Topik: Banjir ob

  • Kisah Warga Muara Angke Korban Banjir Rob: Bengkel Tutup, Kompresor Mengambang, hingga Susah Makan – Halaman all

    Kisah Warga Muara Angke Korban Banjir Rob: Bengkel Tutup, Kompresor Mengambang, hingga Susah Makan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Banyak cerita pilu yang dialami warga Muara Angke, Jakarta Utara, yang menjadi korban banjir rob yang melanda kawasan itu sejak sepekan terakhir.

    Yati misalnya, perempuan 45 tahun yang rumahnya rata dihantam banjir rob.

    Sekitar 300 meter dari rumah Yati, terlihat sepasang suami-istri tengah duduk di depan sebuah bengkel sepeda motor. 

    Mereka adalah Wasrin (50) dan Marnizal (47).

    Air setinggi kurang lebih sekitar 90 centimeter itu terlihat masuk ke dalam bengkel dengan pintu papan kayu yang tertutup sebagian itu.

    Sama halnya dengan Yati, Marnizal mengatakan bencana banjir rob yang terjadi pada 2024 ini merupakan yang terbesar dan terlama. 

    Bahkan, pada November lalu, banjir rob juga datang hingga beberapa hari.

    “Ini yang sekarang nyusul yang kemarin. Udah ada enam hari sama hari ini. Biasanya nggak selama ini,” kata Marnizal kepada Tribunnews, Rabu (18/12/2024).

    Marnizal dan istrinya sudah membuka usaha bengkel itu sejak 2010 lalu. 

    Namun, dampak dari banjir rob kali yang yang dianggapnya paling parah. 

    Wanita kelahiran Jambi itu mengatakan dia dan suaminya mengalami kesulitan bahkan hanya untuk makan. 

    Hal ini berpengaruh dari usaha suaminya yang sudah tidak buka beberapa hari terakhir.

    Bahkan terlihat mesin angin (kompresor) tersebut terlihat sudah mengambang di depan bengkelnya yang tidak tahu apakah masih bisa menyala atau tidak.

    “Bukan turun lagi (omzetnya) aja lah, orang sampai nggak makan. Belum dapat duit udah banjir,” tuturnya.

    Dia pun memilih tak mengungsi karena tak punya saudara yang dekat dengan rumahnya tersebut. 

    Mayoritas, saudara dari suaminya tinggal di Kabupaten Tangerang, Banten.

    Mereka memang mempunyai dua anak yang tinggal di Palembang, Sumatera Selatan, dan Mangga Dua, Jakarta Pusat. 
    Namun, dia tak bisa tinggal di tempat anaknya yang di Jakarta itu karena sang anak tinggal di sebuah indekos yang kecil.

    Banjir Rob Diprediksi Sampai 20 Desember

    Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta meminta warga di pesisir Jakarta untuk tetap waspada akan bencana alam banjir rob hingga akhir tahun 2024 ini.

    Kepala Pelaksana BPBD Provinsi DKI Jakarta Isnawa Adji mengungkapkan bahwa berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) diprediksi banjir rob akan semakin tinggi sekira tanggal 20 Desember 2024 mendatang.

    Iswana mengimbau seluruh warga untuk selalu waspada dan ia sudan siagakan alat darurat seperti perahu karet atau sekoci dan lainnya.

    “Apabila terjadi keadaan bencana atau darurat, segera hubungi call center Jakarta Siaga 112,” imbuhnya.

    BPBD DKI Jakarta telah berupaya menangani banjir rob di kawasan pesisir utara, terutama di Kota Tua, Muara Angke, Pluit, Ancol, dan sekitarnya. 

    Isnawa Adji menjelaskan, banjir rob tersebut disebabkan oleh pasang air laut yang cukup tinggi beberapa hari terakhir.

    Selain itu, kata Isnawa, faktor lain karena penurunan tanah (land subsidence) serta perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan permukaan laut.

    Penanganan banjir yang sudah dilakukan berupa pembangunan Infrastruktur Tanggul Laut (Giant Sea Wall), Peningkatan Sistem Drainase dan Normalisasi Sungai, Pembangunan Waduk dan Sistem Penampungan Air, Pembangunan Sumur Resapan dan Pengelolaan Air Tanah, Sistem Peringatan Dini dan Monitoring, Pendidikan dan Sosialisasi kepada Masyarakat, Relokasi dan Penataan Kawasan, serta kolaborasi dengan pihak swasta.

