Topik: Banjir ob

  • Proyek Giant Sea Wall Segera Dimulai, Anggaran Rp 1.300 T

    Proyek Giant Sea Wall Segera Dimulai, Anggaran Rp 1.300 T

    Jakarta, Beritasatu.com – Presiden Prabowo Subianto menegaskan bahwa pemerintah segera merealisasikan proyek strategis tanggul laut raksasa atau giant sea wall di pantai utara Pulau Jawa. Proyek ini diperkirakan akan memakan anggaran US$ 80 miliar atau Rp 1.300 triliun.

    “Proyek ini menyangkut jarak yang tidak pendek, kalau tidak salah sekitar 500 kilometer dari Banten sampai Gresik, Jawa Timur. Perkiraan biaya yang dibutuhkan US$ 80 miliar,” ungkap Prabowo dalam acara International Conference on Infrastructure (ICI) di Jakarta International Convention Center (JICC), Kamis (12/6/2025).

    Prabowo menyebut proyek giant sea wall di pantai utara Jawa sudah direncanakan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional sejak 1995 atau 30 tahun lalu.

    Dikatakan, giant sea wall sebagai infrastruktur vital yang tidak boleh lagi mengalami penundaan. Sebab, infrastruktur ini penting untuk dibangun demi melindungi masyarakat di pesisir utara Jawa atas ancaman banjir rob.

    “Bayangkan, sejak 1995. Thirty years ago, kalau tidak salah 30 tahun lalu, tetapi kita tidak berkecil hati, sekarang tidak ada lagi penundaan. Sudah tidak perlu lagi banyak bicara, kita akan kerjakan itu segera,” tegas Prabowo.

    Presiden menjelaskan, proyek giant sea wall yang akan membentang sepanjang 500 kilometer dari Banten hingga Gresik, Jawa Timur, ditargetkan rampung dalam rentang 15-20 tahun.

    Prioritas awal pembangunan giant sea wall akan difokuskan pada kawasan rawan banjir rob seperti Jakarta, Semarang, Pekalongan, hingga Brebes. Menurut Prabowo, situasi di pesisir utara saat ini mengancam kehidupan rakyat.

    Kepala negara menegaskan, pemerintah tidak akan menunda-nunda pelaksanaannya dan akan segera mengambil langkah konkret, termasuk pembentukan badan otorita khusus proyek giant sea wall.

    “Tidak ada masalah, ada pepatah kuno ‘perjalanan 1.000 kilometer dimulai oleh satu langkah’, kita akan segara mulai itu, saya sudah perintahkan suatu tim untuk roadshow, keliling, dan dalam waktu dekat saya akan bentuk otorita. Badan otorita tanggul laut pantai utara Jawa,” katanya.

    Lebih lanjut Prabowo mengungkapkan, meskipun proyek ini akan membuka peluang kerja sama dengan berbagai negara, Indonesia siap menggunakan kemampuan sendiri dengan kolaborasi antara pemerintah pusat dan daerah.

    Khusus bagian Teluk Jakarta, pembangunan giant sea wall diperkirakan akan memakan anggaran US$ 8 miliar sampai US$ 10 miliar dengan waktu pengerjaan 8-10 tahun. Prabowo menyebut, Pemerintah Provinsi Jakarta siap membantu membiayai proyek ini.

    “Ini suatu yang harus kita laksanakan dan kita terbuka, perusahaan-perusahaan dari Tiongkok, dari Jepang, dari Korea, Eropa, Timur-Tengah yang mau ikut silakan, tetapi kita tidak tunggu, kita akan gunakan kekuatan kita sendiri,” tutup Prabowo.

     

  • Musyawarah Warga Jadi Kendala Pembangunan Tanggul Rob di Muara Angke
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        12 Juni 2025

    Musyawarah Warga Jadi Kendala Pembangunan Tanggul Rob di Muara Angke Megapolitan 12 Juni 2025

