Banjir Parah di Berau, Ketinggian Air 5 Meter, Rumah Hanyut Dibawa Banjir
Tim Redaksi
BERAU, KOMPAS.com
–
Banjir bandang
dengan ketinggian air mencapai 5 meter merendam sejumlah kampung di Kecamatan Segah, Kabupaten
Berau
, Kalimantan Timur, sejak Selasa dini hari (27/5/2025).
Dua kampung terdampak paling parah adalah Kampung Long La’ai dan Kampung Long Ayap, yang kini terisolasi total akibat akses darat dan sungai yang tidak dapat dilalui.
“Data sementara banjir di wilayah Kecamatan Segah, terutama di Long La’ai dan Long Ayap, sangat parah,” ujar Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik
BPBD Berau
, Nofian Hidayat, kepada Kompas.com.
Kampung Long La’ai:
Ketinggian air 5 meter
Warga terdampak: 640 jiwa (212 KK)
Fasilitas rusak atau hanyut:
“Dua rumah sempat terlihat terbawa arus banjir besar dan menabrak rumah di sampingnya,” ungkap Nofian.
Kampung Long Ayap:
Ketinggian air 5 meter
Warga terdampak: 237 jiwa (76 KK di 2 RT)
Fasilitas rusak:
Kampung Long Ayan
Ketinggian air 5 meter
Warga terdampak: 260 jiwa
“Akses jalan belum bisa ditempuh karena air tinggi, dan sungai juga tidak bisa dilalui karena arus deras dan banyak batang kayu,” kata Nofian.
BPBD Berau mengerahkan tiga tim tanggap darurat:
Tim I (27 Mei):
Dipimpin Hendro dan Annes, fokus pada asesmen dan evakuasi menggunakan mobil dan perahu ketinting warga.
Tim II
: Membawa armada roda empat, rubber boat, dan mesin tempel untuk evakuasi orang dan barang.
Tim III (28 Mei):
Direncanakan untuk dropping logistik pangan dan kebutuhan dasar lainnya.
“Stok logistik pangan kami hanya tinggal 30 paket tersedia di DPA,” ujar Nofian, mengungkap keterbatasan pasokan.
BPBD dan pemerintah kampung telah mengirimkan surat permohonan bantuan ke Bupati Berau untuk mendapat bantuan berupa perahu karet, pangan dan sandang serta obat-obatan.
Banjir ini disebabkan oleh cuaca ekstrem dan meningkatnya debit air Sungai Segah di wilayah hulu.
BPBD Berau masih terus memantau situasi dan berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk mempercepat distribusi bantuan dan penanganan darurat.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Topik: Banjir Bandang
-
/data/photo/2025/05/27/6835a7df6a70e.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Banjir Parah di Berau, Ketinggian Air 5 Meter, Rumah Hanyut Dibawa Banjir Regional 27 Mei 2025
-
/data/photo/2025/05/27/6835a34a9f126.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Banjir Bandang Terjang Berau, Ketinggian Air Sampai Atap Rumah Regional 27 Mei 2025
Banjir Bandang Terjang Berau, Ketinggian Air Sampai Atap Rumah
Tim Redaksi
BERAU, KOMPAS.com
– Dua kampung di Kecamatan Segah, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur, yakni Long Ayap dan Long Ayan, dilanda
banjir bandang
besar pada Selasa (27/5/2025).
Banjir tersebut merupakan kiriman dari wilayah hulu akibat meningkatnya debit Sungai Segah setelah hujan deras.
Kondisi paling parah dilaporkan terjadi di Kampung Long Ayap, dengan ketinggian air mencapai 5 meter dan arus yang sangat deras.
Warga menyebut hampir seluruh bangunan penting hanyut terbawa banjir.
“Poskesdes, SD, perumahan guru, aula adat, hingga gereja habis lenyap terbawa arus banjir,” kata Sri, warga Long Ayap.
Banjir mulai melanda sejak Senin malam (26/5/2025) dan mencapai puncaknya keesokan harinya.
Derasnya arus menyerang tiga kampung secara berurutan: Long Pay, Long Laai, dan terakhir Long Ayap.
