi” menandakan berakhirnya sebuah dinasti di kota Akkadia di Mesopotamia.

    “Astrologi Babilonia adalah cabang ilmu ramalan akademis yang didirikan atas kepercayaan bahwa peristiwa-peristiwa di langit adalah tanda-tanda terkode yang ditempatkan di sana oleh para dewa sebagai peringatan tentang prospek masa depan orang-orang di Bumi,” tulis para penulis studi tersebut, dikutip dari IFL Science, Jumat (30/5/2025).

    Dengan demikian, pengamatan astrologi merupakan bagian dari metode rumit untuk melindungi raja dan mengatur perilakunya agar sesuai dengan keinginan para dewa.

    Dengan merujuk silang berbagai fitur gerhana dengan “korpus akademis teks-teks pertanda langit”, para penasihat kerajaan dapat menguraikan pertanda langit dan membantu raja menghindari malapetaka.

    Teks-teks yang dianalisis oleh para penulis studi tersebut diyakini berasal dari kota Babilonia kuno Sippar, yang terletak di Irak modern.

    Pertanda lain yang tertulis pada prasasti tersebut menjelaskan bahwa “gerhana pada waktu jaga malam… menandakan wabah penyakit,” sementara catatan yang khususnya mengancam menyatakan bahwa “[jika] gerhana terjadi pada arah yang salah… tidak ada yang akan terhindar, Banjir Besar akan terjadi di mana-mana.”

    Apa yang dimaksud oleh para astronom kuno dengan “arah yang salah” tidak jelas, meskipun para peneliti mengatakan bahwa ini mungkin berhubungan dengan skenario di mana cakram bulan “entah bagaimana dinilai menghadap ke arah yang berlawanan dari yang diharapkan.”

    Namun, untungnya, para raja tidak menerima nasib mereka begitu saja, karena ritual perlindungan dilakukan untuk menangkal pertanda buruk.

    Mengutip surat dari seorang peramal kepada Raja Zimri-Lim dari Mari, sebuah wilayah di Mesopotamia, para peneliti mengatakan bahwa pertanda gerhana yang tidak menyenangkan dapat diperiksa ulang dengan extispicy yang melibatkan pemeriksaan isi perut hewan,untuk menentukan apakah raja benar-benar dalam bahaya.

    “Teks-teks milenium pertama menunjukkan bahwa jika, setelah penyelidikan tersebut, para penasihat raja merasa ancaman itu masih ada, tindakan dapat diambil untuk membatalkannya, dengan mengidentifikasi kekuatan jahat yang ada di baliknya dan melawannya dengan ritual-ritual apotropaic,” jelas para penulis studi tersebut.

    Menyoroti pentingnya keseluruhan ukiran-ukiran ini, para peneliti mengatakan, bahwa prasasti mewakili contoh-contoh tertua dari kumpulan pertanda gerhana bulan yang pernah ditemukan dan dengan demikian memberikan informasi baru yang penting tentang ramalan langit di antara masyarakat Mesopotamia selatan pada awal milenium kedua SM.

    (pgr/pgr)

  • Banjir di Tangsel Disebut karena Drainase Tak Mampu Tampung Air Hujan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        30 Mei 2025

    Banjir di Tangsel Disebut karena Drainase Tak Mampu Tampung Air Hujan Megapolitan 30 Mei 2025

    Banjir di Tangsel Disebut karena Drainase Tak Mampu Tampung Air Hujan
    Editor
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com

