Topik: Banjir Bandang

  • Pemkot Bekasi Tetapkan Siaga Darurat Banjir hingga Longsor, Warga Diimbau Waspada
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        5 Agustus 2025

    Pemkot Bekasi Tetapkan Siaga Darurat Banjir hingga Longsor, Warga Diimbau Waspada Megapolitan 5 Agustus 2025

    Pemkot Bekasi Tetapkan Siaga Darurat Banjir hingga Longsor, Warga Diimbau Waspada
    Tim Redaksi
    BEKASI, KOMPAS.com –
    Pemerintah Kota (Pemkot) Bekasi menetapkan status siaga darurat bencana banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor hingga akhir Agustus 2025.
    Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bekasi Priadi Santoso membenarkan penetapan status siaga darurat tersebut.
    “Benar,” kata Priadi kepada
    Kompas.com
    , Selasa (5/8/2025).
    Penetapan tersebut merujuk pada Keputusan Wali Kota Bekasi Nomor: 400.9.10/Kep.448-BPBD/VII/2025 tentang Status Siaga Darurat Bencana Banjir, Cuaca Ekstrem, dan Tanah Longsor di Daerah Kota Bekasi Tahun 2025.
    Pertimbangan penetapan status siaga darurat merujuk hasil curah hujan Badan Meterologi, Klimatalogi, dan Geofisika (BMKG) di sebagian wilayah Jawa Barat.
    BMKG memprediksi terjadi hujan tingg, dan sangat tinggi yang berpotensi menimbulkan bencana banjir, banjir bandang, cuaca ekstrem, dan tanah longsor, termasuk di wilayah Kota Bekasi.
    Menindaklanjuti penetapan status siaga darurat, BPBD Kota Bekasi mengimbau meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi banjir, angin kencang, dan longsor.
    Warga juga diminta menjaga kebersihan saluran air dan lingkungan, menyimpan dokumen penting di tempat aman, serta diimbau melapor ke BPBD jika terjadi situasi darurat dengan menghubungi
    call center
    : 0821-2349-9719.

    Status siaga darurat ini ditetapkan sebagai bentuk kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi besar, seperti banjir, cuaca ekstrem, dan tanah longsor yang masih dapat terjadi di tengah kemarau yang mundur dan cenderung bersifat basah,”
    tulis BPBD Kota Bekasi dalam unggahan Instagram-nya, @bpbd.kotabekasi.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dunia Terbalik! Negara Dingin Nordik Meleleh, Rusa Kutub Sekarat

    Dunia Terbalik! Negara Dingin Nordik Meleleh, Rusa Kutub Sekarat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Negara-negara Nordik yang identik dengan salju dan udara dingin kini dilanda gelombang panas brutal. Suhu mencapai di atas 30°C selama berhari-hari, memecahkan rekor tertinggi dalam lebih dari 60 tahun terakhir. Para ilmuwan menyebutnya sebagai gelombang panas yang benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya.

    Mengutip Guardian, Minggu (3/7/2025), rusa kutub hampir mati kepanasan. Rumah sakit di Finlandia penuh sesak, hingga arena es harus dibuka darurat untuk mengungsi. Sementara itu, turis asing yang mencari liburan dingin malah disambut peringatan panas ekstrem.

    Stasiun cuaca di Arktik Norwegia mencatat suhu lebih dari 30°C selama 13 hari di bulan Juli, dan Finlandia mencatat tiga minggu berturut-turut dengan panas menyengat. Ini bukan hanya rekor, tetapi peringatan keras dari alam.

    Di Swedia, stasiun cuaca di wilayah utara seperti Haparanda dan Jokkmokk mencatat rekor suhu tinggi terpanjang dalam lebih dari satu abad. Suhu musim panas naik 8 hingga 10 derajat di atas normal, memicu badai, petir, dan kebakaran hutan di wilayah kutub.

    “Yang terjadi ini bukan anomali musiman. Ini pertanda zaman,” ujar Heikki Tuomenvirta, ilmuwan dari Institut Meteorologi Finlandia.