Di Kampung Long Ayan, banjir kiriman juga datang tiba-tiba dan lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kepala Kampung Long Ayan, Hardian, menyatakan air menggenangi hampir seluruh rumah warga di bantaran sungai.
“Enggak pernah setinggi ini. Rata-rata rumah warga di pinggir sungai tenggelam semua,” ujarnya.
“Kantor kepala kampung juga terendam, air masuk lebih dari satu meter,” tambahnya.
Hardian menyebut banjir datang di luar prediksi, membuat evakuasi warga menjadi sulit karena arus deras dan minimnya perahu.
“Kami kekurangan perahu untuk mengevakuasi. Semua akses hanya bisa lewat perahu,” jelasnya.
Sebagian besar warga telah mengungsi ke dataran tinggi. Di Long Ayan, posko darurat didirikan di kawasan perbukitan, sementara warga lain menumpang di rumah kerabat.
Sementara di Long Ayap, warga sangat membutuhkan bantuan logistik.
“Kami butuh sembako, pakaian, dan makanan. Apa pun yang bisa segera dikirim,” kata Sri.
Hingga berita ini ditulis,
BPBD Berau
masih belum bisa menjangkau kedua kampung terdampak. Menurut Hardian, petugas BPBD tertahan di kantor camat karena akses jalan terputus.
“Mereka masih di kantor camat, katanya akses belum bisa tembus,” ujar Hardian.
“Kami siap jemput mereka, kami tahu titik-titik yang bisa dilalui,” tambahnya.
Warga dari kedua kampung berharap Pemerintah Kabupaten Berau segera mengirimkan bantuan dan melakukan koordinasi tanggap darurat secepatnya.
Kondisi disebut semakin mengkhawatirkan, dan warga hanya bisa berharap air cepat surut.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Korban Banjir di Mojo Kediri Terus Dicari, Mas Dhito Berharap Mbah Tekad Segera Ditemukan
Kediri (beritajatim.com) – Bencana banjir dan tanah longsor di Kecamatan Mojo pada Jumat (16/5/2025) lalu masih menyisakan duka mendalam. Pencarian Mbah Tekad, 70, salah satu warga Desa Blimbing yang hanyut terbawa banjir masih terus dilakukan.
Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana berharap proses penyisiran yang masih berjalan segera membuahkan hasil. Sebagaimana disampaikan lewat postingan di akun media sosial pribadinya Selasa (20/5/2025).
“Tak lupa kita umbulkan doa terbaik agar Mbah Tekad satu korban hilang di Desa Blimbing bisa segera ditemukan,” tulisnya.
Dari bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di daerah lereng Pegunungan Wilis itu, selain korban hanyut terbawa banjir, setidaknya mengakibatkan puluhan rumah mengalami kerusakan maupun memutuskan akses jalan.
Berdasarkan pendataan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kediri, kerusakan rumah tersebar di Desa Petungroto sebanyak 24 rumah akibat longsor. Kemudian, di Desa Pamongan dua rumah rusak akibat longsor, Desa Ngetrep akses jalan tertutup material longsor dan di Desa Blimbing, dua rumah rusak akibat banjir.
Dari kejadian itu, mewaspadai ancaman bencana susulan, Mas Dhito meminta warga yang rumahnya terdampak bencana dievakuasi ke lokasi yang lebih aman. Disisi lain, pihaknya berharap warga yang ada di lereng Pegunungan Wilis itu untuk tetap waspada.
“Kepada saudara kami yang terdampak, doa terbaik kami panjatkan. Semoga diberikan kekuatan dan ketabahan. Dan kepada kita semua terutama yang tinggal di daerah rawan longsor dan banjir, mari tingkatkan kewaspadaan,” ungkapnya.
Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Kediri Stevanus Djoko Sukrisno secara terpisah menyebut sesuai Standar Operasional Prosedur (SOP) pencarian Mbah Tekad yang hanyut terbawa luapan air Sungai Bruni dilakukan hingga 7 hari atau Jumat (23/5/2025).
Penyisiran yang dilakukan menurut Djoko tidak hanya di sepanjang Sungai Bruni yang melintas di dekat rumah korban melainkan sudah sampai ke Sungai Brantas. Adapun titik pencarian dilakukan hingga Bendungan Waru Turi.