  • Kisah Pilu Yati, Warga Muara Angke Korban Banjir Rob, Rumah Roboh hingga Utang untuk Bertahan Hidup – Halaman all

    Kisah Pilu Yati, Warga Muara Angke Korban Banjir Rob, Rumah Roboh hingga Utang untuk Bertahan Hidup – Halaman all

    Laporan Khusus Wartawan Tribunnews.com, Abdi Ryanda Shakti 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Suara aliran air yang cukup deras terdengar saling bersahutan dengan suara anak-anak yang sedang berenang saat bencana alam banjir rob melanda kawasan Muara Angke, Jakarta Utara pada Rabu (18/12/2024) siang.

    Tak ada rasa takut dari wajah anak-anak itu.

    Dengan santai mereka berenang di tengah air yang penuh tumpukan sampah yang mengambang, tepatnya di Jalan Dermaga Ujung 2 Blok Empang Muara Angke, Jakarta Utara, yang merupakan jalan menuju akses pelabuhan.

    Selain berenang ada pula anak-anak yang bermain bola di air dengan ketinggian kurang lebih 15 centimeter itu. 

    Padahal, arus air yang keruh itu cukup deras pada siang itu.

    Di tengah ramainya anak-anak yang bermain air banjir rob itu, tampak seorang ibu tengah memegang kain dan mangkuk makanan di sebuah rumah di pinggir jalan raya tempat ibu-ibu lain berkumpul.

    Yati nama perempuan 45 tahun itu. 

    Dia bercerita rumahnya sudah tak tertolong saat ini. 

    Rumah semi permanen berbahan kayu dan papan itu disebut Yati sudah rata dengan tanah karena dihantam arus air banjir rob.

    Suasana kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, yang dilanda musibah banjir rob pada Rabu (18/12/2024) siang.

    Menurut Yati, selama 30 tahun ia tinggal di daerah itu, banjir rob kali ini merupakan bencana terparah dan terlama. 

    Terhitung, sudah tujuh hari bencana alam ini belum juga selesai.

    “Iya roboh, karena emang kayu. Rumah kita kayu kan bukan permanen, jadi karena mungkin arus airnya deras, jadi dia mungkin retak retak terus roboh dan kemaren pun udah dirobohin aja, sekarang udah rata dengan tanah,” kata Yati kepada Tribunnews.

    Tribunnews sempat mendatangi rumah Yati yang rata dengan tanah. 

    Terlihat tersisa hanya puing-puing kayu di dalam sebuah tembok dan pagar yang masih berserakan di lokasi.

    Yati bercerita detik-detik rumahnya yang berada di dalam gang itu roboh kala itu. 

    Air yang cukup deras itu menghantam hingga rumahnya miring, namun masih tertahan musala yang berada di belakang rumah.

    Namun, karena dirasa berbahaya, akhirnya Yati dan suaminya memutuskan merobohkan tempat tinggalnya tersebut.

    Suasana kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, yang dilanda musibah banjir rob pada Rabu (18/12/2024) siang.

    Yati bersama suami dan anaknya tinggal di rumah semi permanen lainnya yang memang masih wilayah rumahnya berlantai dua untuk sekedar tidur pada malam hari. 

    Meski begitu, tak ada kamar mandi di rumah itu sehingga mereka harus menggunakan kamar mandi tetangga.

    Yati pun menceritakan awal air banjir rob itu datang. 

    Mulanya pada Kamis (12/12/2024), dia dan keluarganya baru saja menyelesaikan ibadah salat subuh. 

    Tak lama kemudian, air mulai mengalir di jalan raya depan gang rumahnya.

    Debit air semakin meninggi pada pukul 09.00 WIB. 

    Bahkan, ada satu hari saat ketinggian air di sekitar rumahnya mencapai 120 centimeter. 

    Yati mengatakan alur air ini ada waktu-waktunya. 

    Ketika malam hari, air menghilang dan akan kembali keesokan paginya.

    “Hari ini air datang jam 10.00, surutnya nanti bisa jam 22.00 malam lagi, enggak nentu,” tuturnya.

    Kesulitan dia dapat setiap harinya. 

