Topik: Banjir

  • Pemprov DKI Jakarta Modernisasi Tata Air Kawasan Barito, Integrasikan Tiga Taman Ikonik – Page 3

    Pemprov DKI Jakarta Modernisasi Tata Air Kawasan Barito, Integrasikan Tiga Taman Ikonik – Page 3

    Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta, Ika Agustin Ningrum, menjelaskan bahwa pihaknya tengah menyiapkan infrastruktur pengendali banjir dan sistem sanitasi modern untuk mendukung keberlanjutan kawasan ini.

    “Dinas SDA DKI Jakarta akan mengintegrasikan Taman Langsat dan Taman Leuser dengan kolam retensi. Panjang badan air dari Taman Langsat hingga Taman Leuser yaitu 750 meter. Di situ, kami akan membangun infrastruktur pengendali banjir, berupa pintu air, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), saringan sampah, dan sediment trap. Kami juga akan memperbaiki saluran drainase di sekeliling taman. Hal ini untuk membantu mereduksi debit limpasan air ke Hang Lekir, Hang Jebat, dan sekitarnya saat musim hujan,” ungkap Ika, di Jakarta, pada Jumat (8/8).

    Ika menambahkan, pada musim kemarau, air yang mengalir di saluran penghubung (PHB) Jelawe akan lebih jernih karena telah diolah melalui IPAL dengan kapasitas 800 meter kubik per hari. Hasil olahan air limbah tersebut akan memenuhi Baku Mutu Air Limbah Domestik sesuai Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.68/2016.

    “Program sanitasi ini dirancang untuk mengantisipasi berbagai tantangan perkotaan, seperti urbanisasi, perubahan iklim, dan tekanan lingkungan. Sehingga, diharapkan mampu menjaga kesehatan masyarakat sekaligus kelestarian lingkungan hidup, demi tercapainya pembangunan di bidang lingkungan dan kesehatan yang terintegrasi serta berkelanjutan,” tutur Ika.

  • Masjid apung,  seni mengingat ibadah dari botol bekas

    Masjid apung, seni mengingat ibadah dari botol bekas

    Jakarta (ANTARA) – Enam orang pria nampak sibuk membangun sebuah struktur terapung di tepi aliran Kali Cengkareng Drain, Cengkareng, Jakarta Barat, sore itu.

    Pemandangan yang jarang terlihat, lantaran biasanya orang-orang itu hanya bekerja membersihkan aliran kali dari sampah. Selebihnya, di hari-hari biasa, hanya akan terlihat para pemancing yang tak bosan mengamati aliran sungai.

    Enam orang itu merangkai botol-botol bekas buangan warga ibu kota. Satu orang sibuk di sisi kanan struktur bangunan seperti sebuah perahu, satu di sisi kiri, satu di depan, satu di belakang, dan dua fokus ke bagian atap.

    Dari pakaian mereka, jelas terlihat pekerjaan membersihkan kali sudah mereka rampungkan terlebih dahulu.

    Tak lelah usai merampungkan pekerjaan utamanya, mereka bahu-membahu merangkai sebuah struktur mengapung yang cukup untuk menampung hingga 20 orang.

    Botol-botol bekas itu diikatkan satu dengan yang lain, ditempel di sana-sini, dirangkai menjadi sebuah struktur lalu dibubuhi warna-warni, hijau dan kuning, warna keteduhan.

    Perahu itu sebagian besar terbuat dari botol-botol bekas yang dikumpulkan dari aliran sungai hingga dari pemilahan sampah di wilayah Cengkareng.

    Dari kejauhan, struktur itu terlihat tak lebih dari perahu warna-warni. Namun dari dekat, perahu itu bukan perahu biasa, melainkan perahu masjid. Perahu yang diberi bentuk masjid dengan tiga kubah.

    Meskipun belum selesai dibuat, bentuk masjid dari perahu itu tak bisa tertutupi lagi, sudah kelihatan jelas.

    Lebih dekat lagi, ke dalam hati orang-orang yang membuatnya, masjid apung itu adalah rupa dari puisi cinta lingkungan dan cinta Tuhan yang tak mereka ucapkan dalam kata-kata, namun dalam aksi nyata. Sebuah upaya artistik untuk mengingatkan diri mereka dan umat akan pentingnya ibadah dan menjaga lingkungan.

    Proposisi itu bisa dimaknai dalam konteks hubungan antara aliran kali dan Jakarta yang kerap berwujud banjir. Aliran kali, Jakarta dan banjir memang hampir tak terpisahkan, entah sampai kapan.

    Kali ini, enam orang dari daratan Jakarta itu mendatangi kali dan memberinya hadiah indah, yakni perahu masjid yang terbuat dari sampah-sampah botol yang dikumpulkan dari alirannya.

