Topik: Banjir

  • Banjir Terjang Lumajang, 88 Hektar Sawah di 5 Kecamatan Terendam 
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        3 November 2025

    Banjir Terjang Lumajang, 88 Hektar Sawah di 5 Kecamatan Terendam Surabaya 3 November 2025

    Banjir Terjang Lumajang, 88 Hektar Sawah di 5 Kecamatan Terendam
    Tim Redaksi
    LUMAJANG, KOMPAS.com
    – Tak kurang dari 88 hektar lahan sawah di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terendam saat bencana banjir dan longsor melanda kawasan itu pada Sabtu (1/11/2025) lalu.
    Berdasarkan pemantauan
    Kompas.com
    ketika musibah terjadi, tinggi permukaan air yang menutupi areal persawahan hingga mencapai 1,5 meter. 
    Berdasarkan data terbaru, sawah yang terdampak tersebut tersebar di lima kecamatan, yakni Kecamatan Tempursari, Tekung, Sukodono, Kunir, dan Rowokangkung.
    Meski demikian, menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lumajang Retno Wukan Andari tidak ada satu pun petani yang harus mengalami gagal panen.
    Pasalnya, para petani di Kabupaten Lumajang baru memasuki musim tanam. “Tidak ada yang gagal panen atau harus tanam ulang,” tegas Retno dalam percakapan pesan singkat, Senin (3/11/2025).
    Lebih lanjut, Retno mengimbau para petani untuk tetap waspada terhadap kondisi cuaca ekstrem yang diprediksi masih akan berlangsung hingga Desember 2025.
    Namun begitu, pihaknya juga mengingatkan para petani untuk tetap tenang. Sebab, Pemerintah telah menyiapkan bantuan berupa bibit padi apabila terjadi kerusakan akibat bencana.
    “Karena tidak ada gagal panen, kami hanya mengimbau untuk kewaspadaan terhadap cuaca. Tapi kalau ada puso (kerusakan tanaman akibat banjir) akan ada bantuan bibit padi, dari Pemprov,” tegas dia.
    Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor selama 7 hari sejak 1-7 November 2025.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan Mulai November 2025 hingga Februari 2026

    BMKG Prediksi Puncak Musim Hujan Mulai November 2025 hingga Februari 2026

    Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan musim hujan di berbagai wilayah Indonesia sudah dimulai sejak Agustus 2025. Adapun puncak musim hujan diperkirakan berlangsung antara November 2025 hingga Februari 2026.

    Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa dinamika atmosfer dan laut global memiliki pengaruh besar terhadap pola curah hujan di Indonesia tahun ini.

    “Musim hujan tahun 2025/2026 dipengaruhi oleh kondisi ENSO Netral yang mendominasi sepanjang tahun, serta potensi La Nina lemah di akhir 2025 yang dapat memperkuat curah hujan di beberapa wilayah. Selain itu, Indian Ocean Dipole (IOD) negatif juga turut meningkatkan potensi hujan, terutama hingga bulan November,” kata Guswanto. 

    Menurut BMKG, musim hujan diperkirakan akan berlangsung hingga sekitar April 2026. Namun, waktu berakhirnya berbeda di tiap wilayah. Daerah dengan topografi pegunungan dan pesisir timur umumnya mengalami hujan lebih lama dibandingkan dataran rendah atau pesisir barat. 
     

    Lebih lanjut, Guswanto menyebutkan sejumlah wilayah yang telah dan akan memasuki puncak musim hujan pada November-Desember 2025. Wilayah tersebut meliputi Sumatera bagian tengah dan selatan, termasuk Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan, serta sebagian besar Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sebagian wilayah Sulawesi serta Papua bagian barat. 

    Daerah-daerah ini berpotensi mengalami curah hujan tinggi yang dapat memicu banjir, tanah longsor, dan genangan air, terutama di kawasan rawan bencana dan wilayah dengan sistem drainase yang buruk. 

    BMKG pun mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi selama puncak musim hujan. 

    “Kami mengingatkan agar masyarakat aktif memantau informasi prakiraan cuaca harian dan peringatan dini dari BMKG, serta melakukan langkah-langkah mitigasi risiko seperti pembersihan saluran air, penguatan lereng, dan penyusunan rencana kontinjensi daerah,” tuturnya. 