    Bahkan, suaminya yang bekerja di tempat pelelangan ikan pun sudah beberapa hari terakhir tak bisa memberikan nafkah karena tak ada pemasukan.

    Bantuan dari tetangga dan berutang menjadi pilihan Yati. 

    Warga asli Kronjo, Kabupaten Tangerang itu dengan berat hati harus meminjam uang kepada sanak keluarganya di kampung untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.

    Itu karena dia mengaku belum ada bantuan dari pemerintah hingga saat ini baik berupa sembako hingga pakaian.

    “Iya (belum ada bantuan), bahkan kemarin saya sampai ngutang, minjem duit sama orang di kampung, tolong kita enggak ada pemasukan mau pulang juga kita bingung, ninggalin rumah enggak aman walaupun enggak ada apa apa 

    Meski sudah enam hari melewati bencana ini, tekad Yati sekeluarga pun sudah bulat untuk tidak pergi mengungsi, karena takut ada maling yang menggasak barang berharga di rumahnya.

    Selain itu, setelah banjir rob menghilang pun, Yati juga tak akan pindah dari wilayah itu karena sudah lama tinggal di sana dengan lingkungan yang sangat baik menurutnya.

  • Satu Pekan Banjir Rob di Tulang Bawang Belum Juga Surut, Aktivitas Warga Lumpuh

    Satu Pekan Banjir Rob di Tulang Bawang Belum Juga Surut, Aktivitas Warga Lumpuh

    Tulang Bawang, Beritasatu.com – Banjir rob yang melanda Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung yang telah terjadi sejak satu pekan terakhir belum juga surut. Ketinggian air mencapai 70 sentimeter hingga 1 meter menyebabkan ratusan rumah warga masih terendam banjir dan mengakibatkan aktivitas warga lumpuh.

    Sepekan dilanda banjir rob, ratusan rumah warga di 10 Desa di Kecamatan Dente Teladas, Kabupaten Tulang Bawang, Lampung masih terendam banjir.

    Dari pantauan di lokasi banjir rob pada Rabu siang (18/12/2024) ketinggian air akibat banjir rob yang telah terjadi sejak sepekan terakhir belum juga surut.

    Ketinggian air masih mencapai 70 sentimeter hingga 1 meter menyebabkan aktivitas warga yang mayoritas bekerja sebagai petambak udang lumpuh total.

    Banjir yang terjadi sejak Kamis (12/12/2024) ini dipicu oleh meningkatnya air pasang laut yang diperparah dengan jebolnya tanggul sepanjang 300 meter di Kecamatan Dente Teladas.

    Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Tulang Bawang sebanyak 1.613 keluarga atau sekitar 6.452 jiwa terdampak banjir rob, dan 1.613 rumah terendam banjir.

    Beberapa desa di Kecamatan Dente Teladas yang terdampak banjir rob, yakni Desa Bratasena, Adiwarna, Bratasena, Mandiri, Sungai Burung, Pasiran Jaya, Mahabang, Sungai Nibung, dan, Kuala Teladas.

    Tidak hanya merendam desa di Kecamatan Dente Teladas, banjir juga merendam empat desa di Kecamatan Rawa Jitu Timur, Tulang Bawang, yakni, Desa Bumi Dipasena Agung, Desa Bumi Dipasena Utama, Bumi Dipasena Sentosa, dan Desa Bumi Dipasena Jaya.

    Selain merendam ratusan rumah warga, banjir rob di Tulang Bawang juga menyebabkan sejumlah fasilitas umum (fasum) seperti balai desa dan gedung sekolah ikut terendam banjir 

    Banjir rob yang melanda Kecamatan Dente Teladas dan Kecamatan Rawajitu Timur ini merupakan yang terbesar sejak dua tahun terakhir. Meskipun tidak ada korban jiwa, banjir rob di Tulang Bawang cukup menghambat aktivitas warga untuk mencari nafkah.

    Sebagian warga masih bertahan di rumahnya masing-masing untuk barang-barang berharga di rumah mereka. Sebagian warga lainnya telah mengungsi ke rumah kerabat mereka.

    Ketut Yuhnilah (50) warga Desa Bratasena Mandiri membenarkan banjir rob yang merendam rumahnya dan ratusan rumah warga lainnya merupakan banjir rob yang terbesar sepanjang dua tahun terakhir.