    Secara bersamaan, mereka membersihkan kali, mendaur ulang sampahnya dan memuliakan Yang Maha Kuasa. Perahu itu semacam bukti warna-warni tentang betapa ibadah bisa teringat dari barang-barang buangan sekali pun, botol bekas.

    Lebih jauh, perahu itu juga simbol bahwa mencintai Yang Maha Kuasa adalah mencintai lingkungan, begitu juga sebaliknya. Romantisasi inilah yang mesti dipahami dan direnungkan oleh setiap warga ibu kota, tanpa terkecuali.

    Enam orang itu adalah Petugas Unit Penganan Sampah (UPS) Badan Air Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat. Sehari-hari mereka bekerja membersihkan sungai. Kali ini, mereka diberi ruang untuk membuat karya perahu unik.

    Perahu dengan ide kreatif itu rencananya akan diikutkan dalam Festival Cinta Lingkungan 2025 yang bakal digelar pada 28 September mendatang di aliran Kanal Banjir Barat, Tambora, Jakarta Barat.

    Festival itu akan diikuti oleh 42 kecamatan se-Jakarta, tentu dengan ide unik karya perahunya masing-masing.

    Pengawas UPS Badan Air Kecamatan Cengkareng, Donal Aldiansyah (43) mengaku, ide perahu masjid didapatkan timnya melalui tukar pikiran yang cukup panjang.

    Kebetulan, tak jauh dari lokasi perahu itu dibuat, di dekat pintu air Kali Cengkareng Drain, ada sebuah masjid. Masjid itulah yang kemudian menginspirasi mereka membuat perahu masjid atau masjid apung.

    Masjid apung ala UPS Badan Air Kecamatan Cengkareng itu berukuran 6×4 meter. Masjid apung itu berdiri di atas 3.558 botol bekas, yang terdiri dari botol mineral 1 liter hingga galon air.

    Botol-botol itu diperoleh dari program sampah pilah, hasil pengerukan saluran air, hingga sumbangan warga.

    Tak berlebihan jika dikatakan bahwa dengan digunakannya botol-botol hasil pengerukan kali, masjid apung itu bisa menjadi pengingat masih banyak oknum, pendosa ekologis, yang kerap membuang sampah ke badan kali.

    Selain itu, dengan digunakannya botol-botol sumbangan warga, masjid apung itu juga menjadi penanda niat baik sistem sosial dalam mendukung pengurangan sampah di ibu kota melalui pemilahan atau penggunaan kembali.

    Menurut Donal, usai Festival Cinta Lingkungan rampung digelar, masjid apung itu akan dipasangi mesin agar bisa berlayar di aliran Kanal Banjir Barat layaknya kapal motor.

    Selain itu, Donal dan kawan-kawan juga berniat untuk menggunakan masjid apung dari ribuan botol bekas itu sebagai tempat ibadah saat bekerja di area bantaran kali.

    Pembangunan perahu masjid itu memakan waktu hampir empat bulan, yang dimulai sejak bulan Maret 2025 dengan target rampung awal September 2025, tepat H-14 sebelum Festival Cinta Lingkungan (Cilung) dimulai.

    Kendati demikian, ia memastikan pengerjaan masjid apung dilakukan setelah para petugas menyelesaikan tugas utamanya yakni membersihkan aliran kali dari sampah.

    Donal dan kawan-kawan paham betul, bagian mereka adalah membersihkan aliran kali dari sampah. Masjid apung yang mereka bangun hanyalah warna-warni, hasil tukar pikiran selama mereka bekerja seharian penuh.

    Editor: Slamet Hadi Purnomo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Cegah banjir, Pangdam Jaya pantau tiga sungai dekat permukiman padat

    Cegah banjir, Pangdam Jaya pantau tiga sungai dekat permukiman padat

    Pangdam Jayakarta Mayor Jenderal TNI Deddy Suryadi di Lapangan Kartika Makodam Jaya, Cililitan, Jakarta Timur, Jumat (8/8/2025). ANTARA/Siti Nurhaliza.

    Cegah banjir, Pangdam Jaya pantau tiga sungai dekat permukiman padat
    Dalam Negeri   
    Editor: Novelia Tri Ananda   
    Jumat, 08 Agustus 2025 – 17:51 WIB

    Elshinta.com – Pangdam Jayakarta Mayor Jenderal TNI Deddy Suryadi memantau tiga sungai di Jakarta yang dekat dengan permukiman padat penduduk untuk mengantisipasi banjir serta meningkatkan kualitas lingkungan setempat.