    Hujan deras
    yang mengguyur Kota Tangerang Selatan pada Kamis (29/5/2025) malam menyebabkan saluran drainase tak mampu menampung volume air, hingga akhirnya meluap dan menggenangi permukiman warga.
    Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Tangerang Selatan, Essa Nugraha mengatakan, hampir seluruh titik terdampak banjir dipicu oleh meluapnya sistem drainase yang tak memadai.
    “Hampir seluruh wilayah terdampak akibat meluapnya drainase karena intensitas hujan yang tinggi sejak Kamis malam,” ujar Essa dalam laporan tertulis yang diterima, Jumat (30/5/2025).
    Berdasarkan data BPBD Tangsel, terdapat 16 titik banjir dan genangan di wilayah permukiman.
    Ketinggian air bervariasi, mulai 20 hingga 120 sentimeter.
    Ratusan rumah warga terdampak, meskipun sebagian besar genangan sudah mulai surut pada Jumat pagi.
    “Total ada 16 titik genangan atau banjir yang terjadi di seluruh wilayah Tangsel. Mayoritas sudah surut pada Jumat pagi,” kata Essa.
    Beberapa titik dengan genangan tertinggi di antaranya:
    Genangan juga dilaporkan di sejumlah titik lain, seperti:
    Tak hanya merendam kawasan perumahan, banjir juga menggenangi fasilitas umum seperti Puskesmas Rawa Buntu dan RS Permata Pamulang, meski layanan kesehatan tetap berjalan normal.
    Essa memastikan, saat ini seluruh genangan sudah surut atau dalam proses surut.
    “Tidak ada laporan korban jiwa. BPBD telah berkoordinasi dengan pihak kelurahan dan relawan untuk penanganan cepat di lokasi-lokasi terdampak,” jelasnya.
    BPBD juga mengimbau warga untuk tetap siaga terhadap kemungkinan banjir susulan mengingat cuaca masih berpotensi hujan sedang hingga lebat dalam beberapa hari ke depan.
    (Reporter: Intan Afrida Rafni | Editor: Abdul Haris Maulana)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Saatnya Liburan, Yuk Makan Jeruk Sepuasnya di Lereng Rejang Lebong
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        30 Mei 2025

    Saatnya Liburan, Yuk Makan Jeruk Sepuasnya di Lereng Rejang Lebong Regional 30 Mei 2025

    Saatnya Liburan, Yuk Makan Jeruk Sepuasnya di Lereng Rejang Lebong
    Tim Redaksi
    BENGKULU, KOMPAS.com
    – Desa Wisata IV Suku Menanti di Kecamatan Sindang Dataran, Kabupaten Rejang Lebong, Bengkulu, bukan sekadar destinasi alam. Ia menyimpan cerita perjuangan dan rasa yang sulit dilupakan. Jika Anda memilih Bengkulu untuk liburan, sempatkan mampir ke desa ini.
    Perjalanan menuju lokasi memang tak pendek. Dari Kota Bengkulu, jaraknya sekitar 100 kilometer atau dua jam perjalanan darat. Namun, lelah akan terbayar lunas oleh pengalaman yang ditawarkan: menyeruput kopi arabika dan robusta yang nikmatnya menancap di ingatan, serta panen
    jeruk
    gerga langsung dari pohonnya.
    Sesampainya di desa,
    Kompas.com
    disambut Supriadi. Nama ini tak asing bagi para pegiat kopi di Bengkulu. Dengan ramah, ia menghidangkan kopi panas, jagung rebus, dan kacang tanah yang mengepul.
    Dulu Supriadi hanya seorang kuli bangunan. Tak pernah ia bayangkan, kopi racikannya yang ia beri nama “Coffee Lestari” Sindang Dataran akan menyabet posisi runner-up di ajang *World of Coffee Jakarta*, 15–17 Mei 2025 lalu.
    Nama Kopi Bengkulu pun harum di ajang tersebut, menyingkirkan sejumlah kopi unggulan dari berbagai daerah. Sejak saat itu, Supriadi kebanjiran permintaan, dari lokal hingga mancanegara.
    “Saya ada kontrak
    letter of intent
    untuk ekspor 5 ton per bulan. Serta pembelian skala lokal juga nasional. Makin banyak yang minat walau kadang ada kewalahan soal bahan baku,” ujar Supriadi.
    Popularitas kopinya juga tak lepas dari dukungan Bank Indonesia (BI) Bengkulu yang mendampinginya dalam promosi dan pengembangan usaha.
    “Bank Indonesia banyak membantu saya mengembangkan usaha ini,” celetuknya.
    Di balik seruputan kopi yang kental dan hanya diberi sedikit gula, obrolan dengan Supriadi terasa akrab. Pengelolaan usahanya terlihat rapi dan serius—dari proses tanam hingga penyajian.
    Setelah puas ngopi dan menyantap jagung rebus, perjalanan berlanjut ke perkebunan jeruk gerga tak jauh dari rumah Supriadi. Dengan tiket masuk Rp15.000 per orang, pengunjung bebas makan jeruk langsung dari pohonnya dan berfoto sepuasnya.
    Kalau ingin membawa pulang, jeruk bisa dipetik sendiri, lalu ditimbang dan dibayar Rp 15.000 per kilogram.
    Subandri, pemilik kebun, mengelola tempat ini sejak dua tahun lalu sebagai wisata peti
    “Kami atur sedemikian rupa agar buah selalu bisa dipanen dan dinikmati oleh wisatawan yang datang,” ujarnya.
    Bagi pemburu foto estetik, kebun jeruk ini juga menyuguhkan sejumlah titik foto yang memanjakan mata. Tinggal siapkan memori ponsel atau kamera agar tidak kehilangan momen berharga.
    Liburan ke Rejang Lebong bukan sekadar jalan-jalan. Ia memberi cerita tentang cita rasa, kerja keras, dan manisnya hasil bumi yang tak pelit untuk dibagi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Banjir di Tangsel Disebut karena Drainase Tak Mampu Tampung Air Hujan
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        30 Mei 2025