    “Dua tahun pernah juga banjir rob seperti ini, tetapi tidak separah ini. Tahun ini yang paling parah,” kata Yuhnilah, Rabu (18/12/2024).

    Ketut menuturkan, banjir rob di wilayah tempat tinggal yang terjadi satu pekan lebih dan sampai saat ini belum juga surut, ia tidak tahu kapan ketinggian air akan surut.

    “Awal banjir rob ketinggian air hanya beberapa centimeter, namun tiga hari kemudian kembali terjadi air laut pasang yang menyebabkan ketinggian air bertambah sekitar 70 sentimeter sampai 1 meter,” tutur Ketut soal banjor rob di Tulang Bawang ini.

    Dalam penanganan banjir rob yang melanda dua kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang ini, pihak BPBD setempat bersama TNI, Polri, dan aparat desa setempat terus berupaya melakukan pendataan dan membantu evakuasi barang-barang milik warga yang terdampak.

    Kepala BPBD Tulang Bawang, Kanedi, mengatakan saat ini banjir rob merendam total 14 kampung di dua kecamatan.

    “Jadi laporan yang sudah masuk ada 14 desa di dua kecamatan. Di kecamatan Dente Teladas ada 10 desa yang terdampak banjir rob, sementara kecamatan Rawajitu Timur ada empat desa,” kata Kanedi di ruang kerjanya, Rabu (18/12/2024).

    Kenedi menjelaskan, pihaknya belum mendirikan posko pengungsian karena mayoritas warga terdampak banjir memilih bertahan di rumah mereka dan ingin menjaga harta bendanya.

    “Saat ini kami masih terus menginventarisasi fasilitas umum, rumah dan warga yang terdampak banjir rob tersebut,” ujar Kenedi.

    Meskipun telah berlangsung sepekan, warga yang terdampak banjir belum menerima bantuan makanan cepat saji maupun obat-obatan.

    Warga berharap pemerintah kabupaten mempercepat perbaikan tanggul  penahanan air yang jebol agar banjir rob di Tulang Bawang tidak kembali terjadi.

  • Sawah Kebanjiran, Petani di Rorotan Mengeluh Hasil Panen Kurang Maksimal
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        19 Desember 2024

    Sawah Kebanjiran, Petani di Rorotan Mengeluh Hasil Panen Kurang Maksimal Megapolitan 19 Desember 2024

    Sawah Kebanjiran, Petani di Rorotan Mengeluh Hasil Panen Kurang Maksimal
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Petani di Rorotan, Jakarta Utara, mengeluhkan hasil panen yang tidak maksimal akibat terjadinya banjir.
    Ahmad menjelaskan bahwa banjir yang melanda sawahnya bukanlah banjir rob.
    Menurutnya, air rob tidak mencapai lahan pertanian di Rorotan, yang berbatasan dengan Bekasi.
    Namun, sawah milik petani tetap berpotensi terendam banjir akibat limpasan dari
    Kali Gendong
    .
    “Kalau dampak banjir rob enggak ke sini. Ini cuma limpasan dari BKT Kali Gendong ini,” tegas Ahmad.
    Ia menambahkan bahwa air dari sebuah kompleks perumahan dibuang ke Kali Gendong.
    “Jadi, air buangan perumahan, kalau di sana hujan gede, maka suatu saat kali di sini bisa limpah,” ungkapnya.
    Padahal, dalam kondisi normal, aliran air Kali Gendong sangat jernih dan menjadi sumber utama bagi para petani untuk mengairi sawah mereka.
    Namun, banjir menyebabkan tanaman padi para petani mudah roboh.
    “Ya, dampaknya ke tanaman pada roboh,” ujar Ahmad.
    Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa padi yang terendam banjir berpotensi gagal panen, dan meskipun berhasil dipanen, kualitas gabah yang terendam tetap tidak akan maksimal.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Banjir Rob di Jakut Bikin KRL Ibarat Naik Wahana Air

    Banjir Rob di Jakut Bikin KRL Ibarat Naik Wahana Air

    Banjir rob masih menggenangi sejumlah wilayah di Muara Angke, Penjaringan, Jakarta Utara (Jakut). Sejumlah warga memilih tetap bertahan di rumah bertingkat saat banjir rob menggenangi wilayah tempat tinggal mereka.