    “Kita sudah melakukan pemantauan terhadap tiga sungai yang dekat dengan permukiman padat. Sungai tersebut menjadi usulan sasaran untuk kita bersihkan agar mencegah banjir,” kata Deddy di Lapangan Kartika Makodam Jaya, Cililitan, Jakarta Timur, Jumat.

    Lokasi yang menjadi prioritas dalam kegiatan bersih-bersih sungai tersebut, sambung dia, antara lain Sungai Pesanggrahan mulai dari Kembangan, Kebon Jeruk, kemudian Sungai Ciliwung, dan Sungai Sunter.

    “Kalau Pesanggrahan mulai dari Kembangan, Kebon Jeruk, terus ada di Ciliwung mulai Segmen Manggarai, Kampung Melayu, Jatinegara, terus di Sungai Sunter mulai Tanjung Priok, Kelapa Gading, Pulomas,” ucap Deddy.

    Menurut dia, ketiga sungai tersebut menjadi prioritas karena memiliki volume sampah yang tinggi dan dekat dengan permukiman padat penduduk sehingga dapat memberikan efek domino. Dia pun mengajak masyarakat di wilayah Jakarta dan daerah penyangga untuk aktif menjaga kebersihan sungai melalui berbagai kegiatan bersama yang mencakup pembersihan sungai, pembangunan dan pemasangan fasilitas pendukung, serta edukasi dan sosialisasi.

    “Edukasi dilakukan bersama komunitas binaan penjaga sungai yang nantinya akan membahas terkait bank sampah sungai dan posko sungai. Lalu juga dilakukan patroli sungai untuk memonitor kondisi sungai itu sendiri,” jelas Deddy.

    Kegiatan bersih-bersih sungai itu akan dilaksanakan di sejumlah lokasi yang sudah ditentukan, meliputi wilayah Jakarta hingga penyangga ibu kota.

    “Ini kegiatan program dari Jaga Sungai. Nanti ada beberapa kegiatan yang bisa kita lakukan, mulai dari pembersihan, bangun dan pasang fasilitas seperti jaring, tanggul, sampai edukasi warga. Tentu ini harus terus dilakukan kepada masyarakat,” ujar Deddy.

    Lebih lanjut, dia mengaku pihaknya telah berkolaborasi bersama Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk menggelar aksi nyata di lapangan melalui gotong royong, kerja bakti, dan pemberdayaan warga.

    “Kita sudah berkoordinasi dengan dinas terkait, mulai Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Sumber Daya Air, Dinas Pertamanan dan Hutan Kota, jajaran kecamatan dan kelurahan,” tegas Deddy.

    Melalui langkah tersebut, dia berharap kawasan sungai dan kampung di sekitarnya dapat terjaga kebersihannya, sekaligus mendorong partisipasi aktif warga untuk menjaga kelestarian lingkungan. Aksi bersih-bersih sungai yang termasuk ke dalam gerakan “Jaga Bumi” itu rencananya dilaksanakan pada Sabtu, 9 Agustus 2025 dengan menyasar penumpukan sampah di beberapa titik prioritas.

    Jaga Bumi merupakan salah satu pilar program yang berfokus pada perawatan sungai, pengelolaan sampah, fasilitas umum, dan ruang hijau dengan tujuan mendorong partisipasi masyarakat untuk peduli terhadap kebersihan lingkungan. Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo mengatakan Sungai Ciliwung memberikan kontribusi sebanyak 40 persen sebagai penyebab banjir di Ibu Kota.

    “Sungai Ciliwung itu memberikan kontribusi 40 persen dari banjir di Jakarta,” kata Pramono di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (5/8).

    Oleh karena itu, normalisasi Sungai Ciliwung menjadi prioritas Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk penanganan banjir jangka menengah. Proses penetapan lokasi untuk proyek normalisasi tersebut telah ditandatangani dan pelaksanaan pembebasan lahan akan dilakukan dalam waktu dekat.

    Sumber : Antara

  • Lahan Persawahan di Lebak Kebanjiran, Saluran Air Tol Serpan Dinormalisasi

    Lahan Persawahan di Lebak Kebanjiran, Saluran Air Tol Serpan Dinormalisasi

    Jakarta

    Lahan sawah di pinggir Tol Serang-Panimbang (Serpan), perbatasan Cibadak dan Cikulur, Kabupaten Lebak, Banten, terendam banjir. Petugas dari pemerintah dan pengelola tol sepakat untuk melakukan normalisasi saluran air yang melintasi persawahan tersebut.

    Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten, Agus Tauchid, menyebutkan bahwa hamparan sawah yang terendam berada di antara Desa Tambak Baya (Cibadak) dan Desa Sukadaya (Cikulur).