    Dengan langkah antisipatif sejak dini, diharapkan dampak kerugian akibat cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi dapat diminimalkan sepanjang periode musim hujan 2025/2026. 

    Jakarta: Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan musim hujan di berbagai wilayah Indonesia sudah dimulai sejak Agustus 2025. Adapun puncak musim hujan diperkirakan berlangsung antara November 2025 hingga Februari 2026.
     
    Deputi Bidang Meteorologi BMKG, Guswanto, menjelaskan bahwa dinamika atmosfer dan laut global memiliki pengaruh besar terhadap pola curah hujan di Indonesia tahun ini.
     
    “Musim hujan tahun 2025/2026 dipengaruhi oleh kondisi ENSO Netral yang mendominasi sepanjang tahun, serta potensi La Nina lemah di akhir 2025 yang dapat memperkuat curah hujan di beberapa wilayah. Selain itu, Indian Ocean Dipole (IOD) negatif juga turut meningkatkan potensi hujan, terutama hingga bulan November,” kata Guswanto. 

    Menurut BMKG, musim hujan diperkirakan akan berlangsung hingga sekitar April 2026. Namun, waktu berakhirnya berbeda di tiap wilayah. Daerah dengan topografi pegunungan dan pesisir timur umumnya mengalami hujan lebih lama dibandingkan dataran rendah atau pesisir barat. 
     

     
    Lebih lanjut, Guswanto menyebutkan sejumlah wilayah yang telah dan akan memasuki puncak musim hujan pada November-Desember 2025. Wilayah tersebut meliputi Sumatera bagian tengah dan selatan, termasuk Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan, serta sebagian besar Kalimantan, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), dan sebagian wilayah Sulawesi serta Papua bagian barat. 
     
    Daerah-daerah ini berpotensi mengalami curah hujan tinggi yang dapat memicu banjir, tanah longsor, dan genangan air, terutama di kawasan rawan bencana dan wilayah dengan sistem drainase yang buruk. 
     
    BMKG pun mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi selama puncak musim hujan. 
     
    “Kami mengingatkan agar masyarakat aktif memantau informasi prakiraan cuaca harian dan peringatan dini dari BMKG, serta melakukan langkah-langkah mitigasi risiko seperti pembersihan saluran air, penguatan lereng, dan penyusunan rencana kontinjensi daerah,” tuturnya. 
     
    Dengan langkah antisipatif sejak dini, diharapkan dampak kerugian akibat cuaca ekstrem dan curah hujan tinggi dapat diminimalkan sepanjang periode musim hujan 2025/2026. 
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di

    Google News


    Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id

    (PRI)

  • Jembatan Antar Kampung di Lumajang Putus Diterjang Banjir Lahar Semeru, Warga Terpaksa Pakai Batang Kayu

    Jembatan Antar Kampung di Lumajang Putus Diterjang Banjir Lahar Semeru, Warga Terpaksa Pakai Batang Kayu

    Lumajang (beritajatim.com) – Jembatan penghubung antar kampung di Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, putus total akibat banjir lahar Gunung Semeru yang menerjang wilayah tersebut pada Minggu (2/11/2025) malam. Derasnya aliran material vulkanik di Sungai Regoyo menghantam badan jalan hingga terputus sepanjang enam meter.

    Putusnya jembatan membuat akses utama warga dusun terisolasi. Sulaifah, salah satu warga setempat, mengatakan aktivitas masyarakat kini sangat terganggu, terutama anak-anak yang hendak berangkat sekolah.

    “Terpaksa harus lewat pakai jalan dadakan dari sebatang kayu, ini jembatannya nggak ada karena rusak. Sangat terganggu buat aktivitas sehari-hari, anak-anak juga sulit mau sekolah,” ujar Sulaifah, Senin (3/11/2025).

    Warga lainnya, Widarto, mengaku kondisi tersebut juga membuat kendaraan tidak bisa melintas sama sekali. Ia berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan agar aktivitas ekonomi warga bisa kembali berjalan normal.