    Pantauan detikcom, Rabu (18/12/2024), sore di wilayah RT 12 RW 22 Muara Angke, banjir rob masih terjadi dengan ketinggian sekitar 50 sentimeter (cm). Warga terpaksa berdesak-desakan di lantai 2 rumahnya saat banjir belum surut.

    Seorang warga Eriyanti (37) mengatakan banjir rob melanda rumahnya sejak lima hari lalu. Air kerap meluap pada pagi hari, kemudian mulai surut pada malam menjelang tidur.

    “(Kalau tidur) di (lantai) atas, tapi kan nggak muat, susah. Ada mertua, ponakan, anak dua, sama suami. Ngumpul semua. Jadi, kalau malam, udah mulai surut, baru kita kuras yang dalamnya,” kata Eriyanti saat ditemui di rumahnya, Rabu (18/12/2024).

    Pada sore tadi, rumah Eriyanti masih tergenang banjir rob. Dia menceritakan aktivitas bersih-bersih rumah dilakukan keluarganya saat banjir rob mulai surut jelang malam.

    Kemudian air kembali meluap pada pagi saat Eriyanti sekeluarga hendak melakukan aktivitas.

    “Malem doang (surutnya) pas mau tidur, entar paginya naik lagi, banjir lagi. Jam 8 malam sampai jam 8 pagi udah naik lagi. Dari pinggiran rumah mulai ngerembes lagi,” kata Eriyanti, yang dikenal dengan panggilan Mama Niki di lingkungannya.

    Menurutnya, banjir rob tahun ini masih ‘lebih baik’ dibanding tahun lalu, di mana air rob kerap datang pada pukul 21.00 WIB.

    (rdp/rdp)

  • Pembangunan Tanggul Pantai di Jakarta Molor, Target Rampung Jadi 2030 – Page 3

    Pembangunan Tanggul Pantai di Jakarta Molor, Target Rampung Jadi 2030 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Pembangunan tanggul pantai sebagai bagian dari proyek National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A di wilayah pesisir Jakarta mundur dari target 2028 menjadi 2030. Tanggul pantai dibangun guna mengatasi banjir rob di pesisir Jakarta.

    Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Ika Agustin Ningrum menyebut, ada dua tantangan utama yang menyebabkan molornya penyelesaian proyek tanggul pantai. Dua tantangan itu meliputi, proses pengadaan barang dan jasa dan kebutuhan untuk koordinasi intensif dengan masyarakat nelayan di kawasan pesisir.

    “Awalnya, target NCICD Fase A, baik yang dilakukan Pemprov DKI maupun Kementerian PU, direncanakan selesai pada 2028. Namun, kami harus memastikan infrastruktur ini tidak hanya efektif dalam mengendalikan banjir, tetapi juga mengakomodasi kebutuhan para nelayan di pesisir,” kata Ika dalam keterangan tertulis, Rabu (18/12/2024).

    Ika menyampaikan, salah satu perhatian utama dalam pembangunan tanggul adalah lokasi tambatan kapal yang digunakan para nelayan. Dinas SDA Jakarta berupaya agar desain tanggul tidak menghalangi alur pelayaran dan tetap memungkinkan nelayan untuk dengan mudah membawa hasil tangkapan ikan ke daratan.

    “Koordinasi ini melibatkan Dinas KPKP, agar kebutuhan nelayan dapat diakomodasi, mulai dari lokasi tambatan kapal hingga fasilitas pendukung lainnya,” kata Ika.

    Menurut Ika, desain tanggul harus melalui proses peninjauan ulang dengan mempertimbangkan masukan dari masyarakat. Sejauh ini, koordinasi telah dilakukan di sejumlah wilayah, meskipun masih ada beberapa titik yang memerlukan penyesuaian.

    “Masukan dari warga, khususnya para nelayan, menjadi input penting bagi kami dalam mendesain tanggul yang akan dibangun,” ucapnya.

    Sebagai informasi, proyek NCICD Fase A mencakup pembangunan tanggul sepanjang 39 kilometer. Data terbaru, 17,1 kilometer telah dibangun oleh Kementerian PU dan 8,5 kilometer oleh Pemprov DKI Jakarta.

    Sisanya, masih terdapat 13,4 kilometer (km) tanggul yang belum selesai. Lokasi yang belum terbangun ini mencakup area kritis seperti Muara Angke, Pantai Mutiara, Ancol Barat dan kawasan Sunda Kelapa, yang kerap terdampak rob.