    Ia memperingatkan bahwa gelombang panas ekstrem kini terjadi lebih sering, lebih intens, dan lebih lama – buah dari perubahan iklim akibat emisi karbon yang terus membumbung tinggi.

    Permasalahannya infrastruktur Skandinavia tidak siap. Negara-negara seperti Norwegia, Inggris, dan Swiss disebut sebagai yang paling rentan terhadap peningkatan hari-hari panas tak nyaman. Kota-kota yang biasanya dingin kini justru menghadapi risiko cuaca ekstrem tanpa kesiapan fasilitas pendingin, sistem medis, hingga pasokan energi.

    Adapun kondisi ini menambah panjang daftar bencana iklim global tahun ini. Dari banjir bandang di Asia Selatan, kebakaran hutan di Yunani, hingga suhu 50°C di Timur Tengah.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Banjir dan Longsor Hebat Terjang China, 4 Tewas-8 Hilang

    Banjir dan Longsor Hebat Terjang China, 4 Tewas-8 Hilang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bencana tanah longsor akibat hujan deras melanda Provinsi Hebei, China utara. Kejadian itu menewaskan sedikitnya empat orang dan menyebabkan delapan lainnya hilang.

    Insiden ini menjadi bagian dari rangkaian cuaca ekstrem yang melanda sejumlah wilayah di China dalam beberapa hari terakhir. Menurut laporan stasiun televisi pemerintah CCTV, longsor terjadi di Kota Chengde setelah hujan deras mengguyur wilayah tersebut.

    “Tanah longsor diakibatkan oleh curah hujan tinggi yang tidak biasa,” demikian dikutip AFP, Senin (28/7/2025).

    Departemen Manajemen Darurat Nasional China menyatakan telah mengirim tim untuk menilai kondisi banjir yang disebut “parah” di Hebei, provinsi yang mengelilingi ibu kota Beijing. Sementara itu, lebih dari 4.600 warga di Kabupaten Fuping, Hebei, telah dievakuasi selama akhir pekan.

    Tak hanya Hebei, provinsi tetangga Shanxi juga dilanda bencana. Sebanyak 13 orang dilaporkan hilang dan satu orang berhasil diselamatkan setelah kecelakaan bus akibat banjir.

    Rekaman CCTV menunjukkan jalanan dan ladang pertanian di Shanxi terendam air bah.

    Di Beijing, lebih dari 3.000 warga di distrik Miyun turut dievakuasi setelah hujan ekstrem mengguyur wilayah tersebut. Media pemerintah melaporkan bahwa waduk di daerah itu mencatat debit air tertinggi sejak pembangunannya lebih dari 60 tahun lalu.

    Bencana hidrometeorologi kian sering terjadi di China, terutama saat musim panas. Para ilmuwan menyebut meningkatnya intensitas cuaca ekstrem di negara tersebut tak lepas dari dampak perubahan iklim yang diperburuk oleh emisi gas rumah kaca.

    “Perubahan iklim global memicu pola cuaca yang tidak stabil, termasuk hujan lebat yang lebih sering dan intens,” kata peneliti iklim dari Tsinghua University, Li Wei, dikutip media lokal.

    Selain Hebei dan Shanxi, banjir bandang juga terjadi di Provinsi Shandong awal bulan ini, menewaskan dua orang dan membuat 10 lainnya hilang. Sementara di Sichuan, lima orang tewas akibat tanah longsor yang menyapu kendaraan di jalan raya pegunungan.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kota Bandung Resmi Bentuk BPBD, Fokus Mitigasi Banjir dan Sesar Lembang

    Kota Bandung Resmi Bentuk BPBD, Fokus Mitigasi Banjir dan Sesar Lembang

    Liputan6.com, Bandung – Kota Bandung resmi memiliki Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Didi Ruswandi dilantik sebagai Kepala Pelaksana BPBD Kota Bandung oleh Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, di Balai Kota Bandung, Senin, 14 Juli 2025.