    16 Titik di Tangsel Terendam Banjir akibat Hujan Deras, Sebagian Berangsur Surut Megapolitan 30 Mei 2025

    16 Titik di Tangsel Terendam Banjir akibat Hujan Deras, Sebagian Berangsur Surut
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –

    Hujan deras
    yang mengguyur wilayah Tangerang Selatan pada Kamis (29/5/2025) malam mengakibatkan banjir dan genangan di 16 titik permukiman.
    Total ada ratusan rumah warga terdampak banjir meski sebagian besar genangan sudah surut pada Jumat (30/5/2025) pagi.
    Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kota Tangerang Selatan Essa Nugraha mengatakan, banjir mulai terjadi sejak Kamis malam pukul 19.30 WIB. Ketinggian air bervariasi antara 20 hingga 120 sentimeter.
    “Total ada 16 titik genangan atau banjir yang terjadi di seluruh wilayah Tangsel. Mayoritas sudah surut pada Jumat pagi,” kata Essa dalam laporan tertulis, Jumat (30/5/2025).
    Beberapa titik yang mengalami genangan cukup tinggi antara lain:
    • Perumahan Puri Bintaro Indah di Kelurahan Jombang, Kecamatan Ciputat, dengan tinggi muka air (TMA) mencapai 120 cm. Sebanyak 250 kepala keluarga (KK) terdampak.
    • Perumahan Pamulang Asri 2 di Kelurahan Serua Indah, dengan TMA 100 cm dan 100 KK terdampak.
    • Perumahan CPS 2 di Kelurahan Muncul, dengan TMA 90 cm dan 160 KK terdampak.
    • Perumahan Pondok Maharta, Kelurahan Pondok Kacang Timur, dengan TMA 50–80 cm. Sebanyak 350 KK terdampak.
    Essa menjelaskan, banjir yang terjadi umumnya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi dan saluran drainase yang tidak mampu menampung volume air.
    “Hampir seluruh wilayah terdampak akibat meluapnya drainase karena intensitas hujan yang tinggi sejak Kamis malam,” kata dia.
    Berikut beberapa titik lainnya yang juga sempat tergenang:
    • Perumahan BPI Blok A & F, Pamulang Timur (TMA 40 cm, 300 KK terdampak)
    • Lembah Pinus, Pamulang Barat (TMA 50 cm, 100 KK terdampak)
    • Pamulang Permai Blok N, Pamulang Barat (TMA 70 cm, 60 KK terdampak)
    • Serpong Lagoon, Kelurahan Keranggan (TMA 50 cm, 80 KK terdampak)
    Selain permukiman, genangan juga terjadi di beberapa fasilitas umum, yakni Puskesmas Rawa Buntu dan RS Permata Pamulang. Meski begitu, tidak ada gangguan pada layanan kesehatan.
    Essa menambahkan, saat ini seluruh genangan sudah dalam kondisi surut atau berangsur surut, termasuk di Puri Bintaro Indah yang sebelumnya tergenang setinggi 120 cm.
    “Tidak ada laporan korban jiwa. BPBD telah berkoordinasi dengan pihak kelurahan dan relawan untuk penanganan cepat di lokasi-lokasi terdampak,” jelas Essa.
    BPBD mengimbau warga untuk tetap waspada terhadap potensi banjir susulan, mengingat kondisi cuaca masih berpotensi hujan sedang hingga lebat dalam beberapa hari ke depan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 2 RT di Pluit Terendam Banjir Rob Pagi Ini, Ketinggian Air Capai 55 Cm
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        30 Mei 2025