    Di Desa Tambak Baya, area yang tergenang banjir seluas dua hektare, dan area yang terancam seluas tiga hektare. Umur tanam adalah baru di tanam sampai 30 hari setelah tanam.

    Sementara di Desa Sukadaya, area yang tergenang seluas tiga hektare, dan tujuh hektare terancam. Umur tanamnya adalah tujuh hari sampai 36 hari setelah tanam.

    “Tidak terjadi puso,” ujar Agus, Jumat (8/8/2025).

    “Curah hujan yang tinggi dalam dua hari terakhir, tanggal 6 dan 7 Agustus 2025, menyebabkan air hujan merendam persawahan tersebut. Hal ini biasa terjadi, baik sebelum maupun sesudah adanya jalan tol,” ujar Agus.

    Menurutnya, gorong-gorong saluran air tersebut sudah sesuai standar dan menyesuaikan dengan lebar saluran air. Adanya saluran air pun dianggap tidak mengganggu aliran, baik saat debit normal maupun saat hujan deras.

    Agus menyebut sudah ada kesepakatan dengan PT WIKA Kontraktor, selaku pengelola tol, untuk menormalisasi saluran air. Untuk radius tiga meter ke luar akan dikerjakan oleh PT WIKA. Sementara untuk area yang lebih jauh, pihak Desa Tambak Baya diminta mengirim surat permohonan normalisasi kepada PT WIKA Kontraktor terlebih dahulu.

    “Desa Tambak Baya, Kecamatan Cibadak, yang berada pada lintasan jalan tol dan saluran air, diminta melalui kepala desa atas nama masyarakat pemilik lahan sepanjang saluran air untuk menyampaikan surat permohonan normalisasi saluran bagian hilir, sampai air dapat mengalir ke pembuangan akhir di sungai yang ada di wilayah Desa Tambak Baya, kepada pihak PT WIKA Kontraktor,” katanya.

    (aik/whn)

  • Fenomena Hujan Lebat Usai Panas Menyengat Picu Warning di Jepang

    Fenomena Hujan Lebat Usai Panas Menyengat Picu Warning di Jepang

    Jakarta

    Otoritas Jepang memperingatkan potensi hujan lebat yang belum pernah terjadi sebelumnya. Peringatan ini dikeluarkan usai periode cuaca yang menyengat di wilayah Jepang.

    Dilansir AFP, peringatan ini dikeluarkan di wilayah Kagoshima pada Jumat (8/8) waktu setempat. Badan cuaca negara tersebut mengingatkan bahwa hujan lebat yang mengguyur berpotensi mengancam nyawa.

    Hujan lebat ini, berpotensi mengguyur setelah periode cuaca panas yang menyengat di banyak wilayah Jepang, dengan rekor suhu nasional menembus angka 41,8 derajat Celsius.

    Pejabat Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengatakan bahwa Kagoshima “sedang diguyur hujan lebat yang belum pernah dialami sebelumnya”. Dia mengimbau warga menjahui sungai dan tebing.

    “Nyawa dalam bahaya… Kami meminta Anda untuk mengamankan keselamatan Anda dengan pindah ke bangunan-bangunan yang terletak sedikit lebih jauh dari sungai atau tebing, atau ke bangunan-bangunan yang lebih aman dari banjir,” ucap pejabat JMA tersebut memperingatkan.

    Pejabat tersebut menambahkan bahwa kondisi berbahaya mungkin sudah terjadi di area-area terdampak. Pejabat JMA itu juga mengimbau warga untuk mengungsi tanpa menunggu perintah dari pemerintah daerah.

    Potensi Risiko Luapan Sungai

    Sementara itu, seorang pejabat Kementerian Pertanahan Jepang memperingatkan dalam konferensi pers yang sama tentang risiko luapan sungai.

    Menurut laporan Kyodo News, lebih dari 490 milimeter curah hujan turun selama 24 jam, hingga pukul 04.40 waktu setempat, di salah satu area di Kagoshima. Angka itu tercatat sebagai curah hujan terbesar yang pernah tercatat.

    Otoritas Kirishima, sebuah kota di wilayah Kagoshima, mengimbau para penduduk untuk mengungsi atau mengambil tindakan alternatif menyusul peringatan khusus JMA — yang merupakan peringatan tertinggi dalam sistem lima skala yang diberlakukan.

    “Sungai-sungai meluap, memicu risiko banjir, atau banjir mungkin telah terjadi di area tanggul,” demikian imbauan pemerintah Kirishima dalam situs webnya.

    Imbas dari cuaca ekstrem ini, sejumlah penerbangan domestik di bandara Kagoshima terpaksa dibatalkan. Tidak disebutkan secara jelas jumlah penerbangan yang dibatalkan.