    Musyawarah Warga Jadi Kendala Pembangunan Tanggul Rob di Muara Angke
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Gubernur DKI Jakarta
    Pramono Anung
    mengungkapkan bahwa salah satu kendala utama dalam
    pembangunan tanggul rob
    di kawasan pesisir Jakarta, khususnya di
    Muara Angke
    , Jakarta Utara, adalah proses musyawarah dan pendekatan kepada warga yang terdampak.
    Hal itu diungkapkan Pramono usai meninjau langsung progres pembangunan tanggul
    mitigasi banjir
    rob di Muara Angke, Jakarta Utara, Kamis (12/6/2025).
    “Kendala utamanya sebenarnya salah satunya adalah musyawarah dengan warga. Karena saya selalu menyampaikan kepada jajaran Balai Kota, pendekatan ke warga itu betul-betul harus dilakukan, walaupun capek, tapi terus menerus dan waktunya memang tidak gampang,” ujar Pramono di lokasi.
    Namun begitu, ia bersyukur bahwa kini telah terjadi kesepakatan antara pemerintah dan warga.
    “Pak Lurah, Pak Camat dan juga ada hadir wali kota Jakarta Utara sudah menyampaikan bahwa ini sudah clear. Artinya segera dilakukan pembangunan,” kata Pramono.
    Pembangunan tanggul sepanjang 1,4 kilometer dengan ketinggian 2,5 meter itu ditargetkan rampung pada Desember 2025.
    Tanggul ini dirancang untuk menahan naiknya air laut yang diperkirakan bisa mencapai elevasi 2,5 meter, lebih tinggi dari kondisi eksisting kawasan yang berada pada angka 1,8 meter.
    Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Ika Agustin, menjelaskan bahwa pembangunan tanggul ini akan berdampak pada 282 rumah warga di area seluas 120 hektare.
    “Saat ini sudah clear,” ujar Ika.
    Tahun depan, Pemprov DKI juga merencanakan pembangunan tanggul lanjutan sepanjang 1 kilometer. Sehingga, total panjang tanggul mencapai 2,4 kilometer.
    Pramono menyampaikan apresiasinya kepada warga yang telah bersepakat, serta mengingatkan agar tidak ada oknum yang mencoba memanfaatkan situasi dengan mendirikan bangunan baru di area terdampak.
    “Mohon ketika pembangunan sudah dilakukan jangan kemudian ada penambahan warga-warga baru yang kemudian memanfaatkan situasi ini. Karena ini bukan pekerjaan yang gampang,” kata Pramono.
    Ia juga menegaskan bahwa pembangunan tanggul ini merupakan langkah awal untuk penanganan banjir rob jangka menengah, sebelum proyek jangka panjang NCICD (National Capital Integrated Coastal Development) dilanjutkan oleh pemerintah pusat.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Pramono akan larang pengambilan air tanah di Muara Angke

    Pramono akan larang pengambilan air tanah di Muara Angke

    Supaya permukaan tanahnya tidak cepat turun. Kami akan segera mendistribusikan air bersih di daerah ini

    Jakarta (ANTARA) – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo melarang pengambilan air tanah di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, untuk mencegah terjadinya penurunan permukaan tanah (land subsidence) yang bisa mengancam keselamatan warga pesisir.

    “Yang harus diketahui publik adalah permukaan tanah kita ini dari waktu ke waktu turun terus. Maka di daerah ini nanti termasuk yang akan kami buat aturan agar air tanahnya tidak diambil,” kata Pramono saat ditemui usai meninjau pembangunan tanggul mitigasi banjir rob di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, Kamis.

    Menurut Pramono, pengambilan air tanah secara masif menjadi penyebab utama turunnya permukaan tanah, yang memperburuk dampak rob.

    Apabila permukaan tanah cepat menurun, menurut Pramono, tentunya sangat membahayakan masyarakat.

    Sebagai solusi atas kondisi tersebut, Pemprov DKI Jakarta akan segera mendistribusikan layanan air bersih perpipaan ke wilayah tersebut.

    Saat ini, Pramono mengatakan distribusi air bersih sudah mulai dikerjakan oleh PAM Jaya. Langkah ini diharapkan mampu mengurangi ketergantungan warga terhadap air tanah.

    “Supaya permukaan tanahnya tidak cepat turun. Kami akan segera mendistribusikan air bersih di daerah ini,” kata Pramono.

    Untuk menghadapi ancaman rob, Pemprov DKI Jakarta tengah membangun tanggul laut sepanjang 1,4 kilometer dengan ketinggian 2,5 meter. Pembangunan ini ditargetkan rampung pada Desember 2025.

    Tanggul tersebut dirancang agar bisa menahan air laut hingga ketinggian 2,5 meter, melebihi elevasi kawasan Muara Angke yang saat ini berada di angka 1,8 meter.

