Banjir Terjang Lumajang, 88 Hektar Sawah di 5 Kecamatan Terendam
Tim Redaksi
LUMAJANG, KOMPAS.com
– Tak kurang dari 88 hektar lahan sawah di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, terendam saat bencana banjir dan longsor melanda kawasan itu pada Sabtu (1/11/2025) lalu.
Berdasarkan pemantauan
Kompas.com
ketika musibah terjadi, tinggi permukaan air yang menutupi areal persawahan hingga mencapai 1,5 meter.
Berdasarkan data terbaru, sawah yang terdampak tersebut tersebar di lima kecamatan, yakni Kecamatan Tempursari, Tekung, Sukodono, Kunir, dan Rowokangkung.
Meski demikian, menurut Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lumajang Retno Wukan Andari tidak ada satu pun petani yang harus mengalami gagal panen.
Pasalnya, para petani di Kabupaten Lumajang baru memasuki musim tanam. “Tidak ada yang gagal panen atau harus tanam ulang,” tegas Retno dalam percakapan pesan singkat, Senin (3/11/2025).
Lebih lanjut, Retno mengimbau para petani untuk tetap waspada terhadap kondisi cuaca ekstrem yang diprediksi masih akan berlangsung hingga Desember 2025.
Namun begitu, pihaknya juga mengingatkan para petani untuk tetap tenang. Sebab, Pemerintah telah menyiapkan bantuan berupa bibit padi apabila terjadi kerusakan akibat bencana.
“Karena tidak ada gagal panen, kami hanya mengimbau untuk kewaspadaan terhadap cuaca. Tapi kalau ada puso (kerusakan tanaman akibat banjir) akan ada bantuan bibit padi, dari Pemprov,” tegas dia.
Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, telah menetapkan status tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor selama 7 hari sejak 1-7 November 2025.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Topik: Banjir
-
/data/photo/2025/11/03/69086b8920125.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Banjir Terjang Lumajang, 88 Hektar Sawah di 5 Kecamatan Terendam Surabaya 3 November 2025
-

Jembatan Antar Kampung di Lumajang Putus Diterjang Banjir Lahar Semeru, Warga Terpaksa Pakai Batang Kayu
Lumajang (beritajatim.com) – Jembatan penghubung antar kampung di Dusun Sumberlangsep, Desa Jugosari, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, putus total akibat banjir lahar Gunung Semeru yang menerjang wilayah tersebut pada Minggu (2/11/2025) malam. Derasnya aliran material vulkanik di Sungai Regoyo menghantam badan jalan hingga terputus sepanjang enam meter.
Putusnya jembatan membuat akses utama warga dusun terisolasi. Sulaifah, salah satu warga setempat, mengatakan aktivitas masyarakat kini sangat terganggu, terutama anak-anak yang hendak berangkat sekolah.
“Terpaksa harus lewat pakai jalan dadakan dari sebatang kayu, ini jembatannya nggak ada karena rusak. Sangat terganggu buat aktivitas sehari-hari, anak-anak juga sulit mau sekolah,” ujar Sulaifah, Senin (3/11/2025).
Warga lainnya, Widarto, mengaku kondisi tersebut juga membuat kendaraan tidak bisa melintas sama sekali. Ia berharap pemerintah segera memperbaiki jembatan agar aktivitas ekonomi warga bisa kembali berjalan normal.
“Ini kan jalan yang rusak sekitar 6 meter terkena arus banjir. Ini jalan mau keluar, ke kebun dari dalam mau keluar nggak bisa, harapannya semoga cepat dibenerin,” katanya.
Pantauan di lokasi menunjukkan warga menggunakan sebatang kayu besar sebagai pengganti jembatan sementara untuk menyeberang. Jalur darurat ini digunakan secara bergantian dengan risiko tinggi, terutama saat debit air meningkat.
Banjir lahar dingin Gunung Semeru kerap terjadi ketika curah hujan tinggi mengguyur kawasan lereng selatan gunung. Material vulkanik sisa erupsi terbawa air dan mengalir melalui sungai-sungai di Candipuro dan Pronojiwo. Pemerintah daerah diminta segera menurunkan alat berat dan memperbaiki akses jalan agar warga tidak terus terisolasi selama musim hujan. [has/beq]
-

Fakta-fakta Supermoon Terbesar Tahun ini yang Bakal Muncul 5 November
Bisnis.com, JAKARTA – Fenomena alam Supermoon akan terjadi lagi di 5 November 2025 malam. Fenomena ini akan menjadi Supermoon yang terbesar pada 2025.
Fenomena Supermoon atau Purnama Perige adalah saat di mana bulan purnama muncul dengan ukuran yang paling besar dan sinar yang lebih terang daripada biasanya. Hal ini terjadi karena bulan purnama terjadi saat posisi bulan sedang berada di titik terdekatnya dengan planet Bumi. Sedangkan posisi bulan yang terjauh dinamakan Apogee.
Fenomena ini terjadi karena bulan tidak mengelilingi bumi dalam bentuk lingkaran sempurna, tapi berbentuk oval seperti lingkar telur. Hal inilah yang membuat jarak bulan dan bumi tidak selalu sama setiap saat, seperti yang dilansir dari BBC.
Melansir keterangan resmi BMKG, jarak bumi dengan bulan pada peristiwa Supermoon Perige 6 November 2025 besok adalah 356.980 kilometer. Sebagai perbandingan, jarak bulan-bumi yang dicatat LangitSelatan.com saat purnama 14 April 2025 lalu adalah 406.295 km, jarak terjauh yang dicapai bulan pada 2025.
Purnama puncak akan terjadi di 5 November 2025 pukul 20.19 WIB, yang bisa dinikmati seluruh warga Indonesia tanpa alat bantu apapun. Sedangkan fenomena puncak Perige, saat posisi bulan paling jauh, akan terjadi pada 6 November 2025 pukul 05.28 WIB, yang kurang bisa dinikmati oleh warga bumi di belahan siang hari.
BMKG turut menjelaskan, ukuran diameter bulan pada saat puncak Supermoon Perige bisa mencapai 16′ 44,28″, dengan jarak bulan sebesar 356.833 km dengan bumi. Puncak tersebut akan tercatat sebagai jarak terdekat bumi dan bulan pada tahun 2025. Jika dibandingkan dengan Purnama Apoge, ukurannya naik 14% dengan Purnama Perige besok.
Untuk menikmati fenomena indah ini, diharakan memantau prakiraan cuaca di website BMKG agar anda dapat menikmatinya tanpa gangguan cuaca hujan.
Saat supermoon terjadi, akan terjadi beberapa hal berikut yang perlu diperhatikan masyarakat
1. Laut Pasang akan Terjadi
Supermoon akan membuat laut pasang lebih tinggi dari biasanya. Hal ini terjadi karena bulan memiliki gaya gravitasi yang dapat mempengaruhi laut, terlebih saat posisinya lebih dekat dengan bumi.2. Banjir Rob di Pesisir Pantai
Masyarakat yang tinggal di pesisir laut perlu waspada dan berhati-hati saat fenomena supermoon terjadi, terlebih saat musim hujan sedang terjadi karena dapat menyebabkan banjir rob. Fenomena supermoon akan membuat laut pasang, yang ditambah musim hujan sekarang ini akan memperparah risiko banjir rob. Selalu pantau informasi terbaru dari BMKG maupun BNPB untuk mendapatkan informasi peringatan dini cuaca buruk. -

Bulan Purnama Terbesar 2025 Supermoon Perige 2 Hari Lagi, Air Laut Naik Drastis?
Bisnis.com, JAKARTA — Fenomena Supermoon atau Purnama Perige akan menghiasi langit Indonesia pada 5 November 2025. Berbeda dengan bulan purnama sebelumnya, Purnama Perige akan menjadi yang terbesar sepanjang 2025 karena letak Bulan berada pada jarak terdekatnya dengan Bumi.
Apa Itu Purnama Perige?
Dilansir dari akun Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Senin (3/11/2025) Purnama Perige, dikenal juga sebagai Supermoon, terjadi saat fase Bulan purnama bertepatan dengan posisi Bulan terdekat dengan Bumi, yang disebut perige.
Pada 5 November 2025 pukul 20.19 WIB, jarak Bumi-Bulan mencapai 356.980 km dengan ukuran semi-diameter Bulan sebesar 16’ 43,87”. Fenomena ini membuat Bulan tampak hingga 14% lebih besar dan 30% lebih terang dibandingkan Bulan purnama biasa.
Untuk menyaksikan Supermoon, pengamat di Indonesia dapat mulai mengamati setelah Bulan terbit pada sore menjelang malam, dengan puncak fase purnama pukul 20.19 WIB. Lokasi terbaik adalah area terbuka dengan minim polusi cahaya, seperti pantai atau pegunungan, dan gunakan teleskop atau binokuler untuk detail lebih baik. Pastikan cuaca cerah; aplikasi astronomi seperti Stellarium bisa membantu memprediksi visibilitas.
Pasang Surut Air Laut
Fenomena bulan purnama berdampak pada pasang surut air laut. Posisi perige sebenarnya terjadi pada 6 November 2025 pukul 05.28 WIB dengan jarak terdekat 356.833 km, menjadikannya jarak Bumi-Bulan terdekat sepanjang 2025 dan semi-diameter 16’ 44,28”. Sebagai perbandingan, Purnama Apoge pada 13 April 2025 memiliki jarak 406.006 km dengan semi-diameter lebih kecil, yakni 14’ 42,65”.
Perigee dan apogee memengaruhi pasang surut laut melalui variasi gaya gravitasi Bulan terhadap Bumi, di mana posisi Bulan yang lebih dekat (perigee) meningkatkan kekuatan tarikan, sementara posisi lebih jauh (apogee) melemahkannya. Fenomena ini berkontribusi pada ketinggian air laut yang bervariasi, meskipun pengaruh utama tetap dari siklus harian gravitasi Bulan dan Matahari.
Diketahui, pasang surut laut terjadi karena gaya gravitasi Bulan menarik air laut ke arahnya, menciptakan tonjolan air di sisi Bumi yang menghadap Bulan, sementara gaya sentrifugal menyebabkan tonjolan di sisi berlawanan.
Selama perigee, jarak Bulan yang lebih dekat (sekitar 356.000-386.000 km) memperkuat gaya gravitasi ini, menghasilkan pasang naik lebih tinggi dan surut lebih rendah, terutama saat bertepatan dengan pasang purnama (spring tide). Sebaliknya, pada apogee dengan jarak lebih jauh (sekitar 404.000-406.000 km), gaya tarik berkurang, sehingga pasang surut menjadi kurang ekstrem dan dikenal sebagai pasang perbani (neap tide) yang lebih moderat.
Dalam konteks Supermoon seperti pada 5 November 2025, perigee yang mendekati purnama dapat meningkatkan pasang surut hingga beberapa sentimeter lebih tinggi dari biasanya, memengaruhi wilayah pesisir seperti banjir rob di Indonesia. Namun, pengaruh ini tidak langsung menyebabkan bencana besar, karena faktor lain seperti angin, tekanan atmosfer, dan topografi pantai juga berperan.
Studi juga menunjukkan bahwa pasang surut perigee sering kali bersifat sementara dan dapat diprediksi untuk mitigasi risiko
-

8 Kecamatan Diterjang Bencana, Pemkab Lumajang Tetapkan Status Tanggap Darurat
Lumajang (beritajatim.com) – Total ada 8 kecamatan di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur yang terdampak bencana banjir, tanah longsor maupun pohon tumbang.
Hal ini membuat Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Lumajang telah menetapkan status tanggap darurat bencana sejak 1 hingga 7 November 2025.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Lumajang mencatat, 8 wilayah terdampak meliputi Kecamatan Tempursari, Pronojiwo, Candipuro, Pasirian, Padang, Sukodono, Sukodono, dan Kecamatan Lumajang.
Sekretaris Daerah Kabupaten Lumajang Agus Triyono mengatakan, status tanggap darurat berlaku selama 7 hari dan sudah ditetapkan pada 1 November 2025.
Agus menyampaikan, saat ini draft surat keputusan (SK) Bupati Lumajang tentang status tanggap darurat bencana masih disiapkan.
Penetapan status tanggap darurat bencana ini merupakan imbas dari kejadian bencana alam yang terjadi di 8 kecamatan pada, Sabtu (1/11/2025) malam.
Curah hujan tinggi disertai angin dan petir membuat 8 kecamatan dilanda bencana banjir, tanah longsor, dan pohon tumbang.
“SK bupati tentang penetapan status tanggap darurat bencana banjir dan tanah longsor tahun 2025 terhitung tanggal 1-7 November 2025,” terang Agus, Senin (3/11/2025).
Menurutnya, selama masa tanggap darurat bencana, pemerintah akan melakukan berbagai upaya penanganan.
Seperti, membangun dapur umun untuk memenuhi kebutuhan makan bagi warga terdampak di 8 kecamatan.
Selain itu, tim reaksi cepat (TRC) BPBD Lumajang dan relawan penanggulangan bencana juga ikut disiagakan untuk melakukan penanganan darurat apabila terjadi bencana susulan.
“Tentu setiap perkembangan wilayah kecamatan yang rawan bencana banjir dan tanah longsor akan dipantau juga, serta melakukan langkah kedaruratan sesuai prosedur,” tambah Agus.
Wilayah Kabupaten Lumajang belakangan sering diguyur hujan dengan intensitas sedang hingga lebat.
Menyikapi ini warga diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengevakuasi diri ke tempat aman.
“Sekarang sudah hujan, jadi imbauan kami untuk warga tetap waspada dan menjaga keselamatan,” ungkap Agus. (has/ted)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4255388/original/099094100_1670573986-20221209-Cuaca-Ekstrem-Faizal-4.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)