    “Ini kan jalan yang rusak sekitar 6 meter terkena arus banjir. Ini jalan mau keluar, ke kebun dari dalam mau keluar nggak bisa, harapannya semoga cepat dibenerin,” katanya.

    Pantauan di lokasi menunjukkan warga menggunakan sebatang kayu besar sebagai pengganti jembatan sementara untuk menyeberang. Jalur darurat ini digunakan secara bergantian dengan risiko tinggi, terutama saat debit air meningkat.

    Banjir lahar dingin Gunung Semeru kerap terjadi ketika curah hujan tinggi mengguyur kawasan lereng selatan gunung. Material vulkanik sisa erupsi terbawa air dan mengalir melalui sungai-sungai di Candipuro dan Pronojiwo. Pemerintah daerah diminta segera menurunkan alat berat dan memperbaiki akses jalan agar warga tidak terus terisolasi selama musim hujan. [has/beq]

  • Fakta-fakta Supermoon Terbesar Tahun ini yang Bakal Muncul 5 November

    Fakta-fakta Supermoon Terbesar Tahun ini yang Bakal Muncul 5 November

    Bisnis.com, JAKARTA – Fenomena alam Supermoon akan terjadi lagi di 5 November 2025 malam. Fenomena ini akan menjadi Supermoon yang terbesar pada 2025.

    Fenomena Supermoon atau Purnama Perige adalah saat di mana bulan purnama muncul dengan ukuran yang paling besar dan sinar yang lebih terang daripada biasanya. Hal ini terjadi karena bulan purnama terjadi saat posisi bulan sedang berada di titik terdekatnya dengan planet Bumi. Sedangkan posisi bulan yang terjauh dinamakan Apogee.

    Fenomena ini terjadi karena bulan tidak mengelilingi bumi dalam bentuk lingkaran sempurna, tapi berbentuk oval seperti lingkar telur. Hal inilah yang membuat jarak bulan dan bumi tidak selalu sama setiap saat, seperti yang dilansir dari BBC.

    Melansir keterangan resmi BMKG, jarak bumi dengan bulan pada peristiwa Supermoon Perige 6 November 2025 besok adalah 356.980 kilometer. Sebagai perbandingan, jarak bulan-bumi yang dicatat LangitSelatan.com saat purnama 14 April 2025 lalu adalah 406.295 km, jarak terjauh yang dicapai bulan pada 2025.

    Purnama puncak akan terjadi di 5 November 2025 pukul 20.19 WIB, yang bisa dinikmati seluruh warga Indonesia tanpa alat bantu apapun. Sedangkan fenomena puncak Perige, saat posisi bulan paling jauh, akan terjadi pada 6 November 2025 pukul 05.28 WIB, yang kurang bisa dinikmati oleh warga bumi di belahan siang hari.

    BMKG turut menjelaskan, ukuran diameter bulan pada saat puncak Supermoon Perige bisa mencapai 16′ 44,28″, dengan jarak bulan sebesar 356.833 km dengan bumi. Puncak tersebut akan tercatat sebagai jarak terdekat bumi dan bulan pada tahun 2025. Jika dibandingkan dengan Purnama Apoge, ukurannya naik 14% dengan Purnama Perige besok.

    Untuk menikmati fenomena indah ini, diharakan memantau prakiraan cuaca di website BMKG agar anda dapat menikmatinya tanpa gangguan cuaca hujan.

    Saat supermoon terjadi, akan terjadi beberapa hal berikut yang perlu diperhatikan masyarakat
    1. Laut Pasang akan Terjadi
    Supermoon akan membuat laut pasang lebih tinggi dari biasanya. Hal ini terjadi karena bulan memiliki gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi laut, terlebih saat posisinya lebih dekat dengan bumi.

    2. Banjir Rob di Pesisir Pantai
    Masyarakat yang tinggal di pesisir laut perlu waspada dan berhati-hati saat fenomena supermoon terjadi, terlebih saat musim hujan sedang terjadi karena dapat menyebabkan banjir rob. Fenomena supermoon akan membuat laut pasang, yang ditambah musim hujan sekarang ini akan memperparah risiko banjir rob. Selalu pantau informasi terbaru dari BMKG maupun BNPB untuk mendapatkan informasi peringatan dini cuaca buruk.