    Pemprov DKI juga berencana melanjutkan penambahan tanggul sepanjang satu kilometer tahun depan, sehingga total akan mencapai 2,4 kilometer.

    Kepala Dinas Sumber Daya Air (SDA) DKI Jakarta, Ika Agustin, menjelaskan pembangunan tanggul ini akan berdampak terhadap 282 rumah warga dan mencakup area seluas 120 hektare.

    Sementara itu, lanjut Ika, anggaran yang dibutuhkan untuk membangun tanggul mitigasi tersebut kurang lebih sekitar Rp52 miliar.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • DKI bangun tanggul rob sebagai wujud dukungan program Giant Sea Wall

    DKI bangun tanggul rob sebagai wujud dukungan program Giant Sea Wall

    Namun kini, jumlahnya akan diperpanjang lagi sepanjang 7 kilometer menjadi 19 kilometer

    Jakarta (ANTARA) – Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo mengatakan pembangunan tanggul mitigasi rob dilakukan sebagai wujud dukungan Pemprov DKI Jakarta terhadap proyek tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall yang digagas pemerintah pusat.

    “Sebagai bagian dari dukungan terhadap gagasan National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) atau juga dikenal dengan proyek Giant Sea Wall, kami memulai dengan penanganan yang bersifat jangka menengah terlebih dahulu,” kata Pramono saat dijumpai di Muara Angke, Jakarta Utara, Kamis.

    Pramono menjelaskan, awalnya Giant Sea Wall yang menjadi tanggung jawab pemerintah Jakarta hanya sepanjang 12 kilometer.

    Namun kini, jumlahnya akan diperpanjang lagi sepanjang 7 kilometer menjadi 19 kilometer.

    “Dengan demikian apa yang menjadi arahan Bapak Presiden Prabowo, pemerintah Jakarta sudah memulai lebih awal untuk penanganan banjir rob di tempat ini,” kata Pramono.

    Tahun ini, Pemprov DKI Jakarta akan memulai membangun tanggul mitigasi rob sepanjang 1,4 kilometer dan ditargetkan akan selesai pada Desember 2025. Pembangunan tanggul ini menggunakan anggaran sebesar Rp52 miliar.

    Diketahui, pembangunan tanggul mitigasi banjir rob ini sudah diwacanakan sejak tahun lalu. Namun pembangunannya baru akan terealisasi karena sempat terkendala izin dari warganya.

    Kini, Pramono mengaku bersyukur seluruh pihak sudah setuju untuk dilakukan pembangunan tanggul mitigasi tersebut. Dia berharap, tanggul mitigasi rob ini nantinya dapat meminimalisir banjir rob yang kerap terjadi di wilayah tersebut.

    “Harapannya dalam jangka pendek dan menengah persoalan rob di tempat ini (Muara Angke), bukan di tempat lain ya, di tempat ini, walaupun masih ada beberapa yang lain relatif akan tertangani,” kata Pramono.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Pekerjaan tanggul rob Muara Angke ditargetkan rampung pada Desember

    Pekerjaan tanggul rob Muara Angke ditargetkan rampung pada Desember

    penambahan tinggi tanggul bertujuan untuk menahan jika nanti air laut pasang hingga 2,5 meter

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta menargetkan pekerjaan pembangunan tanggul mitigasi banjir rob di Muara Angke sepanjang 1,4 kilometer selesai pada Desember 2025.

    Anggaran yang dibutuhkan untuk membangun 1,4 kilometer (km) tanggul mitigasi banjir rob tersebut mencapai Rp52 miliar.

    “Hari ini kita akan bangun tanggul kurang lebih 1,4 km dan tanggulnya dinaikkan 2,5 meter. Mudah-mudahan pembangunan ini akan selesai sampai dengan Desember,” kata Gubernur DKI Jakarta Pramono Anung Wibowo saat dijumpai di lokasi pembangunan tanggul mitigasi banjir rob Muara Angke, Jakarta Utara, Kamis.

    Pramono menjelaskan penambahan tinggi tanggul bertujuan untuk menahan jika nanti air laut pasang hingga 2,5 meter. Namun saat ini, evaluasinya air masih setinggi kurang lebih 1,8 meter.

    Tahun depan, Pramono mengatakan pembangunan tanggul mitigasi banjir rob akan dilanjutkan lagi sepanjang satu kilometer.

