Topik: Banjir

  • Pesan Tegas AHY soal Banjir Bali: Tata Ruang Jangan Disalahgunakan, Jadi Sumber Malapetaka!

    Pesan Tegas AHY soal Banjir Bali: Tata Ruang Jangan Disalahgunakan, Jadi Sumber Malapetaka!

    L

    OlehLiputanenamDiperbaharui 13 Sep 2025, 03:38 WIB

    Diterbitkan 12 Sep 2025, 15:50 WIB

    Menko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menyampaikan duka atas banjir yang melanda Bali. AHY menyebut perlu adanya menjaga tata ruang. Tapi karena ada kebutuhan misalnya pengembangan industri, pengembangan pariwisata kemudian diabaikan. “Kita juga bicara tata ruangnya, harus dipastikan benar tidak ada penyalahgunaan tata ruang. Inilah yang seringkali juga menjadi sumber malapetaka,” kata AHY.

    banjir baliAgus Harimurti Yudhonoyo

  • Panas! Banjir Interupsi Komisi VI Vs Pertamina: Ratusan Triliun Loh, Rakyat Bisa Marah!

    Panas! Banjir Interupsi Komisi VI Vs Pertamina: Ratusan Triliun Loh, Rakyat Bisa Marah!

    L

    OlehLiputanenamDiperbaharui 12 Sep 2025, 23:44 WIB

    Diterbitkan 12 Sep 2025, 15:59 WIB

    Anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) banjir interupsi saat pejabat Pertamina berbicara. Salah satunya Rieke Diah Pitaloka yang menuntut penjelasan tentang subsidi yang tidak tepat sasaran. Selain itu, Herman Khaeron juga menginterupsi jika jawaban Wakil Direktur Utama Pertamina Oki Muraza sangat normatif. Hal ini disampaikannya dalam rapat dengar pendapat dengan Dirut Pertamina dan Subholding di Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta pada Kamis (11/9).

    Rieke Diah Pitalokasubsidi

  • Bos PT KCN Tegaskan Tanggul Beton Cilincing Tak Terkait Pagar Laut PIK

    Bos PT KCN Tegaskan Tanggul Beton Cilincing Tak Terkait Pagar Laut PIK

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Karya Citra Nusantara (KCN) menegaskan bahwa proyek tanggul beton di perairan Cilincing, Jakarta Utara tidak terkait dengan pagar laut di kawasan Pantai Indah Kapuk (PIK) yang sempat menuai sorotan publik beberapa waktu lalu.

    Widodo Setiadi selaku Direktur Utama PT KCN mengatakan bahwa tanggul tersebut bukan merupakan pembatas laut sebagaimana informasi yang sebelumnya beredar, melainkan bagian dari pembangunan dermaga pelabuhan.

    “Tentu proyek ini tidak ada kaitannya dengan tanggul bambu dulu, yang sekarang orang suka bingung, apakah ini bagian dari tanggul bambu yang dahulu ramai [diperbincangkan] di PIK,” katanya dalam konferensi pers di lokasi, Jumat (12/9/2025).

    Dia melanjutkan, lokasi kedua proyek ini pun terpaut jauh. Cilincing disebutnya sebagai batas akhir kawasan Jakarta Utara, berdekatan dengan Banjir Kanal Timur (BKT).

    Widodo juga menyatakan bahwa pembangunan dermaga pelabuhan PT KCN juga tak terkait dengan Marunda Center yang berlokasi di Bekasi, Jawa Barat.

    “Ini sedang dibikin breakwater, inilah yang disebut-sebut sebagai tanggul. Di sini dilakukan pemancangan, baru direklamasi [untuk dermaga pelabuhan]. Ini yang selesai 2026,” jelasnya.

    Dia memperinci PT KCN akan mempunyai tiga dermaga atau pier dengan peruntukan beragam jika pembangunan tersebut rampung.

    Dermaga pertama yang saat ini telah beroperasi penuh dikhususkan untuk bongkar muat barang multi-purpose, sementara dermaga kedua khusus barang curah dan dermaga ketiga akan terkoneksi dengan akses jalan tol Pelindo.

