Topik: Banjir

  • Banjir Thailand Tewaskan 55 Orang, Kamar Mayat Penuh

    Banjir Thailand Tewaskan 55 Orang, Kamar Mayat Penuh

    Bangkok

    Fasilitas utama yang menerima jenazah di wilayah Thailand bagian selatan telah penuh dan melebihi kapasitasnya, saat jumlah korban tewas akibat banjir terus bertambah menjadi sedikitnya 55 orang.

    Situasi itu, seperti dilansir AFP, Jumat (28/11/2025), memaksa otoritas setempat untuk mendatangkan tiga truk berpendingin, agar bisa menjadi tempat penampungan sementara bagi jenazah korban banjir.

    Banjir mematikan merendam sebagian besar wilayah Provinsi Songkhla selama beberapa hari terakhir. Kota Hat Yai, yang merupakan pusat transportasi dan perdagangan utama di Provinsi Songkhla, menjadi daerah yang terdampak banjir paling parah.

    Fasilitas kamar jenazah yang ada di Rumah Sakit Songkhla pun melaporkan mulai kewalahan untuk menampung korban tewas akibat banjir.

    “Kamar jenazah telah melebihi kapasitasnya, kami membutuhkan lebih banyak,” ujar seorang petugas kamar jenazah di Rumah Sakit Songkhla, Charn, saat berbicara kepada AFP.

    Rekaman video yang diambil oleh seorang jurnalis AFP di lokasi menunjukkan keberadaan truk-truk berpendingin berwarna putih yang telah terparkir di luar gedung utama Rumah Sakit Songkhla.

    Banjir parah yang dipicu hujan deras melanda wilayah Thailand bagian selatan pekan ini, terutama di Hat Yai, yang terletak dekat perbatasan dengan Malaysia. Sebagian besar area di wilayah tersebut terendam banjir, yang mendorong para penduduk setempat untuk berlindung di atap-atap rumah.

    Pemerintah Thailand, dalam pernyataan pada Kamis (27/11) malam waktu setempat, mengumumkan bahwa jumlah korban tewas akibat banjir selama beberapa ari di Provinsi Songkhla telah melonjak menjadi sedikitnya 55 orang. Angka naik dari enam orang pada hari sebelumnya.

    Pada Jumat (28/11), pemerintah Thailand mengatakan pihaknya telah menonaktifkan kepala distrik Hat Yai atas dugaan kegagalan dalam menangani banjir.

    Di wilayah Hat Yai, banjir telah mencapai ketinggian 2,5 meter dan merendam rumah-rumah serta jalanan. Foto-foto menunjukkan seluruh jalan terendam air, rumah-rumah setengah terendam, dan kru darurat di atas perahu menyelamatkan warga serta mengirimkan bantuan.

    Militer Thailand telah mengerahkan sekitar 200 perahu, 20 helikopter, dan bahkan kapal induk mereka untuk membantu upaya penanggulangan banjir dan penyelamatan.

    Tonton juga video “Thailand Gercep Bikin RS Lapangan Pasien Terdampak Banjir”

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Wamen ESDM Minta PLN-Pertamina Jamin Pasokan Energi di Sumut dan Aceh Usai Bencana Banjir hingga Longsor

    Wamen ESDM Minta PLN-Pertamina Jamin Pasokan Energi di Sumut dan Aceh Usai Bencana Banjir hingga Longsor

    Liputan6.com, Jakarta – Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Yuliot Tanjung meminta listrik dan bahan bakar minyak (BBM) terjamin di wilayah terdampak banjir dan longsor Sumatera Utara serta Aceh. Meski diakuinya ada kendala soal listrik dan jalur distribusi BBM.

    Yuliot meminta kelistrikan bisa dijamin oleh PT PLN (Persero), serta PT Pertamina (Persero) menjamin pasokan BBM dan LPG ke wilayah bencana. Menyusul bencana banjir dan longsor di Sumut, Aceh, hingga Riau.