    Menurut Farhan, pembentukan BPBD bukan sekadar membangun infrastruktur fisik, melainkan menyiapkan suprastruktur, yaitu sumber daya manusia dan kelembagaan yang mampu merespons bencana secara cepat dan tepat.

    Kehadiran BPBD Kota Bandung dinilai sangat penting untuk memperkuat kesiapsiagaan menghadapi berbagai potensi bencana di Kota Bandung.

    “Suprastruktur artinya kita sedang mempersiapkan orang-orang agar punya program untuk mengedukasi terhadap terjadinya berbagai macam bencana,” katanya dalam keterangan pers di Bandung.

    Farhan menyebut, bencana utama yang menjadi fokus adalah bencana hidrometeorologi seperti banjir bandang.

    “Itu tidak boleh terjadi lagi. Daerah rawan banjir harus dikosongkan sebelum air datang. Ini soal kesiapan dan perilaku,” tegasnya.

    Potensi Pergerakan Tanah

    Selain itu, potensi pergerakan tanah juga menjadi perhatian serius. Farhan menyebut adanya tanda-tanda awal pergeseran tanah di sejumlah wilayah sekitar Bandung seperti Sumedang dan Purwakarta.

    Ia khawatir kondisi serupa bisa terjadi di Kota Bandung, terutama di kawasan yang dilalui Sesar Lembang.

    “Fokus pada Sesar Lembang menjadi penting karena itu potensi yang nyata,” katanya.

    Lebih lanjut, Farhan mengungkapkan pentingnya kesiapan mental masyarakat dalam menghadapi situasi darurat. Ia juga mengingatkan bahwa musim kemarau diperkirakan datang terlambat dan musim hujan akan lebih cepat terjadi, berdasarkan peringatan dari BMKG.

    “Kesiapan mental dan edukasi masyarakat menjadi kunci. Jangan sampai kita tidak siap saat musim hujan datang lebih cepat,” ucapnya.

    Terkait koordinasi penanggulangan bencana, Farhan mengatakan, BPBD Kota Bandung akan berkoordinasi erat dengan BPBD Provinsi Jawa Barat sebagai koordinator utama lintas daerah. Bahkan, kata dia, sebelum dilantik pun, Didi Ruswandi sudah menjalin komunikasi dengan BPBD provinsi.

    “Terpenting memang koordinasi dengan provinsi dulu,” jelasnya.

  • Penjelasan Ilmiah Soal Banjir Dahsyat Mematikan di Texas

    Penjelasan Ilmiah Soal Banjir Dahsyat Mematikan di Texas

    Jakarta

    Banjir dahsyat yang melanda Texas, Amerika Serikat (AS) pada 4 Juli 2025 menjadi banjir paling mematikan dalam sejarah AS modern, menewaskan lebih dari 100 orang.

    Sebanyak 27 korban tewas di antaranya adalah anak perempuan dan konselor di sebuah perkemahan musim panas di Kerr County. Mereka terendam banjir ketika Sungai Guadalupe di dekatnya meluap setinggi 7,6 meter hanya dalam 45 menit.

    “Ini skenario terburuk untuk gelombang air yang sangat ekstrem, tiba-tiba, dan nyata. Saya rasa itu bukan berlebihan dalam kasus ini, berdasarkan keterangan saksi mata dan ilmu pengetahuan yang terlibat,” kata Daniel Swain, ilmuwan iklim di University of California, Los Angeles, dikutip dari Climate Connections, Rabu (16/7/2025).

    Para ilmuwan akan membutuhkan waktu untuk melakukan studi ‘atribusi’ yang tepat, misalnya untuk menentukan berapa banyak hujan tambahan yang dapat mereka ‘salahkan’ sebagai penyebab perubahan iklim. Namun secara umum, bencana ini memiliki jejak perubahan iklim di mana-mana, badai fenomena konspirasi yang sempurna, baik di atmosfer maupun di darat.