    Pada kesempatan yang sama, Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyampaikan bahwa pembangunan tanggul yang berfungsi sebagai breakwater alias pemecah gelombang untuk proyek dermaga baru telah sesuai dengan Persetujuan Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang Laut (PKKPRL) yang diterbitkan berdasarkan verifikasi lapangan.

    Namun, Direktur Pengendalian Pemanfaatan Ruang Laut KKP Fajar Kurniawan mengingatkan PT KCN agar mencegah dampak lingkungan dan sosial dari pembangunan tersebut.

    “Dalam PKKPRL itu ada 16 kewajiban pemegang PKKPRL, dia harus jaga ekosistem yang ada di situ jika ada yang rusak, dia harus terlibat dalam rehabilitasi ekosistem yang ada, kemudian juga dari aspek sosialnya juga tidak menimbulkan konflik sosial,” ujarnya menanggapi adanya kabar keluhan dari nelayan terkait proyek tersebut.

  • Pemkab Jembrana Normalisasi 2 Sungai Antisipasi Banjir Susulan di Bali
                
                    
                        
                            Denpasar
                        
                        12 September 2025

    Pemkab Jembrana Normalisasi 2 Sungai Antisipasi Banjir Susulan di Bali Denpasar 12 September 2025

    Pemkab Jembrana Normalisasi 2 Sungai Antisipasi Banjir Susulan di Bali
    Editor
    JEMBRANA, KOMPAS.com
    – Pemerintah Kabupaten Jembrana, Bali melakukan normalisasi terhadap dua sungai untuk mengantisipasi banjir susulan.
    Dua sungai di Desa Kaliakah dan Baluk, Kecamatan Negara yang alirannya berasal dari Sungai Remojo yang melintasi jalan raya Denpasar-Gilimanuk itu, dibersihkan dari sampah dan sedimentasi.
    “Kami harus bergerak cepat untuk normalisasi sungai mengantisipasi jika ada banjir lagi,” kata Bupati Jembrana I Made Kembang Hartawan saat meninjau normalisasi dua sungai tersebut, Jumat (12/9/2025).
    Dia mengatakan normalisasi sungai dengan pengerukan dan membersihkan sampah penyebab pendangkalan atau sedimentasi, akan membuat aliran air lebih lancar, daya tampung sungai juga bertambah.
    Dalam normalisasi ini, kata dia, diprioritaskan yang berdekatan dengan pemukiman warga seperti di Desa Kaliakah.
    “Normalisasi sungai adalah langkah efektif untuk memastikan aliran air lancar, apalagi di wilayah yang padat penduduk seperti Desa Kalialah ini,” katanya.
    Selain meninjau normalisasi sungai, bersama Wakil Bupati I Gede Ngurah Patriana Krisna dia juga ikut bergotong-royong bersama TNI, Polri, Satpol PP serta institusi lainnya membersihkan jalan dan rumah warga di Dusun Samblong, Kelurahan Sangkaragung yang dipenuhi lumpur akibat banjir.
    “Solidaritas dan kekompakan antarinstitusi untuk membantu warga korban bencana berjalan baik di Jembrana. Saya juga perintahkan camat, agar setiap desa melakukan gotong-royong membantu warga korban banjir,” katanya.
    Selain itu, dia juga meninjau dapur umum di Desa Pengambengan, yang wilayahnya menjadi salah satu yang parah diterjang banjir.
    Banjir besar terjadi di Kabupaten Jembrana Rabu (10/9) dinihari, yang menyebabkan ribuan rumah terendam air serta dua orang meninggal dunia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BMKG Beberkan Sifat Hujan 2025, Sebut Musim Hujan di Jawa Maju

    BMKG Beberkan Sifat Hujan 2025, Sebut Musim Hujan di Jawa Maju

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebagian besar wilayah Indonesia telah memasuki musim hujan. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membeberkan sifat hujan untuk tahun ini.

    “Sebagian besar wilayah Indonesia curah hujan, sifat hujannya adalah normal secara mayoritas dengan diwarnai di beberapa daerah 27% itu di atas normal,” kata Deputi Bidang Klimatologi Ardhasena Sopaheluwakan di Jakarta, Jumat (12/9/2025).

    Dia juga menjelaskan, wilayah Indonesia menunjukkan musim hujan yang maju, termasuk untuk sebagian besar Jawa. Menurutnya, kondisi ini bisa dimanfaatkan dengan baik, khususnya untuk bercocok tanam.