“Melihat durasi sudah cukup lama dan kemarin juga terjadi banjir bandang kemungkinan (jasad korban) sudah sampai Brantas. Semoga segera ketemu,” urainya.
Sebagaimana diketahui, berdasarkan informasi dihimpun saat kejadian korban berada di dapur yang lokasinya persis di dekat tikungan sungai. Intensitas hujan yang tinggi mengakibatkan air sungai meluap dan menerjang dapur hingga membawa tubuh Mbah Tekad ikut hanyut terbawa air. [ADV PKP/nm]
-

Puluhan Rumah Rusak dan Satu Warga Masih Hilang Akibat Banjir dan Longsor,Ini Sikap Bupati Kediri
Kediri (beritajatim.com) – Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana menyampaikan bahwa hingga saat ini proses penanganan bencana alam tanah longsor dan banjir di lereng Gunung Wilis masih terus dilakukan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dan tim lintas Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
“Cuaca ekstrem akhir-akhir ini mengakibatkan longsor di 4 desa di Kecamatan Mojo. Sampai hari ini, BPBD dan seluruh tim lintas OPD masih terus bekerja untuk menanggulangi kejadian ini,” tulis Mas Dhito, panggilan akrabnya melalui akun instagram pribadinya yang dikutip beritajatim.com, pada Rabu (21/5/2025).
Ia juga mengimbau seluruh masyarakat yang tinggal di wilayah rawan longsor untuk meningkatkan kewaspadaan guna mengantisipasi potensi bencana susulan.
“Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat, terutama yang berada di daerah rawan longsor untuk meningkatkan kewaspadaan,” kata Dhito.
Bencana tanah longsor dan banjir bandang menerjang empat desa di Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, pada Sabtu (17/5/2025) dini hari. Kejadian ini dipicu oleh cuaca ekstrem yang terus mengguyur lereng Gunung Wilis dalam beberapa hari terakhir, menyebabkan kerusakan puluhan rumah, ratusan lahan pertanian terdampak, belasan ternak hilang, dan satu warga belum ditemukan.
Rumah Mbah Tekad, korban banjir bandang di Desa Blimbing, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, temboknya jebol. [foto : Nanang Masyhari]Empat desa yang terdampak bencana ini adalah Petungroto, Blimbing, Pamongan, dan Ngetrep, yang kini menjadi saksi bisu dari kerusakan dan trauma akibat bencana. Kondisi warga pun masih penuh kecemasan. Salah satu warga Desa Blimbing, Suyono, mengaku lebih memilih mengungsi saat hujan turun deras.
“Nek jawah mboten wantun pak, ngusi kulo,” ungkapnya.
Bupati Kediri juga menyampaikan doa dan empatinya kepada para korban terdampak bencana, khususnya satu warga yang masih dalam pencarian, yakni Mbah Tekad dari Desa Blimbing.
“Monggo kita umbulkan doa terbaik untuk Mbah Tekad, warga Desa Blimbing agar segera bisa ditemukan. Dan semoga kita semua terus dilindungi oleh Allah SWT,” ucap Dhito.
“Kepada saudara-saudara kami yang terdampak, doa terbaik kami panjatkan. Semoga diberi kekuatan serta ketabahan dan kepada kita semua terutama yang tinggal di daerah rawan longsor dan banjir, mari tingkatkan kewaspadaan,” tambahnya. [nm/aje]
-

Sebanyak 1.289 KK Terdampak Banjir di Sampang
Jakarta (beritajatim.com) – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, banjir dan tanah longsor terjadi di wilayah Jawa Timur. BNPB mencatat banjir yang melanda Kabupaten Sampang, Jawa Timur pada Minggu (18/5/2025) berdampak pada 1.289 KK dan merusak beberapa jembatan serta fasilitas pendidikan.
“Meski beberapa wilayah mengalami penurunan genangan, pasang air laut menyebabkan peningkatan genangan di titik lain,” ujar Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, Senin (19/5/2025).
Muhari menambahkan, banjir bandang juga terjadi di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menyebabkan 1 orang hilang dan kerusakan pada rumah serta kandang ternak.
Sementara tanah longsor di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur yang berdampak pada 11 KK dengan 9 rumah terdampak, 2 rumah rusak sedang, serta 1 jembatan dan 1 akses jalan mengalami kerusakan. “Status siaga darurat telah ditetapkan dan penanganan masih berlangsung,” kata Muhari.