    Pramono mengakui, salah satu kendala yang dihadapi dalam pembangunan tanggul mitigasi banjir rob ini adalah pendekatan komunikasi dengan warga.

    Sebab untuk membangun tanggul ini, akan ada 282 bangunan atau sekitar 120 hektare tanah yang terdampak. Kendati demikian, Pramono mengatakan hal itu sudah dapat diatasi dengan baik dan seluruh pihak setuju untuk pembangunan tanggul tersebut.

    “Hal yang berkaitan dengan banjir rob mudah-mudahan akan tertangani secara baik. Kami bersyukur warga telah menyepakati pembangunan ini untuk mengatasi rob,” kata Pramono.

    Sebenarnya pembangunan tanggul mitigasi banjir rob ini sudah diwacanakan sejak tahun lalu. Tanggul ini diharapkan bisa meminimalisir banjir rob yang kerap terjadi di pemukiman warga pesisir Jakarta.

    Tanggul mitigasi rencananya dibangun di beberapa titik, seperti Muara Angke, Pluit, Muara Baru, Sunda Kelapa, Marunda (Rumah Si Pitung), dan Jalan RE Martadinata.

    Tanggul itu dibangun sembari menunggu pembangunan tanggul laut atau Pengembangan Terpadu Pesisir Ibu Kota Negara (PTPIN/NCICD), yang rampung pada 2030.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Mahalnya Biaya Bangun Tanggul Laut Raksasa Jakarta – Page 3

    Mahalnya Biaya Bangun Tanggul Laut Raksasa Jakarta – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengungkapkan bahwa pembangunan Giant Sea Wall atau tanggul laut raksasa di Jakarta membutuhkan pembiayaan sekitar Rp123 triliun.

    “Berdasarkan studi yang telah dilakukan, (proyek Giant Sea Wall) membutuhkan biaya sebesar USD 8 miliar atau setara Rp123 triliun,” kata AHY di sela-sela kegiatan International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di JICC Senayan, Jakarta, Rabu (11/6/2025).

    AHY menegaskan, proyek ini masih dalam tahap kajian dan belum diputuskan.

    “Kita masih mempelajari (proyek Giant Sea Wall) karena ini ruang yang terbuka untuk semua, kita tidak ingin cepat-cepat menyimpulkan karena sekali lagi ini proyek besar,” ujarnya.

    Lindungi Pesisir Jakarta

    Proyek Giant Sea Wall sendiri diyakini akan menjadi langkah strategis untuk melindungi pesisir utara Jakarta dari ancaman banjir dan penurunan level tanah.

    “Kami menyebutnya (Giant Sea Wall) sebagai coastal protection (perlindungan pantai) sekaligus juga flood management (pengelolaan banjir), kita memitigasi bahaya banjir dan juga terjadinya penurunan permukaan tanah,” terang AHY.

    Namun, Menko Infrastruktur juga mencatat bahwa membangun tanggul raksasa belum cukup untuk mengatasi banjir rob dan naiknya volume air laut. Maka dari itu, diperlukan solusi dari hulu ke hilir.

    “Menyelesaikan masalah land subsidence (penurunan tanah), termasuk juga banjir rob, permukaan air laut yang makin tinggi, itu bukan hanya berbicara pertahanan pantai. Jangan sampai makin tenggelam, air laut makin tinggi, dna terjadi penurunan,” imbuhnya.

     

  • Jakut bangun tanggul mitigasi di Pluit untuk cegah banjir rob

    Jakut bangun tanggul mitigasi di Pluit untuk cegah banjir rob

    Jakarta (ANTARA) –

    Pemerintah Kota Jakarta Utara membangun tanggul mitigasi di kawasan Area Docking Kapal Bywalk, Pluit, Penjaringan, sebagai upaya mencegah dan mengantisipasi banjir pasang ekstrem atau rob di lokasi tersebut.

    “Kami masih melakukan pembangunan yang ditarget selesai 20 Agustus 2025,” kata Kepala Seksi Pemeliharaan Drainase Suku Dinas Sumber Daya Air (SDA) Jakarta Utara Yudo Widiatmoko di Jakarta, Rabu.

    Ia mengatakan, tanggul ini dibangun setinggi 3,6-meter yang diperkirakan dapat mengantisipasi terjadi banjir pasang di lokasi tersebut.

    Menurut dia, pada November 2024 kerap terjadi banjir pasang bahkan banjir pasang tertinggi yang pernah ada di Jakarta.