    Halaman 2 dari 2

    (lir/whn)

  • Perbaiki Ruang Ekologi Berkelanjutan, Jakarta Modernisasi Tata Air di Kawasan Barito
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        8 Agustus 2025

    Perbaiki Ruang Ekologi Berkelanjutan, Jakarta Modernisasi Tata Air di Kawasan Barito Megapolitan 8 Agustus 2025

    Perbaiki Ruang Ekologi Berkelanjutan, Jakarta Modernisasi Tata Air di Kawasan Barito
    Penulis
    KOMPAS.com
    – Membangun kota yang berkelanjutan merupakan komitmen yang dipegang teguh oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta untuk kelangsungan hidup generasi mendatang.
    Salah satu upaya mewujudkan komitmen itu adalah dengan menambah ruang terbuka hijau yang dilengkapi infrastruktur pengendali banjir. Hal inilah yang akan diterapkan dalam penataan kawasan Barito, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
    Pemprov Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta akan mengintegrasikan tiga taman di kawasan itu, yakni Taman Langsat, Taman Leuser, dan Taman Ayodia menjadi Taman Bendera Pusaka.
    Lebih dari sekadar ruang terbuka, ketiga taman ini memiliki fungsi vital sebagai area resapan air, penyeimbang ekosistem, serta menjadi ruang beragam aktivitas sosial masyarakat.
    Elemen khas ketiga taman ini adalah adanya badan air berupa kanal atau sungai yang mengalir membelah kawasan, serta kolam yang memperkuat karakter lanskap. Fakta ini sangat mendukung fungsi ekologis taman secara keseluruhan.
    Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Provinsi DKI Jakarta, Ika Agustin Ningrum mengatakan, pihaknya tengah menyiapkan infrastruktur pengendali banjir dan sanitasi modern dalam pembangunan Taman Bendera Pusaka. Harapannya, taman tidak hanya indah, tapi juga lestari.
    “Dinas SDA DKI Jakarta akan mengintegrasikan Taman Langsat dan Taman Leuser dengan kolam retensi. Panjang badan air dari Taman Langsat hingga Taman Leuser yaitu 750 meter. Di situ, kami akan membangun infrastruktur pengendali banjir, berupa pintu air, Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL), saringan sampah, dan sediment
    trap,”
    kata Ika.
    “Kami juga akan memperbaiki saluran drainase di sekeliling taman. Hal ini untuk membantu mereduksi debit limpasan air ke Hang Lekir, Hang Jebat, dan sekitarnya saat musim hujan,” ungkap Ika, di Jakarta, pada Jumat (8/8/2025), seperti diberitakan jakarta.go.id.
    Saat musim kemarau, lanjut Ika, air yang mengalir di saluran penghubung (PHB) Jelawe dapat lebih jernih karena sudah diolah melalui IPAL.
    Ia memaparkan, debit air limbah yang akan diolah IPAL adalah 800 meter kubik per hari. Hasil keluaran dari IPAL nantinya akan memenuhi Baku Mutu Air Limbah Domestik yang diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. P.68/2016.
    “Program sanitasi ini dirancang untuk mengantisipasi berbagai tantangan perkotaan, seperti urbanisasi, perubahan iklim, dan tekanan lingkungan. Sehingga, diharapkan mampu menjaga kesehatan masyarakat sekaligus kelestarian lingkungan hidup, demi tercapainya pembangunan di bidang lingkungan dan kesehatan yang terintegrasi serta berkelanjutan,” tutur Ika.
    Perbaikan fungsi ekologis dalam penataan kawasan Barito juga disampaikan oleh pakar bioteknologi lingkungan dan tata kelola air Fakultas Teknis Universitas Indonesia (FK UI), Firdaus Ali.
    Ia mengungkapkan, penataan tiga taman di Jakarta Selatan juga mengedepankan tata kelola air yang modern, sehingga kawasan tersebut tidak hanya menjadi tempat bersantai dan beraktivitas, tetapi juga berkontribusi dalam pengelolaan lingkungan yang berkelanjutan dan adaptif terhadap perubahan iklim.
    “Yang selama ini belum ada adalah IPAL-nya. Maka, kita perlu bangunkan IPAL, karena aliran limbah domestik ikut mengalir ke taman. Selama ini juga tidak ada saringan sampah, maka kita perlu siapkan saringan sampah, sehingga aliran air bebas sampah,” ujar Firdaus.
    “Infrastruktur pengendali banjir yang disediakan itu disiapkan agar air limpasan atau run off yang ada bisa kita kendalikan, sehingga dampaknya ke kawasan akan dapat semakin kita minimalisasi,” terang Firdaus yang juga Koordinator Staf Khusus Gubernur DKI Jakarta.
    Ia menambahkan, penataan dan integrasi ketiga taman ini dimaksudkan untuk menyediakan ruang publik terpadu yang mampu memenuhi berbagai kebutuhan masyarakat luas. Konsep ini menggabungkan fungsi ruang terbuka hijau, ruang terbuka biru, serta area rekreatif yang mendukung kegiatan olahraga, seni, dan budaya.
    “Dengan integrasi ini, kawasan tersebut dapat menjadi pusat kegiatan yang nyaman, hijau, dan bernilai ekologis tinggi bagi masyarakat dalam konteks kota global yang berbudaya dan berkelanjutan,” kata Firdaus.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Perbaikan infrastruktur di Kali Sepak Jaksel optimal