    “Bagi mereka yang masih skeptis bahwa krisis iklim itu nyata, ada sinyal dan jejak perubahan iklim yang begitu jelas dalam peristiwa semacam ini,” kata Jennifer Francis, ilmuwan senior di Woodwell Climate Research Center.

    Menghangatnya Teluk Meksiko

    Tragedi ini sebenarnya dimulai ratusan kilometer di tenggara, di tengah laut. Seiring menghangatnya planet ini, suhu Teluk Meksiko meningkat beberapa derajat Celcius. Hal ini menjadikannya sumber bahan bakar raksasa bagi badai yang bergerak menuju Pantai Teluk, karena badai tersebut memakan air laut yang hangat.

    Bahkan ketika badai tidak sedang terjadi, Teluk Meksiko mengirimkan lebih banyak uap air ke atmosfer. Kondisi ini sama seperti ketika cermin kamar mandi akan berembun ketika kita mandi air panas. Demikian juga halnya dengan yang terjadi di Teluk Meksiko, hal ini mendorong udara basah dan tidak stabil semakin tinggi ke atmosfer, mengembun menjadi awan.

    Saat sistem ini melepaskan panas, mereka menjadi semakin tidak stabil, menciptakan awan badai yang menjulang tinggi yang dapat menurunkan curah hujan ekstrem. Bahkan, sebelum banjir, jumlah uap air di atas Texas berada pada atau di atas rekor tertinggi sepanjang masa untuk bulan Juli, menurut Swain.

    “Itu cukup luar biasa, mengingat tempat ini mengalami udara yang sangat lembab saat ini,” kata Swain.

    Artinya, sistem tersebut memiliki kelembaban yang dibutuhkan untuk hujan deras, ditambah ketidakstabilan yang menciptakan badai petir yang membuat hujan turun dengan sangat cepat. Badai ini menurunkan curah hujan 2 hingga 4 inci per jam, dan bergerak sangat lambat, sehingga pada dasarnya terhenti di atas lanskap. Ilmuwan menggambarkannya seperti selang pemadam kebakaran atmosfer raksasa yang membasahi Texas Tengah.

    Kondisi Tanah Texas

    Keadaan diperburuk dengan kondisi tanah di bagian Texas yang didominasi batu kapur, yang tidak mudah menyerap air hujan dibandingkan dengan tempat-tempat dengan lapisan tanah tebal di permukaannya. Air hujan mengalir deras menuruni bukit dan lembah, lalu berkumpul di sungai, itulah sebabnya Sungai Guadalupe naik begitu cepat.

    “Artinya, tidak banyak air hujan yang akan meresap ke dalam tanah, sebagian karena tanahnya dangkal dan sebagian lagi karena lerengnya curam, sehingga air dapat mengalir cukup cepat,” kata John Nielsen-Gammon, ahli iklim negara bagian Texas dan direktur Southern Regional Climate Center di Texas A&M University.

    Inilah jenis presipitasi yang meningkat paling cepat dalam iklim yang memanas, tambah Swain. Di California, misalnya, periode kondisi ekstrem basah dan ekstrem kering yang bergantian menciptakan ‘gejolak cuaca’. Seiring memanasnya perairan dunia, lebih banyak uap air yang dapat menguap ke atmosfer.

    Berdasarkan beberapa hukum fisika dasar, semakin hangat suhu, semakin banyak uap air yang dapat ditampung atmosfer, sehingga potensi curah hujan yang lebih deras pun lebih besar.

    “Teluk Meksiko baru-baru ini mengalami beberapa gelombang panas laut, sehingga menambah panas ke atmosfer, sehingga memicu hujan ekstrem,” kata Brett Anderson, ahli meteorologi senior di AccuWeather.

    “Di banyak tempat ini, banjir dengan frekuensi 1 banding 100 tahun mungkin akan menjadi 1 banding 50, bahkan 1 banding 10,” imbuhnya.

