Topik: Banjir

  • Banjir di TL Ring Road Puri Kembangan Jakbar sudah surut

    Banjir di TL Ring Road Puri Kembangan Jakbar sudah surut

    Jakarta (ANTARA) – Banjir di lampu merah (traffic light) Ring Road, Kembangan, Jakarta Barat, mulai surut pada Rabu pagi.

    Penyedotan air menggunakan pompa apung akhirnya dapat menguras genangan dan mengalirkannya menuju Kali Angke.

    “Sudah mulai surut, jalan sudah tidak lagi tergenang,” kata Camat Kembangan, Joko Suparno di Jakarta, Rabu.

    Joko menyampaikan genangan masih terjadi pada satu Rukun Tetangga (RT) di wilayah Kelurahan Kembangan Utara. Meski demikian, air tidak terlalu tinggi.

    “Hanya masih ada genangan satu RT di Kembangan Utara, tapi mulai surut, airnya udah enggak terlalu tinggi,” katanya.

    Kepala Unit Lalu Lintas (Kanit Lantas) Polsek Kembangan AKP Karta memastikan arus lalu lintas di ruas Jalan Ring Road dari arah Kembangan menuju ke Tangerang dan sebaliknya sudah normal.

    Dari pantauannya sejak pagi hari, ruas jalan sudah tidak lagi digenangi air. “Arus lalu lintas sudah mulai lancar, genangan sudah surut sejak pagi tadi,” kata dia.

    Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • DKI masih pantau curah hujan sebelum dilakukan modifikasi cuaca

    DKI masih pantau curah hujan sebelum dilakukan modifikasi cuaca

    Jakarta (ANTARA) – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo masih memantau curah hujan di Jakarta sebelum memutuskan untuk dilakukan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC).

    “Kalau sekarang ini kita monitor. Karena, namanya cuaca ekstrem ini setiap waktu bisa berubah. kalau diperlukan ya pasti kita modifikasi,” kata Pramono di Balai Kota Jakarta, Rabu.

    Modifikasi cuaca dilakukan Pemprov DKI Jakarta melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta sebagai salah satu upaya mengantisipasi banjir.

    Namun, menurut Pramono, kini Jakarta belum butuh untuk melakukan hal tersebut. Sebab setelah dipantau sejak kemarin, Pramono mengatakan curah hujan di Jakarta tidak terlalu tinggi.

    “Di daerah atas masih tinggi. Jadi kalau di atas didorong, kan dorongnya ke Jakarta atau ke laut, nanti malah bebannya jadi beban Jakarta,” kata Pramono.

    Pramono beserta jajaran terus memantau cuaca di Jakarta melalui kerja sama dengan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).

    “Untuk modifikasi kapannya, nanti BPBD laporkan kepada saya, saya akan perintahkan. Jadi tentunya semua modifikasi cuaca selalu dilaporkan kepada Gubernur,” kata Pramono.

    Namun, kata Pramono, hingga pagi hari ini, hampir seluruh banjir di Jakarta bisa ditangani dengan baik.

    Beberapa hari ke depan, Pramono memerintahkan agar seluruh dinas terkait bersiap siaga untuk bersama-sama memantau banjir. Sehingga apabila terjadi, Jakarta dapat mengatasinya dengan cepat.

    “Saya menjadikan pengalaman karena di beberapa daerah termasuk di ruas Kuningan. Itu memang ada model air masuk yang gampang sekali tersumbat oleh dahan. Sehingga yang seperti itu saya minta untuk diganti,” kata Pramono.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Sudah Masuk Musim Kemarau, Kok Masih Hujan Lebat? BMKG Bilang Gini

    Sudah Masuk Musim Kemarau, Kok Masih Hujan Lebat? BMKG Bilang Gini

    Jakarta

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebut Indonesia menghadapi cuaca ekstrem dalam beberapa pekan terakhir di sebagian besar wilayah. Hal ini dikarenakan adanya dinamika atmosfer yang tak lazim membuat musim kemarau mundur.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut hingga akhir Juni 2025, terpantau baru 30 persen wilayah zona musim yang sudah masuk ke peralihan ke musim kemarau.