    2 RT di Pluit Terendam Banjir Rob Pagi Ini, Ketinggian Air Capai 55 Cm Megapolitan 30 Mei 2025

    2 RT di Pluit Terendam Banjir Rob Pagi Ini, Ketinggian Air Capai 55 Cm
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Dua rukun tetangga (RT) di Kelurahan Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, terendam
    banjir
    rob pada Jumat (30/5/2025) pagi.
    “Info terkini genangan air hingga pukul 06.00 WIB masih ada dua RT yang terendam banjir,” kata Kepala Pusat Data Informasi (Pusdatin) Kebencanaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta, Mohammad Yohan dikutip Antara, Jumat.
    Yohan mengatakan, ketinggian air
    banjir rob
    ini mencapai 25 hingga 55 sentimeter.
    BPBD DKI Jakarta
    mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas Sumber Daya Air (SDA), Dinas Bina Marga serta Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat) untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat.
    “Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat,” kata dia.
    Sedangkan banjir rob RT di Kelurahan Pluit dan satu ruas jalan di Jalan RE Martadinata Papanggo Tanjung Priok sudah surut pada pagi ini.
    BPBD DKI mengimbau kepada masyarakat agar tetap berhati-hati dan waspada terhadap potensi genangan.
    “Dalam keadaan darurat, segera hubungi nomor telepon 112 yang gratis dan beroperasi selama 24 jam non-stop,” katanya.
    Sementara itu, Ketua RW 22 Kelurahan Pluit, Bani mengatakan, banjir rob datang pada Kamis malam ke kawasan Muara Angke.

    Banjir
    rob ini diperparah hujan yang melanda Jakarta Utara selama tiga jam pada Kamis malam. Jadi ketinggian air meningkat,” kata dia.
    Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah mengeluarkan peringatan dini banjir pesisir atau banjir rob pada 24-31 Mei 2025.
    Banjir rob
    ini diprediksi terjadi akibat adanya fenomena Super New Moon atau fase bulan perigee dan bulan baru yang berpotensi meningkatkan ketinggian air laut maksimum berupa banjir rob di wilayah pesisir utara Jakarta.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Andra Soni Sebut Pemda Siapkan 5,4 Ha Lahan untuk Hunian Korban Banjir Lebak

    Andra Soni Sebut Pemda Siapkan 5,4 Ha Lahan untuk Hunian Korban Banjir Lebak

    Jakarta

    Gubernur Banten Andra Soni mengunjungi pengungsi korban banjir bandang di Kampung Cigobang, Banjarsari, Lebakgedong, Lebak. Pemerintah Daerah (Pemda) mengatakan telah menyiapkan lahan untuk hunian tetap (Huntap).

    Andra mengunjungi pengungsi pada Kamis (29/5/2025) bersama Bupati Lebak Mochamad Hasbi Asyidiki Jayabaya. Andra menyampaikan bahwa Pemda Lebak telah menyiapkan lahan untuk dibangun hunian tetap bagi korban banjir dan longsor tersebut.