Dia pun menyatakan, BNPB mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana hidrometeorologi serta bencana geologi dan sosial yang mungkin terjadi. “Pemerintah daerah diminta memastikan kesiapan posko darurat, logistik, serta upaya mitigasi di wilayah rawan bencana,” tegas Muhari. [kun]
-

Hari Kedua Operasi SAR Kediri : Sisir 12 Km Sungai Demi Cari Mbah Tekat
Kediri (beritajatim.com) – Sebanyak 50 personel Tim SAR gabungan dikerahkan dalam operasi pencarian korban banjir bandang di Desa Blimbing, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Minggu 18 Mei 2025. Pencarian hari kedua ini dilakukan untuk menemukan Mbah Tekat, warga yang dilaporkan hilang sejak bencana menerjang wilayah tersebut.
Tim menyisir aliran sungai sejauh 12 kilometer dengan metode jalan kaki dan menggunakan perahu karet. Motode jalan kaki di Sungai Bruni. Sedangkan menggunakan perahu di Sungai Brantas.
Komandan Tim Operasi SAR Mojo dari Basarnas Pos SAR Trenggalek, Candra Kristiawan, menjelaskan bahwa penyisiran dilakukan secara intensif, menyusuri Sungai Bruni hingga Sungai Brantas.
“Untuk hari kedua, Tim SAR gabungan di Kediri, kita menggerakkan 50 personel dari Tim SAR gabungan. Untuk potensinya ada Basarnas, Polsek, Koramil, BPBD, PMI, Tagana dan relawan,” terangnya.
Candra menyebutkan, penyisiran jalan kaki dilakukan mulai dari SDN Blimbing hingga ke Tanjung, lalu diteruskan ke Dawuhan. Untuk perahu karet di Sungai Brantas wilayah Desa Kranton hingga Alun-Alun Banda Ngalim, Kota Kediri.
Tim SAR membagi personel menjadi dua satuan tugas penyusuran (SRU) untuk memaksimalkan pencarian melalui jalur darat dan sungai.
“Untuk sru satu dan dua, kita maksimalkan penyisiran skoting atau penyisiran aliran sungai. Jadi, memaksimalkan, dimana TKP sampai nanti keluarnya Sungai Brantas kita maksimalkan penyisiran jalan kaki, atau susur sungai. Untuk di sungai besar di Sungai Brantas kita menggunakan LCR atau perahu karet,” jelasnya.
Meski penyisiran terus dilakukan secara intensif, hingga kini belum ditemukan tanda-tanda keberadaan korban.
“Untuk tanda-tanda korban atas nama Mbah Tekat belum ada tanda-tanda. Ya, kita saling berdoa, supaya hari ini membuahkan hasil,” ujar Candra penuh harap.
Tantangan dalam pencarian tidak ringan. Medan licin dan labil akibat lumpur serta hujan menyulitkan pergerakan tim, terutama di tepi sungai yang rawan longsor. Namun begitu, semua personel tetap bekerja secara maksimal.
“Untuk kesulitan saat ini, potensi SAR gabungan, karena masih dalam lumpur atau curah hujan itupun dorongan dari lumpur yang longsor dari atas, penyisiran ini sedikit licin, dan tanahnya labil untuk penyisiran di tepi sungai,” katanya.
Operasi pencarian dijadwalkan berlangsung selama tujuh hari, dengan harapan korban segera ditemukan dan keluarga mendapatkan kepastian. [nm]
-

Ini Penyebab Banjir Bandang dan Longsor di Lereng Gunung Wilis Kediri
Kediri (beritajatim.com) – Curah hujan tinggi yang mengguyur sejak dini hari menjadi penyebab utama terjadinya banjir bandang dan tanah longsor di lereng Gunung Wilis, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, Jumat (9/5/2025). Bencana ini menerjang tiga desa, yaitu Petungroto, Ngetrep, dan Blimbing, dan menyebabkan kerusakan signifikan serta satu warga hilang.