  • Hujan Lebat-Angin Kencang Hantam Jakarta, Cek Peringatan Baru BMKG

    Hujan Lebat-Angin Kencang Hantam Jakarta, Cek Peringatan Baru BMKG

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kondisi cuaca di Indonesia dalam beberapa waktu belakangan masih didominasi hujan dengan intensitas sedang, lebat, sangat lebat, bahkan ekstrem. BMKG mewanti-wanti masyarakat untuk waspada dengan potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.

    Dalam laporan Prospek Cuaca Mingguan Periode 31 Oktober-6 November 2025, BMKG mengatakan kondisi cuaca yang didominasi hujan signifikan dipengaruhi oleh aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Rossby Ekuator, dan Gelombang Kelvin yang melintas di wilayah Indonesia.

    Selain itu, dinamika atmosfer di Samudra Hindia dan Pasifik yang ditandai dengan nilai negatif pada Indian Ocean Dipole (IOD) serta nilai positif pada Southern Oscillation Index (SOI) juga turut mendukung pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.

    Hingga beberapa waktu ke depan, BMKG mengatakan potensi hujan diperkirakan masih cukup signifikan di beberapa wilayah, meliputi bagian barat dan selatan Sumatera, sebagian besar Pulau Jawa, wilayah Utara Kalimantan dan Sulawesi, Maluku Utara, serta sebagian besar Papua.

    Di wilayah Jakarta, pada hari ini, Senin (3/11/2025), BMKG memberikan peringatan siaga hujan lebat-sangat lebat yang dapat disertai angin kencang. Selengkapnya, berikut peringatan cuaca BMKG dalam 3 hari ke depan, 3-5 November 2025, dikutip dari laman Instagram resminya:

    3 November 2025

    Waspada Hujan Sedang-Lebat: Sumbar, Riau, Kep. Riau, Jambi, Kep. Babel, Bengkulu, Lampung, Banten, Yogyakarta, Bali, NTT, Kalteng, Kaltim, Kalut, Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Malut, Papua Barat, Papua Tengah.

    Siaga Hujan Lebat-Sangat Lebat: Sumut, Sumsel, Jakarta, Jabar, Jateng, Jawa Timur, Kalbar, Maluku, Papua Pegunungan, Papua, Papua Selatan.

    Peringatan Dini Angin Kencang: Jakarta, Jabar, Malut, Sulut.

    4 November 2025

    Waspada Hujan Sedang-Lebat: Aceh, Sumbar, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumsel, Kep. Babel, Bengkulu, Lampung, Jateng, Yogyakarta, Jatim, Bali, NTT, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Kalut, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Malut, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, Papua Selatan.

    Siaga Hujan Lebat-Sangat Lebat: Sumut, Banten, Jakarta, Jabar, Maluku, Papua Pegunungan.

    Peringatan Dini Angin Kencang: Jakarta, Jabar, Bengkulu, Sumbar.

    5 November 2025

    Waspada Hujan Sedang-Lebat: Aceh, Sumbar, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumsel, Kep. Babel, Bengkulu, Lampung, Banten, Jakarta, Jateng, Yogyakarta, Bali, NTB, NTT, Kalbar, Kalteng, Sulbar, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, Papua Selatan.

    Siaga Hujan Lebat-Sangat Lebat: Sumut, Jabar, Jatim, Maluku, Papua Pegunungan.

    Peringatan Dini Angin Kencang: Jabar, Sulteng.

    Lebih perinci, wilayah Jakarta yang perlu siaga hujan lebat-sangat lebat pada periode 3-4 November 2025 adalah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Tetap waspada dan hati-hati ada pohon tumbang!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bulan Purnama Terbesar 2025 Supermoon Perige 2 Hari Lagi, Air Laut Naik Drastis?

    Bulan Purnama Terbesar 2025 Supermoon Perige 2 Hari Lagi, Air Laut Naik Drastis?