     

  • BPBD: Tiga RT di Pluit terendam banjir rob 20-50 cm pada Rabu sore

    BPBD: Tiga RT di Pluit terendam banjir rob 20-50 cm pada Rabu sore

    Begitu juga Jalan RE Martadinata (di depan Jakarta International Stadium/ JIS), Kelurahan Papanggo Tanjung Priok sempat terendam banjir rob

    Jakarta (ANTARA) – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta mencatat tiga RT di Kelurahan Pluit Penjaringan Jakarta Utara terendam banjir rob dengan ketinggian air berkisar 20 hingga 50 centimeter (cm) pada Rabu sore.

    “Informasi terkini hingga pukul 15.00 WIB ada tiga RT di Jakarta Utara yang terendam banjir,” kata Kepala BPBD DKI Jakarta Isnawa Adji di Jakarta, Rabu.

    Ia mengatakan sejauh ini tidak ada warga yang mengungsi akibat meluapnya air laut ke daratan ini.

    Sebelumnya banjir juga merendam satu RT di Kelurahan Pluit dan dua RT di Marunda Cilincing tapi hingga saat ini air sudah surut.

    Begitu juga Jalan RE Martadinata (di depan Jakarta International Stadium/ JIS), Kelurahan Papanggo Tanjung Priok sempat terendam banjir rob. Kondisi terkini genangan di kawasan tersebut sudah mulai surut.

    BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan senantiasa berkoordinasi dengan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat, juga camat, dan lurah setempat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik.

    “Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat,” kata dia

    Dirinya mengimbau kepada masyarakat agar tetap berhati-hati dan waspada terhadap potensi genangan.

    “Dalam keadaan darurat, segera menghubungi petugas di nomor 112 yang beroperasi selama 24 jam non-stop,” kata dia.

    Sebelumnya BMKG telah mengeluarkan peringatan dini banjir pesisir atau banjir rob pada tanggal 11 Desember – 20 Desember 2024 akibat adanya fenomena pasang maksimum air laut bersamaan dengan fase bulan baru yang berpotensi meningkatkan ketinggian pasang air laut maksimum berupa banjir pesisir (Rob) di wilayah pesisir utara Jakarta.

    Banjir rob menyebabkan pasang air laut menyebabkan Pintu Air Pasar Ikan Waspada/Siaga 2 pukul 07.00 WIB dan Bahaya/Siaga 1 Pukul 11:00 WIB pada Rabu (18/12) dan menyebabkan terjadinya beberapa genangan air.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2024

  • Dishub Jakarta Siapkan 10 Kapal untuk Distribusikan Pangan ke Kepulauan Seribu

    Dishub Jakarta Siapkan 10 Kapal untuk Distribusikan Pangan ke Kepulauan Seribu

    Laporan Wartawan TribunJakarta.com, Dionisius Arya Bima Suci

    TRIBUNJAKARTA.COM, GAMBIR – Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta Syafrin Liputo memastikan telah menyiapkan 10 unit kapal untuk mendistribusikan pasokan pangan kepada warga di Kepulauan Seribu.

    “Saat ini kami sudah siapkan total sebanyak 10 unit kapal. Sepuluhnya itu tentu bisa operasional sesuai cuaca yang disampaikan BMKG,” ucapnya di Balai Kota Jakarta, Rabu (18/12/2024).

    Hanya saja, Syafrin menyebut, operasional sepuluh kapal tersebut sangat tergantung dengan kondisi cuaca.

    Ia pun tak menampik bila kapal-kapal tersebut tak bisa beroperasi selama beberapa hari terakhir ini.

    “Memang tiga hari ini dari hasil pantauan terjadi gelombang tinggi sampai 2,5 meter dan tentu sangat membahayakan penumpang,” ujarnya.

    Anak buah Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi ini bilang, pihaknya tak bisa berbuat banyak bila kondisi cuaca buruk.

    “Terakhir ada satu kapal yang memaksakan (jalan), kapal barang dan berujung karam kapalnya. Upaya kami memitigasi berupa menunda keberangkatan,” tuturnya.

    Gandeng TNI AU

    Banjir rob yang terjadi di Jakarta turut menerjang permukiman warga yang ada di wilayah Kabupaten Kepulauan Seribu.

