Jakpro Sebut JIS Tak Terdampak Banjir Rob, Tetap Beroperasi Normal
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– PT Jakarta Propertindo (Jakpro) memastikan, Jakarta International Stadium (JIS) tidak terdampak banjir rob yang empat hari terakhir merendam sejumlah titik di Jakarta Utara.
Head of SBU Jakarta International Stadium, Shinta Syamsul Arief memastikan, seluruh fasilitas JIS beroperasi normal hingga hari ini.
“Sampai pukul 17.00 WIB, Jakarta International Stadium beserta seluruh fasilitasnya tetap beroperasi normal dan tidak terdampak banjir rob,” ujar Shinta saat dikonfirmasi
Kompas.com
, Senin (16/12/2024).
Untuk diketahui, beberapa titik di Jakarta Utara terendam banjir rob dalam beberapa hari terakhir. Salah satu titik paling parah yakni Muara Angke, Penjaringan.
Di wilayah ini, banjir menggenang selama empat hari berturut-turut sejak Jumat (13/12/2024), dengan ketinggian mulai dari 25 sentimeter hingga satu meter.
Air rob biasa datang pada pagi hari sekitar pukul 06.00-09.00 WIB. Pada siang dan sore hari, air surut dengan sendirinya.
Sementara, dalam video yang diunggah akun Instagram @jakartainformasi memperlihatkan, air rob merendam area sekitar JIS. Lokasi banjir itu teridentifikasi di jalan menuju Sunter.
Dalam rekaman tersebut, suara perekam video menggambarkan suasana banjir di area stadion sepak bola yang disebut standar FIFA tersebut.
“Banjir, banjir air rob. Banyak kendaraan yang pada mogok,” kata perekam video.
Pemandangan yang terlihat dalam video merekam genangan air mengelilingi papan proyek pembangunan yang berdiri kokoh di area JIS itu.
Di tengah banjir, pengendara sepeda motor yang nekat melintasi genangan air tersebut mogok.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Topik: Banjir ob
-
/data/photo/2024/12/16/675f6fcb28e9f.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Jakpro Sebut JIS Tak Terdampak Banjir Rob, Tetap Beroperasi Normal Megapolitan 16 Desember 2024
-

Banjir rob di Jakut mulai surut
Jakarta (ANTARA) – Banjir rob yang terjadi di sejumlah wilayah di Jakarta Utara berangsur surut dan tidak ada warga yang mengungsi akibat bencana tersebut.
“Saat ini, banjir rob sudah berangsur surut. Di Marunda Pulo, kami pastikan air sudah surut pada pukul 13.50 WIB sehingga aktivitas masyarakat sudah kembali normal,” kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi DKI Jakarta Isnawa Adji di Jakarta, Senin.
Sedangjan di Kelurahan Pluit, banjir rob hingga pukul 15.00 WIB masih menggenang di tiga RT, yaitu RT 005, RT 010 dan RT 002 yang terletak di RW 022.
Ia memastikan bahwa tidak ada warga yang mengungsi akibat kejadian banjir rob tersebut. Warga masih tetap bertahan di rumah masing-masing hingga air mulai surut.
Personel BPBD Provinsi DKI Jakarta telah berkoordinasi dengan Dinas Sumber Daya (SDA) Provinsi DKI Jakarta, Dinas Sosial Provinsi DKI Jakarta, Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, Satpol PP Provinsi DKI Jakarta, petugas Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) dan Bintara Pembina Desa (Babinsa) dalam menangani banjir rob ini.
Pihaknya juga menyiagakan satu perahu karet dan perahu/sekoci untuk transportasi warga setempat di Muara Angke.
Penurunan tanah dan kenaikan permukaan air laut serta perubahan iklim menjadi tantangan dalam mengatasi banjir rob di Jakarta.
“Tantangan dalam penanganan banjir rob di Jakarta itu penurunan tanah (land subsidence) akibat pengambilan air tanah yang berlebihan sehingga memperburuk dampak banjir rob,” kata Kepala Pusat Data dan Informasi (Kapusdatin) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Mohamad Yohan.
Tanah yang turun, kata Yohan, mengakibatkan kawasan pesisir Jakarta semakin rentan terhadap rob. Hal ini sulit diatasi tanpa perubahan signifikan dalam pengelolaan sumber daya air.
Kemudian kenaikan permukaan laut dan perubahan iklim juga menjadi tantangan dalam mengatasi banjir rob di Jakarta.
Pewarta: Khaerul Izan
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024 -

Jakut distribusikan makanan bagi warga terdampak banjir rob
Jakarta (ANTARA) – Suku Dinas Sosial Jakarta Utara mendistribusikan bantuan makanan siap saji bagi masyarakat terdampak rob di wilayah permukiman warga Muara Angke, Kelurahan Pluit, Penjaringan, sejak Jumat (12/12) hingga Senin ini.