    Dia menilai, awal musim tanam bisa dimajukan, sehingga bisa memperkuat ketahanan pangan pada daerah-daerah tersebut.

    “Bahwa ini merupakan kesempatan baik untuk kita juga memajukan awal dari musim tanam berikutnya, sehingga ini merupakan kesempatan baik sebenarnya untuk kita bisa memperkuat juga upaya ketahanan pangan kita di daerah-daerah yang musim hujan yang nanti maju,” jelasnya.

    “Itu juga didukung dengan sifat hujannya yang juga normal, bahkan ada beberapa yang tidak normal asalkan jumlah hujan yang jatuh itu bisa dikelola di wilayah sentra pangan,” ujarnya.

    Dalam kesempatan yang sama, BMKG juga mengumumkan prediksi cuaca selama sepekan ke depan. Hampir di semua wilayah Indonesia kemungkinan akan mengalami hujan lebat dan angin kencang.

    Masyarakat diminta untuk waspada pada dampak cuaca tersebut seperti banjir, genangan air, banjir bandang, tanah longsor, pohon tumbang, serta gangguan transportasi. Begitu juga risiko gelombang tinggi di perairan dan banjir rob.

    Berikut daftar daerah berdasarkan potensi hujan lebat dan angin kencang sepanjang sepekan ke depan:

    12-14 September 2025

    Hujan Lebat: Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Tengah, Papua Pegunungan, dan Papua Selatan.

    Angin Kencang: Aceh, Banten, Kalimantan Barat, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.

    15-18 September 2025

    Hujan Lebat: Sumatera Utara, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Tengah, Papua Tengah, dan Papua Pegunungan.

    Angin Kencang: Kepulauan Riau, Sulawesi Selatan, dan Maluku.

    (wia)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Tetangga RI Sudah Kewalahan, Banjir Duit Bisa Pindah ke Indonesia

    Tetangga RI Sudah Kewalahan, Banjir Duit Bisa Pindah ke Indonesia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Malaysia menemukan banyak tantangan baru untuk menjadi raja pusat data baru di dunia, termasuk mendapatkan tekanan dari Amerika Serikat (AS) untuk melakukan perlawanan ke China.

    Negeri jiran itu mendapatkan tekanan untuk melarang perusahaan China menggunakan wilayahnya sebagai pintu belakang mengakses chip AI dari AS. China, yang merupakan mitra dagang terbesar Malaysia, diketahui dilarang menggunakannya karena aturan pengendalian ekspor dari Washington.

    Mengutip Reuters, Malaysia telah mengumumkan mewajibkan izin untuk aktivitas terkait chip AS, termasuk buatan Nvidia, sejak Juli lalu. Izin tersebut mulai dari semua ekspor, pengiriman ulang dan transit chip berkinerja tinggi.

    Para ahli mengatakan pengawasan pada proyek tersebut nampaknya akan terus meningkat. Karena menurut mereka, Malaysia tengah mencoba menyelesaikan kesepakatan dagang dengan AS.

    Sebelumnya, Departemen Perdagangan AS mengkhawatirkan soal pusat data yang berada di luar China. Tempat itu ditakutkan bisa membeli chip AI dan melatih modelnya di China serta mendukung penggunaan pada militer.

    Selain itu, Malaysia juga harus menghadapi masalah karena keterbatasan kapasitas jaringan listrik dan sumber daya air.

    Malaysia mulai jadi pilihan investasi dari sejumlah raksasa teknologi AS seperti Microsoft, Amazon dan Alphabet yang merupakan induk perusahaan Google. Raksasa asal China juga berlomba masuk ke negara tersebut seperti Tencent, Huawei dan Alibaba.

    Tetangga Indonesia menawarkan biaya tanah dan listrik yang murah. Selain itu potensi permintaan pada AI dari lokal.

    Para perusahaan merasa lebih baik membangun di Johor, Malaysia dibandingkan di Singapura yang serba mahal.

    Reuters mencatat hingga Desember 2024, terdapat 12 pusat data operasional di Johor. Total kapasitasnya mencapai 369,9 MW.

    Laporan Knight Frank mengatakan bakal ada tambahan 28 pusat data lagi dengan total kapasitas diperkirakan sebesar 898,7 MW.