    “Padahal secara klimatologis, pada waktu yang sama, biasanya sekitar 64 persen wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau,” beber Dwikorita dalam konferensi pers, Senin (7/7/2025).

    Menurutnya, kemunduran musim kemarau dipicu lemahnya monsun australia serta suhu muka laut di selatan Indonesia meningkat. Walhasil, menyebabkan tingginya kelembapan udara hingga terbentuk awan hujan, bahkan di tengah periode yang seharusnya dalam kondisi kering.

    Situasi tersebut bahkan diperburuk dengan beragam fenomena atmosfer. Pertama, aktifnya Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang ekuator (Kelvin dan Rossby Equator). Keduanya mendukung pembentukan awan konvektif dan memperbesar potensi hujan lebat.

    “Kendati ENSO dan IOD berada dalam fase netral dan diperkirakan akan tetap netral hingga akhir tahun, curah hujan di atas normal masih terus terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia sejak Mei dan diperkirakan berlangsung hingga Oktober 2025,” wanti-wantinya.

    Seperti yang terjadi belakangan, hujan ekstrem di berbagai daerah terutama di periode 5 dan 6 Juli lalu terjadi di sejumlah Jabodetabek dan memicu banjir, hingga gangguan aktivitas masyarakat lain.

    Prediksi Hujan Sepekan ke Depan

    Fenomena cuaca ekstrem yang terus terjadi ini menurutnya membuat hujan masih terus terjadi meski telah memasuki periode kemarau.

    Berdasarkan hasil analisis BMKG, wilayah yang berpotensi mengalami hujan lebat dalam sepekan ke depan meliputi:

    Jawa bagian barat dan tengah (termasuk Jabodetabek)Kalimantan TimurSulawesi SelatanNusa Tenggara BaratMaluku bagian tengahPapua bagian tengah dan utara.

    “Potensi hujan ini diperkirakan akan bergeser ke wilayah tengah dan timur Indonesia pada periode 10 hingga 12 Juli 2025,” imbuhnya.

    BMKG mengimbau masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca terkini dan memperhatikan peringatan dini guna menghindari dampak yang lebih besar dari bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan gangguan transportasi.

    “Kami mengajak seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk tidak lengah dan selalu waspada terhadap perkembangan cuaca, karena dinamika atmosfer yang terjadi saat ini masih cukup kompleks,” tutup Dwikorita.

    (naf/kna)

  • Gunung Semeru Letuskan Asap Tebal Setinggi 1.000 Meter Disertai Awan Panas Sejauh 4.000 Meter
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        9 Juli 2025

    Gunung Semeru Letuskan Asap Tebal Setinggi 1.000 Meter Disertai Awan Panas Sejauh 4.000 Meter Surabaya 9 Juli 2025

    Gunung Semeru Letuskan Asap Tebal Setinggi 1.000 Meter Disertai Awan Panas Sejauh 4.000 Meter
    Tim Redaksi
    LUMAJANG, KOMPAS.com