    Terdampak Efisiensi

    Estimasi awal AccuWeather memperkirakan kerugian ekonomi akibat banjir antara USD18 miliar hingga USD22 miliar. Pemerintahan Donald Trump memang melakukan efisiensi dengan pemangkasan staf secara signifikan di National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA) awal tahun ini, tetapi masih terlalu dini untuk menyimpulkan mengapa beberapa warga setempat tidak menerima peringatan dini bahaya banjir.

    National Weather Service memang telah memberikan beberapa peringatan banjir, dan beberapa orang melaporkan bahwa mereka menerima peringatan di ponsel mereka, yang mendorong mereka untuk mengungsi. Namun, dengan begitu banyak orang yang meninggal atau hilang, mereka tidak menerima peringatan atau tidak cukup memahami bahaya yang mereka hadapi.

    Para pejabat di Kerr County sebelumnya mempertimbangkan sistem peringatan dini yang lebih kuat untuk banjir Sungai Guadalupe, tetapi akhirnya tidak jadi menerapkannya karena dianggap terlalu mahal. Bagi para gadis dan staf di perkemahan musim panas, banjir bandang datang di waktu yang paling buruk, dini hari saat mereka sedang tidur.

    “Menurut saya, dan ini tampaknya menjadi pandangan umum para ahli meteorologi, ini sebenarnya bukan kegagalan meteorologi. Menurut saya, prediksi Badan Meteorologi memang tidak sempurna, tetapi sudah sebaik yang diharapkan mengingat kondisi sains saat ini,” kata Swain.

    Swain memperingatkan bahwa jika pemerintah AS benar akan melakukan pemangkasan lebih lanjut anggaran NOAA, prakiraan banjir bisa jadi lebih buruk. “Itu benar-benar bisa menjadi bencana besar, 100% akan menyebabkan hilangnya nyawa,” tegasnya.

    (rns/fay)

  • Hujan Lebat di Pakistan Tewaskan 111 Orang

    Hujan Lebat di Pakistan Tewaskan 111 Orang

    Jakarta

    Hujan intensitas lebat terjadi di Pakistan. Sebanyak 111 orang dilaporkan tewas akibat bencana tersebut.

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (15/7/2025), data dari badan bencana nasional antara 26 Juni dan 14 Juli menunjukkan bahwa sengatan listrik menjadi penyebab utama kematian, diikuti oleh banjir bandang. Pada akhir Juni, sedikitnya 13 wisatawan tewas tersapu banjir bandang saat berlindung dari banjir bandang di tepi sungai yang ditinggikan.

    Dalam laporan terakhirnya, badan bencana mengatakan 111 orang termasuk 53 anak-anak telah tewas, dengan jumlah kematian tertinggi di provinsi Punjab yang paling padat penduduknya.

    Sementara itu, badan meteorologi nasional telah mengeluarkan peringatan akan terjadinya hujan lebat di wilayah utara dan timur negara itu. Hujan lebat itu berpotensi banjir perkotaan, tanah longsor, dan kerusakan infrastruktur akibat angin kencang.

    Musim hujan membawa 70 hingga 80 persen curah hujan tahunan ke Asia Selatan, tiba pada awal Juni di India dan akhir Juni di Pakistan, dan berlangsung hingga September.

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Perubahan Iklim Nyata! Banjir dan Hujan Ekstrem Serentak di Banyak Negara

    Perubahan Iklim Nyata! Banjir dan Hujan Ekstrem Serentak di Banyak Negara

    Jakarta

    Tak hanya di Indonesia, hujan ekstrem dan banjir melanda banyak negara saat ini, dengan berbagai dampak serius terhadap kehidupan manusia dan infrastruktur. Perubahan iklim pun memperburuk peristiwa ini, menyebabkan curah hujan lebih sering dan intens, naiknya permukaan air laut, dan meningkatnya gelombang badai.

    Ilmuwan iklim Daniel Swain dari California Institute for Water Resources within University of California Agriculture and Natural Resources menyebutkan, meskipun tidak mungkin mengatakan bahwa peristiwa cuaca tertentu disebabkan oleh perubahan iklim, kemungkinan besar curah hujan ekstrem dan banjir telah diperparah perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia.