    Bisnis.com, JAKARTA — Fenomena Supermoon atau Purnama Perige akan menghiasi langit Indonesia pada 5 November 2025. Berbeda dengan bulan purnama sebelumnya, Purnama Perige akan menjadi yang terbesar sepanjang 2025 karena letak Bulan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi.

    Apa Itu Purnama Perige?

    Dilansir dari akun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Senin (3/11/2025) Purnama Perige, dikenal juga sebagai Supermoon, terjadi saat fase Bulan purnama bertepatan dengan posisi Bulan terdekat dengan Bumi, yang disebut perige.

    Pada 5 November 2025 pukul 20.19 WIB, jarak Bumi-Bulan mencapai 356.980 km dengan ukuran semi-diameter Bulan sebesar 16’ 43,87”. Fenomena ini membuat Bulan tampak hingga 14% lebih besar dan 30% lebih terang dibandingkan Bulan purnama biasa.

    Untuk menyaksikan Supermoon, pengamat di Indonesia dapat mulai mengamati setelah Bulan terbit pada sore menjelang malam, dengan puncak fase purnama pukul 20.19 WIB. Lokasi terbaik adalah area terbuka dengan minim polusi cahaya, seperti pantai atau pegunungan, dan gunakan teleskop atau binokuler untuk detail lebih baik. Pastikan cuaca cerah; aplikasi astronomi seperti Stellarium bisa membantu memprediksi visibilitas.

    Pasang Surut Air Laut

    Fenomena bulan purnama berdampak pada pasang surut air laut. Posisi perige sebenarnya terjadi pada 6 November 2025 pukul 05.28 WIB dengan jarak terdekat 356.833 km, menjadikannya jarak Bumi-Bulan terdekat sepanjang 2025 dan semi-diameter 16’ 44,28”. Sebagai perbandingan, Purnama Apoge pada 13 April 2025 memiliki jarak 406.006 km dengan semi-diameter lebih kecil, yakni 14’ 42,65”.

    Perigee dan apogee memengaruhi pasang surut laut melalui variasi gaya gravitasi Bulan terhadap Bumi, di mana posisi Bulan yang lebih dekat (perigee) meningkatkan kekuatan tarikan, sementara posisi lebih jauh (apogee) melemahkannya. Fenomena ini berkontribusi pada ketinggian air laut yang bervariasi, meskipun pengaruh utama tetap dari siklus harian gravitasi Bulan dan Matahari.

    Diketahui, pasang surut laut terjadi karena gaya gravitasi Bulan menarik air laut ke arahnya, menciptakan tonjolan air di sisi Bumi yang menghadap Bulan, sementara gaya sentrifugal menyebabkan tonjolan di sisi berlawanan.

    Selama perigee, jarak Bulan yang lebih dekat (sekitar 356.000-386.000 km) memperkuat gaya gravitasi ini, menghasilkan pasang naik lebih tinggi dan surut lebih rendah, terutama saat bertepatan dengan pasang purnama (spring tide). Sebaliknya, pada apogee dengan jarak lebih jauh (sekitar 404.000-406.000 km), gaya tarik berkurang, sehingga pasang surut menjadi kurang ekstrem dan dikenal sebagai pasang perbani (neap tide) yang lebih moderat.

    Dalam konteks Supermoon seperti pada 5 November 2025, perigee yang mendekati purnama dapat meningkatkan pasang surut hingga beberapa sentimeter lebih tinggi dari biasanya, memengaruhi wilayah pesisir seperti banjir rob di Indonesia. Namun, pengaruh ini tidak langsung menyebabkan bencana besar, karena faktor lain seperti angin, tekanan atmosfer, dan topografi pantai juga berperan.

    Studi juga menunjukkan bahwa pasang surut perigee sering kali bersifat sementara dan dapat diprediksi untuk mitigasi risiko

  • Warga Jakarta, Jabar dan Jateng Waspada, Potensi Hujan Lebat Diprediksi Sampai 7 November

    Warga Jakarta, Jabar dan Jateng Waspada, Potensi Hujan Lebat Diprediksi Sampai 7 November

    Sebagai langkah mitigasi, BMKG bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyiagakan operasi modifikasi cuaca di tiga posko utama, yaitu di Semarang, Solo, dan Jakarta (Halim Perdanakusuma) untuk mengatur lokasi jatuhnya hujan agar tidak menimbulkan genangan di area padat penduduk.