    Gunung Semeru
    di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur kembali mengalami
    erupsi
    pada Rabu (9/7/2025).
    Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Semeru di Gunung Sawur melaporkan bahwa Gunung Semeru mengalami erupsi sekitar pukul 08.14 WIB.
    Erupsi
    yang terjadi berupa letusan asap tebal berwarna kelabu setinggi 1.000 meter dari puncak kawah Jonggring Saloko.
    Tinggi letusan itu setara dengan 4.676 meter di atas permukaan laut (mdpl).
    “Terjadi erupsi Gunung Semeru pada hari Rabu, 9 Juli 2025 pukul 08.14 WIB dengan tinggi kolom abu teramati 1.000 meter di atas puncak,” tulis petugas PPGA Semeru, Ghufron Alwi, dalam keterangan tertulis, Rabu (9/7/2025).
    Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik
    Badan Penanggulangan Bencana Daerah
    (BPBD) Kabupaten Lumajang, Yudhi Cahyono mengatakan bahwa erupsi juga disertai luncuran
    awan panas
    sejauh 4.000 meter mengarah ke tengara.
    “Erupsi disertai awan panas sejauh 4 kilometer mengarah ke tengara,” kata Yudhi.
    Menurut Yudhi, sampai saat ini pihaknya belum menerima laporan mengenai dampak dari luncuran awan panas tersebut.
    “Dampak sementara nihil, belum ada laporan yang masuk,” ucapnya. 
    Yudhi menyampaikan bahwa saat ini status aktivitas Gunung Semeru berada di level II atau waspada.
    Meski begitu, ia mengimbau warga untuk tidak melakukan aktivitas apa pun di sektor tengara di sepanjang Besuk Kobokan, sejauh 8 kilometer dari puncak.
    Di luar jarak tersebut, masyarakat juga dilarang melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai di sepanjang Besuk Kobokan karena berpotensi terlanda perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 13 kilometer dari puncak.
    Terlebih, saat ini sekitar Gunung Semeru kerap diguyur hujan lebat yang berisiko menimbulkan banjir lahar.
    “Waspada terhadap potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di puncak Gunung Api Semeru,” katanya. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dedi Mulyadi Hentikan Proyek Golf di Kaki Gunung Salak karena Diduga Sebabkan Banjir
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        9 Juli 2025

    Dedi Mulyadi Hentikan Proyek Golf di Kaki Gunung Salak karena Diduga Sebabkan Banjir Bandung 9 Juli 2025

    Dedi Mulyadi Hentikan Proyek Golf di Kaki Gunung Salak karena Diduga Sebabkan Banjir
    Editor
    KOMPAS.com
    — Gubernur Jawa Barat
    Dedi Mulyadi
    menghentikan pembangunan proyek
    lapangan golf
    di kaki
    Gunung Salak
    wilayah Kecamatan Taman Sari, Kabupaten
    Bogor
    , Rabu (9/7/2025).
    Langkah ini diambil menyusul laporan banjir yang terjadi di kawasan tersebut dan dugaan bahwa proyek itu menjadi salah satu penyebabnya.
    Dalam kunjungannya langsung ke lokasi bersama Camat Taman Sari, Dedi menegaskan bahwa segala dugaan harus dibuktikan secara ilmiah. Namun, ia menyoroti bahwa pembangunan lapangan golf tersebut diduga dilakukan tanpa izin amdal dan izin lingkungan yang lengkap.
    “Ini perusahaannya. Dan hari ini saya minta dihentikan seluruh pembangunannya sebelum seluruh problematikanya selesai, termasuk aspek-aspek lingkungannya, izin lingkungan dan amdal,” ujar Dedi dalam video yang diunggah di media sosial dan dikonfirmasi ulang Kompas.com, Rabu.
    Dedi juga meminta Camat Taman Sari untuk segera menindaklanjuti instruksi tersebut, sembari berkoordinasi dengan pemerintah kabupaten.
    “Nanti saya telepon bupatinya. Mohon dihentikan aktivitasnya dulu, ya. Nanti kita buktikan dulu, banjir itu penyebabnya ini atau bukan, agar tidak menjadi fitnah,” katanya.
    Ia menegaskan jika terbukti proyek tersebut menjadi
    penyebab banjir
    , maka ia tidak akan memberikan persetujuan terhadap kelanjutannya.
    “Kalau penyebabnya ini, saya menyatakan tidak akan menyetujui,” tegas Dedi.
    Sebelumnya, Dedi Mulyadi menerima laporan awal dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Provinsi Jabar terkait sejumlah proyek pembangunan di kawasan kaki Gunung Salak yang diduga menjadi penyebab terjadinya banjir bandang dan longsor.
    Menurutnya, DLH Jabar sudah mengidentifikasi 14 proyek di kawasan tersebut. Dari jumlah tersebut, tiga proyek di antaranya diketahui belum memiliki izin lingkungan dan baru dalam proses penyusunan Dokumen Evaluasi Lingkungan Hidup (DELH).
    Salah satu proyek yang disorot adalah pembangunan sebuah resort dan lapangan golf. Berdasarkan informasi dari Pemkab Bogor, proyek tersebut belum memiliki dokumen lingkungan dan baru akan mengurus DELH.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Banjir Bekasi, BPBD Jabar Catat 1.847 Orang Terpaksa Mengungsi
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        9 Juli 2025