    “Alhamdulillah tadi kita berdialog dengan warga, dan mereka tetap menginginkan pembangunan Hunian Tetap (Huntap) di sekitar sini, yang lahannya sudah disiapkan oleh Pemkab Lebak,” kata Andra.

    “Luas lahannya sekitar 5,4 hektare,” ujarnya.

    Andra menyebut pembangunan hunian tetap merupakan kolaborasi antara Pemprov, Pemkab, dan Pemerintah Pusat. Pemprov Banten akan fokus pada pengerasan akses jalan dan pematangan lahan, sehingga akses kendaraan berat untuk pembangunan hunian bisa masuk ke area tersebut.

    “Insyaallah dengan kolaborasi yang kuat antar seluruh pihak, secara bertahap pembangunan Huntap ini akan segera direalisasikan. Dukungan dari Pak Bupati luar biasa. Lahannya sudah disiapkan, tinggal aksesnya yang kita perbaiki segera,” ungkapnya.

    “Insyaallah, dalam waktu dekat hasilnya akan disampaikan,” katanya.

    Sebanyak 112 kepala keluarga saat ini tinggal di hunian sementara (huntara) di Kampung Cigobang, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebakgedong, Kabupaten Lebak. Warga yang tinggal di huntara ini merupakan korban banjir bandang dan longsor pada Januari 2020.

    (aik/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Candi Kadisoka, Situs Cagar Budaya di Kabupaten Sleman yang Ditemukan 25 Tahun Lalu

    Candi Kadisoka, Situs Cagar Budaya di Kabupaten Sleman yang Ditemukan 25 Tahun Lalu

    Liputan6.com, Yogyakarta – Candi Kadisoka berada di Dusun Kadisoka, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Yogyakarta. Situs cagar budaya ini ditemukan pertama kali pada 2000.

    Mengutip dari laman Balai Pelestarian Cagar Budaya DIY, Candi Kadisoka memiliki denah segi empat dengan ukuran 6,9 x 6,49 meter. Bangunan candinya tersusun dari tiga bagian.

    Bagian pertama candi merupakan bagian pembingkai dinding batur. Bagian ini terdiri dari tiga lapisan. Selanjutnya, bagian kedua adalah pembingkai sisi genta (padma). Sementara bagian ketiga adalah setengah bulatan (half round) yang terletak di atas bangunan batur.

    Candi Kadisoka dibangun menghadap ke arah barat. Jika dilihat dari profil bangunan yang berupa perbingkaian sisi genta dan setengah lingkaran, bangunan ini berciri bangunan candi di Jawa Tengah.

    Umumnya, bangunan candi di Jawa Tengah dan DIY dibangun sekitar abad ke-7 hingga 10 Masehi. Berdasarkan data stratigrafi yang ada di lingkungan sekitar candi, menunjukkan bahwa Candi Kadisoka terpendam oleh endapan vulkanik.

    Endapan vulkanik adalah endapan sekunder yang merupakan luapan atau banjir lahar dari Sungai Kuning. Sungai ini berada di sebelah timur candi.

    Proses pengendapan tersebut merupakan akibat banjir lahar dingin yang terjadi melalui dua tahap dengan selang waktu yang cukup lama. Kemungkinan, pengendapan tahap pertama juga menggenangi Candi Sambisari yang berada tak jauh dari Candi Kadisoka.

    Pada banjir lahar dingin tahap pertama, Candi Kadisoka masih dalam proses pembangunan. Dengan demikian, Candi Kadisoka diperkirakan dibangun setelah Candi Sambisari.

    Pada tengah lantai bilik Candi Kadisoka terdapat sumuran (perigi). Bagian dalamnya terdapat peripih berupa lempengan emas segi empat bergambar bunga teratai dan batu-batu mulia. Dari berbagai hasil temuan pada Candi Kadisoka, diperkirakan bahwa candi ini berlatar belakang agama Hindu.