    “Operasi ini merupakan hasil koordinasi dengan pemerintah daerah dan BNPB sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem di musim hujan,” ujar Budi.

    Ia menambahkan, pelaksanaan OMC di Pulau Jawa dilakukan berdasarkan permintaan resmi pemerintah daerah yang telah menetapkan status siaga darurat bencana.

    BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi hujan disertai petir dan angin kencang, serta menghindari aktivitas di area rawan banjir dan longsor selama periode cuaca ekstrem berlangsung.

     

  • Siklon Tropis Tiba di Indonesia, BMKG Peringatkan Dampaknya

    Siklon Tropis Tiba di Indonesia, BMKG Peringatkan Dampaknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi adanya siklon tropis di Indonesia. Aktivitas ini terjadi di wilayah pesisir selatan, yakni Jawa, Bali, Nusa Tenggara hingga Maluku bagian selatan.

    Siklon tropis akan terjadi pada bulan November hingga Februari. Kepala BMKG, Dwikorita mengatakan periode itu bisa terjadi lebih panjang hingga Maret atau April 2026 mendatang.

    “Mulai bulan November, wilayah selatan Indonesia telah memasuki periode aktifnya siklon tropis yang berpotensi mempengaruhi pola cuaca nasional dan meningkatkan risiko cuaca ekstrim di berbagai daerah,” jelasnya dikutip Senin (3/11/2025).

    “Aktifitas siklon tropis dari arah selatan dapat membawa angin kencang, hujan deras, dan badai besar, terutama di wilayah pesisir selatan Indonesia seperti di wilayah Jawa, Bali, Nusa Tenggara, dan sebagian Maluku bagian selatan,” dia menambahkan.

    Dwikorita menjelaskan siklin tropis berpotensi meningkatkan curah hujan secara signifikan. Termasuk dapat memicu banjir besar, banjir bandang, longsor, bencana hidrometeorologi, kerusakaan, hingga angin kencang.

    “Jadi ini mohon untuk disiagakan bagaimana kita semua siaga untuk menghadapi berbagai potensi bencana hidrometeorologi yang akan semakin meningkat di masa-masa puncak musim hujan di bulan November hingga Februari nanti,” kata Dwikorita.

    Dia menambahkan jika fenomena badai seroja juga akan meningkat frekuensinya pada periode yang sama nanti. Badai tersebut sebelumnya juga pernah terjadi pada sekitar tahun 2021 lalu.

    Pada kesempatan yang sama, Dwikorita mengatakan BMKG telah mendeteksi adanya La Nina lemah. Fenomena tersebut terjadi sejak November ini hingga Februari mendatang.

    La Nina lemah, dia menjelaskan dipengaruhi adanya perbedaan suhu pada Samudera Pasifik dengan kepulaua Indonesia. Indeksnya mencapai -0,61 atau lebih tinggi dari batasannya -0,5.

    “Nah, pemantauan BMKG terhadap suhu muka laut di Samudera Pasifik menunjukkan bahwa dalam 2 bulan terakhir, yaitu tadi September, Oktober mulai terdeteksi adanya La Nina lemah tersebut,” ungkapnya.

    Namun La Nina lemah ini tidak membuat curah hujan meningkat. Peningkatan itu terjadi karena semakin hangatnya suhu muka air laut.

    “Memang di sebagian wilayah Indonesia telah diprediksi curah hujannya akan berada di atas rata-rata normal, namun menurut para ahli klimatologi di BMKG, peningkatan itu bukan karena La Nina lemah ini, namun lebih disebabkan karena semakin hangatnya suhu muka air laut tadi,” dia menuturkan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 8 Kecamatan Diterjang Bencana, Pemkab Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat

    8 Kecamatan Diterjang Bencana, Pemkab Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat

    Lumajang (beritajatim.com) – Total ada 8 kecamatan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yang terdampak bencana banjir, tanah longsor maupun pohon tumbang.

    Hal ini membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang telah menetapkan status tanggap darurat bencana sejak 1 hingga 7 November 2025.