    “Yang pertama, kelistrikan. Itu untuk daerah yang terdampak, itu kelistrikannya harus dipastikan aman, dan juga bagaimana penyaluran kalau ada kondisi yang menyebabkan sebagian infrastrukturnya yang terganggu. Jadi itu harus segera dipulihkan oleh teman-teman PLN,” kata Yuliot, di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (28/11/2025).

    PLN sudah mengirimkan material tower dari Jakarta ke Aceh. Tercatat, ada 12 tower listrik PLN yang rusak. Penyedia tenaga listrik darurat juga telah disalurkan ke fasilitas penting seperti rumah sakit dan musala.

    Yuliot juga meminta Pertamina memastikan pasokan BBM di wilayah terdampak bencana. Apalagi dengan adanya jalur distribusi yang terhambat longsor hingga jembatan putus.

    “Itu ketersediaan BBM, ini banyak jalan yang longsor, banyak jembatan yang putus juga. Jadi kita juga memastikan untuk SPBU yang ada, ini yang bisa dilayani itu akan tetap didistribusikan oleh teman-teman yang ada di Pertamina Patra Niaga,” pintanya.

  • Dampak Banjir Sumatera Utara, Pelajar di Deli Serdang Belajar Online

    Dampak Banjir Sumatera Utara, Pelajar di Deli Serdang Belajar Online

    Liputan6.com, Jakarta Banjir melanda sejumlah kabupaten kota di Provinsi Sumatera Utara (Sumut), salah satunya di Kabupaten Deli Serdang. Sama seperti Kota Medan, banjir melanda Deli Serdang pada Kamis (27/11/2025). Hingga Jumat (28/11/2025), banjir yang merendam Deli Serdang mulai surut.

    Kabupaten Deli Serdang berbatasan tepat dengan Kota Medan. Informasi diperoleh Liputan6.com, sebanyak 108.955 warga Deli Serdang terdampak banjir yang disebabkan oleh Siklon Tropis Senyar.

    Berdasarkan data terkini, dari 13 kecamatan yang terdampak, jumlah tertinggi tercatat di Kecamatan Sunggal, sebanyak 44.012 jiwa.

    Banjir yang melanda Deli Serdang cukup menghambat aktivitas masyarakat. Salah satunya di bidang pendidikan.

    Plt Kadis Pendidikan Deli Serdang Samsuar Sinaga, mengeluarkan edaran agar proses belajar mengajar di sekolah dialihkan dengan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) Belajar dari Rumah (BDR).

    “Hal ini penting dilakukan jika kondisi lingkungan sekolah mengganggu dan membahayakan kesehatan maupun keamanan siswa, guru, dan warga sekolah,” kata Samsuar.

    Seorang Siswa Kelas XI Sekolah Menengah Atas (SMA) Yayasan Pendidikan Sultan Iskandar Muda (YPSIM), Bintang, mengaku dirinya mendapat imbauan untuk belajar daring.

    Imbauan tersebut, kata Bintang, diperoleh dari sekolahnya yang berada di Jalan Bakul, Sunggal, akibat cuaca yang kurang baik serta masih adanya sejumlah daerah di Medan dan Deli Serdang yang terendam banjir.

    “Dapat info dari sekolah untuk belajar dari rumah (daring). Belum tahu sampai kapan, tunggu info lanjutan dari sekolah,” kaya Bintang, yang tinggal bersama orang tuanya di Jalan Mesjid, Dusun I Aman Damai, Deli Serdang.

    Diakui Bintang, pada Kamis (27/11/2025) kemarin akses dari rumahnya menuju sekolah memang terendam banjir, tepatnya di kawasan Simpang Kampung Lalang.

    Air yang merendam kawasan itu akibat meluapnya Sungai Belawan yang membelah perbatasan Kota Medan dengan Kabupaten Deli Serdang.

    “Apalagi semalam hujan seharian, terus banjir, memang gak bisa dilintasi. Dapat imbauan dari sekolah, belajar daring, jadi saya enggal ke sekolah, belajarnya dari rumah, sampai hari ini, sudah dua hari,” ungkapnya.