Kapolsek Mojo, AKP Karyawan Hadi, S.H., M.H., menjelaskan bahwa hujan dengan intensitas ekstrem mulai mengguyur sejak sebelum subuh hingga pagi hari. “Itu penyebab utamanya. Debit air tinggi dan kontur lereng yang labil membuat tanah mudah longsor,” ujarnya, Sabtu (17/5/2025).
Di Desa Petungroto, tercatat 15 titik mengalami longsor dan banjir. Di Ngetrep, tanah longsor merusak lahan dan rumah warga di tiga lokasi.
Sementara di Desa Blimbing, satu rumah warga dihantam arus deras yang juga menghanyutkan 13 kambing ternak dan seorang wanita lanjut usia bernama Bu Tekat (70), yang hingga kini masih belum ditemukan.
“Diindikasikan korban terpendam material tanah dan terbawa arus sungai yang deras. Tim dari BPBD Kabupaten Kediri, Sat Brimob, dan Polsek Mojo masih melakukan pencarian,” jelas AKP Karyawan.
Sejumlah rumah warga lainnya mengalami kerusakan ringan, seperti tembok jebol, pekarangan tertimbun material longsor, dan jalan yang tertutup lumpur. Warga di lokasi terdampak mengungsi sementara ke tempat yang lebih aman dan melakukan perbaikan secara gotong royong.
AKP Karyawan mengingatkan masyarakat agar lebih waspada terhadap potensi bencana saat musim hujan.
“Kami imbau masyarakat untuk tidak tidur saat hujan deras turun, terutama di wilayah rawan. Harus saling memberi informasi dan meningkatkan kesiapsiagaan,” tegasnya. [nm/beq]
-

Banjir Bandang Terjang Mojo Kediri, Lansia Hilang Terseret Arus
Kediri (beritajatim.com) – Banjir bandang menerjang Dusun Tumpakbeji, Desa Blimbing, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, pada Sabtu dini hari (17/5/2025). Dua rumah warga dilaporkan rusak berat dan satu korban yang merupakan lansia dilaporkan hilang.
Peristiwa ini terjadi akibat luapan Sungai Bruni yang berhulu di lereng Gunung Wilis dipicu hujan deras mengguyur kawasan tersebut sejak Magrib hingga tengah malam.
Dua rumah yang terdampak milik Tekat (65) dan Hariyanto (45). Tekat dilaporkan hilang setelah terseret arus banjir bandang yang menghantam rumahnya saat ia sedang tidur di kamar.
“Kamarnya jebol diterjang banjir bandang. Di rumah bersama dua keponakannya Putri (22) dan Nanang (25),” ujar Sirtomo, kerabat korban.
Selain merenggut satu korban manusia, banjir bandang juga mengakibatkan hilangnya 11 ekor kambing peliharaan milik Tekat. Sementara itu, keluarga Hariyanto, yang terdiri dari istri dan anak, sempat ikut hanyut hingga ke halaman rumah, namun berhasil menyelamatkan diri.
Sabtu pagi, para penghuni rumah bersama kerabat dan tetangga mulai membersihkan material lumpur dan puing-puing yang terbawa banjir. Warga bekerja bergotong royong untuk mengangkat sisa-sisa banjir dari dalam rumah dan halaman.
Banjir bandang ini bukan satu-satunya bencana yang terjadi di Kecamatan Mojo. Sejumlah titik di wilayah tersebut, termasuk Desa Pamongan, Ngetrep, dan Petungroto, juga dilaporkan mengalami longsor menyusul intensitas hujan tinggi dalam beberapa hari terakhir.
Hingga saat ini, proses pencarian korban hilang masih terus dilakukan oleh warga bersama aparat setempat. [nm/beq]
-

Bocah Hanyut di Sungai Andong Ngawi Ditemukan Meninggal
Ngawi (beritajatim.com) – Pencarian Rifky Nur Hidayat (14), bocah asal Desa Teguhan, Kecamatan Paron, Kabupaten Magetan, yang hanyut terseret banjir bandang di Sungai Andong, Kabupaten Ngawi, berakhir duka. Rifky ditemukan dalam kondisi meninggal dunia pada Selasa (13/5/2025), sekitar pukul 08.30 WIB.