    Banjir Bekasi, BPBD Jabar Catat 1.847 Orang Terpaksa Mengungsi Bandung 9 Juli 2025

    Banjir Bekasi, BPBD Jabar Catat 1.847 Orang Terpaksa Mengungsi
    Tim Redaksi
    BANDUNG, KOMPAS.com
    – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
    Jawa Barat
    mencatat, sebanyak 1.847 jiwa warga Kabupaten Bekasi terpaksa mengungsi akibat banjir yang terjadi pada Senin (7/7/2025) malam.
    Pranata Humas
    BPBD Jabar
    , Hadi Rahmat, mengatakan bahwa banjir akibat meluapnya daerah aliran sungai tersebut menggenangi sebanyak 23 desa di 13 kecamatan di Kabupaten Bekasi.
    Tercatat sebanyak 11.096 warga atau 2.774 KK terdampak akibat bencana tersebut dan sebagiannya terpaksa harus mengungsi ke enam titik yang lebih aman.
    “Total 1.847 jiwa atau 463 KK yang mengungsi ke enam titik lokasi pengungsian,” ujar Hadi saat dihubungi, Rabu (9/7/2025).
    Ia menerangkan bahwa banjir di Kabupaten Bekasi terjadi imbas dari hujan deras yang terjadi pada malam hingga dini hari.
    Akibatnya, volume debit air sungai meluap hingga merendam permukiman warga.
    Lebih lanjut, ketinggian air banjir di sejumlah wilayah bervariasi mulai dari 30 sentimeter hingga 1 meter.
    BPBD Jabar pun telah melakukan kajian cepat dengan mengevakuasi warga serta mengirimkan bantuan logistik berupa makanan hingga alat kebersihan.
    “Ada mi instan, air bersih, alat kebersihan, paket sembako untuk warga terdampak, dan lain sebagainya,” kata Hadi.
    Hadi menambahkan bahwa pihaknya pun akan mendirikan
    dapur umum
    pada hari ini, Rabu (9/7/2025), untuk membantu kebutuhan makanan bagi warga terdampak.
    “Sebagai upaya lanjutan, kami berencana mendirikan dapur umum hari ini untuk memenuhi kebutuhan konsumsi warga yang masih terdampak banjir,” tuturnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Penanganan Banjir Jabodetabek, BNPB Gelar Operasi Modifikasi Cuaca hingga 11 Juli 2025 – Page 3

    Penanganan Banjir Jabodetabek, BNPB Gelar Operasi Modifikasi Cuaca hingga 11 Juli 2025 – Page 3

    Sebanyak sembilan Rukun Tetangga (RT) di wilayah Jakarta Barat dan Jakarta Utara dilaporkan masih terendam banjir pada Rabu (9/7/2025) pagi, dengan ketinggian air bervariasi antara 30 sentimeter hingga satu meter.

    “Saat ini genangan terjadi di sembilan RT dan dua ruas jalan,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Isnawa Adji, seperti dikutip dari Antara.

    Berdasarkan data hingga pukul 05.00 WIB, banjir tercatat masih menggenangi tujuh RT di Jakarta Barat dan dua RT di Jakarta Utara.