    Pihaknya mencoba membangun tanggul lebih tinggi berupa tanggul mitigasi dari potensi pasang ekstrem.

    “Pada November itu air pasang melimpah dan melewati tanggul-tanggul yang ada dan menyebabkan banjir. Ini yang coba kami antisipasi dengan pembangunan tanggul mitigasi ini,” katanya.

    Menurut dia, saat ini pembangunan tanggul sudah selesai setinggi 3,4 meter dengan ketebalan 40 centimeter. Selain itu pembangunan tanggul juga dibuatkan akses bagi pekerja yang ada di area docking.

    “Mereka tetap beroperasi dengan baik meski tanggul mitigasi ini selesai dibangun,” kata dia.

    Pembangunan tanggul mitigasi ini dimulai sejak 24 Maret 2025 hingga 20 Agustus 2025 atau selama 150 hari kerja. Sejauh ini tidak ada kendala dalam pembangunan serta adanya dukungan dari semua pihak sehingga berjalan aman dan lancar.

    “Kami berharap dengan adanya tanggul mitigasi ini membuat tidak ada lagi banjir pasang ekstrem di kawasan tersebut,” kata dia.

    Pewarta: Mario Sofia Nasution
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Bangun Tanggul Laut Raksasa di Jakarta, AHY Butuh Duit Sebanyak Ini

    Bangun Tanggul Laut Raksasa di Jakarta, AHY Butuh Duit Sebanyak Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (IPK), Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY menyebut pembangunan Giant Sea Wall atau tanggul laut raksasa di Jakarta membutuhkan dana sekitar Rp123 triliun. Proyek ini disebut sebagai langkah strategis untuk melindungi pesisir utara Jakarta dari ancaman banjir dan penurunan muka tanah.

    “Ya, terkait dengan (giant sea wall), kami menyebutnya coastal protection (perlindungan pantai) sekaligus juga flood management (pengelolaan banjir), kita memitigasi bahaya banjir dan juga terjadinya penurunan permukaan tanah,” ujar AHY dalam konferensi pers di sela acara International Conference on Infrastructure (ICI) 2025 di Jakarta, Rabu (11/6/2025).

    “Sehingga proyek besar semacam Giant Sea Wall ini menjadi salah satu yang kita bahas, karena cukup banyak yang bukan hanya tertarik, tetapi juga benar-benar serius ingin masuk ke proyek tersebut,” sambungnya.

    AHY menegaskan, proyek ini masih dalam tahap kajian dan belum diputuskan. “Tentunya masih terus kita pelajari karena ini ruang yang terbuka untuk semua. Kita tidak ingin cepat-cepat menyimpulkan karena sekali lagi, ini adalah proyek besar,” kata dia.

    Dari hasil studi sebelumnya, lanjut AHY, pembangunan tanggul sepanjang 41 kilometer di wilayah Jakarta ini diperkirakan menelan biaya sekitar US$ 8 miliar atau setara Rp123 triliun.

    Namun, AHY mengingatkan bahwa membangun tanggul raksasa saja tidak cukup. Menurutnya, solusi harus dilakukan menyeluruh dari hulu ke hilir, termasuk mengatasi banjir rob, naiknya muka air laut, serta penurunan muka tanah akibat eksploitasi air tanah.

    Foto: Proyek pembangunan tanggul laut atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A di kawasan Ancol Barat, Jakarta Utara, Rabu (14/5/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)
    Proyek pembangunan tanggul laut atau National Capital Integrated Coastal Development (NCICD) Fase A di kawasan Ancol Barat, Jakarta Utara, Rabu (14/5/2025). (CNBC Indonesia/Faisal Rahman)

    “Yang perlu dipahami adalah, menyelesaikan masalah land subsidence (penurunan tanah), termasuk juga banjir rob, permukaan air laut yang makin tinggi, itu bukan hanya berbicara pertahanan pantai. Itu satu hal penting. Jangan sampai makin tenggelam, air laut makin tinggi, ya tenggelam begitu. Makin-makin menurun permukaan tanah dan air laut makin tinggi,” jelas AHY.

    Ia menambahkan, perlindungan pantai perlu dilengkapi dengan infrastruktur pendukung seperti normalisasi sungai, pembangunan embung, tampungan air hujan, serta sistem distribusi air bersih untuk mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap air tanah.