    Sementara, Ayu, selaku orang tua atas nama Cikal, yang anaknya bersekolah di RA Hajjah Fauziah Binjai, juga mendapatkan instruksi dari sekolah untuk libur.

    Menurut Ayu, warga Jalan Kalirejo, Sunggal, Deli Serdang, instruksi itu didapat dari Grup WhatsApp sekolah terkait cuaca yang melanda Sumut. Apalagi banjir turut melanda Deli Serdang.

    “Sudah dua hari (diliburkan). Belum tahu sampai kapan. Soalnya enggak hanya di Medan dan Deli Serdang, Binjai juga banjir, kan. Jadi, banyak teman-teman anak saya yang rumahnya kebanjiran,” sebutnya.

    Terkait kondisi tersebut, Bupati Deli Serdang, Asri Ludin Tambunan, memerintahkan seluruh jajaran bergerak cepat menerima aduan dan mengevakuasi warga.

    “Seluruh pihak sudah dikerahkan untuk evakuasi masyarakat terdampak. Posko pengungsian, layanan kesehatan, dan dapur umum terus didirikan,” ujarnya.

    Seluruh fasilitas kesehatan, baik rumah sakit daerah maupun Puskesmas, siaga penuh dan siap menampung warga yang membutuhkan perawatan.

    “Semuanya harus bergerak, berdampak, dan zero korban jiwa. Tidak ada Puskesmas atau layanan kesehatan yang menolak pasien,” tegas Bupati.

    Berdasarkan data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Deli Serdang, total ada 96 titik banjir dengan ketinggian air bervariasi antara 20 sentimeter hingga lebih dari 1 meter.

    Dari jumlah itu, 22 titik kategori terparah dengan ketinggian air di atas 1 meter, meliputi Percut Sei Tuan, Sunggal, Hamparan Perak, Patumbak, dan Tanjung Morawa.

    Kepala BPBD Deli Serdang, Mukti Ali Harahap, menyampaikan, petugas di lapangan terus melakukan evakuasi. Terutama warga yang masih di dalam rumahnya.

    Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian (Kominfostan), Anwar Sadat Siregar, menambahkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Deli Serdang telah membuka kanal untuk mempercepat respons dari masyarakat.

    “Layanan 112 untuk kebutuhan darurat. Ada 60 aduan yang masuk. Selain itu layanan di nomor 082374141678 juga digunakan,” tandasnya.

  • Update Terbaru Longsor dan Banjir Bandang di Wilayah Sumut, Sumbar, dan Aceh

    Update Terbaru Longsor dan Banjir Bandang di Wilayah Sumut, Sumbar, dan Aceh

    Bencana ini melanda berbagai wilayah di Pulau Sumatera, mencakup Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Di Sumatera Utara, daerah terdampak meliputi Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Kota Sibolga, Humbang Hasundutan, Deli Serdang, Pakpak Bharat, Mandailing Natal, Nias, Kota Gunung Sitoli, Langkat, Kota Medan, Padangsidempuan, dan Serdang Bedagai. Sementara itu, di Sumatera Barat, Kota Padang, Padang Pariaman, Tanah Datar, Agam, Pesisir Selatan, Kota Pariaman, Pasaman Barat, Bukittinggi, Kota Solok, Padang Panjang, Limapuluh Kota, dan Pasaman turut merasakan dampaknya. Di Aceh, bencana terjadi di Pidie, Aceh Besar, Pidie Jaya, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Aceh Barat, Subulussalam, Bireuen, Lhokseumawe, Aceh Timur, Langsa, Bener Meriah, Gayo Lues, Aceh Singkil, Aceh Utara, dan Aceh Selatan.

    Kondisi geografis yang beragam, mulai dari lereng perbukitan yang rawan longsor hingga dataran rendah dan pesisir yang rentan banjir, memperparah dampak bencana. Banyak permukiman warga yang berada di bantaran sungai atau kaki bukit menjadi sasaran utama terjangan air dan material longsor. Gangguan jaringan telekomunikasi dan akses jalan yang terputus membuat beberapa daerah terisolasi, menyulitkan upaya evakuasi dan penyaluran bantuan.