    Perbaikan infrastruktur di Kali Sepak Jaksel optimal

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota Administrasi Jakarta Selatan menyatakan perbaikan infrastruktur pengendali banjir di Kali Sepak, Kelurahan Petukangan Utara, Kecamatan Pesanggrahan, berlangsung optimal.

    “Hari ini kita lakukan monitoring untuk melihat sampai mana proses pengerjaannya,” kata Wali Kota Jakarta Selatan Muhammad Anwar di Jakarta, Jumat.

    Anwar mengatakan kondisi longsor di lokasi itu cukup panjang dan dikhawatirkan jika tidak segera dikerjakan akan ada longsor susulan yang bisa menyebabkan bangunan di sekitarnya terdampak.

    Dalam pengawasannya, dipastikan seluruh proses pengerjaan berjalan lancar dan sesuai yang telah direncanakan oleh Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Selatan.

    Kepala Seksi Pemeliharaan Suku Dinas SDA Jakarta Selatan, Junjung menjelaskan, turap Kali Sepak yang longsor tersebut diperbaiki sepanjang 550 meter.

    Pengerjaan sudah dimulai sejak Juni 2025 dengan melibatkan 25 personel. “Saat ini sudah 60 persen dan ditargetkan rampung pada Oktober mendatang,” katanya.

    Legislator Komisi A DPRD DKI Jakarta, Dadiyono menyampaikan apresiasi dan terima kasih dengan telah dilakukannya perbaikan turap akibat longsor beberapa waktu lalu.

    Menurut dia, dalam menjaga infrastruktur publik di DKI Jakarta agar tetap baik sesuai fungsinya, bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, melainkan juga perlu peran masyarakat.

    “Ini sudah terlihat rapi dan kokoh. Saya minta tolong jaga kebersihannya karena salah satu faktornya yang menjadi permasalahan selama ini adalah kurangnya perhatian masyarakat dalam menjaga dan merawat apa yang sudah ada,” katanya.

    Pewarta: Luthfia Miranda Putri
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • “Ground breaking” Taman Bendera Pusaka ditunda

    “Ground breaking” Taman Bendera Pusaka ditunda

    Sejumlah warga mengunjungi Taman Ayodya, Jakarta, Senin (27/1/2025). Ruang terbuka hijau yang dibuka 24 jam tersebut ramai dikunjungi warga sebagai wisata alternatif yang terjangkau untuk mengisi libur panjang Isra Miraj dan Hari Raya Imlek. ANTARA FOTO/Sulthony Hasanuddin/rwa.

    “Ground breaking” Taman Bendera Pusaka ditunda
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Jumat, 08 Agustus 2025 – 14:35 WIB

    Elshinta.com – Staf Khusus Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta Bidang Komunikasi Publik Cyril Raoul Hakim alias Chico Hakim mengatakan acara peletakan batu pertama atau ground breaking pembangunan Taman Bendera Pusaka ditunda.

    Dia menjelaskan acara tersebut ditunda karena jadwal Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo yang padat.

    “Masih menunggu arahan Pak Gubernur karena agenda beliau yang padat,” kata Chico saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.

    Kendati demikian, dia mengatakan acara ground breaking belum dijadwalkan ulang, sehingga pembangunan Taman Bendera Pusaka masih ditunda hingga batas waktu yang belum ditentukan.

    Acara ground breaking Taman Bendera Pusaka dijadwalkan pada Jumat, 8 Agustus 2025.

    Sebelumnya pada Kamis (7/8), Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo mengatakan pembangunan Taman Bendera Pusaka di kawasan Barito, Jakarta Selatan, harus tetap berjalan meski pedagang Pasar Hewan Barito enggan pindah.

    Dia menegaskan pembangunan taman tersebut bukan untuk kepentingan pribadi, melainkan menambah ruang terbuka hijau yang dapat dimanfaatkan masyarakat untuk berolahraga.