    Terkait investasi, Johor telah mengamankan 42 proyek dengan nilai 164,45 miliar ringgit (Rp 640 triliun) hingga kuartal kedua 2025. Jumlah itu menyumbang 78,6% kapasitas operasional IT di Malaysia.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Koster Bantah Alih Fungsi Lahan Penyebab Banjir di Bali, Ini Kata Pengamat Perkotaan
                
                    
                        
                            Denpasar
                        
                        12 September 2025

    Koster Bantah Alih Fungsi Lahan Penyebab Banjir di Bali, Ini Kata Pengamat Perkotaan Denpasar 12 September 2025

    Koster Bantah Alih Fungsi Lahan Penyebab Banjir di Bali, Ini Kata Pengamat Perkotaan
    Editor
    DENPASAR, KOMPAS.com
    – Gubernur Bali, Wayan Koster menyebut alasan banjir bandang di bali bukan merupakan akibat dari alih fungsi lahan namun karena ada hal lain.
    Untuk evaluasi banjir ke depannya, Koster mengatakan akan menelusuri sungai-sungai besar dari hulu ke hilir.
    Pengamat isu perkotaan sekaligus Akademisi Fakultas Teknik dan Perencanaan Universitas Warmadewa, Gede Maha Putra menjelaskan penyebab banjir di Bali lebih kompleks.
    Lebih lanjut ia mengatakan permasalahannya justru pada antisipasi terhadap fenomena tahunan ini.
    “Ketidakmampuan membaca potensi bencana dari fenomena ini dan menyiapkan antisipasinya lah yang menjadi persoalan saat ini,” ujar Maha, Jumat (12/9/2025).
    Ia menambahkan persoalan kedua masih terkait alam, adalah terbangunnya lokasi-lokasi yang rentan terhadap bencana termasuk daerah aliran sungai, daerah Lembah yang menampung air dan areal bekas sawah yang juga telah menjadi areal terbangun.
    Areal-areal semacam itu merupakan daerah resapan air.
    Secara tradisional, daerah-daerah tersebut bukan merupakan lokasi permukiman ideal sehingga di masa lalu tidak dijadikan sebagai lokasi permukiman tradisional.
    Permukiman di masa lalu umumnya dibangun di daerah yang lebih tinggi dibandingkan sekitarnya.
    Permukiman ini juga masih diatur lagi dengan larangan-larangan.
    Antara lain larangan membangun di tepian sungai, larangan memanfaatkan kayu dari pohon yang tumbuh di dekat mata air, larangan menggunakan kayu yang tumbuh di tepi sungai termasuk yang tumbuh di batas desa.
    “Ini bisa mengakibatkan distorsi akibat kesalahan membaca potensi bahaya. Pemanfaatan lahan selalu bersifat politis,” kata dia.
    “Pengaturan penggunaannya dilandasi oleh keputusan yang dibuat melalui proses legislasi. Pemanfaatannya juga melalui proses perijinan yang juga merupakan proses politik,” sambungnya.
    Kepentingan politik saat perencanaan pemanfaatan lahan bisa mengubah lahan yang tadinya merupakan kawasan konservasi menjadi kawasan permukiman, warna kuning, atau menjadi kawasan pariwisata, warna pink.
    Agenda-agenda perubahan fungsi lahan sejak di masa perencanaan ini sudah menjadi rahasia umum namun sulit dibuktikan.
    Bisa saja ada pihak tertentu yang mendorong legislasi agar sebuah kawasan bisa dialihfungsikan sejak di masa rencana tata ruang.
    Pada saat pengurusan perizinan dalam proses pembangunan juga bisa terjadi pelanggaran.
    Yang paling umum tentu saja bangunan yang tidak memiliki izin dan sudah terbangun.
    Kemudian ada pula kemungkinan manipulasi dalam proses perizinan.
    “Pihak-pihak tertentu bisa ‘membantu’ pengurusan izin dengan imbalan tertentu,” kata dia.
    Masalah dalam tata ruang ini membawa akibat berkurangnya daerah resapan dan terbangunnya daerah-daerah yang secara tradisional merupakan tempat melintas dan tempat parkirnya air.
    “Di daerah tempat perlintasan air, terutama sungai-sungai, terjadi banjir sepanjang alirannya dengan arus air yang deras,” paparnya.
    Semakin ke hilir, akumulasi air semakin besar.
    Memasuki wilayah perkotaan, air sudah menjadi sangat besar dengan arus yang sangat kuat.
    Ini sangat berbahaya karena bisa menghanyutkan bangunan, kendaraan, pohon-pohon dan juga manusia sehingga potensi korban jiwa sangat tinggi.
    Di daerah yang merupakan wilayah parkir air akan timbul genangan dalam waktu yang relatif lama.
    Potensi banjir yang akan semakin sering terjadi dan dalam skala yang semakin besar. Ini didasari oleh ketiadaan proyek besar yang bertujuan mencegah bencana.
    Jika dilihat dari program pemerintah, maka terlihat jelas bahwa pertumbuhan ekonomi menjadi fokus.
    Proyek penambahan jalan, proyek transportasi modern, perluasan bandara dan seterusnya lebih menunjukkan ketidakawasan terhadap potensi bencana.
    “Alih-alih meningkatkan kewaspadaan, program-program pemerintah tersebut justru lebih banyak menarik minat investasi. Peningkatan minat ini justru meningkatkan potensi bahaya,” ujarnya.
    Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul
    Banjir Terparah di Bali? Koster Sebut Bukan Alih Fungsi Lahan, Pengamat: Tak Baca Potensi Bencana
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BMKG Beberkan Sifat Hujan 2025, Sebut Musim Hujan di Jawa Maju