  • Cegah banjir, Pemkot dorong percepatan pembangunan embung Cakung

    Cegah banjir, Pemkot dorong percepatan pembangunan embung Cakung

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Kota (Pemkot) Jakarta Timur (Jaktim) mendorong percepatan pembangunan embung di wilayah Cakung sebagai upaya pengendalian banjir yang kerap melanda kawasan tersebut.

    “Kita sudah mendorong dan berkoordinasi dengan Dinas Sumber Daya Air (SDA) untuk percepatan pembangunan embung Cakung,” kata Wali Kota Jakarta Timur Munjirin di Jakarta, Jumat.

    Menurut dia, pembangunan embung itu telah lama menjadi harapan warga sekaligus prioritas pemerintah daerah.

    “Embung di Cakung itu memang keinginan kita, sama juga dengan keinginan masyarakat agar cepat dibangun dalam rangka penanggulangan banjir,” ujar Munjirin.

    Dia menjelaskan pihaknya telah melakukan koordinasi intensif dengan Dinas SDA DKI Jakarta selaku instansi teknis yang berwenang membangun dan mengelola fasilitas penampungan air tersebut.

    Selain itu, dia pun berharap agar pembangunan embung tersebut dapat mulai diprogramkan dalam waktu dekat.

    “Kita sudah mendorong dan berkoordinasi dengan Dinas Sumber Daya Air. Mudah-mudahan akan segera diprogramkan. Untuk lebih jelas kapan mulainya, itu bisa ditanyakan ke Dinas SDA,” ucap Munjirin.

    Terkait komunikasi dengan warga soal rencana pembangunan embung tersebut, dia memastikan aspirasi masyarakat sudah sejak lama disampaikan dan telah menjadi perhatian pemerintah.

    “Yang jelas, ini keinginan yang sudah lama diutarakan. Dari pihak Dinas SDA pun sudah tahu dan sudah menangkap kebutuhan itu. Kita tinggal percepatan saja,” tegas Munjirin.

    Pembangunan embung di Cakung itu diharapkan dapat menjadi solusi pengurangan genangan sekaligus meningkatkan kapasitas tampungan air hujan di kawasan yang selama ini rawan banjir.

    Pemkot Jakarta Timur menegaskan komitmennya untuk mengawal proses perencanaan hingga pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut sehingga kebutuhan warga dapat segera terpenuhi.

    Sebelumnya, warga di Jalan Pool PPD, RT 02/RW 07, Kelurahan Cakung Barat, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur, meminta pemerintah agar segera merealisasikan pembangunan embung atau waduk kecil sebagai langkah antisipasi banjir di kawasan tersebut.

    “Meskipun dalam beberapa tahun terakhir genangan sudah berkurang, warga menilai keberadaan embung tetap penting sebagai pengendali tata air di tengah pesatnya pembangunan infrastruktur di wilayah tersebut,” kata salah satu warga Cakung Barat, Jainal, di Jakarta, pada 11 November 2025.

    Warga yang bekerja di bengkel sekitar lokasi itu mengungkapkan selama tiga tahun terakhir, wilayah tersebut memang tidak lagi dilanda banjir besar.

    Namun, Jainal menilai muncul persoalan baru berupa debu tebal dan lalu lintas truk berat yang melintas setiap hari.

    “Kalau banjir sih sudah tidak ada, sudah berkurang banyak. Tapi sekarang debu yang parah banget, bikin sesak. Dulu kendaraan belum banyak, sekarang truk lalu-lalang terus, ditambah orang suka buang puing di pinggir jalan,” jelas Jainal.

    Oleh sebab itu, sambung dia, meskipun saluran air dan drainase sudah diperbaiki sejak adanya rencana pembangunan Rumah Sakit Internasional, warga setempat tetap berharap agar embung tersebut segera dibangun guna memastikan kawasan itu tetap aman dari risiko banjir musiman.