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang mencatat, 8 wilayah terdampak meliputi Kecamatan Tempursari, Pronojiwo, Candipuro, Pasirian, Padang, Sukodono, Sukodono, dan Kecamatan Lumajang.

    Sekretaris Daerah Kabupaten Lumajang Agus Triyono mengatakan, status tanggap darurat berlaku selama 7 hari dan sudah ditetapkan pada 1 November 2025.

    Agus menyampaikan, saat ini draft surat keputusan (SK) Bupati Lumajang tentang status tanggap darurat bencana masih disiapkan.

    Penetapan status tanggap darurat bencana ini merupakan imbas dari kejadian bencana alam yang terjadi di 8 kecamatan pada, Sabtu (1/11/2025) malam.

    Curah hujan tinggi disertai angin dan petir membuat 8 kecamatan dilanda bencana banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang.

    “SK bupati tentang penetapan status tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor tahun 2025 terhitung tanggal 1-7 November 2025,” terang Agus, Senin (3/11/2025).

    Menurutnya, selama masa tanggap darurat bencana, pemerintah akan melakukan berbagai upaya penanganan.

    Seperti, membangun dapur umun untuk memenuhi kebutuhan makan bagi warga terdampak di 8 kecamatan.

    Selain itu, tim reaksi cepat (TRC) BPBD Lumajang dan relawan penanggulangan bencana juga ikut disiagakan untuk melakukan penanganan darurat apabila terjadi bencana susulan.

    “Tentu setiap perkembangan wilayah kecamatan yang rawan bencana banjir dan tanah longsor akan dipantau juga, serta melakukan langkah kedaruratan sesuai prosedur,” tambah Agus.

    Wilayah Kabupaten Lumajang belakangan sering diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.

    Menyikapi ini warga diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengevakuasi diri ke tempat aman.

    “Sekarang sudah hujan, jadi imbauan kami untuk warga tetap waspada dan menjaga keselamatan,” ungkap Agus. (has/ted)

  • Indonesia Masuki Puncak Musim Hujan, BMKG Peringatkan Ancaman La Nina

    Indonesia Masuki Puncak Musim Hujan, BMKG Peringatkan Ancaman La Nina

    Bisnis.com, JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengimbau seluruh masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi hujan dengan sedang hingga lebat seiring dengan masuknya sebagian besar wilayah Indonesia ke puncak musim hujan.

    Kondisi ini turut didukung dengan dinamika atmosfer yang aktif, sehingga meningkatkan risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang.

    Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menjelaskan dalam beberapa hari terakhir, hujan dengan intensitas sedang hingga lebat melanda sebagian besar wilayah Jawa bagian barat dan tengah, meliputi Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, serta sebagian wilayah Yogyakarta. Kondisi ini tentu harus menjadi perhatian seluruh pihak untuk meningkatkan kesiapsiagaan.

    “Kondisi atmosfer sangat labil dan kaya uap air akibat aktifnya monsun Asia serta suhu muka laut yang hangat. Hujan lebat hingga sangat lebat dengan curah hujan 80-150 mm per hari sudah terjadi di beberapa wilayah. Ini adalah sinyal kuat bahwa kita harus meningkatkan kesiapsiagaan,” kata Dwikorita dilansir dari laman BMKG.

    Saat ini, sekitar 43,8% wilayah Indonesia atau 306 Zona Musim (ZOM) telah memasuki musim hujan. Sementara puncak musim hujan di Indonesia diperkirakan terjadi secara bertahap mulai November 2025 hingga Februari 2028 dengan pola umum pergerakan dari barat ke timur.

    “Namun demikian, pada periode Desember 2025 hingga Januari 2026 menjadi fase puncak musim hujan utama bagi sebagian besar wilayah Indonesia yang berpotensi meningkatnya curah hujan tinggi dan bencana hidrometeorologi,” ujarnya.