    Antisipasi Bencana, BMKG Minta Pemda Siapkan Posko & Langkah Mitigasi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah Daerah diminta untuk meningkatkan kesiapsiagaan menghadapi bencana, seperti banjir. Termasuk, menyiapkan posko bencana di tiap daerah.

    “Pemerintah Daerah dimohon terus meningkatkan kesiapsiagaan, antara lain dengan mengaktifkan posko bencana dan juga menyiapkan jalur evakuasi,” ungkap Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati di Jakarta, Jumat (12/9/2025).

    Dia pun meminta Pemda menyiapkan langkah-langkah nyata apabila peringatan dini kebencanaan dikeluarkan. Misalnya, mengungsikan sementara warga yang akan terdampak bencana.

    Selain itu, Pemda juga diminta untuk terus melakukan koordinasi dengan aparat terkait, sehingga bisa merespons dengan cepat dan tepat.

    Mitigasi lingkungan menurutnya juga perlu dilakukan, misalnya melakukan pembersihan saluran drainase dari sedimentasi dan sampah, serta menjaga resapan air.

    “Seandainya itu pun dijaga, resapan air berfungsi optimal,” ujarnya.

    Pihaknya pun mengimbau agar para pemangku kepentingan dan masyarakat memantau kondisi perkembangan cuaca berdasarkan informasi resmi dari BMKG. Dia menyebut, kerap terdapat informasi tidak resmi yang tersebar melalui perangkat di masyarakat.

    “Kami juga terus mengimbau perlunya masyarakat dan pemangku kepentingan untuk rutin memonitor informasi perkembangan cuaca yang resmi dari BMKG,” tuturnya.

    Dwikorita menjelaskan, informasi dari BMKG berupa prospek cuaca, termasuk dengan jangka waktu tertentu. Mulai dari satu minggu, tiga harian atau beberapa jam atau menit sebelum kejadian.

    Hal ini menurutnya telah dilakukan saat banjir Bali. Dia mengatakan, peringatan dini telah dilakukan sejak tiga hari sebelum kejadian yang diharapkan untuk bisa melakukan antisipasi lebih lanjut.

    “Sehingga mohon terus memonitor peringatan dini namun juga disertai dengan aksi dini, terutama memastikan drainase, tata kelola air itu benar-benar sudah siap. Mestinya sudah disiapkan agar daya tampungnya itu bisa memadai untuk menampung hujan,” jelas Dwikorita.

    (wia)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Hujan Lebat Menggulung Tokyo, Mulai Makan Korban Jiwa

    Hujan Lebat Menggulung Tokyo, Mulai Makan Korban Jiwa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Hujan lebat disertai angin kencang memicu banjir dan gangguan transportasi di Tokyo pada Kamis (11/9/2025). Bencana ini menewaskan satu orang, melukai satu lainnya, dan menyebabkan lebih dari 7.000 rumah kehilangan aliran listrik.