    Pewarta: Siti Nurhaliza
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Mentan Amran Kirim Bantuan Beras dan Minyak Goreng untuk Korban Bencana di Sumatera

    Mentan Amran Kirim Bantuan Beras dan Minyak Goreng untuk Korban Bencana di Sumatera

    Liputan6.com, Jakarta – Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menyalurkan bantuan beras dan minyak goreng untuk tiga provinsi di Sumatera yang dilanda banjir dan longsor dalam beberapa hari terakhir, yakni Sumatera Utara, Sumatera Barat, dan Aceh.

    Menurut Amran, Sumatera Utara menerima pasokan 16,8 juta kilogram beras dan lebih dari 3,3 juta liter minyak goreng. Sumatera Barat mendapatkan 6,8 juta kilogram beras serta 1,3 juta liter minyak goreng. Adapun untuk Aceh, pemerintah menyiapkan 10,6 juta kilogram beras dan 2,1 juta liter minyak goreng.

    Seluruh bantuan dikoordinasikan bersama Bulog, Satgas Pangan, Badan Pangan Nasional (Bapanas), dan TNI.

    “Ini saudara kita di Sumatera Barat, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Aceh. Ada bencana banjir, pemerintah akan mengirim bantuan. Itu bantuan dan ada Bulog, ini lengkap dari Satgas, Bapannas, TNI, lengkap tim,” kata dia saat konferensi pers, Jumat (28/11/2025).

    Dia memastikan, stok pangan di tiga provinsi itu aman berkat surplus produksi masing-masing wilayah. Aceh, kata Amran, memiliki cadangan beras hingga 871 ribu ton, sedangkan Sumatera Utara juga menyimpan stok banyak sehingga distribusi bisa ditarik langsung dari daerah tanpa menunggu kiriman nasional.

    “Oh enggak masalah, itu kecil, yang terdampak kecil, dari padi atau yang lain kecil. Makanya kita ada cadangan, cadangan kita sangat kuat. Di sana kita ada beras di Aceh, Aceh itu surplus 871.000 ton beras, keluarkan 10.000, itu Aceh. Kemudian Sumatera Utara, kita juga surplus, cukup besar, keluarkan 16.000. Ada minyak goreng, langsung kita kirim,” ujar dia.

    Amran kemudian memerintahkan jajarannya berangkat hari itu juga untuk memastikan bantuan bergerak tanpa hambatan. Dirinyaakan menyusul memantau distribusi begitu kondisi kesehatannya membaik.

    “Tolong hari ini berangkat, langsung ke lapangan. Nanti aku nyusul, kalau sudah agak kebaikan tapi, wakili saya,” tandas dia.

  • Banjir Medan, Cerita Mencekam Warga dalam 24 Jam

    Banjir Medan, Cerita Mencekam Warga dalam 24 Jam

    Liputan6.com, Jakarta Kota Medan, Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Sumut) dilanda banjir besar pada Kamis (27/11/2025). Meski sudah mulai surut pada Jumat (28/11/2025), bencana banjir medan menyisakan duka dan cerita.

    Warga membagikan cerita mencekam dikepung banjir. Mulai dari air yang tiba-tiba naik pada waktu Subuh, hingga sulitnya mencari sanak saudara yang terjebak di rumah akibat banjir. Kondisi diperparah padamnya aliran listrik, sehingga banyak warga yang benar-benar merasa kebingungan pada saat air merendam tempat tinggal mereka.

    Sarah, tinggal di Jalan S Parman, Medan. Dia berbagi cerita saat terjebak di rumah akibat banjir dari luapan Sungai Babura. Tinggi air yang merendam rumahnya mencapai 2,5 meter. Dia mulai membagikan kisahnya sejak Kamis 27 November 2025.

    “Awalnya masih sepinggang orang dewasa, lama-lama tinggi. Nah, rumah kami lantai 2, yang lantai 1 sudah tenggelam,” dia membagikan pengalamannya di media sosial.

    Situasi semakin sulit karena aliran listrik padam. Ini adalah kali pertama Sarah merasakan banjir yang mencekam. Dia harus dievakuasi dari rumahnya yang sudah terendam.