    “Ada banyak bukti bahwa ini adalah salah satu jenis peristiwa cuaca ekstrem yang telah meningkat secara signifikan di seluruh dunia akibat pemanasan yang telah terjadi,” ujarnya seperti dikutip dari ABC News, Senin (14/7/2025).

    “Yang saya maksud secara spesifik adalah peristiwa hujan yang sangat ekstrem, baik yang berada di batas atas atau melampaui apa yang pernah kita lihat sebelumnya. Ada bukti kuat bahwa peristiwa-peristiwa tersebut akan, dan memang sudah, meningkat akibat pemanasan,” lanjutnya.

    Swain mengatakan ramalan dari National Weather Services akurat, tetapi bahkan proyeksi terbaik pun tidak dapat memprediksi intensitas spesifik atau lokasi pasti di mana banjir akan terjadi beberapa hari atau minggu terburuk sebelumnya.

    Andrew Dessler, seorang profesor ilmu atmosfer dan direktur Texas Center for Extreme Weather di Texas A&M University, mengatakan salah satu prediksi tertua ilmu iklim adalah bahwa peristiwa hujan lebat akan menjadi lebih intens.

    “Alasan utamanya adalah udara yang lebih hangat menyimpan lebih banyak air. Jadi, saat udara hangat dan lembap ini mengalir ke dalam badai dan mulai naik dalam badai petir, semua air akan terkuras habis,” ujarnya.

    Mengambil contoh banjir parah yang terjadi di Texas baru-baru ini, Dessler menyebut ini ada kaitannya dengan teluk, yang berbatasan dengan Texas, yang saat ini menjadi jauh lebih hangat karena perubahan iklim.

    Hal ini mengakibatkan perairan menjadi sangat hangat yang menghasilkan banyak penguapan, melepaskan lebih banyak uap air tropis ke udara daripada yang pernah terlihat sebelumnya.

    “Tergantung di mana Anda berada, udara lembap itu dipaksa naik saat mendaki topografi. Oleh karena itu, udara tersebut mendingin dan mengembun menjadi awan ketika atmosfer mendukung terjadinya badai petir,” jelasnya.

    Jennifer Marlon, ilmuwan peneliti senior di Yale School of the Environment mengatakan banjir bandang selalu terjadi, tetapi pemanasan global akibat penggunaan bahan bakar fosil memperburuknya.

    Untuk mengurangi dampak perubahan iklim, Dessler mengatakan AS dan negara-negara lain di dunia perlu mengambil tindakan dengan meningkatkan sistem peringatan, meningkatkan infrastruktur untuk menangani banjir dengan lebih baik, dan beralih ke tenaga surya dan angin.

    Ia mengatakan tenaga surya dan angin tidak hanya lebih baik bagi lingkungan, tetapi juga lebih murah dibandingkan bahan bakar fosil.

    “Selama kita terus membakar bahan bakar fosil, ini tidak akan membaik. Kita berada di dunia dengan peristiwa yang lebih intens, dan kita seharusnya melihat ke depan dan bertanya, ‘Bagaimana kita mencegahnya menjadi lebih buruk?,” kata Dessler.

    Marlon setuju, dan mengatakan perubahan seperti itu perlu datang dari kepemimpinan dan bahwa para pemimpin harus menanggapi perubahan iklim dengan serius.

    “Para pemimpin juga dapat menyampaikan kepada negara dan masyarakat tentang rencana mereka untuk mengatasi masalah jangka panjang perubahan iklim. Warga dapat bertanya kepada para pemimpin bagaimana mereka membantu negara kita bertransisi ke energi terbarukan, yang merupakan satu-satunya cara untuk mengatasi akar permasalahan ini,” tutupnya.