    Warga di perairan Jakarta itu pun sempat terisolasi akibat banjir dan tingginya gelombang air laut yang menyebabkan kapal-kapal dari daratan Jakarta sulit berlayar menuju Kepulauan Seribu.

    Kondisi ini pun dikhawatirkan menyebabkan warga Kepulauan Seribu kekurangan pangan.

    Untuk mengatasi masalah ini, Penjabat (Pj) Gubernur DKI Jakarta Teguh Setyabudi menyebut, pihaknya bakal berkoordinasi dengan TNI Angkatan Udara.

    Teguh menjelaskan, sejatinya Dinas Perhubungan (Dishub) DKI memiliki armada kapal yang bisa digunakan untuk mendistribusikan bantuan ke Kabupaten Kepulauan Seribu, hanya saja, bila cuaca semakin tak memungkinkan, maka pemerintah bakal minta bantuan TNI AU.

    “Kalau cuaca jelek sekali kami akan berkoordinasi dengan TNI AU. Pasti Insyaallah, tidak ada masalah,” ucapnya di Balai Kota Jakarta, Selasa (17/12/2024).

    Sekretaris Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Maruli Sijabat menjelaskan, pihaknya telah menempatkan personel dan menyiapkan lokasi cadangan pangan (buffer stock) untuk mengatasi kekurangan pangan warga Kepulauan Seribu akibat cuaca ekstrem.

    “Personel kami disana, beserta dengan peralatannya, termasuk juga buffer stock yang kami siapkan, bila mana terjadi peningkatakan kebutuhan terkait dengan pangan maupun sandang,” ujarnya.

    Kepala Dinas Sosial (Dinsos) DKI Jakarta Premi Lasari pun memastikan, pihaknya sudah mengalokasikan anggaran untuk mendistribusikan bantuan kepada masyarakat Kepulauan Seribu.

    “Terkait dengan bansos, kami sudah siap. Termasuk juga nanti kalau dari Kabupaten Pulau Seribu membutuhkan, kami bekerjasama dengan Dinas Perhubungan, langsung bisa mensuplai bantuan sosial,” kata dia.

    Akses TribunJakarta.com di Google News atau WhatsApp Channel TribunJakarta.com. Pastikan Tribunners sudah install aplikasi WhatsApp ya

     

  • Banjir Rob di Jakut Bikin KRL Ibarat Naik Wahana Air

    5 RT di Jakut Masih Tergenang Banjir Rob, Tinggi Air Capai 55 Cm

    Jakarta

    Banjir luapan air laut kembali menggenangi wilayah Jakarta Utara siang ini. BPBD DKI Jakarta melaporkan masih ada 5 wilayah rukun tetangga (RT) yang terdampak banjir rob.

    “BPBD mencatat genangan saat ini terjadi di 5 RT atau 0,016% dari 30.772 RT,” kata Kapusdatin Kebencanaan BPBD DKI Jakarta Mohammad Yohan dalam keterangan, Rabu (18/12/2024).

    Wilayah RT yang terdampak banjir rob ada 5 RT di Jakarta Utara (Jakut). BPBD Jakarta menyampaikan data tersebut per pukul 13.00 WIB.

    Sebanyak 4 RT di Kelurahan Pluit terdampak banjir rob dengan ketinggian mencapai 55 cm. Selain itu, ada 1 RT di Kelurahan Marunda yang kebanjiran setinggi 10 cm.

    Sementara itu, ruas jalan di RE Martadinata (Depan JIS), Kelurahan Papanggo, Jakarta utara yang sebelumnya tergenang banjir, kini sudah surut.

    Dalam hal ini, BPBD DKI Jakarta mengerahkan personel untuk memonitor kondisi genangan di setiap wilayah dan mengkoordinasikan unsur Dinas SDA, Dinas Bina Marga, Dinas Gulkarmat untuk melakukan penyedotan genangan dan memastikan tali-tali air berfungsi dengan baik bersama dengan para lurah dan camat setempat. Genangan ditargetkan untuk surut dalam waktu cepat.