    Polisi Tokyo melaporkan insiden fatal terjadi di pelabuhan Distrik Ota ketika tumpukan peti kemas runtuh.

    “Seorang pria berusia 40-an yang sedang mengoperasikan alat berat meninggal di lokasi, sementara rekannya berusia 60-an dilarikan ke rumah sakit dengan luka yang tidak mengancam jiwa,” ujar juru bicara kepolisian, dikutip dari NHK, Jumat (12/9/2025).

    Transportasi publik ikut lumpuh. JR Tokai menghentikan layanan shinkansen antara Tokyo dan Prefektur Kanagawa, berdampak pada sekitar 100.000 penumpang. JR East juga melaporkan penundaan beberapa kereta di ibu kota. Sementara itu, Bandara Haneda mengalami penundaan dan pembatalan sejumlah penerbangan akibat badai petir.

    Badan Meteorologi Jepang (JMA) mencatat curah hujan ekstrem, dengan Distrik Setagaya menerima 92 mm dan Distrik Ota 88,5 mm hanya dalam satu jam.

    “Ini adalah rekor tertinggi yang pernah tercatat di wilayah tersebut. Analisis radar kami menunjukkan beberapa area di pusat Tokyo menerima lebih dari 100 mm hujan,” kata pernyataan resmi JMA, seperti dikutip Kyodo News.

    Hujan deras juga membuat Sungai Yazawa di Setagaya dan Sungai Tachiai di Shinagawa meluap. Pemerintah distrik sempat meminta lebih dari 1.200 rumah tangga mengungsi.

    JMA memperingatkan cuaca buruk masih akan berlanjut pada Jumat (12/9/2025). Curah hujan diperkirakan mencapai 200 mm di wilayah Tokai dan 100 mm di Kanto-Koshin, termasuk Tokyo, dalam 24 jam ke depan.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • BMKG Beberkan Sifat Hujan 2025, Sebut Musim Hujan di Jawa Maju

    Terungkap Penyebab Banjir Bandang di Bali, BMKG Sebut Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Penyebab banjir bandang di Bali pada 9 September 2025 terungkap. Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, terdapat beberapa fenomena yang terjadi bersamaan.

    “Jadi misalnya saat kejadian Bali itu, adanya aktivitas Madden Julian Oscillation yang saat itu aktif, bersamaan dengan aktifnya gelombang Kelvin dan Rosby, selain ada tadi pengaruh mungkin siklon,” jelas Dwikorita, Jumat (12/9/2025).

    Dia mengatakan, fenomena itu agak berbeda dengan biasanya. Seharusnya terjadi pada musim hujan, namun kali ini pada musim kemarau.

    “Jadi nampaknya tren kejadian-kejadian itu yang seharusnya tidak terjadi, ini musim kemarau atau peralihan, jadi mulai fakta menunjukkan bisa terjadi, kayak ada sesuatu anomali,” kata dia.

    Dwikorita juga menjelaskan, peringatan dini terkait bencana di Bali juga telah diinformasikan pada 5 September 2025, atau beberapa hari sebelum banjir terjadi. Peringatan dini itu kemudian diulang kembali beberapa waktu kemudian.

    Peringatan dini kala itu juga tidak hanya untuk Bali, namun beberapa wilayah lain dalam Prospek Cuaca Sepekan.

    “Dan diperkuat peringatan dini 3 harian. Kalau 5 September itu kan berarti 5 hari sebelum kejadian, namun 3 harian, jadi biasanya 5 kemudian 3 hari tanggal 7 itu diulang lagi,” ujarnya.

    Peringatan dini yang berulang itu dilakukan agar kemungkinan melesetnya lebih kecil. Jika jauh-jauh hari bisa menghasilkan ketidakpastian nantinya.

    “Makanya 3 hari berikutnya diulang lagi itu kemungkinan meleset makin kecil. Diupdate lagi pas tanggal 10 pagi. Jadi beberapa jam sebelum kejadian diulang lagi. Memang harus seperti itu,” tutur Dwikorita.

    (wia)

    [Gambas:Video CNBC]