    (rns/rns)

  • Awas Banjir! BMKG Peringatkan Hujan Lebat Hantam Wilayah RI Sepekan

    Awas Banjir! BMKG Peringatkan Hujan Lebat Hantam Wilayah RI Sepekan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Hujan lebat dan angin kencang diprediksi masih akan menghantam wilayah Indonesia sepekan ke depan, dalam periode 11-17 Juli 2025. Berdasarkan pemantauan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) hingga akhir Juni 2025, baru sekitar 30% zona musim (ZOM) di Indonesia yang sudah masuk musim kemarau.

    Hal ini berarti sebagian besar ZOM di Indonesia masih berada dalam fase peralihan dengan curah hujan tinggi. Lebih spesifik, wilayah-wilayah seperti Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua masih menunjukkan potensi hujan tinggi.

    “Cuaca ekstrem yang terjadi di sejumlah wilayah Indonesia saat ini dipengaruhi oleh berbagai faktor atmosfer dan laut yang saling mendukung. Kombinasi dinamika atmosfer inilah yang menyebabkan masih terdapat potensi cuaca ekstrem dalam sepekan ke depan,” tertera dalam keterangan resmi BMKG, dikutip Sabtu (12/7/2025).

    Lebih spesifik, berikut fenomena yang memengaruhi cuaca di Indonesia sepekan ke depan, menurut BMKG:

    •⁠ ⁠Gelombang Equatorial Rossby aktif di: Sumatera, Jawa Timur, Bali, NTB, dan NTT

    •⁠ ⁠Gelombang Kelvin memengaruhi: Sulawesi Utara, NTB, NTT, dan Papua Selatan

    •⁠ ⁠Sirkulasi Siklonik diperkirakan terbentuk di: Samudra Pasifik timur Filipina dan Samudra Hindia barat Bengkulu,.yang membentuk zona konvergensi dan konfluensi angin di wilayah sekitarnya.

    •⁠ ⁠Labilitas atmosfer lokal yang cukup kuat di berbagai wilayah turut mendorong pembentukan awan konvektif dan hujan lebat secara sporadis.

    Prospek Cuaca Sampai 17 Juli 2025 di RI

    13 Juli 2025

    Waspada (Hujan Sedang-Lebat):

    Sumatera Utara, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumsel, Kep. Babel, Bengkulu, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Kaltara, Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulsel, Sultra, Malut, Maluku, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua Pegunungan, Papua.

    Siaga (Hujan Lebat-Sangat Lebat):

    Aceh, Papua Selatan

    Angin Kencang Berpotensi Terjadi di:

    Aceh, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Maluku, Sulsel, Sultra, Sulbar, Sulut, Papua Selatan

    14-17 Juli 2025

    Waspada (Hujan Sedang-Lebat):

    Aceh, Sumut, Sumbar, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumsel, Bengkulu, Jawa Barat, DIY, Jawa Timur, Kalbar, Kalteng, Kaltim, Kaltara, Kalsel, Sulut, Gorontalo, Sulteng, Sulbar, Sulsel, Sultra, Malut, Papua Barat Daya, Papua Barat, Papua Tengah, Papua, Papua Selatan

    Siaga (Hujan Lebat-Sangat Lebat):

    Sumsel, Kep. Babel, Maluku, Papua Pegunungan

    Angin Kencang Berpotensi Terjadi di:

    Aceh, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur, Bali, NTB, NTT, Maluku, Malut, Sulut, Sulsel, Papua Barat, Papua Selatan

    BMKG mengimbau masyarakat tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem. Berikut hal-hal yang perlu diperhatikan:

    •⁠ ⁠Perhatikan perubahan cuaca harian yang dapat berlangsung cepat dan tiba-tiba.

    •⁠ ⁠Hindari aktivitas luar ruangan saat terjadi hujan lebat disertai petir dan angin kencang.

    •⁠ ⁠Jauhi pohon besar, baliho, tiang listrik, serta bangunan yang rapuh saat cuaca buruk.

    •⁠ ⁠Tetap waspada terhadap kemungkinan banjir, banjir bandang, dan tanah longsor, khususnya di wilayah rawan.