    “Tim Basarnas sudah mulai merapat, mau nangis karena kedinginan. Seumur-umur baru ngerasain ini dievakuasi akibat banjir,” tulisnya.

    Keesokan harinya, Sarah kembali membagikan cerita. Dia dan keluarga lolos dari kepungan banjir. Mereka mengungsi sementara ke salah satu guest house.

    “Hari ini (Jumat, 23 November 2025) banjir sudah mulai surut, tapi lumpurnya cukup tebal,” ucapnya.

    Cerita lain datang dari bantaran Sungai Deli. Tepatnya di kawasan Jalan Kejaksaan. Seorang warga bernama Fauzi menceritakan detik-detik air sungai naik hingga merendam rumah yang  ditempati bersama keponakan dan ibunya.

    Bermula dari hujan yang mengguyur Kota Medan tak henti-henti sejak Selasa (25/11/2025). Fauzi mulai resah. Apalagi, langit di Kota Medan tak menunjukkan adanya tanda-tanda cerah.

    Rabu (26/11/2025) malam, Fauzi yang rumahnya hanya hitungan meter dari Sungai Deli sempat mengecek debit air. Daikuinya, saat itu debit air mulai naik. Tak Sampai 24 jam, pada Kamis (27/11/2025) pagi, air mulai merendam rumahnya. 

    “Semalam lah puncaknya, pagi naik, siang naik, malam masih tinggi. Pagi ini mulai surut. Ini paling tinggi saya rasa naiknya, karena gang dekat rumah saya biasanya enggak pernah banjir, tapi kali ini banjir,” ungkapnya.

    Di tengah kepungan banjir, Fauzi gelisah. Dia kesulitan menghubungi keluarga untuk mengirimkan kabar. Sinyal telekomunikasi yang dipakainya hilang timbul ketika hendak memberi tahu kabar kepada keluarga.

    “Sulit kali komunikasi. Terus, listrik kan juga padam, nyari-nyari tetangga yang punya genset, lah, untuk ngecas hape. Begitu sinyal ada, langsung kasih kabar ke keluarga,” bebernya.

     

  • Fahira Idris DPD Dorong Pemerintah Kerahkan Semua Sumber Daya Atasi Banjir di Sumatera: Keselamatan Warga yang Utama

    Fahira Idris DPD Dorong Pemerintah Kerahkan Semua Sumber Daya Atasi Banjir di Sumatera: Keselamatan Warga yang Utama

    Saat ini dan ke depan, lanjut Fahira Idris ada sejumlah langkah mendesak yang perlu dilakukan pemerintah dan para pemangku kepentingan di semua level. Pertama, memperkuat koordinasi pusat–daerah sebagai satu komando penanganan bencana. Melihat besarnya dampak bencana yang simultan di tiga provinsi, koordinasi terpadu mutlak diperlukan. BNPB sudah mengaktifkan langkah ini, namun perlu dipastikan bahwa perintah, data, dan distribusi logistik berjalan cepat dan satu jalur.

    Kedua, mengaktifkan jalur transportasi alternatif untuk akses bantuan. Karena banyak jalan darat terputus, operasi udara baik helikopter maupun pesawat kargo, harus dimaksimalkan. Bantuan harus bergerak ke titik-titik pengungsian.

    Ketiga, memastikan layanan dasar tetap berfungsi. Walau, Kemenkes telah mengaktifkan puskesmas dan RS di wilayah terdampak, namun perlu dukungan tambahan antara lain berupa tim medis rotasi 24 jam, suplai obat-obatan penyakit banjir, penyediaan air bersih mobile, dan fasilitas sanitasi sementara.

    Keempat, memulihkan telekomunikasi dengan teknologi darurat agar upaya penangan cepat dan tepat. Dengan banyaknya site telekomunikasi lumpuh di Aceh dan Sumut, komunikasi darurat harus dipulihkan, antara lain melalui satelit multifungsi negara, konsolidasi operator satelit swasta, routing jaringan sementara dan genset darurat yang segera dimobilisasi ke titik-titik kritis.