Anak pertama dari pasangan Sarwono (44) dan Siti Kholifah (38) ini ditemukan mengambang oleh warga yang tengah melintas di belakang rumahnya, tepatnya di aliran sungai wilayah Desa Jambangan, Kecamatan Paron. Lokasi penemuan berjarak sekitar tiga kilometer dari titik awal korban dilaporkan hanyut, sebagaimana disaksikan oleh dua temannya yang berhasil selamat setelah diselamatkan warga.
“Ya seluruh anggota keluarga, bapaknya, neneknya, dan ibunya menangis. Anaknya ditemukan sudah dalam kondisi meninggal dunia, ditemukan di sungai Desa Jambangan,” ujar Supriyono, Kepala Desa Teguhan.
Petugas SAR dari Unit Siaga SAR Basarnas Bojonegoro, Novix Heryadi, menjelaskan bahwa tim baru saja menggelar apel dan membagi regu pencarian saat menerima informasi penemuan jasad dari warga.
“Kita baru saja apel, membagi regu untuk pencarian. Setelah itu mendapat informasi dari warga, kita langsung meluncur ke lokasi. Korban kita evakuasi ke rumah duka, ditemukan berjarak 3 kilometer dalam kondisi sudah meninggal dunia,” jelas Novix.
Evakuasi jenazah Rifky dilakukan oleh tim SAR dari lokasi penemuan ke rumah duka menggunakan mobil ambulans. Suasana haru menyelimuti rumah duka. Ayah, ibu, dan nenek korban tampak tak kuasa menahan tangis saat jasad Rifky tiba di rumah.
Sebelumnya, pada Senin siang, 12 Mei 2025, Rifky bersama dua temannya diketahui mandi di Sungai Andong saat tiba-tiba banjir bandang datang menerjang. Dua temannya berhasil selamat, sementara Rifky terbawa arus dan sempat dinyatakan hilang. Dengan ditemukannya Rifky, operasi pencarian resmi ditutup oleh tim SAR. [fiq/beq]
-

Tiga Bocah Hanyut Saat Mandi di Sungai Andong Ngawi, Satu Masih Hilang
Magetan (beritajatim.com) – Tiga orang anak dilaporkan hanyut saat mandi di Dam Sungai Andong setelah diterjang banjir bandang kiriman dari lereng Gunung Lawu di Desa Teguhan, Paron, Ngawi, pada Senin, (12/5/2025), sekitar pukul 14.30 WIB. Ketiganya adalah Rifky Nur Hidayat (14), Asyraf Khairul Azam (13), dan Dimas Subuh Pamungkas (11), yang seluruhnya merupakan warga setempat.
Dua korban, Dimas Subuh Pamungkas dan Asyraf Khairul Azam, berhasil selamat setelah sempat terseret arus sejauh sekitar 300 meter. Keduanya sempat berteriak minta tolong sebelum akhirnya ditolong oleh warga sekitar.
Dimas, pelajar kelas 4 SD Negeri Teguhan, berhasil diselamatkan langsung oleh kakeknya, Simun (65), sementara Asyraf, pelajar kelas 6 di sekolah yang sama, berhasil keluar dari arus setelah mendapat arahan dari warga yang menolong.
“Saya mendengar teriakan anak minta tolong. Saya datang, berhasil selamatkan cucu saya dan rekannya berhasil keluar sungai setelah diarahkan warga. Sementara satu korban lainnya hilang hingga sekarang. Banjir datang kiriman dari pegunungan,” ujar Simun, kakek Dimas.
Korban yang hingga kini masih dinyatakan hilang adalah Rifky Nur Hidayat, pelajar kelas 7 SMP di Paron, yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Sarwono (44) dan Siti Kholifah (38), warga Desa Teguhan.
“Awalnya ketiganya mandi, terus diterjang banjir yang datang tiba-tiba lalu hanyut. Dua selamat, satu hilang. Banjir air dari pegunungan,” ungkap Supriyono, Kepala Desa Teguhan.
Petugas gabungan dari TNI, Polri, BPBD, dan relawan segera melakukan pencarian terhadap Rifky. Polisi juga meminta keterangan dari dua bocah yang selamat untuk mendalami kronologi kejadian. Hingga menjelang petang, Rifky belum juga ditemukan dan pencarian masih terus dilakukan. [fiq/suf]
–