    Selain itu, pembangunan taman tersebut juga bertujuan mengatasi banjir di ibu kota karena Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berencana mengintegrasikan sistem drainase dan infrastruktur hijau dalam desain taman untuk memaksimalkan daya resap air dan sirkulasi udara.

    Di sisi lain, pengamat perkotaan Yayat Supriatna menilai Taman Bendera Pusaka yang direncanakan rampung pembangunannya pada Desember 2025 itu dapat menjadi oase di zona bisnis karena lokasinya yang strategis.

    Taman yang mengintegrasikan tiga taman besar di Jakarta Selatan, yakni Taman Langsat, Taman Ayodya, dan Taman Barito itu terletak di kawasan primer sekaligus pusat ekonomi kota Jakarta.

    Sumber : Antara

  • Alert! Jepang Diguyur Hujan Lebat yang Belum Pernah Terjadi Sebelumnya

    Alert! Jepang Diguyur Hujan Lebat yang Belum Pernah Terjadi Sebelumnya

    Tokyo

    Otoritas Jepang mengeluarkan peringatan khusus untuk hujan lebat yang “belum pernah terjadi sebelumnya” di wilayah Kagoshima pada Jumat (8/8) waktu setempat. Badan cuaca negara tersebut mengingatkan bahwa hujan lebat yang mengguyur berpotensi mengancam nyawa.

    Hujan lebat ini, seperti dilansir AFP, Jumat (8/8/2025), mengguyur setelah periode cuaca panas yang menyengat di banyak wilayah Jepang, dengan rekor suhu nasional menembus angka 41,8 derajat Celsius.

    Seorang pejabat Badan Meteorologi Jepang (JMA) mengatakan dalam konferensi pers pada Jumat (8/8) bahwa Kagoshima “sedang diguyur hujan lebat yang belum pernah dialami sebelumnya”.

    “Nyawa dalam bahaya… Kami meminta Anda untuk mengamankan keselamatan Anda dengan pindah ke bangunan-bangunan yang terletak sedikit lebih jauh dari sungai atau tebing, atau ke bangunan-bangunan yang lebih aman dari banjir,” ucap pejabat JMA tersebut memperingatkan.

    Dia menambahkan bahwa kondisi berbahaya mungkin sudah terjadi di area-area terdampak.

    Pejabat JMA itu juga mengimbau warga untuk mengungsi tanpa menunggu perintah dari pemerintah daerah.

    Seorang pejabat Kementerian Pertanahan Jepang memperingatkan dalam konferensi pers yang sama tentang risiko luapan sungai.

    Menurut laporan Kyodo News, lebih dari 490 milimeter curah hujan turun selama 24 jam, hingga pukul 04.40 waktu setempat, di salah satu area di Kagoshima. Angka itu tercatat sebagai curah hujan terbesar yang pernah tercatat.

    Otoritas Kirishima, sebuah kota di wilayah Kagoshima, mengimbau para penduduk untuk mengungsi atau mengambil tindakan alternatif menyusul peringatan khusus JMA — yang merupakan peringatan tertinggi dalam sistem lima skala yang diberlakukan.

    “Sungai-sungai meluap, memicu risiko banjir, atau banjir mungkin telah terjadi di area tanggul,” demikian imbauan pemerintah Kirishima dalam situs webnya.

    Imbas dari cuaca ekstrem ini, sejumlah penerbangan domestik di bandara Kagoshima terpaksa dibatalkan. Tidak disebutkan secara jelas jumlah penerbangan yang dibatalkan.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • 10
                    
                        Saat Jakarta Tak Pernah Siang di Kampung Tongkol…
                        Megapolitan