    “Kita proteksi dengan tanggul-tanggul laut, tanggul pantai saat ini agar tidak ada yang tenggelam masyarakat kita. Tapi tidak cukup dengan itu. Artinya ada permasalahan di hulu. Jadi hulu ke hilir ini harus kita bereskan. Harus ada sentuhan infrastruktur dasar, infrastruktur yang sekali lagi bisa meningkatkan kapasitas tampungan air hujan, misalnya untuk normalisasi sungai, di powder-powder yang dibangun, embung-embung yang sekali lagi bisa mencegah terjadinya banjir kiriman dari wilayah hulu,” terang dia.

    Tak hanya soal banjir, ia juga menyinggung pentingnya memperkuat pasokan air bersih. “Air bersih ini juga harus diperkuat untuk mencegah memburuknya land subsidence, penurunan permukaan tanah. Dan sekali lagi ini membutuhkan dukungan infrastruktur,” ucapnya.

    AHY pun mengajak kepada seluruh pemangku kepentingan untuk menjadikan momen ini sebagai waktu yang tepat dalam melihat prioritas pembangunan nasional.

    “Jadi masih banyak hal yang perlu kita lakukan, dan di sinilah kesempatan yang baik untuk bisa mengetahui apa saja yang menjadi prioritas,” pungkasnya.

    (wur)

  • Prabowo Gelar Rapat Strategis soal Proyek Giant Sea Wall

    Prabowo Gelar Rapat Strategis soal Proyek Giant Sea Wall

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta, Selasa (10/6/2025), guna membahas rencana pembangunan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall di pesisir utara Pulau Jawa. Rapat tersebut turut dihadiri sejumlah menteri dalam Kabinet Merah Putih.

    Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya menyampaikan bahwa inisiatif pembangunan tanggul laut ini merupakan bagian dari strategi pemerintah dalam menghadapi tantangan perubahan iklim serta naiknya muka air laut di kawasan pesisir. 

    “Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat terbatas mengenai kesiapan pembentukan tanggul laut [Giant Sea Wall] di sepanjang pantai utara Pulau Jawa,” ujar Teddy dalam keterangannya, Rabu (11/6/2025),”

    Teddy menjelaskan tanggul laut ini dirancang bukan hanya untuk melindungi kawasan pantai dari abrasi dan banjir rob, tetapi juga memiliki fungsi tambahan sebagai cadangan air bersih bagi wilayah pesisir yang rentan kekeringan.

    Pemerintah berharap melalui pembangunan infrastruktur tanggul laut ini, masyarakat di wilayah pantai utara Jawa dapat memperoleh perlindungan yang lebih baik dari risiko bencana iklim, sekaligus memperkuat ketahanan lingkungan secara jangka panjang.

     “Pembentukan tanggul ini diharapkan dapat mencegah air rob, meredam penurunan permukaan pantai, dan menjadi reservoir air bersih,” pungkas Teddy.

  • Proyek Tol Semarang-Demak Paket A1 Capai 64,2%, Ditarget Beres 2027

    Proyek Tol Semarang-Demak Paket A1 Capai 64,2%, Ditarget Beres 2027

    Jakarta

    PT Hutama Karya (Persero) atau HK mencatat progres pembangunan Tol Semarang-Demak Paket 1A mencapai 64,2%. Ditargetkan keseluruhan tol yang terkoneksi tanggul laut ini bisa rampung dan tersambung penuh pada April 2027.

    EVP Sekretaris Perusahaan Hutama Karya, Adjib Al Hakim mengatakan, progres pembangunan Tol Semarang-Demak Paket 1A telah mencapai 64,2%. Pekerjaan ini digarap melalui Kerja Sama Operasi (KSO) dengan Beijing Urban Construction Group (KSO HK-BUCG).

    Adjib menjelaskan, HK menerapkan inovasi landas putar Sosrobahu pada pembangunan Jalan Tol Semarang-Demak Paket 1A. Metode ini memungkinkan progres konstruksi jalan tol tetap berjalan dengan seminimal mungkin gangguan terhadap arus lalu lintas di jalan arteri yang padat.

    “Penggunaan teknologi Sosrobahu pada Tol Semarang-Demak Paket 1A bertujuan untuk meminimalisir gangguan lalu lintas di jalan arteri yang memiliki volume kendaraan sangat tinggi. Dengan metode ini, Hutama Karya dapat mengerjakan struktur pier head atau balok melintang tanpa harus menutup jalur di bawahnya,” ujar Adjib, dalam keterangan tertulis, Selasa (10/6/2025).