    Kelima, penanganan pascabencana. Pemulihan tentunya tidak hanya infrastruktur. Untuk itu, Pemerintah perlu membuka akses jalan yang terputus secepat mungkin, melakukan pendataan kerusakan rumah dan fasilitas umum, memberikan bantuan stimulan untuk keluarga terdampak, dan melakukan rehabilitasi daerah rawan longsor dan banjir.

    “Bencana di Sumatera ini juga harus menjadi momentum untuk memperkuat tata ruang berbasis mitigasi risiko, memperbaiki DAS, membersihkan sedimentasi sungai, hingga menata kawasan rawan longsor dan banjir,” pungkas Fahira Idris yang juga relawan penanggulan bencana ini.

  • Komisi XII DPR Serahkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumut

    Komisi XII DPR Serahkan Bantuan untuk Korban Bencana di Sumut

    Jakarta

    Komisi XII DPR RI bersama Danantara menyerahkan bantuan untuk korban bencana hidrometeorologi di Sumatera Utara (Sumut). Bantuan diserahkan untuk korban bencana di Tapanuli Tengah, Tapanuli Selatan, dan Sibolga.

    Bantuan untuk bencana ini diserahkan di Medan, Sumatera Utara, Kamis (27/11). Ketua Komisi XII DPR RI, Bambang Haryadi, menyebut bantuan ini untuk meringankan beban masyarakat yang terdampak bencana.

    “Komisi XII DPR dan Danantara (PLN, Inalum, Antam, Pertamina, BRI dan BTN) menyerahkan bantuan terhadap korban bencana banjir di 3 kabupaten (Tapteng, Tapsel dan Sibolga),” kata Bambang Haryadi, Jumat (28/11/2025).

    Bambang menyebut bantuan diserahkan di Medan karena faktor cuaca. Bantuan yang diserahkan berupa obat-obatan hingga sembako dan selimut.

    “Bantuan yang diserahkan untuk korban bencana banjir di 3 kabupaten berupa sembako, selimut dan obat-obatan,” ujar Bambang.

    Bencana hidrometeorologi di Sumut telah melanda 13 Kabupaten/Kota yakni Langkat, Tapanuli Tengah, Sibolga, dan Mandailing Natal. Kemudian Tapanuli Selatan, Tapanuli Utara, Padangsidempuan, Pakpak Bharat, Nias Selatan, Humbang Hasundutan, Binjai, Medan, dan Deli Serdang.

    (gbr/tor)

  • Cuaca Ekstrem di Aceh-Sumut-Sumbar, Penerbangan Tetap Aman?

    Cuaca Ekstrem di Aceh-Sumut-Sumbar, Penerbangan Tetap Aman?

    Jakarta

    Tiga bandara di Provinsi Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat tetap beroperasi normal meskipun bencana banjir bandang menerpa tiga provinsi besar itu. Bagaimana dengan penerbangan ke sana?

    PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports) menegaskan Bandara Sultan Iskandar Muda Aceh, Bandara Minangkabau Padang di Sumatra Barat dan Bandara Kualanamu Deli Serdang di Sumatra Utara tetap beroperasi normal melayani penerbangan dan perjalanan udara masyarakat.

    “Kami terus berkoordinasi dengan seluruh pihak untuk siap mendukung serta melayani berbagai penerbangan termasuk terkait pemulihan pascabencana,” kata PGS Corporate Secretary Group Head InJourney Airports Arie Ahsanurrohim, dalam keterangannya, Jumat (28/11/2025).

    Pihaknya juga mengimbau kepada calon penumpang pesawat yang memiliki jadwal keberangkatan penerbangan melalui ketiga bandara tersebut sebisa mungkin untuk tiba di bandara 2-3 jam sebelum keberangkatan.

    Pihaknya juga menyatakan duka mendalam atas bencana yang terjadi di tiga provinsi sekaligus.

    “PT Angkasa Pura Indonesia (InJourney Airports) menyampaikan duka mendalam atas bencana yang terjadi di sebagian wilayah Aceh, Sumatra Barat dan Sumatra Utara,” ujar Arie.

    (hal/fdl)