    Banjir di wilayah Jakarta Barat disebabkan oleh tingginya curah hujan serta meluapnya Kali Angke yang melintasi kawasan tersebut. Sementara untuk banjir di Jakarta Timur dikarenakan curah hujan tinggi dan banjir rob sehingga air masih menggenangi kawasan tersebut.

    Berikut data RT yang masih terendam banjir di Jakarta hingga Rabu pagi:

    Jakarta Barat terdapat 7 RT yang terdiri:

    – Kelurahan Duri Kosambi: 2 RT

    Ketinggian : 30-40 cm

    Penyebab: Luapan Kali Angke

    – Kelurahan Rawa Buaya: 2 RT

    Ketinggian: 60 cm

    Penyebab  : Curah hujan tinggi dan luapan Kali Angke

    – Kelurahan Kembangan Selatan: 2 RT

    Ketinggian: 35 hingga 40 cm

    Penyebab  : Luapan Kali Angke

    – Kelurahan Kembangan Utara: 1 RT

    Ketinggian  : 100 cm

    Penyebab   : Curah hujan tinggi dan luapan Kali Angke

    Jakarta Utara terdapat 2 RT yang terdiri:

    – Kelurahan Kapuk Muara : 2 RT

    Ketinggian  : 25-30 cm

    Penyebab    : Curah hujan tinggi dan rob

      

  • BMKG Ungkap Penyebab Anomali Hujan Ekstrem Padahal Musim Kemarau

    BMKG Ungkap Penyebab Anomali Hujan Ekstrem Padahal Musim Kemarau

    Jakarta

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan bahwa dinamika atmosfer yang tidak lazim telah menyebabkan mundurnya musim kemarau di sebagian besar wilayah Indonesia, sekaligus meningkatkan potensi cuaca ekstrem dalam beberapa pekan terakhir.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30% wilayah Zona Musim yang mengalami peralihan ke musim kemarau.

    “Padahal secara klimatologis, pada waktu yang sama, biasanya sekitar 64% wilayah Indonesia sudah memasuki musim kemarau,” ungkap Dwikorita, dikutip dari situs BMKG.

    Kemunduran musim kemarau tahun ini, lanjutnya, merupakan dampak dari lemahnya Monsun Australia dan tingginya suhu muka laut di selatan Indonesia. Kedua faktor ini menyebabkan tingginya kelembapan udara yang memicu terbentuknya awan hujan, bahkan di tengah periode yang seharusnya kering.

    Kondisi ini diperburuk oleh berbagai fenomena atmosfer seperti aktifnya Madden-Julian Oscillation (MJO) dan gelombang ekuator (Kelvin dan Rossby Equator) yang mendukung pembentukan awan konvektif dan memperbesar potensi hujan lebat.

    “Kendati ENSO dan IOD berada dalam fase netral dan diperkirakan akan tetap netral hingga akhir tahun, curah hujan di atas normal masih terus terjadi di sebagian besar wilayah Indonesia sejak Mei dan diperkirakan berlangsung hingga Oktober 2025,” paparnya.

    Membentuk Hujan Ekstrem

    Dampak dari kondisi ini, sudah mulai terasa dalam bentuk hujan ekstrem yang terjadi di berbagai daerah, terutama pada 5 dan 6 Juli lalu. Hujan dengan intensitas lebih dari 100 mm per hari tercatat di Bogor, Mataram, Bantaeng, Bulukumba, dan Sinjai, serta sejumlah wilayah di Jabodetabek, menyebabkan banjir, longsor, pohon tumbang, dan gangguan aktivitas masyarakat.

    “BMKG telah memberikan peringatan dini cuaca mingguan dan diupdate secara berkala 3 hingga 6 jam sebelum kejadian berlangsung. Peringatan dini tersebut disebarluaskan melalui aplikasi InfoBMKG, media sosial, WhatsApp Group, dan kanal komunikasi lainnya,” kata Dwikorita.

    BMKG juga terus berkoordinasi dengan BNPB, BPBD, operator transportasi, serta instansi teknis lainnya guna mengantisipasi risiko lanjutan.