    Teknologi Sosrobahu diterapkan pada empat tiang penyangga di jalur tol Semarang-Demak Paket 1A (P10, P11, P13, dan P14) di area elevated, yang berada di antara dua jalur jalan arteri aktif dan berdekatan dengan akses menuju aktivitas bisnis.

    Pelaksanaan Pemutaran berlangsung kurang lebih 2 bulan dengan pemutaran pertama dari Pier P11 pada tanggal 18 Mei 2025, diikuti pemutaran kedua P10 tanggal 3 Juni 2025, kemudian pemutaran ketiga P14 dan terakhir pemutaran keempat P13 pada pertengahan Juni 2025 atas koordinasi dengan dinas perhubungan setempat.

    Untuk mendukung pelaksanaan agar berjalan lancar, Hutama Karya melakukan sosialisasi melalui media sosial, saluran radio lokal, dan memasang rambu manajemen lalu lintas terkait persiapan pekerjaan Sosrobahu ini di sekitar area proyek.

    “Tanpa teknologi Sosrobahu, proses konstruksi konvensional berpotensi menyebabkan kemacetan, mengganggu akses menuju aktivitas bisnis, dan menimbulkan keluhan masyarakat. Metode ini memungkinkan pier head dibangun sejajar dengan sumbu jalan, lalu diputar 90 derajat ke posisi akhir menggunakan sistem hidrolik,” jelas Adjib.

    Metode Sosrobahu memiliki beberapa keunggulan, termasuk efisiensi waktu pengerjaan yang lebih singkat, biaya pengaturan keselamatan lalu lintas yang lebih efisien, dan pekerjaan konstruksi yang tetap berjalan tanpa mengurangi ruang jalan arteri. Teknologi ini sangat ideal untuk lingkungan perkotaan yang padat dan minim ruang gerak alat berat.

    Setelah selesai, tol ini akan meningkatkan konektivitas serta memberikan perlindungan dari dampak banjir rob yang biasa terjadi di wilayah pesisir Semarang dan Demak. Tol ini juga diharapkan dapat mengurai kemacetan di jalan nasional, Pantura, dan meningkatkan produktivitas ekonomi di kedua wilayah di Jawa Tengah tersebut.

    Sebelumnya, Menteri Pekerjaan Umum (PU) Dody Hanggodo dalam kunjungannya pada 1 Januari 2025 mengatakan bahwa pembangunan Tol Semarang-Demak masih berjalan sesuai dengan timeline dengan target tuntas April 2027.

    “Secara keseluruhan tidak ada kendala, hanya saat musim-musim seperti ini saja yakni angin kencang dan hujan deras, sehingga otomatis kapasitas kerja juga berkurang karena memang safety pekerjaan yang kita utamakan,” ujar Dody, dikutip dari keterangan tertulis.

    Tol Semarang-Demak memiliki total panjang 26,95 km yang dibangun dalam 2 seksi yakni Seksi 1 Kaligawe-Sayung sepanjang 10,64 km yang berada di atas laut dan Seksi 2 ruas Sayung-Demak sepanjang 16,31 km yang berada di daratan dan telah beroperasi sejak 25 Februari 2023.

    Untuk Seksi 1 Kaligawe-Sayung menjadi porsi pemerintah yang terbagi menjadi 3 paket yakni paket 1 A dengan Penyedia Jasa Hutama Karya (HK) dan Beijing Urban Construction Group (BUCG) dengan progres fisik 46,2% per 23 Desember 2024.

    Berikutnya, ada pekerjaan Paket 1B yang digarap oleh Pembangunan Perumahan (PP), Wijaya Karya (WIKA) dan China Road and Bridge Corporation (CRBC) dengan progres 27,6%. Kemudian ada Paket 1C yang digarap Adhi Karya dan Sinohydro dengan progres 20,4%.

    “Paket 1B terintegrasi dengan tanggul laut, sedangkan pada paket 1C terdapat dua kolam retensi yang nantinya dapat menampung air dari kawasan dan dipompa ke Sungai Babon untuk selanjutnya dialirkan ke laut,” kata Direktur Jalan Bebas Hambatan Kementerian PU Wilan Oktavian, dalam rilis terpisah, awal Januari lalu.

    (shc/fdl)