    Di sisi lain, pada November ini periode siklon tropis di wilayah selatan Indonesia mulai aktif, sehingga masyarakat perlu mewaspadai potensi terbentuknya sistem tekanan rendah di sekitar Samudra Hindia yang memicu hujan sangat lebat dan angin kencang, serta gelombang tinggi terutama di pesisir Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

    Dalam sepekan ke depan, sebagian besar wilayah Indonesia diprakirakan mengalami kondisi cuaca berawan hingga hujan dengan intensitas ringan hingga sedang, disertai potensi peningkatan hujan menjadi sedang hingga sangat lebat di sejumlah daerah. Berdasarkan analisis peringatan dini BMKG, hujan berintensitas sedang hingga lebat yang perlu diwaspadai berpotensi terjadi di berbagai wilayah, meliputi Aceh, Sumatera bagian selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua.

    Sementara itu, hujan lebat hingga sangat lebat (kategori Siaga) diprakirakan terjadi di Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, serta Papua, dan dalam beberapa hari ke depan berpotensi meluas hingga Maluku Utara dan sebagian wilayah Sulawesi.

    Sebagai langkah antisipasi dan mitigasi, BMKG bekerjasama dengan BNPB dan unsur terkait saat ini sedang melaksanakan Operasi Modifikasi Cuaca (OMC) untuk wilayah sekitar DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah, dan Yogyakarta untuk mengurangi intensitas hujan ekstrem di wilayah rawan bencana.

    Di Jawa Tengah, operasi dilakukan sejak 25 Oktober dan masih berlanjut hingga awal November, dengan pelaksanaan dari Posko Semarang dan Solo. OMC ini telah melaksanakan 41 sorti penerbangan menggunakan dua pesawat Cessna Caravan, dengan hasil efektif menurunkan dan meredistribusi curah hujan di wilayah target.

    Sementara untuk wilayah Jawa bagian barat, operasi dilakukan sejak 23 Oktober dan juga masih berlanjut, dengan pelaksanaan dari Posko Jakarta. Sebanyak 29 sorti penerbangan telah dilakukan dan menunjukkan hasil pengurangan curah hujan di wilayah sasaran secara signifikan.

    Ancaman La Nina

    Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan berdasarkan pemantauan BMKG terhadap suhu muka laut di samudra pasifik menunjukkan bahwa dalam dua bulan terakhir telah terjadi pendinginan di samudra pasifik dan melewati ambang batas La Nina yaitu pada September dengan anomali suhu muka laut di pasifik tengah dan timur sebesar -0.54 dan pada Oktober sebesar -0.61.

    Sementara kondisi atmosfer juga menunjukkan adanya penguatan angin timuran. Dua indikasi tersebut menunjukkan terjadinya perkembangan awal La Nina dan respon atmosfer menegaskan bahwa La Nina lemah telah terjadi.

    “Namun demikian, La Nina lemah diprediksi tidak memberikan dampak yang signifikan pada curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia, dengan kondisi curah hujan pada November-Desember 2025 dan Januari-Februari 2026 diprediksi tetap pada kategori normal,” ujar Guswanto.

    Lebih lanjut, ia menjelaskan peningkatan potensi hujan ini didukung oleh beberapa fenomena atmosfer yang aktif secara bersamaan, antara lain aktivitas Madden-Julian Oscillation (MJO), Gelombang Rossby dan Kelvin, serta anomali suhu muka laut yang hangat di perairan Indonesia. Kombinasi faktor ini meningkatkan suplai uap air dan pembentukan awan hujan secara signifikan.

    Kombinasi antara kondisi atmosfer yang sudah aktif ini dengan kemunculan siklon tropis dari arah selatan menciptakan potensi ancaman bencana hidrometeorologi seperti angin kencang dan gelombang tinggi. Mengingat dalam beberapa tahun terakhir Indonesia sering mengalami dampak merusak dari siklon tropis, BMKG menekankan pentingnya kesiapsiagaan.

    Dengan mempertimbangkan kondisi tersebut, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, terutama bagi masyarakat yang tinggal di wilayah rawan terdampak.

    Selain itu, saat terjadi hujan disertai petir dan angin kencang, masyarakat diimbau menghindari berteduh di bawah pohon, baliho, atau bangunan yang rapuh, serta tetap menjaga kesehatan dan asupan cairan tubuh karena suhu panas pada siang hari masih dapat terjadi.