    Fenomena cuaca ekstrem yang terus terjadi ini menunjukkan bahwa dinamika atmosfer masih sangat aktif meskipun Indonesia telah memasuki periode kemarau. Berdasarkan hasil analisis terkini, wilayah yang berpotensi mengalami hujan lebat dalam sepekan ke depan meliputi Jawa bagian barat dan tengah (termasuk Jabodetabek), Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, Maluku bagian tengah, dan Papua bagian tengah dan utara.

    “Potensi hujan ini diperkirakan akan bergeser ke wilayah tengah dan timur Indonesia pada periode 10 hingga 12 Juli 2025,” imbuhnya.

    BMKG mengimbau masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca terkini dan memperhatikan peringatan dini guna menghindari dampak yang lebih besar dari bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, pohon tumbang, dan gangguan transportasi.

    “Kami mengajak seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk tidak lengah dan selalu waspada terhadap perkembangan cuaca, karena dinamika atmosfer yang terjadi saat ini masih cukup kompleks,” tutup Dwikorita.

    (rns/rns)

  • Top 3 News: Penyebab Banjir Jakarta karena Rob dan Hujan Deras – Page 3

    Top 3 News: Penyebab Banjir Jakarta karena Rob dan Hujan Deras – Page 3

    Seorang notaris asal Kota Bogor, Jawa Barat (Jabar) berinisial SA (60) ditemukan meninggal dunia di Sungai Citarum, Kedungwaringin, Bekasi, Jabar.

    Rupanya, sebelum ditemukan tewas, korban sempat dilaporkan hilang oleh keluarganya ke Polsek Tanahsareal, Kota Bogor.

    “Jenazah itu kita amankan kemarin siang ke sore. Dibawa ke Rumah Sakit Kramat Jati, habis itu sudah dibawa sama keluarga untuk dimakamkan,” ujar Kasat Reskrim Polres Metro Bekasi AKBP Agta Bhuwana Putra saat dihubungi, Jakarta, Sabtu 5 Juli 2025.

    Penyidik Ditreskrimum Polda Metro Jaya pun telah menangkap terduga pelaku dugaan pembunuhan notaris.

    “Sudah diamankan unit 1,” kata Kasubdit Resmob Ditreskrimum Polda Metro Jaya AKBP Ressa Fiardy Marasabessy.

     

    Selengkapnya…

  • Rabu Pagi, 22 Titik Banjir Tangsel Sepenuhnya Surut
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        9 Juli 2025

    Rabu Pagi, 22 Titik Banjir Tangsel Sepenuhnya Surut Megapolitan 9 Juli 2025

    Rabu Pagi, 22 Titik Banjir Tangsel Sepenuhnya Surut
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Tangerang Selatan (Tangsel) memastikan, banjir yang sempat merendam sejumlah wilayah Tangsel telah surut seluruhnya pada Rabu (9/7/2025) dini hari. 

    Update
    pukul 03.00 WIB hari ini, seluruh genangan di 22 titik wilayah Tangsel sudah surut,” kata Layanan Operasional Danton PB BPBD Tangsel, Dian Wiryawan dalam keterangannya, Rabu.
    Adapun banjir di 22 titik di Tangsel disebabkan curah hujan tinggi, meluapnya aliran sungai, dan saluran drainase yang sempit. 
    “Penyebab utama adalah hujan deras dan meluapnya sungai, seperti Kali Serua dan Kali Kedaung. Di beberapa titik juga karena saluran drainase yang menyempit,” jelas dia.
    Meski genangan telah surut, BPBD Tangsel tetap melakukan pemantauan dan mitigasi lanjutan, terutama di daerah rawan banjir.
    “Kami imbau warga tetap waspada, terutama bila terjadi hujan dengan durasi panjang dalam waktu dekat,” ucap Dian.
    Berikut 22 titik di Tangsel yang sempat terendam banjir dan kini sudah surut:
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.