“Bantuan makanan siap saji diberikan sebanyak tiga kali setiap hari,” kata Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Utara, Rizqon Hermawan di Jakarta.
Suku Dinas Sosial (Sudinsos) Jakarta Utara memastikan warga terdampak mendapatkan kebutuhan dasar selama kondisi darurat berlangsung.
Rizqon mengatakan kawasan terdampak banjir pesisir atau banjir rob di kawasan Muara Angke Pluit, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, meliputi kawasan permukiman warga di RT 02, 03, 04 dan RT 05 RW 22 Kelurahan Pluit.
Ia menyebutkan, ketinggian air di kawasan permukiman warga fluktuatif dengan ketinggian maksimal mencapai sekitar 60 centimeter (cm).
“Bantuan makanan siap saji ini untuk memastikan warga terdampak mendapatkan kebutuhan dasar selama kondisi darurat berlangsung,” katanya.
Rizqon mengatakan bahwa bantuan yang diberikan jajarannya menyesuaikan dengan kebutuhan warga. Seperti pada Jumat (12/12) pihaknya mengalokasikan sebanyak 1.500 makanan siap saji untuk tiga kali waktu makan.
Sedangkan pada Senin (16/12) ini pihaknya total mendistribusikan 2.100 paket makanan siap saji bagi warga.
“Paket makanan itu didistribusikan tiga kali waktu makan dan setiap waktu makan dibagikan sebanyak 700 paket makanan siap saji,” kata dia.
Pihaknya juga berkoordinasi dengan instansi terkait seperti Kelurahan Pluit, Satpol PP Kepolisian dan TNI untuk mendukung kelancaran proses distribusi. Pihaknya juga terus memantau perkembangan di lapangan.
“Sedangkan bantuan akan terus kita siagakan sesuai kondisi dan permintaan dari perangkat wilayah,” tegasnya.
Lurah Pluit, Ahmad Faizal menjelaskan, sejak kejadian rob menggenangi pemukiman, Jumat (12/12) lalu, tidak ada warga yang melakukan pengungsian.
Ia menilai hal itu terjadi karena ketinggian air di permukiman warga hanya berkisar 60 sentimeter di titik terdalam.
“Kami telah siagakan petugas bila memang kondisi memburuk dan warga butuh bantuan untuk evakuasi,” kata dia.
Pewarta: Mario Sofia Nasution
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024 -
/data/photo/2024/12/16/675ff784baf8c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Banjir Rob Masih Rendam Dua RT di Pluit Jakut, Ketinggian Air Capai 60 Cm Megapolitan 16 Desember 2024
Banjir Rob Masih Rendam Dua RT di Pluit Jakut, Ketinggian Air Capai 60 Cm
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jakarta mencatat, banjir rob akibat fenomena pasang air laut masih menggenangi dua RT di Kelurahan Pluit, Jakarta Utara, pada Senin (16/12/2024).
Dari data yang diterima
Kompas.com
, ketinggian air di dua RT tersebut mencapai 30-60 sentimeter.
“BPBD mencatat genangan saat ini mengalami penurunan dari empat RT menjadi dua RT dan satu ruas jalan,” ujar Kepala BPBD Provinsi Jakarta, Isnawa, dalam keterangannya, Senin.
Adapun satu ruas jalan yang masih tergenang banjir rob yakni Jalan Hiu, Kelurahan Penjaringan, Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara. Ketinggian air di ruas jalan ini mencapai 15 sentimeter.
Untuk memantau kondisi banjir di setiap wilayah, BPBD Jakarta mengerahkan personel bersama Dinas Sumber Daya Air (SDA), Dinas Bina Marga, serta Dinas Penanggulangan Kebakaran dan Penyelamatan (Gulkarmat)
“Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat,” ujarnya.
BPBD pun mengimbau masyarakat tetap berhati-hati dan waspada terhadap potensi banjir air rob yang masih mungkin terjadi sampai 20 Desember 2024.
“Berdasarkan siaran pers BMKG, terdapat peringatan dini banjir pesisir (rob) pada 11-20 Desember 2024,” kata Isnawa.
Adapun wilayah yang sudah surut dari banjir rob sebagai berikut:
Untuk diketahui, beberapa titik di Jakarta Utara terendam banjir rob dalam beberapa hari terakhir. Salah satu titik paling parah yakni Muara Angke, Penjaringan.
Di wilayah ini, banjir menggenang selama empat hari berturut-turut sejak Jumat (13/12/2024), dengan ketinggian mulai dari 25 sentimeter hingga satu meter.
Air rob biasa datang pada pagi hari sekitar pukul 06.00-09.00 WIB. Pada siang dan sore hari, air surut dengan sendirinya.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Kawasan Jakut dan Kepulauan Seribu Terendam Banjir Rob Hari Ini, Termasuk Jalan Dekat JIS
ERA.id – Sejumlah wilayah di Jakarta Utara (Jakut) dan Kepulauan Seribu kebanjiran air rob pada Senin (16/12/2024) hari ini. 9 RT dan satu ruas jalan terendam.
“BPBD mencatat genangan saat ini terjadi di 9 RT atau 0.029 persen dari 30.772 RT yang ada di wilayah DKI Jakarta dan satu ruas jalan,” kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji kepada wartawan, Senin (16/12/2024).
Banjir rob terjadi di 3 RT di Kelurahan Marunda, Jakut. Ketinggian air di kawasan itu sekira 15-25 centimeter (cm). Terjadi juga genangan air di 6 RT di kelurahan Pulang Panggang, Kepulauan Seribu. Tinggi banjir di lokasi ini sekira 40 cm.
“Jalan tergenang terdapat satu ruas jalan yang terdiri dari Jl. RE Martadinata depan JIS (Jakarta International Stadium), Tanjung Priok, Jakut,” terangnya.
Data yang disampaikan Isnawa merupakan data per pukul 10.00 WIB. Tidak ada pengungsi akibat banjir rob ini. BPBD pun mengimbau warga untuk berhati-hati dan mewaspadai potensi genangan air yang mungkin kembali muncul.
-

DPRD Ungkap Pentingnya Sistem Drainase Terintegrasi di Surabaya
Surabaya (beritajatim.com) – Ketua Komisi C DPRD Kota Surabaya, Eri Irawan, mengungkapkan perlunya pendekatan berkelanjutan dan terintegrasi dalam penanganan banjir di Kota Surabaya.
Menurutnya, kondisi lapangan yang dinamis dan penuh tantangan menuntut solusi yang tidak hanya reaktif tetapi juga strategis untuk mencegah dan mengurangi dampak banjir di masa mendatang.
Eri menjelaskan bahwa karakteristik banjir di Surabaya sangat bervariasi, mulai dari banjir rob akibat pasang air laut, banjir kiriman dari daerah hulu, hingga banjir lokal yang semakin parah akibat ekspansi pembangunan.
“Kota kita ini relatif datar dan sebagian cekung, sehingga banjir lokal bisa lebih parah jika kita tidak dapat menyediakan saluran yang optimal,” kata Eri di DPRD Surabaya, Senin (16/12/2024).
Meskipun sistem drainase di beberapa wilayah seperti Ketintang Madya, Pucang Anom, dan Karang Tembok sudah memadai, beberapa daerah lain masih menghadapi genangan yang signifikan. Kawasan seperti Tambak Mayor, Demak bagian barat, PBI, Tidar, dan Genting Kalianak menjadi perhatian utama karena masih mengalami banjir parah.
“Kami mendorong Pemkot Surabaya untuk terus memperbaiki sistem drainase. Di beberapa daerah, saluran sudah rampung dan banjir sudah tidak lagi menjadi masalah besar, meskipun masih ada genangan yang cepat surut,” tambah Eri.
Eri juga menggarisbawahi beberapa langkah terintegrasi yang perlu dilakukan untuk mengatasi banjir di Surabaya. Salah satu prioritas utama adalah pengelolaan sistem drainase yang lebih baik, mulai dari saluran primer hingga tersier, yang harus saling terhubung untuk memastikan aliran air lancar.
“Selain itu, normalisasi saluran secara intensif juga diperlukan untuk meningkatkan kapasitas aliran air,” katanya.
Selain drainase, Eri menekankan pentingnya penambahan dan perawatan tampungan air seperti waduk dan bozem. Ia juga mendorong kolaborasi dengan pengembang properti untuk mengintegrasikan pengelolaan tampungan air dalam proyek pengembangan mereka.
“Kerja sama dengan pengelola daerah aliran sungai (DAS) seperti BBWS dan Perum Jasa Tirta juga sangat penting, terutama untuk perbaikan tanggul kumbung Kali Jagir yang kemarin kami dapatkan laporan perlunya perbaikan,” ujarnya.
Untuk menghadapi banjir rob, langkah konkret seperti pembangunan tanggul laut, pemanfaatan mangrove sebagai tanggul alami, serta pembangunan pompa dan pintu air di titik krusial seperti Romokalisari, Sememi, dan Kalianak sedang dalam tahap kajian bersama Dinas Pekerjaan Umum dan akademisi ITS.
“Kami juga mengkaji pembangunan pompa dan pintu air di titik krusial seperti Romokalisari, Sememi, dan Kalianak,” jelasnya.
Eri menegaskan bahwa kolaborasi antara pemerintah kota, masyarakat, dan pihak-pihak terkait sangat diperlukan untuk menangani penyebab dan dampak banjir secara efektif.
“Penanganan banjir adalah tanggung jawab bersama. Semua pihak harus terlibat untuk menciptakan solusi yang berkelanjutan dan memastikan Surabaya tetap menjadi kota yang nyaman untuk ditinggali,” pungkasnya.[asg/ted]
-

Viral, Kemegahan JIS Rontok Oleh Banjir ROB, Kebanggaan Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies
GELORA.CO – Akhir pekan kemarin, publik dikejutkan oleh berita kawasan Jakarta International Stadium (JIS) di Kelurahan Papanggo, Kecamatan Tanjung Priok, Jakarta Utara, mengalami banjir rob.
Ketinggian air lumayan dalam, sehingga banyak kendaraan motor atau mobil yang nekad melintas, mogok.
Informasi banjir rob di kawasan JIS ini dipublikasi akun @jakartainformasi di Instagram.
Tentu saja komentar pedas berseliweran dari warganet atau netizen.
Suasana banjir rob tak sebanding dengan kemegahan JIS yang dibangun di era Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Banjir rob itu terjadi, Minggu (15/12/2024) pagi, membuat aktivitas masyarakat yang mau olahraga terganggu.
Lokasi banjir itu teridentifikasi mulai dari jalan menuju Sunter, Jakarta Utara.
Dalam rekaman tersebut, suara perekam video menggambarkan suasana banjir di area stadion sepak bola yang disebut standar FIFA, dengan jelas.
“Banjir, banjir air rob. Banyak kendaraan yang pada mogok,” kata perekam video.
Pemandangan yang terlihat dalam video merekam genangan air mengelilingi papan proyek pembangunan yang berdiri kokoh di area JIS itu.
Di tengah banjir, pengendara sepeda motor yang nekat melintasi genangan air tersebut mogok.
Beberapa dari mereka terpaksa menepi, mencoba menghidupkan kembali motor yang terendam air.
Kondisi ini tidak hanya menyulitkan para pengendara. Warga yang harus melintas di area sekitar JIS juga menghadapi kendala, menghambat aktivitas mereka.
Setelah beberapa jam, air yang merendam rel mulai surut dan perjalanan KRL Tanjung Priok-Jakarta Kota kembali normal.
Kejadian ini kembali menyoroti tantangan besar yang dihadapi Jakarta Utara setiap musim pasang.
JIS, yang megah berdiri sebagai simbol kemajuan Jakarta, kini dikepung banjir rob sehingga memperlihatkan sisi lain.
Perjalanan KRL terhambat
Banjir yang merendam di sekitar JIS itu bukan hanya mengganggu perjalanan kendaraan mobil dan motor, tetapi juga transportasi berbasis rel.
Perjalanan KRL terhambat karena lintasan, tepat di kawasan JIS terendam.
Warmo, petugas penjaga pintu kereta di sekitar area tersebut, menceritakan bagaimana jalur kereta yang biasa dilewati para penumpang tergenang air, sehingga perjalanan KRL sempat terhambat.
Adapun itu merupakan jalur pelintasan KRL yang menghubungkan Stasiun Tanjung Priok dengan Stasiun Jakarta Kota.
“Tadi ada pembatalan jalur kereta hulu dan hilir karena ketinggian air menggenangi bantalan rel kereta,” kata Warmo di Jakarta, Sabtu, dilansir dari Antara.
Ketinggian air yang mencapai 7 hingga 10 sentimeter cukup untuk menutupi bantalan rel, sangat riskan bagi keberlangsungan perjalanan kereta.
Akibatnya, sekitar dua jam KRL tidak dapat melintas di jalur tersebut, membuat aktivitas transportasi terhenti.
Banjir berhari-hari Menurut Warmo, banjir rob di sekitar JIS bukanlah fenomena yang baru.
Selama tiga hari berturut-turut, banjir telah melanda kawasan Jalan RE Martadinata, tepat di depan JIS, dengan intensitas yang semakin meningkat.
Pada Jumat dan Sabtu itu, air rob lebih tinggi daripada sebelumnya, menambah tantangan bagi petugas yang berusaha mengatasi genangan.
“Untuk sementara kami lakukan bersih-bersih alur air agar lancar dan bisa terkuras airnya sehingga KRL bisa melintas,” kata Warmo.
Di balik megahnya JIS, situasi seperti ini mengungkapkan kenyataan sehari-hari yang dihadapi warga dan petugas di sekitar kawasan tersebut.
Selain di sekitar JIS, banjir rob juga terjadi di beberapa wilayah lainnya di Jakarta Utara.
Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta mencatat, 12.000 jiwa terdampak banjir rob di beberapa wilayah di Jakarta Utara hingga Minggu (15/12/2024) siang.
“Sementara ini data yang kita miliki,” ujar Sekretaris SDA Jakarta Hendri kepada Kompas.com, Minggu sore.
Belasan ribu warga yang terdampak banjir rob itu tersebar di empat wilayah, yakni Pademangan 2.400 jiwa, Penjaringan 4.800 jiwa, Cilincing 2.400 jiwa, dan Tanjung Priok 2.400 jiwa.
Sementara, tujuh titik di wilayah Jakarta Utara dilaporkan masih tergenang hingga Minggu siang, dengan ketinggian air bervariasi.
Rinciannya, Jalan Muara Angke, Pluit, Penjaringan tinggi air 40-50 sentimeter; Jalan R.E. Martadinata, Tanjung Priok 30 sentimeter; dan Marunda Pulo, Marunda, Cilincing 20 sentimeter.
Kemudian Jalan Sulawesi, Koja, Tanjung Priok 10-20 sentimeter; dan depan Pelabuhan Sunda Kelapa, Ancol, Pademangan ketinggian air 40 sentimeter.
Kelima titik ini masih tergenang air. Sementara di dua titik lainnya sudah surut, yakni Jalan Ketel Uap, Ancol, Pademangan dengan ketinggian air 20 sentimeter dan Jalan Rawa Badak, Lagoa, Koja setinggi 20 sentimeter.
“Dinas SDA melalui Sudin SDA Jakarta Utara mengerahkan dua unit pompa mobile, satu unit pompa apung dan membersihkan tali air agar genangan dapat segera surut,” kata Hendri
-
/data/photo/2024/12/16/675f6fcb28e9f.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
4 Kala JIS Dikepung Banjir Rob… Megapolitan
Kala JIS Dikepung Banjir Rob…
Editor
JAKARTA, KOMPAS.com
– Kemegahan
Jakarta International Stadium
(
JIS
) kontras dengan kondisi di sekitarnya.
Pada Minggu (15/12/2024), pagi,
banjir rob
menguji kawasan dan ketangguhan para pengemudi mobil dan pengendara motor.
Video yang diunggah ke akun Instagram @jakartainformasi memperlihatkan air rob merendam area sekitar JIS. Lokasi banjir itu teridentifikasi di jalan menuju Sunter,
Jakarta Utara
.
Dalam rekaman tersebut, suara perekam video menggambarkan suasana banjir di area stadion sepak bola yang disebut standar FIFA, dengan jelas,
“Banjir, banjir air rob. Banyak kendaraan yang pada mogok,” kata perekam video.
Pemandangan yang terlihat dalam video merekam genangan air mengelilingi papan proyek pembangunan yang berdiri kokoh di area JIS itu.
Di tengah banjir, pengendara sepeda motor yang nekat melintasi genangan air tersebut mogok.
Beberapa dari mereka terpaksa menepi, mencoba menghidupkan kembali motor yang terendam air.
Kondisi ini tidak hanya menyulitkan para pengendara. Warga yang harus melintas di area sekitar JIS juga menghadapi kendala, menghambat aktivitas mereka.
Setelah beberapa jam, air yang merendam rel mulai surut dan perjalanan
KRL
Tanjung Priok-Jakarta Kota kembali normal.
Kejadian ini kembali menyoroti tantangan besar yang dihadapi Jakarta Utara setiap musim pasang.
JIS, yang megah berdiri sebagai simbol kemajuan Jakarta, kini dikepung banjir rob sehingga memperlihatkan sisi lain.
Perjalanan KRL terhambat
Banjir yang merendam di sekitar JIS itu bukan hanya mengganggu perjalanan kendaraan mobil dan motor, tetapi juga transportasi berbasis rel. Perjalanan KRL terhambat karena lintasan, tepat di kawasan JIS terendam.
Warmo, petugas penjaga pintu kereta di sekitar area tersebut, menceritakan bagaimana jalur kereta yang biasa dilewati para penumpang tergenang air, sehingga
perjalanan KRL
sempat terhambat.
Adapun itu merupakan jalur pelintasan KRL yang menghubungkan Stasiun Tanjung Priok dengan Stasiun Jakarta Kota.
“Tadi ada pembatalan jalur kereta hulu dan hilir karena ketinggian air menggenangi bantalan rel kereta,” kata Warmo di Jakarta, Sabtu, dilansir dari
Antara
.
Ketinggian air yang mencapai 7 hingga 10 sentimeter cukup untuk menutupi bantalan rel, sangat riskan bagi keberlangsungan perjalanan kereta.
Akibatnya, sekitar dua jam KRL tidak dapat melintas di jalur tersebut, membuat aktivitas transportasi terhenti.
Menurut Warmo, banjir rob di sekitar JIS bukanlah fenomena yang baru. Selama tiga hari berturut-turut, banjir telah melanda kawasan Jalan RE Martadinata, tepat di depan JIS, dengan intensitas yang semakin meningkat.
Pada Jumat dan Sabtu itu, air rob lebih tinggi daripada sebelumnya, menambah tantangan bagi petugas yang berusaha mengatasi genangan.
“Untuk sementara kami lakukan bersih-bersih alur air agar lancar dan bisa terkuras airnya sehingga KRL bisa melintas,” kata Warmo.
Di balik megahnya JIS, situasi seperti ini mengungkapkan kenyataan sehari-hari yang dihadapi warga dan petugas di sekitar kawasan tersebut.
Selain di sekitar JIS, banjir rob juga terjadi di beberapa wilayah lainnya di Jakarta Utara.
Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta mencatat, 12.000 jiwa terdampak banjir rob di beberapa wilayah di Jakarta Utara hingga Minggu (15/12/2024) siang.
“Sementara ini data yang kita miliki,” ujar Sekretaris SDA Jakarta Hendri kepada Kompas.com, Minggu sore.
Belasan ribu warga yang terdampak banjir rob itu tersebar di empat wilayah, yakni Pademangan 2.400 jiwa, Penjaringan 4.800 jiwa, Cilincing 2.400 jiwa, dan Tanjung Priok 2.400 jiwa.
Sementara, tujuh titik di wilayah Jakarta Utara dilaporkan masih tergenang hingga Minggu siang, dengan ketinggian air bervariasi.
Rinciannya, Jalan Muara Angke, Pluit, Penjaringan tinggi air 40-50 sentimeter; Jalan R.E. Martadinata, Tanjung Priok 30 sentimeter; dan Marunda Pulo, Marunda, Cilincing 20 sentimeter.
Kemudian Jalan Sulawesi, Koja, Tanjung Priok 10-20 sentimeter; dan depan Pelabuhan Sunda Kelapa, Ancol, Pademangan ketinggian air 40 sentimeter. Kelima titik ini masih tergenang air.
Sementara di dua titik lainnya sudah surut, yakni Jalan Ketel Uap, Ancol, Pademangan dengan ketinggian air 20 sentimeter dan Jalan Rawa Badak, Lagoa, Koja setinggi 20 sentimeter.
“Dinas SDA melalui Sudin SDA Jakarta Utara mengerahkan dua unit pompa mobile, satu unit pompa apung dan membersihkan tali air agar genangan dapat segera surut,” kata Hendri.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2024/12/15/675e6d4f7580d.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Tanggul Laut Belum Tuntaskan Masalah Warga Tambaklorok, Rembesan Rob dan Limbah "Menghantui" Regional 15 Desember 2024
Tanggul Laut Belum Tuntaskan Masalah Warga Tambaklorok, Rembesan Rob dan Limbah “Menghantui”
Tim Redaksi
SEMARANG, KOMPAS.com
– Proyek tanggul laut sepanjang 3,6 kilometer di Semarang, Jawa Tengah (Jateng), yang telah selesai dibangun pada 2024, justru menghadirkan ancaman baru bagi
warga Tambaklorok
.
Sebab, setelah proyek pemerintah pusat tersebut selesai dibangun, air rob masih merembes ke permukiman warga.
Sebelum adanya tanggul laut, luapan air rob yang membanjiri pemukiman terjadi akibat kolam retensi menyatu dengan laut. Lalu air rob membludak saat gelombang tinggi.
Diketahui, tanggul laut itu membentang dari ujung kawasan Pelabuhan Tanjung Emas hingga mengelilingi pemukiman warga Tambaklorok di Kota Semarang.
Proyek infrastuktur nasional senilai Rp 386 miliar tersebut digarap dalam dua tahap sejak tahun 2016 hingga 2024.
Tanggul laut itu diharapkan mampu mengatasi masalah banjir rob dan penurunan muka tanah atau l
and subsidence
yang merenggut ruang hidup warga selama puluhan tahun.
Kompas.com menyusuri permukiman dalam area tanggul laut. Walaupun tidak dalam kondisi pasang air laut, tapi masih banyak rembesan terlihat menggenangi jalanan kampung.
Titik rembesan itu berada tak jauh dari warung di ujung kampung Tambakmulyo yang mempertemukan gabungan proyek tanggul laut tahap 1 dan tahap 2.
Rembesan air
laut itu langsung masuk ke jalanan kampung Tambakmulyo dan menyebar sepanjang lima meter.
Kemudian saat melintasi gang kecil yang menghubungkan kampung Tambakrejo menuju Tambakmulyo, tampak kolam tambak di belakang pemukiman bak lautan sampah plastik.
Sekilas terlihat tekstur air di sana kental, sedikit berbusa dan mengeluarkan bau tak sedap.
Air rob masih merembes ke permukiman warga di kawasan Tambaklorok yang mencakup Kampung Tambakrejo di sebelah timur dan Tambakmulyo di sebelah barat. Kawasan ini dihuni oleh sekitar 2.250 Kepala Keluarga dengan lebih dari 9.000 jiwa.
Pantauan Kompas.com di RW 16 Tambakrejo menunjukkan air rob dan limbah merembes melalui sela-sela pondasi, membanjiri jalanan kampung hingga ke teras rumah warga.
Pada puncak pasang saat gelombang laut tinggi, rembesan ini bisa mencapai ketinggian 30 cm. Sedangkan pada hari biasa, genangan air berkisar antara 5-10 cm. Rembesan paling deras biasanya terjadi tengah malam atau dini hari sekitar pukul 04.00-06.00 WIB.
Kondisi ini mengganggu sanitasi warga, termasuk merendam kamar mandi mereka. Akibatnya, warga kesulitan buang air kecil, buang air besar, bahkan mandi. Air bilasan sering kali menggenang di dalam kamar mandi.
Deretan rumah warga RT 1 RW 16 Tambakrejo, termasuk rumah milik Endang Susi (33), terdampak parah. Rumahnya yang terletak dekat gapura selamat datang Kampung Tambakrejo, mengalami
rembesan air
rob setiap hari.
“Udah enggak kaya dulu sih, luapan dari depan (kolam retensi) dulu sampai selutut. Tapi rembesan ini tetap mengganggu, apalagi saya jualan nasi kucing tiap sore sampai malam. Jadi jualan basah-basah walaupun setiap hari sudah dibersihkan,” ungkap Endang, Sabtu (14/12/2024).
Endang juga mengeluhkan jalan beton kampung yang kini berlumut akibat genangan air yang jarang surut. Anak-anak kerap terpeleset saat melewati jalanan depan rumahnya.
“Akhirnya repot licin bersihin terus, sering ada anak kepleset di situ. Kadang anak-anak keceh (main air) di situ, ini gatel semua (kaki) anaknya,” ujar Endang sambil menunjukkan kondisi kulit kaki putri bungsunya yang penuh bekas gatal.
Kamar mandi rumah Endang sering tenggelam saat air pasang karena permukaan lantainya lebih rendah dari jalanan kampung.
“Iya gatel, airnya baunya enggak enak, kakinya kalau pakai kamar mandi jadi kaya tempat pembuangan sampah. Untungnya air pasang yang bikin kamar mandi terendam itu biasanya sekitar jam 1-2 siang, tapi itu tidak pasti,” ujarnya.
Kesulitan lain yang dihadapi Endang adalah saat menstruasi. Ia kesulitan mengganti pembalut dan terpaksa menumpang di rumah orang tua untuk buang air besar.
“Kalau kondisinya lagi kayak gitu (mens) atau mau BAB, ya mau enggak mau pergi ke rumah orang tua buat numpang kamar mandi. Kalau numpang tetangga enggak enak (sungkan), dan kalau ke toilet masjid itu sekarang pintunya sering dikunci,” katanya.
Air rob juga menyebabkan kendaraan warga, terutama sepeda motor, cepat rusak karena karat.
“
Eman-eman
(sayang sekali) motornya, buat nganter sekolah aja, tapi cepet rusak. Sekali service bisa Rp250 ribu,” keluh Endang.
Anak-anak yang berangkat sekolah dengan berjalan kaki juga harus menerjang genangan air. Mereka biasanya memakai sandal saat berangkat dan berganti sepatu setibanya di sekolah.
Endang berharap pemerintah segera menangani masalah rembesan air rob yang muncul sejak pembangunan tanggul laut tahap pertama pada 2016.
“Kalau bisa solusinya jangan ditinggikan lagi jalannya, karena kalau jalan ditinggikan terus, berarti kita harus mengikuti buat meninggikan rumah lagi, dan itu menghabiskan banyak uang, apalagi sekarang kebutuhan banyak, ada 3 anak,” harap Endang.
Manajer Advokasi dan Kampanye Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Jawa Tengah, Iqbal Alma mengungkap rembesan yang sudah lama terjadi itu bukan hanya air rob, tapi juga limbah domestik atau rumah tangga.
“Selain rembesan air rob dari retakan-retakan atau dari sela-sela tanggul laut, rembesan juga sebenernya dari limbah MCK warga, kloset mereka dan sebagainya,” tutur Iqbal.
Dia mengatakan selama ini limbah rumah tangga langsung dibuang ke laut. Adanya tanggul laut membuat limbah domestik menggenang di tambak belakang rumah warga.
“Tambak itu ditutup oleh tanggul, sehingga air (limbah domestik) itu dia tidak bisa keluar (ke laut), makanya itu buangan domestik warga akhirnya kembali ke mereka dan menyebabkan banyak pencemaran air, penyakit, dan nyamuk. Jadi lingkungan warga akhirnya jadi kotor,” ucap Iqbal.
Lalu saat air rob dari luar tanggul merembes ke kawasan pemukiman akan bercampur dengan limbah domestik itu. Akibatnya air tercemar itu memenuhi jalan kampung dan juga meluap kembali di kamar mandi warga.
“Nah selain itu sebenernya jadi satu dilema bagi warga karena pembangunan tanggul ini dia tidak diimbangi dengan mempersiapkan sanitasi warga, lalu pembuangan-pembuangan domestik warga dan sebagainya,” beber dia.