    10 Saat Jakarta Tak Pernah Siang di Kampung Tongkol… Megapolitan

    Saat Jakarta Tak Pernah Siang di Kampung Tongkol…
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Kehidupan warga di Kampung Tongkol, Kelurahan Ancol, Jakarta Utara, seolah tak “mengenal” siang.
    Cahaya matahari sulit menembus ke permukiman yang membuat siang hari terasa seperti malam yang tak berujung.
    Lorong-lorong sempit hanya selebar 1,5 meter menjadi satu-satunya jalur lalu lintas warga. Di beberapa titik, sepeda motor terparkir di depan rumah mempersempit ruang gerak.
    Di antara dinding-dinding bata yang menempel tanpa celah, terlihat jemuran pakaian yang masih basah menggantung.
    Bagi warga, getaran dan bising kereta sudah menjadi bagian hidup sehari-hari.
    “Enggak sih, (kami) beradaptasi dengan lingkungan sangat baik. Kami di sini kekeluargaan, saling membantu. Justru dengan kampung unik seperti ini kan kami saling membantu,” kata Tias (54), salah satu warga saat ditemui
    Kompas.com
    , Rabu (6/8/2025).
    Tias telah tinggal di Kampung Tongkol lebih dari dua dekade. Ia pindah dari Kampung Sumur, Klender, demi mendekatkan diri dengan tempat kerja suaminya di Taman Sari, Jakarta Barat.
    “Waktu itu kan ayahnya ini kerjanya jauh, di Taman Sari. Nah, pas itu kan ada teman nawarin kontrakan. Ini setahun cuma kena Rp 1,4 juta. Itu satu tahun. Saya senang sekali ya, saya coba-cobalah,” ujarnya.
    Lama-kelamaan, rasa betah tumbuh. Rumah kontrakan yang awalnya ia sewa akhirnya bisa ia beli.
    “Alhamdulillah rumah itu (sekarang) kebeli sama saya sendiri. Jadi sampai saat ini,” kata dia.
    Dari rumah itu, Tias membesarkan anak-anaknya. Salah satunya sempat berkuliah, namun terhenti karena keterbatasan biaya.
    “Anak saya juga tadinya kan kuliah, cuma karena saya nggak mampu, jadi dia sementara berhenti dulu. Sudah di rumah saja,” ungkapnya.
    Tias mengakui bahwa ia dan warga lainnya tak pernah membayar Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) untuk rumahnya.
    “Alhamdulillah kami kan nggak bayar pajak tanah. Ini dari PJKA,” katanya.
    Lahan yang ia tempati, seperti juga rumah-rumah warga lain di Kampung Tongkol, merupakan milik PT Kereta Api Indonesia (KAI) atau Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJKA).
    Ia bahkan menyebut keberadaan got dan sistem serapan air membuat wilayah itu relatif aman dari banjir dan nyamuk.
    “Di sini Alhamdulillah tidak… tidak pernah, tidak pernah kami sampai kehujan atau kebanjiran gitu,” ujarnya.
    Ketua RT 07 RW 01 Kampung Tongkol, Saprudin, menceritakan bahwa kawasan ini pernah dibongkar besar-besaran pada 1989.
    Namun, pada masa reformasi 1998, warga kembali menghuni lahan tersebut.
    “Saya ingat ini kan tahun 1982, itu dulunya sudah ada pemukiman warga. Tahun 1989 pernah dibongkar. Kan kosong ya, sudah dibongkar, enggak ada pemukiman lagi. Zaman reformasi pada matok-matok, dibangun lagi,” ujarnya.
    Saprudin menuturkan bahwa praktik jual beli bangunan marak dilakukan tanpa sepengetahuan RT, bahkan tanpa surat atau sertifikat resmi, karena tanah yang ditempati merupakan aset milik negara.
    “Mereka tuh jual semua (bentuknya) bangunan, bukan tanah karena itu kan tanah PJKA. Jadi kalau mereka sudah bangun (lalu) bosan, semuanya dijual. Jadi mereka tuh jual beli pun tidak sepengetahuan kita (RT),” katanya.
    Saprudin mengakui praktik jual-beli bangunan di Kampung Tongkol berlangsung secara diam-diam.
    Transaksi terjadi hanya atas bangunan tanpa hak tanah dan sering kali tanpa pemberitahuan kepada RT.
    “Pernah tuh warga, punya bangunan di kolong tol, dia jual-beli sama orang tapi tidak melalui saya. Pas dia meninggal, jadi rebutan. Saya enggak ada urusan. Kenapa? Jual-beli tadi itu saya tidak tahu dan tidak diberitahu,” ujarnya.
    Kondisi ini kerap memicu sengketa warisan atau kepemilikan bangunan.
    Saat ini, wilayah RT 07 mencakup sekitar 30 kepala keluarga, sebagian besar pendatang tinggal di pinggir rel atau kolong jalan tol.
    Saprudin menyebut, bangunan-bangunan di Kampung Tongkol awalnya hanya berupa ruang berteduh sederhana tanpa dapur atau kamar mandi.
    Namun, seiring waktu, warga memperluas dan menambah fasilitas hingga menjadi rumah permanen.
    “Itu di atas rel ada bangunan dan dikontrakin. Awalnya di bawah, tapi lama-lama di atas rel juga dibikin kamar, dinding, dapur. Jadi berkembang begitu aja,” katanya.
    Meski begitu, ia menegaskan keterbatasan peran pengurus lingkungan, tidak bisa menindak karena urusan PJKA.
    “Itu seharusnya urusan PJKA. Tanah mereka. Kalau kita kan nggak bisa apa-apa. Pemda juga terbatas,” ucapnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.