    (bel/lir)

  • Banjir Rob Masih Rendam Kawasan Muara Angke Jakut, Warga Masih Memilih Tak Mengungsi – Halaman all

    Banjir Rob Masih Rendam Kawasan Muara Angke Jakut, Warga Masih Memilih Tak Mengungsi – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Abdi Ryanda Shakti 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bencana alam banjir rob masih merendam di kawasan Pelabuhan Muara Angke tepatnya di Jalan Dermaga Ujung 2 Blok Empang Muara Angke, Jakarta Utara (Jakut) pada Rabu (18/12/2024).

    Pantauan Tribunnews.com, debit ketinggian air di kawasan tersebut beragam mulai dari 20 centimeter hingga 90 centimeter.

    Namun, terlihat warga masih memilih untuk bertahan di rumahnya masing-masing dan tidak mengungsi.

    Berbagai alasan dari warga yang tidak memilih mengungsi yang salah satunya karena menjaga barang-barang berharga di rumahnya.

    “Iya saya pilih bertahan di rumah aja. Ga ngungsi. Ini jagain barang-barang di rumah, takut dimalingin,” kata Sarti (46) saat ditemui, Rabu.

    Dia mengatakan bencana alam yang kerap terjadi setiap tahunnya ini memang menjadi penghambat untuk warga sekitar dalam menjalai aktivitas sehari-hari.

    Bahkan, anak Sarti, sudah tidak sekolah selama banjir rob merendam kawasan rumahnya.

    “Iya ini apa-apa susah banget. Paling itu naik perahu karet kalau mau ke depan,” tuturnya.

    Sementara warga lainnya bernama Ilham (33), mengatakan jika debit air ini mulai merendam sejak pukul 09.00 WIB. Biasanya, dari pukul 11.00-14.00 WIB, air semakin meninggi dan mulai surut menjelang malam hari.

    “Ini tuh gini, kalau jam segini mulai naik (airnya). Nanti malam baru kering. Besoknya begitu lagi,” jelasnya.

    Lebih lanjut, dia meminta agar pemerintah segera memberikan solusi terkait ini meski memang banjir rob tidak bisa dihindarkan karena faktor alam.

    “Ya kalau nasi kotak aja masih dapat. Tapi kalau yang lain (sembako dan lain-lain) belum,” ungkapnya.

    Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta meminta warga di pesisir Jakarta untuk tetap waspada akan bencana alam banjir rob hingga akhir tahun 2024 ini.

    Kepala Pelaksana BPBD Provinsi DKI Jakarta Isnawa Adji mengungkapkan bahwa berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) diprediksi banjir rob akan semakin tinggi sekira tanggal 20 Desember 2024 mendatang.

    Iswana mengimbau seluruh warga untuk selalu waspada dan ia sudan siagakan alat darurat seperti perahu karet atau sekoci dan lainnya.

    “Apabila terjadi keadaan bencana atau darurat, segera hubungi call center Jakarta Siaga 112,” imbuhnya.

    BPBD DKI Jakarta telah berupaya menangani banjir rob di kawasan pesisir utara, terutama di Kota Tua, Muara Angke, Pluit, Ancol, dan sekitarnya. 

    Isnawa Adji menjelaskan, banjir rob tersebut disebabkan oleh pasang air laut yang cukup tinggi beberapa hari terakhir.

    Selain itu, kata Isnawa, faktor lain karena penurunan tanah (land subsidence) serta perubahan iklim yang menyebabkan kenaikan permukaan laut.

    Penanganan banjir yang sudah dilakukan berupa pembangunan Infrastruktur Tanggul Laut (Giant Sea Wall), Peningkatan Sistem Drainase dan Normalisasi Sungai, Pembangunan Waduk dan Sistem Penampungan Air, Pembangunan Sumur Resapan dan Pengelolaan Air Tanah, Sistem Peringatan Dini dan Monitoring, Pendidikan dan Sosialisasi kepada Masyarakat, Relokasi dan Penataan Kawasan, serta kolaborasi dengan pihak swasta.

    Menurut Isnawa, pengambilan air tanah yang berlebihan mengakibatkan penurunan permukaan tanah dan banjir rob di Pesisir Utara.

    Oleh karena itu, Isnawa menyatakan perlu dilakukan perubahan signifikan dalam pengelolaan sumber daya air di Jakarta.

    “Adapun tantangan besar selanjutnya adalah kenaikan permukaan laut dan perubahan iklim. Kondisi air laut yang semakin tinggi meningkatkan frekuensi dan intensitas banjir rob,” jelas Isnawa.