Walhi Jateng menilai mestinya dalam melakukan proyek nasional pemerintah dapat melakukan perencanaan dan persiapan lebih matang agar tidak merugikan warga.
Belakangan warga gencar melaporkan kondisi tersebut ke sejumlah instansi terkait, tapi belum ada solusi konkrit untuk menjawab permasalahan tersebut.
Staf Teknik BBWS Pemali Juana, Muhammad Zainal Arifin mengakui adanya rembesan di sejumlah titik dari proyek tanggul laut tahap satu yang dibangun pada 2016 silam.
Menurutnya, hantaman gelombang tinggi air laut itu turut memicu terjadinya penurunan muka tanah di lokasi proyek.
“Di tanggul tahap satu itu kan dihantam gelombang air laut yang semakin naik terus menerus selama bertahun-tahun, lalu kami menduga ada penurunan muka tanah yang menyebabkan munculnya celah air laut untuk bisa merembes ke pemukiman,” ungkap Arifin.
Pihaknya akan memperbaiki saluran drainase di sepanjang jalan kampung Tambakmulyo untuk mengatasi rembesan tersebut. Nantinya air rembesan akan dialirkan ke kolam retensi.
Tiga pompa berkecepatan 500 liter per kubik telah disiapkan untuk membuang air tampungan di kolam retensi ke laut.
“Mitigasinya (jangka panjang) kita akan mengidentifikasi terhadap penurunan tanah. Nanti ada berbagai macam tekniknya, kita core atau kita lubangin per berapa titik, nanti kita menguji lewat lab bahwa di situ penurunan tanah enggak? Kan nanti bisa terlihat kalau sudah dilubangi,” papar dia.
Sementara di sepanjang permukiman warga kampung Tambakrejo, Arifin belum memiliki solusi jangka pendek. Pasalnya, tidak terdapat drainase di tepi jalan kampung itu untuk mengendalikan luapan air rembesan.
“Dulu memang pernah ada drainase kecil di sepanjang jalan di depan rumah warga Tambakrejo, tapi mohon maaf sekarang sudah hilang karena warga memperluas teras dengan menutup drainase. Mungkin itu setelahnya diikuti semua warga di sana,” ungkap dia.
Terlepas dari dugaan penurunan muka tanah yang menyebabkan terjadinya rembesan, Arifin menilai kesadaran akan pentingnya drainase masih kurang di Tambakrejo.
Tak hanya itu, BBWS juga terkendala pembebasan lahan milik warga Tambakrejo sepanjang 50 meter yang mestinya digarap di tahap 1 2016 silam. Hal ini memperburuk kondisi rembesan air rob dan limbah domestik yang membanjiri kampung Tambakrejo.
“Saat ini sudah mau dibebaskan, mungkin tahun depan dapat dikerjakan sisanya (50 meter) tanggulnya,” imbuh dia.
Lebih lanjut, Arifin mengaku akanmengajukan rencana perbaikan permanen di titik temuan rembesan tersebut.
“Kalau memang sudah ada pelubangan (identifikasi penurunan muka tanah) kayak gitu. Ya mau, tidak mau, mungkin kita akan bongkar (kerangka bawah tanggul), kita isi timbunan tanah lagi, tapi dengan lapisan geotek lagi, dan nanti akan peninggian terus,” tegas dia.
Dia juga menolak peninggian jalan sebagai solusi mengatasi rembesan di pemukiman warga Tambakrejo. Dia mendorong agar perbaikan sistem drainase dapat dilakukan di sana.
Arifin menunjukkan perbandingan hasil infrastruktur proyek tahap 1 dan tahap 2. Tanggul tahap 1, yang dibangun beberapa tahun lalu, kini mengalami masalah serius.
Ratusan tiang beton penyangga tanggul tahap 1 kini telah tenggelam dari permukaan laut karena terjadinya penurunan muka tanah di dasar tanggul itu. Hanya sisa sebagian pendek penyangga yang dapat dilihat mata.
“Kalau sekarang terpaut penurunan tanah 1 meteranlah dari 2016 sampai sekarang, kalau saya lihat dari bangunan lama tahap 1 sama yang baru tahap 2,” katanya.
Sementara proyek tanggul tahap 2 yang baru diselesaikan tahun ini masih terlihat dengan jelas penyangga di bawah tanggul setinggi 1 meter lebih.
BBWS Pemali Juana meyakini terjadinya rembesan di tanggul tahap 1 bukan karena kelalaian saat menggarap proyek. Namun gelombang dan penurunan tanah yang terjadi di luar prediksi.
“Itu (tanggul) kalau bisa sampai 30 tahun alhamdulillah, kalau enggak paling 10-15 tahun,” ujar Arifin.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2024/12/16/675fdd3ee52cb.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)