    •⁠ ⁠Saat cuaca cerah dan panas, lindungi diri dengan tabir surya dan cukupkan asupan cairan tubuh.

    •⁠ ⁠Pantau akun resmi BMKG di berbagai platform untuk memantau kondisi cuaca terkini.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Cuaca Hari Ini Jumat 11 Juli 2025: Jakarta dan Sekitarnya Berawan Tebal – Page 3

    Cuaca Hari Ini Jumat 11 Juli 2025: Jakarta dan Sekitarnya Berawan Tebal – Page 3

    Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), melaporkan cuaca ekstrem diperkirakan masih berlangsung dalam sepekan ke depan, terutama di Pulau Jawa dan Jabodetabek.

    “Pada sepekan ke depan, BMKG mewaspadai cuaca ekstrem masih berpotensi terjadi di berbagai wilayah, terutama di Pulau Jawa bagian barat dan tengah, termasuk Jabodetabek,” kata Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, dalam temu media secara daring, Senin (7/7/2025).

    Cuaca ekstrem sepekan ke depan juga berpotensi terjadi di Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan wilayah sekitarnya, Nusa Tenggara Barat termasuk Mataram, Maluku bagian Tengah, Papua bagian tengah dan utara.

    “Kemudian periode 10-12 Juli 2025, potensi hujan signifikan diperkirakan akan bergeser ke wilayah Indonesia bagian tengah dan timur seiring dengan pergeseran gangguan atmosfer dan distribusi kelembapan tropis,” lanjutnya.

    Dwikorita juga menjelaskan soal banjir di Bogor. Menurutnya, banjir di Kabupaten Bogor adalah akibat dari hujan dengan intensitas lebat hingga sangat lebat pada 5 Juli 2025.

    “Pada 5 Juli 2025, hujan intensitas lebih dari 100 mm per hari (lebat hingga sangat lebat) di wilayah Bogor, Mataram, dan sejumlah kabupaten di Sulawesi Selatan. Hujan ekstrem tersebut berdampak kepada banjir, banjir bandang, tanah longsor, dan pohon tumbang,” jelas Dwikorita.

  • 121 Orang Tewas Akibat Banjir Bandang di Texas, 170 Lainnya Hilang

    121 Orang Tewas Akibat Banjir Bandang di Texas, 170 Lainnya Hilang

    Texas

    Korban tewas akibat banjir bandang di Texas, Amerika Serikat (AS) bertambah. Kini, korban tewas kini mencapai lebih dari 120 orang.

    Dilansir AFP, Kamis (10/7/2025), jumlah korban tewas yang terkonfirmasi akibat banjir yang melanda Texas Hill Country bagian tengah — termasuk tepian sungai yang dipenuhi perkemahan anak-anak — meningkat menjadi 121 orang. Lebih dari 170 orang yang masih hilang.

    Ratusan pekerja di Kerr County dan komunitas lain di Texas tengah terus menyisir tumpukan puing berlumpur. Diperkirakan jumlah korban tewas masih dapat bertambah.

    Mengingat banyaknya jumlah korban jiwa, warga sekitar bertanya-tanya terkait kapan peringatan darurat pertama dari pemerintah muncul. ABC News melaporkan bahwa seorang petugas pemadam kebakaran di Ingram, di hulu Kerrville, telah meminta Kantor Sheriff Kerr County pada pukul 4.22 pagi (4/7) untuk memperingatkan warga Hunt di dekatnya tentang banjir yang akan datang.

    Namun, peringatan dini untuk warga Texas tak kunjung muncul hingga banjir bandang melumat habis wilayah tersebut. Kemudian beredar laporan penundaan peringatan dini yang seharusnya bisa menyalamatkan nyawa mereka yang kini menjadi korban.

    Sementara itu, Presiden AS Donald Trump bersama Ibu Negara Melania Trump berencana mengunjungi lokasi bencana banjir bandang.

    (isa/eva)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini